Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN GASING (GAMPANG, ASYIK, DAN MENYENANGKAN) PADA SISWA KELAS IX A SMP MUHAMMADIYAH 1 BANJARMASIN Pri Ariadi Cahya Dinata, M. Arifuddin Jamal, Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin
[email protected] Abstrak: Motivasi belajar siswa yang rendah ternyata berefek pada hasil belajar. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran gasing (gampang, asyik, dan menyenangkan). Tujuan khusus penelitian untuk mendeskripsikan: (1) Keterlaksanaan RPP, (2) Aktivitas siswa, (3) Motivasi belajar siswa, (4) Hasil belajar siswa. Jenis penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas model Hopkins yang terdiri dari 3 siklus, setiap siklus meliputi plan, action/observation, dan reflective. Data diperoleh melaluit tes, observasi, angket, dan dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Temuan penelitian yaitu: (1) Keterlaksanaan RPP sangat baik, (2) Aktivitas siswa menunjukkan pembelajaran yang berpusat pada guru, (3) Motivasi belajar siswa meningkat dilihat dari hasil angket ARCS dengan nilai motivasi pada siklus I sebesar 3,71, siklus II sebesar 3,80, dan siklus III sebesar 3,99, (4). Hasil belajar siswa secara klasikal meningkat dimana ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 68,18%, ketuntasan klasikal siklus II sebesar 90,90%, dan ketuntasan klasikal siklus III sebesar 100%. Diperoleh simpulan bahwa metode pembelajaran gasing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Kata kunci: motivasi belajar, hasil belajar, gasing sudah tidak bersemangat, bahkan sudah
PENDAHULUAN Sampai
sekarang
ini
persepsi
merasa tidak bisa.
masyarakat belum berubah mengenai
Hasil observasi pada peserta didik
mata pelajaran fisika sebagai salah satu
kelas IX A SMP Muhammadiyah 1
pelajaran yang paling ditakuti, serta
Banjarmasin menunjukkan bahwa siswa
menganggap bahwa fisika merupakan
memiliki masalah pada motivasi belajar.
pelajaran yang paling sulit karena
Dan pada observasi selanjutnya peneliti
berhubungan dengan angka-angka dan
menemukan bahwa hasil belajar siswa
rumus yang harus dihafal. Kondisi ini
juga
memunculkan pandangan bahwa fisika
harapan.
hanya mampu dikuasai oleh orang-orang
penjelasan Majid (2013) bahwa motivasi
yang memiliki IQ tinggi saja. Alhasil,
menempati posisi yang sangat vital
ketika guru masuk ke dalam kelas siswa
dalam pembelajaran karena motivasi
161
masih Hal
belum ini
sesuai
dengan
sesuai
dengan
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
merupakan salah satu faktor yang
dikembangkan oleh Yohanes Surya.
mempengaruhi hasil belajar. Motivasi
Metode
belajar yang rendah akan menyebabkan
mengajarkan bagaimana berpikir seperti
hasil belajar yang rendah pula.
seorang fisikawan dalam menyelesaikan
Penyebab
kurangnya
motivasi
pembelajaran
soal-soal
fisika
dengan
Gasing
pendekatan
belajar dan hasil belajar fisika tersebut
logika dan hampir tanpa rumus, karena
yang ditemukan peneliti adalah guru
pembelajaran Gasing ini menggunakan
tidak mengajarkan konsep dan prinsip
metode logika biasa berdasarkan konsep
fisika dengan lebih sederhana. Ketika
dasar fisika dan kemampuan hitung
memberikan sebuah persamaan guru
dasar matematika yang meliputi tambah,
lebih
aspek
kurang, bagi, dan kali, siswa dapat
matematisnya saja tanpa menjelaskan
mengerjakan soal dengan cepat dan
arti fisis dari persamaan itu sendiri
benar.
secara
menjembatani
menekankan
mendalam.
pada
Akibatnya
siswa
Pembelajaran
Gasing
fisika
yang
dapat dulunya
kurang memaknai dari persamaan yang
merupakan suatu hal yang menyeramkan
baru saja mereka pelajari. Jadi wajar
menjadi tidak menyeramkan, bahkan
saja siswa menganggap bahwa fisika
menyenangkan.
adalah sesuatu yang abstrak dan sulit
Siswa
dipahami.
