BENTUK –TA DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG Oleh : Elizabeth Ika Hesti Aprilia Nindia Rini, S.S., M. Hum (
[email protected])
Abstract -ta form in Japanese is identical with tenses. Although it has the same structure, but -ta form is not only related to the tenses, but also with aspects and modalities. There are times when tenses and aspect can not be separated because it forms into one and at the same time both states the time, mainly seen in compound sentences. Keywords : shape-ta, time, aspect, modality Pendahuluan Setiap bahasa mempunyai sistem
adalah kategori gramatikal yang menyatakan
khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain.
hubungan antara waktu terjadinya suatu
Begitu pula dengan bahasa Jepang yang juga
peristiwa (berlangsungnya suatu aktivitas)
memiliki keunikan sendiri.
dengan bertitik tolak dari waktu kalimat
Bentuk -ta adalah salah satunya.
tersebut diucapkan (waktu ujaran) (Iori,
Bentuk -ta dalam bahasa Jepang identik
2001:142). Bila waktu ujaran (hatsuwaji/発
dengan
pada
話時) diumpamakan dengan waktu sekarang
kenyataannya tidak selalu demikian. Bila
(saat ini), maka waktu terjadinya peristiwa
dilihat dari kategori gramatikalnya, bentuk -
(aktivitas) tersebut dapat dibagi menjadi tiga
ta terkait dengan kala (jisei/ 時 制 ), aspek
yaitu, sebelum ujaran atau kala lampau
(sou/ 相 ), dan modalitas (housei/ 法 ). Oleh
(kako/
karena itu penulis tertarik untuk mengetahui
(genzai/現在), dan setelah ujaran atau kala
lebih lanjut tentang bentuk -ta.
mendatang (mirai/ 未来).
kala
lampau,
tetapi
過去), saat ujaran atau kala kini
Secara leksikal kala ditandai oleh Kajian Teori
adverbia temporalitas (テンスの 副詞 tensu
Bentuk -ta merupakan sufiks dari
no fukushi), yaitu kata yang bertugas
stem kategori verba, nomina, adjektiva yang
memosisikan situasi terkait dengan patokan
berkonyugasi, jadi secara struktur bentuk -ta
waktu ujaran seperti, (去年 kyonen) „tahun
biasanya menempel di belakang verba,
lalu‟, (先月 sengetsu) „bulan lalu‟, (おとと
nomina, atau adjektiva. Kala yang dalam bahasa Jepang
い ototoi) „kemarin dulu‟, (昨日 sakujitsu)
disebut tensu ( テ ン ス ) atau jisei ( 時 制 )
„kemarin‟, (さきほど sakihodo) „baru saja‟, 1
(さっき sakki) „tadi‟, (今日 kyou) „hari ini‟,
「相は動詞の表す行為が完了している
(今 ima) „sekarang‟, (いまに imani) „nanti‟,
(完了的)か、完了していない (未完了
(明 日 ashita) „besok‟, ( あさって asatte)
的) か 表す文法的表示である。」
„lusa‟, (来週 raishuu) „minggu depan‟, (来
(Koizumi, 1995 : 123)
月 raigetsu) „bulan depan‟, (来年 rainen)
yang
artinya,
“Aspek
adalah
indikasi
menyatakan
apakah
„tahun depan‟, (かつて katsute) „pernah‟, (
gramatikal
もうすぐ mou sugu) „sebentar lagi‟, (1990
perbuatan yang dinyatakan oleh verba telah
年 1990 nen) „tahun 1990‟, (3 月 sangatsu)
selesai seluruhnya (perfektif) ataukah belum
„bulan Maret‟, ( 日 曜 日 nichiyoubi) „hari
(imperfektif).”
yang
Secara leksikal, aspek diungkapkan
Minggu‟, (5 時 go ji) „jam lima‟, dan lain-
dalam makna inheren verba dan adverbia
lain.
