BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati Dunia (Optimalisasi Biodiesel sebagai Solusi Krisis Energi Nasional)
REVISI KEDUA Arifin Panigoro
Medco Building Jl. Ampera Raya No.18-20 Jakarta Selatan 12560
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Glossary $IÀUPDWLYHDFWLRQ
Hukum atau kebijakan yang diambil dengan tujuan agar kelompok/golongan tertentu memperoleh peluang yang setara dengan kelompok/golongan lain dalam bidang yang sama.
ASEAN
$VVRFLDWLRQRI6RXWK(DVW$VLDQ1DWLRQV
%DODQFLQJ5DWLR
Rasio/perbandingan yang seimbang antara satu hal dengan hal yang lain.
Biodiesel
Bahan bakar yang terdiri dari campuran PRQRDON\OHVWHUdari rantai panjang asam lemak, yang digunakan sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari bahan nabati.
%LRHWKDQRO
Bahan bakar alternatif yang dibuat dari etanol yang berasal dari bahan nabati seperti VXJDUFDQH atau jagung yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bensin.
%OHQGLQJ5DWH
Ukuran tertentu - dalam persentase - untuk menyatakan campuran antara biodiesel dan bahan bakar diesel biasa.
CPO (&UXGH3DOP
Minyak kelapa sawit mentah yang berwarna
2LO)
kemerah-merahan yang diperoleh dari hasil ekstraksi atau dari proses pengempaan daging buah kelapa sawit.
Etanol
Sebuah cairan alkohol yang mudah terbakar, mudah menguap, tak berwarna yang merupakan turunan dari senyawa hidroksil atau gugus OH dengan rumus kimia C2H5OH dan merupakan jenis alkohol yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
)LVFDO,QFHQWLYHV
Istilah untuk menggambarkan suatu usaha yang dibebaskan untuk sementara waktu dari pembayaran pajak.
)RVVLOIXHO
Bahan bakar yang berasal dari fosil tumbuhan atau hewan yang pembentukannya terjadi selama berjuta-juta tahun.
GAPKI
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
GDP (*URVV'RPHVWLF
Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa
3URGXFW)
yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.
,QWDQJLEOH%HQHÀW
Keuntungan tak terhitung yang dinikmati oleh individual, organisasi, para pelaku bisnis.
IPA (,QGRQHVLDQ
2UJDQLVDVLQRQSURÀW\DQJPHQGRURQJ
3HWUROHXP
menghimpun/menyatukan seluruh perusahaan
$VVRFLDWLRQ)
minyak di Indonesia dan mempromosikan produk mereka.
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
0XOWLSOLHU(IIHFW
Efek berantai.
OPEC
2UJDQL]DWLRQRIWKH3HWUROHXP([SRUWLQJ &RXQWULHV
3HGDJRJ\
Strategi, gaya atau metode pembelajaran.
PERPU
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3ROLF\SDSHU
Sebuah naskah yang di dalamnya berisi sebuah kebijakan.
3XEOLF6HUYLFH
Instrumen kebijakan yang mengharuskan
2EOLJDWLRQ
entitas pemerintah atau institusi swasta untuk mengalokasikan produk yang mereka hasilkan untuk kepentingan publik .
4XLFN&RXQW
Metode perhitungan cepat (biasanya untuk menghitung perolehan suara pada pemilu) dengan menggunakan metode sampling dan kemampuan teknologi komunikasi yang tingkat akurasinya terbukti tinggi.
TCF
7ULOOLRQ&XELF)HHW
UNDP
8QLWHG1DWLRQV'HYHORSPHQW3URJUDPPH
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Tim Penyusun Anggi Nurjihan Anggraini Citra Pratiwi Aris Mustafa Budi Basuki Cisca Alimin Mutia Hapsari M. Ruslan Nirmala Twinta Roma Sophiaan Roni Pramaditia Sofyan Panigoro Tarkudi 7DXÀN6LGGLN Widjajanto Yani Panigoro
Medco Building Jl. Ampera Raya No.18-20 Jakarta Selatan 12560
Daftar Isi *ORVVDU\
2
Catatan Pembuka
11
Pengantar: Sketsa Negeri Mandiri Energi
15
([HFXWLYH6XPPDU\
19
Bab 1: Hikayat Negeri “Pariah” Energi
32
Bab 2: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit Dunia
48
Bab 3: Belajar dari Jiran
65
Bab 4: SDM Unggulan untuk Mandiri Energi
76
Bab 5: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
88
Bab 6: Mencari Terobosan Teknologi
102
Bab 7: Rekomendasi Aksi & 3ROLF\
110
Daftar Referensi
124
%LRJUDÀ
128
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Catatan Pembuka MEMBUKUKAN berbagai pikiran yang muncul memang selalu berujung pada godaan: Kapan kita bersedia menyudahinya? Godaan ini yang dirasakan oleh tim penyusun ketika membantu Founder Medco Group, $ULÀQ3DQLJRURGDODPPHQXDQJNDQJDJDVDQEHVDUQ\DWHUNDLW kemandirian energi Indonesia melalui optimalisasi sawit sebagai bahan biodiesel. AP – demikian kami kerap memanggilnya- merupakan sosok yang lekat GHQJDQSHUVRQLÀNDVLVHEDJDLSULEDGL\DQJJHOLVDK$3PHPDQJVRVRN\DQJ penuh dengan kegelisahan jika kita lemparkan topik energi. Penguasaan akan aspek teknik, bisnis hingga isu populis terkait energi terbarukan, khususnya upayanya dalam mengenalkanELRIXHO, membuat ruang diskusi selalu menghangat. Begitu juga yang kami alami dalam membantu menyunting ulang buku “Beyond 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati Dunia (Optimalisasi Biodiesel sebagai Solusi Krisis Energi Nasional). Dari sekadar publikasi yang berpretensi menjadiSDSHUSROLF\ dalam sebuah forum para Pemimpin Redaksi (Pemred) di Bali, hingga diskusi di kediaman pribadi, BPPT, Pertamina, media massa dan para calon pemimpin Republik yang tengah JHWROberkampanye, AP tak jenuh menitipkan pesan: bangun industri biodiesel Indonesia!
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Edisi kedua yang Anda pegang ini menyisipkan dua pikiran utama AP dalam mengelaborasi sawit sebagai penyelamat devisa dan terobosan teknologi. Seperti dalam bab lain, maka, langgam bahasa populer dan dialogis menjadi kekuatan AP dalam bertutur. Sosok AP yang terbuka pada perubahan, tidak dogmatis pada satu pikiran, menuntun kami untuk bertemu dengan sejumlah VWDNHKROGHUV lainnya baik berlatar belakang akademisi, praktisi industri biodiesel hingga pejabat pemerintah dalam merampungkan edisi kedua buku ini. Dan seperti AP, maka, diskusi demi diskusi itu pun menggambarkan kegelisahan akan negeri yang tak kunjung mencapai kemandirian energi. Ironi besar yang kita hadapi tak mungkin dijawab dari ruang debat, tapi perlu UHDODFWLRQ dari pembuat kebijakan negara hingga masyarakat pengguna BBM-nya agar terobosan penggunaan bahan bakar nabati ini ELVDPHPLOLNLGDPSDNVLJQLÀNDQEDJLEDQJVD,QGRQHVLD Selamat mendiskusikannya! Jakarta, 10 November 2013 Tim Penyusun
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
PENGANTAR: Sketsa Negeri Mandiri Energi SAUDARA-saudara sebangsa dan setanah air! Medio Juni 2013 ini Indonesia sejatinya memasuki 15 tahun peringatan reformasi yang jadi amanat para mahasiswa, rakyat, dan juga eksponen lainnya yang turun bersama di jalanan pada tahun 1998 silam. Salah satu agenda yang masih saya ingat adalah membangun ketahanan atau kedaulatan energi. Sudahkah kita mandiri dan berdaulat di bidang energi? Pertanyaan ini yang menggoda saya ketika menerima kehadiran Forum Pemred yang dipimpin oleh Sdr. Wahyu Muryadi, Pemred Tempo yang pernah menjabat sebagai Kepala Protokol Istana Negara di era Gus Dur, untuk membahas topik yang sangat strategis: kedaulatan energi. Saya tanyakan berulang kali apa maksud dan tujuan dari Chief Editor Summit yang dihadiri ratusan Pemred setanah air? Jawabnya, khas celotehan Wahyu, “untuk menyuarakan optimisme Bapak, bahwa Indonesia mampu mandiri di bidang energi, cita-cita ini bisa dicapai asal tidak salah urus!” Saya garis bawahi kata “optimisme” dan “salah urus” tersebut. Dua kata yang berkonotasi tersendiri, di satu pihak menyiratkan harapan, besarnya potensi untuk berdaulat di bidang energi, tapi di sisi lain ada kekhawatiran jangan-jangan bangsa ini salah urus EHQHUDQ di bidang pengembangan energinya. Jika tidak ada upaya secara terstruktur dan melibatkan keputusan politik serta keberpihakan yang tinggi, maka niscaya optimisme tersebut akan terus berbenturan dengan kenyataan pahit: negeri “pariah (miskin) energi”.
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Ulasan dalam konferensi ini lebih merujuk sebagai sumbangan pemikiran. Dalam bahasa para perancang kebijakan kerap disebut SROLF\ SDSHU Tetapi, karena mayoritas hadirin di sini adalah jurnalis, maka saya dan tim mencoba semampu mungkin mengonversinya menjadi bahasa yang populer, tidak QGDNLNQGDNLN tapi membuat Anda yang hadir di sini mampu menyuarakan di media masing-masing bahwa optimisme untuk kedaulatan energi itu bukan ilusi tapi nyata dan ada potensinya! Jawabannya terletak pada kemampuan kita mengelola sumber bahan bakar nabati atau ELRIXHO. Dalam ulasan kali ini saya mencoba fokus pada biodiesel yang notabene Indonesia memang jagonya dalam produksi bahan bakunya dari minyak kelapa sawit (FUXGHSDOPRLO/CPO). Bahkan Indonesia disebut-sebut sebagai produsen CPO terbesar yang menguasai lebih dari 47% pangsa pasar dunia. Tapi, pertanyaan yang muncul, mengapa kita seperti lambat berlari menuju cita-cita mandiri energi. Sementara potensi biodiesel kita luar biasa besarnya. Agar kekhawatiran bahwa bangsa kita ini ‘salah urus’ dalam mengelola kemandirian energi tidak terbukti, maka saya dan tim sajikan beberapa ulasannya. Dan berharap agarSROLF\SDSHU ini menjangkau hingga pengambil keputusan di pemerintah sehingga mereka sadar perlunya DIÀUPDWLYHDFWLRQ, nyali yang berani untuk berpihak dan fokus membangun kekuatan biodiesel Indonesia sehingga kita bisa ciptakan lapangan pekerjaan, optimalisasikan lahan terlantar yang mencapai puluhan juta hektar, menghemat devisa kita agar tidak boros subsidi BBM hingga membangun Indonesia sebagai jawara biodiesel dunia. Tak pelak cita-cita besar ini perlu segera dimulai, QRZRUQHYHU. Dan siapa pun pemimpin Indonesia kelak wajib menjalankan amanah membangun kedaulatan energi ini jika Indonesia ingin dikenal sebagai bangsa yang besar.
Bali, 13 Juni 2013 $ULÀQ3DQLJRUR
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Executive Summary OPTIMISME untuk membangun kemandirian energi sejatinya bersumber dari kemampuan diri sendiri. Logika berpikirnya bisa kita runut. Mulai saja dari fakta yang ada terkait Indonesia. Coba tengok! Siapa selain India dan Cina yang mengalami pertumbuhan ekonomi nasional per tahun lebih dari 6% di kawasan Asia. Bahkan angka pertumbuhan ini terasa fantastis, nyaris tak tergapai, di tengah krisis yang mendera Eropa, dan juga kelambanan pertumbuhan ekonomi yang menular ke kawasan lainnya di seberang Atlantik yang terjadi pada medio 2008 silam. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, populasi yang berkembang, melahirkan GHPDQG yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Argumen ini ada yang mengamini terkait krisis energi. Ceritanya begini, tempo hari dalam acara 36th IPA &RQYHQWLRQDQG([KLELWLRQ beberapa analis mensinyalir dua faktor (pertumbuhan ekonomi dan peningkatan populasi) menjadi pemicu lahirnya kebutuhan rumah tangga, yang ujung-ujungnya terjadi peningkatan kebutuhan energi akibat membengkaknya transportasi barang sampai dengan pemenuhan kebutuhan energi di rumah. Arahkan pisau analisa kita ke pembengkakan energi bahan bakar lazim disingkat BBM. Data yang ada dalam catatan pemerintah menunjukkan kebutuhan konsumsi energi pada tahun 2010 misalnya mencapai 3 juta barel setara minyak per hari. Lima belas tahun kemudian masyarakat Indonesia diperkirakan mengonsumsi tiga kali lipatnya atau 8,3 juta barel setara minyak per hari. 19
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Ini jumlah yang begitu besar. Bukan tugas yang ringan untuk mengatasinya. Apalagi, dalam kenyataan di lapangan, kita dihadapkan pada fakta turunnya produksi minyak nasional. Kegiatan eksplorasi minyak dan gas pun mengalami penurunan. Tak heran ada sinyalemen yang menyebutkan 12 tahun lagi cadangan minyak kita habis. Kalau kita hanya sibuk berdebat, ramai membuat kebijakan sana sini, tapi gagal mengangkat iklim investasi di bidang minyak dan gas, serta gagal membangun industri BBM nabati atau ELRIXHO maka kekhawatiran yang mengemuka di awal laporan ini jadi makin nyata di depan mata hadirnya. Lihat saja WUHQG konsumsi BBM yang menunjukkan kurva naik dari tahun ke tahun. Salah satu pemicunya tak lain adalah tingginya kehadiran moda transportasi pribadi di masyarakat. Membanjirnya jumlah mobil dan motor, apalagi didukung oleh industri jasa keuangan yang makin agresif memberikan kredit kepemilikan otomotif, seperti efek berantai dari pesatnya pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam sebuah publikasi disebutkan produksi motor mencapai tujuh juta unit pertahun di tanah air. Luar biasa! Mau tidak mau konsumsi BBM tentu akan meningkat sebagai konsekuensi logis dari hadirnya kendaraan pribadi tersebut. Kecenderungan lain yang juga perlu kita kritisi dalam SROLF\SDSHU ini adalah keberanian pemerintah dalam memangkas subsidi BBM. Lazim diketahui bahwa faktor harga BBM kerap menjadi momok yang menakutkan siapa pun penguasa tertinggi di Republik. Alasan yang kerap dikemukakan adalah untuk membela kepentingan rakyat, PHQFHJDKQDLNQ\DKDUJDEDUDQJNHEXWXKDQSRNRNPHUHGDPLQÁDVL sampai dengan alasan yang tak masuk akal pun kita kerap mendengarnya. Misalnya, sebagian orang masih yakin Indonesia kaya cadangan minyak. $EVXUG bukan? Cerminan politik pemerintah dalam subsidi BBM ini kian kentara dari berlarutnya pembahasan subsidi di RAPBN 2013 tempo hari. Padahal, lihat saja di ERWWRPOLQH-nya, produksi minyak nasional sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi BBM dalam negeri. Akibatnya
Dibanding negara ASEAN lainnya, harga bensin di Indonesia termasuk MURAH Akibatnya, subsidi BBM sangat BESAR (dalam Rupiah)
4,153
5,968
6,500
10,340
12,147
12,453
13,298
13,396
14,553
15,695
Sumber : Tim Riset Medco Group
kita mesti impor minyak. Gelar sebagai produsen minyak pun sudah lama tanggal sejak kita keluar dari OPEC karena sudah tercatat sebagai negeri pengimpor minyak untuk mencukupi kebutuhan BBM. Tapi, ya itulah diskursus subsidi. Sudah tahu produksi minyak makin turun dari hari ke hari, dan impor minyak membengkak, tapi di masyarakat harga BBM tetap relatif terjangkau. Data yang ada menunjukkan harga BBM Indonesia merupakan yang termurah ketiga di ASEAN, bahkan tercatat sebagai negara peringkat 18 termurah dalam menjual BBM ke masyarakatnya di dunia. Itu sebabnya tak usah heran jika total subsidi BBM sudah mencapai angka Rp 194 triliun di anggaran pemerintah. Duit sebesar ini kita ‘bakar’ untuk kebutuhan meladeni 25% dari rumah tangga berpenghasilan tertinggi di tanah air. Ironis bukan? Subsidi yang diniatkan untuk membantu rakyat kecil nyatanya jatuh ke tangan orang-orang yang tidak berhak. Pembiayaan subsidi BBM ini pun membuat pemerintah mesti merogoh NRFHN lebih dalam, bahkan membuka keran utang luar negeri karena adanya kebutuhan menambal Rp 50 triliun di tahun 2013 untuk mencukupi kebutuhan subsidi BBM. Jadi tidak berlebihan jika dalam SROLF\SDSHU ini kita desak pemerintah untuk menabalkan tahun 2013 ini 21
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
sebagai ‘era krisis energi’. Cadangan minyak per kapita dan produksi minyak per kapita menunjukkan ketersediaan minyak untuk setiap penduduk negara.
Perbandingan Harga Bensin di Beberapa Negara Harga Bensin 2013
Jumlah Penduduk
Cadangan Minyak
Produksi Minyak
Cadangan Produksi Minyak Minyak per Kapita per Kapita
(Rupiah/Liter)
(Juta)
(Miliar Barel)
(Ribu bph)
Venezuela
642
29,3
211,2
2,471
Arab Saudi
1.193
27,9
264,5
10,007
Lybia
1.560
6,4
46,4
1,659
7,250
(Bbl/cap)
Tingkat Deplesi per Tahun
(Bbl/kcap)
(%tahun)
7,208
84
0,40%
9,480
359
1,40%
259
1,30%
Turkmenistan
1.744
5,1
0,6
216
118
42
13,10%
Bahrain
1.928
1,3
NA
NA
NA
NA
NA
Qatar
2.019
1,7
25,9
1,589
15,235
935
2,20%
Kuwait
2.057
2,8
101,5
2,508
36,250
896
0,90%
Brunei
4.153
0,4
1,1
172
2,750
430
NA
United Arab Emirates
4.572
7,9
97,8
2,849
12,380
361
1,10%
Indonesia
6.500
238,2
4,2
986
18
4
8,60%
Cadangan minyak per kapita dan produksi minyak per kapita menunjukan ketersediaan minyak untuk setiap penduduk negara Sumber: BP Statistics and World Population Data Sheet Sumber: BP Statistics and World Population Data Sheet
Energi Terbarukan atau ‘Terabaikan’? Label atau sebutan ‘krisis energi’ ini tidak usah membuat kita patah semangat. Sebaliknya, dari perspektif berpikir positif dan memelihara optimisme bangsa, maka situasi ‘lampu kuning’ atau alarm tanda bahaya di sektor energi bukannya tidak ada solusinya. Bangsa Indonesia patut bersyukur. Bunyi ungkapan lamaJHPDKULSDKORKMLQDZL itu juga berlaku dalam artian untuk mensyukuri betapa luar biasa besarnya potensi energi terbarukan yang bisa menjawab kebutuhan krisis energi di tanah air. Indonesia ibarat ‘raksasa energi terbarukan’ yang tak kunjung bangun dari tidurnya. Lho? Maksudnya potensi besar yang kita miliki jika diurus dengan benar, disikapi dengan SURSHU didukung dengan kebijakan yang
pro energi terbarukan, serta berani berpahit-pahit diri di muka maka krisis energi tak perlu jadi hantu yang menakutkan kita semua. Tengok baik-baik saja data yang ada di Kementerian ESDM atau juga berbagai lembaga kajian (WKLQNWDQN terkait potensi energi terbarukan Indonesia. Anda bisa deretkan sejumlah datanya yang mengundang decak kagum. Untuk geothermal atau panas bumi, misalnya, Indonesia memiliki 76 ribu MW. Jumlah ini setara dengan lebih dari 40% potensi panas bumi dunia. Untuk pembangkit hidro atau air mencapai 29 ribu MW, biomassa 50 ribu MW, belum lagi sumber daya energi dari matahari, angin sampai dengan ombak. Dalam SROLF\SDSHU ini yang kami soroti adalah potensi energi terbarukan dari bahan bakar nabati atau lazim disebutELRIXHO Tanah air kita memiliki potensi lahan subur luar biasa untuk tanaman penghasil ELRIXHO sebut saja kelapa sawit, sorghum, tebu, singkong, jarak dan aneka tanaman penghasil energi lainnya. Jumlahnya jauh lebih dari cukup jika kita mampu mengelolanya. Sayangnya, potensi begitu besar ini seperti ‘terabaikan’ karena kecepatan kita untuk memenuhi pengembangan energi terbarukan ini seperti jalan di tempat. Ada berbagai macam kebijakan pemerintah, juga ada berbagai inisiatif dari masyarakat dan investor yang tertarik, tapi langkah-langkah ini boleh dibilang masih jauh dari cukup untuk mengentaskan negeri ini dari situasi “pariah energi”. Kembali ke urusan geothermal misalnya dari sekian gigawatt potensinya hingga kini baru 4% kapasitas terpasangnya. Jangan tanya betapa kecilnya pemanfaatan biomassa untuk sumber energi terbarukan. Data yang ada menunjukkan cakupan VXSSO\energi terbarukan dari biomassa cuma mencapai hitungan 3%. Di mana sebenarnya ERWWOHQHFN yang menyumbat pertumbuhan pemanfaatan energi terbarukan di tanah air? Kondisi ini yang dikaji dalam laporan di tangan Anda ini untuk jadi pembuka mata bersama bahwa Indonesia benar-benar ‘tertidur’ atau memang mengabaikan potensi besar energi terbarukannya? 23
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Sawit, Berkah Alam Bukan Kutukan Seperti sudah disinggung di atas, maka, fokus dari SROLF\SDSHUini menyoroti potensi kelapa sawit di Indonesia. Sebuah berkah alam yang sangat luar biasa besarnya di negeri kita. Betapa tidak? Data perdagangan CPO dunia menunjukan lebih dari 47% pangsa pasar dunia dibanjiri produk CPO dari Indonesia. Total angka ekspor di tahun 2011 saja mencapai lebih dari US$ 19,7 miliar. Fantastis! Tapi, cerita soal sawit tidak berhenti pada deretan angka produksi dan capaian di pasar dunia yang luar biasa tadi. Sawit juga hadir dengan segala kontroversi, pro dan kontra, yang juga membuat sebagian dari pengambil kebijakan jadi gamang dalam menyikapi besarnya potensi sawit Indonesia. Isu yang kerap menerpa di permukaan adalah lahan sawit boros air, sawit menelan hutan tropis, hingga isu pelanggaran hak adat dan hewan yang dilindungi. Di sejumlah eksponen lingkungan hidup gambaran pembukaan lahan hutan secara serampangan juga membuat isu sawit jadi sasaran tembak yang empuk untuk para aktivis tersebut. Di titik inilah perlu ketegasan sikap pemerintah untuk menjawab potensi sawit. Keyakinan ini harus dimulai dengan keberanian memandang sawit sebagai berkah bukan kutukan alam. Dalam sebuah diskusi malah kami sebut Indonesia itu ‘Arab Saudi-nya’ sawit dunia. Luasan lahan yang bisa dikembangkan, kesuburan tanahnya, hingga potensi tenaga kerja yang bisa diserap semua ada di tanah air. Tapi tentu ini tidak semudah membalik telapak tangan. Dan, yang lebih penting lagi, potensi sawit sebagai sumber energi terbarukan diyakini bisa mengantarkan Indonesia ke gerbang kedaulatan energi.
