EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
PENDAHULUAN Bandung adalah salah satu kota yang mempunyai penduduk dengan kreatifitas yang tinggi. Kreatifitas tersebut erat kaitannya dengan berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk. Berbagai ide bermunculan untuk menghasilkan produk-produk dengan inovasi yang bervariasi. Selain itu, sejarah membuktikan bahwa Bandung adalah salah satu pusat musik dan mode di Indonesia. Musik dan mode adalah beberapa bidang industri kreatif (Kementerian Perdagangan RI, 2014). Bandung adalah salah satu kota yang mempunyai penduduk dengan kreatifitas yang tinggi. Kreatifitas tersebut erat kaitannya dengan berbagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh penduduk. Berbagai ide bermunculan untuk menghasilkan produk-produk dengan inovasi yang bervariasi. Selain itu, sejarah membuktikan bahwa Bandung adalah salah satu pusat musik dan mode di Indonesia. Musik dan mode adalah beberapa bidang industri kreatif (Kementerian Perdagangan RI, 2014). Berdasarkan RPJPD Kota Bandung bahwa Visi Daerah Kota Bandung pada tahun 2025 adalah: “Kota Bandung Bermartabat” (Bandung
Dignified City), pada
misi ke 3 yang terkait dengan Kota Kreatif yaitu Mengembangkan kehidupan sosial budaya kota yang kreatif,
berkesadaran tinggi serta berhati nurani. Begitu pula dijabarkan dalam RPJMD Kota Bandung 2013-2018, pada Misi ke 4 yaitu Membangun perekonomian yang kokoh, maju, dan berkeadilan, tujuan ke 2 Membangun perekonomian kota yang maju, dan sasaran ke 10 Berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif. Dengan ditetapkannya sasaran tersebut, maka ada target yang harus dicapai dalam parameter Bandung sebagai kota kreatif yang meliputi kebijakan; infrastruktur; aspek hukum, HKI dan etika kreatif; sistem pendukung; kapasitas dan kontribusi ekonomi kreatif dengan arah kebijakan (1) fasilitasi kegiatan komunitas kreatif terkait aktivasi sub sector ekonomi kreatif; (2) mengembangkan sistem inovasi daerah (SIDa) melalui penguatan Quadro Helix untuk mendukung pencapaian Bandung Kota kreatif. Dengan target yang harus dicapai pada tahun 2016 adalah pada predikat memadai dalam pelaksanaan ekonomi kreatif. Untuk mencapai target RPJMD tersebut, tentu perlu keterlibatan semua stakeholder terkait, program-program yang diusung yaitu: Program Pengembangan Infrastruktur Kota Kreatif, Program pengembangan ekonomi kreatif dan teknopolis, Program Penelitian dan Pengembangan, dan Program Peningkatan peran serta kepemudaan. SKPD terkait diantaranya DBMP, Diskamtam, Dishub, Disbudpar, Diskominfo, Bappeda, Bagian Hukum, Dinas KUKM Indag, Bagian Perekonomian, Dinas KUKM Indag, Disdik, Disbudpar, BKBPM dan Dispora.
1
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Namun demikian keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam berbagai program kegiatan tentu harus diukur dengan alat ukur penilaian indikator Kota Kreatif yang mana sampai saat ini Indoenesia di bawah kementrian Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Republik indoenesia belum memuiliki Indikator Penilaian Kota Kreatif. Untuk itu perlu kiranya Bandung memiliki INDIKATOR PENILAIAN kota kreatif, sehingga semua upaya yang sudah dilakukan oleh seluruh steakholder terkait peklaksanaan Kota Kreatif dapat dinilai secara terukur. MAKSUD, TUJUAN, DAN SASARAN Maksud dari Kajian ini adalah Melakukan analisis PENILAIAN INDIKATOR KOTA KREATIF untuk
mengevaluasi pencapaian Kota
Bandung sebagai Kota Kreatif dalam merealisasikan sasaran misi ke-4 sasaran ke-10 RPJMD 2013 – 2018. Adapun tujuan dari kajian ini diantaranya adalah:
1.
Merumuskan parameter yang digunakan sebagai alat ukur penilaian indiaktor Kota Kreatif;
2.
Memetakan kondisi eksisting dan permasalahan Bandung sebagai Kota Kreatif sesuai dengan parameter alat ukur penilaian Kota Kreatif;
3.
Menganalisis pencapaian target Kota Bandung sebagai Kota Kreatif dalam upaya pencapaian sasaran misi ke-4 RPJMD 2013 – 2018 yang meliputi kebijakan infrastruktur; aspek hukum; sistem pendukung; kapasitas dan kontribusi ekonomi kreatif didalam program kegiatan Pemerintah Daerah;
4.
Menyusun rekomendasi Startegi kebijakan dan tahapan pelaksanaan Pemkot Bandung untuk pencapaian target kota kreatif sesuai RPJMD 2013-2018.
Sedangkan, sasarannya yaitu: 1. Terumuskannya parameter indikator Kota Kreatif sebagai turunan dari kriteria Kota Kreatif menurut Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF); 2. Terpetakannya kondisi eksisting Bandung sebagai Kota Kreatif sesuai dengan parameter alat ukur penilaian Kota Kreatif; 3. Teranalisisnya permasalah terkait Pencapaian Bandung sebagai Kota kreatif; 4. Terevaluasinya pencapaian indikator Kota Kreatif sesuai Misi ke 4 yang meliputi kebijakan infrastruktur; aspek hukum; sistem pendukung; kapasitas dan kontribusi ekonomi kreatif didalam program kegiatan Pemerintah Daerah; 2
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF 5. Tersusunnya rekomendasi Startegi KEBIJAKAN PELAKSANAAN dan TAHAPAN PELAKSANAAN
EXSUM
Pemkot Bandung untuk
pencapaian target Bandung sebagai kota kreatif sesuai RPJMD 2013-2018. GAMBARAN EKONOMI KREATIF DI KOTA BANDUNG Menurut Dokumen Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung tahun 2014-2018, terdapat tiga sektor utama industri ekonomi kreatif yakni kuliner, fashion, dan kerajinan secara nyata telah tersedia di Kota Bandung. Sektor ekonomi kreatif yang secara nasional telah menyerap 11,872 persen dari total keseluruhan serapan tenaga kerja nasional ini secara factual merupakan lahan pekerjaan baru yang menjanjikan bagi para tenaga muda yang membutuhkan lahan kreasi untuk mengekspresikan karya nyata dalam proses pembangunan. Berdasarkan data statistik ekonomi kreatif yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, laju pertumbuhan ekonomi kreatif pada tahun 2013 mencapai 5,76 persen dan laju pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 5,74 persen. Sektor kreatif ini mampu menyedot tenaga kerja 11,872 persen dari total serapan tenaga kerja nasional dan menjadi penyumbang PDRB terbesar. Ketiga sektor unggulan tersebut juga dimiliki oleh Kota Bandung yang dikenal masyarakat dengan istilah pusat kuliner, fashion bahkan memiliki sentra-sentra kerajinan unggulan. Menurut dokumen Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung tahun 2014-2018, ekonomi kreatif akan dapat berkembang dengan pesat apabila interaksi triple helix yang terdiri dari intelektual, bisnis dan pemerintah sebagai para aktor utama penggerak roda perekonomian dapat terus membangun sinergi dalam melahirkan kreativitas, ide ilmu pengetahuan dan teknologi yang vital bagi bertumbuhnya industri kreatif. Hubungan yang erat, saling menunjang, berkolaborasi dan simbiosis mutualisme antara ketiga aktor di atas, akan menentukan pengembangan ekonomi kreatif yang kokoh dan berkesinambungan. Tentunya dalam kerangka landasan dan pilar-pilar model ekonomi kreatif. Sejalan dengan kebijakan nasional, Kota Bandung memiliki semangat yang sama untuk mengembangkan industri-industri ekonomi kreatif yang dikembangkan dengan masyarakat secara mandiri dan tidak selalu tergantung pada anggaran pemerintah daerah, sebagaimana visi pembangunan daerah yang dimuat didalam Dokumen Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung tahun 2014-2018, yaitu” Kota Bandung Bermartabat” yang dicapai melalui 6 (enam) misi pembangunan, seperti: 1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang handal dan religious 3
