BERBAGI KEMULIAAN HIDUP
MULIA | MENDIDIK ANAK PEREMPUAN | OKTOBER 2016
Mudahnya Mengundang Pertolongan Allah
Mesra Sepanjang Hari
Seorang Anak Tunanetra Hafal 30 Juz
Tukang Becak Dirikan Rumah Belajar
MENDIDIK ANAK PEREMPUAN
www.bmh.or.id
OKTOBER 2016
SALAM
Membangun Keluarga Membangun Negara
A
wal September 2016 lalu, MULIA berkesempatan berkunjung ke kediaman seorang dai yang mendedikasikan dirinya di sebuah desa terpencil. “Kita tidak mungkin akan sampai pada negara yang baldatun thoyyibatun warabbun ghafur, jika desa-desa (qoryah) kita tidak thoyyibah (baik), dan qoryah kita tidak akan menjadi thoyyibah jika keluarga-keluarga kita tidak sakinah,” ungkapnya penuh makna. Di saat yang sama, di di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK) Jakarta, sedang ‘bertempur’ dua kekuatan. Kelompok yang pro zina dan homoseksual berhadapan dengan para ibu rumah tangga yang ingin menyelamatkan masa depan ketahanan keluarga dari ancaman dan bahaya penyakit moral. Di negeri ini, program pembangunan dan ekonomi sangat luar biasa digalakkan.
Setiap kali ada kata pembangunan, kata investasi selalu melekat dan mengiringi kata pembangunan. Sementara itu, aspek agama –khususnya ketahanan keluarga-sama sekali tidak pernah disebut sebagai bagian penting pembangunan. Belum lama ini, laman Republika.co.id menulis berita “Jakarta Darurat Gay”, mengindikasikan Jakarta sebagai kota yang menyumbang angka penyakit lesbian, gay (homoseksual), biseksual dan transgender terbanyak. Khusus untuk homoseksual, Jakarta telah mendata ada sekitar 5000 kaum Nabi Luth ini. Sementara dilaporkan Kompas.com 9,7 % diantara 5000-an homo tersebut terinfeksi HIV. Mengerikan! Sementara itu, data unit kejahatan cyber Mabes Polri menunjukkan, ada 25 ribu anak yang menonton pornografi per hari, menambah julukan Indonesia
sebagai salah satu negara pengakses pornografi tertinggi di dunia. Belum lagi kasus-kasus mengerikan seperti pemerkosaan ‘berjamaah’ yang terbaru dalam beberapa bulan ini. Sebab jika pilar keluarga hancur, pertanda alarm telah kehancuran Negara sudah di ujung mata. Pahlawan Besar Islam, Panglima Shalahuddin al Ayyubi pernah berkata, “Jika kau ingin menghancurkan negara tanpa perang, buatlah perzinahan dan ketelanjangan umum pada generasi muda berikutnya.” Sebaliknya, jika bangunan keluarga kuat, otomatis negara menjadi tangguh. Di tengah fitnah dan kerusakan zaman, mari menjaga keluarga kita dengan meneguhkan ketauhidan dan bersandar pada Allah Subhanahu Wata’ala dengan bimbingan AlQuran dan Sunnah.*/ Imam Nawawi
Oktober 2016
|MULIA
3
DAFTAR ISI
3
24
SALAM
6
SURAT PEMBACA
EDUKASI Mendidik Jiwa Kesatria Kepada Anak
26
MAJELIS KELUARGA Menghujamkan Tauhid Kedalam Jiwa Anak
28
9
JENDELA Ini Alasan Pendidikan Anak Perempuan di Utamakan
32
SAKINAH Romantis Sepanjang Hari
ADABUNA Hak dan Kewajiban Muslim di Jalanan
52
RIHLAH Villa Hidayatullah Batu, Padukan Wisata Alamiyah dengan Islamiyah
55
ISLAM PESONA Ibn Qayyim Al-Jauziyah Penjaga Hati Umat
62
15
SOSOK Tukang Becak Dirikan Rumah belajar
18
KELAMBU Kguguran, Nifaskah?
20
KOMIK
22
CERITA Cermin Ketaatan Istimewa
4 MULIA
KOLOM IBU Menjadi Orang Tua, Menjadi Sahabat Anak Kita
50
|Oktober 2016
36
RUANG UTAMA Jangan (Lagi) Jadi Obyek Garapan
46
SERBA-SERBI Inilah Para Pelayan Setia Rasulullah
48
FIQIH Zakat Profesi dari Gaji Kotor
MUTIARA Mudahnya Meraih Pertolongan Allah
64
QUOATE
66
FIGURA
DAFTAR ISI
68
KHAZANAH Rumah Sakit Islam Pertama di Dunia
70
DUNIA ISLAM Bangladesh, “Membungkam” Para Aktivis Islam
73
TAHFIDZUL QURAN Tunanetra Hafal 30 Juz, ini Rahasia Mashita
79 DOA
80
LAPORAN QURBAN Qurban Abah Ahep Terbawa Dalam Mimpi
85
MUZAKKI
86
DEDIKASI Lahirkan Dai Sarjana, Kuatkan Dakwah di Nusantara
88
SINERGI Jalin Kerjasama, Jonru Kunjungi Santri Binaan BMH
90
UPDATE BMH Hadir Dengan Sistem Integrasi Keuangan Terbaru
91
PROGRAM Ternak Untuk Kemandirian Umat
94
INSPIRASI Musibah Sakit, Membuatku Semakin Cinta
96
KREASI Flaminggo Cantik
Susunan Redaksi
Penanggung Jawab : Supendi S. Pengarah : Rama Wijaya, Pemred : Imam Nawawi Sidang Redaksi : Bambang S. Khairul Hibri, Cholis A. Imam N. Kontributor : Siraj, Abd. Syakur, Sahlah, Ibnu S. Abu Falah Desain : Mustain Al Haq. Iklan : Yanto Percetakan : Lentera Jaya Madina Alamat Redaksi : Jakarta : Jl. Kalibata Office Park, Jl. Raya Pasar Minggu No. 21. Blok H. Kalibata, Jakarta Selatan, Telp. 021.7975770 Fax.
021.7975614. Surabaya : Jl. Raya Kejawan Putih Tambak 110 A. Email : redaksi@bmh. or.id | Iklan : email : majalahmulia@gmail. com SMS/WA. +62 822-3057-5647 Oktober 2016
|MULIA
5
SURAT PEMBACA
Kondisikan Rumah Layaknya Madrasah
P
ara orang tua di zaman ini dituntut bangun dari ‘tidur panjang’. Sebab, anak-anak sekarang senantiasa diintai berbagai hal yang bisa menggerogoti moralitas mereka. Tidak cukup bagi orang tua, meski anak-anak mereka sekolah beridentitas Islam, lalu setelah itu berlepas dari kewajiban untuk mendidik mereka. Misalnya, karena merasa sudah sekolah di lembaga Islam, di rumah ia dibiarkan seenaknya berselancar di dunia maya sampai larut malam. Jelas ini berpotensi merusak moral bahkan akidah mereka. Apalagi kalau orang tua juga gagap teknologi informasi. Sementara, terdapat jutaan konten internet yang berpotensi menyeret anak-anak kepada hal negatif. Karena itu, para orang tua perlu mengondisikan rumah layaknya madrasah, yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai pendidikan. Adalah keniscayaan bagi orang tua yang mengharapkan putra-putrinya tumbuh menjadi pribadi shaleh/ shalehat. Ingat, sebening apapun air, bila wadahnya kotor, kelak air juga menjadi kotor. Demikian juga sekolah. Sebaik apapun sekolah yang kita pilihkan untuk anak, jika di rumah tidak kita arahkan, kelak anak akan tercemar juga. Na’udzubillahi min dzalik.* Evy M. Salbu | Seorang pengajar, tinggal di Surabaya
Selamatkan Generasi Bangsa dari Candu Rokok
F
akta menunjukkan, rokok mengandung tidak kurang dari 4000 jenis racun, nikotin, dan zat berbahaya lainnya yang siap mengancam kesehatan, bahkan keselamatan jiwa pemakainya. Korban sudah banyak yang berjatuhan. Tahun 2007 saja, menurut hasil survei Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia; 1.127 orang meninggal setiap hari akibat rokok. Angka tersebut diperoleh dari angka kematian akibat rokok di Indonesia yang mencapai 405.720 jiwa. Nyata, betapa mengerikan ancaman rokok bagi generasi bangsa. Sayang sekali sayang, meski mengakui akan hal tersebut, pemerintah nampak masih setengah hati dalam mengambil kebijakan. Terbukti, izin produksi dan peredaran rokok di pasaran, masih bebas hingga saat ini. Untuk itu, melalui surat ini, saya menghimbau kepada pemerintah untuk mengambil sikap tegas, terkait peredaran rokok, demi kesehatan dan keselamatan generasi bangsa di masa mendatang. Tutup pabrik dan larang peredaran rokok di negeri ini.* Andre Rahmatullah | Sidoarjo, Jawa Timur
6 MULIA
|Oktober 2016
JENDELA UTAMA
SUMBER : PIXABAY
SUMBER : SALAMSTOCK
Ini Alasan Pendidikan Anak Perempuan Lebih Diutamakan
Rasulullah menganjurkan untuk memberi ‘perhatian lebih’ pada anak perempuan
1. Peran Sentralnya Kelak dalam Keluarga Islam sangat menghargai peran seorang anak perempuan sebagai calon ibu dan pendidik generasi, sehingga harus disiapkan secara fisik dan mental dengan sebaik-baiknya. Apabila aset ini dapat tumbuh dengan baik di lingkungan yang juga baik, maka kelak dia akan dapat berperan lebih dalam keluarganya. Sebaliknya, apabila aset tersebut disia-siakan, perannya akan terbatas dan bahkan dapat memberikan pengaruh
negatif kepada keturunannya kelak.
2. Calon Ibu Tak kalah pentingnya, putri kecil kita ini kelak akan menjadi ibu bagi anakanaknya. Kelak, dia pula yang melanjutkan estafet keimanan dan keislaman kepada anak dan cucunya. Kalau putri kecil kita tidak tanamkan nilai-nilai keislaman sejak dini, maka yang akan terpatri dalam dirinya adalah nilai-nilai lain yang bisa jadi berseberangan dengan Islam. Seorang ibu tentu saja berperan besar dalam perkembangan
anaknya, terutama anak perempuan. Sukses mendidik putri kita tersebut merupakan kesuksesan yang bersifat multi effects (efek berantai) yang diharapkan berlanjut sampai ke generasi selanjutnya. Karenanya, sangat penting memberikan pendidikan yang baik kepada para calon ibu ini. Sebaliknya, gagal mendidik mereka memiliki dampak yang tak mudah dihentikan begitu saja pada generasi sesudah mereka. Untuk itu, apabila ingin membina dan mewujudkan sebuah Oktober 2016
|MULIA
9
JENDELA UTAMA generasi qur’ani, mulailah dengan putriputri kecil kita. Karena dari tangan merekalah akan lahir generasi qur’ani. Sebelum menjadi ibu, mereka adalah putri-putri kecil yang qur’ani, remajaremaja yang qur’ani dan gadis-gadis muda yang qur’ani pula. 3. Calon Istri Kelak putri kita ini mau tidak mau akan dipersunting orang lain, calon suaminya. Peran lain yang kelak akan disandangnya adalah menjadi istri. Bersama suaminya, dia akan menegakkan benteng-benteng kokoh yang bernama keluarga. Dan itu semua memerlukan persiapan dan penyiapan dari kita selaku orang tua. Maka mendidik dan membina seorang putri kita juga membantunya untuk sukses dalam menjalani kehidupan rumah tangganya kelak. Sebab tumbuh kembang seorang gadis sebelumnya di dalam keluarganya, sangat menentukan apakah dia dapat menjadi benteng di dalam keluarga barunya atau justru sebaliknya menjadi penyebab retaknya mahligai rumah tangga yang baru dibinanya. Inilah yang diwantiwanti oleh Rasulullah kepada para pemuda
10 MULIA
|Oktober 2016
yang hendak menikah. “Waspadalah kalian terhadaip khadra’ ad-diman (daun hijau di kubangan)!” Para sahabat bertanya, “Apakah khadra’ addiman itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Yaitu wanita cantik yang tumbuh di tengah-tengah (keluarga) yang buruk.” (HR: Al Qudha’i) Perbedaan Karakteristik Secara kognitif, tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki kemampuan yang tak jauh berbeda dalam menyerap informasi. Namun, perbedaan fisik ternyata berpengaruh terhadap cara dalam mengelola informasi. Menurut penelitian, terdapat perbedaan ukuran antara otak perempuan dan otak laki-laki. Perbedaan itu berpengaruh terhadap cara berfikir masing-masing. Apabila laki-laki cenderung melakukan analisis secara logis terhadap informasi yang masuk, perempuan justru melakukan analisis terbadap unsur-unsur bahasa yang menjadi pengantar informasi tersebut. Menurut Sally Sweets (Hammud, 2013), cara yang
berbeda dalam mengelola informasi ini menyebabkan perbedaan lain. Kedua jenis kelamin ini berbeda dalam menyampaikan informasi yang diolah. Pria lebih fokus dalam berbicara dan lebih terarah, perempuan cenderung lebih fasih dan lancar. Perbedaan seperti itu patut diperhatikan orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak perempuan. Pengetahuan terhadap perbedaan tersebut dapat menjadi bekal bagi orang tua dalam memilih teknik berkomuikasi dengan putri tercinta mereka, menghadapi tingka laku dan bagaimana cara menanggulanginya. Perbedan lain adan aspek psikologis. Masih menurut Hammud, salah satu perbedaan keduanya adalah dalam kebutuhan emosional. Anak perempuan cenderung memiliki kebutuhan emosional lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki. Karenanya, orang tua sebaiknya meluangkan waktu lebih banyak bersama putri mereka supaya kebutuhan emosionalnya terpenuhi, seperti kebutuhan untuk
JENDELA UTAMA dipeluk, ditemani, didengarkan ceritanya dan lain sebagainya. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan emosional anak dapat menjadi pemicu baginya untuk mencari pemenuhan kebutuhan emosional di luar rumah. Ini merupakan pintu masuk bagi pengaruh negatif dari luar rumah yang lebih sulit dikontrol. Karena aspek emosional yang lebih dominan, orang tua perlu berhati-hati dalam menerapkan metode pendidikan yang biasa ia terapkan terhadap anak laki-laki. Aspek emosional ini patut menjadi pertimbangan apabila metode yang sama diterapkan kepada anak perempuan. Perbedaan lainnya dalam hal nilai dan cara pandang. Anak putri cenderung memiliki nilai dan cara pandang yang subyektif dibandingkan dengan anak putra. Perbedaan ini perlu diperhatikan orang tua ketika mendengarkan cerita dan putri mereka. Tidak perlu ditelan mentah-mentah. Harus dibedakan, mana informasi faktual dan mana informasi yang sentimental. Dalam aspek sosia fisiologis juga ada perbedaan. Pertama, dalam
“Karena aspek emosional yang lebih dominan, orang tua perlu berhati-hati dalam menerapkan metode pendidikan yang biasa ia terapkan terhadap anak laki-laki. Aspek emosional ini patut menjadi pertimbangan apabila metode yang sama diterapkan kepada anak perempuan.” menyelesaikan masalah. Bila anak laki-laki cenderung berusaha menyelesaikan persoalannya sendiri, anak perempuan justru cenderung berbagi masalah dengan orang lain. Ini bisa mempengaruhi prestasi belajar mereka. Anak perempuan cenderung memiliki motivasi belajar lebih tinggi. Kedua, anak perempuan biasanya memiliki kematangan fisik lebih cepat. Pada usia yang sama, anak perempuan lebih cepat baligh dibanding anak laki-laki. Ini tentu saja berimplikasi terhadap pendidikan yang diberikan. Kematangan fisik yang lebih cepat ini harus diantisipasi dari orang tua. Implikasinya adalah
pola pendidikan yang diterapkan sedikit berbeda, terutama dari segi lamanya tahapan pendidikan yang dilalui sang anak perempuan. Pemberian materi tentang ‘iffah (menjaga kesucian diri), misalnya, dapat diberikan di masa yang lebih awal, sesuai dengan tingkat kematangan fisik dari anak perempuan yang bersangkutan. Begitulah sejumlah perbedaan anak perempuan dan laki-laki. Namun patut ditekankan, bukan berarti Islam menganjurkan diskriminasi di antara keduanya. Misalnya mengutamakan pendidikan anak laki-laki ketimbang anak perempuan, sebagaimana sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Tidak boleh begitu. Justru Rasulullah menganjurkan untuk memberi perhatian lebih kepada anak perempuan. Di dalam salah satu doanya, beliau pernah mengadukan nasib anak perempuan kepada Allah. Beliau berdoa, “Allahhumma inni uharriju haqqadh dha’ifaini: al yatimi wal mar’ati” . (Ya Allah, hamba merisaukan hak dua golongan yang lemah: anak yatim dan perempuan.” (HR: Ibnu Majjah).* Oktober 2016
|MULIA
11
JENDELA UTAMA
“Pendidikan Anak Perempuan Harus Dikuatkan” SUMBER: PIXABAY
Tuan Guru Hasanain Juaini:
S
elain figur yang memperjuangkan lingkungan hidup, Tuan Guru Hasanain Juaini (47) dikenal sebagai tokoh pemberdayaan perempuan. Atas kiprahnya terhadap dua hal tersebut, pemangku Pesantren Putri Nurul Haramain Mataram ini pernah mendapat penghargaan tingkat dunia, Ramon Magsaysay. Hasanain tinggal di Desa Lembuak, Nirmada, Lombok Barat, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Tuan guru
12 MULIA
|Oktober 2016
adalah panggilan untuk kiai kalau di Jawa Sebagai tokoh pemberdayaan perempuan, lulusan Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur ini dikenal sebagai orang yang menempatkan perempuan sebagai makhluk ‘istimewa’. Menurutnya, kebaikan suatu negara mutlak tergantung pada baik buruknya perempuan. “Itulah peran sentral perempuan dalam Islam,” kata Hasanain lagi. Atas dasar itulah, menurutnya, pendidikan anak perempuan harus dikuatkan. Pandangan dan sikap seperti itu, tak lepas dari kedua orang tuanya. Hasanain lahir
dari pasangan Haji Muhammad Djuaini dan Hajjah Jahrah. Ayahnya memimpin sebuah pesantren, sedangkan ibunya seorang daiyah terkenal di Lombok. Ada satu fase hidup orang tuanya yang dikemudian hari mempengaruhi pandangan dan sikapnya terhadap perempuan. Suatu saat, ibunya terserang stroke. Ibunya lalu meminta sang suami menikah kembali, agar ada yang merawatnya. Tetapi apa jawaban sang suami? “Ayah saya bilang, ‘Di saat kamu sudah tua dan lemah, saya harus membuktikan bahwa kamu telah memilih orang yang tepat’,” Hasanain menuturkan peristiwa berkesan itu. Sang ayah akhirnya tetap tak mau menikah hingga ibunya wafat 12
JENDELA UTAMA
tahun kemudian. Contoh dari orang tuanya itulah yang dilakukan sekarang. “Ayah saya sangat memuliakan ibu dan istrinya,” kata tuan guru yang kini mengasuh 400 santri putra dan 500 santri putri ini. Berikut ini lebih jauh pandangan Hasanain tentang pendidikan anak perempuan, dikutip dari Majalah Suara Hidayatullah. Anda bilang pendidikan perempuan harus diutamakan, apa alasannya? Pendidikan Islam meletakkan ibu sebagai guru manusia yang paling penting. Islam juga menjadikan ibu sebagai guru paling mendasar dalam pendidikan anak. Jika harus menyiapkan
generasi berkualitas, pendidikan untuk anak perempuan inilah yang harus dipersiapkan paling serius. Sebab, merekalah yang kelak menjadi ibu dan mendidik anakanak. Itulah alasan mendasar pendidikan perempuan harus diutamakan. Karena alasan itulah Anda kemudian mendirikan pesantren putri? Antara lain begitu. Tetapi secara historis begini, ibu saya seorang
daiyah. Jamaah ibu saya lebih banyak ketimbang jamaah ayah saya. Kalau mengisi pengajian ribuan yang hadir. Tapi begitu sakit, ibu tak melihat ada yang bisa menggantikannya. Itulah yang dia sedihkan. Sekian tahun kami bikin madrasah, tak ada yang menjadi daiyah seperti ibu. Termasuk adik saya yang perempuan. Ketika ibu sakit, saya dipanggil. Ibu bilang, “Saya tidak optimis lembaga pendidikan formal bisa
Oktober 2016
|MULIA
13
JENDELA UTAMA melahirkan daiyah seperti saya. Kalau kamu mencintai saya, dalam arti ingin lahir daiyah-daiyah seperti saya, bikinlah untuk saya pesantren khusus untuk perempuan.” Begitu wasiatnya sebelum meninggal. Waktu itu kami sudah punya madrasah, tetapi santrinya tidak tinggal di asrama. Mereka pulang ke rumah masing-masing seperti sekolah biasa. Begitu mendapat wasiat seperti itu, satu hari kemudian saya umumkan (1996), “Sekolah ini akan dijadikan pesantren seperti Gontor. Semua guru dan siswa harus tinggal di asrama. Siapa yang mau silakan tinggal di pondok, yang tidak mau ini surat pindahnya.”
