BERPIKIR DAN PROBLEM SOLVING Sebuah Pendekatan Ajaran Islam Oleh : Solman
Abstrak Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang ierarah kepada suatu tujuan. Karenanya berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga iermuai kegiatan meragukan dan memasiikan, merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, memaandingkan, meng~golongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan, melihat kemungkinankemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintetis, menalar aiau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Pada umummja, kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kata Kunci : berpikir, problem solving Pendahuluan Al Qur'an banyak sekali mengingatkan manusia agar menggunakan akalnya untuk berfikir dan bermfakkur; afala tatafakkarun, afala ta 'cilun, auala yatadabbarun. Manusia memang adalah hewan yang berfikir (al insanu hayawanun nathiqun). Pada manusia, berfikir merupakan proses keempat setelah sensasi, persepsi dan memori yang mempengaruhi penafsiran terhadap suatu stimulus. Dalam berfikir orang melibatkan sensasi, persepsi dan memori sekaligus. Dalam kehidupan, berfikir diperlukan untuk (a) memecahkan masalah atau problem solving, (2) untuk mengambil keputusan, decision making, dan (3) untuk melahirkan sesuatu yang baru (creatifity).
1
2 Semakin tinggi ilmu seseorang maka semakin rumit cara berfikirnya. Ada orang yang hanya bisa melamun, ada yang berfikir tetapi tidak realistis, dan ada yang berfikir realistis. Ada orang yang selalu berfikir, ada orang yang hanya mau berfikir jika merasa perlu, dan ada yang kadang-kadang saja berfikir. Orang pandai berfikir secara bersistem, misalnya berfikir deduktip (mengambil kesimpulan khusus dari pernyataan umum), atau sebaliknya berfikir induktip (mengambil kesimpulan umum dari pernyataan khusus). Tetapi terkadang ada » masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan berfikir secara biasa, maka:l bagi orang sangat pintar ia rnemakai metode yang disebut berfikirj kreatip (creatip : thinking). Berfikir kreatip adalah berfikir dengan ~ menggunakan metode bam, konsep bam, penemuan baru, paradigma baru dan seni yang baru pula. Urgensi pemikiran kreatip bukan pada kebaruannya tetapi pada relefansinya dengan pemecahan masalah. Karena kebaruan dan tidak konvensional, maka orang yang kreatip sering tidak difahami oleh orang kebanyakan, tak jarang dianggap aneh atau bahkan dianggap gila (berfikir gila). (htl:P:/Iwww.eramuslim. netl?buka=show artikel & id=163, Agus Syafii, Berfikir itu perintah, didomwload tangga19 Mei 2009). Berpikir adalah proses yang intens untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain, sehingga mendapatkan -pemecahan. Akan tetapi perlu disadari bahwa hal-hal yang akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena itu berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian-kejadian yang tidak sedang berIangsung. Agar seseorang dapat membayangkan atau menyajikan hal-hal yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah, maka untuk itu dibutuhkan bahan-bahan dasar. Bahan-bahan dasar inilah yang membangun pikiran dan kemudian menentukan model berpikir seseorang. (http://72.14.235.132/search?q= i; cache:96c-v5TF8D1J:elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi umuml/Bab7.pdf+Berpikir+%2B+Problem+Soling&cd-18&hl:=id&d=cl nk&gl=id, didownload tanggal19 Mei 2009).
