H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 163
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 03, No. 02, 2013 ------------------------------------------------------------------------------Hlm. 163 – 183
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENANGANI TRAUMA SEORANG SISWA PASCA PENGANIAYAAN DI SCCC (SURABAYA CHILDREN CRISIS CENTRE) Hadi Riyanto dan Abd. Syakur Jurusan Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya Abstrak: Penelitian ini mengangkat permasalahan trauma yang dialami oleh seorang siswa setelah mendapat penganiayaan dari orang dewasa di lingkungan rumahnya. Trauma ini membuatnya takut untuk beraktivitas di luar, susah tidur, sering menangis dan bahkan sampai takut pergi ke sekolah. Konselor menggunakan Cognitive Behavior Therapy untuk mengurangi cara berpikir yang menyalakan diri sendiri yang biasanya dialami oleh orang yang trauma dengan mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri. Proses konseling dengan Cognitive Behavior Therapy berjalan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan adanya perubahan pada klien seperti sudah bisa tidur dengan nyenyak, klien sekarang sudah mau sekolah dan tidak merasakan ketakutan meskipun kadang-kadang masih mengingat kejadian tersebut. Kata Kunci: Trauma, Cognitive Behavior Therapy, Bimbingan dan Konseling Islam
Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 164
Pendahuluan Masa anak terutama pada usia dini atau usia 0 hingga 8 tahun sering disebut sebagai the golden year. Sebab pada masa ini, berbagai kemampuan anak tumbuh berkembang pesat1. Kehidupan dimulai dari memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadiaan anak. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh banyak macamnya pengalaman yang diterima oleh situasi hidupnya (keluarga, teman sebaya dan masyarakat). Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir hingga delapan tahun2 Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat dari Allah SWT yang diberikan kepada orang tuanya. Sebagai amanat, anak suda seharusnya mempunyai hak untuk mendapatkan pemeliharaan, bimbingan, dan pendidikan. Dengan memberikan hakhak dasar kepada anak, diharapkan anak akan berkembang dengan baik sehingga menjadi anak yang berguna bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan bangsa secara keseluruhan.3 Kebanyakan anak mengalami peristiwa-peristiwa yang mengakibatkan ketakutan, namun sebagian anak mengalami peristiwa-peristiwa traumatis yang tak lazim, tiba-tiba dan menakutkan. Contoh seperti peristiwa- peristiwa seperti penyiksaan anak, kekerasan masyarakat. Peristiwa-peristiwa itu bisa mengakibatkan cedera serius atau kematian sesunggunya atau ancaman kepada anak-anak sendiri atau seseorang yang mereka kenal.4 Penelitian ini berawal dari lembaga SCCC (Surabaya children crisis centre), sebuah lembaga perlindungan anak. Salah seorang petugas SCCC menjelaskan kasus penganiayaan yang menimpa klien. Masalah dimulai saat Joni (nama samaran) dan teman-temannya sering bermain bola di tanah lapang dekat rumah seorang bapak yang berprofesi sebagai aparat kepolisisn dan sering dianggap membuat gaduh. Kegaduhan ini membuat aparat ini tidak bisa menahan emosinya dan sanggat geram dengan Joni Joni dan teman-temannya karena tidak bisa istirahat dengan tenang setelah pulang kerja. Rasa jengkel bapak ini dilampiaskan dengan merusak dan menyobek bola Joni, menyiram mereka dengan air di hari lain. Sikap Joni dan teman-teman yang membuat jengkel bapak aparat ini juga terjadi pada bulan puasa ketika Joni dan teman-teman bermain petasan dan alat-alat membangunkan puasa (tongklean)5 dan semua ini dilakukan di malam hari sekitar jam 01:30 untuk membangunkan para warga sekitarnya untuk sahur. Pada suatu hari Joni dipanggil oleh bapak aparat ini karena dianggap sering melempar petasan ke genteng rumahnya. Padahal, Joni merasa tidak pernah melempar, dan temannya yang melempar. Bapak aparat ini melakukan penganiayaan dengan memukul kepala Joni berkali-kali dengan mengunakan gagang pistolnya”, Hurlock E, Psikologi Perkembangan Jilid 2 (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 85. FJ. Monks , dkk, Psikologi Perkembangan (Yogykarta: UGM Press, 2006), hal. 176-222. 3 Ibnu Amshori, Pelindungan Anak Menurut Perspektif Islam, (Jakarta: KPAI, 2007) hal. 1. 4 Anne Marie Albano, Medampingi Anak Pasca Trauma, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006), hal. 73. 5 Bahasa jawa, tongklek atau klotek (alat-alat musik tradisional). Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 1 2
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 165
serta memukul lutut Joni. Setelah kejadian itu Joni mengalami trauma karena pengalaman yang sangat menyedihkan yang dialaminya. Menurut peneliti kasus ini sangat menarik Karena kasus tersebut merupakan bentuk tragedi yang terjadi pada anak yang notabena generasi penerus bangsa. Kasus seperti ini sangat berkaitan dalam konteks konseling baik secara teori maupun realitas, bahwasannya kejadian yang dialami oleh anak korban penganiayaan di bawah umur itu hanya dapat terselesaikan dengan penanganan secara serius (konseling). Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian studi kasus (case study)6 dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik analisis data dilakukan secara trangulasi (gabungan).7 Subyek penelitian ini adalah seorang siswa SD berusia sekitar 12 tahun di SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) sebagai data primer.8 Klien mengalami penganiayaan oleh seorang polisi yang menyebabkan bengkak di bagian wajah dan lutut mengalami rasa sakit berupa memar. Sejak kejadian tersebut, klien takut keluar rumah, takut tidak mau berangkat sekolah, cemas, sedih, dan kadang menangis. Ketakutan ini Joni sangat menggagu minat belajar, selalu teringat kejadian dan takut akan terjadi lagi pada dirinya. Penelitian ini dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu,9 1) Pra Lapangan, meliputi penyusunan rancangan penelitian, pemilihan lapangan dan pengurusan perizinan di SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) (studi kasus trauma siswa pasca penganiayaan), penjajakan dan penilaian keadaan lapangan, pemilihan informan, dan penyiapan perlengkapan peneliti. 2) Tahap pekerjaan lapangan; dan 3) Tahap analisis data proses konseling dengan mengkomparasikan terlebih dahulu proses pelaksanaan konseling tersebut. Serta melihat kondisi klien sebelum dan sesudah dilakukannya kegiatan konseling. Setelah analisis tersebut dilakukan, peneliti kemudian melaporkan hasil akhir analisis tersebut. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan observasi10 untuk menggali berbagai data terutama dari keluhan orang tua klien terhadap masalah anaknya yang mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan, suka mengigat kejadian tersebut. Wawancara11 digunakan untuk amengetahui riwayat hidup klien, kebiasaan, pendirian, kepercayaan dan sikap klien. Selain itu, wawancara untuk mencari data tentang kejadian trauma klien didapat dari ibu klien, yang selalu merasa sedih dengan anaknya yang mengalami kondisi yang tidak
