~5 Prosidillg Per/elI/lIon (Ian Presen/asi JllI/iall PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 Apri/1995
31
BlIkllll
PENGARUH liGANTERHADAP SENSITIVITAS PENENTUAN FLUORDENGANELEKTRODAMEMBRANELa~ MuzakJ{y,Fonali Lahagu, Jawahiri M.H, Endang Susiantini. PPNY-BATAN, il. Babarsari, P.O. Box 1008, Yogyakarta 55010
ABSTRAK PENGARUH LIGAN TERHADAP SENS1TiV1TASPENENTUAN FLUOR DENGAN ELEKTRODA MEMBRANE LaF3. Telah dipelajari pengaruh ligan ase/at don karbonat sebagai pengikat Uranium dalam larutan Uranium-tetrafluorida dengan suasana keasaman 0,1 M HNO3. Pengikatan ini untuk melepaskan ionflourida bebas daTisenyawaan UO2(FV2-.sehingga dapat terdeteksi menggunakan olaf potensiometer dengan elektroda membrane LaF3. Berdasarkanfluorida yang dibebaskan, ternyata ligan asetat lebih sensitif mengikat UraniumdaTipada karbonat.Dibuktikan bahwa metoda adisi standar dapat menghindarkan pengaruh spesies HF pada keasaman tinggi. Percobaan telah di aplikasikan pada penentuan Fluorida dalam Uranium-konsentrat, dengan hasi/1,215.10-5 M :!:1.957.10-4memakai ligan asetat don 3,957.10-5M:!:2,57.10-4 menggunakan ligan karbonat.
ABSTRACT TilE INFLUENSCES OF SENS1TiVITY OF LIGANG IN DETERMINATION QF FLUOR WIHLan EMBRANE ELECTRODEj The influenses of acetate and carbonate ligand for binded Uranium in ranium-tetraflzlOridesolution, with 0,1 M HNO3 acid condition was been studied. The aim of binded to looses of Uranium from UO2(F4y2-compound, so .he free of fluoride were able detected with LaF3 membrane electrode on potensiometric method. Base on the free of Fluoride. acetate ligand was more sensitive than carbonate ligand. The adisi methode was able to prevented influent ofHF spesies in hight acidity was relized.- The methode was use to determination of Fluoride in "Concentrated Uranium",and yield are 1,215.100)M:!: 1,957.10-4in Acetate ligand dan 3,957.10-5M:!:2,57.10-4 in Carbonate ligand.
~
PENDAHULUAN
Y
ellow cake sebagai umpan pemurnian uranium secara ekstraksi pelarut organik (TBP-Kerosine) biasanya dibuat pacta kondisi
keasaman4,5
- 5 M HNO3 (I).
Bila kandungan
umpan tersebut terdapat ion fluor dengan suasana keasaman diatas, maka perbandingan antara ion hidrogen clan flour menjadi tinggi clan mengakibatkan spesies HF menjadi dominan (2). Spesies HF bersifat sangat korosif terhadap alai proses yang biasanya terbuat dari besi atau campurannya dengan Jogam lain (SS), akibatnya akan menurunkan umur alat. Menurut Brewer,S (3)pacta suasana larutan pH = 3, fraksi spesies HF (cx.o) yang actadalam larutan 60%, hila dibandingankan dengan fraksi F (al) dalam larutan hanya 40%. Dengan kondisi cuplikan yang keasamannya sangat rendah tersebut diatas clan konsentrasi uranium tinggi tetapi kandungan ion flour termasuk kelumitlminor. Maka diperlukan metoda analisis fluor secara langsung clan sedikit mungkin
ISSN 0216-3128
melakukan pengenceran yang dilakukan. Dewasa ini analisis ion flour yang cukup andal clanselektif adalah dengan GaIa potensiometer menggunakan elektroda membrane LaF3. Dimana menurut Skoog,D.A (4) membrane LaB hanya dapat dilalui oleh ion F saja, sehingga praktis tidak acta logam yang menganggu kecuali ion hidroksida (OB"). Menurut Baumann, E.W (2).,dalam cuplikan yang berasam sangat rendah kandungan ion flour dapat ditentukan secara tidak langsung melalui kandungan total Flour yang dideteksi oleh elektroda membrane LaF3dengan GaIaadisi. Moeken, H.HY) berhasil memenentukan kandungan Flour dalam larutan umpan uranium setelah melalui sedikjt perlakuan awal dengan ammonium asetat 3 M. Kemudian Chang, F.C (6) berhasii melepaskan Flour bebas dari ikatannya dengan uranium (UF6), Torium (ThF4) clan zirkonium (ZrF4), dengan penambahan amonium carbonat. Dari pustaka (5) clan (6) tersebut diatas penulis bermaksud meneliti sejauh mana pengaruh Amonium asetat clan amonium carbonat sebagai
MlIzakky dkk
Prosiding Pertenulan don Presentasi Iln/jah PPNY-BATAN Yogyakarta 15-17 April 1995
Bllku /1
31
ligan dapat mempengaruhi terhadap sens.itivitas penentuan ion flour dengan elektroda membrane LaF3 dengan cara adisi standar. Sekaligus aplikasinya dalam penentuan kelumit flour dalam larutan umpan uranium atau Yellow Cake dari Instalasi Teknologi Proses PPNY Batan Yogyakarta.