I ~Ji
i j Y
.,~ ~,
3 Dalam makalah ini akan dikemukakan pembahasan tentang berpikir dan problem solving, khususnya kajian tentang pengertian dan proses berpikir, pengertian dan prinsip-prinsip problem solving, faktorfaktor yang berpengaruh dalam proses problem solving, langkahlangkah problem solving, dan kerangka berpikir dalam problem solving. Pembahasan 1. Pengertian dan Proses Berpikir
a. Pengertian Berpikir Berpikir adalah daya paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari hewan. Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak, akan tetapi, pikiran manusia meskipun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga meIibatkan seluruh pribadi manusia dan juga meIibatkan perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada objek tertentu, menyadari kehadirannya serya secara aktif menghadirkannnya dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut. (Sobur, 2003: 201). Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan, berpikir itu merupakan proses yang dialektis, artinya selarna berpikir, pikiran dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan. Dalam berpikir diperlukan alat yaitu akal (rasio), hasil berpikir dapat diwujudkan dengan bahasa (Ahmadi, 1991: 30), baik Iisan, tulisan, maupun isyarat. Pendapat para ahli mengenai berpikir berrnacam-macam, misalnya ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan di mana subjek yang berpikir pasif. Sedangkan aliran Behaviorisem berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti halnya kita mengucapkan buah pikiran, dengan demikian menurut Behaviorisme berpikir tidak lain adalah berbicara. Sementara
4 psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai peranan yang besar dalam berpikir, dalam teori Gestalt berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat diamati dengan alat indra. (Sumadi Suryabrata, 2008: 54) Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Karenanya berpikir juga berarti berjerih payah secara mental untuk memahami sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan, meraneang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan, meng-golongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan, menafsirkan. melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis dan sintetis, menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada, menimbang, dan memutuskan. Pada umumnya, kegiatan berpikir dimulai ketika muncu1 keraguan dan pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman atau keheranan dengan apa yang terjadi atau dialami, kekagurnan atau keheranan tersebut menimbulkan pertanyaan-pertanyaan untuk dijawab. [enis, banyak, sedikit, dan mutu pertanyaan yang diajukan bergantung pada minat, perhatian, sikap ingin tahu, serta bakat dan kemampuan sobjek yang berpikir, Dengan demikian, kegiatan berpikir rnanusia selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subjek yang bersangkutan, kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh straktur bahasa yang dipakai serta konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir dilakukan. (Sobur, 2003: 202) Pada hakekatnya, berpikir merupakan eiri utama bagi manusia untuk membedakan antara manusia dan makhluk lain. Dengan dasar berpikir ini , manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh aka! dapat memikirkannya. Berpikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal; manusia dapat berpikir karena rnanusia berakal. Akal merupakan intinya, sebagai sifat hakikat, sedangkan makhluk sebagai genus yang merupakan zat, sehingga manusia dapat dijelaskan sebagai makhluk yang berakal. Aka! merupakan unsur kejiwaan rnanusia untuk
5 mencapai kebenaran, di samping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak untuk mencapai kebaikan, dengan akal inilah, manusia dapat berpikir untuk mencapai kebenaran hakiki. (Sobur, 2003: 208) Dalam pemakaian sehari-hari, kata berpikir selalu disamakan dengan bemalar atau berpikir secara diskursif dan kalkulatif, meskipun sesungguhnya berpikir lebih luas dari sekedar bemalar. Bemalar adalah kegiatan pikiran untuk menarik kesimpulan dari premis-premis yang sebelumnya sudah diketahui, Bemalar bisa mengambil bentuk induktif, deduktif, ataupun abduktif. Penalaran induktif merupakan proses penarikan kesimpulan yang berlaku umum (universal) dad rangkaian kejadian yang bersifat khusus (partikuler). Sebaliknya, penalaran deduktif adalah penarikan kesimpulan khusus berdasarkan hukum atau pemyataan yang berlaku umum. Adapun penalaran abduktif (suatu istilah yang dikenalkan oleh Charles S. Piece) adalah penalaran yang terjadi dalam merumuskan suatu hipotesis berdasarkan kemungkinan adanya korelasi antara dua atau lebih peristiwa yang sebelumnya sudah diketahui, sebagai contoh diketahui bahwa semua pisang barangan berasal dari Medan, pada suatu saat ketika makan siang disajikan pisang barangan, kita berkesimpulan bahwa pisang tersebut berasal dari Medan. Penalaran sebagai kegiatan berpikir logis belum menjamin bahwa kesimpulan yang ditarik atau pengetahuan yang dihasilkan pasti """ benar. Walaupun penalarannya betul atau sesuai dengan asas-asas logika, kesimpulan yang ditarik bisa saja salah kalau premis-premis yang mendasari penarikan kesimpulan itu ada yang salah. Sementara itu, jika kegiatan berpikir dimengerti secara lebih luas dan menyeluruh, mulai dari penserapan indrawi, konseptualisasi atau proses pemahaman atas data yang diperoleh, serta berakhir dengan penegasan putusan, dapat saja dibicarakan tentang benar salah dalam berpikir. Penalaran yang betul merupakan unsur penting dalam kegiatan berpikir, dan dapat menunjang kegiatan berpikir yang benar. (Sobur,
2003: 209)
i ------ ----,- -- -- I
I
".. . ." I f : _1
"I
~
'~J~.
,'~.
.,.,
"j:
~ >'
J
--,
-.
~
'
';i. ' .
