JADWAL MISA Misa Harian: Senin s/d Jumat 06.00 wib Hari Sabtu : 17.00 wib Hari Minggu : 06.30 - 09.00 - 17.00 wib Misa Jumat Pertama : 06.00 - 12.00 - 19.30 wib Adorasi Ekaristi: Setiap hari Senin 15.00 s/d 22.00 di Kapel ditutup pukul 22.00 dengan ibadat penutup (completorium) PENYELIDIKAN KANONIK (dengan perjanjian) Hari Senin, 17.00 – 18.30 wib Romo A.S. Gunawan, Pr. Hari Kamis, 17.00 – 18.30 wib Romo Anton Baur, Pr. PELAYANAN MISA REQUIEM DI GEREJA Dapat diselenggarakan pada hari Senin hingga Jumat. Hubungi Sekretariat Paroki. Website: www.parokisanmare.or.id Facebook Group: SanMaRe Kontribusi artikel, pengumuman, iklan:
[email protected]
04 Oktober 2015
Tahun VI – No.40
Betapa Luhur Sebuah Perkawinan Seorang romo merasa kecewa ketika seorang ibu muda berusia 22 tahun yang barusan menikah 6 bulan datang ke pastoran untuk menanyakan syarat-syarat perceraian di dalam Gereja Katolik. Dia mau bercerai dengan suaminya. Romo dengan keras meminta mereka pergi dari pastoran.
Romo mengatakan kepadanya, “Saya mempersiapkan kalian cukup lama melalui pembinaan pranikah sampai menikah di gereja itu untuk bersatu, bukan untuk bercerai.” Hal-hal tadi mencerminkan betapa lemahnya katekese dan pembinaan umat tentang sakramen-sakramen di dalam Gereja Katolik. Di samping itu keluarga-keluarga katolik juga mengalami kemunduran dalam memahami hakikat hidup berkeluarga dan kurangnya keluarga katolik sebagai model seperti keluarga kudus di Nazareth.
Bacaan-bacaan Kitab Suci dalam perayaan Ekaristi hari ini, terutama bacaan pertama dari Kitab Kejadian dan Injil Markus berbicara tentang nilai-nilai luhur sakramen perkawinan. Di dalam bacaan pertama, Tuhan menunjukkan rencana luhurnya untuk menciptakan manusia pria dan wanita. Tuhan bersabda: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja! Aku 1
akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia”. (Kej 2:18). Manusia pertama itu kemudian berkata, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan karena ia diambil dari laki-laki. Maka laki-laki meninggalkan orang tuanya dan bersatu dengan istrinya menjadi satu daging” (Kej 2:23-24). Hal penting yang patut kita ingat di sini adalah Tuhan menciptakan Hawa bukan untuk mencintai Adam tetapi supaya sepadan atau cocok dengan Adam. Mereka berdua juga saling menolong satu sama lain.
Orang-orang Farisi mengenal dengan baik Kitab Taurat tentang keluhuran perkawinan tetapi mereka mau mencobai Yesus. Mereka bertanya kepada Yesus apakah seorang suami boleh menceraikan istrinya karena Musa sendiri juga mengijinkannya dengan surat cerai (Ulangan 24:1-4). Yesus tidak menjawab ya atau tidak tetapi mengatakan bahwa adanya perceraian di atas dasar surat cerai yang dibuat oleh Musa karena “ketegaran hati” mereka. Tetapi Tuhan sendiri tidak memiliki rencana apa pun untuk memisahkan relasi pria dan wanita dalam perkawinan. Sejalan dengan Kitab Kejadian, Markus menulis, “Allah pada mulanya menciptakan laki-laki dan perempuan dan laki-laki itu akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya supaya menjadi satu daging sehingga apa yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan manusia”. (Mrk 10:6-9).