E
-
=~
E = A. log (C F + X I) / C F
[H+] + [F-]
Konstante pen,befittlkan HF (Ka') adalah : C HF YHF
(1)
(2)
K., = CF . a~.yF-
= CF
CdTotal)
(7)
+ CHF
Hasil subtitusi persamaan (2)kedalam (7) didapat: C dTotal)
Telah disinggung diatas dalam kondisi berasam tinggi atau pH rendah, kandungan ion flourida dalam cuplikan akan cenderung membentuk HF yang k6rosif dengan reaksi sbb (5):
(6)
Dalam larutan :
TEORI
HF
EI
=CF
(I + K')
(8)
Qengan harga CF di subtitusikan dalam persamaan (4) menjadi : E
= E. + A.log(l + K') - A.logCF (Total)
(9)
Bila E. clan A dicari melalui persamaan (4) maka K'dapat dihitung melalui persamaan (9), dimana sebelumnya harga CF(total) didapatkan terlebih dulu melalui modifikasi persamaan (6) yaitu: ~ EI
=
A.log(CF
(Total)
+ XJ)/CF
(TotaD
(10)
atau,
Derajat pembentukan spesies HF dalam .1arutan (a.HF)sebagai fungsi aH+clanKa adalah :
aH a. HF = a :;:-H+ k .
(3)
XI C F( Total) = ~E . (log-I J\') - 1
(11)
Kemudian harga CF diqapatkan melalui persamaan (8).
Bila harga aH+dalam larutan dibuattetap clan Ka merupakan konstante dissosisasi HF berharga 6,7.10-4, maka hila sistim ini dibuat tidak ada penambahan aH+pembentukan HF (a.o)dalamjuga akan tetap. Akibatnya hanya ion flourida bebas yang terdeteksi oleh elektroda membrane LaF3 Dari pernyataan tersebut diatas menurut Baumann, E.W (5)kondungan flout dalam sistim diatas dapat ditentukan secara tidak langsung melalui kandungan total flour (bebas clan terkompleks), dengan cara adisi sbb : Respon elektroda LaP3 dengan alai potensiometer berdasarkan persamaan Nemst sbb: (4) E = E. - A. log C F
TAT A KERJA
Bila ke dalam sistim ini di adisikan sejumlah kecil ion fluorida dengan konsentrasi XI (Molar), dengan mengabaikan sejumlah kecil perubahan volume, kekuatan ionnya tetap (E.) tidak berubah clan tidak ada penambahan aH+maka persamaan di atas menajadi : (5) E I = E. - A. log(C F + X .)
1. Seperangkat alai potensiometer buatan Metrohm, dilengkapi dengan Titroprocessor 682, Dosimat 685, elektroda membrane LaF3 , elektroda gelas, elektroda Pt daD elektroda pembantu Ag/AgCl. 2. Personal Computer' 286 DX, yang dilengkapi Program Harvard Graphic versi 2 3. Alat-alat gelas laboratorium. 4. Timbangan Sartorius.
