JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6
1
Biodegradasi Metilen Biru Menggunakan Jamur Pelapuk Coklat Gloeophyllum trabeum Nur Arif Ubaidillah, Adi Setyo Purnomo, dan Endah Mutiara Marhaeni Putri Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak—Metilen biru (MB) merupakan senyawa pewarna yang banyak digunakan sebagai pewarna tekstil dimana limbahnya dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan jamur pelapuk coklat Gloeophyllum trabeum dalam mendegradasi MB dengan metode cair.Produk metabolisme yang merupakan hasil degradasi dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan LC/TOF-MS. G. trabeum mampumendegradasi MB (100 mg/L) sebesar 47,01, 61,51, dan 71,71% setelah diinkubasi selama 0, 7, dan 14 hari. Analisis menggunakan LC/TOF-MS menghasilkan lima puncak baru yang diidentifikasi sebagai produk metabolisme. Berdasarkan data m/z dan referensi dari penelitian sebelumnya kelima senyawa tersebut adalah 2-nitro-5-(N,Ndimethyl)amino-benzene sulfonate, 4-amino-benzene-1,2-diol, 4-(dimethylamino)-2-[m-(dimethylamino)phenylsulfinyl] benzenamine,2-amino-benzenesulfonic acid, dan thionin.Penelitian ini mengindikasikan bahwa G. trabeum dapat digunakan untuk mendegradasi MB. Kata Kunci—Biodegradasi, metilen biru, G. trabeum . I. PENDAHULUAN ewarna sintetis banyak digunakan diberbagai industri untuk mewarnaibahan seperti dalam industri tekstil, kulit, kertas, wol, percetakan,kosmetik, plastik, dan kertas. Limbah yang dihasilkan mengandung sisa pewarna organik yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan.Beberapa limbah pewarna biasanya beracun, karsinogenik, mutagenik, dan teratogenik terhadap manusia.Diantara pewarna sintesis yang sering digunakan adalah metilen biru (MB). Selain digunakan sebagai pewarna tekstil, MB juga digunakan dibidang pengobatan, bakteriologi dan mikroskopi. MB stabil dalam air sehingga air limbah yang mengandung MB dapat memberikan dampak negatif terhadap flora, fauna, dan ekosistem air. Meskipun tidak dianggap sebagai pewarna yang sangat beracun, MB dapat menyebabkan beberapa efekberbahaya seperti muntah, peningkatan denyut jantung, diare, shock, sianosis, ikterus, quadriplegia, dan nekrosis jaringan pada manusia (Rauf et al., 2009; Guo et al., 2014; González et al.,2014).
P
Penelitian tentang degradasi MB terus dikembangkan untuk mengatasi permasalahan limbah MB. Pada tahun 2010, Huang dan kawan-kawan mendegradasi MB menggunakan metode dielectric barrier discharge (DBD). Degradasi MB juga
dilakukan menggunakan metode fotokatalis dengan Ti–10Cr sebagai katalis dan lampu UV (UVGL-58, J-129) sebagai sumber cahaya (Rouf et al.,2010). Penggunaan katalis untuk mendegradasi MB juga dilakukan Li dan kawan-kawan pada tahun 2014 menggunakan metode adsorpsi dan termokatalis dengan NiCoMnO 4 sebagai katalis. Metode elektrokimia dengan gelombang ultrasonik dilakukan Yang dan kawankawan pada tahun 2014 dengan RuO 2 –IrO 2 –TiO 2 /Ti sebagai plat eletkroda. Reaksi Fenton digunakan untuk mendegradasi MB yaitu menggunakan katalis foto-Fenton heterogen yang tersusun dari kompleks tris(1,10)-phenanthroline iron(II) pada zeolit NaY (Zhang et al., 2012). Penggunaan reaksi Fenton juga digunakan untuk mendedradasi MB yaitu dengan menggunakan katalis Fe(II)Fe(III)-LDHs (Wanget al.,2014). Penggunaan katalis logam dalam reaksi diketahui menghasilkan produk yang tidak ramah lingkungan berupa ion logam (Shaikh and Hong, 2013), sehingga diperlukan metode baru untuk mendegradasi MB. Penggunaan mahluk hidup berupa mikroorganisme mampu memberikan metode degradasi yang ramah lingkungan seperti digunakan jamur pelapuk untuk mendegradasi limbah berbahaya. Beberapa jamur pelapuk putih yang