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF 2. Mengembangkan Perekonomian kota yang berdaya saing 3. Mengembangakan kehidupan sosial budaya kota yang kreatif, berkesadaran tinggi serta berhati nurani 4. Meningkatkan tata kelola Pemerintahan yang efektif, efisien, akuntabel, trasnparan 5. Mengembangkan sistem pembiayaan kota terpadu Misi yang berkaitan langsung dengan industri kreatif dan ekonomi kreatif ialah misi nomor 2 (dua) dan 3 (tiga), dimana penjabaran untuk setiap misi tersebut ialah terfokus pada pariwisata yang berdaya saing, sistem koordinasi, dan terwujudnya multikulturalisme dalam lingkungan Sunda yang inklusif. Data pertumbuhan ekonomi yang dijabarkan dalam Pendapatan Domestik Regional Bruto secara sektoral di Kota Bandung, menunjukan bahwa pertumbuhan tertinggi kontribusi sektoral dari tahun 2008 hingga 2012 ditempati oleh sektor bangunan/konstruksi, yaitu mencapai 54,41%. Kemudian di posisi kedua dan ketiga ialah sektor perdagangan, hotel, dan restoran (52,0%) serta pengangkutan dan komunikasi (51,11%). Industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia tahun 2007 dan Perda Nomor 18 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung, adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industri kreatif juga menjadi salah satu basis ekonomi sebagai mana tercantum dalam tujuan penataan ruang Kota Bandung, yaitu “mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional. Rencana pengembangan industri rumah tangga yang merupakan industri kreatif dalam RTRW Kota Bandung, terdiri dari: a) Penetapan dan pengembangan indutsri rumah tangga yang meliputi sentra kaos Surapati, sentra tekstil Cigondewah, sentra boneka Sukamulya, sentra rajutan Binongjati, sentra sepatu olahan kulit Cibaduyut, dan sentra industri potensial lainnya yang dapat dikembangkan. b) Pengembangan fasilitas kota yang menunjang kegiatan industri rumah tangga c) Revitalisasi bangunan tua/bersejarah menjadi bagian dari industri rumah tangga.
4
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF Salah satu indikator untuk mengukur industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2007) ialah seperti : 1) produk Domestik Bruto (PDB); 2) ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan; dan 3) dampak terhadap sektor-sektor lain atau disebut juga dengan sebeapa banyak sektor industri kreatif tersebut menimbulkan efek berganda kepada sektor lainnya Pertumbuhan industri Kota Bandung mengalami trend penurunan yang cukup signifikan, seiring dengan semakin tingginya tingkat persaingan di sektor industri dan makin terbukanya pasar secara global/regional yang mengakibatkan pertumbuhan industri Kota Bandung mengalami trend penurunan. Jika pada tahun 2008 pertumbuhan industri mencapai 22,18%, di tahun 2012 pertumbuhannya mengalami penurunan yang signifikan menjadi hanya sebesar 0,72%. Akan tetapi, disisi lain perkembangan industri yang positif ditunjukan oleh perkembangan industri kreatif, dengan dukungan sumber daya manusia dan keberagaman budaya lokal. Industri ini diprediksi akan semakin berkembang, disebabkan Kota Bandung memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi kota kreatif, dimana terdapat 15 sektor industri kreatif yang secara umum marak di Kota Bandung dan sekitarnya seperti pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Jenis Industri Kreatif Di Kota Bandung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Industri Kreatif Periklanan Arsitektur Benda seni Kerajinan Desain Fesyen Video, Film & Fotografi Permainan Interaktif Music Seni Pertunjukan Penerbitan dan Percetakan 5
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF No 12 13 14 15
Jenis Industri Kreatif Layanan Komputer dan Piranti Lunak Televisi dan Radio Riset dan Pengembangan Kuliner Sumber: RPJMD Kota Bandung Selain itu, Kota Bandung juga memiliki berbagai sentra industri dan perdagangan dengan berbagai komoditas yang menjadi fokus unggulannya. Dengan pembinaan, perencanaan, dan insentif yang baik, sentra-sentra ini diharapkan dapat berkembang dan memberikan kontribusi yang besar bagi perkembangan Kota Bandung.Hingga tahun 2012 telah terdapat 13 sentra industri yang telah dikembangkan di Kota Bandung. Ke depan pengembangan sentra industri dan perdagangan melalui pengembangan konsep “competitive district” dengan fokus bidang tertentu harus lebih dikembangkan. Kebutuhan untuk menuntaskan permasalahan ekonomi dengan mengedepankan pertumbuhan ekonomi kreatif menjadi penting, karena ekonomi kreatif lebih mengedepankan aspek nilai tambah ekonomi yang memberikan kesempatan luas kepada masyarakat dalam mencari jalan keluar dari keterbatasan sumberdaya modal dan barang. Sejauh ini, Kota Bandung didalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah telah menetapkan bahwa jenis industri yang dapat diterima adalah industri non polutan. Dengan keterbatasan daya dukung dan daya tampung lingkungan Kota Bandung, kegiatan ekonomi kreatif ini diyakini berkontribusi minimal dalam perusakan lingkungan. Selain ekonomi kreatif yang telah mengalami pertumbuhan luar biasa di Kota Bandung, creative tourism merupakan potensi kreatif lain yang juga memiliki peluang besar dikembangkan untuk memperkuat daya saing kawasan wisata di tanah air. Dalam konsep pariwisata kreatif, turis bukan hanya diajak menyaksikan hasil akhir dari sebuah pertunjukan tetapi juga mengikuti proses penciptaannya. Mengacu kepada Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009 dan membandingkannya dengan pembagian sub-sektor ekonomi kreatif sesuai Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Ekonomi Kreatif, persandingan sub-sektor ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel berikut.
6
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF Tabel 2. Persandingan Klasifikasi Lapangan Usaha Kreatif No.
KBLI 2009 (Cetakan III/2014)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jasa profesional, ilmiah, dan teknik Industri Pengolahan Informasi dan komunikasi
Kebudayaan, hiburan, dan rekreasi
Inpres 6/2009 dan tambahan Kemenparekraf 2012 Arsitektur Penelitian dan pengembangan Desain Fesyen Film, Video, dan Fotografi Penerbitan dan percetakan Periklanan Permainan interaktif Teknologi informasi dan piranti lunak Televisi dan radio Kerajinan Musik Pasar Seni dan Barang Antik Seni pertunjukan Kuliner
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Sumber: KBLI 2009 dan Inpres6/2009, diolah, 2015
Persandingan tersebut perlu dilakukan jika bermaksud menghitung kontribusi ekonomi kreatif di Kota Bandung. Data dari Dinas UKMIndag Kota Bandung tahun 2014 dipadukan dengan data hasil penelitian dari LPM-UNPAD tahun 2014 menunjukan bahwa terdapat 2.782 kelompok usaha yang terdistribusi ke dalam 15 kategori industri kreatif dengan rincian sebagai berikut.
7
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 3. Jumlah Kelompok Usaha Kreatif Di Kota Bandung Tahun 2013 No.
