Bimbingan dan Konseling Keluarga; Analisis Pembinaan Keluarga Persfektif Al Qur’an Surah Lukman Ayat 16-17 Oleh : Akramul Wathan76 Abstrak Konseling keluarga sebagai bentuk formal suatu kelompok terapeutik berkembang relatif baru. Keluarga mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat. Terbentuknya keluarga bukan sematamata mempunyai kepentingan yang sama, tetapi dari itu adalah berdasarkan sukarela dan cinta kasih yang asasi dia antara dua manusia (suami-isteri). Berdasarkan rasa cinta kasih inilah kemudian lahir anak sebagai wadah antara individu dan kelompok yang menjadi tempat pertama dan utama sosialisasi anak. Ibu, ayah, saudara dan keluarga yang lain adalah orang yang pertama bagi anak untuk mengadakan kontak dan tempat pembelajaran sebagaiman hidup orang lain. Kata kunci : Bimbingan konseling keluarga, pembinaan.
76
Penulis adalah mahasiswa S-1 jurusan Bimbingan dan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah IAIN Mataram.
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
A. Pendahuluan Keluarga merupakan satuan persekutan hidup yang saling mendasar dan merupakan pangkal kehidupan masyarakat. Di dalam keluargalah setiap warga masyarakat memulai kehidupannya dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Ketika menangani konseling, seorang konselor harus sadar bahwa ia tidak boleh melihat klien hanya sebagai individu saja karena dalam kenyataanya klien tidak hidup dalam lingkungan statis. Keluarga adalah salah satu bagian dari hidup klien yang memberi pengaruh yang sangat besar, bahkan dapat dikatakan paling besar. Pengaruh keluarga ini tidak hanya bersifat positif tetapi juga negatif. Dari sekian banyak kasus konseling yang dihadapi konselor, ternyata masalah keluarga merupakan faktor paling kuat yang menyebabkan masalah-masalah lain timbul. Lebih jauh, mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga yang mendukung kehidupan masyarakat itu. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia sebagaimana dikutip oleh Abu Bakar M. Luddin mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi secara signifikan mempengaruhi strukutur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya perceraian, kedua orang tua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria dan wanita, dan kebebasan hubungan seksual. Selain itu meningkatnya kesadaran tentang anak-anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari pekerjaan dan ketidak mampuan ekonomi pada umumnya menambah unsur-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga.77 Secara umum masalah-masalah yang banyak dihadapi oleh keluarga yang tidak dapat mereka atasi dan memerlukan bantuan orang lain yaitu konselor diantaranya: pertama, peristiwa atau situasi yang membuat stress, kedua, sumber-sumber kekuatan dalam keluarga, ketiga, cara anggota keluarga memandang situasi yang terjadi. Unsur-unsur yang tidak menguntukan itu secara langsung ataupun tidak langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, baik mereka yang masih mengikuti pendidikan disekolah maupun yang tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntukan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang dinahkodai oleh ayah sebagai keluarga, sedangkan ibu sebagai kepala kerumahtanggaan dan sekaligus asisten nakhoda. Keluarga memegang peranana penting dalam pendidikan anak-anak, bahkan Rasulullah Drs. Abu Bakar M. Luddin, M. Pd., Ph. D, Dasar-dasar Konseling ; Tinjauan Teori dan Praktek, ( Bandung : PT. Ciptapustaka Media Perintis, 2010) , 31-32 77
34
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
Saw. Setiap anak yang lahir dalam keadaan suci bersih (fitrah) kedua orang tuannya yang memberikan warna dalam arti menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebab Keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan lingkungan budaya pertama dan utama dalam rangka menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan perilaku yang dianggap penting bagi kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak, dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Konseling keluarga pada dasarnya merupakan penerapan konseling pada situasi yang khusus. Konseling keluarga ini secara khusus memfokuskan pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga. Menurut D. Stanton konseling keluarga dapat dikatakan sebagai konseling khusus karena sebagaimana yang selalu dipandang oleh konselor terutama konselor non keluarga, konseling keluarga sebagai (1) sebuah modalitas yaitu klien adalah anggota dari suatu kelompok, yang (2) dalam proses konseling melibatkan keluarga inti atau pasangan. Konseling keluarga memandang keluarga secara keseluruhan bahwa anggota keluarga adalah bagian yang tidak mungkin dipisahkan dari anak (klien) baik dalam melihat permasalahannya maupun penyelesaiannya. Sebagai suatu sistem, permasalah yang dialami seorang anggota keluarga akan efektif diatasi jika melibatkan anggota keluarga yang lainnya. Pada mulanya konseling keluarga terutama diarahkan untuk membantu anak agar dapat beradaptasi lebih baik untuk mempelajari lingkungannya melalui perbaikan lingkungan keluarganya. Pada masa lalu, menurut Moursund, konseling keluarga terfokus pada salah satu atau dua hal, yaitu (1) keluarga terfokus pada anak yang mengalami bantuan yang berat seperti gangguan perkembangan dan skizofrenia78, yang menunjukan jelas-jelas mengalami gangguan; dan (2) keluarga yang salah satu atau kedua orang tua tidak memiliki kemampuan, menelantarkan anggota keluarganya, salah dalam member kelola anggota keluarga, dan biasanya memiliki sebagian masalah.