digunakan untuk mendegradasi limbah berbahaya adalah Phanerochaete chrysosporium (Senthilkumar et al., 2011); Bjerkandera adusta, Phanerochaete magnoliae, Pleurotus ostreatus, Trametes versicolor, Pycnoporus cinnabarinus dan Dichomitus squalens (Cvancarová et al., 2012); Coriolopsis gallica, Bjerkandera adusta, Trametes versicolor and Trametes trogii (Daâssi et al., 2013); Alternaria alternata (Chakrabortyet al., 2013); Irpex lacteus (Kalpana et al., 2014); Peniophora incarnata, Peniophora cinerea, Phanerochaete sordida, Trichaptum abietinum, Mycoaciella bispora, Phlebia tremellosa, Rhizochaete sp., Dentipellis dissita, Phlebiella sp., Heterobasidion annosum, Rhizochaete sp., Pseudochaete tabacina, Phyllotopsis nidulans, Ceriporia lacerata, Phanerochaete calotricha, Phlebia brevispora, Phanerochaete sp., Phlebia brevispora (Lee et al., 2014);Ganoderma sp. (Ma et al., 2014);danPhlebia lindtneri (Xu and Wang, 2014). Selain jamur pelapuk putih, jamur pelapuk coklat juga digunakan untuk mendegradasi limbah berbahaya seperti Fomitopsis pinicola, Daedalea dickinsii, Gloephyllum trabeum (Purnomoet al., 2008, 2010, 2011); Aspergillus aculeatus, Aspergillus flavus, dan Aspergillus fumigatus (Perlatti et al.,2013).
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 Pada penelitian ini digunakan jamur pelapuk coklat Gloeophyllum trabeum untuk mendegradasi MB. Sebelumnya, Purnomo dan kawan-kawan pada tahun 2008 menggunakan G. trabeum untuk mendegrdasi 1,1,1-trichloro-2,2-bis(4chlorophe-nyl) ethane (DDT). Kelebihan jamur pelapuk coklat yaitu dapat menghasilkan hidroksi radikal dari reaksi Fenton untuk mendegradasi berbagai substrat dibanding dengan jamur pelapuk putih yang hanya menggunakan enzim lignolitik sebagai agen pendegradasi. G. trabeum selain menghasilkan hidroksi radikal juga memiliki enzim xilanase yang digunakan jamur untuk mendegradasi selulosa dan hemiselulosa (Kimet al.,2014). Penggunaan G. trabeum untuk mendegradasi MB diharapkan mampu memberikan metode baru yang murah dan ramah lingkungan sehingga perlu dikaji kemampuan dan efektifitas biodegradasinya. II. URAIAN PENELITIAN A. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cawan petri, parafilm, erlenmeyer dan tutup spons, jarum ose, pipet tetes, mikropipet, gelas ukur, penggaris, alumunium foil, botol ampul,falcon,pembakar spiritus, neraca digital OHAUS, inkubator LOVIBOND, autoclaveES-315, laminary flow,sentrifuge IEC CL4CR,spektrofotometer GENESYS 10S UV-Vis, dan LC/TOF-MS ULTIMATE 3000.Bahan-bahan yang digunakandalampenelitianiniyaitu jamur G. trabeum , potato dextrose agar (PDA) MERCK, potato dextrose broth (PDB) MERCK, metilen biru(MB) SAP, dan aqua DM. B. Biodegradasi Metilen biru oleh G. trabeum pada Media Cair Media cair dibuat dari potato dexhtro borth (PDB). Dalam percobaan ini dibuat prekultur jamur pada media cair terlebih dahulu. Jamur G. trabeum sebesar 1 plug diinokulasikan ke dalam 10 ml media cair PDB. Kultur diinkubasi selama 7 hari pada suhu 30 °C. Setelah 7 hari dimasukkan 1 mL MB dengan konsentrasi 1100 mg/L (sebagai konsentrasi MB klorida) kedalam kultur untuk mencapai konsentrasi akhir 100 mg/L. Kultur yang telah ditambah MB diinkubasi selama 14 hari pada suhu 30 °C. Pada hari ke 0, 7, dan 14, kultur di sentrifuge dan diambil supernatannya. Supernatan yang dihasilkan diencerkan 10x dengan PDB lalu diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis.Untuk kontrol dibuat media cair PDB ditambah dengan metilen biru hingga mencapai konsentrasi 100 mg/L. C. Analisa Degradasi Metilen Biru dan Metabolit Produknya. Analisa degradasi metilen biru dan produk metabolismenya dilakukan dengan mengambil supernatan hasil sentrifugasi kemudian filtrat yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan instrumen LC-TOF MS. Sumber ionisasi yang dipakai adalah elektrosprai ionisasi (ESI) dengan range massa yang dipakai 50-350 nm. Metode elusi yang dipakai adalah metode gradien dengan laju alir 0,2 mL/menitpada tigamenit pertama dan tujuh menit selanjutnya menggunakan laju alir 0,4 mL/min. Fase gerak yang digunakan adalah metanol dengan perbandingan 99:1 pada