Faisal, Format-format penelitian social (Jakarta:, Rajawali Press,1995), hal. 22. Sugiono. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2011) Hal. 19 8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitan Sosial (Surabaya :Airlangga University Press, 2001) hal. 128. 9 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung,: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 85-103. 10 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 70. 11 S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara,2006),hal. 113. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 6 7
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 166
normal, klien, tetangga yang bersangkutan, teman bermainklien yang saat itu temannya yang lebih tahu pada saat klien teraniaya. Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan adalah pertolongan yang diberikan oleh seseorang yang telah dipersiapkan (dengan pengetahuan, pemahaman, keterampilan-keterampilan tertentu yang diperlukan dalam menolong) kepada orang lain yang memerlukan pertolongan.12 Konseling secara etimologi adalah memberikan arahan dan petunjuk bagi orang yang tersesat, baik arahan tersebut berupa pemikiran, orientasi kejiwaan maupun etika dan penerapannya sesuai dan sejalan atau yang lebih baik dan jauh dari semua bahaya.13 Menurut Thohari Muhammad adalah “Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat”14 Bimbingan dan Konseling Islam adalah pemberian bantuan terhadap seseorang atau sekelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama yakni dengan membangkitkan kekuatan yang berupa getaran batin di dalam dirinya untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah kepenasehatan keagamaan secara langsung yang diberikan kepada seseorang dengan memberikan petunjuk kesadaran dan pengertian yang berkaitan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh klien berdasarkan ajaran Islam.15 Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat; membantu individu agar tidak mengahadapi masalah; membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya; dan membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber bagi dirinya dan orang lain.16 Fungsi Bimbingan dan konseling Islam Bimbingan dan Konseling Islam memiliki setidaknya empat fungsi, yakni fungsi pencegahan (preventif), pemahaman, perbaikan, pemeliharaan dan pengembangan.17
12Kartini,Kartono,
Bimbingan dan dasar-dasar Pelaksanaannya (Jakarta:Penerbit CV Rajawali 1985), hal. 9. 13 Masfir bin Syaid Az-Zahrani,Konseling Terapi (Jakarta: Gema Insani, 2005), hal. 6. 14Thohari Musnamar, Dasar-dasar konseptual Bimbingan Konseling Islam (Yogyakarta: UII Press), hal.5 15 Joni Mubarok, Konseling Agama Teori dan kasus cet 1(Jakarta: Bumi Rena paswara,2000),hal.4-5. 16 Thohari Muhammad, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan da Konseling Islam (Yogyakarta: UII ,press, 1992), hal. 34. 17 Drs. Dewa Ketut Sukardi, MBA., MM Bimbingan dan Konseling di Sekolah hal. 42-43. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 167
Fungsi pencegahan merupakan usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Pada fungsi ini layanan yang diberikan berupa bantuan bagi para klien agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program orientasi, program bimbingan karir, inventarisasi, data, dan sebagainya. Fungsi Pemahaman mencakup pemahaman tentang diri siswa, terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing; pemahaman tentang lingkungan siswa (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh siswa sendiri, orang tua, guru, dan guru pembimbing; dan pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, jabatan pekerjaan atau karir, dan informasi budaya/nilai-nilai), terutama oleh siswa. Fungsi perbaikan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpecahkannya atau teratasinya berbagai masalah yang dialami siswa. Pada fungsi pemeliharaan dan pengembangan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan adalah membantu para siswa dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Pada fungsi ini hal-hal yang dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan konseling. Unsur-unsur Bimbingan konseling Islam Ada tiga unsur dalam bimbingan dan konseling Islam yakni konselor, klien, dan masalah yang dihadapi klien. Konselor yaitu seseorang yang keahliannya memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan atau masalah yang mana orang tersebut tidak bisa mengatasinya sendiri tanpa bantuan orang lain. syarat-syarat menjadi konselor Islam yaitu: a) Meyakini, menghayati dan mengamalkan agamanya; b) Memiliki sikap kepribadian menarik terhadap orang lain; c) Memiliki jiwa yang matang dalam berfikir; d) Memiliki ketangguhan, kesabaran serta keuletan dalam melaksanakan tugas kewajibannya; e) Memiliki sikap dan tanggap, peka terhadap kebutuhan anak bimbing (klien);18 f) Berakhlakul karimah dan bertaqwa kepada Allah SWT Klien adalah individu yang memiliki masalah yang memerlukan bantuan Bimbingan dan konseling. Menurut Roger yang dikutip oleh Latipun menyatakan bahwa klien adalah “orang yang hadir pada konselor dan kondisinya dalam keadaan cemas dan tidak kongruensi”.19 Jadi klien adalah individu yang mempunyai masalah yang datang ke konselor dengan kondisi yang cemas atau mempunyai masalah tertentu dan memerlukan bantuan bimbingan dan konseling. Adapun syarat klien M.Arifin,Pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: PT. Golden Trayon, 1982) ,hal. 26-27. 19 Latipun, Psikologi Konseling Edisi 3 (Malang: UMM Press, 2001) hal. 51-52. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 18
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 168
adalah: a) Motivasi yang mengandung keinsyafan dan keberanian untuk mengekpresikan diri serta kemampuan untuk membahas persoalan dan mengungkapkan perasaan serta memberikan motivasi atau data yang diperlukan; dan keinsyafan akan berusaha sehari-hari.20 Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan,21 yaitu suatu keadaan yang bersumber dari hubungan dua faktor atau yang menghasilkan situasi yang membingungkan, demikian Lincon dan Cuba dalam Laxy Moeloeng, faktor yang berhubungan tersebut bisa berupa konsep data empiris, pengalaman, atau unsur lainnya. Jika kedua unsur tersebut didudukkan berpasangan akan menghasilkan sejumlah kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dapat difahami atau diterangkan pada waktu itu.22 Langkah-langkah Bimbingan dan konseling Islam Untuk dapat melaksanakan proses konseling dengan baik diperlukan adanya pemahaman yang mendalam megenai keadaan individu dengan masalahnya. Dalam hal ini penulis mencoba mengemukakan langkah-langkah Bimbingan dan Konseling menurut I. Djumhur dalam bukunya Bimbingan dan penyuluhan di sekolah, dimana pelaksanaan konseling mempunyai beberapa langkah sebagai cara untuk membantu klien mencari pemecahan masalah . Langkah-langkah tersebut antara lain: 1) Identifikasi kasus Langkah ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari berbagai macam sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. 