E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 88
Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 02, No. 01, 2012 ------------------------------------------------------------------------------Hlm. 88 – 111
BIMBINGAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN ISLAMIC ENTERPRENEURSHIP PADA MAHASISWA YANG BEKERJA DI IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA Evi Nur Kholifah dan Ragwan Albaar Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya
Abstract: Learning while working is becoming a growing trend among college students IAIN Sunan Ampel. Work for young people is becoming a trend because the number of themed seminars and study entrepreneurship at various places and media. With work, students gain some positive benefits as well as getting the problems that interfere with his studies. The benefits of working for students is the experience and income for their daily needs. But there are some problems faced by students while in college working as fatigue, sleepiness, not optimal career and hobbies as well as the low value of the study. This paper raised research on guidance and counseling in improving islam islamic entrepreneurship in students who work. The results showed that after getting guidance and counseling, students who work to improve the benefits of work and be able to reduce the negative issues. Keywords: islamic entrepreneurship, mentoring and counseling islam Abstrak: Belajar sambil bekerja saat ini menjadi trend yang semakin meningkat di kalangan mahasiswa IAIN Sunan Ampel. Bekerja bagi anak muda menjadi tren lantaran banyaknya seminar dan kajian bertema enterpreneurship di berbagai tempat dan media. Dengan bekerja, mahasiswa mendapatkan beberapa manfaat positif sekaligus juga mendapatkan permasalahan yang menggangu studinya. Manfaat bekerja bagi mahasiswa adalah pengalaman dan penghasilan bagi kebutuhan hidupnya. Namun ada beberapa masalah yang dihadapi oleh mahasiswa yang bekerja seperti kelelahan saat kuliah, mengantuk, tidak optimalnya karir dan hobi serta rendahnya nilai studi. Tulisan ini mengangkat hasil penelitian tentang bimbingan dan konseling islam dalam meningkatkan islamic enterpreneurship pada mahasiswa yang bekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah mendapatkan bimbingan dan konseling, para mahasiswa yang bekerja mampu meningkatkan manfaat kerjanya dan mampu mengurangi masalah negatifnya. Kata kunci: islamic enterpreneurship, bimbingan dan konseling islam
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 89
Pendahuluan Dewasa ini pendidikan dan pekerjaan adalah suatu yang sangat erat kaitannya, seseorang bekerja untuk memenuhi kebutuhanya dan begitu pula sebaliknya, orang juga sangat memerlukan pendidikan yang berkualitas dalam menjalani kehidupan yang lebih baik serta tidak ketinggalan oleh zaman yang semakin berkembang ini serta untuk menyongsong masa depan. Dalam konteks islam, masa depan adalah masa yang berat untuk umat karena tekanan dari pihak-pihak yang memusuhi Islam menjadi semakin tajam dengan pemakaian teknologi canggih. Sekarang saja sudah dapat dirasakan betapa gencar tekanan itu, melanda hampir dari seluruh aspek kehidupan.1 Misalnya ekonomi, sosial-budaya, agama, pollitik, tidak terkecuali dengan dunia pendidikan, terutama pendidikan Islam. Untuk itu manusia harus dibekali dengan kemampuan yang dapat menopang kehidupannya , yaitu dengan memberi bekal kecakapan dan ketrampilan dalam hidupnya (life-skill). Bekal kecakapan dan ketrampilan tersebut dapat diperoleh seseorang dengan belajar namun dalam prosesnya pada realitas yang ada banyak para orang tua yang tidak dapat menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi untuk anakmya sehingga tidak sedikit para Remaja yang telah lulus di bangku SMA dan ingin melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi harus mencari biaya sendiri yakni harus kuliah sambil bekerja. Berkaca dari fenomena diatas maka penting sekali pendidikan dan bekerja karena faktor yang sering tampak di masyarakat luas, karena kemampuan ekonomi yang lemah manusia tidak mendapat kesejahteraan dalam hidupnya. Sementara itu, kemiskinan sebagai suatu kondisi serba kurang dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, berimplikasi jamak terhadap kehidupan seseorang atau suatu masyarakat. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang diselenggarakan di berbagai negara pada hakikatnya dimaksudkan antara lain untuk mengentaskan masyarakatnya dari kemiskinan. Tentunya sebagai suatu bangsa yang pendudukanya kurang lebih 90% beragama Islam, tuntunan atau kiat Islam dalam mengantisipasi problematika kemiskinan umat menjadi penting untuk didakwahkan. Sebab, potret seperti itu cenderung diartikan sebagai konsekuensi menjadi penganut agama Islam.2 Dalam kenyataanya belajar dan bekerja adalah satu komponen yang tidak bisa dipisahkan dan sebagai suatu kebutuhan dasar manusia sebagaimana ungkapan Maslow bahwa terdapat hierarki dalam kebutuhan manusia, yaitu: Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup. Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh Fuad Amsyari, Islam Kaffah : Tantangan Sosial Dan Aplikasinya Di Indonesia. (Jakarta : Gema Insani Press, 1995) hal 219 2 Yusuf Qardawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. (Jakarta : Gema Insani, 1995) hal ii Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 1
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 90
orang lain. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat, mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu.3 Dengan bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan dan jika kebutuhan tersebut terpenuhi maka tertanam dalam diri individu walau ketika seseorang melaksanakan dua aktifitas yang menuntun terasa berat. Dalam mengantisipasi hal tersebut maka kita sebagai seorang manusia yang diciptakan untuk bermanfaat bagi orang lain maka kewajiban kita apalagi seorang konselor untuk mengatasi hal tersebut sehingga ketika mahasiswa keluar dari bangku kuliahnya mereka sudah mempunyai pekerjaan dengan meningkatkan jiwa entrepreneurship yang mereka miliki dan tanggung jawab yang mereka emban. Berdasarkan pengamatan atau observasi penulis dari terdapat sejumlah mahasiswa yang bekerja sambil kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Masalah ini menjadi menarik untuk dikaji terutama terkait dengan masalah – masalah atau kasus yang dialami para mahasiswa yang sudah bekerja dan berusaha mengatasi bagaimana mahasiswa bisa menyeimbangkan antara keduanya dan merasa tidak ada beban yang harus dipikirkan secara keras karena mereka menjalaninya dengan hati dan senang. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma naturalistik atau biasa disebut juga dengan paradigma interpretif atau non positivistik yakni dimaksudkan agar dapat menjelaskan dan menerangkan apa sifat, karakteristrik dan kaitan sebab akibat atau pengaruh mempengaruhi tentang peristiwa dan fenomena mahasiswa yang sudah bekerja yang diteliti. Di samping itu paradigma naturalistik digunakan karena memungkinkan penulis menemukan pemaknaan (meaning) dan pemahaman (understanding) dari setiap fenomena sehingga diharapkan dapat menemukan kearifan lokal, kearifan tradisional, pengetahuan orang (people knowledge) dan teotiteori dari subyek yang diteliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif karena bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai Bimbingan dan konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship Mahasiswa yang Sudah Bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya.4 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Asumsi peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini dikarenakan peneliti ingin menggambarkan mengenai obyek penelitian yang dijadikan bahan pembahasan dalam penelitian ini, khususnya mengenai Meningkatkan Islamic Entrepreneurship Mahasiswa yang sudah bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Penelitiaan Studi Kasus (case study), adalah penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenan dengan suatu fase
3
Alwisol, Psikologi Kepribadian,(Malang : UMM Press, 2009) hal 204 -206 Azwar, Metode Penelitian. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001) hal 5 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
4Saifuddin
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 91
spesifik atau khas dari keseluruhan atau khas dari keseluruhan personalitas.5 Obyek dari tulisan ini adalah beberapa mahasiswa yang sudah berkerja yaitu studi multikasus yang mana konselor berusaha untuk menemukan beberapa kasus dan mengatasi masalah – masalah yang dialami mahasiswa yang sudah bekerja dengan berbagai penyelesaian. Subyek dalam penelitian ini adalah 3 Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya yang sudah bekerja yakni 1 Mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah, Jurusan PBI (Pendidikan Bahasa Inggris) dan 2 Mahasiswa dari Fakultas Dakwah, Jurusan BKI, Prodi Psikologi. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari ” guidance” dan “counseling” dalam bahasa Inggris. Secara harfiah istilah “Guidance” dari kata “guide” berarti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to streer).6 Kata Guidance itu sendiri berasal dari kata kerja to guide yang secara harfiyah berarti menunjukkan, membimbing atau menuntun orang lain ke jalan yang benar.7 Bimbingan adalah proses pemberian bantuan pada seseorang atau sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis oleh guru pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.8 W.S.Winkel (1981) bahwa Gudiance mempunyai hubungan dengan guiding : menunjukkan jalan (showing a away), menuntun (conducting), memberikan petunjuk (giving instructians), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberiakan nasehat (giving advice). 9 Frank W. Miller dalam bukunya Guidance, principle and services (1968), mengemukakan “Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan bagi penyesuaian diri secara baik dan maksimum disekolah, keluarga, dan masyarakat.” Dari definisi ini beberapa pengertian dapat diungkapkan sebagai berikut: 1) Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu yang membutuhkannya. Bantuan tersebut diberikan secara bertujuan, berencana dan sistematis, tanpa paksaan melainkan atas kesadaran individu tersebut, sehubungan dengan masalahnya. 2) Bimbingan diberikan kepada individu agar ia dapat memahami dirinya, mengarahkan diri, dan kemudian merealisasikan dirinya dalam kehidupan nyata.