Sehingga terjadi perbedaan potensial antara persamaan 2 clan3 adalah :
Muzakky dkk
Bahan: 1. NaOHTitisolI molar. i. Ammonium acetat clan amonium carbonat buatan Merck. 3. Yellow cake ex.ITP. 4. Akuatrides, buatan laboratorium KA & UK PPNY-Batan. 5. HNO3 I M. 6. UNH, buatan merck. 7. Sodium fluorida, buatan merck. Alat :
ISSN 0216-3128
Prosidillg Pertelllllall dall Preselltasi Jllllia" PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 Apri/1995
CARA KERJA Kurva baku Fluor dengan adanya U, Ligan daD HNO3 0,1 M Ke dalam beaker plastik PVC dipipet larutan uranil nitrat, clan Amonium carbonat atau ammonium acetat (sebagai ligan) masing-masing sebesar 0,0418 M clan5 M, kemudian dimasukkan kembali 0,1 M HNO3sehingga volum akhir menjadi 25 m!. Setelah elektroda fluor terpasang dengan baik ditambahkan larutan Fluor dari 10 ppb hingga 10.104 ppb, kemudian hasil keluaran alai potensiometer yang berupa log konsentrasi fluor versus potensial digrafik dengan Program Harvard Grapich vcr. 2.3. Pembentukan U - CO)' dan U-Acetat. Pembentukan
U - CO3
Dipipet 0,4 mllarutan Uranil nitrat 50.000 ppm clan di masukkan kedalam beaker plastik PVC kapasitas 100 m!. Kemudian kedalamnya dimasukan 2 ml larutan KNO3 2,5 M, clan diencerkan dengan aquatrides hingga 50 m!. Titrasi larutan tersebut dengan Amonium carbonat 1 M menggunakan elektroda platina, kemudian hasil keluaran alai potensiometeryang berupa volume versus potensial digrafik dengan Program Har,lard Grapich ver.23. Pembentukan U-Acetat. Cara kerja seperti no.a hanya merubah titrannya diganti dengan Amonium-acetat 1,0'M Pelepasan ion Fluorida oleh Ligan Ke dalam beaker PVC 80 ml, dimasukkan berturut-turut larutan sedemikian rupa sehingga pactavolume 50 ml mengandung uranium 1,67.10-3 M, Fluor 8,35.10.3M clankondisi keasaman larutan dibuat 0,1 M HNO3, kemudian kita titrasi dengan Amonium karbonat at au am onium acetat masing-masing 1,42 M dengan memakai elektroda membran LaF3. Kemudian hasil keluaran alai potensiometer yang berupa volume versus potensial digrafik kurva yitrasi dengan Program Harvard Grapich ver.23. Aplikasi cuplikan "Uranium konsentrat" Dilarutkan 2,5227 gr Uranium konsentrat kedalam 25 ml HNO3 2,3 M, kemudian 2,5 ml larutan cuplikan tersebut dimasukkan ke dalam beaker PVC 80 m!. Ditambahkan pacta beaker larutan berturut-turut sedemikian rupa sehingga pactavolume akhir 25 ml mengandung 0,I M KNO3 clan 1,75 M larutan amonium asetat atau Amonium -Karbonat sebagai ligan. Selanjutnya dilakukan metoda adisi terhadap larutan diatas dengan ion
ISSN 0216-3128
33
Bllku II
fluor pacta konsentrasi kelipatan logaritmis 1, dengan maksud perbedaan potensial sebelum clan sesudah adisi diantara 56-60 mV.Kemudian catat hasil keluaran alai potensiometer yang berupa potensial (mV) setelah 60 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari persamaan (9), hila E" A clan K' berharga konstan maka dapat disederhanakan menjadi : (12) E = E ~ - A log C F (Total) Sehingga dapat dibuat kurva adisi an tara konsentrasi Fluorida yang ditambahkan dengan potensial terukur sbb: Gambar 1, dapat diperlihatkan bahwa pacta 6 log kOlSeltrasi
1~ 0 400
4
500
450
550
~----&00
&50
Potensial, rn!
--
U.Acetat
-+-- U.Carbolit
Gambar 1. Kurva adisi standar adisifluorida dalam suasana 0,1 M HNO3 dan mengandung uranium.
larutan dengan kandungan Uranium clanamonium asetat atau amonium carbonat masing-masing sebesar 0,0418 M clan 5 M, serta keasaman nitrat 0,1 M atau pH = 1. Derajat pembentukan spesies HF yang terbentuk (aHF) yang dihitung dengan persamaan (3) akan didapat 99,3%, atau derajat pembentukan fluor (aF)hanya 0,7%. Tampakkurva tetap lurus pactakisaran konsentrasi fluor antara 103 ppm hingga 105ppm dengan r =0,9992 untuk ligan karbonat clan 102ppm fiingga 105ppm untuk ligan asetat dengan r = 0,9987. Hal ini membuktikan bahwa dengan cara adisi kita dapat menentukan kandungan fluor dalam cuplikan yang keasamannya sangat rendah, dengan tidak terganggu oleh banyaknya kandungan spesies HF yang acta dalam larutan, asalkan kita tidak rnenambahkan ion hidronium (H) ke dalam cuplikan conto.