Padahal
kelas
IX
A
SMP
kemampuan
Muhammadiyah 1 Banjarmasin terdiri
pemahaman sebagai salah satu hasil
dari 22 siswa laki-laki. Berdasarkan
belajar, merupakan kemampuan dasar
tahap perkembangan kognitif di atas,
yang wajib dikuasai sebelum menguasai
siswa kelas IX A SMP Muhammadiyah
kemampuan aplikasi, analisis, sintesis,
1 Banjarmasin yang memiliki umur
evaluasi, dan kreatif.
berkisar 13-15 tahun berada pada tahap
Masalah
tersebut
perlu
diatasi
operasional
formal.
Sehingga
dengan suatu metode pembelajaran yang
diasumsikan siswa dalam pembelajaran
dapat membuat siswa tertarik belajar
di kelas sudah dapat berpikir tentang
fisika sekaligus dapat meningkatkan
abstraksi konsep dan prinsip fisika.
hasil belajar mereka. Salah satu metode
Materi
yang
digunakan
pada
pembelajaran yang dapat digunakan
penelitian ini adalah materi listrikateri-
sebagai
dengan
materi di atas dari konsep-konsep yang
pembelajaran
abstrak dan tidak bisa dirasakan secara
asyik,
dan
langsung oleh indera manusia. Siswa
menyenangkan) yang dikenalkan dan
tidak bisa melihat secara langsung
solusi
menggunakan Gasing
adalah
metode
(gampang,
162
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
mengenai muatan listrik, pergerakan
dengan hasil belajar adalah kemampuan
muatan listrik, atau energi potensial
yang diperoleh anak setelah melalui
listrik. Sehingga dalam mengajarkan
kegiatan belajar. Berhasil atau tidaknya
materi-materi ini diperlukan metode
seseorang dalam belajar disebabkan
yang tepat agar siswa tidak mengalami
beberapa faktor yang mempengaruhi
kesalahan dalam mengartikan konsep-
pencapaian hasil belajar. Salah satu
konsep tersebut. Metode tersebut harus
faktor tesebut adalah motivasi belajar
bisa
siswa.
memudahkan
memahami
materi
siswa
dalam
pelajaran
serta
Gasing merupakan akronim dari
meningkatkan hasil belajar mereka. Sardiman bahwa
(2011)
serangkaian
dilakukan
oleh
sebenarnya motivasi.
gampang, asyik dan menyenangkan.
menjelaskan
kegiatan
setiap
siswa
Fisika Gasing adalah suatu metode
yang
pembelajaran fisika yang diciptakan dan
itu
dikembangkan pada tahun 1996 oleh
dilatar
belakangi
oleh
Yohanes
Surya,
Motivasi
inilah
yang
dipelajari dan diajarkan secara gampang,
fisika
asyik
suatu kegiatan belajar, dimana hasil
pembelajaran
belajar akan menjadi optimal. Makin
terobosan reformasi dalam pembelajaran
tepat motivasi yang diberikan kepada
fisika. Metode pembelajaran Gasing
siswa,
mengajarkan bagaimana berpikir seperti
makin
berhasil
pula
pelajaran itu.
menyenangkan.
dapat
mendorong mereka untuk melakukan
maka
dan
agar
Gasing
Metode
merupakan
seorang fisikawan dalam menyelesaikan
Menurut Majid (2014) Motivasi
soal-soal
fisika
dengan
pendekatan
menempati posisi yang sangat vital
logika dan hampir tanpa rumus, karena
dalam pembelajaran karena motivasi
pembelajaran Gasing ini menggunakan
merupakan salah satu faktor yang
metode logika biasa berdasarkan konsep
mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang
dasar fisika dan kemampuan hitung
tidak tertarik pada apa yang mereka
dasar matematika.
pelajari atau tidak melihat adanya
Yohannes Surya (Faizah, 2012)
relevansi di dalamnya bisa menjadi
menjelaskan bahwa jika siswa langsung
gangguan
diharuskan
di
kelas
karena
adanya
menghafal
rumus
untuk
perbedaan nilai dan tujuan antara siswa
belajar fisika justru akan membuat siswa
dan sistem (guru).
semakin membenci pelajaran fisika.