Pertanyaan yang muncul adalah apa tujuan Tuhan menetapkan perkawinan? Hubungan perkawinan antara laki-laki dan perempuan, yang didasarkan dan didukung dengan hukumhukumnya sendiri oleh Tuhan sang Pencipta, bertujuan untuk persatuan dan kebaikan suami dan istri dan mempunyai serta mendidik anak-anak. Untuk tujuan yang mulia ini maka perkawinan itu tidak dapat diceraikan. Yesus dalam Injil hari ini mengatakan, “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (Mrk 10:9). Lebih keras lagi Yesus berkata, “Barangsiapa menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan dengan istrinya itu. Dan jika istri menceraikan suaminya lalu kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zina” (Mrk 10:11-12) Keluhuran perkawinan terletak pada kesepadanan suami dan istri. Namun demikian ada saja dosa yang dapat mengancam perkawinan. Akibat dosa asal maka persekutuan laki-laki dan perempuan seringkali terancam oleh ketidakharmonisan dan ketidaksetiaan. Dosa-dosa dalam perkawinan adalah perzinahan, poligami, menolak untuk tidak memiliki anak dan perceraian. Perzinahan dan poligami bertentangan dengan kesetaraan martabat pria dan wanita. Menolak untuk tidak mempunyai anak bertentangan dengan anugerah untuk mempunyai anak dalam perkawinan. Perceraian tentu bertentangan dengan sifat tak terceraikannya perkawinan. Namun demikian harus diingat bahwa Tuhan selalu mempunyai rencana ilahi bagi setiap orang untuk tetap bersatu.
Sabda Tuhan menguatkan dan meneguhkan semua keluarga: suami dan istri yang telah dipanggil secara istimewa untuk menjadi kudus lewat empati dan pengorbanan diri. Suami dan istri juga dipanggil untuk memberikan diri secara total, sebab mereka diciptakan sepadan dan mereka menjadi satu daging. Maka para pasutri ingatlah, berikanlah dirimu secara total bukan memberi diri setengah-setengah kepada pasanganmu. Kita berdoa semoga Tuhan memelihara dan mempersatukan suami dan istri dalam sakramen perkawinan selamalamanya.*** Disadur dari artikel P. John Laba SDB di http://pejesdb.com
2
Kolom ini diasuh oleh Romo Anton Baur Pr.
BAPA GEREJA
Stefanus, Martir Pertama (bagian 1) Marilah kita kini mengenali seorang tokoh agung di awal Gereja, yakni St. Stefanus, Sang Martir Pertama. Ia adalah tokoh dari kelompok tujuh sahabat. Dalam Tradisi Gereja, kelompok ini menjadi benih dari tumbuhnya pelayanan diakon. Kita bisa melihat betapa penting peranannya dan kita jumpai kisanya dalam dua bab tersendiri dalam Kisah Para Rasul (Kis 6-7). Kita akan mengenali St. Stefanus dari teks Kisah Para Rasul yang ditulis oleh Lukas. Cerita tentang St. Stefanus dimulai dengan adanya situasi perkembangan Gereja perdana di Yerusalem. Gereja tumbuh dari sebagian orang Kristen Yahudi, tetapi sebagian berasal dari tanah Israel yang disebut orang-orang Ibrani, dan juga orang-orang Yahudi berbahasa Yunani (mereka ini tinggal diaspora—tidak menetap— tetapi tetap beriman Yahudi Perjanjian Lama). Terkait dengan keaneka-ragaman jemaat, muncullah sebuah permasalahan baru dalam jemaat, yakni tentang orang-orang miskin di antara orang Yahudi yang berbahasa Yunani, khususnya para janda, yang tidak memiliki dukungan sosial apapun. Mereka terabaikan dalam pelayanan kebutuhan sehari-hari. Untuk