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 63-66. Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling (Bandung : Rosydakarya, 2008), hal 5 7 H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal 18 8 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan........hal 38 9 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:Alfabeta,2009) hal 230 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 5 6
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 92
3) Bimbingan diberikan kepada individu untuk membantunya agar tercapai penyesuaian diri yang baik (well adjustment) terhadap diri dan lingkungan rumah, sekolah, dan dimasyarakat.10 Kata counseling berasal dari to counsel yang berarti memberikan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka satu sama lain).11 Konseling yang sering pula disebut “penyuluhan” dalam perkembangan yang terakhir diindonesia sudah tidak terlalu sering diperdebatkan maknanya secara konseptual dan teoritis. Agaknya sudah disepakati ahli bahwa upaya konseling bukanlah semacam ” usaha datuk memegang obor guna penerangan (penyuluhan) jalan anak cucunya”, melainkan upaya bantuan sehingga individu menemukan jalannya sendiri, atau individu menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang dihadapinya, atau dapat berbuat sesuatu, atas upaya dalam konseling.12 Carl Roger berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi dengan konseli yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada konseli.13 Kata “konseling” mencakup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja bersifat pengembangan diri, dukungan terhadap kritis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah.....tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada “ klien” untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu. (BAC, 1984).14 Konseling adalah suatu upaya bantuan yang dilakukan dengn empat mata atau tatap muka antara konselor dan konseli yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusia), yang dilakukan dalam suasana keahlian dan yang didasarkan atas normanorma yang berlaku, agar konseli memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri dalam memperbaiki tingkahlakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang. 15 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam Tujuan pemberian layanan bimbingan adalah agar individu dapat: (1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karier serta kehidupannya dimasa yang akan datang, (2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin, (3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya,(4) Mengatasi hambatan dan
Dr.Sofyan S. Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek (Bandung : Alfabeta,2010) hal 13 -14 11 H.M. Arifin, Pokok-pokok Pikiran....hal 18 12 Andi Mappiare, Pengantar Konseling dan Psikoterapi ( Jakarta: PT RajaGrafindo,1996) hal 12 13 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Press, 2004) hal 149 14 John Mcleod , Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus, (Jakarta : Kencana, 2010) hal 5 15 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Konseling ....hal 38 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 10
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 93
kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja. Untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas- tugas perkembangannya, (2) Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada dilingkungannya, (3) Menegenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) Memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri, (5) Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga, tempat bekerja dan masyarakat, (6) Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya dan, (7) Mengembangkan segala potensi dan kekuatannya yang dimilikinya secara tepat dan teratur secara optimal. Secara khusus Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tujuan- tujuan perkembangannya yang meliputi aspek pribadisosial, belajar (akademik), dan karier.16 Tujuan khusus pelayanan Bimbingan Konseling bertujuan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek karier adalah sebagai berikut: 1) Memiiliki pemahaman diri (kemampuan dan minat) yang terkait dengan pekerjaan. 2) Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja.dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya dan sesuai dengan norma agama. 3) Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karier dengan cara mengenali ciri- ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja. 4) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merencanakan kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran- peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi. 5) Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. 6) Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.17 ISLAMIC ENTREPRENEURSHIP istilah Islam dalam wacana studi Islam berasal dari bahasa arab dalam bentuk masdar yang secara harfiyah berarti selamat, sentosa dan damai. Dari kata kerja salima diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan demikian arti pokok Islam secara kebahasaan adalah ketundukan, keselamatan, dan kedamaian.18 Syamsu yusuf, A. Juntikan Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling.........Hal, 13-14 Syamsu yusuf, A. Juntikan Nurihsan, Landasan Bimbingan & Konseling.........Hal 117 18 H.Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004) hal 2 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 16 17
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 94
Secara terminologis, Ibnu Rajab merumuskan pengertian Islam , yakni: Islam ialah penyerahan, kepatuhan dan ketundukan manusia kepada Allah swt. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Di samping itu, Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Maliki al-Shawi mendefinisikan Islam dengan rumusan Islam adalah atauran Ilahi yang dapat membawa manusia yang berakal sehat menuju kemaslahatan atau kebahagiaan hidupnya di dunia dan akhiratnya. Usaha menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah 1) kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk sesuatu maksud; 2) kegiatan dibidang perdagangan (dengan maksud mencari untung). Kalau kita ambil definisi pertama, para pengusaha adalah orang – orang pekerja keras yang penuh inisiatif serta memiliki cita-cita atau tujuan tertentu. Adakah semua manusia itu pengusaha ? fitrahnya manusia adalah pengusaha karena manusia diciptakan Allah untuk mengerahkan segenap potensinya yang dalam istilah Aa Gym disebut tukirgaya (waktu, pikiran, tenaga,biaya) meraih sukses. Q.S Al-Maidah Ayat 35 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Al-Maidah : 35).19 Pada definisi kedua kata pengusaha lebid dispesifikasikan pada kegiatan berdagang. Hal ini dapat dipahami bahwa perniagaan merupakan aktifitas niscaya untuk mengerahkan segenap potensi.20 Istilah wirausaha berasal dari entrepreneur (Bahasa Perancis) yang diterjemahkan dalam bahasa inggris dengan arti Between taker atau go-between. Pengertian wirausaha menurut Joseph Schumpeter adalah entrepreneur as the person who destroys the exiting econimic order by introducing new products and services, by creating new forms of organization, or by exploiting new raw materials. Jadi menurut Joseph wirausaha adalah orang yang mendobrak system ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau pengahan bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisas bisnis yang sudah ada. Menurut Winarso drajat widodo Usaha atau bisnis yang berusaha memindahkan segala sumber daya ekonomi dari wilayah yang kurang produktif ke wilayah yang lebih produktif untuk memperoleh penghasilan yang lebih besar dan semakin besar. 21