KBLI 2009 (Cetakan III/2014)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Jasa profesional, ilmiah, dan teknik Industri Pengolahan Informasi dan komunikasi
Kebudayaan, hiburan, dan rekreasi
Inpres 6/2009 dan tambahan Kemenparekraf 2012 Arsitektur Penelitian dan pengembangan Desain Fesyen Film, Video, dan Fotografi Penerbitan dan percetakan Periklanan Permainan interaktif Teknologi informasi dan piranti lunak Televisi dan radio Kerajinan Musik Pasar Seni dan Barang Antik Seni pertunjukan Kuliner
Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2015
Jumlah Kelompok Usaha 3 1 24 1.484 7 9 93 1 7 61 505 3 21 2 561
Proporsi (%) 0,11 0,04 0,86 53,34 0,25 0,32 3,34 0,04 0,25 2,19 18,15 0,11 0,75 0,07 20,17
Pada lain sisi, Data PDRB Kota Bandung tahun 2014 yang dikeluarkan oleh BPD Kota Bandung menunjukan kontribusi setiap sektor ekonomi sebagaimana pada tabel berikut.
8
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 4. Kontribusi Lapangan Usaha Di Kota Bandung Tahun 2013
236,522
Kontribusi Sektor di Kota Bandung 0.14%
0
0.00%
37,095,553
21.49%
D. Pengadaan Listrik dan Gas
134,553
0.08%
5
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
332,944
0.19%
6
F. Konstruksi
15,542,878
9.00%
7
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
47,982,312
27.79%
8
H. Transportasi dan Pergudangan
15,966,908
9.25%
9
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
7,986,461
4.63%
10
J. Informasi dan Komunikasi
15,627,204
9.05%
11
K. Jasa Keuangan dan Asuransi
10,016,161
5.80%
12
L. Real Estate
2,139,832
1.24%
13
M,N. Jasa Perusahaan
1,328,737
0.77%
14
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
5,129,944
2.97%
15
P. Jasa Pendidikan
5,559,570
3.22%
16
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
1,734,019
1.00%
17
R,S,T,U. Jasa lainnya
5,815,783
3,37%
172,629,381
1
No.
Sektor Lapangan Usaha PDRB
1
A. Pertanian Kehutanan, dan Perikanan
2
B. Pertambangan dan Penggalian
3
C. Industri Pengolahan
4
PDRB
PDRB
Sumber: BPD Kota Bandung 2014, diolah
9
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Definisi PDB/PDRB menurut BPS “PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi”. Dengan kata lain, jumlah unit/kelompok usaha pada suatu lapangan usaha sebanding dengan nilai PDRB lapangan usaha tersebut. Semakin banyak lapangan usaha, maka akan semakin besar PDRB-nya. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, data pada Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 dapat diolah untuk melihat kontribusi masing-masing sektor kreatif terhadap ekonomi Kota Bandung. Lihat tabel berikut. Tabel 5. Kontribusi Lapangan Usaha Kreatif Terhadap PDRB Kota Bandung Tahun 2014 No.
Lapangan Usaha Kreatif
1. 2. 3. 4. 5.
Jasa profesional, ilmiah, dan teknik Industri Pengolahan Informasi dan komunikasi Kebudayaan, hiburan, dan rekreasi Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum Sumber: BPS Kota Bandung 2014, diolah
Proporsi Jumlah Usaha (%) 0,14 54,21 6,40 19,09 20,17
Kontribusi Lapangan Usaha Total (%) 0,77 21,49 9,05 3,37 4,63
Kontribusi Lapangan Usaha Kreatif (%) 0,001 ≈ 0 11,65 0,58 0,64 0,93
Berdasarkan perhitungan tersebut, total kontribusi lapangan usaha kreatif terhadap PDRB Kota Bandung sebesar 13,8%. Selanjutnya, Perhitungan kontribusi sub-sektor kreatif terhadap perekonomian Kota Bandung didapat melalui hasil perkalian proporsi lapangan usaha sub-sektor tersebut dengan kontribusi sektor ekonomi kreatif yang sebesar 13,8%. Hasilnya adalah sebagai berikut.
10
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 6. Kontribusi Sub-sektor Ekonomi Kreatif Terhadap PDRB Kota Bandung Tahun 2014 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Sub-sektor Kreatif Arsitektur Penelitian dan pengembangan Desain Fesyen Film, Video, dan Fotografi Penerbitan dan percetakan Periklanan Permainan interaktif Teknologi informasi dan piranti lunak Televisi dan radio Kerajinan Musik Pasar Seni dan Barang Antik Seni pertunjukan Kuliner
Kontribusi Terhadap PDRB 0.015% 0.005% 0.119% 7.361% 0.035% 0.045% 0.461% 0.005% 0.035% 0.303% 2.505% 0.015% 0.104% 0.010% 2.783%
Sumber: Hasil analisis, 2015 Hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa 3 (tiga) sub-sektor kreatif yang dapat menjadi andalan Kota Bandung yaitu Fesyen, Kerajinan, dam Kuliner. Jika meninjau kembali RPJMD Kota Bandung 2014-2018, terdapat kebijakan pengembangan 7 (tujuh) sentra industri yaitu: 1. Sentra Sepatu Cibaduyut 2. Sentra Jeans Cihampelas 3. Sentra Kaos dan Sablon Suci
11
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF 4. Sentra Rajut Binong Jati 5. Sentra TPT Cigondewah (Tekstil dan Pakaian Jadi) 6. Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu 7. Sentra Boneka Sukamulya Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara pelaku industri, dari ketujuh sentra tersebut hanya 5 (lima) sentra yang tempat produksinya berada di wilayah Kota Bandung sehingga kelima sentra tersebut dapat dikatakan sentra yang berbasis produksi, yaitu: 1. Sentra Sepatu Cibaduyut 2. Sentra Kaos dan Sablon Suci 3. Sentra Rajut Binong Jati 4. Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu 5. Sentra Boneka Sukamulya Jika diklasifikasina kembali, maka 3 (tiga) sentra termasuk sub-sektor fesyen yaitu Cibaduyut, Suci, dan Binong Jati; Cibuntu termasuk subsektor kuliner; dan Sukamulya termasuk kerajinan. Pengembangan sentra-sentra di dalam RPJMD sudah sejalan dengan pengembangan subsektor kreatif. Dengan kata lain, jika pemerintah Kota Bandung bermaksud meningkatkan perkembangan sub-sektor kreatif, maka kelima sentra tersebut harus dikembangkan. CAPAIAN KRITERIA KOTA KREATIF KOTA BANDUNG Dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif, telah dibentuk badan khusus yang menangani hal ini. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam Perpres Nomor 6 Tahun 2015 yang kemudian diperbaharui dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2015, berupa pembentukan badan khusus yang menanganai ekonomi kreatif yang bernama Badan Ekonomi Kreatif. Badan Ekonomi Kreatif adalah lembaga pemerintah non kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pariwisata. Adapaun bidang-biang yang ditangani oleh Badan Ekonomi Kreatif ini adalah sebagai berikut: 12
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
1.
Aplikasi & Game
2.
Arsitektur
3.
Desain Interior
4.
Desain Komunikasi Visual
5.
Desain Produk
6.
Fashion
7.
Film, Animasi dan Video
8.
Fotografi
9.
Kriya
10.
Kuliner
11.
Musik
12.
Penerbitan
13.
Periklanan
14.
Seni Pertunjukan
15.
Seni Rupa
16.