Muzakky dkk
34
Bllklll/
Dari gambar ], menimbulkan asumsi pertama bahwa ligan dalam hill ini karbon at clan asetat kemungkinan besar berperan dalam pelepasan ion fluor dari ikatan-ikatannya terutama uranium, hill ini akan dibuktikan dengan percobaan kemudian. 475 Potellial
275 0
-
6 8 Volume, ml U.Acetal
10
14
11
-+- UoCl/bout
Gambar2. Titrasi Uranium dengan ligan asetat dan karbon at dengan elektrodaPlatil/a. Dad gambar 2, temyatajika kita melakukan titrasi kompleksometri antara Uranium ],6i1O-3 M dengan amonium carbonat atau amonim asetat sebagai ligan masing-masing sebesar ],0 M, clan keasaman larutan 0,] M HNO3 secara potensiometri memakai elektroda Platina, Maka akan didapatkan hubungan tidak stokiometri antara uranium dengan 2 ligan tersebut diatas. Dimana pacta gambar 2, terlihat untuk dapat mereaksikan uranium dengan karbonat atau acetal membentuk UO 2 ( CO 3) j-dan UO 2 ( CH 3 COO) 3dibutuhkan volume ligan yang berlebihan. Dimana kebutuhan volume ligan carbonat lebih banyak dad pacta ligan Acetat yaitu 7,24 ml dan 5,89 ml (titik ekivalen). Hal ini menirnbulkan asumsi kedua yaitu kemungkinan besar ligan asetat lebih reaktip terhadap Uranium dari pactakarbonat, clanhill ini akan dibuktikan pactapercobaan dibawah.
.60
-
, 6 Vollme, ml
0
-
Gambar 3.
Muzakky dkk
10
U-ACI!'! -+- U-cubonl
Titrasi Uranium tetrafluorida del/gan ligan usetat dan karbol/at
Prosiding PerrellI/IOn dun Presentasi Ilmiall PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
Untuk mendukung asumsi diatas pacta gambar 3, kita cobakan pacta larutan uranium (1,67.1003M) di tarhbahkan fluor dengan konsentrasi 5 kalinya yaitu 8,35.10-3M clankondisi keasaman lamtan dibuat 0, I M HNO3, kemudian kita titrasi dengan Amonium karbonat atau amonium acetal masing-masing 1,42 M dengan memakai elektroda membran LaF3. Adapun hasilnya dapat diperlihatkan pacta gambar 3, ternyata semakin banyak penambahan volume amonium asetat atau amonium carbonat sebagai ligan, harga potensial ion fluor terukur akan semakin keci!. Hal ini berarti, pertama telah terjadi penambahan ion fluorida ke dalam larutan, ke dua terjadi kompetisi reaksi antara fluorida dengan ligan tersebut diatas dalam perebutkan ikatannya dengan uranium. Hasil reaksi adalah pembebasan ion fluorida, yang ditandai dengan menurunnya laju potensial selama titrasi berjalan. Bila setiap titik data potensial terukur tersebut di plotkan ke dalam kurva standar fluorida dengan sistim matrik yang sarna, maka tepat pacta titik ekuivalen titrasi, pertama menunjukkan bahwa jumlah fluorida yang terikat dengan uranium tdah habis digantikan oleh ligan clanterlepas masuk ke dalam lamtan hal ini ditunjukkan dengan jumlah molaritas fluorida sebesar empat kali molaritas Uranium yang ditambahkan (tabell). Kemudian ke dua dapatlah ditarik kesimpulan bahwa perbandingan mol. antara Uranium dengan fluorida adalah sebesar 1:4, atau senyawa yang terbentuk adalah "Uranil tetra fluorida" UO2(F4t. Hasil percobaan ini telah menjawab asumsi pertama bahwa betu\, ligan sangat berperan dalam pelepasan ion fluorida daTi ikatannya dengan uranium yang berbentuk senyawa UO2(F4t. Dari label 1, dapat diperlihatkan bahwa pelepasan ion fluorida oleh asetat lebih presisi daTi pactakarbonat, hila dilihat dad harga "Confidence limit" pacta selang kepercayaan 95% , yaitu 6,547.10-3 M :!:1,57.10-4 untuk ligan asetat clan 6,083.10-3M :!:1,016.10-3untuk karbonat. Hal ini pula dapat diartikan bahwa ligan asetat lebih reaktip dad pacta karbonat, dalam pelepasan ion fluorida dad senyawaannya UO2(F4t. Dad diagram pKa clanpH (gambar 4) dari masing-masing ligan dapat diperhatikan pacta pH yang rendah ligan karbonat akan cenderung membentuk H2O clan CO2 Yang mudah menguap (pH:$;pKa] =6,35)- Akibatnya ligan karbonat sulit mengikat Uranium, karena timbulnya gas CO2yang mudah menguap, sehingga dalam larutan ligan karbonat berkurang banyak konsentrasinya. Dengan demikian ligan karbonat dalam suasana
ISSN 0216-3128
Prosiding Perterrl1lan dun Presentasi IImiah PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
asaro, akan kurang efektifmelepaskan ion fluorida dari kompleks U(YI)F. Tabell. Pelepasan Fluor dari "UO2(F4)2-"dengan ligan.