25
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Dari Brazil, Korea Selatan Hingga Jerman Ungkapan lama ¶VHHLQJLVEHOLHYLQJ· barangkali juga cocok untuk mendorong pengembangan ELRIXHO di tanah air. Belajarlah dari Brazil dan juga Jerman yang belakangan dinabalkan sebagai dua dari sekian negara kampiun penggunaan energi terbarukan di dunia. Prestasi yang dicapai Brazil dan Jerman adalah buah kerja keras dan ketekunan untuk fokus pada energi terbarukan sebagai solusi pemenuhan kebutuhan energi. Mereka telah 20 hingga 30 tahun di depan kita dalam penerapan energi terbarukan di segala bidang. Salah satu titik tolak kajian untuk mempelajari resep kedua negara ini adalah pada kebijakan pemerintahnya.
KPMG dalam laporan bertajuk 7D[HVDQG,QFHQWLYHVIRU 5HQHZDEOH(QHUJ\memberikan ulasan pada tiga soko guru utama NHELMDNDQUHJXODVLLQVHQWLIÀVNDOGDQSXEOLFÀQDQFLQJ. Uniknya, kedua negara ini memiliki proses ‘belajar’ yang berbeda, jika Brazil unggul karena keberanian menghadapi krisis energi di tahun 1970-an dan memiliki luasan lahan subur sebagai lumbung energi nabatinya, sementara Jerman lebih pada keunggulan penerapan teknologi dan kebijakan pemerintah yang mendorongnya lahirnya pemakaian energi terbarukan. Dalam laporan yang dirilis pada Juni 2012 itu Jerman bahkan disebut lebih unggul dalam produksi biodieselnya dibandingkan Brazil yang lebih fokus di etanol. Di Asia kita bisa menengok pengalaman Korea Selatan dalam pengembangan energi terbarukan. Negeri yang kini didapuk menjadi ‘Macan Asia’ dan menggegerkan dominasi negara-negara barat dalam penguasaan teknologi otomotif dan telepon selular ini seperti kita ketahui tidak ‘kaya’ sumber daya alam sebagaimana halnya Indonesia. Kendati begitu pemerintah Korea Selatan cukup jeli membaca peluang yang ada di belahan bumi lainnya. Selain menetapkan kebijakan wajib penggunaan biodiesel, pemerintah negeri ginseng ini juga JHWRO mendorong investornya untuk ekspansi ke luar negeri dengan LPLQJLPLQJLQVHQWLIÀVNDOGDQLQYHVWDVLMLNDPHUHNDEHUJHUDNGLELGDQJ energi terbarukan.
Beyond 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati Dunia Dari berbagai ulasan dan UHSRUW yang disampaikan sampailah pada titik apa yang akan Indonesia capai dalam pengembangan ELRIXHO atau energi nabatinya? 3ROLF\SDSHU ini mencoba menawarkan argumentasi dan ‘menggoda’ para calon pemimpin Indonesia untuk berpikir jangka 27
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
panjang,EH\RQG, sehingga bisa melepaskan diri dari bias-bias kepentingan politik sesaat atau YHVWHGLQWHUHVW lainnya yang berpotensi merecoki jalannya pengembangan pengembangan ELRIXHO di tanah air. Paper ini mencoba tawarkan ‘5 belenggu diri’ yang harus dibongkar jika ingin berhasil dalam meretas jalan menjadi jawara energi nabati dunia pasca 2014 kelak. Pertama, sawit bukan lahir sebagai ancaman untuk alam dan lingkungan, tapi berkah untuk rakyat Indonesia. Berkah alam ini tidak akan berkembang jika pemerintah gamang dalam melahirkan kebijakan pro pengembangan energi terbarukan dengan baik. Pun GHPLNLDQKDOQ\DGHQJDQNXUDQJPHQDULNQ\DLQVHQWLIÀVNDOUXPLWQ\D perizinan hingga koordinasi antar kementerian jadi belenggu yang membuat berbagai kebijakan pemerintah terkait energi bauran PL[HG HQHUJ\ bak macan kertas. Kedua, lahan terlantar yang mencapai puluhan juta hektar jangan dilihat sebagai beban yang dipikul sebagai warisan aksi perambahan hutan. Optimalkan kawasan terlantar ini sebagai sentra-sentra baru pengembangan perkebunan kelapa sawit. Luasan lahan dan kendala peraturan terkait status tanah dan penggunaannya jangan terlalu lama dalam perdebatan antar lembaga pemerintah. Negara perlu turun dengan keberpihakan yang jelas, susun konsep plasma untuk rakyat dalam pengembangan kelapa sawit di lahan terlantar, hadirkan tenaga kerja, dan dorong munculnya pabrik-pabrik pengolahan sawit sebagai penghasil produk untuk IRRGGULYHQ atau sebagai biodiesel. Ketiga, hilangkan persepsi bahwa subsidi BBM untuk rakyat miskin. -XVWUXLQLODKEHOHQJJXWHUEHVDUGDULOLPDEHOHQJJXGLUL\DQJGLLGHQWLÀNDVL dalam SROLF\SDSHU ini. Fakta menunjukkan penikmat terbesar subsidi BBM justru orang berpunya. Untuk itu pemerintah harus berani merumuskan harga energi terbarukan dalam penggunaan PL[HGIXHO yang kondusif untuk produsen biodieselnya. Lebih baik menyimpan devisa yang ada untuk menyerap produksi domestik kelapa sawit agar
memenuhi kebutuhan nasional. Harga biodiesel dengan skala pengembangan yang masif harus lebih murah daripada BBM. Keempat, tidak usah ragu pada kemampuan pasar domestik dalam menyerap produk akhir berupa biodiesel. Pasar yang ada di Indonesia akan mengalami prosesDGMXVWPHQW terkait membanjirnyaVXSSO\ sawit sebagai materi biodiesel. Ingat juga, dalam argumen pasar ini maka keseimbangan atau EDODQFLQJUDWLR antara sawit sebagai biodiesel dan produk makanan harus tetap jadi perhatian. Jika kebutuhan domestik sudah terpenuhi maka produk akhir sawit bisa untuk pemenuhan kebutuhan dunia. Kelima, sumber daya manusia yang berlimpah justru menjadi belenggu yang ikut menghambat ekspansi perkebunan sawit. Hal ini terjadi karena kurangnya bekal pendidikan dan pelatihan yang harus dijalani untuk menjadi tenaga terdidik di kebun kelapa sawit. Apa yang bisa dilakukan? Pembukaan lahan perkebunan sawit seyogyanya diikuti dengan pendirian sekolah berbasis kurikulum yang mengedepankan kompetensi si anak didik di bidang pengembangan perkebunan. Betapa pun tanpa bekal edukasi yang memadai maka kehadiran warga setempat akan menjadi beban dalam pengembangan industri energi nabati. Bongkar belenggu diri ini dan rangkul warga setempat dalam pengembangan sentra-sentra kelapa sawit sehingga ada proses ‘ikut memiliki’.
29
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Renewable Energy Promo
Brazil Cina Jerman India Korea Selatan Amerika Serikat Indonesia
Heat obligation/ mandate
Biofuels obligation/ mandate
Net metering
Electric utility quota obligation/RPS
(inc. premium payments)
REGULATORY POLICY
Public competitive bidding
FISCAL INCENTIVES
Public Investment, loans, or grants
Energy production payment
Reduction in sales, energy, CO2, VAT, or other taxes
Investment or production tax credits
Capital Subsidy, grant, or rebate
Tradable REC
otion Policies by Country PUBLIC FINANCING
31
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
BAB I Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
33
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BICARA energi dan krisis yang dialami Indonesia seperti mengharapkan bulan di tangan kiri dan matahari di tangan kanan. Sebuah hal yang terasa mustahil. Itu setidaknya gambaran umum dari sikap dasar pengelola kebijakan di tanah air. Ada juga pejabat tinggi negara, anggota parlemen atau pesohor yang dalam gaya hidupnya sehari-hari tidak mencerminkan adanya krisis besar di bidang energi. Krisis energi bukan lagi diskursus yang layak diperdebatkan. Ini adalah sebuah kenyataan pahit yang tak bisa kita hindari. 6D\DQJQ\DNHEHUDQLDQXQWXNPHQGHÀQLVLNDQPDNQD¶NULVLV·LQLODK\DQJ menjadi akar dari rentetan kemelut pemenuhan kebutuhan energi di tanah air. Kita seperti mengalami kerancuan makna, di satu sisi pasokan energi dari bahan baku IRVVLOIXHO kian hari kian menipis, tapi di satu sisi pemerintah dihadapkan pada opsi untuk menyuplai energi murah ke masyarakat agar tidak terjadi FKDRV, atau citra dirinya sebagai penguasa yang pro rakyat relatif terjaga. Dua paragraf pembuka di atas lebih pada ajakan kepada peserta VXPPLW hari ini untuk menyepakati dulu, apakah kita tengah dalam keadaan krisis atau tidak? Mari kita ketuk nurani dan akal sehat. Indonesia krisis energi? Silakan jawab dulu, lalu rumuskan seberapa EHUDQL$QGDPHPXEOLNDVLNDQQ\DVHFDUDKDUDÀDK Mengampanyekannya melalui media massa (baik elektronik atau cetak) yang ada di tangan Anda –mengingat pesertaVXPPLWmayoritas adalah jurnalis– secara kontinyu.
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
Saya membayangkan esok hari KHDGOLQH media massa terkemuka “Indonesia Krisis Energi” atau cari yang lebih menohok artikulasi katanya “Indonesia Gagal Kelola Energi” dan aneka judul lain yang lebih sensasional serta ‘layak jual’ sebagai pesan kepada publik. Mengapa saya tandaskan kata layak jual? Saya menggunakannya karena publik cenderung menerima pesan dari berbagai media massa entah itu yang berupa media PDLQVWUHDP hingga era baru sepertiVRFLDOPHGLD via WZLWWHUIDFHERRN, dan FKDWWLQJ lainnya. Tapi, pertanyaannya apakah publik menangkap dan memahami makna pesan bahwa Indonesia tengah mengalami krisis energi? Saya berani bertaruh persepsi ini yang belum pernah diuji tuntas. Padahal dengan kecanggihan berbagai lembaga survei, daripada berdebat soal TXLFNFRXQW di Pilkada, sampai ada yang gontok-gontokan di layar kaca, buat saja survei unggulan menjawab ‘apakah Indonesia sedang krisis energi?’ Saya memilih pada barisan YA! Mengapa demikian? Dalam hemat saya Indonesia tak syak lagi sedang mengalami krisis energi. Meski realitasnya di lapangan akan lahir pro dan kontra terkait rumusan krisis energinya, tapi kami dari industri energi melihatnya VLPSOHsaja. Hingga hari ini ketergantungan Indonesia pada bahan baku energi IRVVLOIXHO (energi tidak terbarukan) masih di atas 60% baik untuk minyak atau batubara, sisanya dipenuhi dari gas, dan sejumput kecil dari pembangkit hidro, panas bumi atau energi terbarukan lainnya. Fakta lainnya coba buka VPDUWSKRQH Anda. Ketikkan saja kata kunci “krisis energi” di mesin pencari kata Google. Niscaya lebih dari ratusan ribu halaman memuat publikasi krisis energi. Jika sinyalemen ini dirasakan belum cukup silakan jalan ke SPBU, jangan yang di Jakarta tapi sedikit saja di luar kota, juga ke para pelanggan listrik baik golongan rumah tangga atau industri di Sumatera, Kalimantan, dan Papua misalnya. Bagi mereka SPBU tutup atau listrik E\DUSHW sehari beberapa kali sudah jamak.
35
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Di sinilah sejatinya makna krisis energi itu mengalami uji tuntas dalam kehidupan sehari-hari! Di satu sisi fenomena krisis sudah tak terelakkan, tapi di sisi lain ada sebagian masyarakat yang masih menikmati kemudahan akses energi dan celakanya itu pun dibeli dengan uang pajak kita yang dari tahun ke tahun subsidi energi di neraca pembayaran keuangan negara makin membesar. Tahun ini diperkirakan sebanyak Rp 194 triliun akan dibelanjakan pemerintah untuk QRPERNLQ subsidi minyak.
Kerancuan Makna Krisis Energi Ulasan pendek di atas merujuk pada kerancuan makna krisis energi. Keberanian untuk mengatakan “ya” kita sedang krisis, lalu bertindak dengan skala kebijakan dan aksi di lapangan yang menjawab fase krisis ini yang tidak tampak denyutnya di masyarakat, padahal fenomena antri di SPBU, pemadaman listrik sampai dengan realitas besarnya subsidi BBM bukan isapan jempol belaka.
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
Jika dirunut ke belakang, maka, dalam menyusun SROLF\SDSHU sederhana ini boleh dibilang sumber kerancuan makna krisis energi bermuasal dari SRVLWLRQLQJ Indonesia dengan segenap citra dirinya sebagai produsen minyak. Indonesia pernah begitu aktif terlibat dalam organisasi negara eksportir minyak (OPEC). Dan, yang lebih menakutkan lagi, jangan jangan masih ada sebagian dari kita yang belum terjaga dari ‘tidur panjang’ dan mimpinya sebagai negara dengan predikat pengekspor minyak. Olok-olok di atas bukan tanpa dasar. Saya merujuk pada kenyataan ada sebagian orang yang dalam bahasa gaul sekarang, “gagal paham” atau keliru dalam memahami fenomena yang ada terkait kemampuan produksi minyak dan krisis energi Indonesia. Bahkan cenderung menjadi mitos yang menyesatkan. Kekeliruan pertama adalah kuatnya citra diri bahwa Indonesia adalah negara yang kaya minyak dan cadangan IRVVLOIXHO melimpah ruah di dalam perut bumi Nusantara. Laporan yang saya pelajari dari Kementerian ESDM menyebutkan cadangan minyak terbukti SURYHQ UHVHUYHRLO Indonesia mencapai 4,4 miliar barel. Dengan total laju produksi minyak yang mencapai 312 juta barel per tahun, maka, dalam hitungan kasar saja sumber daya minyak ini akan habis dalam masa 12 tahun ke depan. Celakanya, aktivitas eksplorasi untuk penemuan cadangan minyak baru belum substansial hasilnya untuk menjawab ‘alarm’ soal krisis energi tersebut. Di lain pihak kemampuan produksi minyak dalam negeri juga makin menurun. Praktis sejak 10 tahun silam Indonesia sudah menanggalkan predikat sebagai negara pengekspor minyak. Mengapa? Karena untuk mencukupi kebutuhan BBM di dalam negeri akibat pesatnya pertumbuhan ekonomi dan populasi maka kebutuhan BBM tiap tahun terus meningkat. Hari-hari ini dalam catatan saya impor minyak ini mencapai angka di atas 400 ribu barel.
37
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Kekeliruan kedua yang harus kita koreksi adalah mitos BBM harus murah! Ini memang barang pelik yang tidak mudah menjawabnya. Tapi perlu keberanian dan ketegasan pengambil kebijakan publik agar tidak PDNLQGHÀVLWQHUDFDSHPED\DUDQ,QGRQHVLDXQWXNPHQXWXSLNHEXWXKDQ subsidi BBM. Presiden dengan menteri kabinetnya, dan partai politik di belakangnya, tentu memerlukan dukungan publik yang kuat agar bisa bertahan dalam memimpin Republik, dan agar diri mereka atau partai politiknya kembali dapat simpati pada Pemilihan Umum yang sebentar lagi akan kita hadapi pada medio April 2014. Di titik ini, maaf, saya berada pada posisi berseberangan. Bukan karena JHWRO menaikkan harga minyak untuk rakyat. Tapi mengajak berpikir secara realitas dan nalar saja. Coba hitung bersama deh subisidi BBM dari tahun ke tahun. Dalam berbagai SDSHU yang disampaikan oleh rekan-rekan di BPPT, begitu juga para Deputi di Kementerian ESDM, analis pasar sampai dengan wakil rakyat di Senayan ZDUQLQJatau aba-aba untuk mencegah kenaikan subsidi BBM ini mereka dengungkan tiap hari. Jika harga minyak dunia turun sampai level US$ 60 per barel sekali pun, maka, Indonesia mesti merogohNRFHN-nya hingga Rp 89 triliun untuk mencukupi kebutuhan subsidi BBM agar bensin dan solar bisa dibeli dengan harga murah. Padahal hari-hari ini harga minyak bertengger di kisaran US$ 93 per barel. Tak heran jika M.Chatib Basri, selaku Menteri Keuangan yang baru dilantik beberapa pekan kemarin, sejak pagi-pagi sudah mewanti-wanti agar subsidi BBM ini ditekan dengan cara menaikkan harga jual bensin dan solar di masyarakat. Jika tidak maka pemerintah mesti menggelontorkan hingga Rp 193,8 triliun di RAPBN 2013 untuk menutupi subsidi BBM. PesertaVXPPLW di Bali ini mesti bisa mencermati dengan kritis perihal SRWHQVLGHÀVLWNHXDQJDQQHJDUDDNLEDWQRPERNLQ subsidi BBM. Dalam hitungan yang ada sekarang jika konsumsi BBM tidak bisa dibatasi maka pagu subsidi bakal menyentuh level Rp 193,8 triliun di dalam RAPBN
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
2013. Data historis di Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan Negara, setali tiga uang dari sisi analisis pembengkakan subsidi BBM dari tahun ke tahun. Ambil saja contoh tahun lalu, penyaluran subsidi BBM di tahun 2012 mencapai 45,6 juta kiloliter padahal kuotanya yang diperkirakan oleh pemerintah berada di kisaran 40 juta kiloliter. Tidak heran jika pada APBN 2013 kuota diperkirakan naik dengan asumsi pertumbuhan 0,7 juta kiloliter menjadi total 46,01 juta kiloliter. Jika asumsi kenaikan kuota ini tidak diiringi dengan kenaikan harga BBM di masyarakat \DWHNRUGHK APBN kita di tahun anggaran 2013. Coba tarik sedikit ke data historis lima tahun ke belakang. Pemerintah juga pernah mengalami situasi ‘keterdesakan’ dalam mengakui adanya krisis energi di mata rantai suplai BBM untuk masyarakat. Ketika itu pemicunya adalah kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2008 yang mencapai level US$ 124 per barel (Mei 2008), akibatnya beban subsidi BBM pun meroket dari Rp 126,8 triliun dengan asumsi minyak US$ 100 per barel menjadi Rp 139,1 triliun. Jadi, siapa bilang kita tidak krisis energi? Dua kekeliruan cara pandang tentang kemampuan produksi minyak dan subsidi BBM ini yang harus kita koreksi dan beri edukasi ke masyarakat. Keberanian pemerintah GDODPPHUXPXVNDQPDNQDNULVLVHQHUJLDNDQPHQMDGLÀORVRÀGDVDU\DQJ mewarnai rumusan kebijakannya dalam mencari solusi alternatif, seperti jargonWKLQNLQJRXWRIWKHER[, atau mesti berani bertindak WKLVLVQRW EXVLQHVVDVXVXDO sehingga urgensi dari krisis itu terasa dalam denyut roda pemerintahan. Bukan terlena oleh kekeliruan cara pandang yang MXVWUXPHPEXDWQHUDFDSHPED\DUDQ,QGRQHVLDWHUDQFDPGHÀVLW
Produksi Minyak Anjlok Di atas sudah dikemukakan kekeliruan cara pandang Indonesia sebagai negara WDMLU minyak bumi. Barang kali ada baiknya untuk menyimak dengan seksama besaran produksi minyak nasional dari tahun ke tahun 39
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Puncak Produksi Minyak 1 (1977)
1.800
Puncak Produksi Minyak 2 (1995)
1.600
Penurunan 10 - 12%
1.400
Penurunan 3 - 5%
Ribu BOPD
1.200 1.000 800 600 400 200 ‘66 ‘68
‘70 ‘72
‘74
‘76 ‘78
‘80 ‘82
‘84 ‘86
‘88 ‘90 ‘92 ‘94 ‘96 ‘98 ‘00 ‘02 ‘04 ‘06 ‘08 ‘10 ‘12
Produksi Minyak Indonesia
Sumber: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
1966 - 2012
Sumber: ESDM
atau selama fase tertentu. Data produksi minyak Indonesia yang ada dari tahun 1966 sampai dengan 2013 memberikan kita setidaknya dua pesan moral penting agar kita tidak terlena akan krisis energi. Lihat saja catatannya sebagai berikut. Indonesia pernah mengalami puncak produksi minyak pertama ÀUVWSHDNRLO pada tahun 1977. Pada saat itu besaran produksi minyak nasional mencapai 1,683 juta barel per hari. Setelah itu sempat mengalami penurunan sesaat dan mencapai puncak produksi minyak kedua VHFRQGSHDNRLO di tahun 1995 dengan kisaran produksi 1,624 juta barel per hari. Namun apa yang terjadi? Setelah itu produksi minyak nasional menunjukkan penurunan produksi dengan laju persentase mencapai 10% sampai dengan 12% per tahun. Di tahun 2006 produksi minyak Indonesia 1 juta barel per hari. Dan setelah itu terus menurun hingga tahun 2013 yang mencapai produksi di level 830 ribu barel per hari. Yang menjadi pertanyaan, akankah produksi minyak Indonesia akan naik kembali dan mencapai puncak produksi minyak yang ketiga? Untuk menjawabnya coba kita telusuri kembali dari mana sebenarnya sumber produksi minyak nasional.