Televisi & Radio Dalam bidang-bidang tersebut, badan ini memiliki kewenangan dan fungsi untuk
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan keijakan; peencanaan dan pelaksanaan program; pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dan program ekonomi kreatif; pemberian bimbingan teknis dan supervisi; pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan kepada semua pemangku kepentingan pelaknsanaan komunikasi dan koordinasi denan lembaga neagar dan pihak-pihak terkait lainnya, melaksanakan funsi lain yang ditugaskan oleh presiden. Tugas Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) ini adalah membantu presiden dalam merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi kreatif. BEKRAF menjadikan rantai nilai pengembangan rantai nilai ekonomi kreatif sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2015-2019 (Lihat Gambar 2.3)
13
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
Gambar 1. Rantai Nilai Pengembangan Ekonomi Kreatif
Sumber: Pemerintah Republik Indonesia, 2015 dalam RPJMN 2015-2019 BEKRAF juga telah mengajukan beberapa kriteria kota kreatif, meskipun kriteria-kriteria tersebut belum diwujudkan dalam perangkat hukum atau ketetapan tertentu. Kriteriakriteria tersebut yaitu: Adanya value chain di kota itu (seluruh atau sebagian) Minimal 1 atau 2 sub-sektor terwakili di kota kreatif yang akan dipilih Kontribusi terhadap peningkatan PDB “employement” Ada ekspor merupakan nilai tambah Digitally connected Sustainability (keberlanjutan) Dengan atau tanpa adanya pemimpin yang punya “passion”, kota tetap kreatif Kriteria-kriteria tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk dilakukan evaluasi pencapaian Bandung sebagai kota kreatif ini. Adapun hasil analisis penilaian pencapaian kriteria-kriteria tersebut
oleh
Kota
Bandung
sebagaimana
14
dijelaskan
oleh
tabel
berikut
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 7. Capaian Kriteria Kota Kreatif BEKRAF Oleh Kota Bandung No. 1
Kriteria Adanya value chain (seluruh atau sebagian) di kota
Indikator
Parameter Ruang kreatif (ruang publik dan inkubator kreatif)
1.
2. 3.
4.
Kreasi
Prasarana dan sarana kreatif (infrastruktur yang mendukung kota kreatif)
Data dan Fakta Kota Bandung telah memiliki ruang publik berwujud taman-taman tematik yang dapat digunakan untuk interaksi para pelaku kreatif, seperti Taman Musik Centrum, Taman Fotografi, Taman Film, Taman Pustaka Bunga, Taman Vanda, dan lain-lain. Adanya gedung –gedung serbaguna,sekretariat Karangtaruna, ruang pertemuan RT/Rw yang dapat berfungsi sebagai ruang interaksi pelaku kreatif; Adanya komunitas telah memiliki ruang interaksi sendiri dalam skala kecil yang dapat dikembangkan sebagai inkubator kreatif seperti Bandung Creative City Forum (BCCF), Common Room, komunitas seniman music underground Bandung, lembaga pengembangan masyarakat dalam lingkup RT/RW, komunitas2 dan lain-lain. Terdapat bangunan cagar budaya yang dapat berfungsi sebagai tempat interaksi pelaku kreatif seperti Museum KAA, Gedung Indonesia Menggugat, Landmark Braga, dll;
1. Seluruh bagian wilayah Kota Bandung telah terhubung oleh jalan sesuai fungsi dan hirarki jalan 2. Seluruh bagian wilayah telah terlayani angkutan umum 3. Indeks aksesibilitas Kota Bandung sebesar 7,41 pada tahun 2014 (LKPJ dan ILPPD 2014) 4. Rasio luas jalan dalam kondisi baik 81,03% (LKPJ dan ILPPD 2014) 5. Tempat pemasaran produk kreatif banyak, beraglomerasi, dan mudah dijangkau 1. Bandung telah menetapkan 7 sentra industri yaitu: Sentra industri dan perdagangan Rajutan Binong
15
Check
Nilai
V
V
V
Seluruh mata rantai Ekonomi kreatif yang ditetapkan oleh BEKRAF telah ada di Kota Bandung sehingga untuk kriteria 1, Kota Bandung memiliki nilai 3 (tinggi)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No.
Kriteria
Indikator
Parameter
Klaster kreatif (sentra-sentra produk kreatif)
Sarana/alat produksi
SDM/teknisi produksi
Produksi
EXSUM
Data dan Fakta Jati Sentra Perdagangan kain Cigondewah Sentra perdagangan jeans Cihampelas Sentra industri kaos Suci Sentra industri sepatu Cibaduyut Sentra industri tahu & tempe Cibuntu Sentra industri boneka Sukamulya Sukajadi 2. Seluruh sentra telah berjalan dan berkelanjutan; 3. Berkembangnya potensi IKM/UMKM baru yang tersebar hampir disleuurh wilayah Bandung dalam skala lingkungan ( Belum masuk masuk aktegori PUD) Beberapa pelaku kreatif telah memiliki alat produksi sendiri
V
1. Pada umumnya, para pelaku kreatif bekerja dalam sebuah tim dengan keahlian bervariasi 2. Terdapat perguruan tinggi dengan program studi terkait sub-sektor kreatif di antaranya ITB, UNPAR, UNIKOM, STDI, UNPAS, UPI, Univ.Widyatama 3. Terdapat kursus/pelatihan terkait sub-sektor kreatif seperti kursus software desain di Comlabs-USDI ITB, pelatihan dan sertifikasi bahasa pemograman di LPKIA, dll
V
Sudah adanya dokumen perencanaan yang mengatur Tata Bangunan dan Lingkungan ( RTBL) pada 7 sentra Industri dan perdangan; 2. Beberapa sentra sudah terdapat termpat produksi dan worksop, seperti Cibaduyuit, Cigondewah;
1. Tempat Produksi dan workshop
Check
Kemudahan memperoleh bahan baku baiik dari dalam
16
Nilai
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No.
Kriteria
Indikator
Distribusi
Check
Parameter Ketersediaan Bahan Baku
Data dan Fakta maupun dari luar kota; Konsumen hasil produksi terdiri dari lokal dan internasional (Malaysia, singapura, Brunei Darusalam);
V
Struktur pasar
1.
Produk kreatif sampai kepada konsumen melalui mekanisme eksport barang maupun konsumen datang langsung ke Kota Bandung; 2. Akses pasar baik langsung maupun melalui media online; 3. Banyaknya event2 yang mnengangkat IKM/UMKM baik skala Kota, Provinsi, Nasional maup[un Internasional.
V
Banyaknya pelatihan pelatihan untuk membuat produk kreatif lebih menarik/ kompetitiv; 2. Sudah adanya inovasi dalam teknik pengemasan produk kreatif’.
V
Akses ke pasar
1. Market learning Konsumsi Market development
Konservasi
EXSUM
Repositories sebagai sumber ide kreatif pada siklus berikutnya
1. Banyaknya event2 pameran yang dapat menjadi kesempatan pelaku kreatif mengembangkan jejaring dan pemasaran; 2. Pemerintah kota berperan sebagai fasilitator dan enabler bagi pengembangan produk berkelanjutan. 1. Indikator ini terkait dengan program-program Pemerintah Kota Bandung dalam kerangka penyusunan RoadMap Sistem Inovasi Daerah (SIDa) berbasis potensi masyarakat, dimana dokumen tersebut mnenjadi bagain dari RPJMD; 2. Telah terbit Peraturan Walikota Bandung Nomor 281 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Program Inovasi Pembangunan dan Pemberdayaan Kewilayahan Kota Bandung;
17
V
Nilai
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No.
Kriteria
2
Minimal 1 atau 2 sub-sektor terwakili di kota kreatif yang akan dipilih
Indikator
Terpilihnya subsektor kreatif yang menjadi unggulan Kota Bandung
EXSUM
Parameter
Data dan Fakta 3. Adanya regulasi dari tingkat pusat sampai daerah terkait pengembangan produk unggulan daerah; 4. Telah dibentuk Komite ekonomi Kreatif Kota Bandung yang berfungsi menjkaga dan mengembangan Program dan kegiatan Ekonomi Kreatif di Kota Bandung.