2 tiga menit awal dan 61:39 untuk tujuhmenit sisanya. Kolom yang digunakan adalah kolom jenis Acclaim TM RSLC 120 C18 dengan ukuran 2,1x100 mm dan suhu kolom 33 °C. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Biodegradasi Metilen Biru (MB) oleh G. trabeum pada Media Cair Diinokulasikan 1 mL MB dengan konsentrasi 1.100 mg/L kedalam 10 mL media cair untuk mendapatkan MB dengan konsentrasi 100 mg/L. Konsentrasi 100 mg/L dipilih sesuai konsentrasi yang dipilih pada media cawan agar.G. trabeum tumbuh berwarna coklat begitu juga dengan media cair yang digunakan. Baik menggunakan PDB maupun PDA, media yang ditumbuhkan jamur berubah warnanya menjadi coklat. Hal ini mengindikasi adanya enzim ekstraseluler dan metabolit sekunder yang dihasilkan G. trabeum. Enzim yang dihasilkan oleh G. trabeum adalah enzim xilanase yang merupakan enzim hidrolitik. Asumsi ini didasarkan pada penelitian yang dilakukan Kim dan kawan-kawan pada tahun 2014 bahwa G. trabeum menghasilkan enzim xilanase untuk mendegradasi hemiselulosa. Media cair hanya menggunakan kontrol negatif.Kontrol negatif merupakan media agar PDB dengan penambahan MB pada konsentrasi 100 mg/L tanpa ditumbuhkan G. trabeum. Kontrol negatif digunakan sebagai pembanding MB yang sudah terdegradasi dan yang belum terdegradasi.Treatment dilakukan hingga hari ke-14 dimana hasil treatment kemudian di analisis menggunakan spektroskopi UV-Vis dan LC/TOFMS. Gambar 4.1 merupakan profil degradasi MB pada media cair PDB. Semakin lama waktu inkubasi mengakibatkan semakin banyak MB yang terdegradasi dengan ditandainya perubahan warna biru menjadi kecoklatan (warna asli media PDB). Pengukuran absorbansi dilakukan menggunakan spektroskopi UV Vis untuk mengetahui prosentase dekolorisasi (%PD) yang menunjukan jumlah MB yang terdegradasi oleh G. trabeum. Pengukuran ini dilakukan pada hari ke-0, 7 dan 14 untuk mengetahui profil degradasinya. Sebelum pengukuran absorbansi, kultur jamur disentrifuge selama 10 menit dengan kecepan 4000 rpm untuk memisahkan biomasa G. trabeum dengan supernatan. Filtrat kemudian diencerkan 10x menggunakan PDB untuk memperkecil konsentrasi supernatan agar terbaca saat dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan metode scanning pada panjang gelombang 400-750 nm yang merupakan daerah panjang gelombang sinar tampak. Profil masing-masing absorbansi ditampilkan pada gambar 4.1. Panjang gelombang maksimum dari semua pengukuran absorbansi treatment adalah 665 nm yang merupakan panjang gelombang maksimum MB (Rauf, 2010). Pada profil absorbansi, hari ke-0 terjadi penurunan yang sangat drastis dari treatment. Penurunan absorbansi ini menunjukan bahwa dalam masa pre-inkubasi, G. trabeum kemungkinan telah memproduksi enzim seperti xilanase atau senyawa metabolit sekunder seperti hidroksi radikal dari reaksi Fenton yang dapat
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 mendegradsi MB. Pada hari ke-7 terjadi penurunan absorbansi dari hari ke-0 yang menunjukkan degradasi yang lebih banyak oleh G. trabeum dengan lebih memproduksi enzim-enzim dan senyawa metabolit sekunder yang dapat mendegradasi MB. Pada Hari ke-14, degradasi MB lebih besar dengan semakin stabilnya G. trabeum dalam memproduksi enzim atau hidroksi radikal untuk mendegradsi MB.