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
Bila kita menelisik lebih jauh, ternyata sebagian besar produksi minyak Indonesia berasal dari lapangan-lapangan tua yang ditemukan di tahun 1980-an dan sudah mengalami tingkat pengurasan cadangan yang sangat tinggi, sehingga sulit meningkatkan produksi minyak dari lapangan tua tersebut, dan mempertahankan produksi minyak saja sudah bagus. Kondisi ini tidak lepas dari fakta bahwa investasi di bidang minyak dan gas memiliki tingkat risiko usaha yang tinggi. Belum lagi ditambah dengan sejumlah IHHGEDFNdari pelaku industri yang merasa iklim investasi di tanah air tidak kondusif dari sisi kepastian usaha. Efek dari desentralisasi yang melahirkan otonomi di daerah, pada kasus salah satu investor minyak dari Cina misalnya, sampai tidak bisa mengoperasikan sumur minyaknya karena diblokir oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Padahal di sisi lain kita dituntut untuk menggenjot produksi minyak dan gas. Aspek kepastian hukum dan regulasi ini yang menjadi salah satu faktor pemicu turunnya produksi minyak dan gas nasional. Yang juga tidak kalah rumitnya adalah kendala peraturan dan kontrak bagi hasil yang tidak mendorong kegiatan eksplorasi minyak dan gas. Padahal di sisi lain harus kami sampaikan juga di sini bahwa semakin langkanya prospek eksplorasi yang berbiaya rendah dan mudah dijangkau membuat potensi penemuan cadangan makin kecil. Sebagian besar prospek eksplorasi yang murah dan terjangkau sudah ditemukan dan sudah diproduksikan, yang masih tersisa adalah prospek eksplorasi yang terletak di laut dalam dan di kawasan terpencil Indonesia Timur. Tentu saja untuk melakukan usaha eksplorasi di daerah terpencil dan laut dalam memerlukan biaya besar, berisiko tinggi, dan memerlukan teknologi maju. Data dari asosiasi menunjukkan aktivitas investor minyak dan gas dari kategori kontraktor asing mengalami kerugian eksplorasi sebesar US$ 1,9 miliar dalam sepuluh tahun terakhir karena tidak berhasil menemukan cadangan minyak dan gas di laut dalam di kawasan Indonesia Timur.
41
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati 1st Peak Oil 1977: 1.683 mmbopd
Sejak 2004
Indonesia menjadi Net Importir Minyak
2nd Peak Oil 1995: 1.642 mmbopd
1750 1500 1250 1000 750
2004: Indonesia menjadi negara Importir Minyak Neto
500 250 0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Sumber: Tim Riset Medco Group Sumber: Tim Riset Medco Group
Di tahun 2012, Indonesia hanya menemukan cadangan minyak dan gas 260 juta barel setara minyak sedangkan negeri jiran Malaysia menemukan cadangan minyak dan gas 1,4 miliar barel setara minyak. Bila dibandingkan, maka komparasi dari dua negara ini menunjukkan aktivitas penemuan cadangan minyak dan gas Indonesia kira-kira 14% dari jumlah penemuan minyak di kawasan Asia Tenggara sedangkan penemuan Malaysia setara dengan 72% jumlah cadangan minyak dan gas yang ditemukan di kawasan Asia Tenggara. Ini artinya, jika data temuan cadangan minyak dan gas ini berada pada level yang mengkhawatirkan maka alarm krisis energi mestinya berdentang lebih kencang di telinga para pengambil kebijakan Republik. Betapa tidak? Bayangkan saja cadangan minyak Indonesia juga mengkhawatirkan, dengan cadangan minyak yang dimiliki saat ini sebesar 4,4 miliar barel dan produksi tahunan 312 juta barel maka cadangan minyak saat ini hanya cukup untuk produksi dua belas tahun ke depan. Penemuan cadangan migas baru mutlak diperlukan untuk kelangsungan penyediaan energi untuk masa depan. Nyatanya, seperti disinggung dalam ulasan di atas, Kementerian ESDM mencatat kegiatan eksplorasi minyak dan gas yang menjadi tulang punggung peningkatan produksi minyak juga menurun sejak era reformasi 1998. Begitu pula dengan hasil kinerja eksplorasi minyak dan
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
gas yang tidak memuaskan. Sejak penemuan cadangan minyak dan gas lapangan Masela di tahun 2000, tidak ada penemuan cadangan minyak dan gas besar yang akan menjadi sumber produksi masa depan. Bahkan cadangan minyak dan gas yang ditemukan setiap tahun pun tidak cukup untuk menutupi produksi minyak tahunan. Idealnya jumlah cadangan minyak yang ditemukan setiap tahun paling sedikit dapat menutupi jumlah minyak yang diproduksi tahun berjalan. Syukur-syukur jumlah cadangan minyak yang ditemukan melebihi jumlah produksi minyak tahun berjalan sehingga kita mempunyai tabungan minyak untuk anak-cucu. Bukan seperti sekarang yang terjadi yakni kita menguras tabungan minyak mereka karena kecilnya temuan cadangan minyak baru. Adapun produksi gas menunjukkan cerita yang sedikit melegakan. Sejauh ini data yang ada menunjukkan cadangan gas masih cukup aman, dengan cadangan gas saat ini sebesar 113 TCF dan dengan produksi tahunan sebesar 3 TCF maka cadangan gas masih cukup untuk 44 tahun lagi. Oleh karena itu, kita harus mendukung program pemerintah untuk mengonversi pemakaian minyak ke gas.
Produksi Turun, Konsumsi BBM Naik Lantas bagaimana dengan pola konsumsi BBM masyarakat? Dua laporan lembaga kajian dari the Boston Consulting Group dan McKinsey PHQJRQÀUPDVLNDQWUHQG kenaikan konsumsi pemakaian BBM di dalam negeri adalah konsekuensi langsung dari pesatnya pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan besarnya populasi. Hal ini memang tak bisa dipungkiri. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengundang apresiasi berbagai lembaga keuangan internasional dan perbankan. Begitu juga dengan lembaga-lembaga donor dunia. Mereka mencatat di kawasan Asia ini hanya Indonesia, Cina, dan India yang mencetak pertumbuhan 43
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
300 250
95
81
200 Triliun Rupiah
66
68
150
50
0 33
9
100 3
4
3
56
63
3 32
3 30
59
2000
2001
2002
2003
2004
0
30 103 64
2005 2006
55 143
84
2007
2008
BBM & LPG
194
46 53
2009
212
148 88
2010
2011
2011
2013
Listrik
Subsidi Energi Mencapai
15% Belanja Negara APBN Sumber: ESDM
ekonomi di atas 6% per tahunnya. Di luar tiga negara ini secara rata-rata pertumbuhan ekonomi jauh di bawahnya. Apalagi jika melongok ke Eropa yang belakangan ini kena hantaman krisis utang luar negeri dan dampak pengetatan anggaran pemerintah yang melahirkan demonstrasi besar-besaran di Yunani, Portugal, dan Spanyol. Secara agregat nasional maka konsumsi BBM nasional menunjukkan kenaikan sekitar 7% sampai dengan 10% per tahunnya. Data-data ini bisa kita FURVVFKHFN ke pertumbuhan penjualan motor dan mobil di tanah air. Besarnya tingkat penjualan produk otomotif ini mengindikasikan pesatnya transportasi barang dan jasa akibat aktivitas perekonomian nasional. Tapi di sisi lain menuntut hadirnya pasokan BBM yang terjangkau NRFHN masyarakat dan tersebar merata di tanah air. Tiga tahun silam misalnya, konsumsi energi Indonesia setara dengan 3 juta barel setara minyak per hari. Diperkirakan jumlah ini akan memuncak hingga 8,3 juta barel setara minyak per hari pada tahun 2025 kelak. Data ini menunjukkan Indonesia tergolong boros pemakaian energi. Analisis yang ada menunjukkan elastisitas energi Indonesia mencapai 1,6 yang artinya untuk mendongkrak 1% *URVV'RPHVWLF
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
3URGXFW (GDP) nasional memerlukan dukungan 1,6% pertumbuhan konsumsi energi. Bandingkan dengan negara-negara maju yang tingkat elastisitas energinya relatif lebih kecil dari skala 1. Jika pola elastisitas ini tidak bisa kita kendalikan, artinya, pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6% akan berbanding lurus dengan skala peningkatan pemakaian/konsumsi BBM nasional per tahunnya. .XQFLQ\DPDXWLGDNPDXNLWDKDUXVPHQJJDODNNDQHÀVLHQVLSHPDNDLDQ BBM. Perubahan pada moda transportasi layanan publik juga menjadi salah satu kunci solusinya. Laporan McKinsey menunjukkan Indonesia dengan strategi pembangunan sektor publik, investasi swasta, dan juga pengelolaan sumber daya energinya yang tepat dapat berhemat hingga US$ 47 miliar dari belanja energi. Laporan ini juga menyarankan Indonesia untuk EHODMDUGDUL-LUDQGDULVLVLHÀVLHQVLHQHUJLGDQSRODNRQVXPVLQ\D Di sektor listrik misalnya, Indonesia diperkirakan hilang sumber daya akibat transmisi dan distribusi mencapai 10%. Bandingkan dengan Malaysia yang mencapai 4% dan Thailand 6%. Nah, dengan pengembangan teknologi pembangkit listrik yang lebih ramah lingkungan dan juga diikuti dengan penggunaan FRPELQHGF\FOHJDV WXUELQHVdapat menghemat pemakaian IRVVLOIXHOdi pembangkit listrik antara 33% sampai dengan 48%. Sebagaimana diketahui subsidi pemerintah untuk kebutuhan solar dan batubara di pembangkit listrik turut menambah beban APBN yang tidak ringan. Kondisi ini makin berat jika melihat strategi pemberian subsidi BBM untuk rakyat yang lebih mengedepankan aspek kebijakan populis tanpa memberikan edukasi secara utuh tentang krisis energi yang kita alami. Betapa tidak? Harga bensin di Indonesia lebih murah dari harga air kemasan. Begitu olok-olok yang beredar di kalangan analis energi. 45
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Coba kita tengok komparasi harga bensin premium maupun solar di tanah air Rp 6.500 per liter. Sementara di Filipina harga bensin dengan kategori yang sama mencapai Rp 12 ribu per liter, Malaysia Rp 5.700 per liter, dan di Thailand Rp 16 ribu per liternya. Yang juga membuat PLULV dari sisi harga BBM Indonesia tergolong negara yang menjual termurah BBM di dunia. Kita ada di peringkat 18. Sebuah prestasi yang semestinya tidak usah mengundang decak kagum. Mengapa? Di level negara termurah ini isinya penuh dengan negara- negara SHWURGROODU yang memang dikenal sebagai raksasa produsen minyak dunia. Sebut saja Arab Saudi, Venezuela, Irak, Qatar, Kuwait, Libya, Aljazair, Oman, Bahrain, dan lainnya. Jadi tak usah kaget jika pertumbuhan pemakaian BBM nasional sampai menjebol pagu kuota di APBN. Di tahun 2013 ini misalnya dipatok pada angka sekitar 46 juta kiloliter, bandingkan dengan tingkat kuota di tahun 2009 yang mencapai 37 juta kiloliter artinya terjadi peningkatan secara luar biasa dari permintaan BBM nasional di tanah air selama kurun waktu empat tahun saja sudah mencapai angka 24%. Ujung-ujungnya tentu saja besaran subsidi BBM makin membengkak dan membebani APBN. Pola pemakaian BBM yang tidak tepat sasaran ini mesti kita rombak habis-habisan. Pemerintah harus berani mengenalkan sejumlah NHELMDNDQEDUX\DQJOHELKPHPLKDNSDGDPXQFXOQ\DHÀVLHQVLHQHUJL terobosan penggunaan energi terbarukan, regulasi yang lebih kondusif, iklim investasi yang terjaga hingga penyediaan lahan dan sumber daya manusia yang kapabel dalam pencanangan solusi krisis energi. Jika hal ini tidak dilakukan dengan seksama maka niscaya kita akan menjadi golongan pariah (miskin) dalam kategori produksi energi dan menggantungkan diri pada pemenuhan konsumsi BBM dari import. Tentu saja predikat memalukan ini harus kita hapuskan. Ini adalah tanggung jawab moral seluruh komponen bangsa pada anak cucu kita mendatang. Ingat baik-baik kita hidup dengan meminjam sumber daya
BAB I: Hikayat Negeri ‘Pariah’ Energi
alam yang mereka titipkan kepada generasi kita sekarang. Bukan untuk dihambur-hamburkan tapi untuk meretas berdirinya negara yang berdaulat energi dan disegani di dunia. Potensi besar yang miliki di bidang energi terbarukan kami yakini lebih dari cukup untuk menjawab kebutuhan konsumsi energi nasional. Malah dengan rumusan kebijakan yang tepat dan diikuti dengan keberanian mengambil peluang, sebagaimana diulas oleh berbagai lembaga WKLQNWDQN energi nasional dan asing maka potensi Indonesia menjadi jawara dunia dalam energi nabati terbuka lebar. Apakah kita akan berdiam diri? 3ROLF\SDSHUini menyuarakan seruan moral bagi para pemimpin bangsa Indonesia agar dapat secara pro aktif mengambil peran dalam pengembangan energi terbarukan. Di bab berikutnya akan diulas salah satu kendala besar dalam perumusan pengembangan energi terbarukan ini berpulang pada aspek regulasi pemerintah. Studi dari KPMG yang meneliti kebijakan insentif pajak untuk energi terbarukan di 23 negara pada tahun 2012 dapat menjadi rujukan yang bermanfaat dalam mempelajari aspek kebijakan. Di sisi lain aspek pengembangan dan inovasi teknologi juga memiliki peran tak kalah pentingnya. Dan kami yakin bangsa Indonesia dengan kemampuan teknologi yang ada sekarang mampu mempelajari dan mengembangkan energi terbarukan secara komprehensif. Dukungan dari publik tentu akan datang jika konsistensi pada pelaksanaan gagasan energi terbarukan ini dapat kita jaga sebagaimana negara-negara lain yang telah berhasil menjalankannya, sebut saja Brazil, Jerman, dan Korea Selatan sebagai tiga dari sekian banyak contoh negara yang FRPPLWWHGdalam pengembangan energi terbarukan.
47
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
BAB II Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit Dunia
49
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
INDONESIA sebagai produsen unggulan bahan bakar nabati dunia. Itu visi besar para pemimpin Republik ini jika ingin berbicara tahapan panjang membangun kedaulatan energi nasional pasca 2014. Jangan terjebak dalam konstanta politik yang bersifat VKRUWWHUPRULHQWHGdengan skema lima tahunan. Mereka mesti berpikir: ´WKLVLVEH\RQGµ Tantangan itu yang saya kemukakan kepada sejumlah petinggi di kabinet. Bahkan sejak tujuh tahun silam saya telah JHWROmengusung konsep pentingnya merintis HQHUJ\HVWDWH agar cita-cita membangun lumbung bahan bakar nabati di tanah air dapat terwujud. Gagasan besar ini bukan tanpa dasar. Lihat sekeliling kita: lahan subur, luas, sumber daya manusia berlimpah, iklim sangat bagus untuk perkebunan, dan pangsa pasar domestik yang dapat menyerap hasil produk bahan bakar nabati juga besar. Ketika gagasan HQHUJ\HVWDWH muncul lantas timbul kekhawatiran bagaimana EDODQFLQJUDWLR-nya denganIRRGGULYHQSURGXFWV. Integrasi inilah yang melahirkan gagasan IRRGDQGHQHUJ\HVWDWH di Papua Selatan. Konsepnya lebih untuk menjawab potensi krisis energi dan pangan yang WXMXKWDKXQVLODPPHPEXDWLQÁDVLVHMXPODKEDKDQSRNRNGDQKLODQJQ\D beberapa komoditas pangan dari pasar.
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
Masih ingat kejadian ketika Amerika Serikat ramai-ramai mengonversi cadangan kedelai dan jagungnya menjadi etanol besar-besaran? Pasar impor kedelai yang menjadi tulang punggung dari bahan utama perajin tempe di tanah air pun membubung tinggi harganya seiring dengan langkanya komoditas unggulan tersebut dari pasar. Begitu pula ketika ramai-ramai di Eropa menggalakkan ELRIXHO dari UDSHVHHG dan juga impor dari Brazil keseimbangan VXSSO\DQGGHPDQG dari komoditas agrikultur yang bisa menjadiIRRG dan HQHUJ\SURGXFWV sempat berguncang keras di dunia. Dua fenomena di atas menunjukkan betapa dunia makin bergantung dari belahan lain bumi dalam memenuhi kebutuhan dasar di bidang pangan dan energi nabatinya. Sementara kita di Indonesia dapat menjawab semua itu dan menjadi bangsa yang mandiri energi! Bagaimana? Ya itu kembali kepada karunia alam kita sebagai negara dengan iklim tropis dan tanah yang subur, yakni pengembangan bahan bakar nabati yang tergolong energi terbarukan. Lalu, pertanyaannya, jurus pamungkas apa yang kita miliki untuk menjadi jawara bahan bakar nabati dunia? Apa yang bisa Indonesia lakukan menghadapi para raksasa penghasil bahan bakar nabati terkemuka seperti Brazil dan Amerika Serikat tersebut? Bagaimana pula cara kita menghindari ‘perang dagang’ di balik tekanan VXSSO\DQG GHPDQG yang sering kali datang dengan ‘bungkus’ isu lingkungan, VXVWDLQDELOLW\IRUHVWV hingga urusan hak asasi manusia sekali pun untuk mengganggu pasokan produk dari Indonesia ke negara-negara maju. Berbagai pertanyaan itu yang mendorong saya untuk mengomunikasikan dan terlibat dalam diskusi-diskusi perihal bahan bakar nabati di tanah air. Nah, ceritanya, suatu hari saya berkomunikasi dengan pemilik Wilmar Group, Martua Sitorus, yang dikenal luas sebagai produsen CPO dunia. 51
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Informasi dari dia sungguh mencengangkan. Betapa tidak? Produk CPO Indonesia kini telah menguasai lebih dari 47% pangsa pasar global. Salah VHRUDQJGLUHNWXUGL:LOPDU*URXSPHQJRQÀUPDVLNDQEDKZDWRWDO produksi nasional bisa mencapai 30 juta ton CPO. Bahkan dia yakin dengan ketersediaan lahan yang ada di Indonesia maka total produksi bisa berlipat ganda dalam 10 tahun ke depan. Dahsyat! Begitu yang terbesit dalam pikiran saya. Tapi hati ini jadi masygul jika melihat bahwa pasokan CPO Indonesia tersebut di negara- negara tujuan tidak hanya menjadi IRRGGULYHQ product tapi juga biodiesel. Lalu mengapa kita berdiam diri? Mengapa Indonesia hanya jadi penonton ketika negara-negara lain JHWRO mengonsumsi biodiesel untuk keluar dari krisis energi? Sementara di tanah air listrik mengalami E\DU SHW, subsidi BBM mengoyak neraca pembayaran nasional hingga ratusan triliun rupiah per tahunnya untuk impor bahan bakar. Ironis bukan? Fakta di atas menggerakkan saya dalam melempar ide untuk mengangkat biodiesel sebagai jurus pamungkas Indonesia sebagai jawara bahan bakar nabati dunia. Lebih dari itu dengan pemanfaatan biodiesel maka negeri ini akan keluar dari ancaman krisis energi berkepanjangan yang telah menelan ratusan triliun devisa kita untuk mendatangkan BBM dari luar negeri per tahunnya. Kembali ke Martua Sitorus dan juga beberapa petinggi kabinet saya lemparkan gagasan tersebut. Mengapa tidak mengonversi produksi CPO sebagai biodiesel di tanah air? Lihat inisiatif sejumlah negara jawara ELRIXHO umumnya biodiesel jadi andalan. Tapi mengapa kita justru hanya mengekspornya? Sementara pada kenyataannya di tanah air kita malah mengimpor FUXGHRLO dan IXHOJUDGH dari Timur Tengah dan Singapura puluhan juta kiloliter tiap tahunnya. Saya renungkan betul jangan sampai olok-olok dari para sesepuh negeri ini jadi kenyataan. Indonesia ibarat ayam yang mati di lumbung sendiri. Di tengah melimpah ruahnya energi terbarukan di tanah air tapi kita justru tidak menggunakannya dengan optimal.
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
1RZRUQHYHU Itu yang saya sampaikan kepada mereka. Argumen ini setidaknya berangkat dari dua alasan pokok. Yang pertama, secara natural, misalnya, Indonesia tak V\DN lagi dikenal sebagai negeri penghasil produk sawit terbesar di dunia, disusul oleh Malaysia. Luas lahan dan kesuburan tanah di pelosok nusantara bisa menjadi jurus utama terkait kapasitas produksi nasional CPO. Alasan berikutnya, persepsi bahwa jika produksi CPO kita konversi ke biodiesel mengganggu pasokan minyak goreng atau produk-produk makanan lainnya juga tidak tepat. Dalam diskusi tersebut mencuat informasi bahwa total kebutuhan untuk pangan setara dengan enam juta ton CPO, sementara total produk nasional CPO kini mencapai kisaran 30 juta ton. Artinya, dari sisi pasokan untuk IRRGGULYHQSURGXFW mestinya kita aman-aman saja karena surplus CPO-nya jika untuk pemenuhan konsumsi produk makanan di dalam negeri saja. Jadi dalam Chief Editor Summit di Bali ini saya tawarkan gagasan besar tersebut untuk menjawab kebutuhan krisis energi di tanah air: biodiesel! Data yang ada sejak tiga tahun silam menunjukkan pemakaian solar di tanah air mencapai kisaran 27 juta kiloliter. Silakan hitung berapa devisa yang telah dikeluarkan untuk menebus impor solar ini dari luar negeri? Sementara itu dengan kemampuan produksi yang ada jika PDQGDWRU\ PL[HGIXHO mencapai 5% saja untuk komponen solar maka diperlukan tidak kurang dari 1,5 juta ton biodiesel. Jumlah ini tentu mudah kita penuhi karena secara GHIDFWRtotal produksi CPO Indonesia sudah mencapai kisaran 30 juta ton per tahunnya. Lalu darimana asal biodiesel Indonesia? Di atas kertas, secara teori, biodiesel bisa diproses dari kelapa, kelapa sawit atau tanaman jarak -DKWURSDVS . Paparan dari rekan-rekan di BPPT atau pun kalangan pengusaha CPO di tanah air, secara teknologi penguasaan Indonesia untuk kemampuan produksi dan penggunaan biodiesel sudah mumpuni. Seorang rekanan di perkebunan sawit mengatakan seluruh mesin, 53
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
alat berat, hingga pembangkit listriknya sudah ‘swadaya’ alias mengguna- kan pasokan bahan baku dari CPO produk kebunnya sendiri. Rekan-rekan di METI (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia) bahkan sudah ada yang melakukan URDGWHVWuntuk beberapa kendaraan di tanah air. Hasilnya bagus. Kekhawatiran adanya efek di mesin atau onderdil tidak seperti yang didengung-dengungkan semula. Jadi, untuk apa menunggu lagi? 1RZRUQHYHU, kalau bukan kita siapa lagi yang mau menyelamatkan kedaulatan energi Indonesia? Ayo, bangkit!