Check
Nilai
Sub-sektor dari Potensi Unggulan Daerah Kota Bandung yang sudah masuk dalam agenda kerja dinas terkait
1. Kota Bandung telah menetapkan 7 sentra industri (lihat penjelasan pada kriteria 1) 2. Dari ke 7 sentra tersebut, hanya 5 sentra yang berbasis produksi yaitu: Sentra industri dan perdagangan Rajutan Binong Jati Sentra industri kaos Suci Sentra industri sepatu Cibaduyut Sentra industri tahu & tempe Cibuntu Sentra industri boneka Sukamulya Sukajadi 3. BAPPEDA Kota Bandung telah memetakan Potensi Unggulan Daerah (PUD) sebanyak 20 potensi yang tersebar di 18 kecamatan berdasarkan ketentuan Permendagri nomor 9 tahun 2014 tentang PUD. 4. Kelima sentra berbasis produksi tersebut sudah termasuk dalam Potensi Unggulan Daerah (PUD) 5. Rajutan, kaos, dan sepatu termsuk sub-sektor fashion 6. Tahu & tempe termasuk sub-sektor kuliner 7. Boneka termasuk sub-sektor kriya 8. Sehingga sub-sektor ekraf yang terpilih adalah fashion, kuliner, dan kerajinan
Tidak perlu
Nilai 3 (tinggi) karena seluruh sub-sektor yang dipilih sudah termasuk dalam sentra yang dikembangkan melalui programprogram SKPD terkait
18
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No. 3
Kriteria Kontribusi terhadap peningkatan PDRB
Indikator Sub-sektor terpilih memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Bandung
Parameter Kontribusi sub-sektor terhadap PDRB Kota Bandung
1. 2. 3.
4.
Data dan Fakta Seluruh sub-sektor ekraf berbasis produksi (lihat kriteria 2) termasuk sektor Industri Pengolahan Menurut analisis LQ berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku 2014, Industri Pengolahan bukanlah Sektor Basis Ekonomi Kota Bandung Menurut data PDRB BPS 2014, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 21,4% terhadap PDRB Kota Bandung. Angka ini adalah ke 2 terbesar dari seluruh sector di Kota Bandung Hasil perhitungan total kontribusi seluruh subsektor dari ekonomi kreatif sebesar 13,8%
EXSUM
Check Tidak perlu
Nilai Karena subsektor memberikan kontribusi besar terhadap PDRB namun bukan merupakan bagian dari sektor basis, maka nilai 2 (sedang)
4
Ketenagakerjaa n (employment)
Penyerapan tenaga kerja oleh sub-sektor kreatif terpilih
Persentase penyerapan tenaga kerja oleh sub-sektor kreatif mengikuti penilaian absolute majority (Robert Henry, 2011)
1. Data BPS 2014 menunjukan bahwa total angkatan kerja di Kota Bandung 1.892.041 jiwa; 2. Adapun jumlah tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif sebesar 109.427 jiwa; 3. Total serapan tenaga kerja hanya 6%
Tidak perlu
Karena serapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif kurang dari 25%, maka nilai untuk Kota Bandung adalah 1 (rendah)
5
Adanya ekspor merupakan nilai tambah
Nilai ekspor yang signifikan
Persentase ekspor dari subsektor kreatif mengikuti penilaian absolute majority (Robert Henry, 2011)
1. Data BPS 2014, menunjukan bahwa nilai ekspor komoditas pada sektor kreatif adalah sebesar US$ 202.168.579. Sementara nilai ekspor Kota Bandung total sebesar US$ 603.207.748 2. Persentase Ekspor komoditas sektor kreatif sebesar 33,5%
Tidak perlu
Karena persentase ekspor berada pada rentang 25%<X≤50%, maka nilai untuk kota Bandung adalah 2 (sedang)
19
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No. 6
7
Kriteria Terhubung secara digital (digitally connected)
Environmental Sustainability
Indikator Pelaku kreatif sudah menggunakan media internet untuk berinteraksi, melakukan pemasaran, dan bertransaksi
Parameter Besarnya penggunaan internet di Kota Bandung
Data dan Fakta Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia tahun 2014 menunjukan bahwa Kota Bandung adalah kota dengan pengguna internet ke tiga terbesar di Indonesia, mencapai 579.000 jiwa;
Penetrasi penggunaan internet di Kota Bandung
Penetrasi penggunaan internet sebesar 22%, termasuk angka yang tinggi
Pemerintah daerah telah melakukan publikasi terkait kota kreatif melalui media internet
Tersedianya website untuk updating informasi dan pemasaran produk-produk kreatif
Pemerintah Kota telah memiliki website resmi yang dapat dijadikan media publikasi dan promosi Kota Kreatif
Pembangunan RTH
Persentase pencapaian penyediaan RTH di Kota Bandung sesuai RPJMD Kota Bandung 2013-2018
1. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan Kota mempunyai RTH minimal 30% luas lahan kota 2. Per 2014, ketersediaan RTH di Kota Bandung sebesar 12,14% (LKPJ dan ILPPD 2014) 3. Target Rencana Kerja penyediaan RTH sebesar 14% di akhir tahun 2014
20
EXSUM
Check Tidak perlu
Tidak perlu
Nilai Nilai untuk Kota Bandung adalah 3 (tinggi)
Nilai 2 (sedang)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
No.
8
Kriteria
Keberlanjutan pengembangan kota kreatif
Indikator Pengelolaan sampah
Parameter Capaian target pengelolaan sampah perkotaan
Data dan Fakta 1. Presentase pengelolaan sampah di land fill ( tingkat pengangkutan ke TPA mencapai target kinerja 69 % dari 69% menurut LKPJ Pemkot bandung 2014. 2. Prosentase pengolahan dan pengurangan sampah disumber mencapai 18, 23 % dari 19% yang ditargetkan mnenurut LKPJ Pemkot 2014. 3. Posesntase sampah yang dikelola dengan sistem 3R merncapai 18% dari 18% target.
Tersusunnya kebijakan, strategi, dan program terkait pengembangan Bandung Kota Kreatif
Tersusunnya Perda RPJMD 2013 – 2018 terkait pengembangan Kota Kreatif
Kebijakan pengembangan Kota Kreatif tercantum dalam RPJMD Kota Bandung 2013-2018 misi 4 “Membangun Perekonomian yang Kokoh, Maju, dan Berkeadilan” Tujuan 2 “Membangun Perekonomian Kota yang Maju”;
Tersusunya rencana kerja Pemerintah daerah (RKPD) tahunan sebagai penjabaran dokumen RPJMD terkait pengembangan kota Kreatif.