3 0,4 mL/menit. Fase gerak yang digunakan adalah metanol dengan perbandingan 99:1 pada tiga menit awal dan 61:39 untuk tujuhmenit sisanya.Kolom yang digunakan adalah kolom polar jenis Acclaim TM RSLC 120 C18 dengan ukuran 2,1x100 mm dan suhu kolom 33 °C. Pada kromatogram HPLC dapat dilihat adanya puncak yang sama antara kontrol dan treatment pada waktu retensi 5,57 menit. Berdasarkan analisis TOF-MS, kedua puncak tersebut memiliki m/z sebesar 284 (lihat lampiran C.6) yang merupakan m/z dari senyawa MB.Asumsi ini didasarkan pada penelitian Rauf dan kawan-kawan pada tahun 2010 dimana MB memiliki puncak m/z sebesar 284. Berdasarkan kromatogram, puncak MB pada treatment intensitasnya lebih rendah jika dibandingkan dengan puncak MB pada kontrol. Hal tersebut menunjukan bahwa pada treatment, MB telah terdegradsai sehingga konsentrasi MB berkurang.Pada kromatogram treatment terlihat adanya puncak baru yang muncul pada waktu retensi 1,63, 2,64, 3,04, 4,66, dan 5,40 menit. Masing-masing senyawa pada setiap waktu retensi dapat diketahui dari analisis TOF-MS dan didasarkan pada referensi penelitian sebelumnya. Kromatogram dari HPLC dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini :
Gambar 4.1 Profil absorbansi degradasi MB oleh G. trabeum Catatan : *Profil absorbansi dibuat dari rata-rata absorbansi pada kontrol dan treatment dengani n = 3 Jumlah MB yang terdegradasi dapat dihitung dalam bentuk prosentase. Persen Dekolorisasi (%PD) digunakan untuk menghitung berapa persen MB yang terdegradasi oleh G. trabeum dari konsentrasi awal MB (100 mg/L). %PD dari semua treatment dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini : Tabel 4.2 Absorbansi dan Persen Dekolorisasi (%PD) MB. Hari Ke 0
Absorbansi Kontrol 1,23
7 1,23 14 1,23 Catatan : *Rata-rata diambil dari n = 3
Absorbansi Treatmen 0,65 0,47 0,30
%PD 47,01 61,51 75,71
Dari tabel 4.2 diketahui pada hari ke-0 MB terdegradasi sebesar 47 %, hari ke-7 MB yang terdegradasi sebesar 61,5 %, dan hari ke-14 sebesar 75,7 %. Absorbansi kontrol negatif pada hari ke 0, 7, dan 14 tidak terjadi perubahan yang menunjukan bahwa MB tidak terdegradasi oleh keadaan lingkungan. B. Analisis Produk Metabolisme Hasil biodegradasi pada inkubasi hari ke-14 dianalisis menggunakan LC/TOF-MS untuk mengetahui produk degradasi dan jalur degradasinya. Sumber ionisasi yang dipakai adalah elektrosprai ionisasi (ESI) dengan range massa yang dipakai 50-350. Metode elusi yang dipakai adalah metode gradien dengan laju alir tigamenit pertama 0,2 mL/menit dan tujuh menit selanjutnya menggunakan laju alir
Gambar 4.2 Kromatogram HPLC kontrol dan treatment pada hari ke 14 Catatan : *Garis merah adalah kromatogram dari treatment *Garis hitam adalah kromatogram dari kontrol Berdasarkan Gambar 4.4, lima puncak baru pada kromatogram treatment menunjukan senyawa MB yang telah