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
Ketersediaan Lahan Komoditi
Kelapa Sawit di Indon
KALIMANTAN 409,466
KEPULAUAN RIAU 2,645 Ha SUMATERA UTARA 1,017,570 Ha
KALIMANTAN BARAT 530,575 Ha
RIAU 1,781,900 Ha
SULAWE 107,2
SUMATERA SELATAN 690,729 Ha
SUMATERA BARAT 344,352 Ha JAMBI 489,384 Ha
KALIMANTAN TENGAH 226,696 Ha
BENGKULU 194,161 Ha
KALIMANTAN SELATAN 312,719 Ha
BANGKA BELITUNG 141,897 Ha LAMPUNG 153, 160 Ha
BANTEN 15, 023 Ha
JAWA BARAT 10,580 Ha
55
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Berkah dari Afrika Barat Pada masa pendudukan Jepang lahan Keberadaan tanaman kelapa sawit
perkebunan sawit menyusut sebesar 16%
(Elaeis guinensis Jack) terbukti telah
dari total luas lahan yang ada. Produksi
memberikan berkah bagi negara-negara
minyak sawit pada 1940 dapat mencapai
di Asia Tenggara. Setiap tahunnya,
250.000 ton mengalami kemunduran
Malaysia, Indonesia, dan Thailand
menjadi 56.000 ton pada periode
meraup pemasukan yang tidak sedikit
1948/1949.
dari tanaman ini. Bahkan, saat ini Indonesia dan Malaysia sebagai dua
Setelah Belanda dan Jepang
negara pemasok kelapa sawit terbesar di
meninggalkan Indonesia, pemerintah
dunia.
mengambil alih perkebunan dan meletakkan perwira militer di setiap
Meskipun tanaman ini menjadi “tambang
jenjang manajemen perkebunan sebagai
emas” di Asia Tenggara, tak ada yang
bentuk pengamanan. Suasana yang tidak
menyangka bahwa asal muasal dari
kondusif menyebabkan produksi
tanaman ini justru berasal dari Afrika
menurun dan posisi Indonesia sebagai
Barat. Kehadirannya di Indonesia, tidak
pemasok minyak sawit dunia terbesar
lepas dari jasa pemerintah Belanda yang
tergeser oleh Malaysia.
membawanya ke Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Akan tetapi, upaya
Pada masa pemerintahan orde baru,
untuk menjadikannya tanaman komersil
pembangunan perkebunan dilakukan
baru di mulai tahun 1911. Perkebunan
secara besar-besaran dan di tahun 1980,
kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai
luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan
Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas
produksi CPO sebesar 721.172 ton. Kini
areal perkebunan tersebut mencapai
kebun kelapa sawit di Indonesia telah
5.123 Ha. Perkebunan kelapa sawit di
mencapai 10 juta hektar dengan angka
Indonesia semakin berkembang dengan
30 juta ton dan menguasai pasar dunia.
pesat ketika masa pendudukan Belanda. Bahkan kemajuannnya kala itu sampai bisa menggeser dominasi ekspor negara Afrika.
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
Mengenal Sosok Biodiesel Biodiesel itu apa sih? Barangkali ada
ternyata perdagangan sawit ini tidak
yang kerap mendengar tapi belum tahu
lepas dari intrik dan tekanan pasar global
sosok produk unggulan bahan bakar
juga. Baru-baru ini misalnya produk sawit
nabati tersebut. Biodiesel ini adalah
kita dikenakan anti dumping levy oleh
bahan bakar mesin diesel yang terdiri
negara negara Uni Eropa sehingga kita
dari ester-ester (metil atau etil)
dikenakan pajak masuk cukup besar.
asam-asam lemak.
Akibatnya produk kita menjadi kurang kompetitif dibandingkan produk serupa
Bahan bakunya bisa berasal dari kelapa,
di Eropa.
kelapa sawit hingga pohon jarak. Sejauh ini yang hasilnya melimpah ruah dan
Lantas, apa kita berpangku tangan
produktivitasnya bagus adalah kelapa
dengan perlakuan rekan-rekan
sawit. Produk biodiesel ini dibuat melalui
kita di Uni Eropa tersebut? Ini era
reaksi metanolisi atau etanolisis minyak
perdagangan terbuka. Pelaku industri
lemak nabati atau hewani dengan
sawit mesti membekali diri dengan
alkohol (metanol atau etanol).
segudang persyaratan yang membuat mereka lolos atau compliance dengan
Indonesia kini memiliki luasan lahan
berbagai regulasi pasar global. Sebut saja
kelapa sawit lebih dari 10 juta hektar.
mulai dari isu sustainability hutan, protes
Produksi nasional dari CPO mencapai 30
para aktivis lingkungan, pencinta hewan
juta ton per tahun. Sebagian besar
liar, perlindungan pada masyarakat adat
diekspor untuk kebutuhan negara-negara
sampai dengan teknik pemrosesan yang
maju. Umumnya produk ini diserap
harus memenuhi standar mutu tertentu.
pasar global sebagai minyak goreng dan biodiesel.
Saat ini ada tidak lebih dari 6 negara di dunia yang dikenal sebagai pemasok
Paparan yang diperoleh dari sumber di
kebutuhan sawit global. Bertengger di
PISAgro hingga pelaku industri sawit
urutan pertama penguasa pangsa pasar
sekaliber Astra dan Wilmar Group
dunia adalah Indonesia (47%), disusul Malaysia (37%), Thailand (3%), Nigeria 57
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB III: Belajar Dari Jiran
(1%), Kolombia dan Ekuador sekitar 1% juga. Jika dilihat persentase tersebut
Pasalnya, sudah jamak diketahui,
maka dua bangsa serumpun, Indonesia
Indonesia kerap di-bully oleh aktivis
dan Malaysia, berdua menguasai lebih
lingkungan hidup dan pressure group
dari 80% pasar sawit global.
dunia terkait kerusakan hutan yang ditimbulkan oleh aktivitas industri
Artinya? Indonesia mesti lebih muncul
kehutanan yang meruyak sejak 1980-an
sebagai kekuatan yang menentukan
silam. Di sini saya sebut posisi sulit sawit
mekanisme pasar sawit dunia. Jika terjadi
tersebut. Stigmatisasi ini begitu kuat
aksi perang dagang atau pembatasan
sehingga sedikit saja ada berita negatif
produk maka kita jangan ragu-ragu untuk
terkait hutan dan sawit maka lahirlah
menggunakan produksi sawit yang ada
pukulan terhadap produk CPO atau
untuk keperluan domestik. Opsi yang ada
biodiesel kita di pasar dunia.
di atas meja saat ini yang realistis adalah kita bakar sawit sebagai substitusi solar
Sementara penggunaan biodiesel sendiri
dan pemasok pembangkit-pembangkit
justru bisa untuk mengurangi pelepasan
listrik di tanah air.
emisi karbon ke atmosfer bumi. Dan keuntungan lain terletak pada sifatnya
Benefit lain dari penggunaan biodiesel
yang renewable itu sehingga Indonesia
tidak hanya pada jawaban terhadap
tidak perlu sibuk eksplorasi tambang
kelangkaan solar dan menambal devisa
minyak dan gas, tapi, marilah bersibuk
negara. Pesan moral lain yang bisa
diri mengembangkan perkebunan sawit
muncul adalah untuk repositioning
di berbagai belahan bumi Nusantara.
Indonesia di mata dunia. Khususnya terhadap aspek perubahan iklim global, gas rumah kaca, hingga kebakaran tahunan di lahan-lahan gambut.
59
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Biodiesel dan Otomotif Beberapa rekanan kami dan juga teman-teman di BPPT secara berani telah terlibat dalam uji coba biodiesel di mesin-mesin kendaraan hingga power plant di lokasi usaha. Agar mengenal lebih jauh berikut ini sejumlah keunggulan dari penggunaan biodiesel yang telah dinabalkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan: Membersihkan kotoran (deposit) pada intake valve, port fuel injector, dan ruang bakar (combustion chamber): t
1FNCBLBSBONFTJOMFCJITFNQVSOB
t
Renewable energy
t
5JEBLQFSMVNPEJGJLBTJBMBUIJOHHBDBNQVSBOCJPEJFTFM
t
.FNQFSQBOKBOHVNVSNFTJO
EMISI
B20
B100
Karbon Monoksida (CO)
-12%
-47%
Hidrokarbon (HC)
-20%
-67%
Partikulat (SPM)
-12%
-48%
BBM Impor Triple Deficit 1. Trade deficit 2. Budget deficit 3. Energy deficit
Biodiesel Pertumbuhan Pendapatan Pengurangan Emisi Pengurangan Kemiskinan Sumber: Tim Riset Medco Group
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
Sawit dan Lahan Terlantar however, be a trade-off between palm Untuk ketahanan energi nabati
oil, forest and communities. It is possible
ini Indonesia mesti merencanakan
to grow more crops –including palm oil-
pembangunan perkebunan kelapa sawit
while keeping forests and cutting rural
secara cermat. Salah satu yang jadi
poverty.”
pokok perhatian dalam policy paper ini adalah ketersediaan lahan. Sebaiknya,
Argumentasi ini menawarkan adanya
sebagai prasyarat utama, pengembangan
spirit optimisme bagi Indonesia dalam
kebun sawit tidak lagi merambah ke areal
membangun lahan-lahan baru untuk
hutan tropis yang masih ada di tanah air.
menuju kemandirian energi nabati dari sawit. Saya berada dalam barisan
Lalu? Usut punya usut sebenarnya
pendukung optimisme tersebut.
Indonesia memiliki puluhan juta lahan
Mengapa? Kuncinya ada pada
terlantar atau kerap disebut degraded
ketersediaan lahan terlantar di Indonesia
land. Mari kita jawab tudingan sawit
yang jumlahnya dalam catatan
merusak hutan dengan cara
Departemen Kehutanan di tahun 2009
memfokuskan diri pada
saja mencapai puluhan juta hektar.
pengembangannya di lahan-lahan terlantar tersebut.
Lahan terlantar? Ya, benar. Jadi proposisi yang diajukan sebagai solusi menuju
Dalam kerangka pikir ini kami tergelitik
‘Arab Saudi-nya’ sawit dunia adalah
untuk mengajukan proposisi yang bisa
dengan membangun industri sawit yang
menjadi solusi bersama dalam meretas
terintegrasi di lahan-lahan terlantar.
kemandirian energi. Bukan dalam bentuk
Yakni di lahan yang sudah mengalami
trade-off analysis semata antara luasan
proses degradasi atau penggundulan.
lahan sawit –hutan tropis – kepentingan
Bukan dengan membabat hutan baru
masyarakat dan lingkungan. Tapi, di sini,
yang mengakibatkan protes soal
seperti sinyalemen yang dilansir oleh
lingkungan jadi mengedepan! Dari
Nigel Sizer dalam laman WRI Insight edisi
hitungan di atas kertas untuk
12 November 2012 “there need not,
memproduksi 6 juta ton biodiesel diperlukan setidaknya 1,3 juta hektar 61
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
lahan kelapa sawit. Angka yang ada ting-
sudah ada di tanah air, bukan dengan
gal Anda ekstrapolasi ke atas jika ingin
melakukan land clearing di areal hutan
memproduksi hingga 20 juta ton
tropis.
biodiesel untuk menutupi kebutuhan solar di tanah air agar komposisi mixed
Ini tentu perlu keberanian dan juga
fuel bisa mencapai di atas 20%.
ketekunan dalam menjalankan metode tersebut. Dan yang tak kalah pentingnya,
Bagaimana caranya pengembangan
bahkan urgent, adalah affirmative policy
lahan terlantar tersebut? WRI dalam
dari pemerintah untuk mendukung
halamannya menyajikan metode
langkah-langkah berani dan kreatif
perhitungan yang diperkenalkan untuk
tersebut yang menciptakan iklim
para investor sawit dunia agar mencapai
investasi sawit yang kondusif.
RSPO compliance. Yakni metode yang menempatkan kalkulasi pengembangan lahan baru sawit di lahan terlantar yang
Sayangi Devisa, Subsidilah Petani Indonesia
menteri. Begitu harga crude oil di pasar dunia menyentuh US$ 100 per barel maka devisa kita yang keluar untuk
Menteri Keuangan Republik Indonesia
ongkos subsidi BBM membengkak.
mestinya hadir dalam dialog kedaulatan
Inflasi pun bisa meningkat hingga
energi di Chief Editor Summit di Bali.
dua digit. Saya dengar dari pejabat di
Mengapa? Karena di pundaknya terletak
Bappenas jika tahun ini konsumsi BBM
tanggung jawab besar mengamankan
tidak bisa dikendalikan maka pagu atau
neraca pembayaran Indonesia. Salah
kuota BBM akan ‘meledak’ di atas 47 juta
satu momok yang menghantui siapa pun
kiloliter, artinya, siap-siap saja APBN kita
menteri yang duduk di ‘Lapangan
tekor hingga Rp 300 triliun.
Banteng’ tak lain adalah belanja negara untuk mengongkosi subsidi BBM.
Apa mau seperti ini hidup kita dari tahun ke tahun? Sementara di dalam negeri
Rules of thumb-nya simple saja untuk
kita punya pasokan CPO melimpah ruah.
mengukur tingkat kekhawatiran si
Seorang kawan saya, mantan pejabat
BAB II: Indonesia “Arab Saudi-nya” Sawit
BUMN di perusahaan perkebunan,
mesti mendesak Menteri Keuangan agar
sampai mengatakan barangkali kita lebih
dalam agenda kebijakan fiskalnya urusan
sayang dengan para produsen minyak di
pemborosan keuangan negara untuk
Timur Tengah dan pengolah kilang BBM
pembayaran kuota impor BBM ini mesti
di Singapura, sampai harus subsidi
jadi prioritas.
mereka tiap tahun dan jumlahnya kian besar dari masa ke masa. Saya jawab,
Saya tidak kaget jika Menteri Keuangan
mengapa tidak dibalik paradigma
sejak pagi-pagi sudah mengusulkan
berpikirnya: subsidilah petani kita!
kenaikan harga BBM. Tapi ini bukan
Gunakan biodiesel produk nasional ini
solusi akhir. Apalagi kita mendengar
sebagai bahan bakar nabati alternatif.
bersama untuk mengompensasi dampak kenaikan harga BBM ini akan ada bantuan
Yang perlu dipahami dalam policy
langsung tunai untuk masyarakat tidak
paper ini posisi biodiesel bukan untuk
mampu. Artinya di satu pos anggaran dia
menggantikan nilai subsidi BBM. Pasar
jaga fiskal kita erat-erat tapi di pos yang
dan publik harus kita edukasi. Biodiesel
lain ada pembengkakan subsidi
hadir untuk menggantikan kuota impor
bantuan tunai untuk warga.
solar yang dari tahun ke tahun membebani keuangan negara, sementara
Menteri Keuangan mesti kerjasama
penikmat terbesar justru keluarga
dengan kementerian terkait untuk
berpenghasilan tinggi dan kalangan
bersama mendorong pembudidayaan
industri. Miskonsepsi ini yang harus kita
biodiesel. Presiden dan DPR mesti berani
bongkar!
menetapkan tahun 2013 sebagai “Tahun Krisis Energi” sehingga semua policy
Data yang ada dari Kementerian
terkait akan mengarah pada optimalisasi
Keuangan memang mencengangkan.
kemampuan dalam negeri untuk
Pada tahun 2000 subsidi BBM sudah
penghematan devisa dan penggunaan
mencapai Rp 56 triliun, namun kini sudah
bahan bakar nabati.
mencapai empat kali lipatnya. Jadi kita
63
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB III: Belajar Dari Jiran
BAB III Belajar Dari Jiran
65
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
INDONESIA tak syak lagi dikenal sebagai negeri yang memiliki potensi energi melimpah ruah. Baik itu berupa cadangan minyak dan gas hingga energi terbarukan yang kini belum banyak dioptimalkan penggunaannya di tanah air. Padahal, sebagaimana telah disinggung di bab sebelumnya, cadangan minyak kita telah jauh berkurang. Bahkan jika tidak ada proses HÀVLHQVLSHPDNDLDQ%%0GDQSHQHUDSDQHQHUJLWHUEDUXNDQPDNDGDODP waktu sebelas tahun mendatang Indonesia benar-benar akan jatuh dalam kategori sebagai negeri pengimpor total BBM. Lalu bagaimana cara menghentikan ‘mimpi buruk’ tersebut? Dalam
policy paper ini dihadirkan ulasan pengembangan energi terbarukan di tiga negara asing yang patut menjadi contoh bagi semua pemangku kepentingan di tanah air. Sebagaimana diketahui, di samping melakukan konservasi atau penghematan terhadap cadangan minyak bumi, batubara, dan gas alam, sudah saatnya bagi Indonesia untuk mengembangkan sumber energi yang lain, yaitu sumber energi terbarukan. Secara moral, sangatlah tidak bertanggung jawab apabila suatu saat nanti sumber-sumber energi yang tak terbarukan di Indonesia sudah habis dan Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan energinya dari sumber-sumber yang lain.
BAB III: Belajar Dari Jiran
Harus diakui bahwa upaya untuk mengembangkan sumber energi terbarukan di Indonesia bukanlah hal yang mudah. Selain memerlukan investasi yang cukup besar, masyarakat Indonesia juga sudah amat terbiasa dengan sumber energi dari fosil. Meski demikian, rencana pengembangan energi terbarukan ini harus tetap dilakukan. Banyak negara di dunia, seperti Brazil dan Jerman telah merintis penggunaan energi terbarukan ini sejak 20 sampai 30 tahun yang lalu. Melalui keberhasilan para negara-negara tersebut, Indonesia bisa belajar banyak untuk kemudian mencapai sukses yang sama.
Brazil: Negeri Samba Jawara Bioethanol Dunia Penggila sepak bola tentu hafal dengan sosok Brazil yang jadi kiblat pemain-pemain terkemuka dunia. Negeri Samba ini bisa menjadi ‘sekolah’
Sumber : Kuliah Umum Merebut Masa Depan, ITB, 2008
yang cukup memadai bagi para pemangku kepentingan di Indonesia untuk membangun kedaulatan dan ketahanan energi bersumber dari bahan bakar nabati alias biofuel.