Dalam kontek pendidikan anak, bahaya kalau anak-anak kita kelak dididik oleh ibu-ibu yang rendah diri. Itulah yang terjadi salama ini. Sekarang tak boleh seperti itu lagi. Mereka (ibu-ibu) harus yakin menang. Secara mentalitas begitulah yang seharusnya kita tanamkan kepada perempuan. Sekarang kita lihat anak-anak muda kita nyaris tak punya keberanian. Fighting spiritnya lemah, etos kerjanya juga loyo. Darimana semua itu? Itu semua karena di rumah tidak tersedia ibu-ibu yang punya jiwa pemenang dan pemberani. Anaknya mau menyeberang jalan saja tidak boleh, sehingga harus dia gendong. Ibu-ibu
seperti itu tidak bisa melahirkan anak pemberani. Sebagai guru utama manusia, itulah alasan kita ‘menahan’ perempuan di rumah, karena dia memiliki posisi lebih penting dari pada bapaknya. Makanya perempuan harus melebihi lakilaki, perempuan harus dahsyat. Apakah itu berarti Anda sedang mempersiapkan santri menjadi wanita karir? Bukan. Menjadi wanita karir itu kasuistis. Yang menjadi penekanan, kita lagi mempersiapkan mereka menjadi ibu yang tangguh, sesuai fungsi utamanya, yaitu mempersiapkan generasi yang hebat. *
Apa yang terjadi kemudian? Selesai saya umumkan, besoknya, dari 600 murid, yang tersisa tinggal 17 anak. Lainnya keluar pindah sekolah. Bukan itu saja, saya juga diejek. Tapi sekarang, waktu pendaftaran hanya Sebelum ke pantai, amil BMH Jateng DIY sehari. Hari itu dibuka, hari itu pula tutup, juga menjalankan aksi bersih-bersih di masjid dan musholla. karena kapasitasnya sudah terpenuhi. Apa bedanya mendidik santri putra dan santri putri? SUMBER: SALAM STOCK
14 MULIA
|Oktober 2016
SOSOK
FOTO : ROBIANSYAH/MULIA
Tukang Becak Dirikan Rumah Belajar
Menyisihkan sebagian penghasilannya untuk pembinaan anak-anak
H
ardikan dan pukulan seorang
ayah kepada anaknya yang lagi belajar, menghentak hati Ratemat Aboe (76). Aboe yang rumahnya bersebelahan tidak tega melihat si anak diperlakukan demikian. Terlebih Aboe tahu, anak itu tidak punya waktu istirahat siang. Sepulang sekolah, ia langsung mengamen
di jalanan untuk membantu sang bunda, yang bekerja sebagai pemulung sampah. Sedangkan si ayah, hanya tinggal di rumah. Merasa iba, Kakek Aboe, panggilan akrab pria yang sehariharinya bekerja sebagai tukang becak ini, berinisiatif menjadi pembimbing belajar si anak. Anak laki-laki yang baru duduk di kelas empat SD itupun
menyambut dengan gembira. Di hari yang berbeda. Waktu masih menujukkan pukul 09.00 pagi. Jam anakanak masuk sekolah. Tapi Aboe dibuat heran, ada salah seorang anak tetangganya, sudah pulang sekolah dengan deraian air mata. “Opo’o le, kok wes muleh? (Kenapa, nak, kok sudah pulang?),” selidik Aboe. Oktober 2016
|MULIA
15
SOSOK “Dikongkon muleh ambek guru, Mbah. Mergo gak ngerjakno tugas (Disuruh pulang sama guru, kek, karena tidak mengerjakan tugas/PR),” terang si anak. Dari kejadian itu, kakek kelahiran Bone ini meyimpulkan bahwa anak-anak perlu seorang pembimbing untuk pelajar. Peran seperti itulah yang selama ini tidak ada. Sejak saat itulah Aboe menjadi pembimbing belajar anak-anak di lingkungannya. Aboe tinggal di Putrayudha I, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Kebanyakan orang di sini berprofesi sebagai pemulung dan pengamen. Wajar kemudian, kata Aboe, para orang tua kurang mempedulikan pendidikan anak-anak mereka. Bermula dari 2-3 anak, kini anak asuh Aboe membludak menjadi puluhan. Penghobi membaca ini mendapati semangat belajar mereka cukup tinggi. Hal itulah yang membuatnya termotivasi untuk lebih serius membimbing mereka. Untuk menumbuhkan minat baca dan semangat belajar, Aboe menyisihkan
16 MULIA
|Oktober 2016
sebagian penghasilannya untuk membelikan buku-buku bekas dan makanan kecil untuk anak-anak. “Penghasilan saya setiap hari 30 ribuan. Yang 20 ribu saya berikan ke ibu (istri) untuk kebutuhan sehari-hari, 5 ribu dikumpulkan untuk bayar kontrakan, dan 5 ribu lainnya untuk disumbangkan ke anakanak,” detailnya. Meski harus mengorbankan waktu dan menyisihkan sebagian penghasilannya, kelahiran 22 Februari 1940 ini mengaku tidak pernah merasa terbebani menjalankan aktivitasnya. Yang ada, ia justru senang dan bahagia. Terlebih ia dapati, dari kegiatan belajar yang diadakannya, tidak sedikit anak-anak yang telah meninggalkan pekerjaannya sebagai pengamen untuk serius belajar. Hasilnya nilai akademik mereka banyak yang melonjak tinggi. Pernah suatu hari, ia mendapat berita dua anak asuh pertamanya diterima di SMP unggulan/favorit di kota Malang. “Saya menangis ketika menerima berita itu,” ujar anak pasangan Arjosito dan Paije ini dengan mata berkacakaca.
Agama dan Sejarah Dalam membina anak-anak , Aboe mempuyai beberapa hal yang menjadi prioritasnya. Di antaranya, ia menekankan masalah agama dan sejarah. Menurut penilaiannya, dua hal itu sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap anak sedini mungkin. “Agama adalah penuntun kehidupan, ia yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Untuk itu, harus dikenalkan kepada anak-anak,” urainya. Karena itu, ia mengkritik pola pendidikan yang berlaku di negeri ini, yang memisahkan antara ilmu umum dengan ilmu agama. Idealnya, menurut anak ke enam dari tujuh bersaudara ini, keduanya harus disatukan. Bukan dikotakkotakkan seperti yang terjadi saat ini. “Saya sangat menekankan untuk baca al-Qur’an, sekaligus artinya. Begitu juga masalah shalat, puasa dan sebagainya. Ini semua ditujukan agar anak-anak terbimbing akhlaknya,” ucapnya. Sedangkan untuk sejarah, sambung Aboe, juga penting
SOSOK diajarkan agar anakanak tahu jati diri bangsa, termasuk para tokoh dan pahlawan terdahulu, sehingga memiliki prinsip serupa dan berpegang teguh dengannya. Generasi muda harus mengetahui bahwa Indonesia adalah negara pejuang, karena kemerdekaannya diraih dengan tetesan darah perjuangan, bukan hasil pemberian seperti negara-negara Asia lainnya, semisal Malaysia. “Lebih dari itu,” tambahnya lagi, “Kalimat takbirlah yang menjadi penyengat utama semangat para pejuang tempo dulu untuk meraih kemerdekaan.” “Jadi, anakanak harus dikenalkan sejarah. Kalau tidak, mereka akan kehilangan panutan. Makanya, koleksi buku yang ada, selain mata pelajaran sekolah, banyak koleksi yang mengangkat tokoh-tokoh sejarah, khususnya para pahlawan Muslim,” ungkapnya sambil menunjukkan beberapa koleksi buku sejarah yang dijejer di atas rak buku. Asa Kedepan Hingga kini, Aboe sangat bersyukur karena banyak komunitas yang datang kepadanya
untuk memberikan bantuan. Apa lagi setelah profilnya tampil di berbagai media, khususnya televisi, bantuan-bantuan dari luar kota Malang pada berdatangan, khususnya berupa buku-buku bacaan. Untuk tempat belajar, saat ini mereka menempati bangunan semi permanen, yang berada di samping kontrakan Aboe. Luasnya berkisar 3x5 meter persegi dengan bahan dinding utama gedek (anyaman bambu) dan ditambal beberapa buah spanduk. Tempat itu sendiri merupakan kontrakan yang disewa oleh sebuah komunitas, kemudian diserahkan kepada Aboe untuk dikelola. ‘Rumah Belajar Kakek Aboe’. Itulah nama yang diberikan
di bangunan sederhana ini. Mengenai asa kedepan, bapak lima anak ini berharap bisa memiliki tempat yang lebih layak untuk mengembangkan proses pembinaan anak-anak asuhnya. Ia punya citacita mengembangkan skil/kreativitas anakanak asuhnya, dengan memanfaatkan bahanbahan yang ada di sekitar mereka, seperti pengelolaan limbah dan sebagainya. “Untuk mengetas kemiskinan, anak-anak harus dibekali kreativitas. Kita sudah punya beberapa relasi. Namun kendalanya di infrastruktur yang ada, terutama lahan” ungkapnya. Adakah para ri pembaca i ingin membantu?*/Robinsah
FOTO : ROBIANSYAH/MULIA
Oktober 2016
|MULIA
17
KELAMBU
SUMBER : mencegah penyakit
Keguguran, Nifaskah? Oleh: Endang Abdurrahman
Ketika istri tidak terkena hukum nifas, tetap melakukan shalat dan puasa, bahkan termasuk berhubungan badan sudah dihalalkan Wa’alaikumsalam Warahmatullahi wa barakatuh Ust. Endang Abdurrahman
Pengasuh PP Hidayatullah Bandung-Jabar
Assalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakaatuh Isteri ana baru keguguran. Usia kandungan masih 2 bulan. Apakah sudah terkena hukum nifas? Bolehkah melakukan hubungan suami isteri setelah satu pekan, sedangkan isteri masih keluar bercak darah sedikit pasca di kuret? Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wa barakaatuh Panigoro | Jogjakarta
18 MULIA
|Oktober 2016
Semoga limpahan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala selalu tercurah kepada Anda atas kesabaran Anda menerima cobaan dalam kehidupan Anda dan istri. Yakinlah, tidak ada satu ketentuan Allah pun yang terjadi kecuali Allah sandingkan dengan hikmah yang agung. Insyaa Allah. “..Yaa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali imran ; 191) “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, sesungguhnya janin
yang keguguran akan membawa ibunya ke dalam surga dengan bersama ari-arinya apabila ibunya mengharap pahala dari Allah (dengan musibah tersebut)” (HR Ibnu Majah). Untuk menjawab pertanyaan Anda, perlu kiranya saya sampaikan dari dua tinjauan; Pertama, pada usia kehamilan dua bulan, keumumannya, kandungan masih sebesar biji apel dan masuk pada masa embrio sebagaimana dijelaskan; Pada akhir minggu ke-8, ketika mendekati masa embrional, sistemsistem organ besar yang belum sempurna telah berkembang. Rata-rata berat embrio 9 gr dan panjang dari
KELAMBU kepala ke pantat 5 cm. (Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC, 1995) Hal ini diperkuat dengan sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam: “Sesungguhnya kalian diciptakan di perut ibumu selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi segumpal darah dalam waktu yang sama (empat puluh hari), kemudian berubah menjadi segumpal daging dalam waktu yang sama (empat puluh malam). Kemudian Allah mengutus malaikat dan memerintahkannya empat perkara, dikatakan kepadanya, ”tuliskan untuknya tentang amalannya, rizkinya, ajalnya dan termasuk orang yang celaka atau bahagia.” (HR. Bukhari-Muslim). Sesungguhnya tidaklah ditiupkan ruh kecuali setelah usia kandungan 120 hari. Waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan janin dalam kandungan adalah 3 bulan atau paling sedikit 81 hari. Kedua, melihat hasil tinjauan pertama bahwa kandungan pada usia 2 bulan adalah masa embrio (40 hari kedua), maka darah yang keluar saat isteri Anda keguguran, adalah darah rusak atau kotor
(dammun faasid), dan wajib baginya untuk mengenakan pembalut (yang dapat menahan keluarnya darah mengenai pakaian) karena Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam memerintahkan Asma binti Umair untuk mengenakan pembalut tatkala melahirkan di Dzil khulaifah. (HR Muslim) Dan istinbat hukum dari hal ini bahwa istri Anda tetap melaksanakan shalat dan puasa. Sebab, darah seperti ini dipandang sebagai darah rusak atau kotor, semisal darah yang keluar dari luka yang lainnya. Darah rusak ini tidak mencegah istri Anda dari pelaksanaan shalat dan berpuasa. Oleh karena itu, tidak terkena hukum nifas, dan istri Anda tetap harus menegakkan shalat dan puasa karena ini tidak dinamakan nifas. Ketika istri tidak terkena hukum nifas, dimana istri tetap melakukan shalat dan puasa, maka demikian pula dengan berhubungan badan. Diperbolehkan dan dihalalkan. Namun, ada hal yang perlu digarisbawahi dari pertanyaan Anda, yaitu pasca di kuret. Coba perhatikan dengan lebih bijaksana, apakah saat ini kondisi istri sudah
memungkinkan untuk melayani kebutuhan Anda, baik fisik maupun psikis? Bila saja istri atau trauma dengan peristiwa keguguran kandungannya, maka bersabarlah. Dampingi, berikan motivasi dan dorongan untuk mempercepat pemulihan kondisinya. Tetapi, apabila kondisinya sudah sangat baik, dan istri juga menyatakan kesiapannya, maka hal ini adalah patut untuk Anda syukuri. Karena berhubungan badan suami istri (jima’) hakikatnya adalah kebutuhan, kenyamanan dan hak masing-masing Anda dan istri. Selamat berjuang kembali untuk menjemput jawaban Allah Subhanahu Wata’ala dari do’a Anda dan isteri untuk mendapatkan keturunan yang shalih/ shalihat. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin. Wallaahu a’lam.*
“Sesungguhnya tidaklah ditiupkan ruh kecuali setelah usia kandungan 120 hari.” |MULIA
Oktober 2016
19
EDUKASI
September 2016
|MULIA
23
CERITA
Cermin Ketaatan Istimewa Anugerah Allah Subhanahu Wata’ala selalu diberikan pada orang-orang yang taat secara menakjubkan
T
sabit bin Qais adalah juru bicara Rasulullah dan pahlawan perang yang gagah berani. Juga sangat pemalu dan takut kepada Allah. Suatu ketika turun salah satu ayat dalam al-Qur’an, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan jangnlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS: Lukman (31): 18). Tsabit masuk ke rumahnya dan menutup pintunya lalu menangis. Ia sedih, merasa tertegur oleh ayat itu. Rasa takut pada Allah meliputinya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mendengar berita tentang Tsabit, lalu
22 MULIA
|Oktober 2016
SUMBER : PIXABAY
memanggilnya. Tsabit pun menyampikan ganjalan hatinya, “Ya Rasulullah, saya senang pada pakaian dan sandal yang bagus. Tapi saya takut menjadi orang sombong dan membanggakan diri.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Sesungguhnya kamu tidak termasuk dalam golongan yang sombong. Bahkan kamu hidup dengan baik, mati pun dengan baik. Kamu akan masuk Surga.” Sungguh lega hati Tsabit. Ia tidak dinilai sombong oleh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, walau ia senang baju dan sandal bagus, serta menyukai keindahan. Karena sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Lalu ketika turun ayat, “Wahai orang yang beriman, jangnlah
kalian meninggikan suara melebihi suara Nabi. Dan janglah kalian berkata kepada Nabi dengan suara keras sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap yang lain, supaya tidak hapus amal kalian, sedangkan kalian tidak menyadarinya?” (QS al-Hujuraat (49): 2. Tsabit mendengarnya. Lalu ia masuk ke rumahnya, menutup pintu dan menangis. Rasa takut kepada Allah menyesakkan dadanya. “Apakah diriku termasuk yang ditegur ayat itu?” batinnya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mendengar berita Tsabit lalu mengutus orang untuk memanggilnya. Tsabit pun datang mengungkapkan kegelisahannya. “Saya ini bersuara keras dan pernah bersuara keras kepadamu, wahai Rasulullah. Saya takut
CERITA amalanku terhapus.” Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Kamu tidak termasuk di antara mereka bahkan kamu hidup terpuji. Kamu akan perang lalu syahid dan Allah memasukkanmu ke Surga!” Lehat hati Tsabit. Ia tidak tergiling melanggar adab sopan santun kepada Nabi. Adab mencerminkan penghormatan pada Nabi. Kepada Nabi tidak boleh bersuara keras seperti cara berbicara kepada orang selain Nabi. Akhirnya Tsabit ikut berperang bersama pasukan yang dipimpin Abu Bakar. Ia lalu gugur. Lewatlah seorang Muslim di sampingnya. Orang itu mengambil tamengnya yang berharga mahal. Saat berikutnya, seorang Muslim sedang tidur nyenyak. Ia mimpi didatangi Tsabit yang berkata, “Aku berwasiat kepadmu. Tapi jangan berkata ‘ini Cuma mimpi’, lalu
kamu mengabaikannya! Ketika aku terbunuh kemarin, seseorang mengambil tamengku. Ia berada di tenda pasukan terdepan. Di depan tendanya ada kuda yang tinggi sekali. Dia menyimpan tameng itu dangan ditutupi periuk batu. Temuilah Khalid agar ia mengutus orang untuk mengambil tameng itu. Kemudian menghadaplah kepada Abu Bakar dan katakan aku mempunyai utang kepada Fulan dan Fulan. Juga, budakku Si Fulan telah kubebaskan. Aku mohon agar Khalifah bersedia menunaikan wasiatku.” Laki-laki itu bangun. Ia menghadap Khalid bin Walid menceritakan mimpinya. Tameng itu pun dicari. Dan ditemukan. Posisinya persis seperti digambarkan Tsabit. Ketika kaum Muslim kembali ke Madinah, orang tadi menceritakan mimpinya
kepada Abu Bakar. Lalu Khalifah Abu Bakar melaksanakan wasiat Tsabit. Masya Allah! Ajaib! Wasiat dari Tsabit yang telah meninggal terlaksana dengan sempurna. Cerita di atas memang menakjubkan. Karena anugerah Allah Subhanahu Wata’ala diberikan kepada orangorang yang taat secara menakjubkan. Jika iman seseorang sangat kuat, ia akan membuat semua orang mengenangnya sepanjang masa. Meski ia sudah mati, tetapi namanya selalu hidup. Tetapi jika iman seseorang lemah, ia tidak akan membuat orang kagum kepadanya, tetapi meremehkan kemudian melupakan dirinya. Ia dianggap sudah mati, meskipun ia masih hidup.*/(dinukil dari buku ‘Mahir Mendongeng’ karya Kak Bimo)
“Kamu tidak termasuk di antara mereka bahkan kamu hidup terpuji. Kamu akan perang lalu syahid dan Allah memasukkanmu ke Surga!” SUMBER : COAZ7
|MULIA
Oktober 2016
23
EDUKASI
Mendidik Jiwa Ksatria pada Anak SUMBER: PIXABAY
Dengan bercontoh generasi terbaik Islam, anak akan mendapatkan figur-figur terbaik sebagai bekal menjalani kehidupan nyata
K
satria berarti pemberani, pembela kebenaran dan keadilan. Setidaknya itulah hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita ketika mendengar kata tersebut.Namun makna ini dapat diperluas menjadi penuh perhatian, sopan, itsar, jujur, berdedikasi tinggi, selalu optimis dalam semua hal dan sifat - sifat mulia lainnya. Orang yang berjiwa ksatria selalu bersegera dalam hal kebaikan dan
24 MULIA
|Oktober 2016
tidak menundanya serta menyandarkan semua yang dilakukannya hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala semata . Untuk menanamkan nilai-nilai mulia ini tentunya perlu upaya dan tekad kuat dari orang tua sebagai pendidik pertama sekaligus teladan. Karena sejatinya jiwa ksatria merupakan jati diri seorang Muslim, yang dengannya izzah Islam akan terangkat. Hanya manusiamanusia berjiwa ksatria, berjiwa besar
dan takut kepada Allahlah yang akan mampu asa itu.Peran orang tua sangat diperlukan. Bercermin pada generasi terbaik Imam Muslim meriwayatkan satu hadits, suatu hari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam ditanya seseorang perihal bagaimana seharusnya bersikap ketika ada orang lain yang akan mengambil haknya. Nabi kemudian menyarankan kepadasi
EDUKASI pemilik hak untuk membela yang menjadi haknya hingga titik darah penghabisan. Ini adalah isyarat pentingnya membela dan berani berkorban untuk kebenaran. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam adalah tauladan terbaik. Jiwa ksatrianya tercermin dalam semua tingkah laku dan kepribadian beliau. Bahkan Aisyah radhiyallahu anha menyatakan akhlak beliau adalah al-Qur’an. Beliau ksatria dalam berbagai dimensi kehidupan, mulai dari perdagangan dengan mengedepankan kejujuran, hukum, dengan penegakkan keadilan, termasuk ksatria sebagai hamba dengan melazimkan istighfar kendatipun Allah telah menjaminkan Surga untuknya. Salah satu langkah yang bisa ditempuh orang tua agar anak berperilaku dengan sifat-sifat terpuji di atas, adalah membacakan ataupun menceritakan profil manusia-manusia terbaik dizamannya kepada anak- anak kita. Sampaikan kisah perjuangan mereka untuk menjaga kejujuran, berani berkorban demi al-haq
(kebenaran) meski pahit sebagaimana yang dilakukan oleh Bilal bin Rabah. Ada juga sosok Umar bin Khattab yang dikenal tegas dan pemberani, Abu Bakar yang dermawan dan lembut hati, dan masih ada segudang nama orang-orang hebat mulai dari sahabat, tabi’in, hingga tabi’in al-tabi’in, yang bisa kita rujuk perjalanan hidup mereka. Dengan menceritakan profil generasi terbaik, anak-anak kita akan mendapatkan figurfigur terbaik dalam segala hal sebagai bekal menjalani kehidupan nyata. Teladan dan doa Ibunda Anas bin Malik mencontohkan bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang baik. Suatu ketika Anas bin Malik yang pada saat itu masih anak-anak disuruh oleh Nabi untuk pergi mengerjakan suatu urusan. Selesai menunaikan amanah, Anas bin Malik singgah untuk bermain dengan teman-temannya, kemudian baru pulang ke rumah menemui ibunya. Sesampai di rumah, Ibunda Anas
bin Malik bertanya kepada tentang amanah apakah gerangan yang diperintahkan Nabi untuk diselesaikan. Kepada Sang Bunda, Anas bin Malik mengatakan bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam melarangnya untuk memberitahu apa yang beliau perintah kepada siapapun. Maka Ibunda Anas bin malik pun mengatakan, “Jika itu yang Nabi perintahkan kepadamu, maka jangan beritahu ibu dan siapapun.” Dari kisah di atas ada pelajaran berharga bagi para orang tua, yaitu pentingnya menanamkan sifat amanah kepada putraputri kita. Orang tua harus berada di garda terdepan dalam mensosialisasikan sifat ini kepada anak, sebagaimana yang dipraktikkan ibunda Anas bin Malik di atas. Setelah semua upaya yang kita lakukan, hal yang terpenting lainnya yang tak boleh diremehkan adalah mendoakan anak-anak kita. Ketuklah pintupintu langit agar Allah ridha kepada anakanak kita sebagaimana kita juga ridha kepada mereka. Allahu’alam.*/ Sholehah
Oktober 2016
|MULIA
25
MAJELIS KELUARGA
Menghujamkan Tauhid ke dalam Jiwa Anak Oleh: Bahtiar Nasir
hingga akhir hayat. Dalam al-Quran Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;
Ust. Bachtiar Nasir Direktur Ar Rahman Quranic Learning Center
H