6 b. Proses Berpikir Untuk menghasilkan buah pikiran yang berkualitas, dalam berpikir ada beberapa proses yang harus dilalui oleh setiap orang yang berpikir. Adapun proses-proses tersebut adalah : 1) Pembentukan Pengertian, (Chalijah Hasan, 1994 : 39) pengertian atau lebih tepatnya disebut pengertian legis dibentuk melalui tiga tingkat, yaitu; (a) Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, Objek tersebut diperhatikan unsur-unsurnya satu demi satu, misalnya mau membentuk pengertian manusia, diambil manusia dari berbagai bangsa lalu dianalisis ciri-erinya. (b) Membandingbandingkan ciri-ciri tersebut untuk ditemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak santa, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki. (c) Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki, misalnya jika yang dianalisis ciri-ciri manusia dari berbagai bangsa, maka ciri yang hakikinya adalah, bahwa manusia adalah makhluk hidup yang berbudi. (Sumadi Suryabrata, 2008: 56) Pada waktu pembentukan pengertian ada tiga macam pengertian yaitu; (a) Pengertian pengalaman, artinya pengertian yang diperoleh dari pengalamanpengalaman yang berturut-turut, misalnya pengertian meja. (b) Pengertian kepercayaan, yaitu pengertian yang terbentuk melalui kepercayaan, misalnya pengertian tentang Tuhan, Neraka, dan Surga. (c) Pengertian Iogis, yakni pengertian yang dibentuk dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain, dengan cara menganalisa, membandingkan, mensitesa atau meng-gabungkan dengan pengertian yang lain sehingga menjadi satu pengertian yang bulat. (Ahmadi, 1991: 1) 2) Pembentukan Pendapat, membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau prediket. Subjek adalah pengertian yang diterangkan, sedangkan prediket adalah pengertian yang menerangkan; misalnya rumah itu baru; rumah adalah subjek,
7 dan bam adalah prediket. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (a) Pendapat alternative atau positif, yaitu pendapat yang mengiyakan, yang secara tegas menyatakan keadaan sesuatu, misalnya: Si Budi itu pandai, Si Ani rajin, Si Nana gadis yang tercantik di kampusnya, dan lain sebagainya. (b). Pendapat negative, yaitu pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal; misalnya Si Budi tidak bodoh, si Ani tidak malas, si Nana tidak jelek, dan sebagainya. (c) Pendapat modalitas atau kebarangkalian, yaitu pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinankemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya: hari ini mungkin hujan, si Hadi mungkin tidak datang, dan sebagainya. (Sumadi Suryabrata, 2008: 57) 3) Pembentukan Keputusan, yaitu pikiran menggabung-gabungkan pendapat tersebut. Pembentukan keputusan menurut terjadinya ada 3 macam keputusan : a. keputusan dari pengalaman-; seolah saya di depan masjid, b. keputusan dari tanggapan-tanggapan c. keputusan dari pengertian-pengertian. (gunadarma.ac.id/docmodul/psikologi umuml/ Bab7.pdf+ Berpikir+ %2B+Problem+Soling&cd=18&hl=id&c t=c1nk&gl=id). 4) Penarikan Kesimpulan, yaitu pikiran berkeja untuk menarik keputusan-keputusan dari keputusan yang lain. Ada 3 macam kesimpulan yaitu: kesimpulan induksi, kesimpul-an deduksi dan kesimpulan analogi, yaitu kesimpulan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada, pada biasanya kesimpulan analogi ini kurang benar. Misalnya; ibu sakit, tidur; adik tidur, adik sakit. (gunadarma.ac.id/ docmodul/ psikologi umum l/Bab 7.pdf+ Berpikir+ % 2B+Problem+ Soling&cd= 18&hl=id&ct=clnk&gl=id). Jika kegiatan berpikir itu ditujukan dan dikaitkan dengan upaya pemecahan masalah, maka kegiatan berpikir akan menempuh langkah-Iangkah seperti berikut ini : a) Pertama; menyadari adanya masalah, seseorang akan mulai berpikir bila menghadapi permasalahan yang ada kaitan dengan .
. ..
.
. '.
8 kepentingan dirinya, dan ia merasakan adanya dorongan kuat untuk memecahkannya, guna mencapai apa yang diinginkannya. Menyadari adanya rnasalah merupakan langkah pertama dalatn proses berpikir kreatif untuk memecahkan masalah. b) Kedua; menghimpun data, ketika seseorang merasakan adanya suatu persoalan, biasanya ia meneliti topik masalah yang dihadapinya dari berbagai aspek, agar dapat memahaminya dengan baik. Kemudian ia mengumpulkan berbagai data, dan informasi untuk mengetahui sesuai tidaknya dengan persoalan yang dihadapi, untuk kemudian mengatnbil yang ada hubungannya, sedangkan sisanya tidak dipergunakan. Langkah ini akan membantu dalam memperjelas, memahami, membatasi persoalan secara akurat, dalam rangka menyusun hipotesishipotesis bagi pemecahannya. c) Ketiga; menyusun hipotesis, pada saat menghimpun data dan informasi yang berkaitan dengan masalah, terlintas dalam otak beberapa kemungkinan solusi atau hipotesis, yang merupakan pemecahan persoalan yang direncanakan. d) Keempat, menilai hipotesis, ketika seorang pemikir sedang menyusun hipotesis untuk memecahkan masalah, biasanya ia mengkaji dan mendiskusikan hipotesis itu berdasarkan data dan informasi yang ada padanya. Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan kesesuaian dan kelayakannya guna memecahkan masalah tersebut. Kadang-kadang hipotesis yang disusunnya tidak sesuai dengan beberapa informasi dan fakta tentang persoalan yang dihadapi, Karena itu, ia pun mengeyam-pingkan hipotesis tersebut dengan anggapan tidak layak untuk memecahkan masalah. Kemudian ia menyusun hipotesis lain, mengkaji dan mendiskusikannya sebagaimana ia lakukan terhadap hipotesis pertama, bila temyata masih tidak sesuai, maka proses seperti ini akan terns terulang, hingga akhirnya sampai pada hipotesis yang dapat diterima dan sesuai dengan inforrnasi dan fakta yang ada, serta layak untuk memecahkan persoalan tersebut.