67
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Negara di belahan Amerika Selatan berpenduduk 193 juta ini dikenal luas sebagai kampiun bioethanol dunia. Bertengger di posisi UXQQHUXS sebagai produsen bioethanol dunia setelah Amerika Serikat, Brazil merupakan eksportir terbesar etanol dunia. Negeri asal legenda hidup sepakbola, Pele, ini juga dinabalkan sebagai negara pertama yang sukses membangun dirinya menjadi VXVWDLQDEOHELRIXHOHFRQRP\. Predikat yang diperoleh Brazil ini buah dari proses kerja keras dalam tiga dekade. Pemicunya tak lain adalah krisis energi dunia yang terjadi pada 1973. Momen itu menjadi stimulus bagi pemerintah Brazil untuk keluar dari ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang berasal dari fosil, khususnya bensin. Selain faktor krisis energi, pengembangan energi terbarukan juga dilakukan sebagai langkah untuk menjaga keamanan cadangan energi, mengantisipasi perubahan iklim, dan tentunya mengembangkan masyarakat pedesaan khususnya mereka yang bekerja di sektor pertanian. Jenis energi terbarukan yang kemudian dikembangkan oleh Brazil ialah etanol yang berbasis tebu. Meskipun tebu juga merupakan bahan baku gula, tetapi tidak terjadi benturan kepentingan berarti antara kebutuhan gula dengan bioethanol. Brazil menerapkan pendekatan EDODQFLQJUDWLR antara kebutuhan untuk pangan dan bahan bakar. Ketika harga gula rendah misalnya, maka sentra-sentra tebu Brazil menggelontorkan produk akhir untuk pangan berupa gula sebagai penyeimbang harga, begitu sebaliknya jika etanol merangkak naik atau terjadi kekurangan pasokan bahan bakar nabati ini di pasar. Dari hasil observasi ke Brazil atau pun studi literatur bisa disimak lebih lanjut langkah-langkah pemerintah Brazil tidak hanya berhenti di dataran investasi atau inovasi teknologi. Yang tak kalah pentingnya adalah proses edukasi untuk masyarakat sebagai konsumen akhir. Salah satu program yang menjadi kunci keberhasilan pengembangan industri ELRHWKDQRO Brazil ialah 1DWLRQDO(WKDQRO3URJUDP(Pro Alcool) yang dicanangkan pada 1975. Melalui program ini, pemerintah
BAB III: Belajar Dari Jiran
mempromosikan penggunaan bahan bakar campuran yang terdiri dari bensin dan etanol. Selain itu, pemerintah juga berupaya memberikan insentif kepada pengembangan-pengembangan kendaraan yang menggunakan etanol sebagai bahan bakar. Program ini juga memberikan keuntungan baik kepada produsen maupun konsumen etanol. Setelah lebih dari 30 tahun dijalankan secara konsisten, program penggunaan etanol ini terbukti mampu mengurangi konsumsi minyak domestik hampir 1 miliar barel. Selain itu, kebijakan tersebut juga mampu menekan impor minyak Brazil hingga lebih dari US$ 60 miliar dolar. Dalam bidang sosial, industri etanol juga terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja. Industri ini telah menghasilkan 1 juta pekerjaan langsung dan juga 6 juta pekerjaan tidak langsung. Lingkungan pekerjaan di sektor pertanian tebu juga dianggap sebagai salah satu lingkungan kerja terbaik jika dibandingkan dengan sektor- sektor lainnya. Sebagai campuran bahan bakar minyak, etanol mampu membakar lebih bersih daripada bensin dan diproduksi secara lokal. Kondisi ini mengindikasikan bahwa etanol jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar berbasis fosil. Pada perjalanannya, memang muncul kekhawatiran bahwa perkebunan tebu yang menjadi bahan dasar produksi etanol berdampak buruk pada kesuburan tanah dan membahayakan lingkungan. Akan tetapi, pada kenyataannya, industri
bioethanol yang dikembangkan di Brazil telah melakukan strategi- strategi untuk mengurangi dampak tersebut. Strategi yang diambil antara lain dengan memulihkan hutan yang gundul, melakukan rotasi penanaman, dan penganginan lahan pertanian yang digunakan untuk produksi pangan. Produksi tebu juga diupayakan untuk menggunakan pestisida dengan level yang minim sembari dibarengi dengan upaya pengontrolan hama. Dan yang tak kalah pentingnya, sampai saat ini Brazil masih terus melakukan penelitian-penelitian mendalam mengenai
bioethanol. Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan beban produktivitas kebun tebu yang sudah ada tanpa harus melakukan perluasan lahan. 69
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Jerman dan Korea Selatan: Semangat Inovasi Energi Terbarukan Dua negara jiran berikutnya yang juga menarik untuk dipelajari adalah Jerman dan Korea Selatan. Mereka memiliki karakteristik berupa keterbatasan akan sumber daya alam yang mendukung pengembangan energi terbarukan. Tapi coba tengoklah laporan-laporan lembaga WKLQN WDQN dan juga konsultan energi terkemuka dunia menempatkan kedua negara ini di posisi unggulan dalam inovasi dan penerapan energi terbarukan di negaranya. Pemerintah Jerman sangat gencar dalam mengembangkan energi terbarukan karena didukung oleh tiga faktor, yaitu sebagai upaya menjaga pasokan energi, menjaga kelestarian lingkungan, dan juga kestabilan iklim. Pada level nasional, berbagai undang-undang maupun kebijakan nasional yang ada sedapat mungkin diarahkan untuk mendukung pengembangan energi terbarukan. Beberapa kebijakan tersebut antara lain: regulasi pajak energi, undang-undang yang mengatur kuota ELRIXHOV, undang-undang energi terbarukan, program pemberian insentif untuk energi terbarukan, program pendanaan sumber daya terbarukan, dan program pengenalan pasar untuk sumber daya terbarukan. Dengan kebijakan dan regulasi yang ketat, maka masyarakat Jerman mau tidak mau mulai beralih untuk menggunakan energi terbarukan. Hal itu terbukti di mana hampir dua per tiga energi terbarukan yang dikonsumsi berasal dari bioenergy. Pada 2006, bioenergy menyumbang 4,3% dari total kebutuhan energi di Jerman. Keberadaan bioenergy juga mampu memenuhi 3,3% kebutuhan listrik, 5,7% kebutuhan panas, dan 6,3% kebutuhan bahan bakar. Terhitung sejak tahun 2004, penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar juga terus mengalami peningkatan. Pengembangan industri energi terbarukan tidak hanya mampu memberikan cadangan energi yang cukup kepada masyarakat Jerman,
BAB III: Belajar Dari Jiran
tetapi dari sisi ekonomi, terbukti bahwa pada tahun 2006, sebanyak US$ 22.9 miliar pendapatan domestik berasal dari sektor energi terbarukan. %LRHQHUJ\ sendiri menyumbang sebanyak US$ 9,1 miliar di antaranya atau sekitar 40%. Adapun di ranah sosial sosial, industri energi terbarukan juga mampu menyerap banyak tenaga kerja. Di Jerman diperkirakan pada tahun 2006 sebanyak 91.600 jenis pekerjaan berhubungan dengan industri bioenergy. 7HQWXQ\DMHQLVSHNHUMDDQWHUVHEXWDNDQWHUXVWHUGLYHUVLÀNDVLPHQJLQJDW sampai saat ini Jerman masih terus melakukan inovasi-inovasi di bidang energi terbarukan.
World Major Crude Oil Consuming Countries 2011 20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
Thousand Barell/day Million Barrel
US
ina
Ch
n
pa
Ja
ia
Ind
l sia abia azi orea any nesia r r K Ru B erm ndo h i A G I ut ud o a S S Sumber : BP Statistical Review 2012
Semangat yang sama juga begitu terasa di Korea Selatan. Kemampuan negeri ginseng ini dalam membangun ekonomi nasionalnya mendorong konsumsi energi meningkat luar biasa. Tapi di lain pihak Korea Selatan menghadapi kendala yang tak ringan. Sumber daya alam untuk membangun alternatif pasokan energi juga sangat terbatas. Tak heran jika pada 1980-an untuk menjaga laju mesin perekonomiannya Korea Selatan sampai harus mendatangkan lebih dari 73,5% pasokan minyak dari negara lain. Bahkan pada tahun 2006 pernah mencatat angka tertinggi di level 96,5%. 71
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Pilihan pahit ini membuat pemerintah Korea Selatan mencari jurus-jurus baru jika tidak ingin negerinya bergantung pada IRVVLOIXHO seumur-umur. $SDODJLGDODPVDWXGHNDGHWHUDNKLUÁXNWXDVLKDUJDPLQ\DNGDQ menipisnya cadangan energi mereka sempat membuat kebat-kebit VHMXPODKSHPDQJNXNHSHQWLQJDQGL.RUHD6HODWDQ%D\DQJED\DQJGHÀVLW neraca perdagangan sampai dengan lambannya pertumbuhan ekonomi nasional bisa menghambat laju industri Korea Selatan yang belakangan ini dikenal sebagai pesaing ketat produk-produk elektronik asal negeri Paman Sam. Kondisi ini yang mendorong pemerintah Korea Selatan meloloskan undang-undang tentang pengembangan, penggunaan, dan pembauran energi baru dan terbarukan. Dengan visi untuk dapat menjadi bagian lima besar negara produsen sumber energi terbarukan, pemerintah Korea Selatan juga telah melakukan investasi besar-besaran. Bahkan mereka memasang target bahwa nilai investasi untuk sumber energi baru dan terbarukan akan mencapai angka US$ 32,4 miliar dolar pada 2015. Untuk menggerakkan masyarakat agar mau beralih kepada sumber energi terbarukan, pemerintah Korea Selatan juga membuat peraturan yang cukup ketat dalam hal penggunaan energi terbarukan. Di tahun 2012 misalnya, pemerintah dengan tegas membuat aturan bahwa persentase biodiesel dalam solar harus mencapai 3%. Konsekuensi dari kebijakan tersebut tentunya mendorong Korea Selatan untuk segera membangun industri biodiesel yang hasilnya akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan kendaraan. Pengembangan energi terbarukan di Korea Selatan bukanlah hal yang mudah. Keterbatasan lahan dan juga pengaruh iklim yang ada tidak mendukung bagi Korea Selatan untuk menghasilkan bahan baku dari sumber energi terbarukan sendiri. Oleh karena itu, Korea Selatan kemudian gencar untuk melakukan investasi di negara-negara beriklim tropis, seperti Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di negara-negara tersebut, Korea Selatan membangun lahan yang ditanami dengan bahan baku penghasil biodiesel, seperti kelapa sawit.
BAB III: Belajar Dari Jiran
Sampai saat ini, Korea Selatan masih menghadapi sejumlah tantangan dalam mengembangkan energi terbarukan. Meski demikian pemerintah Korea Selatan masih tetap konsisten dalam memberlakukan kebijakan yang berkaitan dengan energi terbarukan. Hal ini dipicu oleh kesadaran bahwa upaya mengembangkan energi terbarukan akan bermanfaat dalam menjaga kelestarian lingkungan serta mendorong masyarakat untuk mulai sedikit demi sedikit melepaskan ketergantungan terhadap bahan bakar berbasis fosil.
Pesan Moral dari Brazil, Jerman dan Korea Selatan Brazil, Jerman, dan Korea Selatan hanyalah sedikit contoh dari negara-negara yang sukses untuk membuat masyarakatnya mulai melepaskan diri dari ketergantungan terhadap sumber energi berbasis fosil. Ketiganya memilih untuk mengembangkan energi terbarukan dilandasi kondisi krisis, di mana harga minyak melambung tinggi. Selain itu, isu mengenai lingkungan juga menjadi salah satu faktor ketiganya beralih pada sumber energi terbarukan. Brazil merupakan contoh bagaimana lahan perkebunan yang luas ditambah dengan iklim yang mendukung membuat negara ini mampu menjadi pionir dalam pengembangan energi terbarukan. Indonesia dengan kondisi alam yang mirip dengan Brazil, sangat mungkin mengikuti jejak keberhasilan Brazil. Indonesia memiliki banyak peluang untuk mengembangkan sawit, jarak, tebu dan tanaman lainnya sebagai basis dari sumber energi terbarukan. Adapun Jerman dan Korea Selatan, merupakan dua negara dengan jumlah lahan yang sangat terbatas dan juga iklim yang tidak mendukung untuk penanaman bahan dasar energi terbarukan. Meski demikian, keduanya konsisten untuk terus mengembangkan energi terbarukan. Ketiadaan lahan disiasati dengan menjalin kerjasama dengan beberapa negara di wilayah tropis guna mendapatkan bahan dasar energi terbarukan. Dengan besarnya pasar dari bahan dasar energi terbarukan, seperti sawit, tebu, dan jarak, maka Indonesia memiliki peluang yang 73
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
sangat besar untuk menjadi produsen terbesar dalam hal penyediaan bahan dasar terbarukan. Ketiga negara tersebut melalui perjalanan hingga beberapa dekade untuk mempromosikan energi terbarukan. Kunci keberhasilan ketiganya tidak terlepas dari upaya pemerintah untuk membuat regulasi yang ketat mengenai penggunaan energi terbarukan. Tentunya regulasi tersebut hanya bisa berhasil jika ada konsistensi dalam pelaksanaannya. Dalam hal pembuatan dan penerapan kebijakan mengenai penggunaan energi terbarukan, Indonesia masih harus belajar banyak hal dari negara-negara tersebut. Pemerintah Indonesia sebenarnya telah membuat berbagai peraturan dan juga keputusan terkait pengembangan energi terbarukan. Permasalahannya seringkali dalam hal penerapan, Indonesia belum mampu konsisten. Salah satu kunci sukses berjalannya suatu program yang baru ialah melalui regulasi yang ketat yang dapat “memaksa” semua warga negara untuk patuh terhadap aturan.
BAB III: Belajar Dari Jiran
75
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
BAB IV SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
77
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
MERETAS kemandirian energi adalah sebuah keharusan jika bangsa Indonesia ingin membangun peradabannya. Sumber daya alam yang melimpah adalah modal dasarnya. Namun tanpa sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten, maka, niscaya ikhtiar untuk membangun kemandirian energi akan bertepuk sebelah tangan. Bak menegakkan benang basah. Walhasil, tanpa pendidikan yang memadai maka Indonesia akan kekurangan SDM yang berkompeten dalam pengembangan energi nabatinya. Dalam SROLF\SDSHUini kami berpegang pada prinsip bahwa sumber daya alam yang melimpah tidak menjamin suatu negara menjadi sejahtera. Sumber daya alam hanya akan menjadi kekayaan apabila diintervensi dengan kecerdasan dan kerja keras manusia, secara individual maupun bersama-sama. Manfaat sumber daya alam cenderung akan dinikmati oleh mereka yang cerdas, walaupun secara legal tidak memilikinya. Kekayaan alam Indonesia akan mampu membawa kesejahteraan dan juga kemandirian bangsa jika ditopang oleh sumber daya manusia yang cerdas dan terampil dalam mengolah kekayaan alam tersebut. Untuk itu, poin utama dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas ialah melalui pendidikan.
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
Bukan menjadi rahasia umum lagi jika kualitas sumber daya manusia masih belum mampu bersaing di tingkat global. Laporan dari 8QLWHG 1DWLRQV'HYHORSPHQW3URJUDP (UNDP) menunjukkan bahwa +XPDQ 'HYHORSPHQW,QGH[(HDI) Indonesia berada pada peringkat 121 dari 187 negara dengan nilai 0,629 atau termasuk dalam kategori medium. Angka tersebut masih berada di bawah nilai rata-rata HDI negara-negara di $VLD7LPXUGDQ$VLDSDVLÀN\DQJPHQFDSDLDQJND
Perbandingan HDI Indonesia dengan Negara Lain 0,7
Indonesia
0,6
China Thailand
0,5
0,4
1980
1990
2000
2010
Sumber: http://hdrstats.undp.org/images/explanations/IDN.pdf
Tingkat pendidikan merupakan salah satu unsur utama index
Sumber: UNDP
tersebut. Dalam era ekonomi pengetahuan, HDI memberi indikasi mengenai kemampuan suatu bangsa untuk menciptakan kesejahteraan dengan memanfaatkan pengetahuan dan teknologi. Dengan kata lain, saat ini tidak ada negara yang maju dan kuat perekonomiannya tanpa sumber daya manusia yang berpendidikan baik. Dalam laporan UNDP mengenai HDI Indonesia, disebutkan pula jika 79
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
lama rata-rata masyarakat Indonesia mengenyam pendidikan sekitar 5,8 tahun. Angka tersebut masih sangat jauh dari target pemerintah yang mulai tahun 2013 ini mencanangkan program wajib belajar 12 tahun. Harus diakui bahwa Pemerintah Indonesia telah berusaha mengalokasikan 20% anggaran belanja negara untuk pendidikan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana anggaran tersebut dipergunakan. Anggaran yang lebih besar tetapi arah dan cara penggunannya tidak benar tentunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Laporan McKinsey yang sempat disitir dalam bab terdahulu dalam SROLF\ SDSHU ini juga mengulas kebutuhan untuk mengatasi kesenjangan pendidikan di tanah air. Populasi yang begitu besar, sekitar 250 juta warga, hanya akan menjadi sumber daya untuk pembangunan jika memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi inilah yang juga jadi fokus dari beberapa negara yang sukses dalam membangun energi nabatinya. Lembaga riset terkait ELRHWKDQRO dan varietas tebu yang dimiliki Brazil misalnya, menyimpan begitu banyak varietas tebu, lengkap dengan teknik cocok tanamnya danRXWSXW yang dihasilkan dari proses panen yang baik. Ada dua hal strategis terkait ketersediaan SDM yang begitu besar di tanah air. Khususnya terkait dengan tahapan pengembangan biodiesel sebagai kunci kemandirian energi nabati Indonesia. Di satu sisi SHPEXNDDQODKDQODKDQSHUNHEXQDQEDLN\DQJEHUVLIDWLQWHQVLÀNDVL PHODOXLRSWLPDOLVDVLODKDQSHUNHEXQDQ\DQJDGDDWDXSXQHNVWHQVLÀNDVL dengan pembukaan lahan-lahan perkebunan di lokasi lahan terlantar yang mencapai jutaan hektar memerlukan pasokan SDM yang berkompetensi tinggi. Pada titik ini maka dukungan lintas departemen dari pemerintah menjadi syarat mutlak. Departemen Pendidikan misalnya, dapat merumuskan pembukaan sekolah-sekolah kejuruan, yang dapat melahirkan tenaga
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
Human Development Index China 2012 1
0,75 0,5 0,25 0
HDI
Health
Education
Income
6XPEHUKWWSKGUVWDWVXQGSRUJHQFRXQWULHVSURÀOHV&+1KWPO Sumber:KWWSKGUVWDWVXQGSRUJHQFRXQWULHVSUR¿OHV&+1KWPO
terdidik di sentra-sentra perkebunan sawit yang tersebar di berbagai pelosok nusantara. Kebutuhan lembaga pendidikan ini tentu memerlukan dukungan dari infrastruktur, informasi (ICT), hingga ketersediaan tenaga pengajar. Di aspek strategis pertama ini Indonesia akan menikmati pertambahan tenaga terdidik sekaligus pemerataan kualitas pendidikan. Alokasi APBN terhadap sektor pendidikan yang mencapai 20% dari total belanja negara mestinya cukup untuk membantu pencapaian fungsi strategis pertama ini lengkap dengan kebutuhan infrastruktur dan ICT-nya. Di era serba teknologi informasi tinggi ini tentu perlu terobosan baru dalam sistem pedagogi bangsa. Fungsi strategis kedua, dengan semakin meratanya pendidikan di berbagai lahan perkebunan tersebut, maka kita tidak akan melihat lahirnya tenaga-tenaga terdidik saja. Namun lebih dari itu ada LQWDQJLEOHEHQHÀW yakni berupa kokohnya ikatan emosi sebagai satu bangsa. Ada ikhtiar terus menerus dari lembaga pendidikan yang ada di berbagai wilayah tersebut untuk menyuarakan soliditas sebagai sesama anak bangsa. Persatuan bangsa pun kian kokoh, tentunya.
81
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Belajar dari Negeri Tirai Bambu Jika ditelisik, baik Indonesia maupun Cina memiliki banyak kesamaan. Kedua negara tersebut masuk dalam lima besar negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Cina dan Indonesia juga ditopang oleh NRQGLVLJHRJUDÀV\DQJPHQGXNXQJSHQJHPEDQJDQLQGXVWULGLEHUEDJDL sektor. Meski demikian jika ditengok ke belakang, perkembangan yang GLFDSDL&LQDGDODPWDKXQWHUDNKLUMDXKOHELKVLJQLÀNDQGLEDQGLQJNDQ dengan Indonesia. Berdasarkan laporan UNDP, di tahun 1980, nilai +XPDQ'HYHORSPHQW ,QGH[ Cina berada pada angka 0,407. Adapun di tahun yang sama HDI Indonesia berada pada nilai yang lebih tinggi dibandingkan Cina, yaitu 0,422. Namun, hanya dalam waktu kurang dari 3 dekade, Cina telah berkembang sangat pesat. Data di tahun 2012 menunjukkan nilai HDI China mencapai 0,699, yang artinya dalam 32 tahun terakhir, nilai HDI Cina meningkat sebanyak 72%. Cina saat ini merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia yang sangat disegani. Keberhasilan Cina dalam mencapai kemajuan tidak terlepas dari usaha pemerintahnya dalam memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan sumber daya manusia. Upaya pembangunan kualitas sumber daya manusia dimulai dengan melakukan reformasi besar- besaran dalam dunia pendidikan pada tahun 1993. Wakil Perdana Menteri China, Li Lanqing menjadi motor utama penggerak reformasi pendidikan di Cina. Ia memulai terobosannya dengan meningkatkan penghasilan guru dan membangun fasilitas akomodasi yang layak bagi para guru. Kesejahteraan guru menjadi prioritas karena dilandasi dengan kesadaran bahwa tanpa guru, sistem pendidikan sebaik apapun tidak akan berjalan. Untuk memastikan kesejahteraan guru terpenuhi, Pemerintah Cina bahkan meminta para pejabat di instansi lokal untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri dan bahkan penundaan gaji mereka sendiri, jika ternyata para guru belum mendapatkan bayaran.
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
Selain itu, dalam hal kebijakan, pemerintah Cina juga meningkatkan pengawasan dan juga penegakan hukum terhadap undang-undang yang berkaitan dengan pendidikan, seperti undang-undang wajib belajar, undang-undang guru, undang-undang pendidikan, dan undang-undang pendidikan kejuruan. Departemen pendidikan nasional juga melakukan pengawasan khusus untuk memastikan bahwa program wajib belajar 9 tahun dan program pemberantasan buta huruf dapat berjalan secara maksimal. Reformasi pendidikan di Cina juga berupaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sekolah-sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan dianggap penting karena melalui sekolah kejuruan, Pemerintah Cina dapat menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang mampu menjadi pekerja terampil di berbagai industri. Selain itu, sekolah kejuruan juga dianggap efektif dalam mengurangi pengangguran. Para lulusan sekolah kejuruan juga dianggap sebagai salah satu modal dalam mengembangkan program modernisasi pertanian. Melalui upaya yang tak kenal lelah, dalam kurun waktu 1993 sampai 2002, jumlah siswa di setiap sekolah kejuruan meningkat dari 453 siswa menjadi 733. Dalam periode yang sama pula terdapat 3000 sekolah kejuruan yang dibangun di tingkat provinsi. Dengan reformasi menyeluruh dan juga penegakan hukum yang berjalan secara konsisten, tidaklah mengherankan jika sistem pendidikan Cina berhasil menghasilkan lulusan-lulusan yang berkualitas. Para lulusan tersebut menjadi modal besar bagi negeri tirai bambu ini untuk memajukan industri di berbagi sektor.
83
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Pendidikan sebagai Pintu Awal Pengembangan Energi Terbarukan Pengembangan energi terbarukan merupakan salah satu isu krusial di tingkat global yang penanganannya tidak bisa ditunda. Hal ini menjadi penting mengingat cadangan minyak yang cenderung semakin menipis, sehingga berdampak pada harga minyak yang semakin tinggi. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih sangat bergantung pada bahan bakar minyak. Tentunya, dengan semakin menipisnya cadangan minyak Indonesia, maka sudah waktunya bagi negara ini untuk mencari dan mengembangkan sumber energi lain. Mendesaknya tuntutan pengembangan energi terbarukan dikukuhkan dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 mengenai Kebijakan Energi Nasional. Melalui Perpres tersebut, konsumsi energi nasional yang saat ini masih didominasi oleh konsumsi minyak, dapat terus ditekan porsinya hingga hanya tersisa 20% pada tahun 2025. Sebaliknya, pengembangan energi terbarukan diharapkan dapat mendapatkan porsi sebanyak 17% dari konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Pengembangan energi terbarukan tentunya bukan hanya sebagai langkah antisipasi terhadap ancaman krisis energi. Tetapi lebih dari itu, program ini dilakukan menyikapi permasalahan lingkungan dan juga sebagai solusi untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan. Program pengembangan energi terbarukan diperkirakan akan mampu menyerap 3,5 juta tenaga kerja. Tentunya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proyek ini adalah tenaga kerja terampil dalam bidang pertanian dan perkebunan. Sampai saat ini kualitas sumber daya manusia yang berada di sentra-sentra pertanian maupun perkebunan memang kurang menggembirakan. Umumnya mereka hanyalah tamatan SMP atau SMA.