78
Istilah skizofrenia berasal dari kata schizos : pecah belah dan phren: jiwa. Skizofrenia menjelaskan mengenai suatu gangguan jiwa dimana penderita mengalami perpecahan jiwa adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan, Kraepelin seorang ahli kedokteran jiwa dari kota Munich memaparkan skizofrenia sebagai bentuk kemunduran intelegensi sebelum waktunya yang dinamakannya demensia prekox (demensia : kemunduran intelegensi) prekox (muda, sebelum waktunya).
35
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
Anak di dalam suatu keluarga sering kali mengalami masalah dan berada dalam kondisi yang tidak berdaya di bawah tekanan dan kekuasaan orang tua. Permasalahan anak adakalanya diketahui oleh orang tua dan sering kali tidak diketahui orang tua. Permasalahan yang diketahui orang tua jika fungsi-fungsi psikososial dan pendidikannya terganggu orang tua akan mengantarkan anaknya ke konselor jika mereka memahami bahwa anaknya sedang mengalami gangguan yang berat. Karena itu konseling keluarga lebih banyak memberikan pelayanan terhadap keluarga dengan anak yang mengalami gangguan. Hal kedua berhubungan dengan keadaan orang tua. Banyak dijumpai orang tua tidak berkemampuan dalam mengelola rumah tangganya, menelantarkan kehidupan rumah tangganya sehingga tidak terjadi kondisi yang berkesinambungan dan penuh konflik, atau memberi perlakuan secara salah (abuse) pada anggota keluarga lain, dan sebagainya merupakan keluarga yang memiliki berbagai masalah. Jika mengerti dan berkeinginan untuk membangun kehidupan keluarga yanag lebih stabil, mereka membutuhkan konseling. Perkembangan belakangan konseling keluarga tidak hanya menangani dua hal tersebut. Permasalahan lain yang juga ditangani karena anggota keluarga mengalami kondisi yang kurang harmonis di dalam keluarga akibat stressor perubahan-perubahan budaya, cara-cara baru dalam mengatur keluargannya, dan cara menghadapi dan mendidik anak-anak mereka. Berdasarkan pengalaman dalam penanganan konseling keluarga, masalah yang dihadapi dan dikonsultasikan kepada konselor antara lain: keluarga dengan anak yang tidak patuh terhadap harapan orangtua, konflik antar anggota keluarga, perpisahan diantara anggota keluarga karena kerja di luar daerah dan anak yang mengalami kesulitan belajar atau sosialisasi. Keperluan akan bimbingan dan konseling keluarga sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, relegius, ilmu pengetahuan dan teknologi. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakikat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semnagat memberikan bimbingan adlah filsafat humanisme. Aliran filsafat ini berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Aliran ini berkeyakinan bahwa keluarga dan msyarakat yang miskin dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah temapt yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
36
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu yang lain dalam perkembangannya, implikasi dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai dengan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dari sisi keunikan dan keagamaan individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya. Kehidupan sosial budaya suatu masyarakat adalah sistem terbuka yang selalu berinteraksi dengan sistem lain. Ketrebukaan ini mendorong terjadinya pertumbuhan, pergeseran dan perubahan nilai dalam masyarakat yang akan mewarnai cara berfikir dan perilaku individu. Nilai menjadi hal penting dalm perkembangan individu karena nilai menjadi dasar bagi individu dalam proses memilih dan mengambil keputusan. Bimbingan dan konseling membantu individu memelihara, menginternalisasi, memeperluas dan memaknai nilai sebagai landasan dan arah pengembangan diri. Landasan relegius ialah unsur-unsur keagamaan yang terkait erat dalam hakikat, keberadaan dan perikehidupan manusia. Dalam landasan relegius bagi layanan bimbingan dan konseling perlu ditekankan tiga hal yang mendasar yaitu: Pertama, keyakinan bahwa manusia dan seluruh alam semesta adalah mahluk Tuhan. Kedua, sikap yang mendorong perkembangan dan perikehidupan manusia berjalan