Secara sederhana, menurut Susanto (Suprijono,
2012)
yang
Oleh karena itu idealnya harus dimulai
dimaksud
dari
163
mengerti
konsep,
membangun
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
logika, setelah itu baru menuangkannya
oleh orang-orang yang memiliki IQ
dalam bentuk rumus. Dengan adanya
tinggi.
pembelajaran
Gasing
peserta
didik
Tahap-tahap pembelajaran gasing
diharapkan lebih menyukai pelajaran
adalah sebagai berikut:
fisika dan tidak lagi menganggap bahwa fisika
adalah pelajaran yang sulit,
membosankan, dan hanya bisa dikuasai Tabel 1. Tahap-tahap pembelajaran gasing Aktivitas guru
Tahap-tahap
Guru memulai pembelajaran dengan berdialog secara sederhana dengan siswa seputar materi yang akan dipelajari. Dari dialog ini diharapkan siswa dapat memberikan pendapatnya, sehingga timbul hubungan yang erat antara S dan R. Guru membantu siswa untuk berimajinasi mengenai kejadian-kejadian yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari. Guru memberikan latihan berupa soal-soal sederhana yang hanya menggunakan formulasi matematika berupa penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Hal ini bertujuan untuk memperkuat penguasaan matematika siswa. Guru memberikan makna fisis setelah siswa dirasa mampu mengerjakan semua soal-soal sederhana tadi.
Tahap 1 Dialog sederhana Tahap 2 Berimajinasi atau berfantasi Tahap 3 Menyajikan contoh contoh soal secara relevan Tahap 4 Menyajikan materi secara mendalam Tahap 5 Memberikan variasi soal Penelitian
Guru kembali memberikan soal namun yang lebih bervariasi, soal tersebut dapat berupa soal cerita.
Sukarmin
(2013)
(PPM)
menunjukkan hasil bahwa peningkatan penguasaan
konsep
Pembelajaran
fisika
Pemecahan
juga
lebih
signifikan
dibandingkan tanpa Gasing.
pada Masalah
METODE PENELITIAN
(PPM) menggunakan metode Gasing
Jenis
penelitian
ini
adalah
lebih signifikan dibandingkan dengan
penelitian tindakan kelas (classroom
PPM
action
tanpa
peningkatan terhadap
Gasing.
Selain
itu
minat
belajar
siswa
pelajaran
fisika
pada
Pembelajaran
Pemecahan
research)
yang
bertujuan
meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar
Masalah
siswa
kelas
IX
SMP
Muhammadiyah 1 Banjarmasin. Alur penelitian tindakan kelas (classroom
164
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
action research) yang digunakan dalam
(Arikunto, 2010) yang digambarkan
penelitian
sebagai berikut:
ini
menggunakan
alur
penelitian tindakan kelas model Hopkins
Plan Reflective
Siklus I
Action/ Observation Revised Plan
Reflective
Siklus II
Action/ Observation Revised Plan
Reflective
Siklus III Action/ Observation Siklus yang direncanakan dalam
(4) Menyiapkan
angket
penelitian ini ada tiga. Tiap siklus terdiri
belajar siswa
motivasi
dari empat tahap yaitu perencanaan,
(5) Menyusun tes hasil belajar siswa
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
2. Action (Pelaksanaan)/ Observation
1. Planning (Perencanaan)
(Pengamatan)
Rencana merupakan tahapan awal
Tahap berikutnya setelah kegiatan
yang harus dilakukan guru sebelum
perencanaan selesai adalah melakukan
melakukan
implementasi/tindakan
sesuatu.
Rencana
yang
dilakukan meliputi: (1) Menyusun
dikelas
sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran RPP
metode
yang
disusun
dalam
pembelajaran fisika Gasing untuk 1
pembelajaran
siklus
siklus
pembelajaran fisika Gasing. Pada tahap
kali
awal guru mengajak siswa berdialog
ke
dilaksanakan
depan
(1
dalam
1
pertemuan).
metode
mengenai konsep fisika yang diajarkan.