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
Bahkan di beberapa daerah, hampir sebagian besar masyarakat penggarap kebun hanya mencapai pendidikan tertinggi SD. Tingkat pendidikan para petani penggarap kebun tentunya sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas dan juga pengembangan kebun. Maka dalam program pengembangan energi terbarukan ini, yang perlu diperhatikan bukan hanya ketersediaan lahan saja, tetapi juga penyiapan sumber daya manusia yang berkualitas yang nantinya menjadi penggerak proses produksi energi terbarukan. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia di wilayah perkebunan tentunya berbeda dengan strategi di wilayah perkotaan yang minim lahan. Di wilayah perkotaan, pendidikan lebih banyak mengarahkan siswa pada kemampuan-kemampuan yang sifatnya VRIW VNLOO Dan, tentu saja, dengan penyediaan tenaga terdidik ini maka penyerapan SDM akan membantu pemerintah dan rakyat dalam memerangi kemiskinan dan memberantas tingkat pengangguran. Logikanya sebagai berikut. Jika untuk memasok kebutuhan biodiesel setara 1,5 juta kiloliter misalnya –sebagai upaya pemenuhan target energi bauran 5% dari total konsumsi diesel 27,7 juta kiloliter- akan diperlukan lahan sawit seluas 347 ribu hektar. Lahan seluas ini akan memerlukan tenaga kerja terdidik di kebun plasma sebesar 171 ribu orang, dan di kebun inti sebesar 695 ribu orang, sebuah jumlah yang cukup besar dan tentu memerlukan upaya pencetakan tenaga terdidik dan terlatih unggulan di bidang perkebunan sawit Pendekatan yang dilakukan pemerintah Cina dengan mengembangkan lebih banyak sekolah kejuruan, dapat ditiru di Indonesia. Sekolah kejuruan, di bidang pertanian dan perkebunan harus lebih banyak didirikan di sentra-sentra perkebunan. Tentunya pendirian dan pengembangan sekolah kejuruan tersebut tidak boleh hanya asal jadi. Sekolah kejuruan harus dilengkapi dengan jaringan internet sehingga para muridnya mampu mengakses informasi mengenai perkembangan 85
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
teknologi pertanian. Tak hanya itu, para tenaga pengajar di dalamnya pun harus memiliki kompetensi mengajar di bidang pertanian dan perkebunan. Dengan keberadaan sekolah kejuruan yang berkualitas, maka para orang tua, yang umumnya merupakan para pekerja di kebun kepala sawit, memiliki dorongan untuk mengarahkan anak-anak mereka mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah kejuruan. Ke depannya, para lulusan sekolah kejuruan dapat langsung terjun dalam industri pertanian atau perkebunan di daerah tersebut. Dengan cara ini, maka tidaklah mustahil jika nantinya wilayah-wilayah di Indonesia yang menjadi sentra perkebunan mampu menjadi kota yang mandiri di mana kekayaan alam wilayah tersebut diolah oleh para putra daerahnya.
BAB IV: SDM Unggulan Untuk Mandiri Energi
87
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
BAB V Optimalisasi Sawit : Devisa Selamat, Negara Kuat!
89
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
EKONOMI kuat! Kira-kira begitu intisari dari slogan kampanye dari setiap pemimpin atau calon pemimpin di negeri ini yang belakangan JHWRO mematut diri dan muncul di ruang publik menjelang kampanye pemilihan umum 2014. Mereka begitu mudah menawarkan iming-iming pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, kemandirian energi, hingga penyediaan layanan kesehatan untuk dua ratus juta lebih warga Indonesia. Ulasan berikut ini akan mengajak Anda untuk merenungkan berbagai jargon kampanye itu secara lebih kritis. Dan lebih tajam lagi jika kita coba hadapkan pada tema besar berupa ketahanan energi yang hari-hari ini terasa kian mengemuka. Tanpa pilihan sikap dan kebijakan yang tepat, niscaya harapan untuk melihat Indonesia sebagai negeri mandiri energi tak kunjung tercapai. Padahal salah satu resep untuk menyelamatkan devisa dan ketahanan energi ini sudah ada di depan mata: optimalisasi penggunaan sawit sebagai biodiesel.
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
Ironi Dibalik Pertumbuhan Ekonomi Acap kali kita dengar Indonesia mengalami \HDURQ\HDU pertumbuhan ekonomi yang cukup impresif di tengah perlambatan ekonomi global yang terjadi di Eropa hingga Amerika Serikat sejak 2008 silam. Dalam catatan berbagai institusi ekonomi dunia mereka membukukan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berada pada kisaran 6% per tahun. Indonesia pun digadang-gadang sebagai satu dari sedikit negara, seperti India dan Cina, yang membukukan prestasi membanggakan tersebut. Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 8.241,9 triliun dan PDB tahun 2012 tumbuh sebesar 6,23% dibandingkan dengan tahun 2011. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (9,98%) dan terendah di Sektor Pertambangan dan Penggalian (1,49%). Sementara, PDB Tanpa Migas tahun 2012 tumbuh 6,81%. Sedangkan PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 mencapai Rp 33,3 juta (US$3.562,6), meningkat 9,5 % dibandingkan PDB per kapita pada tahun 2011 yang mencapai Rp30,4 juta (US$3.498,2). Mengenai Neraca Perdagangan Indonesia yang menyangkut ekspor-impor PHQXQMXNNDQSHUNHPEDQJDQ\DQJVDQJDWVLJQLÀNDQ7RWDOHNVSRUPLJDV dan non migas tahun 2010 dan 2011 senilai US$ 157,7 miliar dan US$ 203,5 miliar sedangkan total impor migas dan non migas di tahun yang sama mencapai US$ 135,6 miliar dan US$ 177,4 miliar. Akibatnya terjadi surplus sebesar US$ 22,1 milyar dan US$ 26,1 milyar. Hebat? Tunggu dulu Bung. Jangan cepat berpuas diri. 7UHQG yang menggembirakan itu tidak berusia lama. Arah angin mulai berbalik arah pada tahun 2012 silam. Lho? Sejak tahun lalu, rupanya Indonesia membukukan total ekspor migas dan non migas senilai US$ 190 miliar; sedangkan total nilai impor migas dan non migas tercatat US$ 191,7 PLOLDU\DQJPHQ\HEDENDQQHUDFDSHUGDJDQJDQNLWDPHQJDODPLGHÀVLW 91
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
sebesar US$ 1,7 miliar. Demikian pula di semester pertama tahun 2013, total ekspor migas dan non migas senilai US$ 91,1 miliar sedangkan total impor migas dan non migas senilai US$ 94,4 miliar dan menyebabkan GHÀVLWVHEHVDU86PLOLDU Usut punya usut, rupanya biang keladi dari perubahan WUHQG di neraca perdagangan Indonesia tidak lain adalah kegiatan impor minyak. Memang, bila kita telaah lebih lanjut lalu lintas devisa ekspor dan impor minyak hasilnya sangat mengejutkan! Semenjak Indonesia menjadi net importir minyak di tahun 2004, setiap tahun sampai sekarang selalu WHUMDGLGHÀVLWGHYLVDDNLEDWLPSRUPLQ\DNGDQMXPODKQ\DPHQLQJNDW EHUOLSDWOLSDW7DKXQGHÀVLWHNVSRULPSRUPLQ\DNKDQ\D86 PLOLDUPHPEHQJNDNOLPDNDOLOLSDWPHQMDGLGHÀVLW86PLOLDUGL WDKXQGDQPDNLQGHÀVLWODJLSDGDWDKXQNHWLNDPHQFDSDL US$ 23,0 miliar 1DKFHODNDQ\DXQWXNSDUXKSHUWDPDWDKXQGHÀVLWLQLVXGDK mencapai US$ 13,3 miliar dan diperkirakan akan menjadi dua kali lipat di akhir tahun 2013. Rinciannya dapat dilihat di tabel dibawah ini :
Trade Balance of Oil and Oil Product 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
12,419
7,820
10,403
-9,057 -10,062
9,226
-7,362
-8,531
2011
2012
2013*
13,829
12,293
5,116
-11,154 -10,803
-6,897
Crude Oil Exports
5,621
6,241
8,146
8,169
Imports
-3,920
-5,831
-6,797
-7,853
1,694
410
1,349
316
169
2,357
458
1,872
2,675
1,490
-1,781
1,548
1,654
1,932
2,844
2,879
3,547
2,262
3,967
4,777
4,159
2,061
(X-M)
Oil Products Exports Imports
-3,583
-5,892 -10,646 -11,080
-12,787 -20,231
-11,129
-18,018 -28,134 -28,680 -13,660
(X-M)
-2,035
-4,238
-8,714
-8,236
-9,908 -16,684
-8,876
-14,051 -23,357
-24,521
-11,599
Exports
7,169
7,896
10,078
11,013
12,105
10,082
14,370
16,452
7,177
Imports
-7,510
-11,724
342
-3,828
Total
(X-M)
15,966
-17,443 -18,933 -21,844 -30,293 -7,365
-7,920
-9,739 -14,327
18,606
-18,491 -26,549 -39,288 -39,483 -20,557 -8,409
-12,179 -20,682 -23,031 -13,380
Januari - Juni. Sumber: BPS
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
7UHQG serupa juga kita temukan di nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang US Dollar. Jika awalnya nilai tukar rupiah Indonesia terhadap US Dollar stabil di kisaran angka Rp 8.500 - Rp 10.000 sejak bulan September 2009, tetapi pada 15 Juli 2013 nilai tukar rupiah pertama kali menembus Rp 10.000 bahkan mencapai Rp 10.723 di tanggal 21 Agustus 2013. Salah satu penyebabnya karena meningkatnya kebutuhan mata uang US Dollar untuk keperluan impor minyak dan BBM. Dalam sebuah acara saya bertemu Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan, dan ia mengiyakan ketika saya tanya apa benar Pertamina membelanjakan US$ 150 - 170 juta per hari untuk membayar impor minyak mentah dan BBM. Hari-hari ke depan prognosis serupa bukan tidak mungkin akan terus terjadi jika tidak ada upaya serius untuk menjawab pemborosan impor BBM tersebut. Pemicunya tidak lain adalah ‘mesin ekonomi’ nasional yang terus menderu mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebagai konsekuensi dari pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa, yang berujung pada peningkatan kebutuhan energi di masa depan. Mari kita hitung bersama! Kebutuhan konsumsi energi Indonesia di tahun 2010 adalah 3 juta barel setara minyak dan akan meningkat tiga kali lipat menjadi 8,3 juta barel setara minyak di tahun 2025. Jika WUHQG penggunaan energi ini tidak kita koreksi dengan baik, maka, tidak mengherankan lagi jika Indonesia bisa jatuh pada kategori negara yang boros konsumsi energi. Elastisitas energi Indonesia sekitar 1,6. Artinya, untuk meningkatkan satu persen *URVV'RPHVWLF3URGXFW nasional (National GDP) memerlukan 1,6% pertumbuhan energi. Dengan kata lain, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 6% per tahun maka diperlukan lebih dari 9% pertumbuhan energi per tahun. Bandingkan dengan negara- QHJDUDPDMX\DQJSHPDNDLDQHQHUJLQ\DVDQJDWHÀVLHQGHQJDQQLODLHODV- tisitas energi lebih kecil dari 1.
93
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Lantas, pertanyaan berikutnya, dari manakah kebutuhan energi masa depan akan dipenuhi? Bagaimana upaya kita memperkuat ketahanan HQHUJLGLWHQJDKDQFDPDQSHPEHQJNDNDQGHÀVLWSHPED\DUDQDNLEDW pemborosan impor BBM tersebut?
Krisis Energi Bukan Lagi Ilusi Seperti dijelaskan sebelumnya, produksi minyak Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 1996 dan konsumsi minyak meningkat dari tahun ke tahun, di tahun 2004 Indonesia menjadi net importir minyak dan akhirnya keluar dari organisasi negara pengekspor minyak (OPEC). Produksi minyak Indonesia di tahun 2013 di bawah satu juta barel per hari (tepatnya 841 ribu barel per hari), sedangkan kebutuhan minyak untuk memenuhi konsumsi dalam negeri mencapai 1,4 juta barel per hari. Kekurangan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dipenuhi dari impor minyak mentah dan impor BBM. Dengan demikian impor minyak mentah dan impor BBM meningkat dari tahun ke tahun. Apa mau dikata, Indonesia sudah mengalami ketergantungan tinggi terhadap impor minyak mentah dan BBM. Tingginya ketergantungan impor BBM ini berbanding lurus dengan kegagalan Indonesia melakukan pengendalian konsumsi BBM dengan baik. Pemicunya antara lain meningkatnya produksi mobil hingga melebihi satu juta mobil per tahun, produksi motor lebih dari tujuh juta unit per tahun. Di sisi lain, demi membela rakyat kecil dengan menyediakan energi murah, pemerintah menetapkan harga BBM yang murah. Premium Rp 6.500/liter dan solar dengan harga Rp 5.500/liter . Harga bensin bersubsidi di Indonesia merupakan yang termurah se-Asia Tenggara dan termurah ke-18 di dunia. Harga bensin di Indonesia hanya kalah murah dengan negara-negara penghasil minyak utama dunia
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
seperti Arab Saudi, Venezuela, Irak, Qatar, Kuwait, Libya, Aljazair, Oman, dan Bahrain. Harga BBM murah seolah-olah jadi mantra sakti di Indonesia. Jadi, tidak usah kaget lagi jika kombinasi harga BBM murah dan pertumbuhan penggunaan kendaraan bermotor bermuara pada meningkatnya jumlah konsumsi bahan bakar minyak. Jumlah BBM ber- subsidi di tahun 2013 misalnya mencapai 46 juta kiloliter, meningkat 24% dibandingkan dengan tahun 2009 yang hanya 37 juta kiloliter. Dengan konsumsi bahan bakar bersubsidi yang meningkat terus maka subsidi bahan bakar minyak yang ditanggung oleh pemerintah juga meningkat pesat. Jumlah subsidi bahan bakar tergantung pada jumlah bahan bakar yang diimpor, harga minyak impornya sendiri dan nilai kurs rupiah terhadap dolar. Di tahun 2012 realisasi subsidi BBM mencapai Rp 212 triliun, meningkat empat kali lipat bila dibandingkan dengan subsidi BBM di tahun 2009 yang hanya mencapai Rp 53 triliun. Sedangkan di tahun 2013 Pemerintah menganggarkan subsidi BBM sebesar Rp 194 triliun untuk subsidi sebesar 46 juta kiloliter BBM. Dengan asumsi harga minyak US$ 100/barel bila terjadi penambahan kuota BBM satu juta kiloliter akan menambah subsidi BBM sebesar Rp 5 triliun. Di tahun 2013 ini diproyeksikan kuota bahan bakar bersubsidi mencapai 53 juta kiloliter yang berarti akan ada tambahan subsidi Rp 35 triliun sehingga total subsidi BBM akan mencapai Rp 229 triliun. Jumlah uang yang sangat besar untuk ‘dibakar’, dan bila uang subsidi tersebut digunakan untuk membangun infrastruktur perekonomian, dapat digunakan untuk membangun jalan tol ratusan kilometer, ratusan kilometer jalan kereta api, ribuan sekolah atau universitas, ratusan jembatan, puluhan pelabuhan laut atau bandara, atau bahkan dapat membangun sarana transportasi massal (MRT) di kota-kota besar.
95
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Dari gambaran suram yang kita hadapi saat ini, memang seolah semuanya sudah serba terlambat, tetapi akankah keadaan ini terus berlanjut? Berbicara mengenai impor minyak atau BBM, adalah hal yang sangat menarik untuk kita renungkan, mengapa pemerintah selalu mengandalkan impor minyak mentah dan BBM? Hasil Riset Woodmackenzie bulan September 2013 menunjukkan di tahun 2018 Indonesia akan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam peta perdagangan BBM (bensin/premium) karena begitu besarnya impor BBM Indonesia. 'DULWDKXQVDPSDLGHÀVLW%%0,QGRQHVLDDNDQWXPEXKGDUL 340,000 barel perhari menjadi 420,000 barel per hari. Nilai tersebut jauh mengalahkan Amerika Serikat dan Mexico (padahal kedua negara DGLGD\DLWXSHQHQWXSDVDUEHQVLQGXQLD \DQJPDODKDQGHÀVLWEHQVLQ berkurang dari 560.000 barel per hari menjadi 60.000 barel per hari dan selanjutnya mengalami surplus! /HELKSDUDKODJLSHWD$VLD3DVLÀNMXJDDNDQEHUXEDKGDULVXUSOXV EDUHOSHUKDULGLWDKXQPHQMDGLGHÀVLWEDUHOSHUKDUL karena penyebabnya adalah meningkatnya impor bensin Indonesia. Riset Woodmackenzie mengatakan pertumbuhan permintaan BBM Indonesia yang meningkat pesat disebabkan oleh pertumbuhan pendapatan penduduk, bertambahnya kepemilikan mobil, dan pertumbuhan subsidi BBM. Dampak lain dari impor minyak adalah tergerusnya cadangan devisa negara untuk dipakai membayar impor minyak. Di akhir tahun 2012, Indonesia masih memiliki cadangan devisa sebesar US$ 112,8 miliar. Tetapi karena impor minyak yang terus mengalami peningkatan menyebabkan cadangan devisa di bulan Juli 2013 hanya US$ 92,7 miliar atau sudah berkurang US$ 20,1 miliar dalam tempo enam bulan.
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
Dari sisi ekonomi makro, meningkatnya impor minyak membutuhkan cadangan devisa yang kuat dan juga bertambahnya kebutuhan mata uang US Dollar untuk membeli minyak mentah dan BBM. Karena kebutuhan US Dollar meningkat maka permintaan mata USD juga meningkat dan lebih parah lagi Amerika Serikat pada saat yang bersamaan menarik balik mata uang US Dollar nya ke negaranya, sehingga nilai tukar rupiah melemah dan mencapai Rp 10.732 per dolar. Ini rekor baru pelemahan nilai rupiah sejak bulan September 2009. Ironi inilah yang perlu kita waspadai di balik gemerlap laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tanpa antisipasi yang tepat, maka, jangan heran jika ada olok-olok kita ini seperti pesilat yang sedang ‘adu kebal’ tubuhnya, tak kunjung roboh kendati sudah ditusuk bersamaan oleh ‘pemborosan devisa’ dan ‘ketergantungan impor BBM’ yang begitu tinggi.
97
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
enyelamatan Devisa
rel/hari rel/hari rel/hari
Produksi CPO 30 Juta Ton/tahun Alokasi Food Driven 6 Juta Ton/tahun Estimasi Biodiesel 24 Juta Ton/tahun
24 Juta Ton/tahun
= 26,6 Juta Kiloliter/tahun = 459,000 Barel/hari
= USD 16,8 Miliar/tahun
0 Juta Ton CPO/tahun
(956,000 Barel/hari)
34,9 Miliar/tahun
7,8 Juta
Tenaga Kerja Tambahan
(Total Devisa)
O = 1,110 Liter Biodiesel,
1 Ha = 5 Ton CPO,
1 USD = 10.000 IDR
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
Berharap pada Berkah Sawit Dalam publikasi ini saya ajak pembaca untuk menaruh harapan yang tinggi pada komoditas istimewa Indonesia: kelapa sawit. Berbagai tulisan sebelumnya di buku ini sudah menggambarkan bagaimana sawit dengan berbagai pro dan kontra yang melingkupinya tetap bisa memberikan manfaat secara fundamental bagi ketahanan ekonomi dan juga HQHUJ\ VHFXULW\ Indonesia. Dari sisi penyediaan bahan bakar nabati, tak diragukan lagi, sawit memiliki rekam jejak yang cukup impresif dari sisi \LHOG per hektar, hingga skala ekonominya pada tingkat massal untuk pengembangan bahan bakar nabati. Negara-negara Eropa pun belakangan JHWRO mengimpor besar-besaran sawit untuk menjadi bahan bakar nabati. Begitu pula dari sisi petani. Peningkatan penggunaan kelapa sawit untuk biodiesel akan meningkatkan pendapatan para petani dengan harga yang lebih baik dan tentu saja akan mendorong petani untuk meningkatkan produktivitas kebun. Efek berantai dari peningkatan pendapatan petani kelapa sawit tersebut akan membawa pengaruh yang positif terhadap perkonomian lokal daerah dan mendukung laju pembangunan daerah. Dengan demikian tentu saja akan mengurangi kemiskinan petani sehingga kelapa sawit dapat dijadikan program pemerintah sebagai upaya pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat kecil. Pertambahan lahan kelapa sawit membawa pengaruh yang baik untuk penyerapan tenaga kerja, dengan asumsi bahwa satu hektar lahan membutuhkan dua orang tenaga kerja, maka pembukaan lahan seluas dua juta hektar akan membutuhkan tambahan tenaga kerja sebanyak empat juta pekerja di kebun sawit. Jumlah tersebut masih bisa bertambah dengan tambahan pekerja untuk transportasi kelapa sawit, tambahan pekerja di pabrik kelapa sawit dan QXUVHU\ penyedia bibit kelapa sawit serta tambahan pekerja di kilang nabati biodiesel. Kondisi tersebut sudah jelas akan memberikan efek PXOWLSOLHU yang berlipat dari 99
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
sektor hulu perkebunan kelapa sawit sampai sektor hilir pengolahan kelapa sawit. Dan jangan lupa, satu manfaat lagi yaitu pengurangan emisi, karena penggunaan biodiesel sebagai bahan bakar nabati akan lebih ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar dari energi IRVVLO. Bisa dihitung berapa juta ton emisi CO2 dalam setahun yang bisa dikurangi karena penggunaan biodiesel. Memang harus diakui bahwa pada saat penanaman kelapa sawit, ada pertambahan CO2 yang akan dilepaskan ke udara. Tetapi ketika sudah tumbuh besar, tanaman sawit justru akan menyerap CO2 dan mengeluarkan O2 yang membuat udara lebih bersih.