anya ada 2 jenis agama di dunia ini: agama Allah dan agama orang tua. Dalam Islam, orang tua bertanggung jawab dalam menjaga fitrah keimanan anakanaknya. Dan seorang ayah, dia adalah orang pertama yang bertanggung jawab dalam urusan keimanan anaknya. Karena itu, seorang ayah seharusnya tidak merasa bosan menasehati istrinya, dan tidak bosan menasehati anaknya. Lantas, keimanan yang bagaimana yang harus tertanam di jiwa anak-anak kita? Pertama, yang seharusnya tertanam kepada anak-anak kita adalah keimanan untuk selalu memeluk Islam
26 MULIA
|Oktober 2016
ي َ ٰـ َب ِ َّن � َّن �ٱ َّ َلل �ٱ ۡص َط َف ٰى لَ ُ ُك �ٱ ّ ِ إدل َين فَ َل تَ ُموتُ َّن � َّل َو أ� ُنت إ٢٣١( )مس ِلمون َ ُ ۡ ُّ
“Hai anak-anakku! Sesungguhnya ALLAH telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.” [QS. Al Baqarah [2]: 132] Kedua, keimanan terhadap Tuhan yang Esa, tidak menyekutukan Allah Subhanahu Wata’ala (tidak syirik kepadaNya), taat dan patuh hanya kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Sebagaimana firman Allah;
ۖ� ۡذ قَا َل َ ُل ۥ َرب ُّ ُه ۤۥ أ� ۡس ِ ۡل إقَا َل أ� ۡسلَ ۡم ُت ِل َر ِ ّب �ٱلۡ َع ٰـلَ ِم َني ١٣١()
“Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab “Kami akan menyembah
Tuhanmu & Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa, dan kami hanya tunduk dan patuh kepadanya-Nya.”[ QS: Al Baqarah [2]: 131] Ada beberapa langkah yang kita kenal dengan istilah ‘Prinsip-prinsip Dasar Menanamkan Tauhid’ kepada anak kita. Mengajarkan iman dahulu sebelum AlQur’an. Abdullah bin Umar ra pernah berkata: “Dahulu, kami mempelajari keimanan sebelum belajar Qur’an.” Jundab Albajly pernah berkata, “Dahulu, ketika kami menjelang usia baligh bersama Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wassallam, kami mempelajari keimanan sebelum mempelajari Qur’an. Setelah itu, baru mempelajari Qur’an, akibatnya bertambahlah keimanan kami.” Bagaimana menanamkan tauhid dalam jiwa anak? Banyak cara, mulai dari yang sederhana hingga yang berat. Di
MAJELIS KELUARGA antaranya, perhatikan kaedah pentingnya ‘Mencintai Allah Subhanahu Wata’ala karena Allah sangat baik kepada kita.’ Misalnya; Sungguh ‘Maha besar Allah yang menciptakan buahbuahan bermacammacam bentuk dan rasanya’ ‘Betapa Allah Subhanahu Wata’ala sayang kepada kita sehingga kita diberi kemampuan untuk bisa bergerak’ Karena itu, usahakan tidak menakut-nakuti anak yang masih kecil degan murka Allah karena otak anak belum siap untuk menerima itu. Contoh, tidak mungkin mendidik anak-anak balita dengan mengatakan, ‘Kalau adek gak mau shalat, nanti adek dimasukkan Allah ke dalam neraka, dibakar dst…’ Atau mengatakan, “Allah gak suka lo sama anak nakal, nanti Allah marah kalau adek nakal.” Sebenarnya yang tidak suka itu Allah atau orang tuanya?. Jadi berhati-hatilah mengatas namakan Allah. Sesungguhnya anak-anak akan mudah mencintai Allah jika banyak dikenalkan dengan ihsan (kebaikankebaikan) Allah kepada
hamba-hamba-Nya, perbanyak menyebut nama Allah di telinga anak, baik dengan deskripsi maupun dalam diskusi / tanya jawab. Bacakan ayat-ayat Allah yang terdapat pada ciptaan-ciptaan Allah di sekitar anak. Kaitkan semua kejadian sehari-hari di sekitar anak dengan kebesaran Allah. Bukan mengatakan, “Ayo minum obatnya agar sembuh”. Tapi katakan, “Berdoalah pada Allah agar sembuh, dan tetap minum obatnya karena Alah menyuruh kita berusaha. Dan kesembuhan hanya dari Allah”. Kedua, tanamkan pada anak bawah ‘Islam adalah din yang diridhoi Allah di dunia”. Semua tujuan menanamkan tauhid kepada anak tidak lain agar anak taat kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasulnya. Ketiga, ajarkan adab dalam Islam. Keempat, mengajarkan anak bahwa tempatnya takut dan bergantung (berharap) hanyalah kepada Allah, bukan pada yang lain. Kelima, kecintaan pada Allah dan Rasulullah Sehingga anak menyadari bahwa
ia beribadah dan melakukan semua aktifitasnya hanya karena ridho Allah, bukan yang lain. Mengajarkan al Qur’an, tauhid, mengajarkan adab, mengajarkan ibadah juga bisa dilakukan secara bersamaan. Bahkan menanamkan tauhid juga bisa dilakukan ketika anak masih dalam kandungan. Selain itu, anak kita belum sempurna imannya sebelum kecintaannya kepada Allah & Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada orang tuanya dan orang lain yang ia cintai. Itulah yang disebut Ittiba’ Rasulullah. “Rabbana hab lana min azwajina wa dzuriyatina qurrata a’yunin waj ‘alna lil muttaqina imaman” [Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyejuk hati kami dan jadikan kami pemimpin bagi orangorang yang bertaqwa’.* Penulis Direktur Ar Rahman Quranic Learning Center Kolom ini merupakan kerjasama AQL Center dan MULIA
|MULIA
Oktober 2016
27
KOLOM IBU
Menjadi Orang Tua, Menjadi Sahabat Anak Kita Oleh: Rida Hesti R Salamah
(Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat , Ibu dari 7 orang anak )
Sudah banyak waktu tergadai untuk anak, ketika besar mereka justru menjadi para pembangkang, tidak menjadi penyejuk mata, ada apa? Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan pula penipu (syaithan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS: Luqman: 33)~ Peringatan Allah dalam ayat tersebut
28 MULIA
|Oktober 2016
mestinya menyadarkan orang tua agar bersegera ‘menolong’ anak-anaknya. Selama masih hidup di dunia fana ini. Orang tua yang sadar, senantiasa bekerja keras menyelamatkan anakanak agar tak tersentuh seujung rambut pun oleh api neraka kelak. Selagi belum terlambat, sebab hanya sekali saja kesempatan hidup di dunia. Mari mempersiapkan diri, keluarga dan umat menuju tempat kembali yang abadi kelak. Menjadi sahabat
anak-anak dalam ketaatan kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Bukan membiarkan mereka terpedaya oleh keindahan dunia yang penuh tipudaya. Terlebih di era digital kini, kenyamanan bermain gadget, seharian bersama tayangan televisi tanpa bimbingan, berselancar mengejar keasyikan di dunia maya, dan sejumlah kenikmatan dunia yang dapat menjerat mereka. Menjadi Sahabat anak, artinya menjadi tambatan
KOLOM IBU hati anak ketika galau, memberikan harapan, penyemangat, memberikan inspirasi, motivasi, dan arah menuju keselamatan, kemuliaan dan kebaikan di dunia dan di surgaNya kelak. Menjadi sahabat juga berarti memastikan orang tua bukan sekedar menjadi ‘induk’, yang cukup berperan melahirkan, membesarkan dan membiarkan anakanak tumbuh dan berkembang tanpa program pembentukan karakter yang terencana. Sayang sekali, apabila seorang ibu susah payah meregang nyawa saat melahirkan. Berlanjut dengan banting tulang mencukupi kebutuhan pakaian, rumah yang memadai, menjaga dan merawat kesehatannya. Terus mengorbankan segala upaya agar mereka bisa duduk di bangku sekolah. Betapa banyak hal tergadai untuk mereka semua. Lalu, tiba-tiba mereka tumbuh menjadi para pembangkang, jauh dari karakter “penyejuk mata, penyenang hati dan pemimpin kaum bertaqwa (qurrota a’yun wa-l imam al muttaqien)”, ada apa? Menyedihkan jika ‘penyejuk pandangan
mata’ telah menjelma menjadi anak-anak yang menyengsarakan. Sebelum terlanjur, lebih baik berhati-hati pada usia emasnya. Benar, golden age, rentang usia emas (sejak 0 tahun hingga 8 tahun) yang amat menentukan. Kesalahan pada usia ini dapat menjadikan mereka sebagai bom waktu yang siap meledak kapan saja. Kerja keras orang tua diperpayah oleh tuntutan ego anakanak. Alih-alih dapat memprogram character building (meski yang benar akhlaq mulia), malah banyak orang tua justru terprogram oleh tuntutan anakanak mereka. Gaji bulanan yang habis oleh ‘keharusan’ memenuhi selera anakanak terhadap mainan dan hiburan. Belum lagi tuntutan fashion, tampilan trendy seperti yang dipakai teman sebayanya. Kewajiban perayaan pesta ini itu lazim ‘dipaksakan’ agar tak dicap kuno, dan seterusnya. Bahkan gaji tiga bulan dapat tergadai demi menuruti ke-aku-an mereka. Bersiaplah menjadi sahabat terbaik bagi mereka. Nikmatilah saat-saat mengandungnya. Meski segala kepayahan terasa
melemahkan. Menjadikan sahabat mereka, bukan beban, dapat meredam gejolak emosi yang tak terkendali. Mencoba mengerti setiap reaksinya. Melakukan pendekatan paling baik ketika menyampaikan pesan. Mendampingi saat ia dalam kesulitan. Mengasah kepribadiannya agar tumbuh menjadi bagian dari generasi terbaik (khairu ummah), benarbenar tidak mudah, sewajarnya apabila orang tua menuai pahala tak terputus dari anak-anak salehnya. Di sinilah para ibu, ayah alias para orang tua harus mampu menjadi sahabat terbaik bagi putra-putrinya.*
“Menjadi sahabat juga berarti memastikan orang tua bukan sekedar menjadi ‘induk’, yang cukup berperan melahirkan, membesarkan dan membiarkan anak-anak tumbuh dan berkembang tanpa program pembentukan karakter yang terencana. “ Oktober 2016
|MULIA
29
SAKINAH
I
da menghitung dengan jari-jari tangannya. Tak salah lagi, 12! Ya, 12 tahun sudah usia perkawinannya dengan Adi, seorang usahawan yang lumayan sukses. Anak mereka sudah 5 orang. Malam ini semuanya sudah tertidur lelap, tinggal si bayi yang sedang asyik menyusu. Sementara Adi masih sibuk dengan setumpuk laporan yang mesti diperiksa untuk rapat esok pagi. Begitulah kesibuan Adi sehari-hari. Berangkat pukul 7 pagi dan pulang menjelang maghrib bahkan lebih. Sementara Ida cukup repot mengurus ke-4 anak dan seorang bayi, membuat keduanya terjebak dalam lingkaran rutinitas menjemukan. Tiada lagi kehangatan seperti saat usia awal perkawinan mereka. Kekduanya memang tak melalaikan kebutuhan seksual. Tetapi setiap malam toh keduanya terpaksa pisah ranjang. Ida harus
32 MULIA
|Oktober 2016
FOTO : IMAMNAWAWI/MULIA
Romantis Sepanjang Hari Suami juga perlu berhias, bukan melulu menuntut istrinya tampil cantik tidur dekat bayinya, sementara Adi memilih kamar lain karena tak ingin tidurnya terngganggu suara tangis bayi.
Apa Kebutuhan Istri?
Banyak orang keliru karena menyamakan antara merawat cinta kasih dan kegiatan seksual. Padahal tidak selalu begitu. Sekadar sentuhan serta belaianpun bisa turut menentukan. Atau bahkan cukup dengan saling mengungkapkan perasaan, mengerjakan
sesuatu bersama-sama, semua ini termasuk faktor penting yang sering terlupakan. Kebanyakan suami, seperti juga Adi, mengartikan kemesraan dengan menikmatinya sebagai kegiatan seksual di atas tempat tidur. Sementara kebanyakan wanita, seperti Ida, justru ingin sentuhan, belaian, ciuman dan kemesraaaan yang menimbulkan kehangatan. Rupanya Adi tak menyadari itu. Baginya tindakan merangkul dan
SAKINAH mengecup hanyalah sepele dan tanpa arti. Ia hanya melakukan ini beberapa menit sebelum mengharapkan pelayanan kebutuhan biologis dari istrinya. Akibatnya, yang dirasakan Ida seolah hanya terpaksa memenuhi kewajiban sebagai istri.
Romantis Sepanjang Hari Lihatlah bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam membina suasana romantisme dengan istri-istri beliau. Terutama istri beliau yang paling disayangi, Aisyah Kepada istri termuda yang lincah menarik ini Rasulullah memberi nama panggilan yang indah, ‘Humaira’. Sebuah nama manis yang hanya terucap dari bibir suami tercinta, bukankah ini sudah menimbulkan kehangatan dan romantisme tersendiri? Banyak riwayat mengisahkan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam suka merebahkan badan dengan kepala berada di pangkuan Aisyah. Beberapa kali beliau sempat menerima wahyu dalam keadaan begini. Bahkan beliau pun wafat dalam pangkuan istri tercinta ini.
Senda gurau Rasulullah dengan istri-istri beliau banyak dikisahkan orang. Tutur kata beliau kepada para istri selalu lemah lembut. Dan bila sedang tidak ada tugas tanpa segan-segan beliau membantu istri-istrinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Luangkan Waktu Berdua
Yang sering jadi batu sandungan dalam membina kasih antara suami dan istri adalah anak-anak dan rutinitas kerja. Bagaimanapun, harus ada yang dikorbankan demi memperoleh waktu luang hanya untuk berdua. Mungkin satu atau jam di malam hari ketika anakanak telah tidur. Atau memanfaatkan waktu tidur siang anak-anak. Jika mencari waktu luang di sela-sela waktu sehari benarbenar sulit, barangkali perlu untuk sengaja memisahkan diri dari anak-anak berapa hari sekali. Sekadar pergi berdua ke tempattempat yang romantis, berbelanja, kuliner, atau tempat-tempat kesukaan istri. Tampil bersih, cantik, tampan dan rapi di rumah memang sangat
dianjurkan oleh Islam. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mencontohkan betapa teliti beliau merawat kebersihan diri dari ujung rambut hingga jari kaki. Kaum muslimah dianjurkan memakai parfum untuk memikat suami di rumah. Begitu pula para suami, seperti kata Nabi, “Cucilah wahai para lelaki pakaianmu, pakailah minyak rambut, bersikat gigilah kamu, berhiaslah, dan bersucilah karena Bani Israil tidak melakukan hal ini, padahal istri-istri mereka berhias.” (HR. At-Thabrani). Kelihatannya seperti perkara kecil. Tetapi karena terus setiap hari selama bertahuntahun, bisa jadi masalah besar. Suatu ketika seorang istri mengadukan suaminya yang kumuh pada Khalifah Umar dan minta diceraikannya. Umar menasehatkan kepada si suami untuk membersihkan diri, mencukur kumis dan keramas. Sang istripun akhirnya mencabut permohonan talaknya. Umar berkomentar: “Begitulah bertindak untuk istri. Demi Allah, para istri pasti senang jika kamu berhias untuk mereka, tak ubahnya kalian suka jika mereka herhias untuk kalian.”* Oktober 2016
|MULIA
33
RUANG UTAMA
SUMBER : AL-MONITOR
MASALAHNYA bukan PADA JUMLAH Tanpa kualitas, jumlah mayoritas hanya jadi obyek. Dipakai saat diperlukan, habis itu ditinggalkan
K
ita harus mengakui jasa para pejuang dakwah kita yang telah berhasil menyebarkan Islam di negeri ini, bahkan kini telah menjadi negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. Sungguh sayang bila usaha mereka kita siasiakan. Apalagi jika hanya puas dengan jumlah (kuantitas) bukan kuanlitas. Hari ini kita terbuai jumlah umat yang banyak, padahal hal ini pernah dicemaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bahwa kelak sepeninggal Rasulullah, umat akan
36 MULIA
|Oktober 2016
dihinggapi penyakit al wahn. Puncaknya, umat Islam tak berdaya ditindas orang kafir. Padahal, kata Nabi, ketika itu, jumlah umat Islam sangat banyak. Sejak empat belas abad lalu, al-Qur’an mengarahkan kita agar selalu memperhatikan soal kualitas ini. “Kamulah umat terbaik (baca: bukan terbanyak) yang dilahirkan untuk umat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS:Ali Imraan: 110) Adapun soal jumlah, al-Qur’an
tidak terlalu serius membahasnya. Bukan berarti jumlah tidak penting, tapi dengan peningkatan kualitas otomatis kuantitas akan mengikuti. Itu sudah pasti. Lain halnya bila yang dikejar kuantitas, maka kualitasnya pasti terabaikan. Itulah sebabnya Allah mengecam mereka yang membanggakan jumlah. Jumlah yang banyak belum tentu menambah kekuatan, malah sering terjadi sebaliknya. Jumlah yang banyak hanya menjadi beban. “Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu
RUANG UTAMA menjadi bangga karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat sedikitpun, dan bumi yang luas ini telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (QS. AtTaubah: 25) Sebelumnya kaum muslimin telah banyak melakukan peperangan, akan tetapi persiapannya tidak seperti perang Hunain ini. Persenjataan yang mereka pakai lebih dari cukup. Jumlah tentaranya saja mencapai 12.000 personel, 10. 000 di antaranya adalah tentara yang telah membebaskan Makkah, dan sisanya adalah tentara Quraisy yang masuk Islam. Mereka semua berpakaian berlapis besi. Bersama mereka ada pasukan berkuda dan unta yang membawa perlengkapan dan bahan makanan. Belum pernah ada pasukan perang di jazirah Arab yang sehebat ini. Dengan personel yang banyak, nampaknya kaum muslimin menjadi
lengah. Akibatnya mereka mengabaikan strategi musuh dan melupakan pertahanan diri. Hasilnya, tentara Muslim kocar-kacir. Sebagian mereka lari, sebagian lagi mati terbunuh. Dalam perang ini, hampirhampir pasukan Islam mengalami kekalahan total. Untunglah ada Abbas, paman Nabi. Dengan suara keras ia memanggil-manggil pasukan Islam. Ia berseru, “Saudarasaudara dari kalangan Anshar yang telah memberikan tempat dan pertolongan! Saudara-saudara dari Muhajirin yang telah memberikan ikrar di bawah pohon! Marilah saudara-saudara, Muhammad masih hidupl” Mendengar seruan Abbas ini mereka menyambut gegap gempita dengan ucapan, “Labbaika, labbaika. Aku sambut
seruanmu, aku penuhi pangilanmu.” Melihat kaum muslimin bersemangat lagi, perasaan Nabi menjadi lega. Perangpun berlanjut, bahkan lebih seru. Saat itulah Rasulullah bersabda, “Sekarang pertempuran benarbenar berkobar. Allah tidak menyalahi janji terhadap Rasul-Nya.” Perang ini akhirnya dimenangkan kaum muslimin dengan membawa rampasan perang berupa 22.000 ekor unta, 40.000 ekor kambing dan 4.000 uqiyah perak (1 uqiyah sama dengan 30 gram), dan 6.000 tawanan perang. Kita bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini: jumlah tidak memberi arti apaapa. Berbangga hati karena jumlah bisa menyebabkan celaka. Kedua, segenting apapun keadaan jika dihadapi dengan tenang akan membawa hasil
SUMBER : PIXABAY Oktober 2016
|MULIA
37
RUANG UTAMA yang memuaskan. Nabi Muhammad tetap tenang di saat kaum muslimin mendapat gempuran yang dahsyat. Dengan ketenangan itu beliau menyusun strategi menghadapi musuh yang sudah sangat bernafsu. Ketiga, hanya dengan kesatuan komando kemenangan bisa diraih kembali. Jumlah yang banyak mudah dipecah-belah jika tidak ada kesatuan komando. Akan tetapi pada saat komando jalan, kekuatan apapun yang menghadang pasti diterjang. Di negeri ini banyak sekali organisasi yang punya anggota jutaan. Bahkan ada yang mengklaim separuh lebih penduduk negeri ini sebagai anggotanya. Akan tetapi karena ikatan yang terjadi sebatas ikatan kultural, maka jumlah anggota yang sangat banyak ini tidak merupakan kekuatan. Sekadar dijadikan alat bargaining saja tidak bisa, apalagi untuk kepentingan yang lebih besar lagi. Sebaliknya, di negeri ini juga ada organisasi yang kecil dengan personil yang terbatas. Akan tetapi karena mereka berada dalam kesatuan komando, ikatan mereka tidak sekada kultural, tapi
38 MULIA
|Oktober 2016
sekaligus struktural, mereka menjadi sangat dominan. Tidak satu sektor kehidupanpun yang tidak mereka masuki. Tak satu kebijakan pun yang lepas dari sentuhan tangan-tangan mereka. Yang demikian itu sebenarnya sudah diingatkan Allah: “Betapa banyak golongan yang kecil dapat mengalahkan gologan yang banyak dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 249) Di sektor ekonomi kita juga mendapati fenomena yang sama. Kelompok kecil yang solid bisa mengalahkan kelompok besar yang tidak kompak. Segelintir pengusaha non-pribumi menguasai hampir seluruh sektor ekonomi, sementara mayoritas pribumi harus rela menerima sisanya. Kemenangan segelintir pengusaha bermula dari kekompakan mereka
membangun sektor ini. Sementara mereka terjalin hubungan yang akrab sekali, sehingga ada saling tolong dan kerja sama yang baik. Di Malaysia, pengusaha bumi putera tidak kalah dengan pengusaha non-pri, karena mereka kompak. Antara pemegang kekuasaan politik, yang notabene bumi putera terjalin hubungan kerjasama yang baik dengan pengusaha bumi putera. Akhirnya mereka bisa maju. Ini bukan kolusi, sebab bukan untuk kepentingan pribadi. Jika di sektor politik dan ekonomi tampak fenomena yang sama, yaitu kelompok kecil mengalahkan kelompok besar, apalagi di sektor pemikiran. Jalan pikiran banyak orang ternyata bisa disetir oleh segelintir orang. Bahkan baik dan buruk bisa dipolakan oleh orang-
“Betapa banyak golongan yang kecil dapat mengalahkan gologan yang banyak dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 249)
SUMBER :CT
RUANG UTAMA orang tertentu. Dengan keahlian tertentu, yang baik bisa bercitra buruk. Sebaliknya yang buruk bisa bercitra baik. Tanpa kualitas yang memadai, umat Islam yang banyak ini bisa diombang-ambingkan oleh berbagai pemikiran yang menyesatkan. Mereka mudah dipengaruhi karena kurang wawasan dan cenderung tak berpendirian. Oleh karenanya, tidak ada cara lain kecuali memberdayakan mereka dengan jalan meningkatkan kualitasnya. Kita tidak menginginkan umat Islam yang banyak jumlahnya ini sekadar dijadikan tambang orang lain. Di saat diperlukan mereka gali tambang kita sepuaspuasnya. Jika mereka menemukan emas, mereka angkat pelanpelan, mereka rawat dan jadikan perhiasan. Ya, sekadar perhiasan, supaya enak dilihat dan tidak macam-macam. Lain halnya bila yang ditambang itu berupa batu, mereka jadikan alas untuk memanjat. Semakin banyak batu yang diinjak, semakin tinggi yang bisa digapai. Jika dalam pemilihan, siapa yang bisa mengumpulkan suara banyak, mereka bisa leyeh-leyeh duduk di
SUMBER : AL-FATH
atasnya. Inilah kenyataan yang kita hadapi dan saksikan, kelompok besar hanya dijadikan obyek. Namanya obyek, hanya diperhatikan jika ada perlu. Ditinggalkan jika selesai dipakai. Anehnya, kita rela menerima nasib seperti ini. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orangorang yang menyerbu makanan di atas piring.” Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di atas air. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.”
Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud) Penduduk Indonesia yang mencapai hampir dua ratus juta ini mayoritas Muslim. Keberadaan Muslim yang mayoritas ini hanya akan menjadi bancaan bangsa lain jika mereka terjebak pada sikap konsumerisme. Kaum muslimin Indonesia adalah pasar yang potensial untuk memperdagangkan apa saja, termasuk menjual kultur dan budaya asing. Jika seperti ini, apa gunanya menjadi mayoritas? Jika sekadar menjadi obyek permaianan orang lain, untuk apa jumlah yang banyak?* Dikutip dari Kajian Utama Majalah Suara Hidayatullah
Oktober 2016
|MULIA
39
RUANG UTAMA
SUMBER : entrepreneur
Pikiran Cerdas, Fitrah Utuh, Akhlak Mulia Tiga bidang garap peningkatan kualitas umat
D
alam pandangan al-Qur’an, manusia adalah makhluk Allah yang paling potensial, baik dalam hal menciptakan kebaikan dan kemaslahatan maupun dalam hal membuat kerusakan. Itulah sebabnya Allah menjadikan al-Qur’an ini khusus untuk membicarakan manusia. Tidak satu ayat pun dalam al-Qur’an yang menyimpang dari misi kemaslahatan manusia.
40 MULIA
|Oktober 2016
Menurut pandangan al-Qur’an, ada tiga aspek yang sangat berpengaruh pada manusia, yaitu intelegensia, fitrah, dan kepribadian. Ketiganya menjadi bidang garapan al-Qur’an secara simultan. Allah Subhanahu Wata’ala menjadikan manusia makhluk istimewa, diberi akal dan memiliki potensi yang luar biasa. Karenanya, kepadanya Allah mengamanahi
khalifah (pemimpin) di muka bumi. “Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di muka bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.:
RUANG UTAMA Al-An’aam: 165) Pertama, agar bisa mengolah dan memanfaatkan alam, Allah membekali manusia dengan satu kemampuan, yaitu mengenali nama-nama benda alam, sekaligus karakter dan sifatnya. Kemampuan inilah yang dibekalkan kepada manusia, yang secara simbolis telah diserah terimakan melalui Nabi Adam, “Dan Dialah mengajarkan kepada Adam namanama (benda-benda seluruhnya),” kata alQur’an dalam surat al Baqarah 31. Sementara, malaikat tidak diberi akal dan ilmu tentang alam. Demikian juga makhluk yang lain. Itulah sebabnya Allah hanya menunjuk manusia sebagai khalifah di bumi, bukan menunjuk malaikat, bukan juga jin. Karenanya sangatlah bodoh jika ada manusia yang meminta bantuan jin dalam urusan dunia ini. Manusia bisa membikin pesawat terbang, karena mereka memiliki kemampuan untuk mengenali benda-benda alam dan memahami karakternya. Mereka juga tahu kadar dan ukurannya. Hanya dengan ilmu tersebut manusia dapat menjadi khalifah dengan baik.
Di tangan khalifah, tidak ada satu bendapun yang tidak bermanfaat. Semua yang ada bisa mendatangkan keuntungan bagi manusia. Akan tetapi bagi orang yang bodoh, banyak sekali benda yang tak berarti, bahkan dirasa sangat membahayakan kehidupannya. Listrik saja, ‘benda’ yang sangat penting dalam dunia industri, bisa ditakuti orang karena bisa ‘nyetrum’. Gas dan cairan-cairan beracun, bila diramu bisa jadi obat. Semua itu kembalinya kepada manusia. Faktor kecerdasan harus dikembangkan terus-menerus agar fungsi kekhalifahan di muka bumi ini berjalan sempurna. Ilmu pengetahuan untuk manusia boleh dikata tidak ada batasnya,
mengingat masih begitu banyak hal yang belum bisa dicapai. Al-Qur’an juga memberi dorongan kepada kaum muslimin sedemikian seriusnya lewat berpuluh, malah beratus ayat yang mengingatkan akan pentingnya ilmu pengetahuan. Kini tinggal kita, apakah rela jika kekhalifahan di bumi dipegang orang kafir. Jika tidak, maka kita harus berupaya sungguh-sungguh menguasai ilmu dan teknologi. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
SUMBER : WILDAPRICOT
Oktober 2016
|MULIA
41
RUANG UTAMA memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’” (QS. Ali Imran: 190-191) Kedua, al-Qur’an memandang manusia sebagai makhluk yang mempunyai fitrah. Menurut pandangan ini, fitrah manusia itu beriman, bertauhid, dan berakidah lurus. Pandangan ini tentu saja berlawanan dengan SUMBER : PIXABAY pendapat bahwa manusia merupakan pewaris dosa keturunan. “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.’
42 MULIA
|Oktober 2016
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhan),’ atau agar kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya orang-
orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini anakanak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan….. (Al‘Araf: 172-173) Tidak ada seorang manusiapun yang seratus persen ingkar terhadap Allah. Fir’aun yang pernah mengaku menjadi Tuhan sekalipun masih
menyisakan sedikit kepercayaannnya akan ke- Esaan Allah. Pengakuannya malah terlontar di saat-saat akhir hidupnya, setelah tenggelam dalam lautan. Potensi ini harus digali, dikembangkan dan diaktualisasikan. Karena kalau tidak, malah bisa tidak berguna sama sekali lantaran tertimbun praktek-praktek syirik yang dilakukan manusia sehari-hari. Usaha meningkatkan kualitas iman ini harus dijadikan proyek inti dalam hidup. Tanpa kualitas iman yang memadai derajat manusia akan jatuh, kredibilitasnya runtuh, tak bermartabat, bahkan saking hinanya, mereka bisa lebih sesat dari binatang sebagaimana disitir al-Qur’an, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka
RUANG UTAMA itu tidak lain hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalannya.” (QS. AlFurqaan: 43-44) Tanpa iman, diibaratkan seseorang berjalan tanpa mata dan telinga. Ia akan nabrak kanan dan kiri. Tak peduli lubang, ia akan masuki. Tak peduli tembok penghalang, ia terjang. Tak peduli lalu lintas ramai, ia menyeberang. Kecelakaanpun sulit dihindari. Bibit iman sebenarnya sudah ada dalam diri setiap manusia. Tugasnya kini tinggal mengangkat dan membersihkannya dari segala kotoran syirik yang pernah menghinggapi. Tidak sulit membina iman, asal ada kesungguhan. Tak repot meluruskan akidah, asal ada upaya.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar- Ruum: 30) Ketiga, aspek kepribadian dan tingkah laku. Aspek yang ketiga ini bisa dituntun, diarahkan dan dibina dengan ibadah. Ibadah yang baik akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kepribadian dan tingkah laku. Firman Allah: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al- Bayyinah: 5) Bila ketiga aspek, yang menyangkut intelegensia, fitrah, dan kepribadian ini dikembangkan, maka ada jaminan bahwa masa depan akan kembali kepada Islam. Apalagi, kualitas yang baik itu masih didukung jumlah yang besar.* Dikutip dari Kajian Utama Majalah Suara Hidayatullah
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. AlBayyinah: 5)
SUMBER : KIPLINGER
Oktober 2016
|MULIA
43
SERBA-SERBI
Inilah Para Pelayan Setia Rasulullah Siang malam mereka membantu meringankan aktivitas Rasulullah. Tak ada kata pamrih, yang mereka kejar hanyalah ridha Allah
S
emasa hidupnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam (SAW) dibantu oleh para pelayanan yang begitu loyal. Mereka orangorang yang turut menyukeskan dakwah Rasulullah sehingga Islam makin tersebar luas. Bahkan ada yang sejak kecil telah berkhidmat kepada Rasulullah. Siapa saja mereka? Berikut di antaranya.
‘Ummu ‘Aiman ‘Ummu ‘Aiman mengasuh Muhammad dari usia anak-anak hingga usia dewasa. Ia mengasuhnya dengan penuh kelembutan. Rasulullah memerdekakan ‘Ummu ‘Aiman setelah Nabi menikah dengan Khadijah binti Khuwalid. Setelah dimerdekakan, ‘Ummu ‘Aiman menikah dengan ’Ubaid bin Al-Harits dari suku Khazraj. Dari pernikahannya dengan ’Ubaid, lahirlah ‘Aiman. ‘Aiman ikut hijrah
46 MULIA
|Oktober 2016
dan berjihad bersama Rasulullah dan gugur sebagai syahid dalam pertempuran Hunain. ‘Ummu ‘Aiman adalah wanita yang sulit berbicara atau cadel. Suatu ketika ‘Ummu ‘Aiman datang kepada Rasulullah dan berkata, “Salaamun laa ’alaikum”. Rasulullah pun memaklumi ucapan salamnya itu, karena yang dia maksudkan sebenarnya adalah, ”Assalamu ’alaikum” (semoga keselamatan tetap terlimpahkan kepadamu). ‘Ummu ‘Aiman terus mengiringi kehidupan Rasulullah hingga beliau wafat. Ia wafat setelah lima puluh bulan wafatnya Rasulullah. Anas bin Malik Dia pelayan atau khadam Rasulullah yang terpercaya. Ia berasal dari Bani an-Najjar. Ayahnya bernama Malik bin an-Nadlr dan ibunya ‘Ummu Sulaim. Ketika ia berusia 10 tahun, sang ibu membawanya
kepada Rasulullah untuk berkhidmat. Rasulullah pun menerima Anas dengan senang hati. Rasulullah kerap bergurau dengan Anas. Sebagai orang yang terbina dalam rumah kerasulan, tidak heran jika ibadah Anas sangat mirip dengan apa yang dilakukan tuan sekaligus gurunya. Setelah wafatnya Nabi Muhammad, Anas pergi dan menetap di Damaskus dan kemudian ke Basrah. Ia mengikuti sejumlah pertempuran membela Islam. Selain telah berkhidmat untuk Rasulullah, Anas juga telah berkhidmat untuk Islam dan kaum Muslimin. Anas menempati urutan ketiga dari sahabat yang banyak meriwayatkan Hadist, sekitar 2.286 Hadits. Setelah 100 tahun lebih menghabiskan waktunya di dunia dengan ketaatan kepada Allah, Anas pun tertimpa sakit. Beliau
SERBA-SERBI wafat pada tahun 93 H. ‘Uqbah bin Amir alJuhani ‘Uqbah bin Amir al-Juhani selalu berdampingan dengan Rasulullah. Mereka diibaratkan seperti bayang-bayang dengan orangnya. ‘Uqbah pemegang tali kendali bighal (kudanya) Rasulullah dan menuntunnya ke mana beliau pergi. Kadangkadang Rasulullah memboncengnya di belakang, sehingga ‘Uqbah digelari oleh para sahabat ”radif Rasulullah” (boncengan Rasulullah). Bahkan, pernah juga Rasulullah turun dari bighal dan mempersilakan ‘Uqbah mengendarai bighal, sementara Rasulullah berjalan di sampingnya. Kedekatannya dengan Rasulullah membuat ia menjadi salah seorang ahli tafsir al-Qur’an dan ahli Hadits. ‘Uqbah juga dikenal sebagai penyair atau sastrawan. Ia kerap terlibat dalam pertempuran melawan kaum kuffar. Karena seringnya ‘Uqbah turut berperang, menyebabkan dia banyak menyimpan kisah-kisah nyata pengalamannya berperang, yang diceritakannya kepada kaum Muslimin. Dia seorang pemanah jitu.
Rabi’ah bin Ka’ab Rabi’ah bin Ka’ab AlAslamiy seorang miskin, tidak punya keluarga, harta, dan rumah tinggal. Ia tinggal di shuffatul masjid (emper masjid), bersama-sama dengan kawan senasib, yaitu orang-orang fakir lainnya. Suatu hari Rabi’ah menawarkan diri kepada Nabi untuk menjadi pelayannya. Ternyata harapannya tidak sia-sia. Rasulullah menerima menjadi pelayannya. Sejak hari itu Rabi’ah senantiasa di samping Rasulullah, selalu berada di bawah bayang-bayangnya. Rabi’ah kerap ikut Rasulullah pergi. ”Bila beliau membutuhkan sesuatu, aku sudah siap sedia melayaninya.” katanya. Rabi’ah melayani Rasulullah sepanjang hari sampai habis waktu Isya’ yang terakhir. Ketika Rasulullah pulang ke rumahnya hendak tidur, barulah ia berpisah dengannya. Tetapi, hatinya selalu berkata, ”Hendak ke mana engkau hai Rabi’ah? Mungkin Rasulullah membutuhkanmu tengah malam.” Karena itu Rabi’ah selalu duduk di muka pintu beliau dan tidak pergi jauh dari bendul rumahnya.*
Oktober 2016
|MULIA
47
FIQIH
Zakat Profesi
dari Gaji Kotor?
Wajib zakat jika harta merupakan pendapatan bersih, sudah merupakan sisa gaji setelah dikurangi kebutuhan pokok normal angka asli gaji sebelum dibelanjakan? Kedua, apakah sistem penjelas dari hukum zakat profesi ini di zaman Nabi? Jazakumullah Tasmin | Aceh
Ust. Abdul Kholiq Anggota Dewan Syariah LAZNAS BMH
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Jujur saya memahami zakat profesi belum begitu mendalam. Ada yang ingin saya tanyakan. Pertama, apakah zakat profesi dipotong dari gaji bersih setelah dikurangi kebutuhan atau gaji kotor, dari
48 MULIA
|Oktober 2016
Waalaikumsalam Warahmatullah Wabarakatuh Sungguh suatu anugerah yang patut disyukuri saat Allah Subhanahu Wata’ala memberikan energi iman untuk melaksanakan tuntunannya dengan sebaik mungkin. Bagi Anda yang dianugerahi Allah berupa rizeki harta, maka sebagai Muslim langsung tersadar dengan zakat yang akan menambah bersih dan berkah terhadap harta
itu.
Adapun berkaitan dengan zakat atas gaji tersebut, dengan berpijak pada pendapat ulama yang mewajibkan zakat profesi secara tersendiri, mereka menyaratkan dua hal. Pertama, gaji tersebut mencapai nishab (batas minimal jumlah harta wajib zakat) setidaknya akumulasi pendapatan dalam satu tahunnya. Untuk zakat profesi ini, terdapat dua pendapat. Pertama disamakan dengan nilai nishab zakat pertanian yaitu beras 653 kg. Ada pula yang menamakan dengan nishab emas/ uang yaitu senilai 85 gr emas. Dalam Kitab –Fiqh Zakat (445)- Syeikh al-Qaradhawi memilih
FIQIH pendapat kedua sebab memang faktanya para pegawai tersebut mendapatkan gaji berupa uang. Syarat kedua, kewajiban zakat tersebut adalah bahwa harta tersebut merupakan pendapatan bersih. Artinya uang tersebut sudah merupakan sisa gaji setelah dikurangi dengan kebutuhan primer (pokok) normal untuk pribadi dan keluarga muzakki (orang yang wajib mengeluarkan zakat). Sebab, Nabi menegaskan bahwa zakat itu diambil dari orang kaya. Nabi berpesan kepada Mua’adz saat menugaskannya ke Yaman, yang di antara pesannya adalah:
الل افْ َ َت َض عَلَيْ ِ ْم َ َّ فَ�أ ْع ِل ْمه ُْم أ� َّن َصدَ قَ ًة ِف أ� ْم َوا ِله ِْم ت ُْؤخ َُذ ِم ْن “Kemudian beritahukan kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka.” (HR: al-Bukhari dan Muslim)
أ� ْغ ِن َيائِ ِ ْم َوتُ َر ُّد عَ َل فُ َق َرائِ ِ ْم “Kemudian beritahukan kepada mereka, bahwa Allah mewajibkan sedekah (zakat) yang diambil dari orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang fakir di antara mereka.” (HR: al-Bukhari dan Muslim) Sedangkan kaya berarti memiliki kelebihan dari kebutuhan primer. Dengan demikian gaji tersebut dapat dikurangi dengan rata-rata pengeluaran primer dalam setahun, baru kemudian dilihat saldonya. Jika mencapai nishab, maka wajib zakat 2,5 %. Jika hendak ditunaikan perbulan tinggal dibagi dua belas. Untuk masalah kedua, hanya ada satu riwayat adanya pegawai yang digaji rutin pada masa Nabi yaitu gaji
yang diberikan Nabi kepada ‘Attab bin Usaid. Ia digaji sebagai Wali Kota Makkah dua dirham perhari, hingga masih jauh dari terkena zakat. Zakat mulai dikenal pada periode sahabat di mana Ibnu Mas’ud di Kufah mengeluarkan zakat 25 dirham setiap mendapat gaji 1000 dirham, dengan asumsi kebutuhan primer beliau saat itu telah tercukupi dari harta lain. Begitu pula sahabat lain Khalifah Mu’awiyah bin Abi Sufyan menerapkan zakat seperti itu dan selanjutnya dilakukan pula oleh Umar bin Abdul Aziz. (dalam Fiqh Zakat: I/501) Semoga keterangan ini membantu kemantapan anda untuk menunaikan zakat dengan sebaik-baiknya. Wallahu a’lam.*
|MULIA
Oktober 2016
49
ADABUNA
Hak dan Kewajiban Muslim di Jalanan 1
Islam adalah agama yang mengajarkan umatnya ajaran dan nilai yang sangat lengkap (syumul), utamanya terkait berbagai tuntunan dan interaksi manusia. Hatta, adab di jalan. Berikut beberapa adab-adabnya:
Menghindari Nongkrong di Pinggir Jalan Diriwayatkan Abu Said al-Khudri, Nabi Shallahau alaihi wa sallam (SAW) pernah menegur sahabat yang suka duduk-duduk di pinggir jalan. Beliau bersabda, “Jauhilah dudukduduk di pinggir jalan.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).