9 t l
e) Kelima, membuktikan kebenaran hipotesis, setelah membuang hipotesis-hipotesis yang tidak sesuai dan memperoleh hipotesis yang sesuai dan layak untuk memecahkan persoalan, seorang pimikir biasanya akan mengumpulkan data-data yang lain, dan melakukan pengamatan baru atau mengadakan beberapa percobaan untuk meyakinkan kebenaran hipotesisinya. (Usman Najati, 2005 : 104) 2. Pengertian dan Prinsip Problem Solving Secara bahasa, problem dan solving berasal dari bahasa Inggris. Problem artinya masalah, sementara solving (kata dasarnya to solve) bermakna pemecahan. Dengan demikian, problem solving dapat kita artikan dengan 'pemecahan masalah.' Problem Solving adalah suatu ilmu dalam manajemen organisasi yang dipergunakan oleh para pemimpin dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada dalam organisasi yang dipimpinnya. Qillp:I!musriadLmultiply.com! journal/item! 37!Makalah Problem Solving,). Dr. Walter A. Shewhart (www.uin-suka.info!joomlakusukaL ctsdLwebctsdLPemecahan Masalah.htm, mengatakan bahwa problem solving merupakan siklus proses yang terdiri dari empat tahap, yaitu rencana (plan), melakukan (do), memeriksa (chek) dan aksi (act). Rencana merupakan proses untuk mendefinisikan dan mengidentifikasi solusi potensial dari masalah. Apa yang dilihat, itulah kekuatan masalah sebenarnya dari simtom, Tahap perencanaan kemudian diperkuat tahap melakukan yaitu mengimplementasi kan berdasarkan rencana yang telah dibangun. Tahap memeriksa dengan melihat hasil perubahan yang bersifat kekal dan melakukan perbaikan pengukuran. Aksi merupakan tahap terakhir yang dalam implementasinya orang yang memecahkan masalah terdiri dari tiga model, yaitu; 1) Orang tidak melakukan apapun, 2) Orang membuat penyesuaian minor dan 3) Orang membuat penyesuaian mayor. (h!!p:U www.uin-suka.infoLjoomlakusukaLctsdL webctsd/Pemecahan Masalah.htm, didownload tanggal8 Mei 2009).
10 [ika penalaran merupakan mekanisme untuk menarik kesimpulan atau informasi baru dari hal yang sudah diketahui, maka penyelesaian masalah merupakan proses menemukan solusi suatu tugas dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki. Penyelesaian masalah pada manusia dikarakteristikkan oleh kemampuan mengadaptasikan informasi dengan situasi yang baru. Terdapat beberapa pandangan mengenai cara manusia menyelesaikan masalah. Gesltat memandang bahwa proses pemecahan masalah melibatkan penggunaan pengetahuan dan proses mental (insight). Teori problem space melihat bahwa pikiran manusia adalah pemroses informasi yang terbatas. 3. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Proses Problem Solving Menurut Davidoff (1988) terdapat dua faktor yang mempengaruhi ketrampilan seseorang dalam memecahkan masalah, yaitu hasil belajar sebelumnya dan derajat kewaspadaan. a) Hasil Belajar Sebelumnya. Bila suatu pengalaman masa lalu dapat membantu kita untuk memecahkan masalah pada saat ini, maka peristiwa ini disebut transfer positif Memang seringkaIi terjadi bahwa pengalaman rnasa lalu dapat memperkaya kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam transfer positif ini dikatakan bahwa seorang individu pada masa lalunya telah membentuk semacam perangknt belajar atau dapat dikatakan bahwa mereka telah mempelajari apa-apa yang harus dipelajari. b) Derajat Kewaspadaan (arousal). Dalam pemecahan masalah seringkali juga membutuhkan adanya peranan dati Derajat Kewaspadaan (arousal), karena dalam kehidupan sehari-hari kita dalam menghadapi persoalan atau mempelajari sesuatu hal seringkali membutuhkan perangsangan terlebih dahulu. Perangsangan itu antara lain adalah pemusatan perhatian, emosi, kebutuhan, dan alasan-alasan lainnya. (gunadarma.ac.id/ docmodulf psikologi umum l/Bab 7.pdf+ Berpikir+ % 2B+ Problem- Soling&cd= 18&h1=id&ct=clnk&gl=id).