Skenario Penyelamatan Devisa Mari kita hitung-hitungan mengenai berapa jumlah devisa yang dapat diselamatkan atau dialihkan dari impor minyak menjadi pembelian biodiesel di dalam negeri. Asumsikan produksi sawit saat ini adalah 30 juta ton per tahun di mana 6 juta ton untuk pangan dan 24 juta ton untuk biodiesel. Sebanyak 24 juta ton kelapa sawit bila diproduksi menjadi biodiesel akan menghasilkan kira-kira 26,6 juta kiloliter biodiesel atau setara 168 juta barel dalam setahun. Ini sama dengan produksi biodiesel 459 ribu barel per hari dan senilai US$ 16,8 miliar per tahun. Untuk hitungan yang lebih besar lagi, menuju produksi kelapa sawit 50 juta ton per tahun untuk biodiesel, bila diproduksi akan menghasilkan kira-kira 55,5 juta kiloliter biodiesel atau setara 349 juta barel dalam setahun. Ini sama dengan produksi biodiesel 956 ribu barel per hari dan senilai US$ 34,9 miliar per tahun Jadi devisa yang bisa diselamatkan dan dialihkan US$ 34,9 miliar per tahun. Artinya, kita tidak memerlukan cadangan devisa untuk mengimpor minyak sejumlah itu dan nilai tukar rupiah pun tidak akan JRQMDQJJDQMLQJ
BAB V: Optimalisasi Sawit: Devisa Selamat, Negara Kuat!
101
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB VI: Mencari Terobosan Teknologi
BAB VI Mencari Terobosan Teknologi
103
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
TEMPO hari Gabungan Asosiasi Produsen Kelapa Sawit Indonesia menggelar hajat berupa seminar tentang sawit dan biodiesel. Salah satu pembicara yang meramaikan debat hari itu adalah mantan menteri pertanian, Prof. Bungaran Saragih, yang secara mengejutkan melemparkan jargon Indonesia telah mengalami “revolusi pertama sawit” EHUXSDHNVWHQVLÀNDVLODKDQ\DQJOXDUELDVDEHVDUSHUWXPEXKDQQ\D Bahkan, dalam salah satu ulasannya Bungaran menyebutkan total luasan lahan sawit lebih besar dari total lahan padi! Dalam cakupan revolusi pertama ini pula, Indonesia makin mumpuni dalam pengelolaan bibit sawit unggul, pupuk, hingga peningkatan produktivitas per hektar. Tak diragukan lagi Indonesia pun kini tercatat sebagai pemasok utama kelapa sawit dunia. Cerita indah dan prestasi menggembirakan sawit dari revolusi pertama ini bukan tanpa cela. Kita juga harus dengan kepala tegak berani memahami lingkup sawit secara lebih IDLU. Tanpa harus menuding kanan kiri atau mencari kambing hitamnya. Faktanya dalam pertumbuhan industri sawit –dari IRRGSURGXFW hingga menjadi biodiesel- dari hari ke hari suara pro dan kontra terus mengiringinya. Sebut saja dari isu lingkungan, peniadaan hak masyarakat adat hingga emisi karbon.
BAB VI: Mencari Terobosan Teknologi
Dan, satu lagi, yang tak kalah pentingnya untuk diulas di sini mencakup isu negatif dari penggunaan biodiesel berbasis sawit. Acapkali muncul sindiran bahkan nada berkesan Q\LQ\LU dari publik. Yang kerap terdengar adalah biaya pemeliharaan mesin meningkat, suara mesin terdengar lebih berisik, korosi pada sendi-sendi mesin hingga tenaga yang dihasilkan dari mesin tersebut. Hingga kini kalangan industri otomotif pun masih terkesan enggan memberikan garansi dari penggunaan biodiesel untuk produk mereka. Saya dengar sebuah asosiasi manufaktur mobil dan importirnya tidak merekomendasikan penggunaan biodiesel lebih dari 7,5% dalam tangki bahan bakar konsumen mereka.
Teknologi Generasi 1 sampai 1,5 Berbagai tantangan di atas bisa kita cari solusinya dengan jitu melalui terobosan teknologi. Bahkan dalam angan-angan saya, inilah gelombang “revolusi kedua sawit” yakni penggunaan teknologi di kilang nabati! Ceritanya begini. Untuk menjawab tudingan Q\LQ\LU dari para pengguna biodiesel, maka kita tidak bisa berpegang pada tahap teknologi pengolahan sawit ke biodiesel yang ada sekarang saja. Dewasa ini kita mengenal teknologi pengolahan biodiesel generasi pertama yang PHQJJXQDNDQFDUDHVWHULÀNDVLDWDXWUDQVHVWHULÀNDVL Bahan baku CPO dicampur dengan katalis metanol dengan teknologi yang sederhana dan akan menghasilkan biodiesel dan gliserin. Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar sedangkan gliserin dapat dijual sebagai produk sampingan. Biodiesel yang dihasilkan akan dicampur lagi dengan solar dengan campuran tertentu, misalnya B10, yang artinya campuran 10% biodiesel dan 90% solar, maupun B20, yang artinya campuran 20% biodiesel dan 80% solar. Produk ini di pasaran dikenal sebagai biosolar Pertamina. Sayangnya, biodiesel yang dihasilkan mempunyai kelemahan-kelemahan seperti yang diuraikan di atas, sehingga untuk menghasilkan biodiesel dengan kualitas lebih tinggi perlu proses parsial hidrogenasi dengan penggunaan katalis tertentu. 105
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BIODIESEL PROCESSING TECHNOLOGY - 1st TO 2nd GEN CONVENTIONAL BIODIESEL PROCESSING 1st GENERATION MeOH Vegetable/ Plant oils, etc.
UPGRADING BIODIESEL QUALITY
Catalyst
Esterification/ Transesterification
Catalyst High Quality Biodiesel
Partial Hydrogenation
Biodiesel
Glycerine
Catalyst
Catalyst
Hydrodeoxygenation
Isomerization
Gas (C3H8, H20, CO2, CO, etc.)
Gasoline
1.5th GENERATION
Woody Biomass
Diesel Oil
Pyrolisis
Bio - Oil
Gasification
Syn - Gas
Hydro - Cracking
, Methanol, DME, etc.
2nd GENERATION
BPPT (BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI)
Ada pula teknologi pengolahan biodiesel yang lebih maju, yang kita sebut generasi 1,5, yaitu pengolahan biodiesel dengan metode hidrodeoksigenisasi (mencampur minyak nabati dengan hidrogen, teknologi hidrodeoksigenisasi mampu mengonversikan minyak nabati menjadi biohidrokarbon atau hidrokarbon terbarukan), kemudian dilanjutkan dengan proses perengkahan (FUDFNLQJ) dan isomerisasi menggunakan katalis yang akhirnya menghasilkan bensin dan diesel berkualitas tinggi yang setara dengan bensin atau diesel dari minyak bumi. Bahan baku yang digunakan bisa dari CPO atau dari bahan nabati lainnya seperti kedelai, bunga matahari, kanola, jarak pagar, kemiri sunan, camelina atau yang lainnya. Biodiesel dari proses ini dikenal sebagai JUHHQGLHVHOatau %LR+\GURÀQHG'LHVHO (BHD), MHWELRIXHO (ELRDYWXU), ELRJDVROLQH. Proses pengolahan bahan bakar nabati generasi ini melalui kilang bahan bakar nabati yang kita sebut sebagai ELR UHÀQHU\
BAB VI: Mencari Terobosan Teknologi
Ada juga pengolahan bahan bakar nabati generasi kedua, dengan bahan baku dari biomassa (misalnya tandan kosong sawit, bagas, kulit batang sagu, jerami, FRUQVWRYHU, kayu, dsb) dengan menggunakan metode S\URO\VLV yang akan menghasilkan ELRRLO kemudian diproses lagi dengan K\GURFUDFNLQJ sehingga diperoleh bensin atau diesel berkualitas tinggi Jadi, masyarakat tidak perlu khawatir dengan produk diesel yang dihasilkan dari teknologi produksi biodiesel generasi 1,5 karena kualitasnya sudah setara dengan diesel dari minyak bumi malah punya kelebihan kandungan FHWDQH-nya lebih tinggi, kandungan sulfurnya lebih rendah dan tentu saja lebih ramah lingkungan.
Revolusi Kedua : Teknologi Kilang Nabati Untuk meresonansi “pesan moral” dari revolusi pertama, maka tak ada salahnya jika kita berani mencanangkan “revolusi kedua: teknologi kilang nabati”. Artinya, optimalisasi proses pengolahaan sawit menjadi bahan bakar nabati dengan teknologi kilang nabati di mana sebagian ahli menyebutnya sebagai ELRUHÀQHU\ Teknologi ini sudah tersedia. Beberapa negara pun sudah mengembangkannya dengan cepat. Bahkan, sejumlah pemilik lisensi teknologi ini sudah mengembangkan teknologi kilangnya dengan PXOWLIHHGVWRFN sehingga bahan bakunya bisa beraneka ragam, dari sawit hingga tanaman bahan bakar nabati lainnnya yang tersedia seperti UDSHVHHG, kedelai, camelina dan lain-lain. Masalahnya, di mana posisi Indonesia dalam kancah besar lahirnya gelombang revolusi kedua optimalisasi sawit tersebut? Dalam sebuah kesempatan ZRUNVKRS nasional di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saya utarakan kegelisahan saya mencakup upaya mencari terobosan teknologi sawit menjadi ELRIXHO ini kepada seluruh peserta yang memenuhi aula lembaga negara yang prestisius tersebut.
107
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Betapa tidak? Fakta yang ada menunjukkan begitu banyak jumlah insinyur yang kita hasilkan dari berbagai kampus di tanah air. Belum lagi yang lulusan luar negeri. Tapi nyatanya, mereka lebih terlibat sebagai
GREEN DIESEL: BIO REFINERY PRODUCTS HIGH-QUALITY OF BIOFUELS
Sumber: Tim Riset Medco Group
‘penonton’ perusahaan-perusahaan fabrikasi kelas dunia yang hadir di Indonesia yang lebih mendominasi penguasaan HQJLQHHULQJ dan teknologi pemrosesan bahan bakar nabati. Padahal kita punya BPPT, segudang ilmuwan di kampus dengan terobosan teknologi yang memukau. Kemana saja temuan-temuan tersebut? Apa yang membuat kita tidak bergerak? Coba saudara-saudara renungkan, di mana posisi Indonesia dalam ‘peta besar’ inovasi teknologi ELRUHÀQHU\? Ironis bukan? Indonesia dikenal sebagai pemasok utama CPO dunia dengan menguasai lebih dari 47% pasar global. Meski demikian, kita harus jujur mengakui bahwa DGGHGYDOXH yang terbesar bukan kita yang menikmati! Kita hanya sibuk mengekspor CPO sementara negara-negara pengimpor yang mengonversinya menjadi biodiesel, justru mampu meningkatkan rangking mereka dalam indeks penggunaan bahan bakar ramah lingkungan.
BAB VI: Mencari Terobosan Teknologi
Saya desak anda semua untuk memikirkan bahwa kita perlu terobosan besar agar revolusi kedua optimalisasi sawit ini tercapai! Kita perlu komitmen besar, tidak cukup keluarkan regulasi, tapi perlu SROLWLFDOZLOO yang riil, libatkan semua anak-anak bangsa dan universitas dalam penerapan aspek teknologi. Jangan berhenti di buku atau kajian dan disimpan di lemari para petinggi republik. Manfaatkan! Dorong maksimalisasi temuan-temuan anak-anak bangsa tersebut. Bagaimana caranya? Kita perlu LQWHJUDWHGDSSURDFK yang perlu prasyarat berupa DIÀUPDWLYHDFWLRQ atau keberpihakan pemerintah yang kuat dan riil untuk mendorong lahirnya inovasi dan maksimalisasi teknologi ELRUHÀQHU\ di Indonesia! Beri insentif kepada para ilmuwan dan juga di level perusahaan yang siap mengadopsi teknologi ELRUHÀQHU\. Ini tantangan buat kita semua. Jika sepakat membangun Indonesia ,QFRUSRUDWHGyang melahirkan jawara ELRHQHUJ\dunia, tentunya kita perlu ZRUOGFODVVHQJLQHHULQJ di bidang ELRUHÀQHU\ Kita bisa mulai dari hal-hal kecil tapi bersifat strategis misalnya mewajibkan adanya proses alih teknologi danWUDQVIHURIVNLOOdari semua investasi terkait pengembangan ELRUHÀQHU\ di tanah air. Kita perlu melahirkan EOXHSULQW untuk meningkatkan peran teknologi dalam pengembangan ELRUHÀQHU\ karena negara-negara maju sudah memiliki teknologi dan sudah mencapai fase komersial ELRMHW dari berbagai macamIHHGVWRFN dan juga limbah minyak goreng. Sudah saatnya Indonesia bangkit, ayo! Gerakkan revolusi kedua sawit!
109
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
BAB VII Rekomendasi Aksi & Policy
111
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Harga Biodiesel Antara Mitos & Fakta
(a) Indonesia pernah mengenyam predikat sebagai negara produsen minyak, trend yang ada menunjukkan di
Komponen paling rawan dalam
semua negara produsen minyak dunia
pengembangan biodiesel di Indonesia tak
mereka menyediakan BBM dengan harga
lain adalah harga jual produk di tingkat
murah untuk rakyatnya; (b) Hal ini
konsumen. Dalam konteks ini, kendala
diterjemahkan sebagai pendorong
utama yang ditemui dalam ulasan di
pemerintah untuk memborong kuota
paper policy ini adalah mindset yang
impor BBM yang diongkosi dengan
begitu kuat tentang ‘subsidi’ BBM bagi
keuangan negara, akibatnya neraca
masyarakat. Undang-Undang Minyak
pembayaran nasional pun terkoyak
dan Gas mewajibkan pemerintah untuk
karena devisanya tersedot untuk
menyediakan bahan bakar bagi rakyat.
pembelian minyak dan bahan bakar dari
Bagi kalangan industri, ini adalah bentuk
luar negeri;
public service obligation (PSO) dalam melayani kebutuhan rakyat.
Faktanya, ketika terjadi kenaikan BBM di masyarakat, pemerintah juga
Yang perlu dikoreksi adalah mitos
mengompensasi dengan bantuan
tentang subsidi BBM tersebut. Kebijakan
langsung tunai. Ibarat kata masyarakat
menjadi salah kaprah karena bermula
hanya diberi obat instan untuk
dari anggapan:
penyembuhnya. Bukan diberikan jalan untuk membangun struktur penyediaan
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
bahan bakar yang terjangkau dengan
kita, ketika harga gula meroket, maka
kemampuan daya belinya. Akibatnya
sentra-sentra industri etanolnya akan
neraca pembayaran pun tetap terbebani.
melepas stok gula, sebaliknya jika harga
Keengganan untuk keluar dari ‘comfort
alkohol yang naik dan gula turun maka
zone’ antara mitos dan fakta ini mem-
mereka lepas dalam bentuk etanol untuk
buat sebagian warga dan juga kekuatan
menurunkan harga bioethanol-nya.
politik tertentu kerap menjadikan harga BBM sebagai ‘komoditas politik’. Mereka
Kami yakin tidak mudah untuk
gunakan isu kenaikan harga BBM untuk
menjalankan konsep mekanisme pasar
meraup keuntungan politik yang memang
dalam penyediaan biodiesel dan
cenderung bergerak dalam tataran short
kewajiban PSO kepada masyarakat.
term oriented.
Tapi rakyat perlu memahami tanpa pengembangan bahan bakar nabati
Padahal yang mesti dibangun adalah
terintegrasi, maka Indonesia tidak akan
ketersediaan BBM. Jangan sampai rakyat
pernah lepas dari kungkungan impor
antri. Jangan pula industri yang
BBM. Tekanan fiskal pun tidak akan
menggantungkan diri dari pasokan BBM
pernah surut. Neraca pembayaran yang
byar pet mesinnya karena terjadi
defisit akan membuat pemerintah sulit
kelangkaan pasokan BBM.
membantu pembangunan sektor publik lainnya.
Fakta ini jika dihadapkan pada kemampuan produksi nasional biodiesel
Biodiesel adalah jawabannya!
dan ketersediaan stoknya sekarang, maka relativitas harga akan terbentuk dengan sendirinya sebagai mekanisme pasar dari hukum supply and demand. Brazil memberikan pesan moral kepada
113
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
BERAPA besar kebutuhan investasi untuk menuju negeri mandiri energi nabati? Apa perangkat regulasi yang diperlukan? Mengapa Indonesia lambat dalam menerapkan pemakaian biodiesel? Apa insentif yang diperlukan? Barangkali ini sejumlah pertanyaan akhir yang tepat diajukan untuk menggelitik kita dalam memancing diskusi tentang rumusan rekomendasi aksi dan SROLF\ bagi pemerintah Indonesia. :KDWQH[W" Saya minta kita tidak berhenti di ruang diskusi di Pulau Dewata ini, tapi rekan-rekan jurnalis yang hadir mesti sepakat untuk menjadi ‘duta-duta’ baru dari kampanye penggunaan bahan bakar nabati. Proses edukasi ini akan makan waktu dalam bilangan hari bahkan tahun. Tapi, dengan adanya dukungan rekan-rekan media maka tentu bebannya akan jauh lebih ringan dari sisi penetrasi informasi dan edukasi ke publik hingga ke pengambil keputusan di republik tercinta. Pemerintah mesti berani menetapkan lahirnya “Undang-Undang Krisis Energi Nasional”. Jika proses legislasinya dikhawatirkan menelan waktu dan menguras energi politis, maka, pemerintah dengan kewenangan yang diatur dalam konstitusi dapat menetapkan “PERPU” (Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang) yang meregulasi penetapan krisis energi nasional. Tanpa adanya keberanian mengakui kita dalam kondisi krisis, maka, niscaya semua perangkat pendukung di tubuh pemerintah akan berjalan dalam skema EXVLQHVVDVXVXDO Kegalauan ini bukan tanpa alasan. Coba tengok baik-baik deretan regulasi pemerintah yang mengatur tentang penggunaan bahan bakar nabati. Apakah itu bentuknya Keputusan Presiden sampai dengan EHOHLG di level menterinya sekali pun. Tapi apa realisasinya di lapangan? Belum optimal! Silakan saja kementerian terkait menangkis atau membela diri. Chief Editor Summit ini tidak hadir untuk mendiskusikan berbagai pro dan kontra saja. Lebih dari itu sudah sewajarnya jika dalam pertemuan
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
yang strategis ini lahir rekomendasi aksi dan SROLF\ untuk pemerintah dalam pengembangan biodiesel kelak. Untuk melecut semangat dan membuka paradigma berpikir Anda silakan simak tabulasi sederhana terkait produksi danPL[HGIXHOUDWH dari
Simulasi Investasi Biodiesel
Asumsi Konsumsi Diesel: 27,7 Juta Kiloliter 5% mix
10% mix
20% mix
Tim BBN
Biodiesel (Kiloliter)
1,390,000
2,780,000
5,500,000
6,000,000
Produksi CPO (Ton)
1,252,252
2,504,505
4,954,955
7,662,835
Luas Lahan Sawit (Ha)
250,450
500,901
990,991
1,500,000
Tenaga Kerja Langsung (inti)
125,225
250,450
495,495
750,000
Tenaga Kerja Langsung (plasma)
250,450
500,901
990,991
Pendapatan Petani (per 2 Ha)*
160,000,000
160,000,000 160,000,000
20,000,000
Investasi Perkebunan Sawit (Rp Juta)
12,522,523
25,045,045
49,549,550
55,000,000
On Farm (Rp Juta)
10,018,018
20,036,036
39,639,640
45,000,000
Off Farm (Rp Juta)
2,504,505
5,009,009
9,909,910
10,000,000
Sumber: Tim Riset Medco Group
biodiesel tingkat campuran 5% sampai dengan 20%. Asumsi kuota impor solar yang dipakai mengacu pada data tahun 2010 yakni total konsumsi solar sebesar 27,7 juta kiloliter. Berpegang pada data konsumsi solar di atas, maka, untuk mencapai kisaran 5% perlu 1,5 juta ton produksi biodiesel. Produksi ini bisa dicapai dari total lahan seluas 347 ribu hektar. Tenaga kerja yang terlibat baik langsung (kebun inti) atau pun tidak langsung (kebun plasma) bisa mencapai sekitar 800 ribu orang. Angka-angka ini jika diproyeksikan ke bauran energi 20% akan memerlukan total produksi hingga 6,3 juta ton biodiesel yang bisa dipasok dari 1,3 juta hektar lahan sawit. Tidak kurang dari 3,3 juta tenaga kerja akan terserap dalam aktivitas tersebut. 0XOWLSOLHUHIIHFW dari implementasi biodiesel ini tidak hanya berhenti di penyerapan tenaga kerja. Tapi juga meliputi kebutuhan untuk membuka sekolah-sekolah 115
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
kejuruan hingga perbaikan pendapatan petani yang diperkirakan bisa mencapai Rp 160 juta per dua hektar. Target besar dalam pencapaian biodiesel dan PXOWLSOLHUHIIHFW-nya jangan cuma berhenti dalam paparan kertas kerja. Begitu pula jika kelak lahir Perpu atau Undang-Undang Krisis Energi Nasional sebagai pelecut pengembangan biodiesel-nya. Setiap pengambil kebijakan dan penanggung jawab pemerintahan mesti ingat kemandirian energi sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Perlu langkah panjang untuk mencapainya tapi jika tidak segera dimulai sekarang, kapan lagi? Ingat pesan moral dari pengalaman Brazil sebagai kampiun ELRHWKDQRO dunia. Negeri Samba ini mencapai rekor mengagumkan dengan segala ‘jungkir balik’ danOHVVRQVOHDUQHG yang cukup panjang. Keberhasilan Brazil mengembangkan energi terbarukan setidaknya disebabkan oleh empat hal. Pertama, soal kelembagaan. Perumusan kebijakan umum industri berbasis tebu berada di bawah wewenang Badan Pengembangan Gula dan Alkohol, sebuah badan di bawah Kementerian Pertanian. Badan ini bertugas memformulasi kebijakan sektor gula dan alkohol untuk menciptakan produk yang berkualitas dan kompetitif. Kedua, mengoptimalkan pasar domestik. Tiap tahun dikeluarkan Keputusan Presiden untuk menetapkan UDQJH kadar alkohol yang dicampur dalam bensin yang dijual. Dengan cara ini konsumsi alkohol domestik bisa digenjot. Produksi gula dan alkohol ini menjadi strategi Brazil untuk keluar dari jerat pasar gula dunia yang distortif. .HWLJDGXNXQJDQÀQDQVLDO3HPHULQWDKPHQ\HGLDNDQNUHGLWEHUEXQJD rendah (11-12%, sementara bunga pasar 26%) kepada pengusaha dan petani yang mengembangkan energi terbarukan. Keempat, dukungan lembaga riset dan pengembangan. Di bawah The Brazilian Agriculture Reseach Corporation, sebuah badan di bawah
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
Departemen Pertanian, dilakukan berbagai penelitian dan Pengembangan bioteknologi dengan orientasi pada terciptanya proses produksi DJURELVQLV\DQJPRGHUQHÀVLHQGDQNRPSHWLWLI
Batu Sandungan Biofuel di Indonesia Kalau begitu apa masalah utama di Indonesia. Di urutan teratas tentulah SROLWLFDOZLOO dari pemegang tampuk kekuasaan. Dengan segala amanah yang dimiliki dan kewenangan yang ada tentunya bisa lahir terobosan berani dan cerdas sebagaimana disitir dari perlunya Perpu atau Undang-Undang Krisis Energi Nasional. Tapi dalam perjalanan beberapa tahun terakhir bisa diambil kesimpulan sejumlah kendala utama yang kerap menjadi batu sandungan dalam pengembanganELRIXHO di tanah air. Kami gunakan kata ELRIXHO karena bisa merujuk pada implementasi ELRHWKDQRO atau biodiesel. Pertama, meskipun pengembangan ELRIXHO sudah digariskan dalam peraturan pemerintah dan Keppres (QHUJ\0L[ yang menyatakan bahwa bauran energi terbarukan harus mencapai 25% dari total konsumsi energi tetapi belum ada kebijakan pemerintah yang kuat untuk mendorong pengembangan energi terbarukan. Kedua, kurangnya koordinasi dan keselarasan antara badan pemerintah dan kementerian untuk mendorong pengembangan ELRIXHO. Ketiga, kurangnya infrastruktur untuk pengembangan ELRIXHO seperti kilang pengolahan biodiesel, jalan raya, pelabuhan di lokasi lahan-lahan sawit, SPBU dengan PL[HGIXHO hingga fasilitas penyimpanan biodiesel di sentra-sentra perkebunan sawit. Keempat, harga premium yang murah tidak mendorong pengembangan ELRIXHO karena dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh berbeda, preferensi masyarakat untuk memakai premium masih tinggi.