2) Langkah diagnosa Yaitu langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi klien beserta latar belakangnya. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data. 3) Langkah prognosa Yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan yang dilaksanakan untuk menangani masalah yang dialami. Dimana langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Prognosa juga bisa dikatakan sebagai latar depan dari masalah klien, dimana konselor bisa mengetahui akibat yang akan terjadi dari latar belakang timbulnya masalah dalam diri klien. 4) Langkah terapi Yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan dan konseling Islam ini merupakan pelaksanaan semua yang ditetapkan dalam langkah prognosa, langkah ini juga harus berjalan kontinu dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat. 5) Langkah evaluasi dan follow up
20Winkel,
W.S Bimbingan Konseling di Sekolah menengah,1987 , hal. 89. Kamus besar bahasa Indonesia ,hal. 562. 22 Lexy Moeloeng, Metode Penenltian Kualitatif, (Bandung,: PT.Rosdakarya,1991), hal .89. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 21
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 169
Merupakan langkah yang dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh mana langkah terapi yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam hal ini, langkah follow up (tindak lanjut) dilihat dari perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh serta merupakan langkah membantu klien memecahkan masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masalah semula. Cognitive Behavior Terapi (CBT) Cognitive Behavior Terapi (CBT) adalah terapi yang mempergunakan gabungan antara tiga pendekatan yaitu biomedik, intrapsikik dan lingkungan. Dalam melakukan terapi dendan teknik ini banyak mempergunakan prosedur dasar untuk melakukan perubahan kognotif dan perilaku, misal seperti: pengamatan diri, kontrak dengan diri sendiri, dan artian lebih luas teknik ini mengajarkan keterampilan kepada klien dalam menghadapi suasana yang menimbulkan kegoncangan dikemudihan hari. Terapi ini didasarkan pada teori bahwa efek keadaan emosi, perasaan dan tindakan seseorang, sebagian besar ditentukan oleh bagaimana seseorang tersebut membentuk dunianya. Jadi bagaimana seseorang berfikir, menentukan bagaimana perasaan dan reaksinya. Pikiran seseorang memberikan gambaran tentang rangkaian kejadiaan didalam kesadarannya. Gejalah perilaku yang berkelainan atau menyimpang, berhubungan erat dengan isi pikiran, misalnya seorang mederita ansietas atau ganguan kecemasan, ketakutan, kekuwatiran yang kuat karena mengantisipasi akan mengalami hal-hal yang tidak enak pada dirinya. Dalam hal seperti ini, kognitif behavioral dipergunakan untuk mengidentifikasi, memper baiki perilaku yang malaisuai, dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada. Terapis dengan pendekatan kognitif behaviormengajar klien agar berpikir lebih realistic dan sesuai sehingga dengan demikian akan mengilangkan atau mengurangi gejalah yang berkelainan yang ada.23 Dari sudut kognitif behavioristik manusia sebagai, “Bukan benda atau hal yang menyulitkan kita, namun cara memandang kita terhadap benda atau hal tersebut.” Kelompok ini menitik beratkan bahwa setiap orang dapat menyusun arti yang khusus atau memikirkan tentang sesuatu kejadian. Tingkatan pada mana seseorang berada dalam penguasaan berpikirnya, tergantung dari teorinya yang dipergunakan. Namu kesemuanya akan menitik beratkan pada tindakan dan perilaku yang berkaitan dengan kognisi yang dimiliki. Corey merumuskan pandangan terhadap manusia dari sudut kelompok kognitif behavioristik, manusia dilahirkan dengan kemampuan untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecenderungan untuk berfikir “Tidak lurus” mereka cenderung untuk percaya kepada hal-hal yang tidak rasional dan untuk menanamkan kepercayaan ini terhadap diri sendiri.24 Jenis Pendekatan Kognitif Behavior (CBT)
23 24
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia 2000 ). Hal 227 Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia 2000 ). Hal 153-154 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 170
Terapi kognitif behavior mendasarkan pada penggabungan antara tiga pendekatan yaitu:25 a) Biomedik adalah membentuk pola pikir seseorang yang logis, kreatif dan inofatif; b) Intrapsikik yaitu merupakan proses dimana upaya-upaya yang tidak disadari dicegah berkaitan dengan kesadaran; dan c) Lingkungan yaitu setiap manusi mempunyai hubungan dengan orang-orang atau masyarakat untuk berperilaku dan berkomunikasi. Dalam melakukan terapi dengan teknik ini banyak mengunakan prosedur dasar untuk melakukan perubahan perilaku missal seperti, pengamatan diri, kontrak dengan diri sendiri, latihan relaksasi dan pengebalan sistematik. Kecuali itu teknik ini mempergunakan pendekatan untuk mengajarkan keterampilan kepada klien dalam mengadapi suasana yang menimbulkan kegoncangan di kemudihan hari. Fungsi Cognitif Behavior Terapi (CBT) Cognitif Behavior Terapi (CBT) merupakan terapi yakni, menghilangkan cara berpikir yang menyalakan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain. Perilaku yang nyata berdasarkan cara berpikir seperti itu. Core (1991) merumuskan mengenai fungsi kognitif behavior terapi (CBT), bahwa terapi tersebut menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalakan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara lebih rasional dan toleran. Trauma Kita semua mengetahui bahwa sepanjang sejarah hidup manusia itu pasti mengalami konflik, baik itu konflik antar manusia maupun konflik batin dengan dirinya. Biasanya dua hal tersebut tidak bisa diselesaikan sendiri oleh individu yang bersangkutan, tampa adanya campur tanggan orang lain, juga tampa ganguan jiwa. Sebelum penulis membahas lebih lanjut faktor penyebab trauma maka di sini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai pengertian trauma. Menurut kamus psikologi yang diterbitkan tim widyatamma, trauma adalah luka berat pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisika maupun psikologis26. Menurut kartini kartono dan jenny anny andari dalam bukunya “hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam” bahwa trauma atau kejadian traumatis adalah laku jiwa yang dialami seseorang disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedikan atau melukai jiwanya27. Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan28. Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia 2000 ). Hal 228 Tim widyatamma, kamus psikologi (Jakarta, widyatamma 2010), hal. 392 27 Kartini kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam, (bandung. mandar maju, 1989) hal. 44 28 M. Noor H.s. Himpunan Istilah Psikologi, (Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997). Hal. 164 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 25 26