II c) Derajat Ketakwaan kepada Allah, dalam pandangan Islam agama mutlak diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang paling ruwet dalam kehidupan pribadi dan masyarakat. Karenanya bagi orang-orang mukmin yang bertakwa, ia mempunyai kekuatan yang rnampu menghadapi segala rnacam problematika hidup, sanggup mengatasi saat-saat yang kritis, dapat mendobrak jalanjalan buntu untuk mencari solusi bagi rnasalahnya, sehingga ia mampu membukakan way out kepadanya dari setiap problem dan situasi yang kritis. (Nasruddin Razak,1986 : 237) Hal ini sejalan dengan firrnan Allah :
Artinya ; "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar". (QS: atThalaaqj65 : 2) Masih dalam surah yang sama, Allah berfirman : "Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya." (QS: at-Thalaaqj65 : 4) Dengan membaca dan memahami dua ayat tersebut di atas, kiranya cukuplah bagi orang yang berakal untuk menyakini, bahwa dalam memecahkan atau mencari solusi terhadap berbagai masalah, selain diperlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, ketakwaan kepada Allah juga merupakan faktor penting bagi seseorang dalam menghadapi dan memecahkan berbagai rnasalah atau persoalan hidup, baik itu sebagai individu rnaupun sebagai bagian dari kehidupan kolektif. Pemecahan masalah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus yang menimbulkan masalah; pada sifat-sifat rnasalah: sulit - mudah, baru - larna, penting - kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak rnasalah lain. Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh faktor-faktor biologis dan sosio-psikologis terhadap proses pemecahan rnasalah. Manusia yang kurang tidur
12 mengalami penurunan kemampuan berfikir; begitu pula apabila ia ter1a1u 1e1ah. Faktor-faktor sosio-psiko1ogis misalnya; a. Motivasi; Motivasi yang rendah mengalihkan perhatian, sedang motivasi yang tinggi membatasi fleksibilitas. b. Kepercayaan dan sikap yang salah; asumsi yang salah dapat menyesatkan kita. Bila kita percaya bahwa kebahagiaan dapat dipero1eh dengan kekayaan material, kita akan menga1ami kesulitan ketika memecahkan penderitaan batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas pemecahan masalah. 5ikap yang defensive, (misalnya, kurang kepercayaan pada diri sendiri ) akan cenderung menolak informasi baru, merasionalisasikan kekeliruan dan mempersukar penye1esaian. c. Kebiasaan; Kecenderungan untuk mempertahankan po1a berfikir tertentu, atau melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang berlebihan dan tanpa kritis pada pendapat otoritas, menghambat pemecahan masalah yang efisien, d. Emosi: Emosi mewarnai cara berfikir kita. Kita tidak pernah dapat berfikir betu1-betu1 obyektif. Sebagai manusia yang utuh, kita tidak dapat mengesampingkan emosi. Sampai disitu emosi sudah mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stres, barulah kita menjadi sulit berfikir efisien. (www.uin-suka.info/ joomlakusukalctsdl webctsd/Pemecahan Masa1ah. htm), 4. Berpiklr dan Problem Solving dalam Islam Al Qur-an selaku Kitab Sud dan sumber pokok ajaran Islam dengan tegas menyeru manusia untuk berpikir, sebagaimana dapat dibaca pada firman Allah :
13 Katakanlah: "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri: kemudian kamu fikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.(QS: Saba'/34 : 46)
Artinya
Selain itu manusia juga didorong untuk berpikir tentang alam semesta, memperhatikan berbagai fenomena alam, merenungkan keindahan ciptaan-Nya, dan kesempumaan system-Nya. Demikian pula manusia diperintahkan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, mengetahui SunnatuUah dan undang-undang-Nya di berbagai lapangan iImu pengetahuan. (Usman Najati,2005: 101) Seruan untuk melakukan observasi, penelitian, berpikir dan memperoleh iIrnu pengetahuan, didapatkan dalam al Qur'an, seperti Firman Allah: ~'"
~....