19
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989) hal. 156 Kelana , Muhammad SAW is Great Entrepreneur, (Bandung: Dinar Publishing, 2008 ) hal 26
20Muslim 21
http://infowirausaha.blogspot.com, diakses pada tanggal 16 Maret 2012
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 95
Dalam kajian ini yang menjadi objek sikap adalah kewirausahaan (Enterpreneurship), meskipun sampai sekarang ini belum ada terminologi yang persis sama dari para ahli. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang di jadikan dasar,22 kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses, inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and defferent) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif. Sukses Kewirausahaan akan tercapai apabila berfikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. (thing and doing new things or old thing in new way).23 Proses kreatif dan inovatif hanya di lakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan yaitu orang yang percaya diri (yakin, optimis, dan penuh komitmen) berinisiatif (energi dan percaya diri), memiliki motif berprestasi (berorientasi hasil dan berwawasan ke depan), memiliki jiwa kepemimpinan (berani tampil berbeda dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (karena itu suka tantangan). Gambar 2.1 Tentang Model Analisis Diri Wirausaha Faktor keberhasila n Kemauan dan kemampuan
Kesempatan dan peluang
Luar diri prilaku
Ketidak sempurnaan/ kelemaha
Luar diri prilaku
Kesempatan peluang Faktor kegagalan
Telah di kemukakan di atas bahwa wirausaha adalah inovator dalam mengkombinasiakan sumber-sumber bahan baru, produksi yang baru akses pasaran dan pangsa pasar yang baru. Perilaku tersebut di pengaruhi oleh nilai-nilai kepribadian wirausaha yaitu nilai-nilai kebernian dalam menghadapi resiko, sikap positif dan optimis keberanian mandiri dan memimpin dan kemauan belajar dari pengalaman. a. Prinsip Islamic Entrepreneurship Mahfufzd Nasud. Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer .(Yogyakarta : UPP APM YKPN.2004). hal 102 23 Suryana.Kewirausahaan. (Jakarta: Salemba Empat, 2001) hal 8 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 22
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 96
Prinsip sukses seorang Entrepreneur Menurut Rhenald kasali : 1) Reputasi, seorang Entrepreneur senantiasa menjaga reputasi ( nama baik) agar mendapat kepercayaan dari banyak orang. 2) Tumbuh dari Bawah, Seorang Entrepreneur adalah biasa memulai dari nol ataupun dari sesuatau yang kecil meskipun modal dasar memulai itu berbeda-beda. 3) Konsentrasi, seorang Entrepreneur yang sudah memutuskan untuk masuk kebidang tertentu, hendaknya fokus dan konsentrasi, jikalau satu saja belum beres, jangan berpindah kebidang lain. 4) Anti Kerumunan, seorang Entrepreneur sebaiknya tidak terjun kebidang yang telah banyak dimasuki orang (bukan pengekor), kecuali mampu memberikan nilai lebih yang membedakan kita dengan pemain sebelumnya. Jadi, jangan latah, ciptakan sesuatu yang beda. 5) Modal Hanya Pelengkap, sebagai Entrepreneur harus berpikir mulai dari kemampuan terkecil untuk mendapatkan modal. Dalam hal ini prinsip Islamic Entrepreneurship dimodelkan dengan Nabi Muhammmad SAW : Tabel 2.1 Prinsip Islamic Entrepreneurship dengan model Muhammad SAW Prinsip Sukses Reputasi
Model Muhammad SAW Muhammad SAW sejak usia muda telah membangun reputasi sebagai orang yang terpercaya dengan personal brand al-amin (orang yang terpercaya). Beliau terkenal jujur, menepati janji, dan menghindari konflik. Tumbuh dari Bawah Muhammad SAW adalah entrepreneur sejati yang memulai upayan magang (intrenship) sejak usia 12 tahun pada usaha pamanya. Pada usia 17 tahun, beliau mulai mandiri menjalankan usaha dagang kecil-kecilan dilingkungan kota makkah.beliau benar-benar tumbuh dari bawah dengan keadaan yang juga serba kekurangan. Konsentrasi Muhammad SAW memutuskan kerier sebagai pedagang sejak usia 17 tahun karena ingin meringankan beban keluarga pamanya. Beliau berkonsentrasi menjual pakaian dan barang kebutuhan lainya yang dibeli dipasar, kemudian menjualnya kembali. dari pengalaman ini, Muhammad SAW memiliki skill dan knowledge soal produk dan mutunya. Beliau memberikan added value (nilai tambahan) dengan trobosan praktik berjualan yang menyenangkan banyak orang. Anti-Kerumunan Muhammad SAW dalam prosesnya bertumbuh sebagai entrepreneur profesional, tahu benar bagaimana memenangkan pasar. Beliau melakukan apa yang orang tidak lakukan. Cara berdagang yang berorientasi pada konsumen merupakan cara berdagang yang tidak biasa diterapkan oleh bangsa Arab. Modal Hanya Muhammad SAW memulai modal dari nol karena awalnya hanya Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 97
Pelengkap
membantu usaha dagang pamanya. Dalam hal ini beliau memutuskan karier sebagai pedagang, beliau memulai dari modal pas-pasan. Cara berdagangnya menarik simpati banyak orang.24
Karakteristik Islamic Entrepreneurship Menurut Westy Soemanto (1989) bahwa manusia wirausaha adalah manusia berkepribadian kuat dan memiliki beberapa kriteria, diantaranya memiliki moral tinggi, memiliki sikap mental wirausaha, memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan memiliki ketrampilan berwirausaha. Pertama, memiliki moral tinggi. Dalam hal ini wirausahawan harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memilki kemerdekaan batin sehingga tidak mengalami banyak gangguan, kehawatiran serta tekanan-tekanan di dalam jiwanya. Kemerdekaan batin ditandai oleh adanya keselarasan antara keinginan-keinginan dengan pandangan dalam diri seseorang atau adanya keselarasan antara kemauan dengan pengenalan diri. Tingkah laku seseorang yang merasakan kemerdekaan batin akan selaras dengan kemauan serta pengenalan diri sehingga akan tumbuh keberanian dan kemauan yang keras dalam dirinya untuk berbuat dan berusaha yang maju. Kedua, memiliki sikap mental wirausaha. Seseorang yang memiliki sikap mental wirausaha yang tinggi mempunyai kemampuan keras untuk mencapai tujuan dan kebutuhan hidupnya. Untuk itu seorang wirausaha harus memiliki tujuan, visi dan misi yang jelas dalam operasional sehingga jalan yang ditempuhnya tercapai