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 171
Trauma adalah menghadapi atau merasakan sebuah kejadian atau serangkaian kejadian yang berbahaya, baik bagi fisik maupun bagi psikologis seseorang, yang membuatnya tidak lagi merasa aman, menjadikannya merasa takberdaya dan peka dalam mengadapi bahaya.29 Menurut kamus psikologi yang diterbitkan tim widyatamma, trauma adalah luka berat pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis30. Menurut Kartini Kartono dan Jenny Anny Andari dalam bukunya “ Hyglene Mental dan Kesehatan Mental Dalam Islam” bahwa trauma atau kejadian traumatis adalah luku jiwa yang dialami seseorang disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedihkan atau melukai jiwanya31 Menurut Sudarsono dalam bukunya “kamus konseling”: trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga merusak fisik atau psikologis, pengalaman traumatis dapat juga membentuk sikap pribadi seseorang. Menurut M. Noor H.s, dalam himpunan istilah psikologi memberikan pengertian trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan, meningalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan32. Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa trauma adalah suatu penekanan objek lain yang dapat menghasilkan tekanan pada anggota tubuh atau mental setekah suatu peristiwa traumatik terjadi yang mengejutkan dan meninggalkan kesan dalam jiwa seseorang hingga merusak fisik dan psikologis atau jiwanya dan terhadap bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian trauma tersebut secara berulang-ulang. Menurut pendapat Dr. Ida Kaplan dan Ms. Diana Orlando menyatakan trauma adalah suatu respon yang sifatnya secara emosional sangat menekan dan secara kognitif “mengejutkan”, maksudnya trauma selalu melibatkan adanya konfromtasi dengan pengalaman atau rangkaian pengalaman yang selalu mengguncang rasa percaya, penilaian-penilaian dan harapan- harapan sedemikian dahsyatnya sampai akibat konfromtasi tersebut tidak dapat lagi di asimilasikan. Menurut DMS IV, sebuah buku manual tentang ganguan psikologi yang di keluarkan oleh American Psychiatric Associational, trauma sebuah kejadian atau serangkaian kejadian yang mengancam atau menimbulkan kematian atau luka yang berbahaya, atau sebuah ancaman terhadap integritas psikologis seseorang.33 Dari definisi diatas dapat di simpulkan bahwa trauma adalah luka jiwa ataupun luka berat dari pengalaman-pengalaman yang pahit sehingga menyebabkan organisme menderita lahir maupun batin.
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 16 Tim widyatamma, kamus psikologi (Jakarta, widyatamma 2010), hal. 392 31 Kartini kartono dan jenny andari, hygiene mental dan kesatan mental dalam islam, (bandung. mandar maju, 1989) hal. 44 32 M. Noor H.s. Himpunan Istilah Psikologi, (Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997). Hal. 164 33 Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 16 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 29 30
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 172
Faktor Penyebab Trauma Trauma merupakan dampak dari sebuah peristiwa atau akibat dari pengalaman yang sebelumnya sangat mempengaruhi jiwa seseorang yang menimbulkan setress dan lama kelamaan stress akan semakin dalam, sehingga menimbulkan luka yang berkepanjangan dan ketika orang tersebut mengalami kejadian atau stimulus yang sama maka orang tersebut akan mengalami trauma dari peristiwa masa lalu itu (W.F. Marawis,1995: 75). Dalam bukunya kartini kartono dan jenny anny andari dalam bukunya “ hyglene mental dan kesehatan mental dalam islam” menjelaskan bahwa trauma disebabkan oleh suatu pengalaman yang sangat menyedihkan atau melukai jiwanya, sehingga karena pengalaman tersebut sejak saat kejadian itu hidupnya berubah secara radikal. Pengalaman traumatis dapat juga bersifat psikologis. Misal mendapat peristiwa yang sangat mengerikan sehingga dapat menimbulkan kepiluan hati, shock jiwa dan lainlain34. Dan pendapat Achmanto Mendatu dalam bukunya (Pemulihan Trauma) di sebutkan ada tiga hal seseorang dikatakan trauma yaitu: a. Merasa terancam bahaya, baik bahaya fisik maupun psikologis, baik ancaman itu nyata maupun hanya ada pada pikiran seseorang. b. Membuat seseorang merasa tidak aman dan tak berdaya. c. Anda merasa tidak sanggup menanggunnya.35 Trauma menurut ganguan mentak akibat dari suatu kejadian yang menyakitkan hati dan merasa dirinya berdosa, tidak beguna lagi dan takut pada laki-laki sehingga hal yang demikian menakutkan bagi klien dan trauma itu merupakan bagian dari pobhia. Menurut kartini kartono bahwa sebab-sebab trauma (pobhia) adalah perna h mengalami ketakutan hebat yang disertai rasa malu dan bersalah, semua itu ditekan dalam ketidak sadaran, dan sewaktu orang yang bersangkutan mengalami perangsang yang sama timbul kemudian respon ketakutan yang bersyarat kembali, sungguhpun peristiwa atau pengalaman yang asli suda dilupakan, respon-respon ketakutan dan kecemasan hebat itu itu selalu timbul, walaupun ada usaha- usaha untuk menekan dan melenyapkan respon- respon tersebut36. Ciri-Ciri Trauma Menurut Dadang Hawari dalam bukunya “Alqur’an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Mental” menyebutkan bawah ciri-ciri trauma adalah: 1. Terdapat stressur yang berat dan jelas yang akan menimbulkan gejalah penderitaan yang berarti bagi hampir setiap orang. 2. Penghayatan yang berulang dari trauma itu sendiri seperti: a. Ingatan berulang dan menonjol tentang peristiwa itu. b. Mimpi-mimpi berulang dari peristiwa itu. Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesatan Mental Dalam Islam, (bandung. mandar maju, 1989) hal. 44 35 Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 17 36 Kartini Kartono, patologi Social 3 Gangguan- gangguan Kejiwaan, Bandung: Mandar Maju, 1989. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras 34
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 173
3.
4. 5. 6. 7. 8.
c. Timbulnya secara tiba-tiba perilaku atau perasaan seolah-olah peristiwa trauma itu sedang timbul kembali karena berkaitan dengan suatu gagasan atau stimulus atau rangsangan lingkungan. Penumpulan respon terhadap atau berkurangnya hubungan dengan dunia luar yang mulai beberapa waktu sesudah trauma, yaitu: a. Berkurangnya secara jelas minat terhadap satu atau lebih aktivitas yang cukup berarti. b. Perasaan terlepas atau terasing dari orang lain. c. Efek (alam perasaan) yang menyempit atau efek depresif seperti murung, sedih putus asa. Kewaspadaan atau reaksi terkejut berlebihan Ganguan tidur (disertai mimpi dan ganguan menggelisah) Daya ingat atau kesukaran konsentrasi Penghindaran diri dari aktivitas yang membangkitkan ingatan tentang peristiwa trauma itu. Meningkatan- peningkatan gejala apabila dihadapkan pada peristiwa yang mesimbolasikan atau menyerupai peristiwa trauma itu.
