Belajar Konstruksi Kayu Langsung dari Tukang Bangunan 2 – 6 Juni 2015
Tidak semua orang tinggal di bangunan baru. Kebanyakan orang membeli rumah yang sudah pernah ditinggali oleh seseorang dan memutuskan utnuk tidak merobohkannya karena memang kondisi rumah yang masih bagus atau karena uang yang dimilikinya hanya cukup dipakai untuk melakukan pengecatan ulang saja. Apabila kondisi rumah masih bagus tentu tidak jadi masalah akan tetapi ada juga beberapa penjual yang sengaja menipu calon pembeli rumahnya. Rumah yang sudah lapuk dimakan usia sengaja seluruh temboknya didempul menggunakan campuran kapur dan dicat ulang supaya tidak terlihat lembab dan jamurnya. Setelah dibeli, dalam waktu yang sangat singkat ternyata tembok rumah mulai retak- retak dan lapisan catnya mengelupas. Semakin lama setelah lapisan dempul rontok sedikit demi sedikit yang membuat rumah selalu kotor dan berdebu, tampaklah bahwa dinding di dalamnya sudah keropos dan berlumut bahkan dimakan oleh serangga. Setiap musim kemarau sekelompok rayap beterbangan di seluruh penjuru rumah keluar dari semua kusen dan rangka atap. Tembok yang melapuk dan lembab tentu saja mempengaruhi struktur rangka atap. Tanpa disadari, struktur rangka atap yang terbuat dari kayu telah habis dimakan oleh rayap dan telah menjadi begitu rapuh seingga segala jenis binatang dapat dengan mudah menerobos dan membuat sarang di para (ruang kosong antara langit-langit dengan atap) seperti tikus, kucing, dan kelelawar. Rangka atap yang sudah begitu rapuh otomatis tidak dapat menahan berat genting apalagi menahan berat air yang mengalir di atasnya sehingga setiap hujan air bocor ke dalam rumah. Rembesan air pada kayu struktur rangka atap membuat rangka tersebut semakin melendut hingga pada akhirnya mengalami kegagalan struktur seperti geser bahkan patah. Apalagi jika sampai ada kucing yang berkelahi di dalam para, robohlah langit-langit lengkap dengan seluruh struktur rangka atap beserta gentingnya juga. Kejadian seperti di atas penulis alami sendiri berhubung usia rumah tempat tinggal penulis sudah sangat tua. Penulis pun memanggil tukang untuk memperbaiki atap dan untunglah mereka adalah orang-orang yang cukup cakap sehingga penulis berkesempatan untuk belajar secara langsung konstruksi kayu di lapangan dengan cara mengamati pekerjaan mereka. Pertama, para tukang meninjau kondisi rangka atap di bagian depan rumah penulis yang sudah ambruk. Rangka atap yang harus diganti adalah mulai dari overstek hingga kira-kira 3m ke dalam bangunan. Karena bagian atap yang rusak terlalu lebar kira-kira 14m, maka para tukang membaginya ke dalam 3 kali pengerjaan. Akibat keterbatasan biaya, rangka atap yang diganti hanya bagian depan saja walaupun sebenarnya seluruh struktur atap sudah lapuk. Olek karena itu, terpaksa rangka atap yang baru seluruh
ukurannya dikecilkan karena harus disambung dengan rangka atap bagian belakan yang sudah rapuh supaya jangan sampai rangka atap roboh akibat bebannya sendiri. Para tukang membongkar seluruh struktur yang ingin diganti dengan sangat cepat. Mereka bahkan bisa mematahkan rangka kuda- kuda hanya dengan tangan karena kayu albasia yang digunakan untuk atap sudah begitu lapuk akibat dimakan rayap dan terkena bocor. Menurut mereka sebenarnya kayu albasia yang biasa digunakan untuk bekisting sebenarnya cukup kuat namun kayu albasia sama sekali tidak boleh basah terkena air karena akan melendut. Selain itu, kayu albasia juga mudah dimakan oleh rayap sehingga jenis kayu ini tidak disarankan untuk dipakai sebagai struktur bangunan. Atas saran mereka, struktur