aspektualitas. Adverbia aspektualitas adalah
Aspek yang dalam bahasa Jepang
kata yang menyatakan hal yang berkaitan
disebut dengan asupekuto ( ア ス ペ ク ト )
dengan
atau sou ( 相 ) adalah kategori gramatikal
(perbuatan,
peristiwa,
dan
perkembangan
situasi, misalnya keberlangsungan, akhir,
dalam verba yang menyatakan kondisi suatu situasi
kemunculan
pengulangan, urutan, dan lain-lain, seperti (
keadaan),
もう mou) „sudah‟, (まだ mada) „belum‟, (
apakah baru dimulai, sedang berlangsung,
ずっと zutto) „terus-menerus‟, (だんだん
sudah selesai atau berulang-ulang. Istilah
dandan) „berangsur-angsur‟, (やっと yatto)
„situasi‟ ini mengacu pada Comrie dalam bahwa
„akhirnya‟, (すぐに suguni) „segera‟, (しば
gambaran dunia nyata yang diacu verba
らく shibaraku) „sebentar lagi‟, (まえもっ
bukan hanya berupa perbuatan (menulis,
て maemotte) „sebelumnya‟, (突然 totsuzen)
membaca, dan sebagainya) atau peristiwa
„tiba-tiba‟, (絶えず taezu) „terus-terusan‟, (
(meledak,
また mata) „lagi‟, dan lain-lain. Kemudian
Tadjuddin
yang
menyatakan
meninggal,
dan
sebagainya),
melainkan juga berupa keadaan (percaya,
adverbia yang menyatakan makna kekerapan
sakit, dan sebagainya).
seperti, (いつも
Menurut Koizumi secara semantis,
itsumo) „selalu‟, (よく
yoku) „sering‟, ( 時 々 tokidoki) „kadang-
aspek berkaitan dengan ketercapaian suatu
kadang‟, (たまに tamani) „sesekali‟, dan
perbuatan, seperti terlihat pada kutipan
lain-lain.
berikut,
Sementara itu, modalitas yang dalam bahasa Jepang disebut juga dengan muudo ( 2
ム ー ド ) atau housei ( 法 制 ) merupakan
働きかけ) yang terdiri dari perintah (meirei/
kategori
命 令 )
gramatikal
yang
digunakan
pembicara dalam menyatakan sikap terhadap
seperti
menyuruh,
melarang,
terdiri dari kemauan (ishi/意思) dan harapan
menginformasikan, meminta,
(ganbou/願望), pertanyaan
dan
(toikake/問い
か け ) yang terdiri dari menanyakan
sebagainya dalam kegiatan berkomunikasi.
kepastian (dantei no toikake/断定の問いか
Menurut Iori (2001) modalitas dapat dibagi dua
ajakan(kanyuu/ 勧 誘 ),
mengekspresikan (hyoushutsu/ 表 出 ) yang
situasi, keadaan, atau peristiwa kepada lawan bicaranya,
dan
け ) dan
yaitu inter propositional modality
menanyakan maksud (ikou no
(taijiteki modariti/対事的モダリティ) dan
toikake/意向の問いかけ), dan memaparkan
inter personal modality (taijinteki modariti/
(nobetate/ 述 べ 立 て ) yang terdiri dari
対人的モダリティ).
kalimat mengenai fenomena (genshoubun/現 象文) dan kalimat mengenai pertimbangan
Inter propositional modality (taijiteki modariti/ 対 事 的 モ ダ リ テ ィ ) terdiri dari
(handanbun/判断文)
dua jenis modalitas yaitu modalitas deontik (touiteki modariti/当為的モダリティ) dan
Pembahasan
modalitas epistemik (ninshikiteki modariti/
Bentuk -ta dalam kategori gramatikal
認 識 的 モ ダ リ テ ィ ). Modalitas deontik
kala (jisei/ 時 制 ) ini, berhubungan dengan
(touiteki modariti/ 当 為 的 モ ダ リ テ ィ )
peristiwa (aktivitas) yang terjadi sebelum
merupakan
modalitas
waktu ujaran, seperti terlihat pada contoh
kewajaran
dan
yang
keharusan.