Macam-Macam Trauma Dalam bukunya Achmanto Mendatu yang berjudul “Pemulihan Trauma” secara umum macam-macam trauma dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu trauma fisik, trauma post-cult, trauma psikologis.37 1. Trauma fisik, adalah cedera fisik yang berbahaya bagi keselamatan akibat perubahan fisik, misalnya pengambilan ginjal,pata tulang, pendarahan hebat, putus tangan dan kaki, akiban penganiayaan dan lain-lainnya. Trauma fisik dibagi menjadi dua yaitu: a. Trauma penetrasi, yaitu tipe trauma berupa teririsnya kulit atau bagian tubuh lainnya oleh sebuah benda. Contoh seperti, teriris pisau, terkena serpihan bom, tertembek peluru, tertusuk panah, dan lainnya. b. Trauma tumpul, yakni tipe trauma yang disebabkan oleh objek-objek tumpul, concoh seperti terpukul kepalan tanggan, tertabrak motor, dan tebentur 2. Trauma pos-cult, Adalah persoalan emosional berat yang muncul ketika anggota kelompok pemujaan (cults) atau gerakan religious baru (misalnya aliran taman eden, aliran Joniiyah, dan lainnya) mengalami perasaan tidak terlibat atau tidak tergabung. 3. Trauma psikologis, adalah cedera psikologis yang biasanya dihasilkan karena mengadapi peristiwa yang luar biasa menekan atau mengancam hidupnya.
37
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 13-14 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 174
Mekanisme Trauma
PERISTIWA
DITAFSIRKAN
Berbahaya
Tidak berbahaya
Trauma
Tidak ada trauma
Respon stress terhadap kejadian trumatik Ganguan pasca-truma atau PTSD (Traumatic stress disorder)
1.
2. 3.
4.
Ada empat proses utama dalam mekanisme terjadinya trauma, yaitu38: Adanya peristiwa Peristiwa yang ditafsirkan tidak berbahaya tidak akan memicu trauma. Peristiwa yang ditafsirkan berbahaya dan tidak dapat ditanggulangi bisa memicu trauma. Trauma Trauma muncul ketika seseorang tidak dapat mengatasi peristiwa yang terjadi. Respon stress terhadap peristiwa traumatic Jika trauma terjadi, akan muncul respons-respons stress sebagai bentuk adaptasi terhadap peristiwa traumatik yang dialami. Secara umum, respons yang muncul masih akan dianggap normal. Namun, PTSD (ponst-traumatic stress disorder) Ganguan pasca trauma atau PTSD adalah ganguan sebenarnya dari trauma. Sesuai dengan namanya PTSD yang tidak normal. Biasanya, respons setres terhadap trauma akan disebut ganguan pasca trauma atau PTSD apa bila tidak berhasil ditangani dengan baik secara tiga bulan sejak kejadian traumatiknya. PTSD bisa muncul setelah bertahun-tahun kejadian traumatiknya berlalu.
Respon Orang yang Mengalami Traumatik secara Umum Ketika trauma terjadi, akan memberikan respons secara total, baik secara emosional, kognitif, perilaku, maupun psikologis. Berikut adalah kemungkinan39. 38
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal.11-12 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 175
1) Respon emosional a. Respon seseorang jika mengadapi traumatik yaitu seperti kesulitan mengontrol emosi b. lebih muda tersinggung dan marah, c. gampang diagitasi dan muda dipanas-panasin, d. mood gampang berubah, dari baik keburuk dan sebaliknya terjadi begitu cepat, e. panic, cemas, gugup, dan tertekan, f. sedih, berduka, dan depresi, g. merasa ditolak dan diabaikan, h. takut dan kuatir terhadap efek kejadiannya, peristiwanya akan terjadi lagi, akan menimpa orang-orang terdekatnya, i. memberikan respon emosional yang tidak sesuai. 2) Respon kognitif a. Sering mengalami flasbback, atau mengingat kembali kejadian traumatiknya. Saat mengalaminya, seolah-olah kejadiannya dialami kembali secara nyata. b. Mimpi buruk c. Kesulitan berkomunikasi, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. d. Kesulitan mengigat dan memaksa melupakan kejadian. e. Mudah bingung. f. Menyalakan diri sendiri atau mengambing hitamkan orang lain. g. Memandang diri sendiri secara negative h. Merasa sendirian dan sepi i. Ingin menyembunyikan diri j. Berpikir untuk bunuh diri k. Merasa tampa harapan, merasa kehinlangan harapan akan masadepan l. Merasa lemah takberdaya. m. Kehilangan minat serta aktivitas yang bisa dilakukan. n. Mengingat kembali kejadian traumatic setiap menemui hal-hal yang ada kaitannya kaitannya dengan traumatic. 3) Respon behavior a. Kesulitan mengontrol tindakan b. Lebih banyak berkonflik dengan orang lain c. Menghindari kebiasaan lama d. Menghindari orang, tempat, atau sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa traumatik, dan engan membicarakanya. e. Melamun f. Kurang memperhatikan diri sendiri g. Kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari h. Sering menangis tiba-tiba. i. Sulit belajar atau berkerja j. Mengalami ganguan tidur seperti sulit tidur, sering terbangun, tidur sangat larut dan bangun siang, tidur berlebihan. 39
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 28-33 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 176
k. Mengalami ganguan makan, yang diantaranya kehilangan selera makan. l. Gampang terkejut 4) Respons fisiologis atau fisik a. Sakit kepala b. Nyeri c. Sakit dada atau dada sesak d. Sulit bernafas e. Sakit perut f. Berkeringat berlebihan g. Gemetar h. Lemah dan lesu i. Letih j. Otot tegang atau kulit dingin k. Hilang Keseimbangan tubuh atau merasa berguncang Respon anak yang mengalami traumatik Beberapa respon anak-anak masa sekolah dasar yang mengalami traumatic40: 1. Mimpi buruk 2. Sulit tidur 3. Rasa takut dan tidak beralasan 4. Merasa sangat malu atau sangat bersalah 5. Menolak masuk sekolah atau khawatir berangkat kesekolah 6. Kesulitan memberikan perhatian atau konsentrasi 7. Mengeluh sakit perut dan sakit lainnya padahal tidak ada masalah medis apapun 8. Cemas, melamun, kadang menanggis dan merasa bersalah