ke arah dan sesuai dengan kaidah agama. Ketiga, upaya yang memungkinkan berkembang dan dimanfaatkannya secara optimal suasana dan perangkat budaya (termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi) serta kemasyarakat yang sesuai dan meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan masalah individu. Kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat, kesempatan kerja berkembang dengan cepat pula sehingga setiap individu memerlukan bantuan dari pembimbing untuk penyesuaian minat dan kemampuan mereka terhadap kesempatan dunia kerja yang selalu berubah dan meluas. Perkembangan dibidang industri selain bedamoak positif juga berdampak negatif terhadap kehidupan kelaurga dan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di kota industri. Kenakalan remaja meningkat, petegangan dan prasangka rasial yang didasarkan sentimen keagamaan meningkat, peranan keluarga sebagai penunjang, penggerak dan pembina moral tidak efektif, nilai dan moral menjadi kacau tidak menentu. Kondisi tersebut memerlukan bimbingan dan konseling yang memadai.
37
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
B. Komunikasi pembentukan sikap dalam keluarga Setiap hari kita berkomunikasi dengan orang lain melalui berbagi media dan cara. Berkomunikasi sangat penting bagi kita karena melalui komunikasi beberapa kebutuhan kita terpenuhi. Sebagai contoh, melalui komunikasi kita mendapatkan informasi penting untuk menyelesaikan tugas tertentu. Melalui komunikasi, kita memperoleh kepuasan psikologis seperti terpenuhinya perasaan cinta, perhatian dan kasih sayang. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya manusia jika dalam sehari atau seminggu tidak melakukan kontak komunikasi dengan orang lain.79 Begitu juga keluarga, membutuhkan sentuhan komunikasi yang hangat dan penuh empati antara sesama anggota keluarga. Melalui komunikasi yang hangat dan penuh empati tersebut, anggota keluarga akan terpenuhi kebutuhan psikologisnya. Berkaitan dengan hal tersebut peranan komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang sangat penting. Antara suami dan isteri perlu saling berkomunikasi dengan baik untuk dapat mempertemukan sifat, karakter, watak yang satu dengan yang lain, sehingga dengan demikian kesalahpahaman dapat dihindarkan. Dengan berkembangnya keluarga, yaitu hadirnya anak dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga akan lebih meningkat, dalam pengertian perlu ada komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak. Cukup banyak persoalan dalam keluarga yang timbul karena kurang atau tidak adanya komunikasi yang baik dalam lingkungan keluarga, hal ini perlu disadari oleh pihak orang tua. 1. Komunikasi dalam keluarga Pengertian komunikasi cukup banyak dikemukakan oleh para ahli. Namun demikian secara umum dapat dikemukakan bahwa komunikasi itu merupkan proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung arti. Syarat utama agar komunikasi dapat dipahami yaitu lambang-lambang tersebut mengandung arti yang sama bagi penyampaian dan penerimaan komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung secara verbal ataupun nonverbal. Komunikasi antara suami isteri pada dasarnya harus terbuka. Hal tersebut karena suami isteri merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam membentuk sebuah keluarga yang baik. Komunikasi yang terbuka diharapkan dapat menghindari kesalah fahaman. Dalam batas-batas tertentu sifat keterbukaan dalam komunikasi juga dilaksanakan dengan anak-anak, yaitu apabila anak telah dapat berfikir secara baik, anak telah dapat mempertimbangkan secara baik mengenai hal-hal yang dihadapinya. Dengan demikian Savitri ramadhani, The Art Of Positive Communicating; Mengasah Potensi dan kepribadian Positif pada anak melalui komunikasi Positif (Yogyakarta: Bookmarks, 2008), 27 79
38
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
diharapakan akan ada saling pengertian di antara seluruh anggota keluarga dan dengan demikian akan terbina dan tercipta tanggung jawab sebagai anggota keluarga. Komunikasi dalam keluarga sebaiknya dua arah, yaitu saling memberi dan saling menerima di antara anggota keluraga. Dengan komunikasi dua arah, masing-masing pihak akan aktif dan masing-masing