itulah, para rasul kemudian memilih orang-orang yang “terkenal baik, dan penuh Roh dan hikmat” dalam membantu para rasul melayani orangorang miskin Yahudi berbahasa Yunani (Kis 6:2-4). Mereka itu adalah “Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia” (Kis 6:5). Para rasul berdoa atas mereka dan menumpangkan tangan atas mereka. Upacara penumpangan tangan ini sudah menjadi tradisi yang hidup dalam Perjanjian Lama, seperti Musa yang menumpangi tangannya atas Yosua (Bil 27:18-23), sebagai tanda perutusan. Dengan cara yang sama, Gereja Antiokhia menandai perutusan Paulus dan Barnabas dalam misi kepada bangsa-bangsa (Kis 13:3). Dalam pengutusan Timotius pun, tindakan penumpangan tangan dari Paulus menjadi tanda utamanya. Timotius menerima tanggung jawab resmi (1 Tim 4:14; 2 Tim 1:6). Penumpangan tangan ini seiring dengan penegasan Roh Allah yang turun dan menyertai. Tradisi ini tumbuh dan berkembang dalam Gereja sampai dengan saat ini, khususnya dalam pelayanan sakramental. Dari sini, tampak jelas bahwa penumpangan tangan atas St. Stefanus dan rekan-rekannya menjadi pemberian tugas resmi dari Para Rasul dan juga permohonan rahmat agar dapat menjalani tugas perutusan itu dengan penuh sukacita. St. Stefanus yang diutus itu, melayani pewartaan Injil kepada orang-orang sebangsanya, termasuk “orang-orang Yahudi berbahasa 3
Yunani”. Bukan hanya itu, Lukas mengisahkan bahwa St. Stefanus itu “penuh dengan karunia dan kuasa” (Kis 6:8). Kharisma inilah yang mengantar St. Stefanus memberikan sebuah penafsiran baru tentang Musa dan hukum Allah sendiri. Ia membaca kembali Perjanjian Lama dalam terang iman sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Ia memberikan sebuah penafsiran secara Kristologis pada Perjanjian Lama. Tindakannya inilah yang menimbulkan reaksi keras dari orang-orang Yahudi. Mereka menganggap bahwa St. Stefanus menghujat Allah (Kis 6:11-14). Atas dasar itulah, kemudian ia dihukum mati dengan cara dirajam batu. Lukas menyampaikan kotbah terakhir orang kudus ini, yang sekaligus meringkaskan aktivitas pewartaan Injilnya. St. Stefanus menunjukkan bahwa misteri salib adalah pusat seluruh sejarah keselamatan, dan bahwa Yesus yang disalibkan dan bangkit adalah sungguh tujuan dari seluruh sejarah ini. St. Stefanus juga menekankan, ibadat di bait suci telah dilampaui dan Yesus yang bangkit adalah Bait Allah yang benar dan baru. Sikap dan perkataannya untuk “tidak” terhadap bait suci dan ibadat didalamnya, mengantarnya pada pada penghukuman. Dalam penghukumannya, ia melihat “melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah” (Kis 7:56). Yang istimewa adalah St. Stefanus berdoa kepada Tuhan, “jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka” (Kis 7:60). (Bersambung)
Rekoleksi Calon Penerima Sakramen Penguatan Sebagai penutup masa pendampingan yang telah berlangsung selama 9 kali pertemuan di wilayah masing-masing, diundang seluruh calon Penerima Sakramen Penguatan beserta Pendamping Wilayah untuk mengikuti acara Rekoleksi yang akan diadakan pada: Hari/tanggal Jam Tempat
: : :
Pembimbing
:
Sabtu, 17 Oktober 2015 09.00 – 12.30 Dewasa : Aula Sanmare Remaja : Ruang Kelas Lt. 3 Dewasa : Rm. V. Adi Prasojo, Pr Remaja : Rm. Anton Baur Asmoro, Pr.