secara jelas. Kemampuan yang keras merupakan kunci dari keberhasilan seseorang untuk mencapai tujuan dalam berwirausaha. Hanya orang yang berkemauan keras bisa mencapai kesuksesan dalam hidup, sebaliknya orang yang kurang memiliki kemauan keras akan mudah menyerah kepada keadaan yang menimpanya. Ketiga, memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Kemampuan pengenalan terhadap lingkungan memungkinkan manusia dapat mendayagunakan sumberdaya alam secara efisien untuk kepentingan hidup. Lingkungan sebenarnya ikut mendukung usaha asalkan manusia mengenal dan mendayagunakan dengan tepat. Untuk mewujudkan manusia yang memiliki kepekaan lingkunagan, maka ia harus belajar untuk senantiasa mensyukuri segala hal yang diperoleh dan dimiliki. Keempat, memiliki ketrampilan wirausaha. Seorang wirausahawan harus memiliki jiwa interpreneurship yang didukung oleh cara berpikir yang kreatif. Selain itu, wirausahaan dituntut untuk pandai dan cepat mengambil keputusan. Dalam kehidupan sehari-hari, wirausahawan harus pandai bergaul sehingga dapat mengenal pribadi orang lain. Ketrampilan manajerial juga merupakan faktor dari keberhasilakn berwirausaha karena wirausahawan tidak selamanya bekerja sendiri, ia sering berhadapan dengan orang lain dan material-material usaha. Ketrampilan manajerial mencakup terampil dalam perencanaan, mampu mendirikan dorongan dan melihat kerja kepada mitranya.25 Kelana , Muhammad SAW is Great Entrepreneur..........hal 33 - 35 http://www.kaskus.us/archive/index.php/t-651930-p-2.htm1 diakses pada tanggal 03 April 2012 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya 24Muslim
25Archive,
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 98
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sifat-Sifat Seorang Wirausaha Sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha yang sesuai dengan ajaran agama Islam adalah : Sifat Takwa, Tawakkal, Zikir, dan Syukur Sifat ini harus dimiliki oleh wirausahawan karena dengan sifat-sifat itu kita akan diberikemudahan dalam menjalankan setiap usaha yang kita lakukan. Dengan adanya sifat takwa makakita akan diberi jalan keluar penyelesaian dari suatu masalah dan mendapat rizki yang tidak disangka. Dengan sikap tawakkal, kita akan mengalami kemudahan dalam menjalankan usaha walaupun usaha yang kita jalani memiliki banyak saingan. Dengan bertakwa dan bertawakkalmaka kita akan senantiasa berzikir untuk mengingat Allah dan bersyukur sebagai ungkapanterima kasih atas segala kemudahan yang kita terima. Dengan begitu, maka kita akan merasakantenang dan melaksanakan segala usaha dengan kepala dingin dan tidak stress. Jujur Dalam suatu hadist diriwayatkan bahwa:´Kejujuran akan membawa ketenangan danketidakjujuran akan menimbulkan keragu-raguan.´(HR. Tirmidzi). Jujur dalam segala kegiatanyang berhubungan dengan orang lain maka akan membuat tenang lahir dan batin. Niat Suci dan Ibadah Bagi seorang muslim kegiatan bisnis senantiasa diniatkan untuk beribadah kepada Allahsehingga hasil yang didapat nanti juga akan digunakan untuk kepentingan dijalan Allah Azzam dan bangun Lebih Pagi Rasul Saw mengajarkan agar kita berusaha mencari rezeki mulai pagi hari setelah shalat subuh. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa: ´ Hai anakku, bangunlah!sambutlah rizki dari Rabb-mudan janganlah kamu tergolong orang yang lalai, karena sesungguhnya Allah membagikan rizkimanusia antara terbitnya fajar sampai menjelang terbitnya matahari.´(HR. Baihaqi) Toleransi, Sikap toleransi diperlukan dalam bisnis sehingga kita dapat menjadi pribadi bisnis yang mudah bergaul, supel, fleksibel, toleransi terhadap langganan dan tidak kaku. Berzakat dan Berinfak, Tidaklah harta itu akan berkurang karena disedekahkan dan Allah tidak akan akanmenambahkan orang yang suka memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang yang suka merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.´(HR. Muslim). Dalam hadist tersebut telah diungkapkan bahwa dengan berzakat dan berinfak makakita tidak akan miskin, melainkan Allah akan melipat gandakan rizki kita. Dengan berzakat, halitu juga akan membersihkan harta kita sehingga harta yang kita peroleh memang benar-benar harta yang halal. Silaturahmi Dalam usaha, adanya seorang partner sangat dibutuhkan demi lancarnya usaha yang kitalakukan. Silaturrahmi ini dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan memberikan peluang- peluang bisnis baru. Pentingnya silaturahmi ini juga dapat dilihat dari hadist berikut :´Siapa yang ingin murah rizkinya dan panjang umurnya, maka hendaklah ia mempererat hubungan silaturahmi.´(HR. Bukhari). 26
26http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/4-Islam-dan-mental-kewirausahaan-
subur.pdf http://islamkuno.com/2008/02/01/pemberdayaan-masyarakat-dan kewirausahaan/ http://www.scribd.com/doc/4933265/P diakses pada tanggal 16 april 2012 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 99
Gambar 2.2 Tahapan karakter Islamic Entrepreneurship Spirituality Profesionality Loyality Integrity 1) Integrity atau integritas merupakan sifat standard dan pondasi utama karakter seorang pengusaha yaitu kejujuran yang mengikat utuh karakter-karakter positif lainya. 2) Loyality atau loyalitas merupakan sifat dukungan yang menguatkan kepercayaan banyak orang. Loyalitas berhubungan dengan kesetiaan dan komitmen jangka panjang. 3) Profesionality atau professional merupakan kapasitas untuk menjalankan sesuatu profesi dengan ukuran – ukuran standar serta kualitas terbaik. 4) Spirituality atau spritualitas.27 Berikut juga ada lima karakter Entrepreneur yang dapat kita petakan sebagi MACAN seperti berikut: 1) Mulai dari diri sendiri, yaitu tekad dan ketetapan hati yang kuat untuk mandiri meskipun orang – orang terdekat menghalangi, mengkhawatirkanya, ataupun menyepelekanya. 2) Ambil resiko, yakni keyakinan yang kuat untuk menjalankan bisnis meskipun ada resiko rugi, tertipu, ataupun modal kembali dalam jangka waktu lama. 3) Ciptakan impian yaitu segenap kesusksesan yang ingin dicapai dengan tujuan membahagiakan diri sendiri, orang - orang yang dicintai, serta orang banyak.karena itu, para Entrepreneur adalah orang – orang yang kerap mengisi impianya dengan motivasi. 4) Aksi nyata yaitu wujud usaha biasanya dilakukan dalam waktu cepat, praktis dan bersemangat. Para Entrepreneur sejati kerap tidak peduli denag hinaan, cemoohan, bahkan ancaman dari orang lain. 5) Never Give Up! Yaitu sikap pantang menyerah sebelum impianya tercapai. Ada Entrepreneur yang berkali – kali rugi, tetapi tetap tekun menjalani bisnisnya hingga berhasil. Ada entrepreneur yang mengorbankan banyak waktu dan harus berpergian ketempat – tempat beresiko tinggi tanpa rasa takut sama sekali. Dalam kamus hidup Muhammad SAW tidak ada kata menyerah sehingga beliau memperoleh kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.28 Deskripsi klien
27