pihak
akan
memberikan
pendapatnya
mengenai
masalah
yang
dikomunikasikan. 2. Sikap orang tua terhadap anak Anak mulai mengadakan hubungan secara langsung dengan lingkungannya, pertama-tama adalah lingkungan keluarga. Kelurga merupakan lingkungan sosial yang pertama dan utama bagi anak. Dalam lingkungan keluargalah anak mulai mengadakan persepsi, baik mengenai hal-hal yang di laur dirinya, maupun mengenai dirinya. Dalam keluarga, anak mulai melakukan interaksi dengan orang tuanya, yaitu ayah dan ibu. Dalam interaksi tersebut masing-masing saling memberikan stimulus dan respon. Dengan interaksi antara anak dan orangtua, maka akan terbentuklah gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak sebagai hasil interaksinya. Anak akan mempunyai gamabaran tertentu mengenai orang tuannya, demikian pula sebaliknya orangtua akan mempunyai gambaran tentang anaknya. Dengan adanya gambaran-gambaran tertentu tersebut sebagai hasil persepsinya melalui komunikasi, maka akan terbentuklah sikap-sikap tertentu pada masing-masing pihak. Bagi orangtua sebagai objek sikap, sebaliknya bagi anak orang tua sebagai objek sikap. Pada anak akan terbentuk sikap tertentu terhadap orang tuanya, sebalinya pada orang tua akan terbentuk sikap tertentu terhadap anaknya. Terbentuklah sikap orangtua terhadap anak dan sebaliknya terbentuklah sikap anak terhadap orangtua, merupakan hasil interaksi yang terus menerus antara anak dengan orang tua dan interaksi berlangsung melalui komunikasi. Dengan demikian, akan jelas peran komunikasi dalam keluarga dalam kaitannya dengan pembentukan sikap, baik sikap orang tua terhadap anak maupun sikap anak terhadap orang tua, karena itu diperlukan sikap sebaik-baiknya orangtua terhadap anak.
C. Efisiensi Peran Orang tua terhadap Anak Bila kita telaah sejarah, kita akan temukan orang seperti Shahib bin Ubbad,80 sebagai teladan yang terkenal dengan kedermawanan dan kemurahannya. Ketika ibn Ubbad81 80
(326-385 H).
39
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
berbicara tentang bagaiman sifat mulia ini dapat melekat pada dirinya, ia katakan bahwa sifat itu berasal dari ibunya. Ia juga menyatakan bahwa dirinya mendapatkan petunjuk darinya, khususnya cara pembinaannya terhadapnya. Ibunya setiap hari memberinya sejumlah uang, ketika ia pergi ke sekolah, dan memintanya untuk bersedekah darinya. Ibnu Ubbad berkata, Perilaku sehari-hari yang dibiasakan oleh ibuku terhadapku ialah yang menjadikan diriku dermawan, sebab aku terdidik bahwa manusia harus memikirkan orang lain seperti memikirkan dirinya.” Sekarang kita pun dapat menerapkan metode seperti ini dalam membina ataupun mendidik anak, memberikan kepada anak kasih sayang, dan mengajarkan mereka konsepkonsep luhur untuk mengasihi, mencintai dan menyayangi. Hak tertinggi yang terletak di pundak orang tua terhadap anak mereka adalah hak ketakwaan. Sewaktu seorang anak mencapai usia tujuh tahun, ia wajib memepelajari pelaksanaan salat secara benar. Dan orang tua wajib memberikan motivasi kepadanya, dengan memberikan hadiah atau penghargaan. Demikian pula halnya dengan Ibadah puasa. Bila seorang anak memberikan pelayanan (bantuan) tertentu kepada tentangganya – atau kerabat dan kawannya – maka wajib bagi kita memberikan semangat atas kecendrungan ini, dengan menyodorkan hadiah yang pantas baginya. Bila seorang puteri telah mencapai usia sembilan tahun (usia baligh dan taklif), dan seorang puteri telah mencapai usia baligh dan taklif, hendaknya perangai takwa mendalam pada eksistensinya dan hadir dalm perilakunya. Sifat ketakwaan inti tidak mungkin berpindah kepada anak kecuali melalui lingkungan keluarga dan pengaruh langsung orang tua, yang menanamkan nilai-nilai keagamaan pada jiwa anak dan mendidik mereka mengenal ma’ad (hari kebangkitan) serta takut kepada Allah. Di antara hak-hak anak juga adalah adab (sopan santun). Orang yang tidak menghias dirinya dengan adab yang baik, akan terisolir dari masyarakat dan dikeluarkan dari lingkup hubungan-hubungannya yang wajar. Dan orang yang terisolir dari