menyatakan
berikut ini,
Modalitas
epistemik (ninshikiteki modariti/ 認識的モ (1) (午後6時ごろに) (Pada jam 6 sore)
ダ リ テ ィ ) merupakan modalitas yang menyatakan hal-hal mengenai benar tidaknya
A:
sesuatu, seperti kepastian (dantei/ 断 定 ),
„Apakah kamu makan siang ?‟
perkiraan (suiryou/ 推 量 ), kemungkinan
B1: はい、食べました。 Hai, tabemashita. „Ya, makan.‟
(kanousei/可能性), keyakinan (kakushin/確 信 ),
昼ご飯を食べましたか。 Hiru gohan o tabemashitaka.
pembuktian (shouko/ 証 拠 ), dan
(Iori, 2001:145)
pertanda (choukou/兆候). (2) きのうは雨だった。
Sementara inter personal modality
Kinou wa amedatta. „Kemarin hujan.‟
(taijinteki modariti/対人的モダリティ) ada empat jenis, yaitu mengajak (hatarakikake/
(Katou, 1989 : 3) 3
Pada
kalimat
(1),
karena
waktu
menunjukkan pukul 6 sore, maka waktu
Aspek perfektif kalimat (2) dan (4) yang
untuk makan siang telah berlalu, maka
ditandai dengan verba bentuk -ta menyatakan
bentuk -ta pada verba tabemashita di sini
bahwa perbuatan „persiapan kepindahan‟ dan
secara semantis mengandung makna kala
peristiwa
„pembangunan
jembatan
過 去 ) artinya aktivitas
penyeberangan‟ telah selesai. Sementara
makan telah terjadi sebelum waktu ujaran.
aspek perfektif pada kalimat (3) yang juga
Sedangkan pada kalimat (2), makna kala
ditandai
lampau yang ditandai dengan bentuk -ta pada
menyatakan „ketercapaian‟ keadaan „luka‟
nomina amedatta ditunjang oleh kehadiran
yang telah sembuh dengan sempurna.
lampau (kako/
dengan
verba
bentuk
-ta
ini
Bentuk -ta dalam pengertian aspek
adverbia temporalitas kinou yang berarti
(asupekuto/ ア ス ペ ク ト ) secara semantis
kemarin. Jadi bentuk -ta dalam pengertian kala
mengandung makna situasi
yang telah
tercapai atau selesai.
(時制) secara semantis mengandung makna
Kala (jisei/時制) dan aspek (sou/相)
peristiwa yang terjadi sebelum ujaran atau
dalam bahasa Jepang merupakan hal yang
kala lampau (kako/過去).
sulit untuk dipilah-pilah karena keduanya
Bentuk -ta dalam kategori gramatikal aspek (asupekuto/アスペクト) menyatakan
dinyatakan
keselesaian atau ketercapaian suatu situasi,
Namun
seperti terlihat pada contoh berikut ini,
patokan adalah bahwa kala (jisei/ 時 制 )
demikian
peristiwa yang
bisa
(aktivitas). dijadikan
menyatakan peristiwa (aktivitas) yang terjadi
(3) 引 越 し の 準 備 が や っ と で き た 。 Hikkoshi no junbi ga yatto dekita. „Akhirnya persiapan pindahan selesai.‟
dalam
sebelum waktu ujaran, sedangkan aspek (sou/ 相 ) menyatakan ketercapaian suatu
telah
situasi
(Katou, 1989 : 27)
(perbuatan,
peristiwa,
keadaaan)
dalam kejadian yang mempunyai rentang waktu.