Muslim Kelana, Muhammad SAW is Great Entrepreneur………………….hal 27-29 Kelana, Muhammad SAW is Great Entrepreneur …….hal 31-32 Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
28Muslim
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 100
Klien adalah orang yang sedang menghadapi masalah karena dia sendiri tidak mampu dalam menyelesaikan masalahnya. Deskripsi Masalah Menurut sudarsono dalam kamus konseling, masalah adalah suatu keadaan yang mengakibatkan seseorang atau kelompok menjadi rugi atau sakit dalam melakukan sesuatu. Dalam penelitian ini megunakan studi Multikasus maka akan dijelaskan ketiga kasus yang diawali dari kasus klien yang pertama yakni kesulitan membagi waktu karena aktifitas tersebut membuat dirinya jarang bisa berkumpul dengan temanteman dan cap individualis juga kadang sering disandangnya, karena kerjanya malam hari kadang kalau sudah kuliah tidak bisa fokus dan tidak jarang dia ketiduran, kedua yakni kesulitan dalam menjalani kuliah dan bekerja yang mana kadang keduanya harus dijalani dalam waktu yang bersamaan, sering tidak fokus dan tidak jarang dia sering putus asa sehingga menyeimbangkan keduanya sangat begitu sulit dan bahkan kuliah dianggap refreshing semata, ketiga yakni membagi waktu antara kuliah dan bekerja karena dia merintis bisnis sendiri dan baru pemula sehingga dia harus bekerja keras untuk mengembangkan bisnis itu,dia jadi jarang masuk apalagi kuliah yang dijalani saat ini bukan keinginannya sendiri karena baktinya kepada orang tua,kalau tidak karena orang tua mungkin dia sudah melepaskan pendidikannya. Masalah atau kasus yang dialami mahasiswa yang sudah bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Klien 1 kesulitan membagi waktu karena aktifitas tersebut membuat dirinya jarang bisa berkumpul dengan teman-teman dan cap individualis juga kadang sering disandangnya, karena kerjanya malam hari kadang kalau sudah kuliah tidak bisa fokus dan tidak jarang dia ketiduran. Klien 2 kesulitan dalam menjalani kuliah dan bekerja yang mana kadang keduanya harus dijalani dalam waktu yang bersamaan, sering tidak fokus dan tidak jarang dia sering putus asa sehingga menyeimbangkan keduanya sangat begitu sulit dan bahkan kuliah dianggap refreshing semata. Klien 3 mempunyai masalah yakni membagi waktu antara kuliah dan bekerja karena dia merintis bisnis sendiri dan baru pemula sehingga dia harus bekerja keras untuk mengembangkan bisnis itu,dia jadi jarang masuk apalagi kuliah yang dijalani saat ini bukan keinginannya sendiri karena baktinya kepada orang tua,kalau tidak karena orang tua mungkin dia sudah melepaskan pendidikannya, faktor penyebab karena keinginan anak itu sendiri untuk belajar mandiri atau paling tidak mengurangi beban yang harus ditanggung orang tuanya. Faktor penyebab mahasiswa bekerja Faktor yang menjadi penyebab mahasiswa bekerja dari ke tiga klien adalah pertama keadaan yang memaksa dia untuk bekerja demi membantu keluarganya (Bibinya) karena dia tinggal dirumah bibinya sehingga mau tidak mau dia harus Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 101
bekerja agar dia merasa nyaman tinggal disana. kedua dia harus kerja sambil kuliah demi mencapai apa yang dicita-cita dan karena keterbatasan ekonomi yang memaksa dia untuk bekerja demi menyelesaikan pendidikannya. ketiga dia berusaha menjadi pribadi yang mandiri dengan beberapa aktifitas yang sangat menuntutnya walau dia bukan berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi dia berkeinginan untuk meritis suatu usaha sedini ini agar pada suatu saat nanti ketika sudah lulus dia sudah mempunyai pekerjaan. Proses Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship Mahasiswa Setelah melihat beberapa kasus dan penyebabnya, Konselor memberikan Konseling pada masalah-masalah tersebut, maka langkah Konselor dalam proses atau pelaksanaan bimbingan Konseling Islam adalah: Identifikasi masalah Identifikasi masalah yang dilakukan Konselor dalam kasus ini, mengenal Klien yang disertai gejala-gejala yang nampak. Konselor membandingkan data-data yang sudah terkumpul untuk mendapatkan gambaran tentang masalah yang ada pada diri Klien. Pada hal ini identifikasi masalah dimulai dari klien pertama, kedua dan ketiga berikut wawancaranya: Pertama dan dapat dijabarkan bahwa klien pertama ini kesulitan membagi waktu karena aktifitas tersebut membuat dirinya jarang bisa berkumpul dengan temanteman dan cap individualis juga kadang sering disandangnya, karena kerjanya malam hari kadang kalau sudah kuliah tidak bisa fokus dan tidak jarang dia ketiduran. Kedua kesulitan dalam menjalani kuliah dan bekerja yang mana kadang keduanya harus dijalani dalam waktu yang bersamaan, sering tidak fokus dan tidak jarang dia sering putus asa sehingga menyeimbangkan keduanya sangat begitu sulit dan bahkan kuliah dianggap refreshing semata. Ketiga membagi waktu antara kuliah dan bekerja karena dia merintis bisnis sendiri dan baru pemula sehingga dia harus bekerja keras untuk mengembangkan bisnis itu,dia jadi jarang masuk apalagi kuliah yang dijalani saat ini bukan keinginannya sendiri karena baktinya kepada orang tua,kalau tidak karena orang tua mungkin dia sudah melepaskan pendidikannya. Diagnosa Berdasarkan data dari hasil identifikasi masalah, Konselor menetapkan masalah utama yang dihadapi klien. Permasalahan yang di hadapi adalah membagi waktu antara kuliah dan kerja yang dialami para mahasiswa yang sudah bekerja. Permasalahan tersebut disebabkan oleh faktor – faktor yang tentunya sangat berbeda satu sama lain untuk klien yang pertama karena dia sudah tidak mempunyai ayah dan sekarang ikut bibinya yang mana bibinya mempunyai usaha dan dia harus membantu pekerjaan itu dengan berat hati. Kedua dia harus bekerja untuk membiayai kuliah karena ibu dan bapaknya sudah tidak mampu untuk membiayainya kuliah. ketiga mempunyai penyebab dimana dia bekerja untuk menjadi pribadi yang mandiri dengan tujuannya yakni menjadi pengusaha sukses jadi harus dirintis mulai sekarang. Prognosa Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 102
Berdasarkan data-data dan kesimpulan dari langkah diagnosa. Konselor dalam hal ini menetapkan jenis bantuan yang dilakukan kepada klien yaitu dengan memberikan layanan Konseling Al-Hikmah , yaitu 1) Kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini, kesadaran makna hidup ini diberikan kepada tiga klien yakni klien 1,2 dan 3 2) Kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, bantuan yang kedua ini diberikan pada klien 3 karena bantuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan Islamic Entrepreneurship agar klien dapat mengambil langkah dalam usahanya yakni menjadikan klien semangat untuk berbisnis dan berpendidikan tanpa mengesampingkan keduanya. 3) Terampil dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Bantuan ini diberikan kepada klien 1 dimaksudkan agar klien dapat mengambil alternatif dalam pekerjaanya dan pekerjaan yang dia jalani saat ini adalah untuk manfaat bagi dirinya dan orang lain khususnya keluarganya.