~
JLt!lj J-;JI ~Ij d'j~IJ 9 IJq.;.I_. _'.~,ll~ .... ~ ;'I
-
'"
;
~
J:r
01
~
·fL~J(}"~ UlI't ;'" . ~;. ~ ~~il' · :: JI~I~J ~,,;~~ ~ ~~".
oJ'
~ '!j Ley J :~~j~l~, L;>ij ,~D~ ~~ ~.lI~U11
Artinya
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, siIih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
14 hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirknn.(QS: Al Baqarah/2 : 164) Dalam ayat-ayat lain juga ditemukan adanya isyarat dari Allah yang memotivasi rnanusia untuk menggunakan pikirannya, ayat-ayat tersebut adalah: QS: Yunus/10 : 101, QS: al-Hafi/22 : 46, QS: al'Ankabut/29: 20, QS: al-An'am/6: 99, QS: 'Abasa/80: 24-32, QS: alGhasyiyah/88 : 17-21. Ayat-ayat tersebut dan ayat-ayat lain yang semakna merupakan seruan yang jelas untuk memperhatikan, mengamati, dan melakukan penelitian ilmiah terhadap semua yang ada di langit dan di bumi, semua makhluk dan berbagai fenomena alam. AI Qur' an tidak hanya mendorong manusia untuk berpikir dan melakukan penelitian ilmiah tentang berbagai gejala alam, tetapi juga berpikir tentang dirinya, yakni tentang rahasia penciptaannya, baik secara biologis maupun psikis, Dengan demikian, al-Qur'an memerintahkan manusia untuk mengekplorasi berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti biologi, fisiologi, kedokteran dan psikologi. (Usman Najati,2005: 102) Seruan Al Qur-an agar manusia mempergunakan aka! pikirannya, nampak jelas dari banyaknya ayat al Qur'an yang mengandung ungkapan; "afala ya'qulun (apakah mereka tidak memikirkan)?", "la'allakum ta'qilun" (agar kamu mengerti), "inkuntum ta'qilun" Gika kamu memikirkannya), "liqauimin ya'qilun" (bagi orang-orang yang berakal), "afala yatafakkarun" (apakah mereka tidak memikirkannya), "la'allakum tatafakkarun" (supaya kamu berpikir), "la'allahum yatafakkarun" (supaya mereka memikirkan), "liqauimin yatafakkarun" (kepada orang-orang yang berpikir). (Usman Najati,2005: 102) Dalam alQur'an, kata yang berasal dari kata "al-aql" disebut sebanyak 40 kali, dan berasal dari kata "al-fikr", disebutkan 18 kali.(yusuf alQardhawi,1984: 3-4)
15 1 1 1
i
1
t
Al Qur'an juga menegaskan tentang pentingnya berpikir dalam kehidupan manusia, dan mengangkat derajat manusia yang mau mempergunakan akal dan pikirannya, sebagairnana difirmankan Allah dalam surah az-Zumar ayat 9: Artinya: "(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahrnat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sarna orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerirna pelajaran". (QS: 39 : 9) Sebaliknya al-Qur'an merendahkan kedudukan orang-orang yang tidak mempergunakan akal dan pikirannya, serta menjadikan mereka lebih rendah daripada binatang, seperti terungkap dalam firrnan Allah; Artinya: "Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah.orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun" .(QS: al-Anfal/B : 22) Tidak hanya sekedar mendorong manusia untuk berpikir, Islam juga memberikan ajaran tentang bagaimana berpikir praktis guna pemecahan masalah (problem solving), hal ini seperti yang dikisahkan dalam Al Qur'an tentang usaha yang dilakukan oleh Ibrahim AS dan cara yang ditempuhnya dalam berpikir untuk mengenal Tuhan Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa yang telah menciptakan alam ini. Hal ini dapat dibaca dalam firrnan Allah: "Dan (ingatlah) di tuaktu Ibrahim berkata
kepada bapaknya Aazar: "Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai iuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesaian yang nyata 11. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-ianda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kmni memperlilzatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihai sebuah bintang (lalu) dia berkata: 11 Inilah Tuhanku 11 Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia beikata: 11 Saya tidak suka kepada yang tenggelam", Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: II Inilah Tuhanku II. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: II Sesungguhnya jika Tuhanku tidJlk memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesai". Kemudian tatkala dia melihai matahari
16
terbit, dia berknta: "l nilah Tuhanku, ini yang lebih besar", maka tatkala maiahari itu telah ietbenam, dia berknta: Hai kilumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutuknn. Sesungguhnya aku menghadapknn diriku kepada Tuhan yang mendptaknn Zangil dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku buknnlah termasuk orang-orang yang mempersekutukiln Tuhan."(Q3: al-An'am/e : 7~79) II