Trauma merupakan masalah Bimbingan dan Konseling Islam Trauma seseorang dapat berwujud takut akan terulangnya kembali kejadiankejadian yang sangat melukai jiwanya. Padahal perilaku seperti itu hanyalah prasangka belakang dan akibat dari prasangka itu akan mengigatkan diri sendiri. Perilaku trauma seseorang sebenarnya lebih disebabkan dan di pengaruhi oleh tanggapan atau cara seseorang itu memandang keadaan atau peristiwa yang dihadapinya. Terkadang rasio memang berlaku. Yang berhak hanyalah perasaan amarah tertekan dan kecewa. Perasaan- perasaan seperti inilah yang kerap datang ketika seseorang mengalami ketegangan mental baik secara fisik maupun psikologis. Jadi singkatnya gagasan-gagasan peristiwa yang dialami klien adalah pola pikirnya yang salah atau bisa juga karena kejadian-kejadian yang menimpanya, dimana kejadian tersebut mengguncangkan jiwanya, sehingga dia berfikir negatif dan tidak rasional dalam memandang segala permasalahan yang dihadapinya.untuk itu 40
Achmanto Mendatu, Pemulihan Trauma, (Yogyakarta, Panduan, 2010) hal. 35-36 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 177
maka dibutuhkan bantuan seorang konselor agar mendapatkan penanganan secepatnya. Karena klien tidak mempunyai kemampuan memecahkan masalahnya sendiri dan membutuhkan bimbingan dan konselins islam. SCCC (Surabaya Children Crisis Centre) SCCC adalah singkatan dari Surabaya Children Crisis Centre. Lembaga ini merupakan lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang bantuan hukum bagi anakanak yang berhadapan dengan hukum (ABH), sehingga lembaga ini non profit. Adapun tujuan dari lembaga ini adalah untuk pendampingan dan pemenuhan hakhak anak, karena sampai sejauh ini pemenuhan hak-hak anak masih belum sesuai dengan hukum yang sudah diatur oleh undang-undang hukum. LSM SCCC ini berawal dari keresahan para aktivis hukum yang waktu itu belum ada lembaga yang memperjuangkan hak-hak anak ketika mereka berkonflik dengan hukum, Mereka itu diantaranya pak Teted, Mbak Sukma dan Dewa Ruci. Keresahan berlanjut hingga akhirnya mereka berkumpul dan bersatu untuk membentuk sebuah lembaga swadaya masyarakat yang diberi nama SCCC (Surabaya Children Crisis Centre), Lembaga itu resmi dibentuk pada tanggal 16 juli 2004. Waktu itu juga para pendiri ini kebingungan terkait dengan logo yang akan digunakan, hingga akhirnya ada salah satu teman aktivis yang sangat hobi dalam mengambar dan lay out, Sedangkan posisi teman aktivis itu di Jerman. Kemudian para pendiri ini minta tolong kepadanya untuk dibuatkan logo yang hal itu menggambarkan ketidak adilan hukum bagi anak-anak. Tidak lama kemudian logo itu jadi dan dikirim email oleh temannya dari Jerman. Logo tersebut mengambarkan tiga burung di atas sangkar dan sangkarnya terbuat dari besi-besi yang tajam dan mengerikan. Lembaga ini menangani dan memberi bimbingan terhadap anak-anak ABH (Anak yang berhubungan dengan hukum) yaitu seperti bimbingan psikologis dan bimbingan saat persidangan. Bimbingan psikologis atau bimbingan kejiwaan diberikan kepada ABH (anak yang berhubugan dengan hukum), agar kondisi jiwanya tidak goncang dalam menghadapi suatu masalah yang dihadapinya. Bimbingan kejiwaan diberikan kepada seorang anak ABH pada masa ditahan atau diluar tahanan terutama pada saat persidagan sebelum dilaksanakan, supaya tidak mengalami suatu dampak yang menekan jiwa anak tersebut. Bimbingan pada saat persidangan biasakan dilakukan dengan cara berikut: Sebelum sidang dimulai persidangan ada suatu bimbingan yang diberikan kepada klien atau ABH, seperti penguatan mental atau kesadaran diri untuk mengakui kesalahannya bahwa apa yang dilakukan itu salah. Agar ada toleransi dari pihak kejaksaan untuk memperingan hukumannya di dalam penjara tersebut, dan setiap persidangan sebagai konselor selalu mendampingi anak tersebut untuk melihat perkembangannya kondisi fisiknya atau jiwanya terutama dalam hal keputusan hakim menetapkan hukuman di dalam persidangan. Hasil Penelitian Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 178
Peneliti mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan yang terkait dengan fokus penelitian yaitu tentang trauma pasca penganiayaan dalam sikap atau perilaku klien. Sebelum peneliti memaparkan lebih jelas penulis akan menjelaskan pengalaman dilapangan, pertama kali peneliti melaksanakan tugas PPL di lembaga SCCC (Surabaya children crisis centre), dari lembagi ini peneliti mendapatkan tugas untuk membimbing seorang anak yang teraniaya oleh seorang polisi. Dan setelah itu tugas sudah diberikan kepada saya, kemudian saya langsung terjun kelapangan atau ke desa korban tersebut. Pada saat sampai desa itu saya bertanya kepada orang untuk mengetahui letak rumahnya. Kemudian saya bertemu seorang bapak yang lagi duduk di pingir jalan namanya Bapak Samin kemudian saya di antarkan sampai depan pintu rumah korban. Setelah itu saya ketemu langsung dengan Ibu korban, kemudian saya mengenalkan diri kepada Ibu korban dan Ibu korban bisa menerima saya dengan senang hati, dan pada saat itu Ibu korban mengalami kegelisahan karena melihat kondisi anaknya yang buruk. Kemudian Ibu korban menceritakan semuanya kepada saya tentang masalah anaknya terutama yang dialami anaknya sekarang, dari pembicaraan panjang lebar saya dengan Ibu korban saya menemukan beberapa hal yang dapat mendeskripsikan data yang diperoleh di lapangan yang terkait dengan fokus penelitian yaitu tentang trauma pasca penganiayaan. Deskripsi Proses Bimbingan konseling Islam dengan terapi kognitif behavior Setelah melihat Trauma seorang siswa pasca penganiayaan maka langkah selanjutnya adalah mendiskripsikan proses Bimbingan dan Konseling Islam. Dan dalam proses bimbingan konseling Islam ada beberapa langkah yang dapat digunakan oleh konselor dalam proses pemberian bantuan agar mendapatkan hasil yang maksimal, dan yang perlu dilakukan di antaranya yaitu: a) Identifikasi masalah Identifikasi masalah adalah langkah awal yang dipakai seorang konselor dalam proses konseling. Langkah ini digunakan untuk mengenal kasus beserta gejalagejala yang nampak pada konseli. Dalam proses identifikasi ini konselor mengambil kesimpulan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan para informan diantaranya adalah ibu konseli, tetangga konseli dan teman bermainnya. Pada proses pencarian data mengenai trauma pasca penganiayaan, dan untuk mengetahui permasalahan lebih lanjut maka konselor juga melakukan proses konseling terhadap konseli. Berikut ini merupakan proses konseling untuk penggalian data masalah konseling: Klien bernama Joni (nama samaran). Dia mengalami suatu kejadian yang merubah kondisi jiwanya tidak normal seperti biasanya Karena dia mengalami trauma akibat penganiayaan seorang polisi. Secara fisik Joni mengalami bengkak di bagian wajah dan lututnya mengalami rasa sakit. Secara psikologis Joni dalam kondisi merasa ketakutan, tidak mau keluar rumah, tidak mau sekolah, cemas atau sedih, dan kadang menangis. Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 179