2
Menunaikan Hak-Hak Jalanan Nabi bersabda, “Berikanlah hak-hak jalanan.” Para sahabat bertanya, “Apakah hak-hak jalanan itu?” Nabi menjawab, “Tidak mengumbar pandangan, mencegah kerusakan, menyeru kepada kebaikan dan mencegah segala kemungkaran.” (Riwayat alBukhari dan Muslim).
6
7
Laki-laki Lebih Berhak Lewat di Tengah Seyogyanya, jika laki-laki berpapasan dengan wanita maka ia lebih berhak untuk lewat di tengah jalan. Adapun wanita, ia dianjurkan berjalan di pinggir. Inilah prinsip Islam untuk melindungi kaum wanita di jalanan. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id al-Anshari Radhiyallahu anhu (RA), Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam pernah bersabda kepada para wanita, “Perlambatlah jalan kalian terlebih dahulu. Sebab bukanlah hak-hak wanita memenuhi jalan tersebut. Hendaknya kalian berjalan di pinggirpinggir jalan”. Mendengar hal itu, para wanita langsung merapat ke dindingdinding. Hingga saking rapatnya, seolaholah pakaian mereka tergantung di dinding tersebut.” (HR: Abu Daud).
Tidak Membahayakan Orang Lain Berkendara secara ugal-ugalan tak hanya membahayakan diri sendiri, tetapi juga bisa merugikan pengguna jalan lainnya. Karenanya, Islam melarang perbuatan seperti ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pernah bersabda, “(Dikatakan) seorang Muslim jika kaum Muslimin (lainnya) selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya.” (HR Bukhari dan Muslim).
50 MULIA
|Oktober 2016
ADABUNA 4
3
Menunjukan Orang yang Bertanya Abu Hurairah meriwayatkan, Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Dan menunjuki jalan kepada seseorang adalah sedekah.” (HR: Al-Bukhari)
Menyingkirkan Duri Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,ia mengatakan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ”Setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari di mana matahari terbit di dalamnya, kamu mendamaikan di antara dua orang adalah sedekah,kamu membantu seseorang untuk menaikkannya di atas kendaraannya atau mengangkatkan barangnya di atasnya adalah sedekah, kalimat yang baik adalah sedekah, pada tiap-tiap langkah yang kamu tempuh menuju shalat adalah sedekah, dan kamu membuang gangguan (duri/ batu/kotoran) dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
8 Berhati-Hati Syari’at Islam menganjurkan berhatihati di jalan. Berjalan atau berkendara dengan tenang. Tidak mengemudi secara kebut dan tidak pula terlalu lambat. Sebab kebut-kebutan di jalan malah menunjukkan adanya sikap sombong pada seseorang. Firman Allah, “Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Tafsir Ibnu Katsir-Surah Luqman: 19)
9 Memberi Tumpangan kepada yang Lain Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Setiap tulang itu memiliki kewajiban bersedekah setiap hari. Di antaranya, memberikan boncengan kepada orang lain di atas kendaraannya atau membantu mengangkatkan barang orang lain ke atas tunggangannya.” (HR: Bukhari)
5 Tidak Membuang Hajat Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Jauhilah dua perkara yang terlaknat! Para sahabat lalu bertanya, “Apakah gerangan dua perbuatan terlaknat itu?” Nabi menjawab, “Orang yang membuang hajat di jalanan umum atau di tempat pemukiman penduduk.” (Riwayat Muslim).
10
Saling Memberi Salam Jika Berpapasan Aturan memberi salam di sini adalah orang yang berkendara memulai salam kepada yang berjalan. Pejalan kaki kepada orang yang duduk. Anak-anak kepada orang yang lebih tua dan seterusnya. Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi Wassallam; “Hendaknya orang yang berkendara memberi salam kepada pejalan kaki, yang berjalan kepada orang yang duduk, jumlah yang sedikit kepada yang lebih banyak.” (HR: Bukhari dan Muslim). */Masykur |MULIA
Oktober 2016
51
RIHLAH
Wisata Ruhani ini cocok untuk pelatihan dan liburan sekolah, Seluruh program itu dibalut dengan nuansa Islamiyah
FOTO: WISATARUHANI
Villa Hidayatullah Batu
Padukan
Wisata Alamiyah dengan Islamiyah
P
ernah mendengar kota Batu? Atau ada yang pernah berkunjung ke sana? Jika iya, pasti yang terbayang adalah sebuah kota sejuk dengan tempat wisata yang melimpah. Betul, kota Batu memang memiliki sejuta keindahan yang mampu memancing para peloncong
52 MULIA
|Oktober 2016
berdatangan di Kota Wisata itu. Terdapat berbagai ragam objek wisata di kota ini, dari sejarah, retail, pendidikan, hingga kawasan alam yang mampu membuat para pengunjung ingin kembali ke kota ini. Tapi, jika ingin menghabiskan liburan untuk merehatkan jasmani di tepat wisata
di kota Batu, rasanya tidak lengkap jika tidak merehatkan dan menyegarkan kembali rohani kita. Nah, selain punya banyak wisata jasmani, ternyata di Batu juga memiliki tempat wisata Rohani. Namanya Villa Hidayatullah yang beralamat di Jalan Indragiri Gang VI Nomor 78 – 80 Desa
RIHLAH Sumberejo, Kota Wisata Batu. Nuansa alami langsung terasa begitu memasuki kawasan yang berada di bukit itu. Pemandangan asri yang memanjakan mata ditambah udara dingin membuat para pengunjung ingin terus berlamalama di tempat itu. Kala malam, nampak kelap-kelip lampu dari kejauhan yang kian menambah eksotisme Villa yang dikelola oleh Hidayatullah ini. Rully Suryalamba, salah satu pengelola Villa Hidayatullah mengatakan, sejatinya tempat ini adalah cabang Pondok Pesantren Hidayatullah. Layaknya pesantren, tempat ini adalah wadah menuntut ilmu untuk masyarakat. Namun seiring waktu, melihat situasi dan kondisi Batu sebagai kota wisata, maka pada tahun 2000 pihak pengelola berinisiatif untuk mengembangkan lokasi ini menjadi sebuah sarana untuk rihlah atau rekreasi. “Ini bukan tempat wisata jasmani saja, tetapi juga wisata rohani. Kami mendesain dan memprogram tempat ini dengan menggabungkan dua unsur yaitu alamiyah dan islamiyah. Sehingga
SUMBER:WISATARUHANI
para pengunjung tinggal mengikuti ritme yang telah kami buat,” ujar Rully. Villa Hidayatullah yang juga dikenal sebagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan (PUSDIKLAT) Hidayatullah Batu ini, Lanjut Rully, selalu ramai peminat. Dengan program yang telah dibuat, membuat pengunjung yang datang pun berkelompokkelompok dari pelbagai kalangan. Ada dari sekolah, kampus, organisasi, hingga
perusahaan. Mereka kerap memanfaatkan villa ini untuk diklat siswa, mahasiswa dan karyawan. “Alhamdulillah, tujuan mereka pun sesuai dengan program yang kami canangkan,” ungkap alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Surabaya itu. Ada pun program yang ditawarkan oleh PUSDIKLAT Hidayatullah Batu ini, terang Rully, antara lain; Wisata Ruhani, Wisata Tangkap Ikan, Wisata Petik Sayur, Wisata Petik Apel, Pondok Ramadhan Ceria, Pelatihan, Liburan Manfaat Ganda (LIMANDA)/Pondok Liburan, Outbound Training, Fun Games, serta Konsultasi Keluarga Sakinah. Seluruh program itu dibalut dengan nuansa Islamiyah. Pengunjung yang datang ke tempat ini pun dari berbagai daerah, misalnya Malang, Surabaya, Jakarta, Jogjakarta, dan kota lain khususnya masyarakat Muslim yang berada di Pulau Jawa. Ada pula dari Kalimantan dan Sumatera, dan bahkan dari Malaysia. Mukahfi, mahasiswa dari Surabaya yang pernah mengikuti program wisata itu, Oktober 2016
|MULIA
53
RIHLAH mengaku terkesan dengan program Wisata Rohani di tempat ini. Begitu juga dengan Salma. Ia mengaku anaknya ada perubahan dalam hal sikap dan ibadah setelah mereka sekeluarga mengikuti pelatihan di Villa Hidayatullah. Menurutnya, kegiatan yang ia rasakan serasa mondok di pesantren. Rully mengungkapkan, wisata yang dirintis oleh Ustadz Hasan Hasly ini selalu memberikan kesan yang baik bagi pengunjung. “Kami betul-betul ingin memberikan kesan berbeda untuk mereka. Setelah menjalankan rutinitas padat, di tempat ini kami berusaha mengembalikan spirit mereka dalam beribadah dan bekerja,” ungkapnya. Maka untuk
SUMBER:WISATARUHANI
54 MULIA
|Oktober 2016
meningkatkan kualitas pelayanan, Villa Hidayatullah berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi para pengunjung. Kini Pusdiklat Hidayatullah telah menyediakan beberapa layanan lainnya, di antaranya home stay berupa Cottages Sakinah, Mawaddah,
“Kami betul-betul ingin memberikan kesan berbeda untuk mereka. Setelah menjalankan rutinitas padat mereka, di tempat ini kami berusaha mengembalikan spirit mereka dalam beribadah dan bekerja,”
dan 6 Wisma ArRoyyan dengan fasilitas akomodasi perhotelan. Selain itu tersedia pula lokal villa dengan 2 tempat kamar tidur, ruang santai, ruang dapur, kamar mandi dalam plus pemanas air, dan konsumsi. Ada pula Villa Wisma Firdaus dan AlKautsar yang memiliki daya tampung 118 orang. Terdapat juga Pendopo Hidayatullah, Masjid Hasan Hasly, ruang makan lesehan, area outbound, serta tempat pertemuan yang difungsikan sebagai metting room, yaitu Hall Maryam yang mampu menampung peserta 150 orang. “Selain tempat wisata, tempat ini juga sebagai pusat dakwah Hidayatullah Batu untuk menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat,” jelas Rully.*/Siraj elManadhy
ISLAM PESONA
SUMBER: PIXABAY
Ibn Qayyim Al-Jauziyah
Penjaga Hati Umat
Ulama bermadzhab Hanbali ini dikenal piawi mengkader ulama. Di antaranya; Ibn Katsir, Imam Ibn Rajab, Imam AsSubki, dan Imam Adz-Dzahabi
I
bn Qayyim AlJauziyah. Dikenal sebagai ulama besar dan pembela sunnah. Perjalanan keilmuannya dimulai sejak usianya masih dini, tepatnya sebelum berumur 7 tahun. Kala itu ilmu-ilmu keislaman telah disusun dan disebarluaskan di berbagai penjuru dunia. Kota Damaskus
(Di Suriah) termasuk kawasan yang dikenal kaya dengan ilmu pengetahuan, sehingga wajar jika riwayat keilmuan Ibn Qayyim tidak sama dengan ulama lain yang merantau jauh demi ilmu. Damaskus yang menjadi pusat keilmuan kala itu benar-benar dijadikan tempat Oktober 2016
|MULIA
55
ISLAM PESONA menempa diri, sehingga Ibn Qayyim tumbuh menjadi sosok ulama yang menguasai hampir seluruh ilmu syariat dan ilmu alat, seperti Tauhid, Ilmu Kalam, Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Fara’id, Nahwu dan sebagainya. “Ia memiliki perhatian terhadap hadits, baik terkait dengan matan maupun perawinya. Ia juga banyak bergelut dan menguasai ilmu Fiqh, Nahwu, Ushuluddin dan Ushul Fiqh,” begitu Imam Dzahabi memuji Ibnu Qayyim. Kecintaan Ibn Qayyim terhadap ilmu sangat luar biasa. Beliau sangat gemar membaca buku, bahkan sebuah riwayat menyebutkan, Ibn Qayyim memiliki jumlah buku yang tidak dimiliki orang lain. Ibn Katsir berkata, “ulama lain mungkin bukunya tak ada satu persen dari buku beliau” Sementara Shidiq Khan berkata, “Ibn Qayyim penggemar buku-buku, sehingga memiliki literatur yang jumlahnya tak terhitung.” Sepanjang hayatnya, Ibn Qayyim memiliki guru tidak kurang dari 20 ulama. Di antara guru paling populer adalah Syaikhul Islam
56 MULIA
|Oktober 2016
Ibn Taymiyah (w. 728 H). Ulama bermadzhab Hanbali ini dikenal piawai mengkader ulama. Dari tangannya lahir ulama-ulama kenamaan dari berbagai madzhab di Negeri Syam, baik Syafi’iyyah maupun dari Hanbaliyyah. Di antara murid beliau adalah Ibn Katsir, Imam Ibn Rajab, Imam As-Subki, dan Imam Adz-Dzahabi. Ibn Qayyim telah menelurkan buku sebanyak 97 judul. Tentang dirinya beberapa ulama
SUMBER: bujangmasjid
memberikan kesaksian. Ibn Hajar misalnya, berkata, “Ibn Qayyim adalah seorang pemberani, luas ilmunya, mengerti berbagai masalah khilafiyah dan mazhabmazhab para salaf.” Sementara as Suyuti berkata, “Ibn Qayyim menulis buku, berdiskusi dan berijtihad sehingga termasuk ulama besar di bidang Tafsir, Hadits, Furu’, Ushuluddin, dan Ushul Fiqh serta Bahasa Arab. Salah satu bukunya yang cukup populer
ISLAM PESONA
SUMBER: PIXABAY
adalah “Ighatsatul Lahfan min Mashaidisy Syaithan” (Pertolongan Segera dalam Menghadapi Tipu Daya Perangkap Setan) buku inimembahas perkara hati secara menyeluruh. Pada bab satu dan bab dua Ighatsatul Lahfan itu Ibn Qayyim menjelaskan tentang kondisi hati, mulai dari hati sehat, hati mati, hati sakit. Kemudian berlanjut uraian tentang hakikat penyakit hati, obat penyakit hati serta kunci kebaikan dan keburukan hati. Dalam bab pertama Ibn Qayyim menegaskan pentingnya hati yang sehat, sebab tidak akan selamat jiwa manusia
melainkan yang hatinya dalam keadaan sehat (salim). Salim artinya sehat. Dan, sehat yang dimaksud adalah
SUMBER: BUKALAPAK
terbebas dari beribadah kepada selain Allah dan pengambilan hukum kepada selain
Rasul-Nya. Tidak menyekutukan Allah dengan apapun dan dalam bentuk apapun. Semua hal, kehendak, cinta, tawakal, inabah, ketundukan, takut dan harap seutuhnya digantungkan hanya kepada Allah Ta’ala. Karena itu, cegahlah datangnya sakit pada hati dengan meneguhkan iman dan wirid-wirid yang dibaca setiap hari. Dan, teruslah membersihkan jiwa dari segala unsur yang bisa menimbulkan noda bahkan menutup hati dari kemampuannya menangkap cahaya kebenaran.*/Imam Nawawi
Oktober 2016
|MULIA
57
ISLAM PESONA
SUKA SHALAT PANJANG Menurut Ibn Hajar kebiasaan Ibnu Qayyimsulai usai melaksanakan shalat Subuh, adalah duduk berdzikir pada Allah hingga siang
M
emahami sejarah hidup Ibn Qayyim Al-Jauziyah akan membantu kita mengerti bagaimana sebenarnya kriteria orang berilmu di dalam Islam. Orang berilmu di dalam Islam bukan semata yang lihai beretorika, panjang gelar di depan dan belakang namanya, serta menjadi pembicara di beragam forum dan seminar. Tetapi, ilmu yang sesungguhnya adalah yang menjadikan diri seseorang memiliki kecintaan dalam beribadah sekaligus berhias akhlak mulia. Karena itu ada ulama mengatakan bahwa “Ilmu itu bukan yang dihafal tetapi yang memberi manfaat.” Artinya ada pengamalan dalam keseharian dan mengkristal menjadi akhlak dan adab dalam kehidupan. Demikianlah sosok Ibn Qayyim dalam kehidupannya. Beliau termasuk ulama yang
58 MULIA
|Oktober 2016
sangat memperhatikan amalan hati; dengan keyakinan, iftiqar, ibadah, bersandar dalam kesulitan, dan inabah kepada Allah. Beliau sangat kaya dengan amalan hati ini. Al-Hafidz Ibn Rajab berkata, “Ibn Qayyim adalah sosok yang tekun beribadah dan bertahajjud, shalatnya panjang, banyak beribadah dan berdzikir, tenggelam dalam cinta, inabah, istighfar, juga menyatakan kefakiran dan penyesalan di hadapan Allah, bersimpuh di hadapanNya di depan pintu ibadah. Saya tidak pernah melihat orang beribadah seperti dia.” Kala berhaji
SUMBER: PIXABAY
dan tinggal di sekitar Ka’bah, penduduk Mekkah bercerita bagaimana kesungguhan Ibn Qayyim dalam menjalankan ibadah dan sering bertawaf, hal yang menjadikan banyak orang mengaguminya. Sementara itu, Ibn Katsir mengatakan, “Saya tidak mengetahui ada yang lebih banyak ibadahnya daripada Ibn Qayyim. Beliau biasa shalat sangat panjang, memanjangkan rukuk dan sujudnya. Kadangkadang, sebagian sahabat mencelanya. Tapi beliau tidak surut dari kebiasaan itu, semoga Allah melimpahkan rahmat
ISLAM PESONA kepadanya.” Sedangkan Al-Hafidz Ibn Hajar bertutur, “Seusai melaksanakan shalat Subuh, Ibn Qayyim biasa duduk di tempat untuk berdzikir kepada Allah hingga siang. Ia mengatakan, ‘Inilah sarapanku, jika aku tidak duduk sekali saja, maka aku kehilangan kekuatan.” Subhanallah, Ibn Qayyim bukan semata sosok yang ahli dalam ibadah, namun juga mulia dalam akhlak. Sebab, idealnya ibadah memang bisa membentuk akhlak. Adalah suatu keanehan jika ada orang yang ibadahnya tekun luar biasa, namun perangai, akhlaknya amat buruk. Misalnya suka mencela, mengambil keputusan dengan hawa nafsu, gampang mendengar berita kosong, serta mengedepankan hawa nafsu daripada akal sehat dan iman. Sosok Ibn Qayyim bisa menjadi teladan, bagaimana ilmu, ibadah dan akhlak menyatu dalam kehidupan. Ibn Katsir berkata, “…Bacaannya (AlQur’annya) bagus, akhlaknya pun demikian. Sikapnya kepada orang lain sangat simpatik, tidak pernah iri, menyakiti, mencela atau mendengki seorang
Sosok Ibn Qayyim AlJauziyah bisa menjadi teladan, bagaimana ilmu, ibadah dan akhlak menyatu dalam kehidupan SUMBER: PIXABAY
pun. Secara umum, integritas, urusan dan keadaannya jarang diperbincangkan. Beliau seorang yang baik dan berakhlak mulia.” Ibn Qayyim berkata, “Haruslah bagi seorang yang meniti jalan hidayah memiliki kemauan kuat yang akan mendorongnya dan mengangkatnya, serta ilmu yang akan menjadikannya yakin (kepada Allah) sehingga bisa mendapatkan hidayah.” Ibn Qayyim seorang ulama yang menjalankan agama dengan sebenarnya, dan benar mencintai Allah dan Rasul-Nya,
serta tidak pernah takut dalam membela agama Allah. Beliau sosok yang berjiwa tenang, kuat kepribadiannya, dan sangat penyayang, serta menghormati siapapun. Padahal beliau Imam di Jauziyah, pengajar di Madrasah Shadriyyah, dan ulama yang menelurkan banyak karya di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang tentu saja menjadikan kedudukannya begitu terhormat dalam pandangan masyarakat. Namun subhanallah, jiwanya indah dengan pakaian akhlak mulia.*/ Imam Nawawi Oktober 2016
|MULIA
59
ISLAM PESONA
Bahagia itu bila jalan diatas kebenaran Barangsiapa tak mengetahui kebenaran ia tersesat. Siapa mengetahui kebenaran, tapi lebih menyukai yang lain darinya, maka ia dimurkai
D
i antara sekian banyak kitab yang ditulis oleh Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Adalah “Ighatsatul Lahfan min Mashoidisy Syaithan” (Menyelamatkan Hati dari Tipu Daya Setan) kitab ini memberikan penjelasan mengenai kondisi hati yang hidup dan sehat. “Hati hidup dan sehat hanya apabila ia mengetahui, menghendaki dan mengutamakan kebenaran,” tulisnya. Pada dasarnya hati, menurutnya, memiliki dua potensi. Pertama, potensi mengetahui dan membedakan. Kedua, potensi berkehendak dan mencintai. “Hati akan sempurna dan baik apabila menggunakan kedua potensi tersebut dalam hal-hal yang bermanfaat, yang memberikan kebaikan dan kebahagiaan kepadanya,” tegasnya. Karena itu, jika menghendaki kesempurnaan hati, setiap Muslim
60 MULIA
|Oktober 2016
hendaknya menggunakan quwwatul ilmi (potensi ilmu) untuk memahami, mengenali dan membedakan kebenaran dari kebatilan serta menggunakan quwwatul iradah wal mahabbah (potensi kehendak dan cinta) untuk mencari, mencintai dan mengutamakan kebenaran daripada kebatilan. “Barangsiapa tidak mengetahui kebenaran ia tersesat. Barang siapa mengetahui
kebenaran, tetapi lebih menyukai yang lain daripadanya, maka ia dimurkai. Adapun yang mengetahui kebenaran lalu mengikutinya, maka ia dikaruniai nikmat,” tulisnya.