117
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Kelima, kurangnya sumber daya manusia yang kompeten untuk mendukung pengembangan ELRIXHO. Tim kami mencoba menyusun indeks sederhana dari berbagai hambatan tersebut. Jika diberi skala 1 sampai dengan 10 maka diperoleh ilustrasi sederhana sebagai berikut: Litbang Infrastruktur Pembiayaan Insentif Fiskal Kemauan Politik Lahan Harga Regulasi 0
2
4
6
8
10
Sumber: Tim Riset Medco Group Sumber: Tim Riset Medco Group
Sebaliknya di tengah-tengah berbagai hambatan tersebut Indonesia memiliki sejumlah prasyarat untuk sukses sebagai jawara biofuel dunia. Tiga modal dasar yang paling mencolok adalah ketersediaan pasar domestik yang begitu besar untuk menyerap produksi ELRIXHO nasional, puluhan juta hektar lahan masih tersedia di berbagai pelosok nusantara dan kemampuan Indonesia untuk mendikte pasar global ELRIXHO. Ketiga hal ini sudah ada dalam genggaman kita. Kunci sukses pengembangan ELRIXHOdi Indonesia sangat tergantung kepada, pertama, kemauan politik pemerintah untuk mendukung pengembangan ELRIXHOsebagai bahan bakar substitusi energi fosil, mesti ada DIÀUPDWLYHDFWLRQ dari pemerintah Indonesia (subsidi BBM dikurangi, energi bauran dari ELRIXHO ditambah, infrastruktur, WD[, insentif industri).
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
Kedua, menyesuaikan harga bahan bakar minyak sehingga dapat menjadi pendorong untuk pengembangan bahan bakar nabati. Ketiga, meningkatkan pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi, penyediaan lahan dan program perluasan perkebunan rakyat Keempat, menyiapkan URDGPDS yang jelas, terukur dan sistematis untuk pengembangan bahan bakar nabati disertai kejelasan wewenang dan tanggung jawab badan pemerintah terkait menuju swasembada energi nabati. .HOLPDPHQHQWXNDQNHELMDNDQÀVNDOGDQLQVHQWLI\DQJPHQGRURQJ pengembangan biodiesel. Belajar dari kisah sukses negara-negara lain seperti Brazil yang menjadi jawara biodiesel karena kurangnya pasokan minyak bumi, Jerman dan Korea Selatan menggunakan peraturan dan perundangan yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak memanfaatkan ELRIXHO.
119
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Empat Regulasi Utama Pengembangan Biodiesel
c. Filosofi diatas akan mempunyai pengaruh yang besar dalam
1. REGULATORY POLICY
penghematan devisa, pengurangan emisi
a. Undang-undang yang mewajibkan
dan mengeliminasi renten ekonomi BBM.
penggunaan biodiesel untuk mengoptimalkan pasar domestik. Tiap
d. Kebijakan harga biodiesel
tahun dikeluarkan keputusan Pemerintah
menggunakan harga regional dengan
untuk menetapkan range kadar biodiesel
memperhatikan harga pokok, harga
yang dicampur dalam bahan bakar yang
biodiesel di setiap wilayah berbeda.
dijual. Dengan cara ini konsumsi
Untuk pengawasan harga perlu adanya
biodiesel domestik bisa digenjot. Yang
harga dasar dan harga maksimum
kedua adalah mewajibkan konsumen
biodiesel (floor and ceiling price).
terbesar diesel (PLN) untuk memakai
Diperlukan juga transparansi mengenai
biodiesel untuk pembangkit listrik.
biaya pokok dan biaya transportasi biodiesel saat ini.
b. Filosofi peraturan yang akan diterapkan adalah pemanfaatan biodiesel
e. Pengendalian harga CPO untuk
untuk mengganti bahan bakar diesel yang
menjaga keekonomisan harga biodiesel
diimpor sehingga terjadi pengalihan
regional .
devisa yang tadinya ke luar negeri menjadi ke pasar domestik yang
f. Membuat Biodiesel fund untuk
mempunyai efek multiplier yang besar.
menampung dan mengompensasi
pricing gap di CPO (harga CPO) dan ICP
BAB VII: Rekomendasi Aksi & Policy
(harga minyak), ini sangat penting dalam
t%JQFSMVLBOQBTPLBOQVQVLZBOHDVLVQ
menghadapi fluktuasi harga CPO dan
untuk pertambahan lahan sawit, serta
ICP.
pengendalian harga pupuk karena pupuk adalah komponen biaya pokok dan terus
2. FISCAL INCENTIVE
berlanjut dalam perkebunan sawit.
a. Insentif pengembangan infrastuktur biodiesel dalam bentuk pembebasan
b. Fasilitas produksi biodiesel :
pajak dalam tahap pengembangan
t%FTFOUSBMJTBTJGBTJMJUBTQSPEVLTJ
(tax holiday).
biodiesel di daerah provinsi yang
b. Pengenaan pajak tinggi untuk ekspor
mempunyai perkebunan sawit dengan
biodiesel akan mendorong produsen
tujuan untuk menghemat biaya
untuk memasarkan biodiesel ke pasar
transportasi biodiesel.
domestik. c. Insentif dalam bentuk kemudahan
c. Sarana dan prasarana pendukung
perijinan dan proses birokrasi yang
industri biodiesel:
sederhana untuk pengembangan
t1FOJOHLBUBOTBSBOBKBMBOSBZB
biodiesel.
pelabuhan dan sarana transportasi lainnya dari lokasi produsen ke stasiun
3. INFRASTRUCTURES
penjualan bahan bakar (SPBU).
a. Perkebunan Sawit : t1FOHFNCBOHBOQFSLFCVOBO
4. PUBLIC FINANCING
kelapa sawit yang paling tepat untuk
a. Kredit pinjaman lunak untuk petani
Indonesia adalah melalui pemanfaatan
plasma perkebunan kelapa sawit.
lahan terlantar yang mencapai lebih dari
b. Kredit pembiayaan untuk fasilitas
50 juta hektar dan pemanfaatan lahan
produksi biodiesel di setiap wilayah
gambut melalui pola perkebunan plasma
produksi biodiesel.
rakyat. Dengan cara ini akan didapat tiga manfaat yaitu pertumbuhan pendapatan rakyat, pengurangan emisi dan pengurangan kemiskinan.
121
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Think Big, Act N Tahun
1
3
Jangka Pendek
Jangka M
REGULASI
REGULASI
t PERPU krisis energi
t Pengendalian
t Kewajiban bauran biodiesel
t Pembentuka
dalam bahan bakar 10% - 20% t Target 50% konversi HSD ke biodiesel di Pembangkit PLN
t Pengenaan p yang lebih tin
INSENTIF FIS
t Penetapan harga biodiesel regional
t Insentif peng
t Desentralisasi fasilitas produksi
t Insentif kemu
biodiesel t Kurangi impor solar
dan birokrasi
INFRASTRUK
t Perluasan pe
di lahan terla
t Infrastruktur
PEMBIAYAAN
t Kredit perkeb
Now, Move Fast 11
Menengah
20 Jangka Panjang INSENTIF FISKAL
n harga CPO
t Insentif pengembangan infrastruktur
an biodiesel fund
t Insentif kemudahan perijinan
pajak ekspor CPO nggi
SKAL
gembangan infrastruktur
udahan perijinan
i
dan birokrasi
INFRASTRUKTUR t Perluasan perkebunan sawit di lahan terlantar t Infrastruktur pendukung
PEMBIAYAAN
KTUR
t Kredit perkebunan rakyat
erkebunan sawit
t Kredit fasilitas produksi
antar
r pendukung
N
bunan rakyat
123
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Badan Kebijakan Fiskal
Daftar Referensi:
Kementrian Keuangan. “Kebijakan Fiskal Instrumen Efektif Wujudkan
Artikel non personal, 2013, “Brazil”
Ketahanan Energi Nasional”.
(Online). http://en.wikipedia.org/
Presentasi disajikan di Jakarta
wiki/Brazil diakses pada 6 Juni
pada 6 Juni 2012.
2013. British Petroleum. 2012. Artikel non personal, 2013,
%36WDWLVWLFDO5HYLHZRI:RUOG
´*DVROLQHDQG'LHVHO8VLQJ
(QHUJ\ June 2012. bp.com/statisti-
DQG3ULFLQJµ (Online) http://
calreview.
en.wikipedia.org/wiki/ Gasoline_us- age_and_pricing diakses pada 6
Boston Consulting Group. 2012.
Juni 2013.
´:KDW$UH,QGRQHVLD·V&XUUHQWDQG )XWXUH(QHUJ\1HHGV"µ Presentasi
Artikel non personal, 2013, ´/LVW
yang disajikan dalam 36th IPA
RI&RXQWULHVE\3RSXODWLRQµ(On-
Convention & Exhibition pada 23
line). http://en.wikipedia.org/wiki/
Mei 2012.
List_ of_countries_by_population diakses pada 6 Juni 2013
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. “Laporan
Asosiasi Produsen %LRIXHO
Akhir Tahun 2012”.
Indonesia. 2012. ´3URVSHFWVDQG ([SHULHQFHVRQ%LRGLHVHO%XVLQHVV
Kementrian Keuangan, APBN
LQ,QGRQHVLDµ dipresentasikan pada
2013.
Indo EBTKE Conex 2012. Kementrian Pertanian RI. Astra Agro Lestari, 2012.
Perspektif Pengembangan
´6XVWDLQDELOLW\3UDFWLFHVLQRLOSDOP Bioenergi di Indonesia. Kementrian Pertanian RI. http://repository.usu. SODQWDWLRQµ presentasi disajikan GDODP$VLD3DFLÀF%XVLQHVV
ac.id/bitstream/123456789/18549/5/
Sustainability Council’s 5th
Chapter%20II.pdf, diakses pada 6
Meeting, Jakarta pada 29 Mei
Juni 2013.
2012. GBEP and FAO, Environment, Climate Change, and Bio Energy Division. ´$UHYLHZRIWKHFXUUHQW
VWDWHRIELRHQHUJ\GHYHORSPHQWLQ
Li, Lianqing. 2005. (GXFDWLRQ
*FRXQWULHVµ.
)RU%LOOLRQ)RUPHU&KLQHVH
www.globalbioenergy.org
9LFH3UHPLHU/L/LDQTLQJRQ
Gingold, Beth, Anne Rosenbarger,
'HYHORSPHQW Beijing: Foreign
dkk. 2012. ´+RZWR,GHQWLI\
Language Teaching and Research
'HJUDGHG/DQGIRU6XVWDLQDEOH
Press and Pearson Education Asia.
3DOP2LOLQ,QGRQHVLDµ (Online) http://www.wri. org/publication/
Masiero, Gilmar. 2008. ´%LRHWKDQRO
identifying- degraded-land-sustain-
DQG%LRGLHVHO7KH5ROHRI%UD]LO
able-palm- oil-indonesia diakses
DQG6RXWK.RUHDLQ7KH(PHUJLQJ
pada 6 Juni
$OWHUQDWLYHHQHUJ\0DUNHWµ dalam
2013.
Academic Paper Series. Vol 3 December 2008. http://keia.org/
Hasilperkebunan.blogspot.com.
VLWHVGHIDXOWÀOHVSXEOLFDWLRQV$36
Sejarah Perkembangan
Masiero.pdf (Online) diakses pada
Tanaman Kelapa Sawit di
6 Juni 2013.
Indonesia dalam http://idris-get. blogspot.com/2012/05/sejarah-
Muttaqien, Arip dan Tim Indonesia
perkembangan-tanaman-kelapa.
Mengajar. 2012. ´*UDQG'HVLJQ
html. Artikel diakses pada 6 Juni
&RPPXQLW\'HYHORSPQHWµ
2013.
Dipresentasikan oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.
KPMG. 2012. 7D[HVDQG ,QFHQWLYHVIRU5HQHZDEOH(QHUJ\
Natural Nusantara. 2011, “Sejarah
KPMG International.
Perkembangan Tanaman Kelapa Sawit di Indonesia” (Online) http://
Legowo, Evita H, Yanni
tehnikbudidayakelapasawit. blog-
Kussuryani, dan Iman K.
spot.com/2011/09/sejarah- perkem-
Reksowardojo. 2007. ´%LRIXHO
bangan-tanaman-kelapa. html
'HYHORSPHQWLQ,QGRQHVLDµ
(diakses pada 1 Juli 2013)
dipresentasikan pada USDA Global Conference on Agricultural
Oberman, Raoul, Richard Dobbs,
%LRIXHOV: Research and Economic,
dan Arief Budiman. 2012. 7KH
Minneapolis, Minnesota, pada 20-
$UFKLSHODJR(FRQRP\8QOHDVKLQJ
22 Agustus 2007.
,QGRQHVLD·V3RWHQWLDO McKinsey Global Institute. 125
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
3DQLJRUR$ULÀQ´0HUHEXW
IATMI Inspiring Talks pada 25
Masa Depan: Menyemai Energi,
Maret 2013.
Pangan, dan Pendidikan” Makalah yang disajikan dalam peringatan
Rubiandini, Rudi. 2013. “Migas
80 tahun Sumpah Pemuda di aula
dan Gas Bumi untuk Kemandirian
Barat ITB, Bandung, 31 Oktober
Energi” Presentasi yang disajikan
2008.
di Dewan Perwakilan Rakyat pada 27 Februari 2013.
Petrominer 3HWUROHXP0LQLQJ DQG(QHUJ\ . Edisi Maret 2013.
6LGGLN7DXÀN5´6WUDWHJL dan Pengembangan Energi
PISAgro. 2013. ´3DUWQHUVKLS
Alternatif di Indonesia”
IRU,QGRQHVLD·V6XVWDLQDEOH
dipresentasikan dalam Diskusi
$JULFXOWXUHµ dipresentasikan pada
Alumni FE Unpad pada 14
Palm Oil Working Group, Jakarta,
Februari 2013.
13 Maret 2013. Sirajudin, Effendi. 2009. Partowidagdo, Widjajono. 2012.
Memerangi Sindrom Negara Gagal:
“Energi dan Pembangunan
Transformasi Indonesia 2020
Berkelanjutan” presentasi yang
Mencapai Negara Entrepreneur
disajikan dalam Seminar Kebijakan
Maju. Jakarta: Kata Hasta
Energi Nasional, 4 Desember 2012.
Pustaka.
Republika, 16 Januari 2013.
Sizer, Nigel. 2012. ´7KH)DOVH
“Catatan Suram Migas, 10
&KRLFH%HWZHHQ3DOP2LODQG
Kontraktor Rugi Rp 10 Triliun”.
,QGRQHVLDQ)RUHVWVµ (Online) http://
(Online) http://www.republika.co.id/
insights. wri.org/news/2012/11/
berita/ekonomi/makro/13/01/16/
false-choice- between-palm-oil-and-
mgpqpd-catatan-suram-migas-
indonesian- forests (diakses pada 6
10-kontraktor-rugi-rp10-triliun.
Juni 2013).
diakses pada 6 Juni 2013. Rubiandini, Rudi. 2013. “Industri Hulu Migas Indonesia 2013: Tantangan dan Peluang” Presentasi yang disajikan dalam
Sumiarso, Luluk. 2010.
yang disajikan pada acara
“Kebijakan dan Rencana Strategis
Sosialisasi Teknis Implementasi
Pengembangan Energi Baru Ter-
Mandatori BBN di Sektor Industri
barukan dan Konservasi Energi”
yang diselenggarkan oleh
dipresentasikan dalam Pertemuan
Direktorat Jenderal Energi Baru
Tahunan Pengelolaan Energi
Terbarukan dan Konservasi Energi
Nasional pada 8 Desember 2010.
pada 4 Juni 2012.
Tabel - 3 : Produksi, Luas Areal
WoodMackenzie. 2013. ´5HYLHZRI
dan Produktivitas Perkebunan di
²6RXWK(DVW$VLD8SVWUHDP
Indonesia. (Online) http://www.
6HFWRUµ Volume Januari 2013.
deptan.go.id/Indikator/tabel-3-prod- lsareal-prodvitas-bun.pdf diakses pada 6 Juni 2013 UNDP. 2013. ´+XPDQ 'HYHORSPHQW5HSRUWV7KH5LVH RI7KH6RXWK+XPDQ 3URJUHVVLQ'LYHUVH:RUOGµ. New York: UNDP. (Online) http://hdr. undp.org (Online) diakses pada 6 Juni 2013. Wirawan, Soni Solistia, dan Armansyah H Tambunan. 2006. ´7KH&XUUHQW6WDWXVDQG3URVSHFWV RI%LRIXHO'HYHORSPHQWLQ ,QGRQHVLDµ dipresentasikan pada The Third Asia Biomass Workshop di Tsukuba, Japan, tanggal 16 November 2006. Wirawan, Soni Solistia. 2012. “Aspek Teknis Pemanfaatan BBN sebagai Bahan Bakar (Kasus Biodiesel)” presentasi 127
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati
Dr. (HC). Ir. Arifin Panigoro Founder Medco Group %LVQLVWHODKPHQMDGLEDJLDQWDNWHUSLVDKNDQGDODPNHKLGXSDQ$ULÀQ 3DQLJRUR/DKLUGDULNHOXDUJDSHGDJDQJ$ULÀQEDQ\DNPHQJKDELVNDQ masa kecilnya dengan membantu orang tuanya berjualan di toko yang terletak di jalan Braga, Bandung. Dari pengalamannya membantu orang WXDPHQMDODQNDQELVQLV$ULÀQEHODMDUEDQ\DNKDOPHQJHQDLHWLNDGDQ prinsip dalam berbisnis. $ULÀQPHQJHQ\DPSHQGLGLNDQ6Q\DGL,QVWLWXW7HNQRORJL%DQGXQJ MXUXVDQ7HNQLN(OHNWUR$ULÀQMXJDSHUQDKPHQJLNXWLSURJUDP6HQLRU ([HFXWLYH,QVWLWXWHRI%XVLQHVV$GPLQLVWUDWLRQ di Fountainebleau, Perancis yang dikoordinasikan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Karir bisnisnya dimulai pada tahun 1980 dengan mendirikan Meta Epsi Pribumi Drilling Co. Intuisi bisnis menggiringnya untuk membeli saham perusahaan minyak Stanvac pada 1995. Prinsip bisnis yang ditimba dari pengalaman hidupnya menghantarkannya sebagai IRXQGLQJIDWKHU Medco Group dan pemegang saham di sejumlah perusahan yang bergerak di bidang energi (RLODQGJDV), keuangan, hotel, fabrikasi, agrobisnis, IRXQGDWLRQEXLOGLQJ, danLQKRXVHWUDLQLQJ
6HODLQELVQLV$ULÀQMXJDDNWLIGLVHMXPODKRUJDQLVDVLVRVLDO kemasyarakatan, politik, dan olahraga. Ia tercatat sebagai anggota DPR RI hingga tahun 2009, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR dan MPR RI, NHWXD.RPLVL9,,,'355,$ULÀQMXJDSHUQDKPHQMDEDWVHEDJDLNHWXD umum sejumlah yayasan yang bergerak di bidang sosial dan sampai kini aktif sebagai ketua umum Persatuan Golf Indonesia. 3DGDWDKXQ$ULÀQGLDQXJHUDKLSHQJKDUJDDQGRFWRUKRQRULV FDXVD atau doktor kehormatan dari almamaternya, ITB di bidang WHFKQRSUHQHXUVKLS. Ia juga mendapat penghargaan Satya Lencana Penegak dari Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Peghargaan Perekayasa Utama Kehormatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Ia juga menulis sejumlah publikasi, di antaranya makalah berjudul Padi SRI Organik di Mata Sektor Swasta yang ditulis pada tahun 2008 dan disampaikan dalam Workshop Nasional Padi SRI Organik oleh Departemen Pertanian. Pengalaman dan pemikirannya tentang dunia bisnis yang cukup kaya juga dibukukan dalam buku berjudul Berbisnis Itu (Tidak) Mudah yang diterbitkan Medco Foundation tahun 2008. Di sela-sela kesibukannya memantau perkembangan Medco, $ULÀQPDVLKPHQ\HPSDWNDQGLULPHPEDJLLOPXGDQSHQJDODPDQQ\DGL beberapa kampus terkemuka. Ia pernah menjadi pembicara di Harvard Business School dalam mata kuliah Entrepreneurship and Family
Business pada tahun 2008. Selain itu, ia juga aktif memberikan kuliah umum di ITB, IPB, UGM, UI, dan beberapa kampus lainnya.
129
BEYOND 2014: Indonesia Jawara Energi Nabati