-I
NO!renam~ahanln Penambahan raDIum Fluorida 1
1,67.
10-3 M
8,35.
10-3 M
2
1,67.
10-3 M
3
1,67.
10-3 M
10,69.10-3
4
1,67.
10-3 M
13,36.
I
Pelepasan V dengan Asela! 6,58.
\,0-3 M
I
Pelcpasan V dengan Karbonat
15,991.
6,40.
10-3 M
7,01.
10-3 M
M
6,61.
10-3 M
5,61.
10-3 M
10-3 M
6,60.
10-3 M
5,75.
10-3 M
6,547.
10-3 M
6,083.
10-3 M
Hasil E = f(CF) dari persamaan (4) untuk asetat adalah: E = 235,993 57,5 CF(r = 0,9990) clanE = 222,457 54,30 CF (r = 0,9876) untuk korbonat, sehingga ligan asetat tampak lebih linier clan sesuai dengan Hk. Nernst karena slope berada diantara 56-60. Maka untuk menghindari kesalahan pengukuran potensial clanlebih linier, metoda adisi pactasistim ini pengukuran potensial sebelum clansetelah adisi diantara 56-60 mY.
-
ISSN 0216-3128
pKiI Hl0 I COZ
Hcor
I 6,35 HAc'PKi
r
pKiZ
-
cor
K
pH
-I
4,16 r-
t
["
pH
IO,3Z
CH3COO-
10-3 M
Berbeda dengan ligan asetat pacta suasana sangat asam (pKa :S:4,76) ion Ac- lebih dominan dari pacta ion CO ~-dalam larutan, sehingga akan cenderung lebih mudah mengikat Uranium dari pacta ion karbonat. Atau dengan kala lain ligan asetat pactapH rendah akan lebih mudah mengikat uranium dari pacta karbonat, dengan akibat melepaskan ion fluorida bebas yang terdeteksi oleh elektroda membrane LaF3. Hal ini sesuai dengan Lourie.Y (7), yang kesulitan menentukan harga konstante stabilitas kompleks U-Karbonat (pKl) pacta keadaan asam. Pacta pH rendah CO ~-dalam larutan sangat kedl, sementara itu gas CO2sangat dominan dalam larutan. Gas tersebut dapat dilihat selama titrasi berlangsung dengan adanya gelembung-gelembung gas. Dengan demikian maka hal ini telah menjawab asumsi ke dua diatas, bahwa asetat lebih sensitip dari pacta karbonat dalam mengikat Uranium pactapKa:S:1. Pactagambar 4 dapat dilihat posisi pKa dari masing-masing ligan sebagai fungsi pH, sehingga dapat dilihat spesies yang dominan pacta pH:S: 1, dimana spesies AC relatif lebih dominan dari pactaspesies CO ~-. Dan hal ini sesuai dengan Moeken,H.H., (5) yang menggunakan amonium asetat 3 M dalam menentukan fluorida pacta larutan "Uranil Nitrate" memakai elektroda sensitif fluorida.
-
DilgrlmpKldllpHdlliligll CHioul, IStlll dlllllOlidl
Hr"ph
I. 10:2M
Rerala
35
Buku 1I
pH
Gambar 4. Diagram pKa dun pH dari ligan karbonat, usetat dun F
Hasil analisis Konsentrat Tabel2.
fluorida
dalam
uranium
Ligan asetat
Adisi Fluor (M)
L\E (mY)
(I +K')
5,848. 10-3
-58
55,223
6,355. 10-4 1,1508. 10-5
5,848. 10-3
-56
55,721
6,947. 10-4 1,246. 10-5
5,848. 10.3
-56
55,720
6,947. 10-4 1,248. 10-5
CF(total) (mY)
Rerata
Tabel2.