Shahib bin Ubbad adalah Abul qasim Ismail bin Abul Hasan bin Ubbad bin al-Abbas, lahir di sebuah daerah persia di Ustukhar atau taligan, pada tanggal 16 Dzulqaidah 326 H. Ia mempelajari ilmu dan adab dari ayahnya, dan terkenal sebagai pengelola urusan-urusan keilmuan, adab, dan periwayatan hadis. Ia bekata, “Siapa yang tidak menulis hadis, maka ia belum menemukan manisnya Islam.” Ia terkenal dengan kedermawanannya dan kemurahan hatinya, hingga diriwayatkan, bahwa setiap tahun ia mengirim ke baghdad 5000 dinar yang dibagikan kepada para fukaha dan sastrawan. Seorang pun tidak masuk kedalam rumahnya pada bulan Ramadan, lalu keluar dari rumahnya melainkan setelah berbuka puasa, dan pada setiap malamnya seribu orang berbuka puasa ditempat tinggalnya. Ia wafat pada tahun 385 H di kota ray dan dimakamkan di Isfahan, Iran. Tentang Biografinya silakan merujuk dua ensiklopedia al-A’lam oleh az-Zarkuli, dan al-Gadir oleh al-Amini – Penerjemah. 81
40
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
masyarakat, hidupnya menjadi persemaian kejahatan, karena ia tumbuh pada lingkaran yang mendorongnya menuju kejahatan dan penyelewengan.82 Sungguh, orang-tua mempunyai peranan mendasar dalam mendidik anak hingga pada persoalan sekecil-kecilnya. Lantaran itu mereka harus mengajarkan kepada anak cara berbicara, duduk, memandang, makan dan berhubungan dengan orang lain dirumah, disekolah dan di masyarakat. Perlu diperhatikan bahwa para ayah yang hanya sibuk dengan diri mereka dan ditenggelamkan oleh urusan-urusan dan pekerjaan-pekerjaan khusus mereka, tidak dapat mendidik putra dan putri mereka dengan benar. Padahal hal seperti ini memberikan dimensi-dimensi membawa kesedihan yang mendalam. Dalam hal ini Allah berfirman : “Demi masa, sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan yang saling mewasiatkan kebenaran serta saling mewasiatkan kesabaran.” 83 Perintah memlihara anak menjadi tanggungan dan keluargannya sejalan dengan perintah dalm surah al Tahrim (66) ayat 6 sebagai berikut: Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adlah manusia dan batu; penjaganya malikat-malaikat dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim:6) D. Pendekatan konseling keluarga Untuk memahami mengapa suatu keluarga bermasalah dan bagaimana cara mengatasi masalah-masalah keluarga tersebut, berikut akan dideskripsikan secara singkat beberapa pendekatan konseling keluarga. Tiga pendekatan konseling keluarga yang akan diuraikan berikut ini, yaitu pendekatan sistem, conjoint, dan struktural. 1.
Pendekatan Sistem Keluarga Murray Bowen merupakan peletek dasar konseling keluarga pendekatan sistem.
Menurutnya anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (disfunctining family). Keadaan ini terjadi karena anggota keluarga tidak dapat membebaskan dirinya dari peran dan harapan yang mengatur dalam hubungan mereka.
82 83
Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak (Jakarta: PT. Lentera Basritama, 2002), xxiv-xxvi QS. Al-Ashr:1-3
41
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
Menurut Bowen, dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama dan kekuatan itu dapat pula membuat anggota keluarga melawan yang mengarah pada individualitas. Sebagian anggota keluarga tidak dapat menghindari sistem keluarga yang emosional yaitu yang mengarahkan anggota keluarganya mengalami kesulitan (gangguan). Jika hendak menghindari dari keadaan yang tidak fungsional itu, dia harus memisahkan diri dari sistem keluarga. Dengan demikian dia harus membuat pilihan berdasarkan rasionalitasnya bukan emosionalnya. 2.
Pendekatan Conjoint Sedangkan menurut Sarti masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga
berhubungan dengan harga diri (self-esteem) dan komunikasi. Menurutnya, keluarga adalah fungsi penting bagi keperluan komunikasi dan kesehatan mental. Masalah terjadi jika selfesteem yang dibentuk oleh keluarga itu sangat rendah dan komunikasi yang terjadi di keluarga itu juga tidak baik. Satir mengemukakan pandangannya ini berangkat dari asumsi bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain. 3.