(2) Menyusun materi ajar dan media
Tahap berdialog ini penting untuk
pembelajaran yang layak. (3) Menyusun
berdasarkan
rencana
lembar
membangun komunikasi sehingga siswa
pengamatan
merasa nyaman dengan guru. Tahap
keterlaksanaan RPP.
selanjutnya adalah guru mengajak siswa
165
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
untuk berimajinasi mengenai kejadian
Setelah
semua
data
terkumpul
sehari-hari yang berhubungan dengan
meliputi keterlaksanaan RPP, aktivitas
konsep fisika yang diajarkan untuk
siswa, hasil angket motivasi belajar, dan
membangun
hasil tes hasil belajar,
logika
siswa
tentang
selanjutnya
konsep fisika tersebut. Selain itu guru
dilakukan analisis dan refleksi antara
juga
tentang
guru/peneliti, observer serta perwakilan
yang
siswa. Analisis data dilakukan melalui
diajarkan itu. Tahap ketiga pemberian
reduksi data, paparan, dan kesimpulan.
contoh
Selanjutnya refleksi untuk mengkaji
memberikan
deskripsi
dari
soal
komik
konsep
fisika
sederhana
pengerjaannya
yang
menggunakan
tindakan
terhadap
keberhasilan
kemampuan hitung dasar siswa. Tahap
pencapaian berbagai tujuan dan perlu
selanjutnya dalah penguatan dari konsep
tidaknya ditindaklanjuti dalam rangka
fisika
menjelaskan
mencapai tujuan akhir. Berdasarkan
secara lebih mendalam. Dan yang
hasil refleksi, maka kesalahan-kesalahan
terakhir adalah memberikan variasi dari
yang
contoh soal.
dijadikan
tersebut
dengan
Selama melakukan tindakan kelas,
terjadi
selama
pembelajaran
pertimbangan
untuk
memperbaiki kesalahan pada siklus
maka dilakukan observasi oleh observer
berikutnya.
(guru mitra dan teman sejawat) tentang keterlaksanaan RPP dan aktivitas yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan oleh siswa selama proses
Keterlaksanaan
pembelajaran berlangsung. Pertemuan
pembelajaran Gasing
selanjutnya
peneliti
meminta
siswa
Hasil
RPP
observasi
metode
mengenai
mengisi angket motivasi belajar serta
keterlaksaan RPP pembelajaran Gasing
memberikan tes hasil belajar.
secara
3. Reflection (Refleksi)
berikut:
keseluruhan
Tabel 2. Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP Tahap 1 2 3 4 5 Penutup Rata-rata
Rata-rata Siklus I 3,75 3,75 3,67 3,75 2 2,5 3,23
166
Rata-rata Siklus II 3,87 3,80 3,58 3,83 4,00 4,00 3,84
Rata-rata Siklus III 3,87 3,91 3,67 3,83 4,00 4,00 3,88
adalah
sebagai
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
Keterlaksanaan RPP pada siklus I
Nilai rata-rata keterlaksanaan RPP
memiliki nilai di atas 3,5 dari tahap 1
siklus I adalah 3,23 dengan kategori
hingga tahap 4. Sedangkan tahap 5 dan
baik. Lalu nilai rata-rata keterlaksanaan
tahap penutup memiliki nilai di bawah
RPP siklus II meningkat hingga 3,84
3. Hal ini terjadi karena pada tahap akhir
dengan kategori sangat baik. Kemudian
waktu pembelajaran sudah hampir habis.
pada siklus III, keterlaksanaan RPP
Pengajar memakai waktu terlalu lama
meningkat lagi hingga mencapai skor
pada tahap 3 dan berimbas pada tahap 5.
3,88.
Pada
tahap
3
ini
harus
Meningkatnya keterlaksanaan RPP
membimbing siswa dari meja ke meja
pada siklus 2 dan 3 terjadi karena
dalam
pengajar
mengerjakan
pengajar
latihan
karena
sudah
mempersiapkan
pemberian tipe pertanyaan soal yang
pembelajaran dengan baik sebelumnya,
langsung bervariasi.
lebih
Kekurangan waktu pada tahap 5
menguasai
kelas,
dan
melaksanakan tahap-tahap pembelajaran
dan penutup dapat di atasi pada siklus II
dengan
karena contoh soal dan latihan soal
perolehan
dalam tahap 3 diberikan per tipe
dilakukan dapat disimpulkan bahwa
pertanyaan
keterlaksanaan
sehingga
siswa
tidak
lebih
tepat.
data
dan
Berdasarkan analisis
RPP
yang
metode
bingung dan memudahkan guru dalam
pembelajaran Gasing sudah memenuhi
mengelola
kriteria keberhasilan yang ditetapkan.
waktu
pembelajaran.