Dimohon kehadirannya tepat waktu. 4
KELUARGA
Pesan Paus dalam Kunjungan di Kuba dan AS Sinode Keluarga di Roma akan segera mulai tgl 4 – 25 Oktober 2015. Dalam rangka persiapan Sinode Keluarga itu Paus Fransiskus berbicara banyak sekali tentang keluarga selama kunjungannya ke Kuba dan Amerika. Menurut Radio Vatican yang kebetulan saya dengar lewat Radio Streaming, Paus menyiapkan 26 khotbah dan sambutan selama perjalanan itu, empat khotbah dalam bahasa Inggris dan sisanya dalam bahasa Spanyol. Paus bicara dalam bahasa Inggris kepada Kongres Amerika, karena Kongres adalah perwakilan rakyat Amerika yang berbicara bahasa Inggris. Hal itu untuk menunjukkan penghormatan kepada rakyat Amerika. Kalau tidak salah, hanya Paus Fransiskus ini yang pertama kali bicara kepada Kongres Amerika. Sedangkan di PBB, Paus pidato dalam bahasa Spanyol karena bahasa Spanyol adalah salah satu bahasa resmi yang bisa dipakai di PBB. CNN International menyiarkan secara penuh kunjungan Paus di Amerika. Kebetulan saya menonton beberapa saja dari CNN itu, salah satu di antaranya adalah pertemuan Paus dengan keluarga-keluarga di Philadelphia yang berlangsung sampai jam 22.00 malam atau jam 10.00 pagi waktu Pineleng, Sulawesi Utara. Uskup Agung Philadelphia, Mgr. Charles Joseph Chaput OFM, mendampingi Paus dalam pertemuan itu. Uskup Chaput sering muncul dalam pemberitaan di Amerika karena kepandaiannya menulis dan berkhotbah. Sebelumnya Mgr. Chaput adalah Uskup Agung di Denver lalu diinstalasi (dipindahkan) ke Keuskupan Agung Philadelphia yang lebih besar dan menjadi tuan rumah Pertemuan Keluarga Nasional di Amerika. Paus bicara dalam Pertemuan Keluarga itu begitu lama, santai, mendalam, membuat humor, sepertinya Paus menikmati kebersamaan berada di tengah-tengah keluarga. Paus menegaskan perlunya memberikan perhatian kepada anak-anak dan opa-oma dalam keluarga, dan mereka bertepuk tangan tanda setuju dan tanda terharu karena perhatian Paus begitu konkret. Dalam pertemuan keluarga di Benjamin Franklin Parkway itu, Paus mengatakan, “Keluarga adalah jaminan pengharapan dan kebangkitan. Kita harus membela keluarga, karena masa depan tergantung darinya. Bangsa yang tidak memperhatikan anak-anak dan opa-oma adalah bangsa yang tidak memiliki masa depan, karena mereka tidak memiliki kekuatan dan kenangan utuk maju ke depan. Anak-anak dan opa-oma adalah kekuatan dan kenangan itu, yang diperlukan oleh keluarga-keluarga untuk membangun masa depannya.” 5
Paus melanjutkan renungannya tentang keluarga dengan spontan dan mengesampingkan teks yang telah disiapkan. Paus mulai dengan mengutip pertanyaan seorang anak padanya pada suatu hari: Bapa... apa yang Tuhan lakukan sebelum menciptakan dunia ini? Paus berkata, “Saya mau mengatakan kepada kaliam semua di sini bahwa saya berfikir keras untuk menjawab pertanyaan itu, dan sekarang saya ingin katakan jawabannya kepada kalian: Sebelum menciptakan dunia ini, Allah mengasihi! Karena Allah adalah kasih. Kasih-Nya begitu besar (His love was so huge). Dan kasih Allah yang begitu besar itu tidak dapat bersifat egois, melainkan keluar dari diri-Nya, Allah membagi-bagikan kasih-Nya kepada ciptaan di luar diri-Nya.” Lanjut Paus, “Demikianlah, Allah menciptakan dunia dan segala isinya. Allah menciptakan dunia yang begitu indah tempat kediaman kita ini dan yang sedang kita hancurkan sendiri ini. Hal terindah yang Allah lakukan menurut Kitab Suci adalah menciptakan keluarga. Allah menciptakan manusia dan memberikan kepada mereka semuanya. Ia memberikan kepada mereka dunia ini. Semua cinta kasih-Nya, Allah tumpahkan ke dalam ciptaan, yaitu kepada keluarga. Semua keindahan kasih dan kebenaran yang ada pada Allah diberikanNya kepada keluarga. Dan sebuah keluarga hanyalah keluarga ketika mereka membuka kedua tangannya untuk menerima kasih Allah itu.” Paus meneruskan, “Memang dalam keluarga bukan hanya terasa surga. Kehidupan memiliki banyak masalah. Kejahatan pertama, Kain membunuh Abil juga terjadi di dalam keluarga. Dan perang pun terus terjadi di mana-mana. Jadi, di satu pihak kita memiliki segala keindahan dan kebenaran kasih Allah dan di lain pihak kita menyaksikan penghancuran perang. Sekarang kita berjalan di antara celah kedua lorong itu, dan tergantung dari kita sendiri, jalan mana yang akan kita tempuh? Marilah kita ingat kembali ketika manusia pertama dan isterinya membuat kesalahan dan menjauh dari Allah. Tetapi Allah tidak meninggalkan mereka karena Allah mengasihi mereka. Allah justeru memutuskan untuk menemani mereka dan berjalan bersama-sama dengan manusia, sampai waktunya tiba ketika Ia menyatakan kasih-Nya yang paling besar dengan memberikan Putera-Nya. Dan ke mana Allah mengutus Sang Putera itu? Ke dalam sebuah keluarga!” Masih banyak yang diucapkan Paus dan dicatat oleh Andrea Tornelli, tidak lupa pula bagian Paus membuat humor. Paus mengatakan, “Mungkin beberapa dari kalian akan mengatakan kepada saya, “Paus berbicara seperti itu karena Anda tidak berkeluarga. Hidup berkeluarga itu susah; kami menghadapi banyak kesulitan, sering bertengkar, sering terjadi piring terbang. Anak-anak sering membuat kepala pusing. Saya tidak mau tambah lagi kesulitan-kesulitan yang datang dari mama mantu... (dan semua tertawa riuh...). Memang, salib selalu hadir dalam keluarga karena kasih Allah, karena Putera Allah membuka jalan keselamatan bagi kita. Di balik salib hadirlah cahaya kebangkitan karena Putera Allah telah membuka jalannya. Keluarga adalah tempat terjadinya pengharapan dan kebangkitan itu.” Catatan P. Sujoko, MSC di
[email protected] 6
JADWAL LITURGI MINGGU BIASA XXVIII, 11 Oktober
MINGGU BIASA XXIX, 18 Oktober
Sabtu, 10 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Beatrix Lektor: Adriana. P / Jeanne Atlanta A . A . P Putra/i Altar: Vincentius Adrian Laurens Nestya Pradhana, Fransisca Vannia Rahmadi, Ivana Permatasari Ariesta, Felicia Safira Rahardjo, Fransiskus Arya Kusuma Aji, Margaretha Sheren Angela Asroyo, Catarina Jennifer Juwana, Thomas Aldi Adi Saputro, Josephine Isabel Varella, Villda