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 103
Treatment / Bantuan Yang dimaksud dalam langkah ini adalah tahapan Konseling dalam pelaksanaan bantuan. Setelah Konselor tahu akan permasalahan- permasalahan yang dihadapi klien, maka Konselor memberikan bantuan dengan menggunakan teknik Konseling Islam dalam pelayanan Al-Hikmah. Dimana pelayanan yang digunakan adalah memberikan wawasan keilmuan atau memberikan informasi tentang berbagai hal yang bermakna bagi klien dalam upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan potensi diri, yang meliputi kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini, kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan terampilan dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Adapun tahapan-tahapannya adalah : 1) Kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini Dalam studi multikasus ini Konselor mengutarakan beberapa gagasan-gagasan yang berupa hakikat hidup didunia ini yakni : manusia diciptakan oleh Allah sebagai pemimpin (Q.S. Al-Baqarah ayat 30), manusia diciptakan untuk menciptakan sesuatu dan manusia diciptakn untuk bermanfaat bagi orang lain. Di bawah ini bantuan yang diberikan untuk klien ketiga adalah kesadaran makna hidup didunia, berpacu pada basic dari klien sendiri adalah dari jurusan BKI jadi sedikit banyak dia sudah mengetahui beberapa Kondisi emosinya sendiri sehingga dalam hal ini Konselor sebagai teman curhat dan memberikan sugesti untuk menguatkan hati klien bahwa apa yang dilakukan saat ini adalah untuk meningkatkan dirinya dan aktualisasi serta belajar untuk menjadi seseorang yang mempunyai tanggung jawab yang besar dan menjadi Entrepreneurship Islam yang hebat. Berikut dialognya: 2) Terampil dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Pada bantuan yang diberikan pada klien 1 ini simultan dengan dialaog bantuan yang pertama jadi dalam diolag dibawah ini adalah lanjutan dari dialog sebelumnya diatas dengan waktu yang bersamaan : Evaluasi & Follow- up Konselor mengevaluasi untuk melihat apakah masalah-masalah tersebut masih menjadi beban hidupnya dan menindak lanjuti apa yang terjadi pada diri klien. Selanjutnya dengan melihat perubahan-perubahan dan kemauan dari klien. serta berdasarkan wawancara dengan teman klien. Perubahan yang terjadi bukan karena paksaan, tapi dengan kesadarannya efek dari pemberian Konselor nseling itu. Deskripsi proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dalam meningkat Islamic Entrepreneurship Dalam proses bimbingan konseling Islam yang dilakukan oleh konselor, dalam kasus ini menggunakan langkah-langkah yaitu: identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, terapi/treatment, dan evaluasi/follow-up. Analisa tersebut menggunakan Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 104
analisis deskriptif komparatif sehingga peneliti membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan. Tabel 4.1. Perbandingan Proses Pelaksanaan Dilapangan Dengan Teori Bimbingan Konseling Islam No
Data Teori
Data Empiris
1
Identifikasi masalah Langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada klien.
Konselor mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber data mulai dari klien, orang tua klien, serta teman-teman klien dikampus. Dari hasil yang diperoleh dari proses wawancara dan observasi menunjukan bahwa Pertama dan dapat dijabarkan bahwa klien pertama ini kesulitan membagi waktu karena aktifitas tersebut membuat dirinya jarang bisa berkumpul dengan teman-teman dan cap individualis juga kadang sering disandangnya, karena kerjanya malam hari kadang kalau sudah kuliah tidak bisa fokus dan tidak jarang dia ketiduran. Kedua kesulitan dalam menjalani kuliah dan bekerja yang mana kadang keduanya harus dijalani dalam waktu yang bersamaan, sering tidak fokus dan tidak jarang dia sering putus asa sehingga menyeimbangkan keduanya sangat begitu sulit dan bahkan kuliah dianggap refreshing semata. Ketiga membagi waktu antara kuliah dan bekerja karena dia merintis bisnis sendiri dan baru pemula sehingga dia harus bekerja keras untuk mengembangkan bisnis itu,dia jadi jarang masuk apalagi kuliah yang dijalani saat ini bukan keinginannya sendiri karena baktinya kepada orang tua,kalau tidak karena orang tua mungkin dia sudah melepaskan pendidikannya.
2
Diagnosa Menetapkan masalah yang dihadapi klien beserta latar belakangnya
Melihat dari hasil identifikasi masalah maka dapat disimpulkan Permasalahan yang di hadapi adalah pertama karena dia sudah tidak mempunyai ayah dan sekarang ikut bibinya yang mana bibinya mempunyai usaha dan dia harus membantu pekerjaan itu dengan berat hati. Kedua dia harus bekerja untuk membiayai kuliah karena ibu dan bapaknya sudah tidak mampu untuk membiayainya kuliah. ketiga mempunyai penyebab dimana dia bekerja untuk menjadi pribadi yang mandiri dengan tujuannya yakni menjadi pengusaha sukses jadi harus dirintis mulai sekarang,.
3
Prognosa Menentukan jenis bantuan atau terapi yang sesuai dengan
Menetapkan jenis bantuan berdasarkan diagnosa, yaitu berupa Bimbingan Konseling Islam dengan pelayanan Alhikmah yakni memberikan wawasan keilmuan atau memberikan informasi tentang berbagai hal yang
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 105
permasalahan klien. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dari diagnosis. 4)
bermakna bagi klien dalam upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan potensi diri,
Ada 3 bantuan yang diberikan pada klien Kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini, kesadaran makna hidup ini diberikan kepada tiga klien 5) Kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, bantuan yang kedua ini diberikan pada klien 3 karena bantuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan Islamic Entrepreneurship agar klien dapat mengambil langkah dalam usahanya yakni menjadikan klien semangat untuk berbisnis dan berpendidikan tanpa mengesampingkan keduanya. 6) Terampil dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Bantuan ini diberikan kepada klien 1 dimaksudkan agar klien dapat mengambil alternatif dalam pekerjaanya dan pekerjaan yang dia jalani saat ini adalah untuk manfaat bagi dirinya dan orang lain khususnya keluarganya.
4
Treatment Proses pemberian 1) bantuan terhadap klien berdasarkan prognosis. Adapun bantuan yang digunakan adalah Konseling sebagai layanan Al- Hikmah 2)
Ada 3 bantuan yang diberikan pada klien Kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini, kesadaran makna hidup ini diberikan kepada tiga klien yakni klien 1,2 dan 3. Konselor memberikan motivasi serta sugesti tentang makna hidup dan tugas hidup pada diri klien dengan berpedoman pada Q.S.Al-Baqarah:30) agar klien tahu akan makna hidup dan tugasnya sehingga mereka lebih semangat dan motivasi itu dijadikan dasar untuk bertindak. Kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, bantuan yang kedua ini diberikan pada klien 3 karena bantuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan Islamic Entrepreneurship agar klien dapat mengambil langkah dalam usahanya yakni menjadikan klien semangat untuk berbisnis dan berpendidikan tanpa mengesampingkan keduanya. 3) Terampil dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Bantuan ini diberikan kepada klien 1 dimaksudkan agar klien dapat mengambil alternatif dalam pekerjaanya dan pekerjaan yang dia jalani saat ini adalah untuk manfaat bagi dirinya dan orang lain khususnya keluarganya.