Keterlaksanaan RPP pada siklus II
Aktivitas belajar siswa
sudah meningkat dari siklus I.
Aktivitas
belajar
siswa
secara
keseluruhan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Aktivitas Belajar Siswa Aktivitas siswa Mencatat Membaca bahan ajar Mendengarkan penjelasan guru Bertanya pada guru Menyampaikan pendapat/ mengkomunikasikan Informasi kepada kelas dan guru Perilaku tidak relevan Jumlah
Persentase Siklus I 14,38% 17,50%
Persentase Siklus II 16,96% 16,96%
Persentase Siklus II 14,45% 12,72%
37,50%
33,33%
35,83%
13.13%
7.60%
10.40%
6,88%
9,94%
20,81%
10,63% 100%
15,20% 100%
5,78% 100%
167
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
Aktivitas yang dominan pada siklus
pengajar sudah menegur berkali kali.
I, siklus II, dan siklus III adalah
Dan
mendengarkan penjelasan guru. Lalu
memutuskan untuk menegur siswa yang
aktivitas membaca bahan ajar dan
bercanda
mencatat beriringan menjadi paling aktif
pertanyaan. Cara ini efektif karena siswa
berikutnya.
Aktivitas membaca dan
yang bercanda dan tidak memperhatikan
mencatat ini tidak mengalami perubahan
menjadi hening dan fokus kepada
yang
siklus.
pengajar. Siswa yang diberi pertanyaan
adalah
tidak akan malu karena ia tidak ditegur
menyampaikan pendapat/informasi pada
secara langsung. Cara ini sesuai dengan
kelas,
strategi menumbuhkan motivasi ARCS
signifikan
Aktivitas
pada
tiap
berikutnya
perilaku
tidak
relevan,
dan
bertanya pada guru. Metode
pada
siklus
III
dengan
memberinya
dan the law of effect
pembelajaran
Gasing
Thorndike.
Thorndike
pengajar
dari teori menjelaskan
memang metode pembelajaran yang
bahwa hubungan stimulus dan respon
berpusat
yang
bertambah erat kalau disertai oleh
mengendalikan alur informasi di kelas.
perasaan senang atau puas, akan tetapi
Guru yang menentukan siswa mana
menjadi lemah atau lenyap kalau disertai
yang menjawab pertanyaan. Meskipun
oleh rasa tidak senang. Rasa senang
demikian, siswa tetap diberi kebebasan
menyebabkan
dalam
sinapsis, sehingga hubungan menjadi
pada
guru.
Guru
bertanya dan menyampaikan
sekresi
lancar.
merasa enggan dalam bertanya. Karena
membesarkan hati siswa (rasa senang)
itu pada siklus III guru berinisiatif
lebih baik dalam pengajaran daripada
memberikan
menghukum atau mencelanya (rasa tidak
selama
pembelajaran.
pertanyaan
Selain
untuk
itu
pada
pendapat. Hanya saja kebanyakan siswa
siswa-siswa
Karena
hormon
memuji
dan
senang).
menekan perilaku tidak relevan juga
Motivasi belajar siswa
untuk mengecek pemahaman siswa.
Motivasi
Aktivitas perilaku tidak relevan sempat
belajar
siswa
secara
keseluruhan adalah sebagai berikut:
meningkat pada siklus II, walaupun
168
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
Tabel 4. Hasil Motivasi Belajar Siswa Rerata Siklus I 3,73 3,59 3,66 3,85 3,71
Aspek motivasi Attention Relevance Confidence Satisfaction Rata-rata Hasil
penelitian
menunjukkan
Rerata Siklus I 3,80 3,71 3,70 3,96 3,80
Rerata Siklus I 3,95 3,99 3,99 4,03 3,99
secara individual dengan mengecek
bahwa semua aspek motivasi siswa
siswa dari meja ke meja selama latihan.
mengalami peningkatan pada tiap siklus.