Pendekatan Struktural Minuchin beranggapan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur
kaluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat. Seringkali dalam membangun struktur dan transaksi ini batas-batas antara subsistem dari sistem keluarga itu tidak jelas. Mengubah struktur dalam keluarga berarti menyusun kembali keutuhan dan menyembuhkan perpecahan antara dan seputar anggota keluarga. Oleh karena itu, jika dijumpai keluarga itu dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang baru yang lebih sesuai. Berbagai pandangan para ahli tentang keluarga akan memperkaya pemahaman konselor untuk melihat masalah apa yang sedang terjadi, apakah soal struktur, pola komunikasi, atau batasan yang ada di keluarga, dan sebagainya. Berangkat dari analisis terhadap masalah yang dialami oleh keluarga itu konselor dapat menetapkan strategi yang tepat untuk mambantu keluarga.84 E. Pembinaan Keluarga dalam al-Qur’an Surah Lukman Di dalam al-Qur’an surah Luqman ayat 16-17 dijelaskan tentang konsep pembinaan keluarga sebagai berikut : 84
Latipun, Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2011), 140-141
42
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
1. Pengetahuan tentang Allah Pada ayat ke 16 lukman berkata kepada anaknya, sebagai berikut: (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui.” 85 Ayat di atas menggambarkan percakapan antara Luqman al-Hakim dengan anaknya. Luqman al-Hakim menjelaskan kepada anaknya bagaimana kemampuan kadar kekuasaan Allah SWT. Selanjutnya Luqman al-Hakim juga mencoba memberi pemahaman bahwa setitik debu tersebut tidak terasa dapat memberikan sumbangsih beban dalam sebuah timbangan. Selanjutnya, jika manusia diberi rizki oleh Allah SWT walaupun seberat biji sawi, sebutir pasir atau atom, di tempat-tempat yang telah ditentukanNya, pasti Allah SWT akan memberinya. Dan janganlah kita terlalu memaksakan atau menjadi makhluk yang sangat ambisius dalam mencari rizki yang membuat kita lalai terhadap kewajiban-kewajiban kita kepada Allah SWT. Hal ini senada dengan Firman Allah yang artinya: “ Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.” 86 Selanjutnya Allah SWT juga berfirman dalam surah al Zalzalah ayat 7 dan 8 yang berbunyi : Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”87 Ayat keenam belas pada surah Luqman juga menjelaskan pemahaman mengenai sifat-sifat Allah SWT. di antaranya Allah SWT Mahakaya, Mahatahu dan Mahahalus, keyakinan terhadap sifat-sifat Allah SWT akan menjadikan anak memiliki dorongan yang kuat untuk menaati segala perintah Allah SWT. Kekuatan akidah merupakan landasan untuk menaati semua perintah Allah SWT berupa taklif hukum yang harus dijalankan sebagai konsekuensi keimanan. Oleh karena itu, perlu motivasi yang kuat, ketekunan yang sungguh-sungguh, serta kreativitas yang tinggi dari para orangtua terhadap upaya penanaman akidah yang kuat kepada anak.
85
QS. Luqman : 16. QS. al-Anbiya’ : 47. 87 QS. al-Zalzalah : 7-8. 86
43
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
Dari berbagai penafsiran mengenai ayat di atas, para mufassir umumnya memiliki pandangan yang sama. Kesamaan pandangan seperti segala perbuatan yang dilakukan manusia walaupun perbuatan itu tak lebih besar dari sebutir biji pasir atau sebutir biji sawi maka, maka Allah SWT akan menghadirkannya pada hari perhitungan amal, dan Allah SWT tidak akan merugikan hambanya sedikitpun. Ini menunjukkan sifat Mahakaya dan Mahateliti Allah SWT. Serta Allah SWT Mahamengetahui mengenai apa saja yang dilakukan oleh hambaNya, baik itu di langit, di dalam sebuah batu atau di dalam bumi, maka Allah SWT akan membalas perbuatan hamba-hambaNya pada hari kiamat kelak. Sungguh, ilmu Allah SWT meliputi segala sesuatu. Tak ada satu makhlukpun yang mampu bersembunyi dari pandanganNya, ketika seekor semut berjalan di atas batu yang hitam pada malam yang kelam, maka hal tersebut tak luput dari pandangan Allah SWT. 2. Perintah
Mendirikan
Shalat,
Seruan
kepada
kebaikan
dan
Mencegah
Kemungkaran Pada ayat ke 16 Lukman berkata kepada anaknya, sebagai berikut :“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” 88 Allah SWT melalui kisah Luqman al-Hakim menggambarkan perintah yang seharusnya dilakukan oleh para orangtua dalam mendidik anaknya agar mendapat keselamatan di dunia dan di akhirat. Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan shalat yang terdapat dalam ayat ketujuhbelas surah Luqman mencakup ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amar ma’ruf nahy munkar berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap perbuatan buruk. Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada saat kita hendak melaksanakan amar ma’ruf nahy munkar. Karena menurut beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amar ma’ruf nahy munkar pasti akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan kesabaran. Luqman al-Hakim menanamkan ke dalam anaknya aqidah yang kuat, yaitu beriman kepada Allah SWT dan tanpa sekutu bagiNya, setelah itu yakin adanya hari akhirat, dan percaya kepada keadilan balasan Allah SWT yang tidak terlepas dariNya walaupun sebesar sebiji sawi. Ia membawa anaknya kepada langkah yang kedua yaitu ber-tawajjuh kepada 88
QS. al-Luqman : 17.