(4) 足 の け が が 直 っ た 。 Ashi no kega ga naotta. „Luka di kaki telah sembuh.‟ (Katou, 1989 : 27)
Pada bentuk
-ta
struktur dapat
kalimat
majemuk,
menunjukkan
dua
maknanya sekaligus dalam satu kalimat misalnya pada kalimat berikut ini,
(5) 歩 道 橋 の 工 事 が 完 成 し た 。 Hodoubashi no kouji ga kansei shita. „Pembangunan jembatan penyeberangan telah selesai.‟ (Katou, 1989 : 27) 4
klausa anak kalimat „pergi ke Jepang‟
(6) 日本へ行った時、カメラを買った。 Nihon e itta toki, kamera o katta. „Waktu pergi ke Jepang, (saya) telah membeli kamera.‟ (Sutedi, 2003:83)
menyatakan
bahwa
aktivitas
„pergi
ke
Jepang‟ telah selesai/ tercapai artinya orang tersebut telah berada di Jepang. Sebaliknya pada kalimat (7) bentuk -ru pada klausa anak kalimat pergi ke Jepang menyatakan bahwa
(7) 日本へ行く時、カメラを買った。 Nihon e iku toki, kamera o katta. „Waktu akan pergi ke Jepang, (saya) telah membeli kamera.‟
aktivitas tersebut belum selesai dilakukan artinya orang tersebut belum
berada di
Jepang. Dan pada kalimat (6) dan (7) bentuk -ta pada klausa induk kalimat „membeli
(Sutedi, 2003:83)
kamera‟
(8) 日本へ行った時、カメラを買う。 Nihon e itta toki, kamera o kau. „Waktu pergi ke Jepang, (saya) akan membeli kamera.‟ (Sutedi, 2003:83)
menyatakan
bahwa
aktivitas
tersebut telah dilakukan pada waktu lampau, sedangkan pada kalimat (8) bentuk -ru pada klausa induk kalimat „membeli kamera‟ menyatakan bahwa aktivitas tersebut belum dilakukan atau baru akan dilakukan pada
Pada kalimat (6),(7),(8), klausa „membeli
waktu mendatang. Struktur kalimat jenis ini
kamera‟ yang disebut belakangan adalah
disebut juga dengan relative tense ( 相 対
induk kalimat, sedangkan klausa „pergi ke
テンス) atau kala relatif.
Jepang‟ adalah anak kalimat. Bentuk verba
Bentuk -ta dimasukkan ke dalam
pada klausa anak kalimat (6),(7),(8) adalah
modalitas epistemik (ninshikiteki modariti/
sebagai penanda aspek, artinya ia bertugas
認 識 的 モ ダ リ テ ィ ). Bentuk -ta yang
untuk menunjukkan kapan waktu aktivitas
termasuk modalitas epistemik disebut juga
„membeli kamera‟ itu terjadi apakah ketika
kala lampau istimewa (tokushuu no kako/特
situasi yang dinyatakan oleh verba tersebut
集の
belum, sedang, atau telah selesai atau
過去). Secara struktur, bentuk
-ta
tercapai. Pada kalimat majemuk seperti ini,
yang dimasukkan dalam kategori gramatikal
bentuk -ta pada klausa anak kalimat secara
modalitas epistemik ini bentuknya serupa dengan bentuk -ta yang identik dengan kala
semantis menyatakan makna (kanryou/完了)
lampau dalam bahasa Jepang.
atau selesai dilakukan, sedangkan bentuk -ta
Kalimat (9), (10), (11), (12), dan (13)
yang berada pada klausa induk kalimat berikut
menyatakan makna kala lampau (kako/過去).
adalah
contoh
kalimat
yang
mengandung bentuk -ta bermakna modalitas. Pada kalimat (6) dan (8) bentuk -ta pada 5
( 9) 君、小林くんだったね? Kimi,Kobayashi kun datta ne ? „Anda, Kobayashi kan ?‟ (Yamada, 2004 :104)
甲 :男だったよ。見たら、 男だった。) Kou : Otokodatta yo. (Mitara, otoko datta.) Kou: “Laki-laki lho.” (Begitu melihat, laki-laki.) (Inoue, 2001 : 140)
(10) (妻の様子がいつもと違う理由 を考えていて) (Tsuma no yousu ga itsumo to chigau riyuu o kangaete ite) (Saat sedang memikirkan alasan mengapa hari ini sikap istrinya berbedadari biasanya.)