Kunci Kebahagiaan Hati Dalam hal ini Ibn Qayyim berkata, “Hati hanya bahagia apabila ia menjadikan Allah sebagai satu-satunya Ilah yang diibadahi, puncak pencarian dan paling dicintai.”
ISLAM PESONA Atas dasar itu ada dua hal yang harus dipahami oleh setiap Muslim. 1. Pengetahuan mengenai apa yang dicintai dan diinginkan, yang dengan memperolehnya ia mendapatkan manfaat dan kesenangan. 2. Pengetahuan mengenai sarana yang menghantarkan kepada diperolehnya tujuan tersebut. Sebaliknya, harus mengerti dua hal lainnya.
1. Sesuatu yang buruk, dibenci dan berbahaya. 2. Sarana yang membantu dan mencegahnya.
Tentu semua itu harus disandarkan pada Al-Qur’an dan hadits. Sebab tidak jarang karena dominannya hawa nafsu manusia terbolak-balik memandang mana yang manfaat, baik, mudharat dan buruk bagi dirinya.
َع�سَى�أنْ َت ْك َر ُهو َاشيْئً َاوه َُوخ َْيٌلَ ُ ْك َو شلَ ُ ْك َوال ٌّ َ َع�سَى�أنْ ُت ِح ُّبو َاشيْئً َاوه َُو ون َ لَّهُ َي ْعلَ ُم َو أ�نْ ُت ْمالتَ ْعلَ ُم
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. AlBaqarah [2] :216). Obati dengan Al-Qur’an
ٰـٓ�أيُّہَا�ٱلنَّ ُاس َقدۡ َجا ٓ َء ۡت ُك َّم ۡو ِع َظ ۬ ٌة ِّم َّرن ِ ّب ُ ڪ ۡم َو ِش َفا ٓ ۬ ٌء ِل ّ َما ِفى� ٱ ُّلصدُ ِور َوه ۬ ًُدى َو َر ۡ َح ۬ ٌة ِل ّلۡ ُم ۡؤ ِم ِن َني “Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada (hati)…” (QS. Yunus [10]: 57). Al-Qur’an merupakan penawar bagi penyakit hati yang berupa syubhat dan syahwat. Al-Qur’an merupakan penyembuh bagi penyakit-penyakit syubhat dan keraguan. “Akan tetapi itu tergantung kepada pemahaman dan pengetahuan seseorang mengenai makna yang dikandungnya,” demikian tulis Ibn Qayyim. “Barangsiapa dikaruniai oleh Allah pemahaman tersebut,
niscaya bisa melihat kebenaran dan kebatilan secara jelas dengan mata hatinya, sejelas ia melihat siang dan malam. Ia juga akan mengetahui bahwa kitab-kitab, pendapat-pendapat dan pemikiran-pemikiran selainnya adalah; mungkin merupakan ilmu-ilmu yang tidak bisa dipercaya – hanya merupakan kumpulan pendapat dan jiplakan – atau dugaan-dugaan dusta yang sama sekali tidak berguna untuk menjelaskan kebenaran, atau perkara-perkara yang benar akan tetapi tidak mengandung manfaat bagi hati, atau ilmu-ilmu yang benar yang jalan untuk memperoehnya telah mereka persulit dan mereka bicarakan secara bertele-tele,” urainya. Karena itu, sudah semestinya setiap Muslim tidak jauh dari Al-Qur’an dalam pengertian terus mendalami, menggali, mengkaji dan mentadabburi AlQur’an, sampai hati kita terbuka dan menerima cahaya (hidayah) dari Allah, sehingga tidak ada lagi yang lebih kita utamakan selain menjaga kesehatan hati dan terbebas dari beragam penyakit yang membahayakan duniaakhirat kita.*/Imam Nawawi Oktober 2016
|MULIA
61
MUTIARA
Mudahnya Meraih Pertolongan Allah “Dari Abu Darda Uaimir radiallahu anhu ia berkara, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Carikan untukku kaum dhuafa karena sesungguhnya kalian ditolong dan diberi rezeki disebabkan oleh orang-orang dhuafa.” (HR Abu Daud) Setiap manusia membutuhkan pertolongan dan rezeki dari Allah. Kedua hal ini ternyata mudah mendapatkannya. Rasulullah mengungkap dalam hadits di atas cara mendapatkan rezeki dan pertolongan itu yaitu dengan berbuat baik kepada kaum dhuafa. Syeikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin
62 MULIA
|Oktober 2016
berkata, “Hadits di atas menunjukkan bahwa keberadaan kaum dhuafa merupakan salah satu sebab yang mendatangkan pertolongan Allah, jika seseorang bersikap lembut kepada mereka dan memberikan kepada mereka apa yang Allah berikan kepadanya (rezeki). Maka itu menjadi sebab datangnya rezeki dan pertologan Allah.” Syeikh Utsamin lalu mengutip satu ayat yang menjelaskan perkataan di atas, Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendakiNya di antara hambahamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya).” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS:Saba [34]: 39). Keuntungan yang didapat dari menolong orang lemah berlanjut sampai ke akhirat. Dalam riwayat Imam Muslim, Aisyah menceritakan, “Suatu ketika seorang miskin bersama dua orang anaknya datang kepada Aisyah meminta makanan, lalu Aisyah memberikan tiga biji kurma. Lalu wanita itu memberikan dua biji kurma kepada anaknya dan ia hendak memakan yang sisanya. Namun sebelum ia memakannya kedua anaknya
MUTIARA memintanya lagi. Wanita itu membelah dua lalu memberikan kepada kedua anaknya. Ketika Aisyah menceritakan kisah ini kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan bagi wanita itu surga atau menghindarkannya dari neraka.” Kebaikan yang kita berikan kepada orang-orang lemah adalah bentuk kasih sayang kita kepadanya. Allah juga telah mensyaratkan, seorang akan mendapatkan kasih sayang-Nya jika juga membagikan kasih sayang kepada orang lain. Rasulullah bersabda, “Sayangilah yang ada di bumi niscaya yang di langit (Allah) akan menyayangimu.” (HR: Riwayat Tirmidzi dan ia berkata Hadits ini hasan sahih)
Mendapat Teguran Allah Suatu ketika Rasulullah sedang konsentrasi menjelaskan Islam kepada sejumlah pembesar Quraisy. Tibatiba datang Abdullah bin Umi Maktum yang juga ingin mendapatkan penjelasan tentang Islam. Namun Rasulullah berpaling dan lebih melayani
pemuka Quraisy. Bagaimana penilaian Allah terhadap sikap Rasulullah tersebut? Allah langsung menegurnya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? (QS: Abasa [80]: 1-4) Kisah ini semakin menguatkan bahwa posisi kaum dhuafa dalam Islam tidak bisa dipandang sebelah mata. Berdakwah kepada Kaum Dhuafa Salah satu kebutuhan paling mendasar bagi setiap Muslim adalah memahami Islam dengan benar. Bahkan kebutuhan inilah yang mesti menjadi prioritas utama sebelum kebutuhankebutuhan lain yang bersifat materi. Kaum dhuafapun jelas sangat membutuhkan pencerahan. Bahkan tingkat kebutuhan mereka jauh lebih besar dari pada yang lainnya.
Berdakwah kepada kaum dhuafa adalah salah satu bentuk kebaikan yang bisa menjadi sebab datangnya pertolongan Allah. Karenanya, berdakwah kepada kaum dhuafa bukan lagi sekedar menjalankan tugas namun sudah menjadi kebutuhan. Sebab kita semua merindukan kemenangan dalam dakwah. Dan salah satu sebabnya dengan mendakwahi kaum dhuafa. Rasulullah telah membuktikan hal itu. Beliau dalam dakwahnya tidak terbatas pada kalangan tertentu. Obyek dakwah beliau menjangkau semua lapisan. Selain ada Abu Bakar yang seorang pedagang, di sana juga ada Bilal dan Ammar bin Yasir beserta keluarganya. Dua nama yang disebut terakhir adalah budak. Tentu sangat disayangkan jika seorang dai memilah-milah obyek dakwah. Lebih memprihatinkan lagi jika pertimbangannya dalam memilah adalah pertimbangan materi. Tentu dakwah yang seperti ini akan jauh dari pertologan Allah. Waliyyadzu billahi min dzlik!*/ Ahmad Rifai, lulusan LIPIA Jakarta
Oktober 2016
|MULIA
63
QUOATE ULAMA
“
Berjuang di jalan Allah yang manfaatnya lebih dirasakan oleh umat adalah lebih utama di sisi Allah dan lebih besar pahalanya daripada ibadah yang kita lakukan berkali-kali, tetapi kemanfaatannya hanya untuk kita sendiri.
(Syeikh Yusuf al-Qaradhawi dalam buku Fiqh Prioritas pada Bab Prioritas Amalan yang Luas Manfaatnya atas Perbuatan yang Kurang Bermanfaat)
64 MULIA
|Oktober 2016
FIGURA
“Jika kamu masak sayur perbanyaklah kuahnya, lalu bagikanlah kepada tetanggamu” (HR. Ibn Majah)
66 MULIA
|Oktober 2016
FIGURA
Oktober 2016
|MULIA
67
KHAZANAH
Rumah Sakit Islam Pertama di Dunia Rumah sakit pertama yang didirikan sebagai milik umat Islam pada 706 di masa Kekhalifahan Al Walid di Damaskus
R
umah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegemilangan peradaban yang dibangun Islam baik di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan di masa sahabat. Pada saat itu, rumah sakit masih berupa klinik berjalan yang selalu mendampingi Rasul, terutama saat berperang. Bentuknya adalah karavan unta yang sekaligus menjadi posko klinik darurat. Di masa inilah tersebut nama seorang perawat Muslim pertama, yaitu Rufaidah binti Sa’ad. Tradisi klinik berjalan ini kemudian diteruskan oleh pasukan Ghaznaviyah yang dipimpin Sultan Mahmud, dengan dukungan karavan medis khusus berkekuatan 40 unta. Klinik berjalan yang telah ada ini kemudian berkembang
68 MULIA
|Oktober 2016
menjadi sebuah rumah sakit dalam artian sebenarnya. Lengkap dengan berbagai teknologi pengobatan dan sistem administrasi modern. Rumah sakit atau disebut bimaristan juga merupakan perwujudan rasa kemanusiaan yang sangat besar, sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.
Simbol Peradaban
Rumah sakit pertama yang didirikan sebagai milik umat Islam dibangun pada 706 di masa Kekhalifahan Al Walid di Damaskus. Di rumah
SUMBER: pixabay
sakit ini dirawat pasien yang menderita kebutaan dan penyakit lepra yang ketika itu sedang merajalela. Para penderita lepra kemudian diisolasi pada bangsal khusus. Rumah sakit yang diberi nama Al Nuri itu, diambil dari nama Raja Nur Al Din Zanki yang hidup di masa Perang Salib. Ini termasuk rumah sakit pertama yang memiliki sekolah kedokteran. Ilmuwan medis Muslim seperti Ibn Al Nafis termasuk jebolan sekolah kedokteran ini. Ketika itu, rumah sakit modern
KHAZANAH merupakan simbol peradaban yang sangat maju untuk ukuran masyarakat di abad pertengahan. Kota-kota besar Islam seperti Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi kotakota metropolis yang menjadi percontohan bagi dunia medis saat itu. Pemilihan lokasi untuk mendirikan rumah sakit Islam pun tak sembarang dilakukan. Rumah sakit Adudi di Baghdad yang berdiri pada 982, misalnya, dirancang melalui penelitian biosistem tempat lokasinya. Abu-Bakr al-Razi, konsultan rumah sakit ini, memilih lokasi rumah sakit dengan menggantung potongan daging di beberapa tempat di sekitar sungai Tigris. Setelah beberapa hari, ia melihat potongan daging itu. Di tempat di mana daging membusuk lambat, di sanalah rumah sakit dibangun. Rumah sakit terbesar yang pernah didirikan di masa keemasan Islam adalah rumah sakit yang didirikan oleh Sultan Qalaun al-Mansur di Kairo pada 1285 M. Pendirian rumah sakit ini dilatarbelakangi oleh kekaguman Al-Mansur terhadap Rumah Sakit Al-Nuri di Damaskus.
Rumah sakit yang setiap hari melayani pasien hingga 4 ribu orang ini, tidak memungut biaya sepeser pun kepada pasien. Bahkan bila si pasien sudah sembuh dan diperbolehkan pulang, dia akan mendapatkan sejumlah uang sebagai konpensasi mata pencaharian yang tak dapat diusahakannya selama menjalani rawat inap di rumah sakit. Mereka diberi lima keping emas sebagai bekal hidup selama pemulihan diri agar si pasien tidak langsung bekerja. Pelayanan berdasarkan nurani dan rasa kemanusiaan merupakan dasar bagi seluruh pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada pasien. Rumah
sakit pun tidak terbatas hanya menerima pasien dari kalangan umat Muslim saja. Ia juga menerima pasien yang datang tanpa membedakan warna, agama, kelamin, umur, maupun status sosial. Rumah sakit Islam dikelola oleh pemerintah. Salah satu sumber biaya operasional rumah sakit adalah wakaf. Sultan Ahmad ibn Tulun merupakan perintis rumah sakit pertama yang didanai dari wakaf. Pembiayaan melalui wakaf ini dicontoh para pemimpin khalifah Islam lainnya. Dengan sistem ini juga, rumah sakit Islam dapat memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik terhadap pasien. */ dikutip dari Majalah Suara Hidayatullah
“Rumah sakit pun tidak terbatas hanya menerima pasien dari kalangan umat Muslim saja. Ia juga menerima pasien yang datang tanpa membedakan warna, agama, kelamin, umur, maupun status sosial.”
Oktober 2016
|MULIA
69
DUNIA ISLAM
Bangladesh ‘Membungkam’ para aktivis Islam?
R
atusan orang tumpah ruah di jalanan ibu kota untuk merayakan eksekusi tersebut. “Kami menunggu selama 45 tahun hingga hari ini,” kata Akram Hossain, veteran perang. “Keadilan akhirnya terwujud,” ujar para pendukung pemerintah. Hari itu pengadilan Bangladesh memutuskan hukuman gantung seorang pucuk pimpinan partai Islam, Mir Quasem Ali, dengan tuduhan melakukan kejahatan perang selama perang kemerdekaan dari Pakistan pada 1971. Mir Quasem Ali (63), bendarahara utama Partai Jama’atul Islami, dieksekusi di Pusat Penjara Kashimpur, pinggiran Ibu Kota Bangladesh, atas
70 MULIA
|Oktober 2016
tuduhan penyiksaan, dan penghasutan kepada kebencian agama selama masa perang kemerdekaan, demikian Menteri Hukum Anisul Haq dikutip Reuters, Sabtu (03/09/2016). Ribuan polisi tambahan dan petugas perbatasan dikerahkan di Dhaka dan beberapa kota besar. Eksekusi ini dilakukan di tengah serangan kelompok militan di negara yang mayoritas penduduknya Muslim itu serangan itu dilakukan pada 1 Juli ketika beberapa pria bersenjata menyerbu salah satu kafe di kawasan diplomatik Dhaka dan menewaskan 20 sandera, sebagian besar dari mereka warga negara asing. Jama’atul Islami
SUMBER: thehindu
menyatakan putusan terhadap Ali sangat tidak berdasar. Partai ini sempat menyerukan mogok sehari, Senin (05/09/2016) sebagai bentuk protes. Eksekusi ini dinilai bagian dari konspirasi pemerintah Hasina untuk membungkam Partai Jama’atul Islami. Keluarga Ali dan partai tersebut juga menuduh, penegak hukum telah menculik putranya, Mir Ahmed bin Quasem, anggota tim kuasa hukum Ali, bulan lalu. Menghabisi lawan politik Sebagaimana diketahui, selama perang kemerdekaan, Bangladesh diguncang pembunuhan, kekerasan dan dugaan pelanggaran
DUNIA ISLAM hak asasi manusia Kekerasan dimulai dengan dilaksanakannya Operasi Searchlight tanggal 25 Maret 1971. Bangladesh mengklaim tiga juta orang tewas, sementara Komisi Hamoodur Rahman, grup investigasi resmi pemerintah Pakistan, menyatakan hanya sekitar 26.000 penduduk. Diperkirakan delapan sampai sepuluh juta orang melarikan diri ke India. Tahun-tahun setelah kemerdekaan ditandai dengan kelaparan, bencana alam, kemiskinan, huruhara politik, korupsi, dan kudeta militer. Sejarah Bangladesh dipenuhi dengan pertumpahan darah politik dan kudeta balasan sejak perang 1971. Keluarga Perdana Menteri Hasina Wajed telah menjadi target dalam kudeta 1975. Kala itu, ayahnya Mujibur Rahman, pimpinan Banglades pertama, tewas bersama dengan istri dan tiga anak lakilakinya. Hasina dan saudara perempuannya selamat sedang berada di luar negeri saat itu. Setelah 33 tahun peristiwa mengerikan pada keluarganya, Hasina akhirnya masuk politik dan menang telak dalam Pemilihan Umum. Dibawah bendera Partai Liga Awami, Hasina meraih 2/3 kursi parlemen (229 kursi
dari 295 kursi yang telah dihitung). Pada 28 Januari 2009, saat dilantik menjadi Perdana Menteri Bangladesh yang baru, Hasina, sudah langsung menyatakan militan Islam merupakan masalah utama di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu. Ia bahkan bertekad, bersama dengan partainya – Liga Awami yang berhaluan liberal akan mengatasi masalah tersebut. Bangladesh adalah negara mayoritas Muslim Sunni, berpenduduk 150 juta orang, termasuk negara termiskin di dunia dan negara ketiga terbesar di dunia Muslim setelah Indonesia dan Pakistan. Ayah Hasina, Sheikh Mujibur Rahman, perdana menteri pertama dan pendiri negara itu, menjadikan sekularisme dalam konstitusi yang diadopsi tahun 1972. Meski di era Hasina kata “Bismillahir Rahmanir Rahim” masuk dalam pembukaan konstitusi negara, namun ia tetap membawa Banglades menjadi negara sekular. Ia banyak dinilai berlaku kejam terhadap kalangan aktivis dan partai Islam. Desember 2013, sudah 4 pengurus Jama’atul Islami, termasuk pemimpinnya Motiur Rahman Nizami dieksekusi. Keputusan ini
memicu kekerasan mematikan. Sekitar 500 orang tewas, dalam bentrokan antara kelompok Islam dan polisi. Pasca kejadian itu, Hasina menangkapi dan menahan puluhan ribu pendukung Jama’atul Islami. Mubashar Hasan, asisten profesor dari University of Liberal Arts Bangladesh mengatakan, tindakan eksekusi seperti ini hanya akan melahirkan radikalisasi pendukung Jama’atul Islami terhadap pemerintah sekuler Hasina. Namun ketika terpilih lagi, Hasina tetap menegaskan untuk ‘memerangi’ kelompok Islam. Termasuk penangkapan pada aktivis Hizbut Tahrir, Mohiuddin Ahmed, dosen senior Administarsi Bisnis di Universitas Dhaka pada 30 April 2010. Hingga hari ini, diperkirakan ada 40.000 ribu aktivis Jama’atul Islami Bangladesh masih di dalam penjara. Banyak kalangan Islam dan oposisi menilai, Pengadilan Kejahatan Perang yang dibentuk Hasina bertujuan membungkam aktivis Islam. Mereka menilai, kejahatan pemerintah Hasina melebihi kejahatan pendahulunya, di era Khaleda Zia.*/ Hadijah
Oktober 2016
|MULIA
71
TAHFIDZUL QURAN
Mashita
tunanetra Hafal 30 Juz, Ini Rahasia Mashita
Putri Na
D
shira
i studio salah satu televisi swasta, Mashita (8) berdiri tegak bersama seorang pemandu acara (MC) program tahfidz cilik. Bola matanya nampak liar tertuju ke berbagai arah. Sesekali kepalanya mendongak ke atas, ke kanan dan ke kiri. Jari telunjuk tangan kirinya sering digunakan merasa mata kirinya. “Mama...!,” panggil Mashita secara tibatiba dengan mengambil pengeras suara sang MC yang duduk berlutut di sampingnya. “Ya, Mashita?,” sahut sang bunda lembut, yang duduk di bangku deretan terdepan tribun audiens. “Mashita ingin bisa melihat, Ma!. Mashita ingin bisa melihat, ya Allah!,” teriaknya yang langsung menciptakan
suasana haru di studio. Buliran-buliran bening pun keluar dari setiap pasang mata pemirsa di studio, tak terkecuali DR. Amir Faishol Fath, sang dewan juri. Ia nampak tertunduk. Kedua matanya sembab. Berkali-kali ia coba menahan tetesan air mata dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuknya. Isakan tangis hadirin semakin tak terkendali, ketika anak kelahiran Makassar 1 Juli 2008 ini, dengan suara merdunya, melantunkan surat Ar-Rahman, dengan meniru nada mengaji si hafidz cilik asal Manama, Bahrain; Muhammad Thaha alJunayd,. “Arrahmaan. ‘Allama al-Qur’an. Khalaqa alInsaan. ‘Allamahu AlBayaan,” senandungnya.