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 terdegradasi menjadi lima senyawa lain pada hari inkubasi ke14. Berdasarkan analisis TOF-MS, pada waktu retensi 1,63 menit diperoleh m/z sebesar 245 dan diasumsikan sebagai senyawa 2-nitro-5-(N,N-dimethyl)amino-benzene sulfonate yang didasarkan pada penelitian Zhang dan kawan-kawan pada tahun 2011 dimana 2-nitro-5-(N,N-dimethyl)aminobenzene sulfonate adalah produk degradasi dari MB. Pada waktu retensi 2,64 menit diperoleh m/z sebesar 187) dan diasumsikan sebagai senyawa 2,5-diaminobenzenesulfonic acid yang didasarkan pada penelitian Wang dan kawan-kawan pada tahun 2014 dimana 2,5-diaminobenzenesulfonic aciddiusulkan dalam jalur degradasi MB. Pada waktu retensi 3,04 menit diperoleh m/z sebesar 302 dan diasumsikan sebagai senyawa 4-(dimethylamino)-2-[m-(dimethylamino) phenylsulfiny] benzenamine yang didasarkan pada penelitian Ejhieh dan Shamsabadi pada tahun 2014 dimana 4(dimethylamino)-2-[m-(dimethylamino) phenylsulfiny] benzenamine adalah produk degradasi dari MB. Pada waktu retensi 4,66 menit diperoleh m/z sebesar 172 dan diasumsikan sebagai senyawa o-aminobenzenesulfonic acid yang didasarkan pada penelitian Wang dan kawan-kawan pada tahun 2014 dimana senyawa o-aminobenzenesulfonic aciddiusulkan dalam jalur degradasi MB. Pada waktu retensi 5,40 menit diperoleh m/z sebesar 227 dan diasumsikan sebagai senyawa 3,7-phenothiazinediamine atau yang dikenal dengan nama thionin yang didasarkan pada penelitian Rauf dan kawan-kawan pada tahun 2010 dimana thioninadalah produk degradasi dari MB. IV. KESIMPULAN Biodegradasi metilen biru (MB) menggunakan G. trabeum telah dilakukan pada media cair PDB. Persen dekolorisasi (%PD) MB pada media cair PDB pada hari ke 0, 7, dan 14 sebesar 47,15; 61,78; dan 71,61%. Produk metabolisme hasil biodegradasi MB adalah 2-nitro-5-(N,N-dimethyl)aminobenzene sulfonate, 2,5-diaminobenzenesulfonic acid, 4(dimethylamino)-2-[m-(dimethylamino) phenylsulfinyl] benzenamine, o-aminobenzenesulfonic acid, dan 3,7phenothiazinediamine atau yang dikenal dengan nama thionin. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua jurusan Kimia FMIPA ITS, Kepala Laboratorium dan keluarga besar Laboratorium Kimia Mikroorganisme Kimia FMIPA ITS. DAFTAR PUSTAKA Adan OCG and Samson RA (2011) Fundamentals of Mold Growth in Indoor Environments and Strategies for Healthy Living.Wageningen Academic Publishers, Utrecht. Agosin E, Jarpa S, Rojas E, and Espejo E (1989)Solid-state fermentation of pine sawdust by selected brown-rot fungi. Enzyme Microb. Technol. 11, 511-517. Alexander M (1965) Biodegradation: problems of molecular recalcitrance and microbial fallibility. Advances in Applied Microbiology 7, 35–80.