Sabtu, 17 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Regina Lektor: Carin Faradina / Yasinta Dhyaning Putra/i Altar: Catherine Inez Maharani P., Caroline Susan Mahadewi Gadis Amara, Agata Anjani Cita Permata Kusuma, M. F. Chelsea Novelia Prodigma Gunawan, Seraphine Archangela Girlani Oktafandi, Kevin Bagas K., Irenne Yudia Hagaina Tarigan, Shannon Wijaya, Y. Purba Sangga Becik, Th. Avilla
Minggu, 11 Oktober, pukul 06.30 Koor dan Tatib: Sta. Yosephine Bakhita Lektor: Ninuk Djonowardjoko/Marta Francisca Putra/i Altar: Gabriela Alexander Putri, Giacinta Maretha Prita Pradita, Peter Bradley, M. Yosilia Paskalovana, I. Xestopongiamura, Brigitta Stephanie, Y. Emarina, Helena Keren Imanuela, Benedict Matthew Sukieche, Alvin Kindy Setiawan Prodiakon Bambang Tedjo Nugroho, Haryono Widarta, Daniel Bala Batti, Lily Irene Tantra, Hartawan Makmur, Heru Santosa
Minggu, 18 Oktober, pukul 06.30 Koor dan Tatib: St. Yohanes de Brito Lektor: Mariska Vergina / Benedicta Gita Adinda Putra/i Altar: Patricia Dias Riandari, Jonathan Mark, Maria Kiara Anindita, Josephine Marie Yohana, Andreas Widiatmoko Prabowo, Ignatius Prayogo, Gabriela Liviana, Catarina Jennfier Juwana, Gabriel Randall W Prodiakon Yadi Djuhandi, Ping Julianto Widjaja, Willem Dagi, Yuliana Yelly, Agnes A. Sayan Rampisela, Albertus Sugianto Supriadi
Minggu, 11 Oktober, pukul 09.00 Koor dan Tatib: St. Gregorius Lektor: Maria Conipra / F.X. Wibowo Putra/i Altar: Th. Aurora, M. Lilian Dharmautama, Laurentius Melvin Pratama, A. A. Goenawan, G. Liviana, Christopher Satrio Binatoro, DeBritto Maurizt Angara Sitorus, Elisabeth Anggitasari Hartawan, Gabriela Putri, Stevanus Winata Prodiakon: G. Godong, Temmy Royani, P. August Liqui, Soetojo Dharmadi, Tjhong Vincentius, Y. Pudjiastoto, Gatot Kusumo A., Bayu Rajasa, Arden Andreas Barus, Fifi Amaliawaty, Fl. Ratna Supeni
Minggu, 18 Oktober, pukul 09.00 Koor dan Tatib: St. Theodorus Lektor: Boyke Indrasakti Aveanti / Christiana E.N. Hendarjudani Putra/i Altar: Sekolah Mentari Prodiakon: Wahid Gunawan, Saras Damai Susetyo, Irwan Wijaya, Agustono Widjaja, Helfina M. Tisnakusuma, Marcus B. Samosir, Maryono Suwargo, Romualdus Ponidjan, Hesti Purbaningsih, Yasinta Fatmawati, Yustinus F. Irjayanto, Agnes Bertha Tabarani, Alfonsus Haryanto, Anna Retno Hapsari, Yustinus T.
Bacaan: Keb. 7:7-11; Mzm. 90:12-13,14-15,1617;Ul:14; Ibr. 4:12-13; Mrk. 10:17-30 Saran Lagu: PS 320, 368, 369, 376, 671, 690, 697, 846, 961
Regina
Bacaan: Yes. 53:10-11; Mzm. 33:4-5,1819,20,22;Ul:22; Ibr. 4:14-16; Mrk. 10:42-45 Saran Lagu: PS 377, 381, 483, 536, 541, 657, 682, 690, 693, 815, 962
Revabelle Maharani Prodiakon: Heribertus Darno, Agus Munandar, Prodiakon: George Pangemanan, Ferry Kodrat, Joachim Sulistyo, Rinto Setiono, Royandi Ernestus Gunawan Gunarso, Didik Wiryawan AP, Fl. DP, Gunawan Wibowo, Yohanes Soeryanto Rismantoro, Gregorius Suyanto Utomo, Yoseph Santoso, Agustinus Fadjar AS Martahan Sitorus, Lucas Hanifa Natahusada