(13) 甲:ちょっとこれ味見し てみて。 Kou : Chotto kore ajimi shite mite. Kou: „Tolong coba cicipi ini.‟
そういえば、今日は結婚記念日だ ったなあ。 Souieba, kyou wa kekkon kinenbidatta naa. „O iya, sekarang saya ingat, hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan ya.‟ (Inoue, 2001:152)
乙 :いいよ。一口食べる) Otsu : Iiyo. (Hito kuchi taberu) Otsu: „Baiklah.‟ (makan sesuap) 甲 :(乙が食べている 途中で) どう?おいしかっ た?(食べてみたら、 おいしかった?) Kou : (Otsu ga tabete iru tochuude) Dou ? Oishikatta ? (tabete mitara, oishikatta ?) Kou: (Saat Otsu sedang makan.) „Bagaimana ? Enak ?‟ (Setelah mencoba memakannya, apa enak ?) (Inoue, 2001 : 140)
(11) お、バスが来た。 O, basu ga kita. „Oh, bisnya datang.‟ (Yamada, 2004 :104) (12)(甲の妻が無事に出産した。甲 はす ぐに病院から母に電話をかけた。) (Kou no tsuma ga bujini shussan shita. Kou wa suguni byouin kara haha ni denwa o kaketa.) (Istri Kou telah melahirkan dengan selamat. Kou segera menelepon ibunya dari rumah sakit.) 甲 :今、生まれたよ。 Kou : Ima, umareta yo. Kou : „Baru saja, lahir lho.‟
Namun demikian, meskipun secara struktur, 母 :そう。で、どっちだっ た?(見たらどうだっ た?) Haha : Sou. De,docchidatta ? (Mitara doudatta ?) Ibu : „Oh begitu. Lalu, yang mana ?‟ (Begitu melihat, bagaimana ?)
bentuknya menyerupai bentuk -ta, kalimat (9), (10), (11), (12), dan (13) bukan peristiwa (aktivitas) yang terjadi pada waktu lampau dan secara sederhana tidak dapat dimaknai sebagai sesuatu yang telah selesai (tuntas). 6
Ichikawa, Yasuko. 2005. Shokyuu Nihongo Bunpou To Oshiekata No Pointo. Tokyo : 3A Corporation. Iori, Isao. 2001. Atarashii Nihongo Nyuumon : Kotoba No Shikumi O Kangaeru. Tokyo : 3A Corporation. _________ dkk. 2000. Shokyuu O Oshieru Hito No Tame No Nihongo Bunpou Handobukku. Tokyo : 3A Corporation. Katou, Yasuhiko dkk. Gaikokujin No Tame No Nihongo Reibun Mondai Shiriizu 15 : Tensu, Asupekuto, Muudo. Tokyo : Aratake Shuppan. Koizumi, Tamotsu. 1995. Nihongo Kyoushi No Tame No Gengogaku Nyuumon. Tokyo : Taishuukan Shoten. Kudou. Mayumi. 1995. Asupekuto To Tensu Taikei To Tekusuto : Gendai Nihongo No Jikan No Hyougen. Tokyo : Hitsuji Shobou. Kushartanti dkk. 2007. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora. Tadjuddin, Moh. 2005. Aspektualitas Dalam Kajian Linguistik. Bandung : PT. Alumni. Teramura, Hideo. 1993. Teramura Hideo Ronbunshuu I : Nihongo Bunpouhen. Tokyo : Kurushio Shuppan. Yamada, Toshihiro. 2004. Kokugo Kyoushi Ga Shitteokitai Nihongo Bunpou. Tokyo : Kurushio Shuppan.
Secara semantis bentuk -ta sebagai modalitas epistemik mengandung makna ingatan (omoidashi / 思 い 出 し ) seperti terlihat pada kalimat (9) dan (10), dan kemunculan (hakken/ 発 見 ) seperti terlihat pada kalimat (11), (12), dan (13).
Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa bentuk -ta dalam bahasa Jepang adalah sebagai berikut. 1. Bentuk -ta dalam kalimat bahasa Jepang merupakan penanda kala, aspek, dan modalitas. 2. Sebagai penanda kala, bentuk
-ta
dalam bahasa Jepang merupakan penanda kala lampau. 3. Sebagai penanda aspek, bentuk -ta dalam bahasa Jepang merupakan penanda
aspek
perfektif
yang
menyatakan keselesaian. 4. Sebagai penanda modalitas, bentuk ta merupakan modalitas epistemik yang mempunyai makna ingatan dan kemunculan.
Daftar Pustaka Pustaka acuan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Alwi, Hasan dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka. Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
7
8