Lahir Prematur Nasruddin, ayah Mashita, menjelaskan bahwa Mashita lahir secara prematur, di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1 kilo. Selama dua bulan, anak kedua dari tiga bersaudara ini harus mendekam dalam inkubator. Atas kuasa Allah, Mashita akhirnya selamat dan tumbuh kembang seperti anakanak pada umumnya. Menginjak umur dua tahun, barulah didapati tanda-tanda kelainan pada mata Mashita. Dibawalah ke dokter mata untuk diperiksa. Dari sinilah mata anak yang dikenal periang mengalami permasalahan. Menurut dokter, urai Irawati sang bunda, mata sebelah kanan Mashita sudah tidak Oktober 2016
|MULIA
73
TAHFIDZUL QURAN mungkin diselamatkan, karena kerusakannya terjadi pada bagian dalam dan sangat parah. Adapun mata sebelah kiri, masih mampu menangkap pendar-pendar cahaya. Namun karena gerak bola matanya yang begitu cepat, proses penyembuhannya menjadi sukar. Meski sempat kaget dengan vonis yang menimpa si buah hati, Irawati mengaku ikhlas menerima ketetapan Allah ini; “Justru dari Mashita lah, saya belajar menjadi pribadi yang ikhlas dan sabar menerima setiap yang menjadi takdir-Nya,” terang Irawati dengan nada serak menahan haru.
Tertarik Murottal
Suatu hari, Mashita duduk manis di depan televisi. Saat itu program yang tayang adalah mengaji alQur’an. Tak disangka, pengidola Thoha Junaid ini tertarik dengan lantunan al-Qur’an yang didengarnya. Terbukti, ketika dipindah ke chanel lain, ia akan meronta, marah dan meminta dikembalikan ke program mengaji. Sejak itu, harihari Mashita lebih banyak dihabiskan untuk mendengarkan al-Qur’an, baik dari program-program
74 MULIA
|Oktober 2016
televisi yang ada, ataupun dengan menggunakan HP sang bunda. Menurut sang ayah, Mashita sebelum tidur ataupun beranjak dari tempat tidur, tidak lepas dengan membaca surat-surat al-Qur’an yang dia hafal. “Mashita hafal 30 juz pada usia 6 tahun. Dan itu murni hasil hafalannya secara otodidak, dengan mendengarkan audio. Kami, nyaris tidak pernah mengajari ataupun menuntunnya,” terang pegawai honorer di Sekretariat Kantor DPRD Sulawesi Selatan ini, sebagaimana dikutip Tribuntimur.com. Lalu bagaimana Mashita bisa dikenal publik? Masih kata Nasruddin, itu tak terlepas dari kejadian di sebuah mall, di Makassar. Ceritanya, Nasruddin berbelanja ke mall bersama Mashita dan kakaknya. Tiba waktu shalat, Nasruddin meminta kedua anaknya untuk menunggu di tangga. Di sela-sela penantian, Mashita, melantunkan ayat-ayat al-Qur’an. Tak disangka,
suara merdunya menyihir segenap pengunjung mall, sehingga berkerumun, ingin mendengarkan lantunan ayat suci al-Qur’an dari murid Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapti Makassar ini. Nasruddin sendiri kaget melihat kejadian itu. Nah, di antara pengunjung ada yang merekam (video), dan meng-upload-nya ke Youtube, hingga akhirnya ditemukan oleh tim kreatif program Tahfidz Cilik. Maka diundanglah Mashita sebagai peserta. Kehadiran Mashita di program tersebut, menginspirasi banyak orang. Karena itu, tidak sedikit media massa, mulai dari TV hingga media online, mengangkat profilnya. Terkait harapan kedepan pada Mashita, pasangan suami-istri ini mengungkapkan; “Mudah-mudahan, Mashita kelak bisa menjadi wasilah kami sekeluarga masuk surga,” doa mereka. (Robinsah)
TAHFIDZUL QURAN
O
rangtua yang ingin anaknya tumbuh sebagai pribadi saleh, haruslah menjadikan alQur’an sebagai basis pendidikan, sejak dari dini. Karena inilah teladan dari orangorang saleh terdahulu. “Kita lihat sejarah, tidak sedikit ulama yang mampu hafal al-Qur’an, sedangkan usia mereka masih sangat dini. Misal, Imam Syafi’i yang mampu menjadi hafidz pada usia enam tahun. Dan masih banyak lagi ulama lainnya,” demikian kata M. Baharun Musaddad, alhafidz dengan beberapa sanad ini. Karena memandang pentingnya mengutamakan alQur’an atas ilmu-ilmu
Hafidz Al-Qur’an Dinaungi Ragam Keistimewaan lain, lanjutnya, hatta Ibnu Hajar al-Atsqalani, menganggap aib seorang ahlu al-hadits, namun lemah dalam penguasaan/hafalan alQu’an. “Logikanya sederhana. Bagaimana mungkin kaum muslimin mempelajari ilmu-ilmu furu’ secara mati-matian, sedangkan yang ushul (al-Qur’an) dinomorduakan.” terangnya.
Berlimpah Kemuliaan
Terkait dengan keistimewaan menghafal al-Qur’an,
alumni pesantren Darul Hufadz 77 ini, menuturkan, banyak sekali kemuliaan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka. Tidak hanya bisa dipetik di akhirat kelak, bahkan di dunia sudah bisa dirasakan. Umpama dalam konteks kehidupan di dunia, urai Arun, panggilan akrab Baharun, akan banyak dicintai orang. Sebab, seorang hafidz sejati, mesti akan menjadikan al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, sehingga akhlaknya pun merupakan cerminan Oktober 2016
|MULIA
75
TAHFIDZUL QURAN al-Qur’an. “Dan di antara ciri hafizhu al-Qur’an, menurut Ibnu Mashud, dia tidak akan ceroboh dalam memilih teman bergaul ataupun tempat yang dituju. Sebab dalam dirinya tersimpan kalamullah yang suci, maka tidak mungkin akan mendekati tempattempat yang penuh maksiat,” jelasnya. Hal ini pula, terang pemuda asal Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur ini, yang menjadi peringatan Rasulullah SAW, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Hakim; “Barangsiapa yang membaca (menghafal) al-Quran, maka sungguh dirinya telah menyamai derajat kenabian hanya saja tidak ada wahyu baginya (penghafal). Tidak pantas bagi penghafal al-Quran bersama siapa saja yang ia dapati dan tidak melakukan kebodohan terhadap orang yang melakukan kebodohan (selektif dalam bergaul) sementara dalam dirnya terdapat firman Allah.” (HR. Hakim). Keutamaan lain yang bisa diperoleh dari menguasai alQur’an, ialah mudahnya memahami ilmu, terutama ilmu agama. Putra Zain Musaddad ini, mengungkapkan,
76 MULIA
|Oktober 2016
betapa banyak ilmu agama akan sulit difahami tanpa didasari al-Qur’an. “Belajar akidah, ibadah, fiqih, dan sebagainya, akan mengalami kesulitan bila si pelajar tidak terlebih dahulu menghafal ataupun memahami al-Qur’an terlebih dahulu,” terangnya. Dan sejatinya, tidak hanya ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu umum juga akan mendapati kemudahan yang sama. Arun pun kemudian mengisahkan satu sahabatnya, ketika mengambil kuliah di Sudan, di mana si sahabat sangat fokus mendalami al-Qur’an. Ketika sudah tuntas, di lanjutkan kuliah mengambil jurusan kedokteran. Dan sukses. “Kepada kami beliau katakan; untuk menjaga hubungan dengan Allah, ilmu al-Qur’an menjadi wasilahku. Sedangkan untuk menjaga hubungan dengan manusia, ilmu kedokteran sebagai penyambungnya,” terangnya. Adapun kemuliaan yang mencakup kehidupan akhirat, sosok yang pernah mengenyam setahun pendidikan di Jamiah al-Ifriqiya al-Alamiyyah (Universitas Internasiol Afrika), Khortoum,
Sudan, menyampaikan di antaranya, akan dimasukkan dalam golongan keluarga (ahlu) Allah, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad. Dan untuk mereka yang ingin memberikan kebahagiaan/kemuliaan bagi kedua orangtuanya, maka al-Qur’an juga bisa dijadikan wasilah. Sebab merujuk pada hadits yang diriwayatkan Hakim, di akhirat kelak, selain si hafidz sendiri akan dianugerahi mahkota oleh Allah, kedua orangtuanya pun akan diberikan hal yang sama. “Untuk memperoleh anugerah ini semua, ingat catatan besarnya, bukan hanya menjadi penghafal, tapi juga pelaksana dari setiap ayat yang terkandung dalam al-Qur’an,” pungkas pemuda yang saat ini tengah mengetaskan kuliahnya di Universitas Islam Madinah, jurusan alQur’an’ ini. (Robinsah)
“Untuk memperoleh anugerah ini semua, ingat catatan besarnya, bukan hanya menjadi penghafal, tapi juga pelaksana dari setiap ayat yang terkandung dalam al-Qur’an,”
TAHFIDZUL QURAN
Pondok Pesantren Tahfidz Al-Qur’an SMP IT Darul Fikri Sidoarjo
Melahirkan Para Juara yang Hafal Al-Qur’an
P
agi itu, suasana di aula SMK 3 Buduran Sidoarjo nampak berbeda, pasalnya di dalam ruangan itu tengah berlansung wisuda santri Pondok Pesantren Tahfidz AlQur’an SMP IT Darul Fikri Sidoarjo. Sebanyak 107 santri putra dan putri mengikuti wisuda angkatan ke-4 itu. “Ada dua orang santri yang tuntas menyelesaikan 30 juz, 25% sekitar 15 juz dan sisanya ratarata 10 juz.” Ungkap Agus Hariadi, Direktur Pesantren tersebut. Selain wisuda, perhelatan yang dihadiri wali santri itu juga memberikan penghargaan bagi para santri yang berprestasi.
Bukan hanya dibidang agama, tetapi juga dibidang umum. Misalnya Muhammad Akhyar Taqiyuddin, santri asal Sidoarjo dan Abida Rifqi Zahidah, santriwati asal Blitar yang mendapat penghargaan sebagai santri berprestasi hafal 30 juz. Juga Andini Mediana Pranita asal Sidoarjo yang mendapat penghargaan sabagai santri peraih nilai sempurna mata pelajaran matematika pada ujian nasioanl. Dan masih banyak lagi penghargaan yang diberikan pada santri yang berprestasi.
Selayang Pandang Enam tahun lalu, cerita Agus, enam pegiat dakwah
Sidoarjo berkumpul. Mereka adalah Agung Cahyadi, Muhammad Sirot, Ahmad Arqom, Ahmad Habibul Muiz, Zainur Rohman, dan Syaiful Arifin. Dalam pertemuan tersebut, mereka menumpahkan seluruh keresahan saat berdakwah di Kota Delta. Salah satu persoalan yang dibicarakan adalah tentang pendidikan. Ketika itu mereka menemukan banyak anak yatim dan anak ustad yang sulit melanjutkan pendidikan. Penyebabnya tak lain mahalnya biaya sekolah. Alhasil, enam sahabat tersebut sepakat untuk mendirikan sebuah lembaga Oktober 2016
|MULIA
77
TAHFIDZUL QURAN pendidikan setingkat SMP. Konsepnya menggabungkan antara sekolah modern dan pondok pesantren. Dengan demikian, siswa bisa mendapatkan ilmu dan bekal agama yang cukup dengan biaya terjangkau. Khususnya, bagi anak yatim. “Akhirnya, tahun 2010 pondok pesantren Tahfidz Alquran SMP IT Darul Fikri resmi berdiri,” ucapnya. Sejak berdiri, pondok modern itu tak pernah sepi peminan. Bahkan, semakin hari jumlahnya bertambah. Agus menjelaskan, saat ini total santri yang mengaji mencapai 332 siswa. Perinciannya, 162 putra dan 170 putri. Mereka ditempatkan di dua pondok yang berbeda.
Strategi
“Kami ingin mendapatkan bibit yang terbaik seperti tagline kami. Yaitu, sekolah para juara dan penghafal Alquran,” tuturnya. Pria asal Magetan tersebut mengaku, “Teknik pengajaran kami memadukan pendidikan karakter, kemampuan akademik, dan kemampuan menghafal Alquran,” terangnya. Metode menghafal para santri, terang Agus, menyesuaikan
78 MULIA
|Oktober 2016
dengan kemampuan para santri. Salah satu metodenya ialah tanbihussa’ah, yaitu memulai menghafal dengan membaca secara seksama halaman yang dihafal selama sepuluh menit, dilanjutkan dengan menghafal ayat per-ayat. Selain itu, pihak pondok juga memberi waktu lebih bagi para santri untuk muroja’ah hafalan Qur’annya.
Segudang Prestasi Berkat dukungan pengajar dan siswa yang berkualitas, banyak prestasi yang sudah diraih Pondok Pesantren Tahfidz Alquran SMP IT Darul Fikri. Misalnya, di bidang tahfidz. Siswa Ponpes Darul Fikri pernah meraih juara di level nasional. Tak hanya di bidang keagamaan, dalam
ilmu-ilmu umum prestasi siswa-siswi Darul Fikri juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada 2014, mereka menyabet juara pertama Olimpiade MIPA SMP Tingkat Regional IV Olimpiade SIT se-Jatim. Selain itu, di bidang olahraga, tahun ini salah seorang siswa berhasil meraih juara pertama kejurda Jujitsu kelas B se-Jawa Timur. Pria berusia 36 tahun tersebut menyatakan, keberhasilan itu didukung dari bibit siswa yang dikembangkan. Selain itu, ustad juga berperan besar dengan mengamati perkembangan santrinya. “Dengan demikian, bakat siswanya bisa diarahkan,” katanya.*/ Siraj el-Manadhy
DOA
Meminta Keturunan Saleh ِّك َِّ َّكِّ ُذرِّ يَّةِِّّطَيِّبَةِِّّإِن َِّ بِّهَةِِّّلِيِّ ِمنِِّّلَ ُدن ِِّّ َر َس ِمي ُِّعِّال ُّد َعا ِِّء (Ya, Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa)
Setiap keluarga tentu sangat mengharapkan kehadiran buah hati. Anak saleh menjadi dambaan. Sebab dengan kesalehan mereka, bisa menjadi wasilah sebagai pelanjut perjuangan, sekaligus bisa menjadi penolong para orang tua agar tak terjilat api neraka, di akhirat kelak. Doa di atas merupakan untaian munajat yang diadukan Nabi Zakaria kepada Rab-nya, yang Allah abadikan dalam al-Qur’an, Surat Al’ Imran; 3: 38. Saat itu, Zakaria yang telah masuk usia uzur sangat mengharapkan kehadiran seorang anak, yang bisa menjadi pelanjut penyampai risalahnya. Allah Subhanahu Wata’ala kemudian mengijabah doa sang Nabi dengan menganugerahinya seorang anak saleh; Nabi Yahya.*/Khairul Hibri Oktober 2016
|MULIA
79
LAPORAN QURBAN
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Qurban Abah Ahep Terbawa dalam Mimpi
M
alang tak dapat diraih, untuang tak dapat ditolak, begitulah peribahasa yang tepat untuk Abah Ahep (70 tahun), seorang Imam Masjid di Dusun Ciwareng Wetan Desa Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Jawa Barat. Kisahnya terjadi pada Kamis, 8
80 MULIA
|Oktober 2016
September 2016, ketika BMH menyalurkan program Sedekah Qurban pada Hari Raya Idul Adha 1437 H. Salah satu sasaran program tahun ini adalah Dusun Ciwareng Wetan. Dusun dimana Abah Ahep tinggal, boleh dibilang relatif terpencil, jauh dari perkotaan. “Setidaknya dibutuhkan waktu 3 jam
perjalanan dari Jakarta,” ungkap Aji Setiaji, staff BMH Pusat yang datang ke lokasi. Selain itu, pada musim hujan, jalan setapak yang biasa dilalui penduduk menjadi penuh lumpur dan lengket di sandal. Jika tidak waspada, bisa terperosok ke selokan. Selain imam masjid, Abah Ahep termasuk tokoh masyarakat.
LAPORAN QURBAN “Beliau memiliki Radhiyatul Athfal dan Taman Pendidikan AlQur’an. Tetapi karena faktor usia, Abah Ahep tidak lagi bisa aktif seperti dulu membina anak-anak warga mempelajari al-Qur’an,” papar Aji. Ingin Berqurban Dalam rentang usia yang sudah sangat panjang tersebut, Abah Ahep sangat mendambakan bisa berqurban. Tetapi karena keadaan dan kebutuhan hidup, hingga usia mencapai 70 tahun, harapannya yang mulia untuk bisa berqurban belum bisa diwujudkan. Harapannya itu pernah terungkap saat berbincang-bincang dengan salah seorang jamaah masjidnya, Dadang. “Abdi (saya dalam bahasa Sunda) ini
sudah sering ngurusin qurban, hampir setiap tahun. Tapi abdi tibatiba sadar, kenapa ya kok ngurus qurban terus, kapan sekalikali abdi bisa ikut berqurban,” ungkap Abah Ahep kepada, Dadang, sebagaimana diceritakan kepada staf BMH. Dadang hanya terdiam mendengar ungkapan Abah Ahep. Sepulang dari masjid, Dadang menceritakan perihal keinginan Abah Ahep kepada keluarganya di rumah. Melalui putrinya yang merupakan seorang guru di Jakarta, ia baru tahu bahwa BMH memiliki program Sedekah Qurban. Dari situlah, Dadang aktif meminta bantuan sang putri, agar Abah Ahep bisa dibantu untuk bisa mewujudkan niat sucinya berqurban tahun ini.
Waktu pun bergulir, hingga akhirnya nama Abah Ahep lolos dari verifikasi tim pendayagunaan BMH Pusat yang mendapatkan hewan qurban. Kabar gembirapun menghampiri Dadang. Sontak ia yang saat itu sedang asyik mengurus ternak burung puyuhnya langsung bergegas menemui Abah Ahep di kediamannya untuk mengabarkan berita gembira ini.
Abah Ahep Bermimpi “Assalamu’alaikum,” teriak Dadang di depan pintu karena bersemangat. “Waalaikumsalam, Pak Dadang. Mangga kalebet,” sambut Ali putra kedua Abah Ahep menyambut. Rupanya ketika Dadang datang, Abah Ahep dalam keadaan
Oktober 2016
|MULIA
81
LAPORAN QURBAN
kurang sehat. Semua kekuarga Abah Ahep sedangg berkumpul. Kepada Dadang, Abah Ahep baru saja menceritakan perihal mimpinya kepada anak-anak dan istrinya. Abah Ahep bercerita, sebelum ini, ia telah bermimpi didatangi tiga orang tidak dikenal membawakan domba kepadanya untuk berqurban. Mendengar ini, Pak Dadang kian girang, ternyata mimpi Abah Ahep itu dikabulkan Allah Subhanahu Wata’ala. “Ya Allah, Abah Ahep. Subhanallah, niat abah insya Allah bade dilaksanaken. Semalam dapat kabar, besok BMH mau ke rumah Abah
82 MULIA
|Oktober 2016
untuk menyalurkan hewan qurban buat Abah,” tutur Dadang yang didengar seluruh keluarga Abah Ahep. “Alhamdulillah, bagaimana itu, apa namanya tadi, kok bisa tahu kalau Abah mau qurban,” timpal Abah Ahep kepada Dadang. Seketika, suasana dalam keluarga yang tadinya hanyut dalam kesedihan karena kondisi Abah Ahep yang sakit, perlahan berubah ramai penuh bahagia. Alhamdulillah, atas kehendak Allah Subhanahu Wata’ala, melalui kepercayaan muzakki, donatur dan seluruh masyarakat, bisa membantu mewujudkan niat Abah Ahep untuk bisa
berqurban. Setelah menerima domba yang diserahkan untuk diqurbankan atas nama Abah Ahep dan keluarga, Abah Ahep yang kala penyaluran masih kurang sehat mendadak bisa berdiri, berjalan keluar rumah karena sangat bahagia ingin melihat dombanya. “Alhamdulillah, akhirnya niat abdi bertahun-tahun untuk bisa berqurban bisa terlaksana di tahun ini. Terimakasih BMH,” pungkasnya. Semoga dengan Sedekah Qurban, bisa membantu para muzakki menyalurkan hewan qurban kepada masyarakat.*/Herim
LAPORAN QURBAN
Salurkan Hewan Qurban
hingga Haubenak dan Padang Panga
H
ari Raya Idul Adha 1437 H ini merupakan tahun istimewa bagi LAZNAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Sebab tahun ini bisa melakukan amanah pernyaluran hewan qurban melalui program Qurban Berkah Nusantara (QBN) di Kelurahan Haunobenak, Kecamatan Kolbano, Kabupaten Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di tempat yang berada di dataran tinggi
ini, untuk pertama kalinya BMH Perwakilan NTT, menyalurkan hewan qurban di tempat yang berada di puncak gunung ini. Haunobenak merupakan wilayah yang sangat tidak mudah dijangkau. Selain kondisi jalanan berkelok, lokasinya banyak dihiasi bebatuan dan berada di bibir jurang. Dengan kondisi medan rumit ini, sempat membuat Tim BMH merasa
was-was dan cemas. Alhamdulillah, berkat kehati-hatian dan tentunya tidak lepas dari pertolongan Allah, amanah penyaluran daging qurban bisa direalisasikan. Haunobenak, memiliki 30 KK dan 170 jiwa Muslim. Karena berada di daerah pelosok, membuat pembinaan keislaman di tempat ini belum maksimal. Untuk bisa sekolah di Sekolah Dasar (SD) terdekat, anak-anak Oktober 2016
|MULIA
83
LAPORAN QURBAN terpaksa harus naik dan turun gunung. Sedangkan untuk belajar mengaji alQur’an, belum dapat dilakukan secara maksimal, mengingat minimnya tenaga da’i. Tak hanya soal pendidikan dan pembinaan ruhani yang sulit. Bahkan akses air bersih (khususnya untuk kaum Muslim ) dan listrik juga sulit. Listri belum menjangkau tempat ini. Jika malam tiba, pemandangan di Hounabenak gelap, kecuali pemandangan beberapa lampu tempel. Karena kondisi cuaca sangat dingin di ketinggian, masyarakat terbiasa membakar kayu bakar, sebagai penghangat tubuh. Untuk memudahkan masyarakat, Tim BMH terpaksa terlebih
dahulu memotong hewan qurban dan membersihkannya. Setelah itu mendistribusikan ke warga. Selain agar tidak menyiksa hewan qurban, juga memberi kemudahan masyarakat . Berlanjut ke Sulbar Selain menyalurkan daging qurban ke Haunobenak, tahun ini BMH, juga menyalurkan hewan qurban kepada kaum Muslim di Desa Padang Panga, Sulawesi Barat yang dikenal susah mendapatkan air. Jangankan air minum, sekedar mendapatkan air untuk mencuci pakaianpun membutuhkan usaha yang tidak mudah. Penduduk desa harus berjalan hingga kiloan meter sambil memikul jerigen, dengan kondisi jalan berbatu dan berbukit.