Dari rasa trauma yang dihadapi Joni ini sangatlah menggagu minat balajarnya, karena merasa ketakutan kalau keluar rumah atau pergi kesekolah karena jiwanya mempunyai rasa takut yang luar biasa takutnya dan dia beranggapan kalau hal itu akan terjadi lagi pada dirinya. Ibu klien merasa sedih melihat anaknya bersifat seperti itu, karena sebelum adanya kejadian seperti itu anaknya bersifat normal seperti anak lainnya. Tetapi pada saat mengalami kejadian itu anaknya sering mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan, suka mengingat kembali kejadian tersebut. Dari keluhan seorang ibu klien dia sagat merasa sedih, dan kasihan terhadap anaknya yang kondisinya seperti itu dan dia berharap anaknya bisa seperti dulu lagi. Tetangga dekat korban yang menolong Joni pada saat penganiayaan di rumah polisi itu melihat korban yang sangat sedih dan terpukul jiwanya. Anak ini mengalami bengkak di bagian pipinya dan lutut akibat pukulan seorang polisi dengan gagang pistul, dan kedua tangannya di brogol oleh polosi itu dan kondisi Joni sekarang kadang ketakutan, cemas, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiem, merasa ketakutan, suka mengingat kejadian tersebut. Teman bermain Joni menuturkan bahwa sebelum korban dianiaya oleh polisi korban bermain sepeda di depan rumah polisi tersebut. Dia melihat Joni dipanggil oleh polisi itu, setelah menunggu beberapa menit, ia medengarkan tangisan dan teriakan Joni minta tolong. Teman Joni memanggil ibu dan tetangga Joni untuk menolong Joni yang menangis karena kesakitan akibat pukulan polosi. Dan dia sekarang beberapa hari ini tidak mau bermain lagi dan tidak mau sekolah dia sekarang di dalam rumah terus. Berbagai data yang didapatkan oleh penulis dapat disimpulkan kalau klien ini mengalami suatu pengalaman yang menyedikan karena ada berbagai hal didal jiwanya yang tidak sesuai seperti data yang didapat klien mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan, suka mengingat kejadian tersebut. b) Diagnosa Berdasarkan data dari identifiksi masalah, maka konselor menetapkan masalah utama yang dihadapi klien di sini adalah trauma yang disebabkan oleh penganiayaan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Sehingga berakibat klien mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan dan kadang mengigat kejadian tersebut c) Prognosa Berdasarkan data-data dan kesimpulan dari langkah diagnosa. Dalam hal ini konselor berusaha menetapkan sebuah alternatif tindakan atau tindakan pada konseli dengan menggunakan terapi kognitif behavior karena dari kasus tersebut subyeknya adalah anak yang berusia 11-12 Tahun atau masih duduk di bangku kelas Enam SD. Adapun yang dilakukan oleh konselor disini adalah: Membantu klien untuk mengembalikan perilaku seperti semula, menghilangkan rasa kecemasan agar bisa tidur, mengembalikan untuk mau sekolah agar bisa Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 180
meningkatkan konsentrasi belajar, dan mengajarkan klien agar bisa melupakan kejadian yang telah menimpanya. d) Treatmen atau terapi Terapi yaitu: Pelaksanaan pemberian bantuan atau bimbingan pada langkah ini konselor berusaha memberikan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi cognitif behavior dengan pendekatan biomedik, intrapesikik dan lingkungan untuk mengajarkan atau mengarakan berfikir positif kepada klien, yaitu mengajarkan diri klien dari situasi orang atau pengamatan diri sendiri, dan tempat yang mengigatkan klien pada trauma yang terjadi, mengajarkan berpikir positif, mengajarkan selalu memiliki harapan, mengajarkan mengambil tanggung jawab. Caranya yaitu memberikan arahan bagaimana berpikir positif, berinteraksi yang baik, dan berperilaku yang baik sesuai agama. Terapi tersebut sangat cocok digunakan pada anak yang mengalami trauma dengan tujuan untuk mengembalikan perilaku yang seperti semula, menghilangkan rasa takutnya, berpikir positif dan mau sekolah lagi. Setelah konselor memberikan terapi atau teknik seperti itu, diharapkan klien mampu mengembangkan keterampilan sosial, berekpresi dan eksplorasi dan yang terpenting peneliti berhak untuk meningkatkan konsentrasi pada anak. Konselor akan mengarahkan klien untuk jangan menjauhkan diri dari situasi, orang, tempat yang mengingatkan klien pada trauma yang terjadi, konselor mengarahkan untuk berfikir positif, konselor mengarahkan kepada klien untuk memiliki harapan, konselor mengarahkan kepada klien agar mempunyai tangung jawab.41 ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti menganalisa dengan analisa deskriptif. Yang hasilnya adalah sebagai berikut: Analisis trauma seorang siswa pasca penganiayaan Setelah bertemu dengan klien, Ibu klien, Pak Bandi tetangga klien, dan juga Riki teman klien. Peneliti menanyakan tentang keadaan klen yang mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan, suka mengingat kejadian yang telah menimpanya. Analisis proses pelaksanaan terapi cognitif behavior Berdasarkan masalah yang terjadi pada klien. Maka konselor memilih suatu terapi cognitif behavior yang memungkinkan, karena usia klien adalah usia anak-anak yang masih duduk di bangku kelas enam SD. Terapi yang diberikan adalah terapi cognitif behavior. Terapi cognitif behavior adalah teori yang mempergunakan tiga gabungan pendekatan yaitu biomedik, intrapsikik dan lingkungan. Untuk melakukan perubahan 41
Proses konseling dengan terap kognitif behavior, 26 mei 2013 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 181