4 Arantes V, Jellison J, and Goodell B, (2012) Peculiarities of brown-rot fungi and biochemical Fenton reaction with regard to their potential as a model for bioprocessing biomass. Appl Microbiol Biotechnol 94:323–338. Ardrey, R E (2003)Liquid Chromathography-Mass Spectrometry : an Introduction. Wiley. England. Ashari K (2013) Pengaruh Penambahan Pseudomonas aeruginosa Terhadap Biodegradasi DDT oleh Pleurotus ostreatus.ITS, Surabaya. Barbusiński K (2009) Fenton Reaction - Controversy Concerning The Chemistry.Ecological Chemistry And Engineering S 16 No. 3. Chakraborty S, Basak B, Dutta S, Bhunia B, and Dey A (2013) Decolorization and biodegradation of congo red dye by a novel white rot fungus Alternaria alternata CMERI F6. Bioresource Technology147, 662–666. Chandhoke V, Goodell B, Jellison J, and Fekete FA (1992) Oxidation of 2-keto-4-thiomethylbutyric acid (KTBA) by iron-binding compounds produced by the wooddecaying fungus Gloeophyllum trabeum. Microbkflogy Letters 90, 263-266. Cohen R, Jr KAJ, Houtman CJ, and Hammel KE (2002) Significant levels of extracellular reactive oxygen species produced by brown rot basidiomycetes on cellulose. FEBS Letters531. 483-488. Cotoras M and Agosin (1992) Regulatory Aspects of Endoglucanase Production by the Brown-Rot Fungus Gloeophyllum trabeum.Experimental Mycology 16, 253-260. Cvancarová M, Krsinová Z, Filipová A, Covino S, and Cajthaml T (2012) Biodegradation of PCBs by ligninolytic fungi and characterization of the degradation products. Chemosphere88, 1317–1323. Daâssi D, Mechichi T, Nasri M, and Couto SR (2013) Decolorization of the metal textile dye Lanaset Grey G by immobilized white-rot fungi.Journal of Environmental Management 129, 24-332. EjhiehaAN and Shamsabadi MK (2014) Comparison of photocatalytic efficiency of supported CuO onto microand nano particles of zeolite X in photodecolorization of Metilen biru and Methyl orange aqueous mixture. Applied Catalysis A: General 477, 83–92. Fackler K, Stevanic, JS, Ters T, Hinterstoisserc B, Schwanninger M, and Salmén L (2010) Localisation and characterisation of incipient brown-rot decay within spruce wood cell walls using FT-IR imaging microscopy. Enzyme and Microbial Technology47, 257–267. Fahr KA, Wetzstein HG, Grey R,and Schlosser D (1999) Degradation of 2,4-dichlorophenol and pentachlorophenol by two brown rot fungi. FEMS Microbiology Letters 175, 127-132. Ferrer I and Thurman EM (2009) Liquid Chromatography Time-of-Flight Mass Spectrometry: Principles, Tools, and Applications for Accurate Mass Analysis. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey. Fessenden R J dan Fessenden JS (1994) Kimia Organik Edisi ke 3 jilid 1 terjemahan oleh Aloysius H. P, Ph. D.. Erlangga, Jakarta.
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 Gadd GM (2001) Fungi in bioremediation. Cambridge University Press, New York. Gao Z, Mori T, and Kondo T (2013) The pretreatment of corn stover with Gloeophyllum trabeum KU-41 for enzymatic hydrolysis. Biotechnology for Biofuels5, 28. Glenn JK and Gold MH (1983) Decolorization of several polymeric dyes by the lignin-degrading basidiomycete Phanerochaete chrysosporium.Applied and Environmental Microbiology 45, 1741–1747. González RG, García AC, and Abedul MTF (2014) Enhanced detection of the potential electroactive label methyleneblue by electrode nanostructuration with carbon nanotubes.Sensors and Actuators B 202, 129– 136. Goodell B (2003) Brown-rot fungal degradation of wood. ACS Symposium series845, 97-118. GreenF and Highley TL (1997) Mechanism fo brown-rot decay: Paradigm or paradox1. Int Biodeterior Biodegrad39, 113-124. Guo JZ, Li B, Lv K, and Liu L (2014) Removal of metilen biru from aqueous solutions by chemically modified bamboo. Chemosphere111, 225–231. Harris DC (2007) Quantitative Chemical Analysis(seventh edition). W.H. Freeman and Company, New York. Harvey D (2000) Modern Analytical Chemistry.The McGrawHill Companies, Inc., United States of America. Huang F, Chen J, Wang H, and Yan Z (2010) Analysis of the degradation mechanism of metilen biru by atmospheric pressure dielectric barrier