Tahun ini seekor sapi diamanahkan donatur melalui BMH Depok untuk didistribusikan di tempat ini. “Warga sangat berkesan. Wajar saja, di sini masih sangat jarang qurban dilaksanakan,” ujar seorang petugas BMH. Menurutnya, warga antusias menerima saluran daging hewan qurban ini. Warga mengaku haru karena merasa diperhatikan oleh saudara sesama Muslim. Sebagaimana diketahui, program Qurban Berkah Nusantara memfasilitasi donatur di kotakota besar untuk mendistribusikan hewan qurbannya di berbagai pelosok negeri, khususnya di wilayah terpencil.*/ Adianto & Elen
“Tak hanya soal pendidikan dan pembinaan ruhani yang sulit. Bahkan akses air bersih (khususnya untuk kaum muslim ) dan listrik juga sulit.”
84 MULIA
|Oktober 2016
MUZAKKI
Prof. Ir. Joni Hermana, M.Sc,. Es,. Ph.D Donatur BMH Jawa Timur
“Saya selalu berusaha melakuan sebaik mungkin, apa yang bisa kita lakukan. Mumpung diamanahi Rektor ITS, saya selalu mendorong mahasiswa untuk lebih peduli kepada Islam.”
Oktober 2016
|MULIA
85
DEDIKASI
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Lahirkan Dai Sarjana, Kuatkan Dakwah di Nusantara
B
ertempat di Hall Hotel Kartika Graha, Malang, Sabtu, (03/09/2016) Sekolah Tinggi Teknolongi (STT) STIKMA Internasional mengelar Wisuda Sarjana dan Diploma. Di kawasan kota yang sejuk itu, STIKMA mewisuda 99
86 MULIA
|Oktober2016
mahasiswa dari 3 program studi (prodi), yaitu Manajemen Informatika, Teknik Informatika dan Komputer Multimedia Mahasiswa yang diwisuda itu berasal dari Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi hingga Papua. Dalam kesempatan
berbahagia tersebut, General Manager Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Jawa Timur, Muhamad Gani Irwansyah menjelaskan bahwa lembaga yang dipimpinnya memberikan dukungan penuh terhadap berlangsungnya pendidikan tinggi di
DEDIKASI bidang teknologi ini. “BMH menjadi lembaga pendukung STIKMA demi lahirnya generasi pemuda yang handal dan memiliki kontribusi positif bagi kelangsungan edukasi, dakwah dan pemberdayaan secara berkesinambungan, sehingga dai ke depan juga ada yang memiliki skill di bidang teknologi,” papar Gani. Dalam rapat senat terbuka tersebut, BMH menyerahkan paket beasiswa untuk mahasiswa senilai Rp. 180 juta yang meliputi biaya pendidikan, asrama dan pengembangan bakat. “Alhamdulillah paket beasiswa ini telah berlangsung selama 4 tahun dan insya Allah akan terus diupayakan dan ditingkatkan,” tegasnya disambut tepuk tangan para hadirin. STIKMA Internasional berdiri
pada tahun 1995, kala itu masih berupa lembaga pendidikan luar sekolah, bernama PIKMA (Pendidikan Ilmu Komputer Malang) yang menyelenggarakan pendidikan Singkat tentang informatika, animasi, dan komunikasi. Di bawah Yayasan Media Abyan Lintas Buana, PIKMA dipersiapkan untuk diajukan menjadi pendidikan tinggi. Setelah melengkapi semua persyaratan yang ditentukan dan perubahan nama menjadi Sekolah Tinggi Teknologi STIKMA Internasional, status terdaftar diperoleh dengan SK Mendikbud RI nomor 03/D/O/1999 tanggal 8 Januari 1999, untuk dua program studi jenjang sarjana (S1), yaitu Program Studi Teknik Informatika dan Program Studi Teknik Arsitektur.
Terhitung sejak tahun 2013, YMALB selaku badan penyelenggara STIKMA mengalami perubahan struktur dan pengurus. Kini STIKMA berada dibawah pengelolaan Ormas Hidayatullah yang merupakan sebuah organisasi massa yang memiliki jaringan di seluruh Indonesia. Pengelolaan STIKMA sendiri kini diamanahkan kepada Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Jawa Timur yang terus bersinergi dengan BMH demi lahirnya bibit unggul dai masa depan yang tidak saja cakap dalam dakwah tapi juga mumpuni dalam teknologi. Kehadiran STIKMA menambah jumlah perguruan tinggi pembibitan dai modern oleh BMH menjadi 4 perguruan tinggi secara nasional.*/A.Rahmat
“Alhamdulillah Paket beasiswa ini telah berlangsung selama 4 tahun dan insya Allah akan terus diupayakan dan ditingkatkan,”
Oktober 2016
|MULIA
87
SINERGI
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
Jalin Kerjasama, Jonru Kunjungi Santri Binaan BMH
B
agi pengguna media sosial dan dunia maya, pasti mengenal nama Jon Riah Ukur Ginting atau lebih populer dengan panggilan JONRU. Ia adalah sosok yang sering menjadi trending di dunia maya. Untuk pertama kalinya, aktivis media sosial yang memiliki jutaan follower ini tiba di Bandara El-Tari Kota Kupang dalam kunjungan sekaligus memantau sumur bor di Pondok Pesantren Hidayatullah yang berada di Batakte Kupang Barat NTT pertengahan agustus
88 MULIA
|Oktober 2016
lalu. Walau cukup lelah, karena sebelumnya melakukan perjalanan panjang dari beberapa daerah, pagi hari pendiri Sekolah Menulis Online (SMO) ini nampak segar kembali dan langsung melihat-lihat para santri binaan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kerjasama Kunjungan Jonru ke Pesantren Hidayatullah yang didampingi BMH Perwakilan NTT bermula dari kerjasama keduanya. “Alhamdulillah berkat kerjasama
terkumpul dana untuk pengadaan sumur bor, dan kini sudah bisa di nikmati oleh santriwati di Pesantren Hidayatullah Kupang,” ungkap Rasman TKella, General Manager BMH Perwakilan NTT. Seiring berjalan waktu, ternyata sinergi yang telah mewujudkan sumur bor bagi santriwati dinilai belum selesai. Kerjasama ini pun berlanjut berupa pembangunan pagar, mengigat pentingnya pembuatan pagar untuk menghindari santri dari ganguan babi dan anjing yang sering masuk ke halaman asrama santri
SINERGI tahfidz putri. Jonru sendiri ingin melihat langsung pesantren binaan BMH ini. Di halaman Facebook resmi miliknya, ia menuliskan kedatanganya untuk meninjau langsung kondisi yang sesungguhnya di lokasi. Hal ini diuraikannya agar kemudian bisa diangkat dalam penggalangan dana berikutnya, di website crowdfunding kitabisa. com sebagaimana kerjasama sebelumnya. “Tanggal 18 hingga 21 Agustus 2016 saya berkunjung ke Kupang NTT, untuk survey lokasi penggalangan dana sekaligus silaturahmi dengan para ustadz dan santri di Pesantren Hidayatullah,” ujar pria kelahiran 7 Desember 1970 yang telah menerbitkan banyak buku ini. “Saya ingin melihat langsung suasana Pesantren Hidayatulllah Kupang, sekaligus menggali data dan fakta, dengan tujuan agar bisa menghasilkan copywriting yang lebih baik dalam penggalangan dana berikutnya,”urai suami Yulianti di Fanspage resmi miliknya. Rasman Jainal Tkella berharap kerjasama atau sinergi atara BMH dan JMC ini dapat terus
FOTO: IMAM NAWAWI/MULIA
berlansung secara berkesinambungan. “Semoga silaturahmi ini terus terjalin dan sinergi bersama BMH untuk kemajuan masyarakat NTT melalui pendidikan, dakwah dan sosial bisa terus diwujudkan bersamasama,” ucapnya. JMC bergerak di bidang fundraising organizer, pelatihan, penerbitan, konsultasi, kolaborasi bisnis, media literacy, dan sejumlah bidang lainnya yang berhubungan dengan media massa dan crowdfunding. Memotivasi Santri Selain berilaturrahmi, dalam kunjungannya Jonru ikut memotivasi santri untuk menulis. Ahad (21/08/2015) pagi, sebelum beranjak meninggalkan Kupang NTT, ia terlebih dahulu mengisi kegiatan yang dihadiri oleh seluruh santri dan pengurus Pesantren Hidayatullah bertempat di Musholla Putri Kampus satu.
Dalam kegiatan yang berlansung satu jam, Jonru memotivasi para santriwati untuk terus belajar dengan giat, dan membiasakan diri menulis. “Hal yang paling memotivasi saya dalam menulis, ya, kematian. Karena saya berpikir bagaimana karya saya, kalau belum di bukukan, jika tiba-tiba saya mati, “ ungkap ayah dari Alifia Rasyida Ginting, Muhammad Syafiq Ibrahim Ginting dan Hanna Meutia Hafizha Ginting ini. Diakhir acara, peraih juara pertama Lomba Cipta Cerpen Anita Cemerlang tahun 1994 mengungkapkan jurus lain agar bisa menulis. “Nah, agar bisa menulis dan terbiasa menulis, kita harus membiasakan diri menulis bebas, entah itu curhatan karena jengkel atau yang lain, yang penting untuk latihan menulis,” ungkapnya yang disambut tawa para santri.*/M. Adianto Oktober 2016
|MULIA
89
UPDATE
BMH Hadir dengan Sistem Integrasi Keuangan Terbaru
S
ejak resmi dikukuhkan oleh Kementerian Agama tahun 2001, LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus memperkuat jaringan layanan hingga ke daerah tingkat provinsi dan kabupaten. Jejaring sinergi program pemberdayaan juga masuk hingga ke daerah pedalaman, kepulauan hingga perbatasan. Memasuki era teknologi seperti saat ini, BMH terus berbenah dan memanfaatkannya sebagai sarana untuk memberikan layanan terbaik dalam mewujudkan transparansi serta akuntabilitas. Dalam dua bulan terakhir secara berkala, BMH Pusat tengah melakukan edukasi sistem baru pada semua jajaran amil yang menangani keuangan. Sebuah sistem informasi keuangan yang sesuai dengan PSAK 109. Selain akan sesuai dengan pedoman standar akuntansi keuangan secara syariah, juga akan meningkatkan produktifitas dan
90 MULIA
|Oktober 2016
kecepatan laporan. “Sistem ini terus akan dibangun secara teriintegrasi kedepannya,” demikian ungkap Bati Andalo, Direktur Keuangan. Tidak hanya memiliki dampak kecepatan pada sisi laporan, tapi juga akan terkoneksi dengan layanan secara langsung di masyarakat. “Kedepan donatur bisa mengecek secara langsung berapa jumlah zakat yang telah ditunaikan melalui BMH, informasi pembayaran secara langsung diterima saat itu juga, bukti transaksi lewat mobile printer bisa dimanfaatkan sebagai struk pengurang penghasilan kena zakat,” urai Bati Andalo. Penerapan dan pengembangan sistem
integrasi ini merupakan bagian dari rencana pembangunan sistem digital BMH di masa depan. “(Yang ada sekarang) merupakan tahapan awal dari master plan yang dibuat. Tujuannya berbagai data bisa disatukan dengan muara akhir adalah memberikan pelayanan yang lebih baik dan meningkatkan efisiensi biaya operasional,” ungkap Supendi, Direktur Utama BMH. Menurut Supendi, dengan ini diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di dunia teknologi informasi dan komunikasi. “Sistem ini dibuat agar dunia perzakatan bisa bergerak lebih jauh, strategis dan responsif terhadap perubahan,” imbuhnya.*/Raya
PROGRAM
Ternak untuk Kemandirian Ummat Dengan penugasan dai yang live in (tinggal) bersama masyarakat, BMH ingin mewujudkan kemandirian masyarakat
D
ata Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2015 menyebutkan presentase jumlah penduduk miskin tercatat sekitar 28,51 juta jiwa, meningkat 780.000 jiwa dari tahun sebelumnya yang sebesar 27,73 juta jiwa. Umumnya, jumlah penduduk miskin berada di pedesaan (63% dari total penduduk miskin
yang ada di seluruh Indonesia). Guna ikut membantu mengentas kemiskinan, Lembaga Zakat Nasional - Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memulainya dengan menjalankan program pemberdayaan terintegrasi yang diberi nama Kampung Berkah Mandiri. Kampung Berkah Mandiri
adalah program pemberdayaan berbasis komunitas di suatu kampung yang di dalamnya dijalankan berbagai program di bidang pendidikan, dakwah, sosial dan ekonomi. Dengan penugasan dai yang live in (tinggal) bersama masyarakat, ini sebuah aksi untuk mewujudkan visi kemandirian masyarakat. Oktober 2016
|MULIA
91
PROGRAM
Untuk sementara, kegiatan yang lebih menonjol adalah pemberdayaan di bidang pendidikan dan dakwah, di mana para dai memulai program pemberdayaan dengan menyelenggarahan Taman Pendidikan Al-Qur’an hingga pendirian pesantren bagi masyarakat dhuafa. Namun dengan tingginya tingkat kebutuhan dalam penyelenggaraan program tersebut, kali ini BMH kembali mengangkat program kemandirian berupa budidaya ternak untuk kemandirian umat. Suatu program terintegrasi dimana ada keterpaduan antara peran dai sebagai pendamping masyarakat dengan, komunitas binaan sebagai pelaku usaha serta pesantren sebagai sentra pemberdayaan masyarakat. Harapanya akan menjadi sebuah ekosistem yang dapat menjamin sebuah program dapat berjalan secara lebih efektif dan berkelanjutan. Ini pula yang sedang dilakukan oleh BMH di Pesantren Hidayatullah Cirebon. Saat ini tengah berdiri sentra
92 MULIA
|Oktober 2016
pemberdayaan ternak kambing dengan pola kemitraan inti-plasma bersama masyarakat. Selain itu, ke depan, di pesantren diharaplan bisa berdiri koperasi yang dapat
Masyarakat
BMH mengajak seluasluasnya partisipasi masyarakat untuk turut ambil bagian dalam proyek membangun peradaban sesuai sunnah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam,” ujar Ade Syariful Allam, Direktur Program BMH.*/Asa
Da'i
Pesantren memfasilitasi beragam kebutuhan anggota binaan. Khususnya aqiqah, warung makan, catering dan lain sebagainya. Terlebih lagi adalah terkait kebutuhan pasokan hewan qurban pada program Qurban Berkah Nusantara (QBN) BMH setiap tahunnya. Kini program Ternak Ummat Mandiri terus dikembangkan di beberapa wilayah. Di antaranya di Bogor dan Jonggol. “Dengan tagline ‘Sedekah Qurban’,
“Suatu program terintegrasi dimana ada keterpaduan antara peran da’i sebagai pendamping masyarakat, komunitas binaan sebagai pelaku usaha serta pesantren sebagai sentra pemberdayaan masyarakat.”
INSPIRASI
Musibah Sakit, Membuatku Semakin Cinta
D
ua tahun lalu, keluargaku mengalami musibah. Suami tibatiba sakit parah. Diawali dengan rasa letih setelah menguras tenaga dan pikiran sebagai kepala sekolah baru di sebuah madrasah tsanawiyah di Balikpapan, karena sakitnya ia tidak mampu bergerak seperti biasanya. Ia hanya terbaring hampir dua bulan lamanya. Sungguh itu merupakan hari yang terberat bagiku, sebagai seorang istri, melihat suami yang terisolasi dari ketiga anak kami. Ia pun merasa sangat terpukul dengan kondisi yang demikian sebab mereka sangat akrab. Wajah mereka pun melukiskan guratan kesedihan, karena harus
94 MULIA
|Oktober 2016
menjaga jarak bersama abinya dengan rentan waktu yang cukup lama. Tetapi anak pertama kami, Faiq yang berusia 7 tahun sedikit memahami keadaan. Sesekali ia mengajak adik-adiknya bermain; Aisyah yang baru menginjak
usia 2,5 tahun dan Farhan usia 6 bulan. Tempo dua bulan kala itu adalah masa yang menuntutku banyak hal; menjadi istri, ibu, sekaligus
‘bapak’. Bagaimana tidak, setiap hari harus mengurus suami dan ketiga anak, mengantar anak ke sekolah, juga harus ke kantor. Selain itu harus belanja keperluan sehari-hari, sehingga menuntutku pula menyetir mobil sendiri untuk pertama kalinya walaupun harus bercucuran keringat ketakutan. Tetapi saya semakin eratkan tawakkal pada-Nya, bahwa Allah tidak akan memberikan ujian di luar kesanggupan hambaNya. Keyakinan ini yang kemudian cukup bisa menenangkan dan meneguhkanku. Berbagai ikhtiar pun saya lakukan demi kesembuhan suami. Yang menakjubkan, entah mengapa, dengan
INSPIRASI kerja keras sendiri seperti ini justru membuatku semakin cinta kepada-Nya atas musibah yang menimpa ini. Anugerah yang sangat kusyukuri, tentunya. Sedikit berkaca pada Nabi Ayub, beliau tetap bersabar atas musibah penyakit yang menimpanya, meski sang istri meninggalkannya. Ketika telah dikehendaki Allah, maka Nabi Ayub pun sembuh. Tergambarlah di benak, saat itu Nabi Ayub merasakan tiga jenis penderitaan sekaligus dalam hidupnya, yaitu; sakit, kesedihan, dan kesendirian. Namun, beliau tetap berdzikir, bersabar, dan bersyukur pada Sang Khaliq hingga Allah Subhanahu Wata’ala Alhamdulillah. Yang saya sykuri waktu itu, Allah masih meneguhkan hatiku untuk terus tetap bertahan di sisi suami, sembari melakukan
berbagai ikhtiar demi kesembuhannya. Selain bermunajat kepada-Nya, di antara ikhtiar yang kulakukan, memarut dan memeras kunyit setiap hari untuk jamu suami. Di samping itu, dengan menahan rasa malu, acapkali saya harus mengetuk pintu ke pintu rumah tetangga tengah malam, demi mencari buah sukun sebagai obat, meski kala itu bukan musimnya. Tidak cukup hanya sampai di situ, dari hasil membaca buku bahwa sedekah selain menolak bala juga bisa menjadi wasilah menyembuhkan penyakit, akhirnya saya pun implementasikan. Ikhtiar dengan perbuatan nyata sungguh tidak cukup bagiku, maka qiyamul lail menjadi santapan di sepertiga malam, shalat sunnah Dhuha juga kutunaikan sebelum berangkat ke kantor, serta do’a yang tak henti terlafadzkan
pada-Nya; Alhamdulillah, musibah itu pun berlalu. Penyakit suamiku telah diangkat oleh-Nya tanpa mengikis keimananku, dan tidak menghadirkan keputuasaan dalam menjalani keadaan yang melelahkan ini, justru semua itu mengantarkanku lebih cinta dan mendekatkan diri pada Rabb-Ku, juga mengantarkanku semakin cinta pada keluargaku.*(diceritakan Nur Afiah kepada Sahlah al-
Ghumaishaa’)
“Entah mengapa, dengan kerja keras sendiri seperti ini justru membuatku semakin cinta kepada-Nya atas musibah yang menimpa ini”
Oktober 2016
|MULIA
95
KREASIKU
FLAMINGGO CANTIK oleh: rubiar
Bahan dan Alat: • Kertas Karton Tipis • Lem Kayu • Lem Tembak • Gunting CARA PEMBUATAN 2
1 Buat pola lingkaran pada kertas karton dengan diameter 7 cm
Gunting pola yang telah di buat dan buatlah 2 lembar potongan
Lapisi potongan kertas karton dengan kertas warna
Buatlah potongan lingkaran lebih kecil lagi (berdiameter 3 cm) sejumlah 2 lembar. Lapisi pula dengan kertas warna
3
6
5
96 MULIA
4
Buatlah potongan kertas karton sebagaimana contoh. Lapisi pula dengan kertas warna lain |Oktober 2016
Rangkaikan potongan – potongan kertas seperti contoh.
KREASI 8
7 Tempelkan potongan lingkaran lainnya.
Siapkan 3 kertas warna ukuran 7x7 cm 10
9 Lipat ketiga kertas secara bolak –balik
Tekuk ke 3 lipatan sehingga membentuk seperti kipas 12
11
Gunting sedikit pangkal lipatan
Sisipkan dan lem pangkal kipas pada badan burung
Tempelkan kipas pada badan burung sehingga menjadi sayap (ke2 sisi)
Tempelkan mahkota, paruh, mata dan kaki burung. Gantungkan burung yang telah di buat pada tempat yang diinginkan
13
Oktober 2016
14
|MULIA
97
Tahan dulu berkomentar,kita tunggu
APA KATA
MAJALAH HIDAYATULLAH
“BISA BERLANGGANAN MELALUI BMH TERDEKAT”