Motivasi
model
ARCS
Aspek perhatian selalu diberi stimulus
membantu
berupa bahan ajar yang menarik, variasi
meningkatkan,
pengajaran,
yang
siswa dalam belajar. Model ARCS
diberi
dilandasi oleh teori nilai nilai yang
stimulus dengan menjelaskan manfaat
diharapkan oleh Lewin yang berasumsi
dari materi yang akan dipelajari bagi
bahwa manusia akan termotivasi berbuat
siswa,
dalam
sesuatu jika perbuatan tersebut diduga
kehidupan sehari-hari serta mengaitkan
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dengan
pribadi dan jika ada harapan positif
menarik.
dan Aspek
media
keterkaitan
memberikan
materi
ajar
contoh
sebelumnya.
Aspek
untuk
dapat
merangsang,
memelihara
berhasil
(Kardi,
motivasi
percaya diri ditingkatkan dengan dengan
untuk
memberikan tujuan pada tiap bahan ajar,
Pembelajaran
memberikan contoh soal yang mudah
berbagai aspek dari strategi ARCS,
terlebih dahulu, dan melatih siswa untuk
sehingga dapat meningkatkan motivasi
mengerjakan latihan secara mandiri.
siswa dari siklus ke siklus.
Aspek kepuasan diberi stimulus berupa
Hasil Belajar
Gasing
2003). mencakupi
pujian setiap kali mereka berhasil dan
Ketuntasan klasikal hasil belajar
motivasi ketika masih belum berhasil.
siswa secara keseluruhan adalah sebagai
Pengajar berusaha membimbing siswa
berikut:
Tabel 5. Ketuntasan Klasikal Hasil Belajar Siswa KKM
Kategori
≥ 70 < 70
Tuntas Tidak Tuntas
Persentase Siklus I 68,18% 31,82%
169
Persentase Siklus II 90,90% 9,10%
Persentase Siklus III 100% 0%
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
ketuntasan
ketuntasan
butir
klasikal soal
lenyap atau tidak pernah digunakan
dan
(disuse). Karena itu perlu diadakan
mengalami
banyak latihan dan pembiasaan.
peningkatan pada tiap siklus setelah
Pembelajaran
Gasing
memiliki
ditambahkan waktu untuk mengecek
kelebihan dalam menjelaskan konsep
pemahaman siswa pada siklus II dan
fisika menggunakan komik sehingga
siklus
pemahaman
siswa mudah membayangkan fenomena
memberikan
fisika
III.
Pengecekan
dilakukan
dengan
yang
sedang
dijelaskan.
pertanyaan-pertanyaan berulang seputar
Penjelaskan fenomena fisika pun dibuat
konsep yang dipelajari. Konsep yang
dengan bahasa yang lebih sederhana
telah
namun
dipelajari
tersebut
kemudian
tepat.
digunakan untuk menyelesaikan soal-
mengerjakan
soal tahap 3. Cara menyelesaikan soal-
Gasing
soal tersebut tidak memerlukan rumus,
fenomena
namun
sehingga
menggunakan
logika
matematika. Pemberian soal dilakukan
sehingga
siswa
mampu
berangkat
dari
yang
sedang
mampu
arti
fisika fisis
dipelajari menguatkan
sangat berperanan dalam meningkatkan keberhasilan siswa dalam pemecahan
connectionism
soal-soal
2014)
yang
mengidentifikasi serta menginterpretasi
adalah
secara tepat konsep-konsep dan prinsip-
pembentukan stimulus (S) dan respon
prinsip Fisika, kemampuan membuat
(R) sebanyak-banyaknya. Siapa yang
deskripsi
menguasai hubungan S-R sebanyak-
pengetahuan
banyaknya, maka dialah orang yang
Kemampuan
sukses dalam belajar. Pembentukan
mengidentifikasi dan menginterpretasi
hubungan S-R dilakukan melalui latihan
konsep-konsep Fisika jelas merupakan
dan ulangan-ulangan dengan prinsip
prasyarat
trial
konsep-konsep
Thorndike menyatakan
and
teori
hitungan,
beberapa kemampuan kognitif yang
Hal ini sesuai dengan the law of dari
dalam
Mundilarto (2002) menjelaskan ada
mengerjakan soal-soal secara mandiri.
exercise
soal
itu
pemahaman konsep siswa.
dari menyajikan contoh hingga soal-soal latihan,
Selain
(Suyono, bahwa
error,
belajar
coba
dan
salah.