44
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
Allah SWT dengan ibadah shalat dan menghadapi manusia dengan berdakwah kepada Allah SWT serta sabar memikul tugas-tugas dakwah dan kesulitannya yang pasti dihadapi. lnilah jalan akidah yang tersusun yaitu mentauhidkan Allah SWT, menyadari wujudnya pengawasan Allah SWT, meletakkan harapan pada balasan yang disediakan di sisi Allah SWT, percaya kepada keadilan Allah SWT dan takut kepada balasan Allah SWT, kemudian berpindah pula kepada kegiatan berdakwah, yaitu menyeru manusia memperbaiki keadaan diri mereka, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka berbuat kemunkaran. Sebelum menghadapi perjuangan menentang kejahatan, seseorang harus memiliki bekal utama yaitu bekal ibadah kepada Allah SWT, ber-tawajjuh kepada Allah SWT dengan shalat dan sabar, menanggung kesulitan yang dialami oleh setiap pendakwah kepada agama Allah SWT, yaitu kesulitan akibat penyelewengan hati manusia, kesulitan akibat dan kelancangan lidah dan dari kejahatan tindak-tanduk manusia, juga kesulitan akibat dan kesukaran materi dan pengorbanan jiwa ketika diperlukan keadaan “Sesungguhnya yang demikian itu trermasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)” Maksud dari ا ْﻷ ُﻣُو ِر َﻋ ْز ِمialah memotong jalan ragu-ragu setelah ditetapkan azam dan dikuatkan tekad. Beberapa pendapat mufassir mengenai ayat ketujuh belas dalam surah Luqman memiliki kesepakatan pandangan, mereka umumnya berpendapat, ketika aqidah sudah ditanamkan kepada seorang anak agar senantiasa meyakini keesaan dan kekuasaan Allah SWT dan menjauhkan diri dari sifat syirik, maka dilanjutkan dengan mengetahui beberapa sifat Allah SWT seperti Mahakaya, Mahakuasa dan Mahatahu atas segala tindak-tanduk amal perbuatan manusia. Dilanjutkan dengan proses mendekatkan diri kepadaNya, yaitu dengan melaksanakan shalat, hal ini merupakan perkara yang sangat penting, karena shalat merupakan dasar dari agama Islam, lebih lanjut, shalat merupakan amal perbuatan pertama yang akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak, jika baik shalatnya, maka insya Allah baik pula amal perbuatan lainnya. Menurut Dr. Mukhotim el Moekry, shalat akan membentuk tingkah laku anak menjadi matang. Karena shalat yang diwajibkan Allah SWT sebagai benteng untuk mencegah kenakalan moral. Karena itu, menegakkan shalat memiliki muatan ia mengerjakan amal ibadah shalat sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Akan tetapi, ia juga menegakkan apa yang ada di dalam doa shalat. Shalat adalah sebuah ikrar “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Robbul ‘alamiin” ini
45
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
memiliki arti bahwa dengan shalat adalah sebuah kepatuhan hukum Allah SWT (syariah Islam) dalam tata kehidupan. Setelah perintah mengerjakan shalat. Luqman al-Hakim memerintahkan anakanaknya agar menyeru kepada kebaikan dan cegahlah keburukan. Secara langsung Luqman al-Hakim memerintahkan kepada anaknya agar berdakwah di jalan Allah SWT. sebuah perintah mulia yang diminta sang ayah kepada anaknya guna mendapat keridhoanNya. Perintah berdakwah itu diiringi oleh nasihat agar sang anak senantiasa bersabar dalam berdakwah. Menurut M. Quraish Shihab, semakin bertakwa seseorang, maka semakin besar dan semakin panjang pula tingkat kesabarannya, sehingga yang bersangkutan dapat