discharge plasma.Chemical Engineering Journal 162, 250–256. Huang Y and Wang J (2013) Degradation and mineralization of DDT by the ectomycorrhizal fungi, Xerocomus chrysenteron.Chemosphere92, 760–764. Kalpana D, Velmurugan N, Shim JH, Oh BT, Senthil K, and Lee YS (2012) Biodecolorization and biodegradation of reactive Levafix Blue E-RA granulate dye by the white rot fungus Irpex lacteus. Journal of Environmental Management 111, 142-149. Kelley SS, Jellison J, and Goodell B (2002) Use of NIR and pyrolysis-MBMS coupled with multivariate analysis for detecting the chemical changes associated with brown-rot biodegradation of spruce wood. FEMS Microbiology Letters 209, 107-111. Kerem Z, Jensen KA,and Hammel KE (1999) Biodegradative mechanism of the brown rot basidiomycete Gloeophyllum trabeum: evidence for an extracellular hydroquinone-driven fenton reaction. FEBS Letters 446, 49-54. Kim HM, Lee KH, Kim KH, Lee DS, Nguyena QA, and Bae HJ (2014) Efficient function and characterization of GH10 xylanase (Xyl10g)from Gloeophyllum trabeum in lignocellulose degradation. Journal of Biotechnology 172, 8– 45. Kuhad RC, Singh A, ErikssonKE (1997) Microorganisms and enzymes involved in the degradation of plant fiber cell walls. Adv Biochem Eng Biotechnol 57, 45-125. Lacorte S and Fernandez AAR (2006) Time of Flight Mass Spectrometry Applied to The Liquid Chromatographic Analysis of Pesticides in Water and Food. Mass Spectrometry Reviews 25, 866–880.
5 Lee M, Jang Y, Choi YS, Kim MJ, Lee J, Lee H, Hong HJ, Lee YM, Kim GH, and Kim JJ (2014) Biotechnological procedures to select white rot fungi for the degradation of PAHs. Journal of Microbiological Methods 97, 56– 62. Li K, Luo X, Lin X, Qi F, and Wu P (2014) Novel NiCoMnO4 thermocatalyst for low-temperature catalytic degradation of methylene blue. Journal of Molecular Catalysis A: Chemical 383–384, 1– 9. Lindsay S (1987) High Performance Liquid Chromatography.Jhon Wiley & Sons, New York. Lo JCY, Barracq MA, and Clark RF (2014) A Review Of Metilen biru Treatment For Cardiovascular Collapse.The Journal of Emergency Medicine 46 No. 5, 670–679. Lopretti M, Cabella D, Morais J, and Rodngues A (1998) Demethoxylation of lignin-model compounds with enzyme extracts from Gloeophilum trabeum.Proces Biochemistry 33 No. 6, 657-661. Ma L, Zhuoa R, Liu H, Yu D, Jiang M, Zhang X, and Yang Y (2014) Efficient decolorization and detoxification of the sulfonated azo dye Reactive Orange 16 and simulated textile wastewater containing Reactive Orange 16 by the white-rot fungus Ganoderma sp. En3 isolated from the forest of Tzu-chin Mountain in China. Biochemical Engineering Journal82, 1–9. Mansfield SD, Saddler JN, and Gubitz GM (1998) Characterization of endoglucanases from the brown rot fungi Gloeophyllum sepiarium and Gloeophyllum trabeum.Enzyme and Microbial Technology23,133– 140. Monrroy M, Ortega I, Ramírez M, Jaime Baeza J, and Freer J (2011) Structural change in wood by brown rot fungi and effect on enzymatic hydrolysis. Enzyme and Microbial Technology49, 472–477. Nakasone KK and Gilbertson RL (1998) Three Resupinate Hydnaceous Basidiomycete From Hawai’i. University of Arizona 33, 85–92. Pasch H and Schrepp W (2003) MALDI-TOF Mass Spectrometry of Synthetic Polymers.Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Berlin. Perlatti B, Silva MF, Fernandes JB, and Forim RS (2013) Biodegradation of 1,2,3,4-tetrachlorodibenzo-p-dioxin in liquid broth by brown-rot fungi.Bioresource Technology148, 624–627. Prousek J (2007) Fenton chemistry in biology and medicine.Pure Appl. Chem. 79, 2325–2338. Purnomo AS, Kamei I, and Kondo R (2008) Degradation of 1,1,1-Trichloro-2,2-Bis (4-Chlorophenyl) Ethane (DDT) by Brown-Rot Fungi. Journal Of Bioscience And Bioengineering 105, 614–621. Purnomo AS, Mori T, and Kondo R (2010) Involvement of Fenton reaction in DDT degradation by brown-rot fungi.International Biodeterioration & Biodegradation64, 560-565. Purnomo AS, Mori T, Kamei I, and Kondo R (2011) Basic studies and applications on bioremediation of DDT: A review. International Biodeterioration & Biodegradation65, 921-930.