1. Indikator Kinerga Utama (IKU) dalam Dokumen RKPD harus mengacu kepada dokumen RPJMD pertahun berjalan; 2. Namun berdasarkan LKPJ 2014 disampaikan per akhir tahun 2014, masih dalam tahap penyusunan kebijakan rinci meliputi infrastruktur; aspek hukum, HKI, dan etika kreatif; sistem pendukung; kapasitas dan kontribusi ekonomi kreatif sehingga sasaran berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif tahun 2014 belum memiliki target; 3. Akan dilaksanakan revisi RPJMD pada tahun 2016
Sumber: Hasil analisis, 2015
21
EXSUM
Check
Nilai
Tidak perlu Pemerintah belum menurunkan kebijakan dalam RPJMD ke dalam tataran yang lebih rinci dan teknis dalam rangka pengembangan Kota Kreatif, sehingga nilai untuk Kota Bandung adalah 2 (sedang)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Selain pencapaian kriteria kota kreatif BEKRAF, perlu juga dibandingkan dengan pencapaian kriteria kota kreatif yang dikeluarkan oleh UNESCO Creative Cities Network (UNESCO-CCN). Dengan melakukan analisis dan mengolah data dari berbagai sumber, hasil pencapaian kriteria kota kreatif UNESCO-CCN dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 8. Penilaian Kota Bandung Berdasarkan Kriteria Kota Kreatif UNESCO-CCN UNESCO-CCN Application Kriteria Ekonomi
Event kreatif/promosi & sosialisasi
Indikator
Parameter
Teknis Penilaian
Penilaian
Kontribusi ekonomi
Kontribusi terhadap PDRB
sama dengan Kriteria 3 BEKRAF
Nilai 2 (sedang)
Penambahan lapangan kerja
Kontribusi terhadap penambahan lapangan kerja
sama dengan Kriteria 4 BEKRAF
Nilai 1 (rendah)
Nilai 3 (tinggi) menyelenggarakan event kreatif nasional dan internasional; Nilai 2 (sedang) jika hanya event nasional; Nilai 1 (rendah) jika event2 masih dalam tahap perencanaan
Kota Bandung telah berhasil menyelenggarakan 2 event penting sebagai tonggak pengembangan Kota Kreatif nasional dan internasional yaitu ICCC (Indonesia Creative Cities Conference) di mana konsep Quadrohelix telah diperkenalkan dan Rangkaian Peringatan 60 tahun KAA yang mengangkat citra Kota Bandung secara internasional. Di samping itu, terdapat beberapa event kreatif yang rutin
Penyelenggaraan festival, pameran, konferensi, konvensi dalam skala nasional dan internasional 5 tahun terakhir
22
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
UNESCO-CCN Application Kriteria
Indikator
Parameter
Teknis Penilaian
Penilaian dilaksanakan seperti Kickfest, Festival Film Bandung, Fashion week, dan lain-lain. Nilai 3 (tinggi) untuk Kota Bandung
Pendidikan kreatif
Penelitian, kajian, dan riset Infrastruktur
Terlaksananya pendidikan terkait sub-sektor kreatif baik formal maupun informal
Program studi terkait
Tersedianya prasarana dan sarana yang mendukung pengembangan kota kreatif
Fasilitas pendukung
Kursus bidang terkait
Inkubator kultural dan kreatif
23
Nilai 3 (tinggi) jika terdapat program studi dan kursus terkait sub-sektor kreatif terpilih; Nilai 2 (sedang) jika hanya terdapat program studi; Nilai 1 (rendah) jika hanya terdapat kursus
Beberapa Perguruan Tinggi membuka program studi terkait sub-sektor kreatif di antaranya ITB (seni rupa), Universitas Maranatha (Seni Rupa), ITENAS (seni rupa), Universitas Komputer Indonesia (Seni rupa), Universitas Pendidikan Indonesia (seni musik), Universitas Telkom (Seni Rupa), dll. Selain itu terdapat kursus-kursus terkait desain seperti training software desain di Comlabs USDI ITB, dll. Nilai 3 (tinggi)
sama dengan Kriteria 1 bagian Kreasi BEKRAF
Nilai 3 (tinggi)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
UNESCO-CCN Application Kriteria
Indikator
Parameter
Teknis Penilaian
Penilaian
Ruang kreatif Partisipasi masyarakat
Kolaborasi
Tumbuhnya komunitas-komunitas kreatif di Kota Bandung (Pada umumnya, teori organisasi menyatakan bahwa suatu organisasi bisa bertahan jika dapat melakukan continues transformation model (Burnes, 2000))
Nilai 3 (tinggi) jika komunitaskomunitas penggerak ekonomi kreatif telah beraktivitas lebih dari 5 tahun; Nilai 2 (sedang) jika komunitas penggerak baru beraktivitas 3-5 tahun; Nilai 1 (rendah) jika komunitas penggerak kurang dari 3 tahun beraktivitas
Komunitas-komunitas penggerak Kota Kreatif sudah lebih dari 5 tahun beraktivitas seperti BCCF, Common Room, komunitas music underground, dan lain-lain. Konsistensi mereka juga masih terjaga. Nilai 3 (tinggi) untuk Kota Bandung)
Program peningkatan kolaborasi antarpemerintah, masyarakat, akademisi, dan komunitas dalam ranah kreatif 5 tahun terakhir
Nilai 3 (tinggi) jika telah terwujud kolaborasi quadrohelix; Nilai 2 (sedang) jika kolaborasi masih dalam tataran pembentukan; Nilai 1 (rendah) jika kolaborasi masih dalam tataran wacana
Di Kota Bandung telah terwujud kolaborasi quadrohelix yang sudah terlembagakan dalam Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung sehingga penilaian kriteria ini adalah 3 (tinggi)
24
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
UNESCO-CCN Application Kriteria Lembaga pemerintah dan lembaga masyarakat yang mendukung ranah kreatif
Kebijakan kreatif pemerintah
Kerjasama internasional
Indikator
Parameter
Terbentuknya kelembagaan multipihak yang fokus kepada pengembangan Kota Kreatif
Kebijakan daerah terkait kota kreatif
Kebijakan, rencana, dan strategi pengembangan kota kreatif
Kerjasama internasional 5 tahun terakhir
25
Teknis Penilaian
Penilaian
Nilai 3 (tinggi) jika sudah terbentuk kelembagaan spesifik; Nilai 2 (sedang) jika pembentukan kelembagaan masih dalam tahap koordinasi; Nilai 1 (rendah) jika kelembagaan masih dalam tahap perencanaan
Telah terbentuk Komite Ekonomi Kreatif Kota Bandung. Nilai 3 (tinggi) untuk Kota Bandung
sama dengan Kriteria 8 BEKRAF
Nilai 2 (sedang)
Nilai 3 (tinggi) jika kerjasama dilakukan berkelanjutan jangka panjang, menengah, dan pendek; Nilai 2 (sedang) jika kerjasama dilakukan hanya jangka menengah saja; Nilai 1 (rendah) jika kerjasama dilakukan jangka pendek
Tercatat dari tahun 2007 terdapat beberapa kerjasama nasional dan internasional yang masih berjalan sampai saat evaluasi ini dilakukan yaitu: 1. Kerjasama pengembangan kebudayaan dan pariwisata kota dengan Makassar, Batam, Banjarmasin, Yogyakarta 2. Sister City dengan Kota Liuzhou (RRC) 3. Kerjasama tour and travel dengan Kota Visakhapatnam (India) 4. Sister City dengan Forthworth (Texas US)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
UNESCO-CCN Application Kriteria
Indikator
Parameter
Teknis Penilaian
Penilaian 5. Japan Smart Community Alliance (JSCA) 6. Sister City dengan Kota Hamamat, Shizuoku, Jepang Nilai 3 (tinggi)
Aset & industri kreatif
keberadaan industri kreatif dan aset pengembangan kota kreatif
Sumber: Hasil analisis dan olahan dari berbagai sumber, 2015
26
sama dengan kriteria 2 BEKRAF dan Kriteria 1 BEKRAF bagian Konservasi
Nilai 3 (tinggi)
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu: 1.
Terdapat seluruh bagian mata rantai nilai ekonomi kreatif di Kota Bandung yaitu Kreasi, Produksi, Distribusi, Konsumsi, dan Konservasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kota Bandung telah memenuhi kriteria 1 kota kreatif menurut BEKRAF yaitu Adanya Value Chain ekonomi kreatif (sebagian atau seluruh);
2.
Dari 16 sub-sektor ekonomi kreatif, Kota Bandung memiliki 3 (tiga) sub-sektor yang terpilih yaitu Fesyen, Kuliner, dan Kerajinan. Ketiganya termasuk dalam ekonomi kreatif dalam lapangan usaha Indutri Pengolahan sesuai dengan Klasifikasi Baku Lapangan usaha Indonesia (KBLI) 2009. Oleh karena itu, Kota Bandung telah memenuhi kriteria 2 yaitu Minimal Terdapat 1 atau 2 Sub-sektor Terwakili Di Kota Kreatif Yang Akan Dipilih;
3.
Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2014, sumbangsih sektor ekonomi kreatif terhadap PDRB Kota Bandung sebesar 13,8%. Selain itu, Industri Pengolahan memberikan kontribusi sebesar 21,4% terhadap PDRB Kota Bandung. Kedua angka tersebut menunjukan bahwa ekonomi kreatif memberikan pengaruh cukup terhadap ekonomi Kota Bandung. Namun, ternyata Industri Pengolahan bukanlah sektor basis ekonomi Kota Bandung berdasarkan perhitungan Location Quotient (LQ);
4.
Hasil analisis menunjukan bahwa pada tahun 2014, penyerapan tenaga sektor ekonomi kreatif adalah sebesar 6%;
5.
Data menunjukan bahwa pada tahun 2014, total nilai ekspor dari komoditas pada sektor kreatif adalah sebesar US$202.168.579. Angka tersebut, jika dibandingkan dengan nilai ekspor total yang dimiliki oleh kota Bandung yang berjumlah US$603.207.748, nilai ekspor produk kreatif sebesar 33,5%, berada pada rentang 25-50% dari total nilai ekspor tersebut. Kota Bandung telah memenuhi kriteria 5 yaitu Adanya Ekspor Merupakan Nilai Tambah;
6.
Data menunjukan bahwa pada tahun 2014, Kota Bandung adalah kota dengan jumlah pengguna internet terbesar ke tiga di Indonesia. Namun, data yang lain juga menunjukan bahwa pada tahun yang sama, penetrasi penggunaan internet di Kota Bandung baru mencapai 27
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
22,15. Kota Bandung juga telah memiliki website resmi yang dapat dijadikan media publikasi dan promosi Kota Kreatif. Kota Bandung telah memenuhi kriteria 6 yaitu Digitally Connected. 7.
Untuk kriteria 7 (Environmental Sustainability), Kota Bandung mengalami kekurangan dalam indikator RTH. Per 2014, ketersediaan RTH di Kota Bandung hanya sebesar 12,14% (LKPJ dan ILPPD Kota Bandung, 2014). Kota Bandung belum memenuhi amanat UU 26/2007 yang mengamanatkan bahwa setiap Kota harus memiliki RTH 30%. Meski begitu, seluruh target pengelolaan sampah sudah tercapai oleh SKPD terkait. Kota Bandung telah memenuhi kriteria ini.
8.
Kriteria 8 yaitu keberlanjutan pengembangan kota kreatif jika pimpinan kota berganti. Keberlanjutan pengembangan Kota Kreatif sudah berlangsung dari periode walikota sebelumnya. Untuk beberapa tahun ke depan, pengembangannya akan tetap dilakukan. Kebijakan pengembangan Kota Kreatif tercantum dalam RPJMD Kota Bandung 2013-2018 misi 4 “Membangun Perekonomian yang Kokoh, Maju, dan Berkeadilan” Tujuan 2 “Membangun Perekonomian Kota yang Maju”. Namun, berdasarkan LKPJ 2014 disampaikan per akhir tahun 2014, masih dalam tahap penyusunan kebijakan rinci meliputi infrastruktur; aspek hukum, HKI, dan etika kreatif; sistem pendukung; kapasitas dan kontribusi ekonomi kreatif sehingga sasaran berkembangnya ekonomi kreatif untuk mendukung tercapainya Bandung sebagai Kota Kreatif tahun 2014 belum memiliki target. Selain itu, pemenuhan parameter kota kreatif menurut UNESCO perlu ditelusuri. Hasil analisis menunjukan dan data dari berbagai
sumber menunjukan bahwa pemenuhan parameter kota kreatif UNESCO oleh Kota Bandung sebagaimana pada Tabel 9.
28
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 9. Perbandingan Pemenuhan Kriteria BEKRAF dan Kriteria UNESCO-CCN Oleh Kota Bandung Kriteria BEKRAF
Value Chain Sub-sektor terpilih Sumbangsih ekonomi kreatif terhadap PDRB Penyerapan tenaga kerja Adanya ekspor
Digitally connected Environmental Sustainability
Keberlanjutan ekonomi kreatif
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang
Sumber: Hasil analisis, 2015
29
Kriteria UNESCO Ekonomi Event kreatif/promosi & sosialisasi Pendidikan kreatif Penelitian, kajian, dan riset Infrastruktur Partisipasi masyarakat Kolaborasi Lembaga pemerintahan dan nonpemerintahan yang mendukung Kebijakan pemerintah Kerjasama internasional Aset & industri kreatif
Kategori Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
Rekomendasi Dengan mengombinasikan kriteria kota kreatif dari berbagai sumber terutama usulan BEKRAF dan kriteria UNESCO, maka kriteria Kota Kreatif yang dapat ditetapkan oleh Kota Bandung sebagai acuan capaian kinerja dalam RPJMD sebagaimana Tabel 5.2 berikut. Tabel 10. Usulan Kriteria Kota Kreatif Kota Bandung No. Kriteria 1. Adanya value chain pengembangan ekonomi kreatif 2.
Kontribusi ekonomi kreatif terhadap ekonomi kota
3.
Penggunaan media dalam pengembangan kota kreatif
4. 5.
Keberlanjutan aspek lingkungan Keberlanjutan pengembangan kota kreatif
6.
Promosi dan sosialisasi kota kreatif
7.
Pendidikan kreatif
9.
Kerjasama pengembangan kota kreatif
10.
Keterlibatan pihak-pihak terkait
Indikator Keberadaan value chain sesuai BEKRAF, termasuk di dalamnya membahas tentang infrastruktur pendukung Pengembangan sub-sektor yang dipilih; Kontribusi sektor kreatif terhadap PDRB; penyerapan tenaga kerja; dan nilai penjualan produk kreatif (ekspor) Penggunaan media digital dan non-digital dalam pengembangan Kota Kreatif Penyediaan RTH, pengelolaan sampah Kebijakan pemerintah kota (Perda, Perwal, dsb), Program-program SKPD, Penyelenggaraan festival, pameran, konferensi, konvensi dalam skala nasional dan internasional 5 tahun terakhir Keberadaan pendidikan formal dan informal terkait pengembangan sub-sektor kreatif Kerjasama regional dan internasional terkait kota kreatif dan pengembangan sub-sektor kreatif 5 tahun terakhir Upaya pemerintah kota untuk mewujudkan partnership dengan masyarakat, swasta, dan akademisi dalam pengembangan Kota Kreatif
Sumber: Hasil analisis, 2015
30
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
Beberapa strategi yang harus diambil oleh Kota Bandung dalam rangka meningkatkan pengembangan kota kreatif yaitu: 1. Meningkatkan kontribusi sub-sektor ekonomi kreatif terhadap PDRB Kota Bandung; 2. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sub-sektor ekonomi kreatif yang terpilih maupun yang berpotensi; 3. Meningkatkan penjualan produk-produk kreatif, terutama produk-produk unggulan daerah; 4. Menambah luasan RTH, baik yang menggunakan lahan maupun yang tanpa lahan ( vertical garden); 5. Menambah fasilitas-fasilitas yang dapat mendorong ekonomi kreatif, tidak hanya penyediaan ruang publik untuk interaksi, tetapi juga pengembangan inkubasi-inkubasi pengembangan sub-sektor kreatif; 6. Pengembangan ekonomi kreatif lebih diarahkan untuk mendukung pengembangan sentra- sentra industri yang sudah ada ( 7 Sentra industri) dalam skala besar; 7. Memberikan fasilitasi terhadap pengembangan industri kreatif baru; 8. Memfasilitasi produk industri kreatif berbasis teknologi dengan melibatkan Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian kedala inkubasi sektor kreatif yang sudah ada melalui program pengembangan Inkubator Bussines Teknologi (IBT): 9. Pemerintah Kota Bandung menjadi fasilitator dan Enabler bagi semua stakeholder terkait Pengembangan Kota Kreatif; 10. Menetapkan kriteria dan indikator kota kreatif sebagai bahan acuan pengembangan dan pencapaian Bandung sebagai
Kota Kreatif. Adapun secara rincinya dapat dilihat pada Tabel 11.