5
Evaluasi Mengetahui
Melihat perubahan pada klien setelah dilakukannya proses sejauh Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 106
mana langkah terapi Islamic Entrepreneurship. Dalam hal ini konselor yang dilakukan dalam melakukan wawancara kepada klien dan teman - teman mencapai hasil. klien agar tahu perubahan diri klien.
Berdasarkan tabel diatas bahwa analisis proses bimbingan konseling dilakukan konselor dengan langkah-langkah konseling yang meliputi tahap identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment dan evaluasi. Dalam paparan teori pada tahap Identifikasi masalah yakni langkah yang digunakan untuk mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada klien. Melihat gejal-gejala yang ada di lapangan Maka konselor di sini menetapkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi klien adalah membagi waktu, dan putus asa. pemberian treatment disini digunakan untuk meningkatkan Islamic Entrepreneurship para mahasiswa yang sudah bekerja yakni konselor memilih 3 mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya, kilen yang Pertama mengunakan layanan AlHikmah berupa memberikan kesadaran tentang makna hidup, Terampilan dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain). Kedua memberikan kesadaran tentang makna hidup. Ketiga memberikan bantuan berupa memberikan kesadaran tentang makna hidup dan Kemapuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang aka terjadi. Klien yang pertama menggunakan 2 bantuan karena klien ini lebih membutuhkan 2 alternatif untuk menerapkan pekerjaan dan kulih yang dia jalaninya sehingga konselor memberikan layanan Al-hikmah dengan 2 bantuan, dimakudkan agar klien menjalani pekerjaan dan kuliah bisa semangat dan mersa bahwa apa yang dia lakukan akan menjadi pelajaran dan manfaat yang besar bagi dirinya dan orang disekitarnya. Klien yang kedua ini mengunakan 1 bantuan juga karena melihat klien ini salah satu mahasiswa dari BKI sendiri jadi sedikit banyak dia sudah memahami tentang dirinya dan emosi-emosinya oleh karena itu konselor mengunakan bantuan yang berupa memberikan kesadaran tentang makna hidup, dimaksudkan agar klien semangat dalam menjalaninya.. Klien yang ketiga ini mengunakan 2 bantuan karena konselor memandang bahwa yang dialami klien ini cukup mengunakan bantuan yang kedua yakni kesadaran makna hidup dan kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi,dimaksudkan agar klien sadar akan tanggungjawabnya hidup ini dan menyeimbangkan bisnisnya serta bisnis yang ia lakukan saat ini menjadi berkah dan tentunya akan meningkatkan Islamic Entrepreneurshipnya. Untuk itulah konselor di sini hanya bisa mengupayakan bantuan secara maksimal, yakni memfasilitasi Klien dengan buku yang telah disediakan konselor sebagai pendorong klien untuk semangat bekerja atau menjadi Entrepreneurship Islam sejati dengan mengikuti jejak Rasulullah SAW. Maka berdasarkan perbandingan antara data dari teori dan lapangan pada saat proses bimbingan konseling ini, diperoleh kesesuaian dan persamaan yang mengarah pada proses Bimbingan dan Konseling Islam. Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 107
Data hasil pelaksanaan bimbingan konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship mahasiswa yang sudah bekerja Untuk lebih jelas tentang analisis data tentang hasil pelaksanaan bimbingan konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship studi multikasus mahasiswa yang sudah bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya dapat dilihat tabel berikut: Klien I Tabel 4.2 Gejala yang nampak pada diri klien sebelum dan sesudah konseling No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gejala yang Nampak
Klien merasa sulit membagi waktu Klien putus asa Jarang dapat ngumpul bersama teman Cuek Individualis Kurang semangat mempunyai bakat yang belum bisa teraktualisasi Sering ngantuk jika kuliah Belum menerapkan Islamic Entrepreneurship Kurang informasi masalah pekerjaan dan tujuan bekerja SKOR Keterangan: A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih Dilakukan
Sebelum konseling A B C √ √ √ √ √ √ √ √ √
Sesudah konseling A B C √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10
6
4
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan Bimbingan Konseling Islam tersebut terjadi perubahan sikap dan pola pandang pada klien, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kondisi klien yang pada asalnya tidak bersemangat menjalani dua aktifitas menjadi semangat, jarang berkumpul dengan teman ya kadang menyempatkan berkumpul, lebih musah senyum dan lain sebagainya.. Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan bimbingan konseling peneliti mengacu pada prosentase kualitatif dengan standart uji sebagai berikut: 75 % - 100 % (dikategorikan berhasil) 60 % - 75 % (cukup berhasil) < 60 % (kurang berhasil) Perubahan sesudah bimbingan konseling sesuai tabel analisis diatas adalah: Gejala yang tidak pernah = 6 ~ 6/10 x 100 = 60% Gejala yang kadang – kadang =4 ~ 4/10 x 100 =40% Gejala yang masih dilakukan =0 ~ 0/10 x 100 =100% Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 108
Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat ketahui bahwa Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship studi multikasus mahasiswa yang sudah bekerja, diIAIN Sunan Ampel Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentasi tersebut untuk klien 1 adalah 60% dengan standart 60 % - 75 % yang dikategorikan cukup berhasil. Klien 2 Tabel 4.3 Gejala yang nampak pada diri klien sebelum dan sesudah konseling No 1 2 3 4 5 6
Gejala yang Nampak
Klien merasa sulit membagi waktu Klien putus asa Jarang dapat ngumpul bersama teman Wajah selalu susah Kurang semangat mempunyai bakat yang belum bisa teraktualisasi 7 Belum menerapkan Islamic Entrepreneurship 8 Kurang informasi masalah pekerjaan dan tujuan bekerja SKOR Keterangan: A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih Dilakukan
Sebelum konseling A B C √ √ √ √ √ √
Sesudah konseling A B C √ √ √ √ √ √
√ √
√ √
8
5
3
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan Bimbingan Konseling Islam tersebut terjadi perubahan sikap dan pola pandang pada klien, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kondisi klien yang pada asalnya tidak bersemangat menjalani dua aktifitas menjadi semangat, jarang berkumpul dengan teman ya kadang menyempatkan berkumpul, lebih musah senyum dan lain sebagainya.. Perubahan sesudah bimbingan konseling sesuai tabel analisis diatas adalah: Gejala yang tidak pernah = 5 ~ 5/8 x 100 = 62,5% Gejala yang kadang – kadang = 3 ~3/8 x 100 =37,5% Gejala yang masih dilakukan = 0 ~0/10 x 100 =100% Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat ketahui bahwa Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship studi multikasus mahasiswa yang sudah bekerja, diIAIN Sunan Ampel Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentasi tersebut untuk klien 2 adalah 62,5% dengan standart 60 % 75 % yang dikategorikan cukup berhasil.
Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 109
Klien 3 Tabel 4.4 Gejala yang nampak pada diri klien sebelum dan sesudah konseling No
Sebelum konseling
Gejala yang Nampak A
1 2 3 4 5 6 7 8
Klien merasa sulit membagi waktu Jarang dapat ngumpul bersama teman Cuek Individualis Kurang semangat Lebih mementingkan bisnisnya Belum menerapkan Islamic Entrepreneurship Kurang informasi masalah pekerjaan dan tujuan bekerja SKOR
B
Sesudah konseling C
A
√ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √
8
6
B
C
√ √
2
Keterangan: A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih Dilakukan
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan Bimbingan Konseling Islam tersebut terjadi perubahan sikap dan pola pandang pada klien, hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa kondisi klien yang pada asalnya tidak bersemangat menjalani dua aktifitas menjadi semangat, jarang berkumpul dengan teman ya kadang menyempatkan berkumpul, lebih musah senyum dan lain sebagainya.. Perubahan sesudah bimbingan konseling sesuai tabel analisis diatas adalah: Gejala yang tidak pernah = 6 ~ 6/8 x 100 = 75% Gejala yang kadang – kadang = 2 ~2/8 x 100 = 25% Gejala yang masih dilakukan =0 ~0/10 x 100 =100% Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat ketahui bahwa Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship studi multikasus mahasiswa yang sudah bekerja, diIAIN Sunan Ampel Surabaya dilihat dari analisis data tentang hasil prosentasi tersebut untuk klien 3 adalah 75% dengan standart 60 % - 75 % yang dikategorikan cukup berhasil. Dari hasil Bimbingan dan Konseling Islam maka ketiganya dapat dikategorikan sebagai berikut : Klien 1 gejala yang tidak pernah = 6/10 ~ 60% Klien 2 gejala yang tidak pernah = 5/8 ~62,5% 17 / 26 x 100= 65,4 % Klien 3 gejala yang tidak pernah = 6/8 ~75% Jumlah gejala yang tidak pernah klien 1-3 = 17 Jumlah indikator Gejala yang nampak 1-3 = 26 Berdasarkan hasil prosentase diatas dapat ketahui bahwa Bimbingan dan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship studi multikasus mahasiswa yang sudah bekerja, diIAIN Sunan Ampel Surabaya dilihat dari analisis data Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 110
tentang hasil prosentasi tersebut untuk klien 1,2 dan 3 adalah 65,4% dengan standart 60 % - 75 % yang dikategorikan cukup berhasil. Analisa data diatas menunjukkan bahwa 3 mahasiswa yang sudah bekerja tersebut mempunyai masalah yang hampir sama dan yang paling menonjol diantara ketiganya adalah masalah waktu. Dari sini dapat diindikator bahwa mahasiswa yang bekerja sambil kuliah mempunyai masalah membagi waktu sehingga bimbingan konseling disini bertugas untuk memberikan motivasi dan meningkatkan Entrepreneurship mahasiswa agar kuliah sambil bekerja yang mereka jalani dapat bermakna dan tidak menjadi beban. Penutup Kasus atau masalah yang dihadapi oleh mahasiswa yang sudah bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya adalah: 1) Kesulitan membagi waktu karena aktifitas tersebut membuat dirinya jarang bisa berkumpul dengan teman-teman; 2)Cap individualis juga kadang sering disandang; 3) Tidak bisa fokus dan tidak jarang dia ketiduran; 4) Putus asa sehingga menyeimbangkan keduanya sangat begitu sulit dan bahkan kuliah dianggap refreshing semata. Faktor – faktor mahasiswa yang sudah bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya adalah: 1) Keadaan yang memaksa dia untuk bekerja demi membantu keluarganya karena dia tinggal dirumah bibinya sehingga mau tidak mau dia harus bekerja agar dia merasa nyaman tinggal disana; 2) Harus kerja sambil kuliah demi mencapai apa yang dicita-cita dan karena keterbatasan ekonomi yang memaksa untuk bekerja demi menyelesaikan pendidikannya3) Berusaha menjadi pribadi yang mandiri dengan beberapa aktifitas yang sangat menuntutnya walau bukan berasal dari keluarga yang kurang mampu tapi berkeinginan untuk meritis suatu usaha sedini ini agar pada suatu saat nanti ketika sudah lulus sudah mempunyai pekerjaan. Proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam adalah dengan mengikuti langkah-langkah yang ada dalam proses konseling. Langkah konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, disini konselor mengumpulkan data dari orang tua dan teman klien yang berfungsi untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak pada diri klien. Sedangkan langkah kedua mendiagnosa dengan menetapkan masalah yaitu membagi waktu dan konselor mencoba untuk meningkatkan Islamic Entrpreneurshipnya. Langkah berikutnya adalah prognosa dengan menetapkan jenis bantuan yakni konseling Islam sebagai layanan Al-hikmah. Kemudian konselor memberikan treatment atau dengan proses yang ada di dalam layanan Al-hikmah itu sendiri, adapun langkah yang di tetapkan dalam prognosis ini ada 3 teknik yakni Kesadaran tentang makna hidupnya didunia ini, Kemampuan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi, dan Terampilan dalam mengambil keputusan atau menemukan alternatif yang paling baik bagi kehidupannya (bagi dirinya sendiri dan orang lain) Kesemua teknik tersebut dilaksakan secara berurutan 3-5 kali pertemuan dalam prosesnya. Terakhir mengevaluasi dan follow up tindakan konseli dengan melihat perubahan-perubahan yang ada pada klien. Yang didapat berdasar pernyatan klien dan wawancara dengan teman klien. Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya
E v i N u r K h o l i f a h & R a g w a n A l b a a r | 111
Hasil pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dalam meningkatkan Islamic Entrepreneurship Mahasiswa yang sudah bekerja, di IAIN Sunan Ampel Surabaya dikategorikan cukup berhasil. Hal ini ditandai dengan perubahan yang ditunjukkan oleh klien yaitu : Klien pertama, dia lebih bisa mengambil beberapa tindakan yang baik untuk dirinya; Klien ketiga, lebih meningkatkan Islamic Entrepreneurshipnya dengan bergabung di sebuah lembaga panti asuhan untuk menjadi donatur tetap dari bisnisnya tersebut; dan Klien kedua, dia lebih murah senyum dan menghadapi hidup ini dengan lapang dada dan buku yang ditunjukan konselor menjadi pedoman semangat untuk ia bekerja. Daftar Pustaka Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press, 2009. Amsyari, Fuad. Islam Kaffah : Tantangan Sosial Dan Aplikasinya Di Indonesia. Jakarta : Gema Insani Press, 1995. Archive, http://www.kaskus.us/archive/index.php/t-651930-p-2.htm1 diakses pada tanggal 03 April 2012 Arifin, H.M.. Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001. Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra, 1989. H. Asy`ari, Ahm dkk., Pengantar Studi Islam. Surabaya: IAIN Sunan Ampel. http://infowirausaha.blogspot.com, diakses pada tanggal 16 Maret 2012 http://insaniaku.files.wordpress.com/2009/03/4-Islam-dan-mental-kewirausahaansubur.pdf http://islamkuno.com/2008/02/01/pemberdayaan-masyarakat-dan kewirausahaan/ http://www.scribd.com/doc/4933265/P diakses pada tanggal 16 april 2012 Kelana, Muslim. Muhammad SAW is Great Entrepreneur. Bandung: Dinar Publishing, 2008. Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press, 2004. Mappiare, Andi. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT RajaGrafindo,1996. Mcleod, John. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta : Kencana, 2010. Nasud, Mahfudz. Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer. Yogyakarta : UPP APM YKPN. 2004. Nazir, Moh.. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988. Qardawi, Yusuf. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta : Gema Insani, 1995. Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta,2009. Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan........hal 38 Suryana. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat, 2001. Willis, Sofyan S. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta,2010. Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, A. Juntika. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosydakarya, 2008. Bimbingan Konseling Islam dalam Meningkatkan Islamic Enterpreneurship pada Mahasiswa yang Bekerja di IAIN Sunan Ampel Surabaya