JURNAL SENI DAN SAINS Vol. 2, No. 1, (2014) 1-6 Rasmussen ML, Shrestha P, Khanal SK, Pometto AL,and Leeuwen JV (2010) Sequential saccharification of corn fiber and ethanol production by the brown rot fungus Gloeophyllum trabeum. Bioresource Technology101, 3526–3533. Rauf MA, Meetani MA, Khaleel A, and Ahmed A (2010) Photocatalytic degradation of Metilen biru using a mixed catalyst and product analysis by LC/MS. Chemical Engineering Journal 157, 373–378. Shaikh TM and Hong FE (2013) Efficient method for the oxidation of aldehydes and diols with tertbutylhydroperoxide under transition metal-free conditions.Tetrahedron68, 8929–8935. Richana N (2002) Produksi dan Prospek Enzim Xilanase dalam Pengembangan Bioindustri di Indonesia.Buletin AgroBio5 No. 1, 29-36. Ritschkoff AC, Buchert J, and Viikari L (1994) Purification and characterization of a thermophilic xylanase from the brown-rot fungus Gloeophyllum trabeum. Journal of Biotechnology 32, 67-74. Schilling JS, Ai J, Blanchette RA, Duncan SM, Filley TR, and Tschirner UW (2012) Lignocellulose modifications by brown rot fungi and their effects, as pretreatments, on cellulolysis. Bioresource Technology 116, 147–154. Senthilkumar S, PerumalsamyM, and Prabhu HJ (2011) Decolourization potential of white-rot fungus Phanerochaete chrysosporium on synthetic dye bath effluent containing Amido black 10B. Journal of Saudi Chemical Society, In Press. Sharma BK, (2007) Chromatography Fifth Edition, KRISHNA Prakashan Media, Delhi. Solomon TWG and Fryhle C (2010) Organic Chemistry. John Wiley & Sons, United States of America. Taha M, Adetutu EM, Shahsavari E, Smith AT, and Ball AS (2014) Azo and anthraquinone dye mixture decolourization at elevated temperature and concentration by a newly isolated thermophilic fungus, Thermomucor indicae-seudaticae.Journal of Environmental Chemical Engineering 2, 415–423. Viitanen H (1994) Factors affecting the development of biodeterioration in woodenconstructions.Mater Struct 27, 483-493. Wang Q, Tian S, Long J, and Ning P (2014) Use of Fe(II)Fe(III)-LDHs prepared by co-precipitation method in aheterogeneous-Fenton process for degradation of Methylene Blue. Catalysis Today224, 41–48. Wang W, and Gao PJ (2003) Function and mechanism of a low-molecular-weight peptide produced by Gloeophyllum trabeum in biodegradation of cellulose. Journal of Biotechnology101, 119-130. Wang Y, Guo LD, and Hyde KD (2005) Taxonomic placement of sterile morphotypes of endophytic fungi from Pinus tabulaeformis (Pinaceae) in northeast China based on rDNA sequences. Fungal Diversity20, 235260. Wonoraharjo S (2013) Metode-Metode Pemisahan Kimia. Akademia Permata, Jakarta.
6 Xu
G and Wang J (2014) Biodegradation of decabromodiphenyl ether (BDE-209) by white-rot fungus Phlebia lindtneri.Chemosphere 110, 70–77. Yang B, Zuo J,Tang X, Liu F, Yu X, Tang X, Jiang H,and Gan L (2014) Effective ultrasound electrochemical degradation of metilen biru wastewater using a nanocoated electrode. Ultrasonics Sonochemistry 21, 1310–1317. Zhang J, Hu FT, Liu QQ, Zhao X, and Liu SQ (2011) Application of heterogenous catalyst of tris(1,10)phenanthroline iron(II) loaded on zeolite for the photoFenton degradation of methylene blue. Reac Kinet Mech Cat 103, 299–310.