mencapai satu tingkat kesabaran yang bagaikan tidak terbatas. Sebaliknya, seseorang yang kurang atau tidak bertakwa akan hilang kesabarannya bila ditimpa sedikit bencana, sehingga jangankan kesabaran terbatas, sedikit kesabaran pun tidak dimilikinya. Kesabaran dapat ditumbuhkan sehingga mencapai suatu batas yang mendekati “tidak terbatas”, antara lain dengan menyadari bahwa ujian atau petaka yang sedang dihadapi dapat terjadi dalam bentuk yang lebih besar. Jika ini disadari, ketika itu akan muncul dari lubuk hati yang terdalam rasa syukur atas nikmat-nikmat lain yang selama ini diperoleh sehingga saat itu juga kesabaran bagaikan tidak perlu diperankan lagi. Kesabaran yang diperintahkan oleh Luqman al-Hakim kepada anaknya agar senantiasa istiqomah dalam menyerukan kebaikan dan mencegah dari kemungkaran seolah menyadarkan bahwa dalam mengemban tugas dakwah, rintangan dan halangan seolah menjadi santapan bagi orang yang menyeru ke jalan kebaikan. Syaikh Muhammad al Ghazali menjelaskan, hal itu dikarenakan oleh banyaknya rintangan dari orang-orang yang melemahkan semangat dan gangguan orang-orang yang membenci dan mencaci. Sejak empat belas abad yang lalu, di tanah Arab telah lahir Muhammad ibn Abdullah SAW. Para pemimpin agama Yahudi dan Nasrani sebenarnya telah mengetahui beritanya, mereka datang menjumpai beliau untuk meyakini kebenaran dakwah dan risalahnya. Mereka tidak memerlukan penjajagan yang bertele-tele, karena dengan segera begitu berjumpa dengan beliau, mereka sudah dapat memastikan bahwa mereka memang benar berhadapan dengan utusan dari Tuhan semesta alam, yang wajib mereka percayai dan bergabung dengannya89
89
http://muhsinabdulaziz.blogspot.com/2011/05/pembinaan-keluarga-tafsir-surah-luqman.html
46
Bimbingan dan Konseling Keluarga……. (Akramul Wathan)
F. Simpulan Tidak diragukan lagi bahwa anak merupakan asset yang sangat berharga dalam sebuah keluarga sehingga orangtua wajib untuk memberikan engetahuan dan bimbingan terbaik mulai sejak dini. Dalam Islam, pengehtahuan yang harus diberikan pertama kali adalah akidah (tauhid). Setelah menanamkan akidah yang kokoh terhadap anak, maka dilanjutkan dengan mengenalkan kepada mereka mengenai sifat dan kekuasaan Allah SWT. dilanjutkan dengan perintah untuk senantiasa menjalankan shalat sesuai dengan ketentuanketentuannya. Setelah itu, Allah SWT memerintahkan agar senantiasa menyeru kepada manusia agar selalu mengerjakan kebaikan, baik itu berupa ucapan maupun perbuatan, serta diiringi sifat sabar serta konsisten dalam menjalankan amr ma’ruf nahy munkar dikarenakan banyaknya cobaan dan rintangan yang akan datang menghadang.
47
al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013: 33-48
Daftar Pustaka Latipun. 2011. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press. Husain Mazhahiri. 2002. Pintar Mendidik Anak. Jakarta: PT. Lentera Basritama. Ramadhani, Savitri. 2008. The Art of Positive Communicating; Mengasah Potensi dan Kepribadian Positif Pada Anak Melalui Komunikasi Positif . Yogyakarta: Bookmarks. M. Abu Bakar Luddin. 2010. Dasar-dasar Konseling ; Tinjauan Teori dan Praktek. Bandung : PT. Ciptapustaka Media Perintis. Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Tafsirnya.. Jakarta: Lembaga Percetakan Al Qur’an Departemen Agama http://muhsinabdulaziz.blogspot.com/2011/05/pembinaan-keluarga-tafsir-surahluqman.html
48