Fisika
yaitu
serta
mengorganisasi
Fisika
penting
kemampuan
secara
siswa
efektif. dalam
bagi
penggunaan
untuk
membuat
Hubungan S dan R bertambah erat kalau
inferensi-inferensi yang lebih kompleks
sering dilatih (exercise) atau digunakan
atau untuk pemecahan soal Fisika yang
(use) dan akan berkurang erat kalau
170
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
berkaitan
dengan
konsep-konsep
sekaligus menarik perhatian siswa.
tersebut.
Pada tahap ini guru juga mengecek
Faktor lain yang mempengaruhi
pemahaman
siswa
dengan
hasil belajar adalah motivasi siswa.
memberikan pertanyaan-pertanyaan
Menurut
kepada siswa seputar konsep yang
Majid
(2014)
motivasi
menempati posisi yang sangat vital
sedang dipelajari.
dalam pembelajaran karena motivasi
(3) Pada tahap menyajikan contoh soal,
merupakan salah satu faktor yang
guru memberikan contoh soal yang
mempengaruhi hasil belajar. Siswa yang
pengerjaannya menggunakan logika
tidak tertarik pada apa yang mereka
berdasarkan konsep yang telah
pelajari atau tidak melihat adanya
dipelajari pada tahap berimajinasi.
relevansi di dalamnya bisa menjadi gangguan
di
kelas
karena
(4) Pada
adanya
tahap
secara
menyajikan mendalam,
materi guru
perbedaan nilai dan tujuan antara siswa
memberikan soal dalam bentuk
dan sistem (guru).
variabel
agar
siswa
dapat
membentuk persamaan fisika dari konsep yang telah dipelajari. Guru SIMPULAN
juga
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
pemahaman
cara yang dapat
tentang
belajar dan hasil belajar siswa dengan metode
dengan
konsep
yang
telah
(5) Pada tahap memberikan variasi soal, guru memberikan soal yang
Muhammadiyah 1 Banjarmasin adalah:
berbeda dengan contoh, namun
(1) Pada tahap dialog sederhana, guru percakapan
siswa
dipelajari.
pembelajarn
gasing pada siswa kelas IX A SMP
melakukan
mengecek
memberikan pertanyaan-pertanyaan
digunakan untuk meningkatkan motivasi
menggunakan
kembali
masih dapat diselesaikan dengan
dengan
logika dari konsep yang telah
siswa tentang fenomena fisika yang
dipelajari.
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Percakapan ini dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
pada tahap dialog sederhana. (2) Pada
tahap
berimajinasi,
Arikunto, S, Suhardjono, Supardi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
guru
menggunakan bahan ajar komik untuk menanamkan konsep fisika
171
Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika Vol 4 no 2 Juni 2016
Ekawarna. (2013). Penelitian Tindakan Kelas: Jakarta: Referensi.
Diakses 2015.
Faizah, S. Rizanatul. (2012). Efektivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Dan Menyenangkan) Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Man 1 Purwodadi Pada Mata Pelajaran Fisika Kelas X Materi Pokok Gerak. Skripsi Sarjana. Institut Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang. Dipublikasikan di http://eprints.walisongo.ac.id/970/. Diakses tanggal 20 September 2015.
tanggal
20
september
Suprijono, A. (2012). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sutikno, M. Sobry, (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.
Fathurrahman dan Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama Halliday, D. R. Resnick, dan J. Walker. Dasar-Dasar Fisika. Tangerang: Binarupa Aksara. Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.. Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sardiman. (2011). Interaksi & Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Sukarmin, M. (2013). Model pembelajaran pemecahan masalah dengan metode gasing untuk meningkatkan penguasaan konsep dan minat belajar siswa pada pokok bahasan gerak kelas VII SMP. Tesis Magister. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. Dipublikasikan di http://repository.upi.edu/2035/.
172