kognitif dan perilaku seperti pengamatan diri atau kontrak dengan diri sendiri. Teori ini mengajarkan keterampilan kepada klien dan sebagian besar anak bisa ditentukan oleh bagaimana seorang anak membentuk dunianya. terapi cognitif behavior menentukan bagaimana perasaan dan reaksi anak dan Pikiran seseorang anak memberikan gambaran tentang rangkaian kejadiaan didalam kesadarannya. Analisis hasil pelaksanaan terapi cognitif behavior. Dalam melakukan analisa data untuk mengetahui hasil dari terapi yang dilakukan, konselor menyajikan data yang telah diperoleh dari pengamatan aktifitas sehari-hari dan wawancara dengan klien, keluarga dan informan, selain itu konselor membandingkan efektifitas kehidupan klien sehari-hari, apakah ada perubahan setelah proses konseling dilakukan, peneliti melakukan pengamatan kepada anak yang sebagai klien. Apabila hasil dari pelaksanaan konseling dengan terapi kognitif behavior yang digunakan ada perubahan ke arah yang lebih baik dari awal kondisi, maka teknik tersebut efektif untuk dilakukan dalam menangani kasus trauma seorang siswa pasca penganiayaan. Sebelum konseling klien mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, pendiam, merasa ketakutan, suka mengingat kejadian tersebut. Kemudian dilakukan proses konseling, klien mengalami perubahan, klien sudah tidak mengalami susah tidur dia sudah bisa tidur dengan nyenyak, klien sekarang sudah mau sekolah dan tidak merasakan ketakutan, akan tetapi kadang-kadang masih mengingat kejadian tersebut. Dari penjelasan di atas, dapat terlihat jelas bahwa proses konseling yang dilakukan membawa perubahan yang baik pada diri klien. Yang sering bangun malam, mengalami kecemasan, sekarang klien bisa tidur dengan pulas seperti yang dulu, klien tidak mau sekolah sekarang aktif untuk sekolah, sejak kejadian klien dipukuli menjadi pendiam, akan tetapi sekarang sudah bisa berbaur dengan temantemannya, awalnya merasa ketakutan sekarang suda berani keluar rumah, suka mengingat kejadian tersebut sekarang sudah jarang. Kini kehidupan klien kembali menjadi menjadi lebih baik. Konselor berharap perubahan yang terjadi pada klien akan bertahan semakin lebih baik Kesimpulan Berdasrkan penelitian yang dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Trauma seorang siswa kelas enam SD pasca penganiayaan oleh seorang polisi mengalami kecemasan yang ditandai, susah tidur, tidak mau sekolah, dia lebih suka pendiam, merasa ketakutan dan suka mengingat kejadian tersebut. 2. Proses pelaksanaan Terapi kognitif behavior dalam menangani kasus trauma seorang siswa pasca penganiayaan oleh seorang polisi, melakukan proses konseling konselor bertatap muka langsung dengan klien dan memberikan bimbingan agar bisa membantu kondisi klien tersebut. Karena dari pengamatan orang tua setelah di adakan proses konseling yang diberikan kepada klien, dengan terapi kognitif behavior yang melalui pendekatan beberapa tahapan yaitu analisis, Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 182
diagnosis, prognosis, terapi, follow up sehingga dari proses konseling ada perubahan pada diri klien walaupun tidak semuanya dalam melakukan perubahan pada kondisi klien tersebut yang dulunya sering bangun malam, mengalami kecemasan, sekarang klien bisa tidur dengan pulas seperti yang dulu, klien tidak mau sekolah sekarang aktif untuk sekolah, sejak kejadian klien dipukuli menjadi pendiam, akan tetapi sekarang sudah bisa berbaur dengan teman-temannya, awalnya merasa ketakutan sekarang suda berani keluar rumah, suka mengingat kejadian tersebut sekarang sudah jarang. 3. Hasil proses pelaksanaan terapi cognitif behavior, dalam menangani kasus trauma seorang siswa pasca penganiayaan oleh seorang polisi, walaupun hasilnya belum maksimal. Tetapi konselor merasa puas akan hasilnya karena klien mengalami perubahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan sikap dan perbuatan pada klien yang semula mengalami kecemasan, susah tidur, tidak mau sekolah, lebih suka pendiam, merasa ketakutan, suka mengingat kejadian tersebut kini sedikit demi sedikit menjadi hilang bahkan sudah ada yang tidak dilakukan lagi.
Daftar Pustaka Anshori Ibnu, Pelindungan Anak Menurut Perspektif Islam, Jakarta: Komisi Perlindungan Anak,2007 Aswadi, Iyadah Dan Ta’ziyah Perspektif Bimbingan dan Konseling Islam, (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2009) Arifin M, Pedoman pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT. Golden Trayon, 1982 Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya, 2003 Faisal, Format-Format Penelitian Sosial ,Jakarta: Rajawali Press, 1995 FJ Monks, DKK, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: UGM Press, 2006 Gunarsa singgih D, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. 2000 Hurlock E, Psikologi Perkembangan Jilid 2, Jakarta: Erlangga,1991 Kartono Kartini dan andari jenny, Hygiene Mental dan Kesatan Mental dalam Islam, bandung: mandar maju, 1989 Kartono Kartini, patologi Social 3 Gangguan- gangguan Kejiwaan, Bandung: Mandar Maju, 1989. Latipun, Psikologi Konseling Edisi 3, Malang: UMM Press, 2001 Marie Anne Albano, Medampingi Anak Pasca Trauma, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 2006 Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras
H a d i R i y a n t o & A b d . S y a k u r | 183
Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif , Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2001 Mendatu Achmanto, Pemulihan Trauma, Yogyakarta, Panduan, 2010 Musnamar Thohari, Dasar-dasar konseptual bimbingan Konseling Islam, Yogyakarta: UII press 2001) Mubarok Joni, Konseling Agama Teori dan kasus cet 1, Jakarta: Bumi Rena paswara,2000 Narbuko Cholid dan Achmadi Abu, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009 Nasution S, Metode Search ,Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Noor. M, H.s. himpunan istilah psikologi, Surabaya: pedoman ilmu jaya. 1997 Sugiono. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung: ALFABETA, 2011 Syaid bin Masfir Az-Zahrani,Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani,2005 Tim widyatamma, kamus psikologi, Jakarta: Widyatamma, 2010
Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior untuk Mengubah Wanita Penyanyi Cafe yang Suka Minum Minuman Keras