31
EXSUM
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Tabel 11. Indikasi Program Pengembangan Kota Kreatif
Indikasi Program Strategi
Meningkatkan kontribusi sub-sektor ekonomi kreatif terhadap PDRB Kota Bandung
Gambaran Program
Peningkatan produktivitas pelaku usaha kreatif (peningkatan kapasitas produksi) Peningkatan akses permodalan untuk pelaku usaha kreatif
Peningkatan pengembangan PUD pada 5 sentra berbasis produksi
SKPD atau Institusi Terkait
Kode Akun Nama Akun Program *) Program *) 207xx15 Program peningkatan kapasitas Iptek Dinas Koperasi, Sistem Produksi UKM, dan Perindustrian, 207xx1505 Pengembangan sistem inovasi BAPPEDA, Setda teknologi industri Bagian 207xx1506 Penguatan kemampuan industri Perekonomian berbasis teknologi 116xx15 Program Peningkatan Promosi dan Dinas Koperasi, Kerjasama Investasi UKM, dan 116xx1501 Peningkatan fasilitasi terwujudnya Perindustrian, BAPPEDA, Setda kerjasama yang strategis antara Bagian usaha besar dan usaha kecil Perekonomian, menengah Dinas Komunikasi 116xx1505 Koordinasi perencanaan dan pengembangan penanaman modal dan Informatika, BKPMD 116xx1507 Pengawasan dan evaluasi kinerja dan aparatur Badan Penanaman Modal Daerah 116xx1510 Penyelenggaraan pameran investasi 116xx15 Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi 116xx1502 Pengembangan potensi unggulan 32
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Indikasi Program Strategi
Meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sub-sektor ekonomi kreatif yang terpilih maupun yang berpotensi
Meningkatkan penjualan produkproduk kreatif, terutama produkproduk unggulan daerah
Gambaran Program
Pengembangan PUD lain yang potensial Peningkatan jumlah tenaga kerja yang bekerja di subsektor kreatif
Peningkatan penjualan produk kreatif terutama PUD melalui perdagangan lokal maupun internasional/ jejaring
Kode Akun Program *)
SKPD atau Institusi Terkait
Nama Akun Program *)
daerah 207xx19 Program pengembangan sentra-sentra industri potensial 207xx1901 Pembangunan akses transportasi sentra-sentra industri potensial 207xx1902 Penyediaan sarana informasi yang dapat diakses masyarakat Sama dengan di atas 114xx16 Program peningkatan kesempatan kerja 114xx1601 Penyusunan informasi bursa tenaga kerja 114xx1604 Penyiapan tenaga kerja siap pakai 114xx1605 Pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan 115xx16 Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah 115xx1605 Fasilitas pengembangan sarana promosi hasi produksi 206xx16 Program peningkatan kerjasama 33
BAPPEDA, Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian, Dinas Tenaga Kerja, Disdik.
BAPPEDA, Dinas Koperasi, UKM, dan Perindustrian, Dinas Komunikasi dan Informatika, Disbudpar. Dinas Koperasi,
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Indikasi Program Strategi
Gambaran Program
Menambah luasan RTH
Penambahan luasan RTH, baik yang landed maupun yang tanpa lahan seperti hidroponik, urban farming, dan lain-lain
Menambah fasilitasfasilitas yang dapat mendorong ekonomi kreatif, tidak hanya penyediaan ruang publik untuk interaksi, tetapi juga pengembangan inkubasi-inkubasi pengembangan sub-
Meningkatkan Kualitas Ruang Publik Dan Inkubasi Yang Telah Ada Atau Menambah Fasilitas Baru
SKPD atau Institusi Terkait
Kode Akun Nama Akun Program *) Program *) perdagangan internasional UKM, dan Perindustrian, 206xx17 Program peningkatan dan BAPPEDA, Setda pengembangan ekspor Bagian 206xx18 Program peningkatan efisiensi Perekonomian perdagangan dalam negeri 108xx24 Program pengelolaan Ruang Terbuka BAPPEDA, Dinas Hijau (RTH) Tata Ruang dan Cipta Karya, 108xx2406 Pemeliharaan RTH (yang sudah Diskamtam, ada) BPLH, 108xx2409 Peningkatan peran serta Kewilayahan, masyarakat dalam pengelolaan Pelaku usaha, RTH (termasuk penyediaan RTH Pengembang, oleh rumah-rumah pribadi) Masyarakat Kota Bandung 207xx18 Program penataan struktur industri BAPPEDA, Dinas Koperasi. UKM, 207xx1802 Penyediaan sarana maupun dan Perindutrian; prasarana klaster industri Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Disbudpar, pelaku usaha
34
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Indikasi Program Strategi
sektor kreatif Pengembangan ekonomi kreatif lebih diarahkan untuk mendukung pengembangan sentra- sentra industri yang sudah ada (7 Sentra industri) dalam skala besar;
Gambaran Program
Program pengembangan Sentra Yang Sudah Ada Dan Mengembangkan Sentra-Sentra Potensial
Memberikan fasilitasi terhadap pengembangan industri kreatif baru;
Pengembangan industri kreatif baru, terutama yang sesuai PUD
Memfasilitasi produk industri kreatif
Fasilitasi teknologi tepat guna bagi inkubator bisnis
Kode Akun Program *)
Nama Akun Program *)
207xx16 Program pengembangan industri kecil dan menengah 207xx1601 Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya 207xx1602 Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri 115xx16 Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil menengah 115xx1601 Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis/show window ekraf 207xx16 Program pengembangan industri kecil dan menengah 207xx1601 Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya 207xx1602 Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri 207xx15 Program peningkatan kapasitas Iptek sistem produksi 35
SKPD atau Institusi Terkait
BAPPEDA, Dinas Koperasi. UKM, dan Perindutrian; Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya,DBMP, Diskamtam, BPLH, Disnaker, Perguruan Tinggi/Lembaga penelitian, pelaku usaha
BAPPEDA, Dinas Koperasi. UKM, dan Perindutrian; Disnaker, Perbankan,Bagian perekonomian, pelaku usaha Dinas Koperasi, UKM, dan
KEGIATAN EVALUASI PELAKSANAAN BANDUNG SEBAGAI KOTA KREATIF
EXSUM
Indikasi Program Strategi
berbasis teknologi dengan melibatkan Perguruan Tinggi atau lembaga penelitian kedala inkubasi sektor kreatif yang sudah ada melalui program pengembangan Inkubator Bussines Teknologi (IBT): Pemerintah Kota Bandung menjadi fasilitator dan Enabler bagi semua stakeholder terkait Pengembangan Kota Kreatif;
Gambaran Program
Kode Akun Program *)
Nama Akun Program *)
kreatif 207xx1506
SKPD atau Institusi Terkait
Penguatan kemampuan industri berbasis teknologi
Perindustrian, BAPPEDA, Setda Bagian Perekonomian, Perguruan Tinggi/Lembaga penelitian, pelaku usaha
BAPPEDA, dan seluruh SKPD terkait, Stakeholder, pelaku uisaha
Menetapkan kriteria dan indikator Kota Kreatif
BAPPEDA, Setda Bagian Perekonomian
Sumber: Hasil analisis, 2015
*) Permendagri 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
36