Dari firrnan Allah tersebut, dapat dipahami Ibrahim menyadari bahwa penyembahan terhadap berhala yang dilakukan oleh kaumnya adalah perbuatan batil, karena berhala-berhala itu dibuat oleh manusia, maka bagaimana mungkin manusia menyembah sesuatu yang ia buat dengan tangannya sendiri. Kagalauan Ibrahim As tentang ini, diungkap dalam firman Allah "Ibrahim berkata: "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat itu?".(Q3: as-Saffatj37 : 95) Kecuali berhala itu buatan manusia, berhala-berhala tersebut tidak berdaya dan tidak memiliki kekuatan apapun, sehingga tidak mungkin disebut Tuhan, sebab Tuhan adalah Zat Yang Maha Kuat, Maha Kuasa, Penguasa alam semesta, Pemberi rahmat dan rezki. Hal ini diungkap dalam firman Allah: "Ibrahim berkata: "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?".(QS: alAnbiyaJ21 : 66) Kesadaran Ibrahim As telah menimbulkan persoalan dalam dirinya, yang senantiasa mendesak dan menguasai pikirannya. Dengan kesadarannya itu, Ibrahim As merasakan adanya sesuatu yang mendorongnya untuk berpikir tentang masalah yang dihadapinya, dalam ranggka mengetahui Tuhan pencipta alam semesta. Timbulnya dorongan itu didukung oleh fitrahnya yang benar, jiwanya yang bersih, akalnya yang sehat, di samping karena hidayah dati taufiq Allah. Kemudian Ibrahim As berupaya melakukan pengamatan, pengumpulan data dan informasi, dengan memulai mengamati berbagai fenomena alam, di langit dan di bumi, dengan harapan memperoleh petunjuk untuk mengetahui Tuhan, diperhatikannya bintang, bulan, matahari, dan fenomena alam lainnya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah: "Dan demikianlah Kami perlihatkan
17 l I I
i , •
kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin".(QS: al-An'am/6 : 75)' Dari hasil pengamatannya itu, Ibrahim As, menyusun beberapa hipotesis. Misalnya, ketika malam telah menjadi gelap dan ia melihat bintang gemerlap di langit yang kelam, ia berasumsi bahwa bintang itulah Tuhan. Namun ketika diketahui, bintang itu mengalami perubahan, yakni tenggelam dan tidak muncul lagi, maka hipotesis itu ia tolak, karena tidak sesuai, sebab Tuhan haruslah tetap, tidak berubah, selalu ada dan tidak menghilang. Ketika ia melihat bulan bersinar di waktu malam, ia pun berhipotesis, bulan itulah Tuhan, akan tetapi, tatkala bulan menghilang, hipotesis itupun kembali ditolaknya. Begitu juga ketika ia melihat matahari bersinar terang memenuhi jagat raya, dan ukurannya lebih besar daripada bulan dan bintang, maka untuk ketiga kalinya ia beranggapan, bahwa matahari itulah Tuhanku, akan tetapi ketika dilihatnya matahari itu tenggelam, maka iapun membatalkan hipotesisnya, karena tidak sesuai dengan sifat-sifat ketuhanan. Setelah semua hipotesis itu ia tolak, karena tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi, akhirnya Ibrahim As membuat hipotesis baru yang ide pokoknya adalah bahwa Tuhan adalah Dzat yang menciptakan bulan, bintang, dan matahari. langit dan bumi serta semua makhluk yang ada di dalamnya. Karenanya ia mengatakan, "Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan". (QS: alAn' ami 6 : 79) Ucapan Ibrahim As ini tentu saja karena ia memikirkan hipotesis yang akhirnya mebuat ia mendapat hidayah, dan juga mengumpulkan berbagai hasil pengamatannya tentang gejala-gejala alam, Namun ia tidak menemukan sesuatu yang menggugurkan hipotesis ini, bahkan ia mendapatkan bahwa semua keindahan ciptaan Allah yang ia saksikan, dan system yang begitu sempurna di alam semesta ini membuktikan adanya TOOan Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa, dan Maha Bijaksana. Dialah yang telah menciptakan alam semesta ini, berikut makhluk yang ada di dalamnya, yang semuanya
18 berada dalam system yang sempuma dan pasti. Demikianlah, melalu] kisah Ibrahim As dapat diperoleh pelajaran bagaimana AI Qur'an menggambarkan secara tepat dan jelas, langkah-Iangkah yang hams ditempuh dan dilakukan dalam proses berpikir untuk memecahkan berbagai masalah. Dari uraian ini juga dapat diambil suatu pemahaman, bahwa dalam Islam, hidayah Allah juga sesuatu yang dibutuhkan dalam memecahkan berbagai masalah, meskipun demikian Allah tetap memerintahkan manusia untuk melakukan penelitian, pengamatan, dan berpikir guna memecahkan masalah.(Usman Najati, 2005: 106-107)