rangka atap yang baru pun dibuat menggunakan kayu borneo yang terkenal kuat dan lebih tahan terhadap rayap dan hujan walaupun harganya tentu saja jauh lebih mahal dari kayu albasia. Selama proses pengerjaan, para tukang hanya berani berpijak di atas tembok karena rangka plafonnya sudah begitu lapuk, jangankan diinjak baru disentuh saja sudah jadi bubuk. Untuk memudahkan pekerjaan mereka, para tukang memasang kayu kaso berukuran 5/7 melintang di atas tembok di bagian terluar dan memasang 1 lagi kaso melintang, kira-kira 1 m disebelah dalamnya setelah itu para tukang memasang balok- balok membujur di antara keduanya dengan jarak kira- kira selebar langkah kaki mereka (+/- 50cm), semuanya dalam posisi berdiri. Rangka kuda-kuda dipotong sampai sejajar gording paling atas. Dari gording tersebut langsung di atasnya dipasang kayu kaso berukuran 4/6 dalam posisi berdiri yang dipaku ke kayu melintang di atas tembok bagian terluar tadi. Untuk menghindari lendutan, kira-kira di tengah-tengahnya dipasang gording melintang berukuran 5/7. Gording tersebut ditahan oleh tiang kayu vertikal berukuran 5/7 juga yang bertumpu pada balok-balok membujur yang menggantikan fungsi rangka plafon. Untuk mengetahui di mana titik lendutan gording, seorang tukang sengaja menduduki gording tersebut untuk melihat di mana titik kayu vertikal harus dipasang. Secara umum jarak antar tiang vertikal yang dipasang adalah sekitar 2m- 2,5m. Para tukang memasang jarak antar kaso selebar pinggang mereka (+/- 40cm- 50cm) lalu memasang reng berukuran 2/3 di atas kaso dalam posisi tidur dengan jarak antar reng selebar tangkai palu (+/- 25cm). Reng harus dipasang dalam posisi tidur supaya bagian yang lebih lebar dapat menahan cantelan pada ujung genting, dan tumpukan antar genting menjadi rapat karena jarak antar genting tidak renggang. Para tukang tidak menggunakan sekur (gongsol) karena struktur atap telah menjadi satu kesatuan atau biasa disebut monolit sehingga gaya dapat disalurkan dari puncak atap langsung ke tembok rumah menuju tanah. Seelah seluruh atap selesa dipasang mulai dari kaso hingga genting maka barulah para tukang memasang papan lisplang tepat di bawah ujung genting terakhir sehingga air tidak mengalir ke kaso di bawahnya sampai rembes ke dalam rumah. Sebelum dipasang sisi depan dan keempat sisi
samping pada lisplang telah terlebih dahulu dicat dengan campuran cat dan lem fox yang diencerkan supaya pori-pori kayu tertutup sehingga lisplang tidak mudah berjamur dan melapuk. Selesai dengan bagian luar atap, para tukang pun memasang plafon dengan terlebih dahulu memasang rangka plafon dari kayu 5/7 yang disambungkan ke kaso.
Kesimpulan: -
Jarak kuda-kuda adalah sekitar 2m- 3m.
-
Jarak gording sekitar 1m – 1,5m, dipasang dalam posisi berdiri.
-
Jarak kaso sekitar 40cm – 50 cm, dipasang dalam posisi berdiri.
-
Jarak reng sekitar 25cm, dipasang dalam posisi tidur.
-
Perubahan kemiringan atap di tengah-tengah bangunan dapat menimbulkan kebocoran di titik patahan tersebut.
-
Rangka plafon digantungkan ke kaso dan dibuat menjadi struktur monolit dengan menyatukan setiap titik pertemuan dengan cara dipaku miring.
LAMPIRAN GAMBAR
Gambar 1. Kayu yang melapuk dimakan rayap
Gambar 2. Mencopot kayu dari tembok
Gambar 3. Perancah / Stagger / Scaffholding
Gambar 4. Proses pemasangan plafon pada rangka plafon dari kayu
Gambar 5. Sketsa pemasangan kaso dan gording
Gambar 6. Sketsa pemakuan reng ke kaso
Gambar 7. Sketsa sambungan 2 reng pada kaso
Gambar 9. Sketsa kaso dan reng
Gambar 8. Sketsa ulir kayu pada kaso
Gambar 10. Sketsa pemrosesan papan kayu