7
H., G. Th. Supit, I. Y. Supriyanto, Saly Listiyadhi, Ingewati Kusuma, Heru Yuniriyanto, Didi Hartanto, V. Kani, Y. Yendi, Rudyanto Gunawan, Dwi Respati, Bambang Sulistyo P
Mudjihardjo, Agustinus Darmawan, Metty Suprapti, Antonius E. Nelwan, Agung Wahyu Wibowo, Felicianus Purnawan Solihin, Fransiskus P. Narendra, Heribertus Darno
Minggu, 11 Oktober, pukul 17.00 Koor: PS Sanmare, Tatib: St. Petrus Lektor: Immanuella Talenta / Mahendra Putra/i Altar: A. Anjani Cita Permata Kusuma, M. Fransiska Chelsea Novelia Prodigma Gunawan, P. Winton Fernandes Tambunan, S. Ferdinand Tambunan, P. Quina Gita Naviri, K. Sari Kusuma Dewi Mursito, B. C. Kartikasari Sutandi, T. Gerwyn Jovian, J. Stevandhy, K. Stevandhy Prodiakon: F. A. Soedjarno, Donanta Octaviardi, Noegroho Tjiptorahardjo, Esther Meinelsa Manurung, Kamilus Arifin, Maria Yoke Edna, Petrus Lazarus Mardjono, Hadi Susanto, Hendrawan Thiodorus, Joannes Suharno
Minggu, 18 Oktober, pukul 17.00 Koor dan Tatib: Sta. Agatha Lektor: B. Diana Proditasari / Ag. Supratikno Putra/i Altar: YM Jonathan Glenn Paskalis, Theodorus Albert Winata, Christopher Satrio Binatoro, Petrus Jason Bhaskara, Patricia Quina Gita Naviri, Maria Tania Pangastuti, Benigno Areli Siswoko, Benedicto Siswoko, Albertus Alexander Goenawan, Eugenia Puspa Pitaloka Prodiakon: Agus Munandar, Esther Meinelsa Manurung, Rinto Setiono, Royandi Ernestus DP, Gunawan Wibowo, Yohanes Soeryanto Santoso, Agustinus Fadjar AS, Bambang Tedjo Nugroho, Haryono Widarta, Daniel Bala Batti
PENGUMUMAN 1. Legio Maria Yunior “Ratu Para Malaikat” mengajak partisipasi umat untuk bergabung pada setiap Kamis pukul 16:30 – 18:00 bertempat di Kapel PA. Abhimata, Jl. Mertilang IV Blok. KA II No. 31 -37 Bintaro Jaya Sektor 9 Tangerang Selatan. 2. Kursus Persiapan Perkawinan di Gereja SanMaRe diadakan pada hari Sabtu & Minggu, tanggal 28 - 29 November. Pendaftaran kursus di Sekretariat. 3. Latihan Koor Anak dan Remaja diadakan setiap Sabtu, pukul 15:00 di ruang kelas 301. 4. Akan saling menerimakan Sakramen Pernikahan Pengumuman ke I: - Emil Syah Putra Barita Pasaribu dari Lingk. St. Bartolomeus dengan Serevina Siahaan dari Paroki Sta. Monika – Serpong. Pengumuman ke II: - Vincentius Wendy Gunawan Lingk. St. Fransiskus Xaverius dengan Gabriella Phil Bertha Handoyo dari Paroki St. Kristoforus – Grogo – Jakarta Barat. Akan dilaksanakan Pemberkatan Pernikahan Pengumuman ke I: - Natalie Mariana Kaunang dari Lingk. St. Theodorus dengan Achmad Tanaka Satriawardhana dari Sukarasa – Bandung. Barangsiapa mengetahui adanya halangan untuk perkawinan tersebut, wajib memberitahu Pastor Kepala Paroki. KB-TK-SD-SMP-SMA RICCI II Membuka Pendaftaran Siswa Baru Tahun Ajaran 2016/ 2017 mulai tanggal 01 Oktober 2015. Hubungi segera: 7355891 / 7361674 IKLAN BARIS – Wahana bagi umat yang ingin mengiklankan informasi lowongan pekerjaan atau mencari pekerjaan. Materi iklan diserahkan ke sekretariat paroki setiap hari kerja atau email ke:
[email protected] 8