Kesimpulan Kemampuan berpikir merupakan anugrah yang terindah dan termahal diberikan Allah Swt kepada makhluknya yang dinamakan manusia. Dengan kemampuan berpikir inilah manusia menjadi berbeda dengan makhluk lain, sehingga ia mampu melakukan berbagai pengembangan ilmu pengetahuan yang diperlukan bagi kehidupan umat manusia. Secara sederhana berpikir merupakan keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan, sekaligus dengan berpikir pula manusia mampu menemukan suatu pemahaman terhadap apa yang dikehendakinya. Kegiatan berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan, memecahkan masalah (problem solving, dan menghasilkan yang baru (creativity). Dengan demikian antara kegiatan berpikir danpemecahan masalah (problem solving) sesungguhnya merupakan dua kegiatan yang saling terkait. Sebab kemampuan seseorang dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang dihadapi sangat ditentukan oleh kemampuan pikirnya, atau dengan kata lain semakin tinggi dan baik kemampuan berpikir seseorang, maka semakin baik pula kemampuannya dalam memecahkan masalah-maselah yang dihadapinya. Dalam dunia pendidikan, berpikir dan problem solving merupakan dua kemampuan peserta didik yang harus diperhatikan dan dikembangkan oleh para pendidik. Sebab jika kedua kemampuan ini tidak dikembangkan, maka manusia tidak akan memiliki kemandirian
19 dan kemampuan dalam menjalani kehidupannya di dunia ini, Dalam kaitan ini, Islam sebagai agama rahmatan IiI'alamin, juga memberikan perhatian terhadap kegiatan berpikir dan pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia, tentu saja keperhatian ajaran Islam kepada kegiatan berpikir dan problem solving ini adalah dimaksudkan untuk memberi kemashlahatan bagi manusia, sehingga manusia dapat berpikir dan berusaha memecahkan berbagai masalah yang dihadapi tanpa harus bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam Islam, pendidikan berpikir merupakan satu tanggung jawab penting yang harus dilaksanakan oleh para pendidik, baik itu orang tua atau guru di sekolah, hal ini ditujukan untuk memelihara perkembangan intelektual anak manusia agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan oleh ajaran Islam. Oleh karenanya dalam memberikan pendidikan berpikir kepada anak, yang perlu dilakukan adalah mengisi serta menyadarkan pikiran mereka dengan berbagai konsep yang Islami, baik berkaitan dengan akidah, syari'at, mu'amalah, dan akhlak yang Islami. Selain itu para orang tua dan pendidik juga bertanggung jawab menjaga dan memilihara kesehatan fasilitas pikiran yang dianugrahkan Allah kepada anak manusia, sehingga pikiran anak manusia tetap sehat dan mampu berpikir secara sehat dan Islami pula. Oaftar Pustaka
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terjem. Saifullah Kamalie, Semarang: CV. Asy Syifa',1981. Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia,2003. Chalijah Hasan, Dimensi-Dimensi Psikologi Pendidikan, Surabaya: AIlkhlas,1994. Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning, ter]. Ibnu Setiawan, Bandung: Mizan Learning Center (MLC),2008. http://www.eramuslim.net/?buka=show_artikel&id=l63. Agus Syafii, Berfikir itu perintah , didomwload tanggal 9 Mei 2009.
20 http://72.14.235.132/ search?q= cache: 96c- v5TF8DIJ: elearning. gunadarma.ac.id/ docmodul/ psikologi umum I/Bab 7.pdf+ Berpikir+ % 2B+Problem+ Soling&cd= 18&hl=id&ct=c1nk&gl=id. 9 Mei 2009. http://www.geocities.com/tin_chan_sk/IMK_pert03.htm.TintinChand ra, S.Kom, MM, didownload tanggalll April 2009. http://ivanzz.dagdigdug.com/2008/08/08/problem-SOlving/, didownload tanggalll April 2009 http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/viewPDFInt erstitial/15721/15713. Istiawati Kiswandono, Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektura, didownload tanggal 11 April 2009. ImamBuchori, Rejleksi Seni Rupa Indonesia: Perlunya Seni Pada Pendidiknn Tinggi. Jakarta: Balai Pustaka, 2000 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung. Remaja Rosdakarya,1996. Muhammad Usman Najati, Al Qur'an dan Psikologi, terj. Tb.Ade Asnawi Syihabuddin, Jakarta: Aras Pustaka, 200s. Munandar, SC Utami. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2002. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung: Al Ma'arif,1986. Rita L. Atkinson, et-al. Pengantar Psikologi, edisikesebelas, jilid satu, ter]. Widjaja Kusuma, Batam: Interaksara, tt. Rofi'uddin, Ahmad. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk SislOa
Sekolah Dasar. Iumal Bahasa dan Seni, Vol. 28, No.1, Malang: Universitas Negeri Malang, 2000. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008. Widagdo, Milsalah, Teori dan Praktek. [urnal Seni, Vol. III, No. 03, Yogyakarta: InstitutSeni Indonesia, 1993. Yusuf al-Qardawi, ar-Rasul al-Mu'alum, Daaras-Sahwa, 1984.