CF (mY)
1,215. 10-5
Ligan karbonat
Adisi Fluor (M)
L\E (mY)
(I + K')
5,848. 10-3
-61
14,057
5,567. 10-4 3,960. 10-5
5,848. 10-3
-60
14,727
5,817.10-4 3,950. 10-5
5,848. 10-3
-61
14,057
5,518. 10-4 3,962. 10-5
CF(total) (mY)
Rerata
CF (mY)
3,957. 10-5
KESIMPULAN 1. Ligan asetat lebih sensitif menggantikan fluorida dalam larutanuranium tetra fluorida dari pacta ligan karbonat, padan kondisi pH :S:1. 2. Kurva standar asetat lebih linier (~E=56) dari pacta karbonat sehingga pengukuran dengan ligan karbonat akan lebih tinggi kesalahannya.
Muzakky dkk
Prosiding ferlenlIlan {Ian Presentasi IImiall PPNY-BATAN Yogyakarta 25-27 April 1995
Bllkll II
36
3. Cara adisi dapat mengatasi dampak adanya spesies HF dalam suasan larutan yang her keasaman tinggi. 4. Kandungan fluorida dalam larutan conto Uranium konsentrat memakai ligan asetat adalah 1,215.10-5 M :1: 1,957.10-4 dan 3,957.10-5 M :1:2,57.10"'"
UCAP AN TERIMA KASIH Dengan terselesainya makalah ini, penulis mengucapkan terima kasib yang sebesar-besarnya kepada saudara "Minto10" yang telah banyak membantu dari awal percobaan hingga akhir pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. INDROYUWONO, dkk., Pengaruh keasaman kan konsentrasi TBP pacta ektraksi basil dijesti konsentrat Uranium PEPBN, baI.28-31, Procedings PPBMI Yogyakarta, Maret 1983. 2. BAUMANN, E.W., Trace fIouride determinaton with ion Electrode, Anal Chim.Acta., 42., p.127-132., 1968. 3. BREWER, S., Solving Problems in Analytical Chemistry., p. 41 f John Wiley & Sons, Inc., Canada 1980. 4. SKOOG,D.A., Principles of Instrumental Analysis. p.449., Rinehart and Winston, Inc., N.York., 1971. 5. MOEKEN, H.H., dkk., The Potentiometric Determination of Fluorine in Nuclear fuel reprocessing solution., Anal. Chilli. Acta, 45., p.233-241., 1969. 6. CHANG, F.C., dkk., Determination of Th-U and U-Zr alloy composition 'with a fluoride-selective electride., Anal.Chim. Acta.,?1., p-477-481., 1974. 7. LOURIE,Y., Aide Memoire de chemie ana1ytique",EM Edition de Moscow, p. 330, 1975.
Muzakky dkk
TANYAJAWAB Kris Tri Basuki J. Apayang terdeteksipadaanalisis ini F atau HF melihat harga ao atau a, ? 2. Dari mana HF ini kolom dilihat proses yang ada, apa sangat mengganggu proses produksi Yellow Cake ? 3. pkJ apa terbentuk gas CO2 ? Muzakky 1. Yang terdeteksi CF (total), dan dengan persamaan 8, CFdihitung harganya dengan menghitung dulu (K'). 2. HF bagaimanapun korosif terhadap alaI ekstraksi seperti mixer settler yang banyak alatnya terbuat dari besilSS. 3. Kenyataannya pacta percobaan timbul gas, dan pactapH H2CO3spesies yang demikian adalah H2Odan CO2dengan pKa1 = 6,35 Iswani S J. Apa definisi aD, al & harga yang ditampilkan apakah diperoleh daTi percobaan. 2. Pada kesimpulan ditu/iskan bahwa anda melakukan pene/itian pada pH Apakah spesies yang dominan justru F dan bukan HF ? Mohon penjelasan Muzakky 1. ao dan aJ = derajat pembentukan spesies HF dan spesies F' dalam berbagai harga pH. Harga yang ditampilkan basil perhitungan teori biasa. 2. Betul, yang dominan pactapH 1 adalah HF (spesies) dan spesies F' kecil itu persoalannnyabagaimana eara menganalisis spesies F yang kecil di dalam suasa'na spesies HF besa; (teori).
ISSN 0216-3128