Nanang Dalil Herman
MISKONSEPSI TUKANG BANGUNAN DALAM TEKNIK MEMBANGUN KONSTRUKSI TAHAN GEMPA Nanang Dalil Herman1 ABSTRACT This article is taken from a small section of the dissertation research, about development of a model program to improve the competence of transmigrantion community through the pottential environment based training. This paper will only present a small description of the research, that is concerning misconceptions of the workers / builders as a research subject, the technical knowledge to build earthquake-resistant housing construction. Research done by a "Research Development." The results obtained from the implementation of pilot training model, with the aim of knowing implementing and functioning of the learning program in training of on the construction of earthquake resistant. Keyword: development research, transmigrant, building worker, earthquake resistant, training model
A. PENDAHULUAN Artikel ini merupakan bagian kecil yang diambil dari hasil penelitian disertasi, tentang pengembangan model program peningkatan kompetensi masyarakat transmigrasi melalui pelatihan berbasis potensi lingkungan. Dasarnya, bahwa pembangunan masyarakat transmigran terfokus pada peningkatan sosial ekonomi, disamping perlunya pendidikan yang dilaksanakan dari, oleh, dan untuk masyarakat. Pendekatan pendidikan berbasis potensi lingkungan menjadi salah satu alternatif bagi peningkatan kompetensi masyarakat transmigran.
1
DR. Ir. Nanang Dalil Herman, MPd, adalah dosen Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia. Menyelesaikan studi S1 pada tahun 1987 di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan UPI, S1 Teknik UGM tahun 1996, S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di IKIP Jakarta 1996, dan S3 Pendidikan Luar Sekolah UPI tahun 2010. Disamping mengajar dan meneliti, ia juga berpraktek sebagai konstruktor/Insinyur Profesional, dan menjadi anggota PII (Persatuan Insinyur Indonesia). Sejak tahun 2003, ia memiliki Sertifikat Keahlian Insinyur Madya untuk quantity, surveying dan teknik sipil umum.
59
TERAS/X/1/Juli 2010
Penelitian dilakukan dengan pendekatan “Penelitian Pengembangan”. Langkah penelitian yang dilaksanakan adalah (1) studi pendahuluan, terdiri dari studi pustaka dan survei lapangan; (2) pengembangan, terdiri dari penyusunan draf model konseptual pelatihan tenaga kerja bangunan; revieu melalui FGD; (3) Pengujian model konseptual melalui ujicoba dengan metode eksperimen one-group Pretestpostest Design. Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada KTM Lunang Silaut, dirancang dengan karakteristik: (1).Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran orang dewasa; (2) Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan dan perumusan tujuan, metode dan teknik pembelajaran, materi dan bahan belajar, nara sumber, media belajar dan evaluasi pembelajaran; (3) Metode pembelajaran yang dianggap sesuai dengan kebutuhan peserta didik orang dewasa yang sudah bekerja adalah pembelajaran partisipatif karena pembelajaran ini mengikutsertakan secara aktif peserta didik dalam kegiatan belajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi. Disamping itu pembelajaran partisipatif memiliki prinsip berasal dari kebutuhan peserta didik, berorientasi pada tujuan, berpusat pada peserta didik dan berdasarkan pengalaman belajar; (4) Materi pembelajaran terkait dengan kebutuhan, kehidupan sehari-hari dan pengalaman peserta didik yaitu sebagai buruh bangunan. Materi yang disampaikan berupa dasar-dasar membangun dengan konstruksi bangunan tahan gempa; (5) Media yang dipakai adalah media yang memiliki kesesuaian dengan tujuan pengajaran, dapat merangsang pemikiran dan menimbulkan persepsi yang sama, menarik dan jelas, mudah diperoleh, mudah digunakan serta disesuaikan dengan taraf kemampuan berpikir peserta didik. Jenis media yang digunakan antara lain gambar, foto berwarna, video dan wujud asli; (5) Nara sumber atau fasilitator memiliki latar belakang yang sesuai dengan kegiatan yang akan diberikan, ahli atau memiliki pengalaman serta mengetahui metodologi pembelajaran, mampu menggunakan media, komunikatif dan mampu memberikan motivasi; (5) Evaluasi dilaksanakan sebelum dan setelah pembelajaran yang bertujuan untuk menilai ketercapaian tujuan. Pada artikel ini, hanya akan disajikan sebagian kecil deskripsi hasil penelitian, yaitu menyangkut miskonsepsi para buruh/tukang bangunan sebagai subjek penelitian, dalam pengetahuan teknik membangun konstruksi rumah tahan gempa. Hasil penelitian ini diperoleh dari pelaksanaan uji coba model pelatihan, dengan tujuan mengetahui keterlaksanaan dan keberfungsian program pembelajaran dalam pelatihan peningkatan kompetensi masyarakat transmigrasi, melalui pelatihan tenaga kerja bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa bagi kelompok buruh bangunan (KBB) warga transmigrasi. Keterlaksanaan dan keberfungsian
60
Nanang Dalil Herman
program pembelajaran dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam membantu proses belajar warga belajar, sementara itu perubahan keterampilan dan pengetahuan warga belajar dilihat dari hasil test yang telah dilaksanakan. Gambaran hasil kegiatan uji coba adalah sebagai berikut.
B. PENGETAHUAN AWAL BURUH BANGUNAN Gambaran umum pengetahuan awal buruh bangunan di Kecamatan Lunang Silaut Kabupaten Pesisir Selatan Propinsi Sumatera Barat tertera pada Gambar 1.
% kemampuan awal
60 50 40 30 20 10 0 Pengetahuan Konsep Dasar BT G BT G Series1
3
37
Bahan Bangunan
Pelaksanaan Pekerjaan
T otal
48
43
41
Gambar 1. Gambaran Umum Pengetahuan Awal Buruh Bangunan Pengetahuan awal buruh bangunan didasarkan pada 4 (empat) indikator. Secara umum pengetahuan awal buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa berada pada persentil 41%. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mengenai konstruksi bangunan tahan gempa masih tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan karena karena tidak ada buruh bangunan yang pernah mendapatkan pendidikan khusus mengenai teknik bangunan, misalnya dari SMK/STM bangunan. Mereka memperoleh pengetahuan mengenai teknik/cara-cara membangunan secara turun-temurun. Posisi mereka biasanya meningkat secara bertahap, mula-mula mereka menjadi laden setelah beberapa tahun kemudian meningkat menjadi tukang dan selanjutnya menjadi kepala tukang. Gambaran umum pengetahuan awal buruh bangunan berdasarkan indikator secara berurutan adalah sebagai berikut :
61
TERAS/X/1/Juli 2010
1. Pengetahuan mengenai istilah bangunan tahan gempa Pengetahuan mengenai istilah bangunan tahan gempa merupakan indikator yang paling rendah dimiliki buruh bangunan. Dari 39 peserta pelatihan hanya 3% yang telah mengenal istilah bangunan tahan gempa, sedangkan 97% belum mengenal istilah tersebut.
2. Konsep dasar bangunan tahan gampa Buruh bangunan yang sudah mengetahui dan memahami konsep dasar bangunan tahan gempa sebesar 37% yang termasuk kategori rendah. Ini dikarenakan mereka tidak pernah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa, merekan mendapatkan pengetahuan teknik membangun secara turun-temurun yang tidak memperhatikan kaidah konstruksi bangunan tahan gempa.
3. Pelaksanaan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa
Buruh bangunan yang sudah mengetahui dan melaksanakan teknik-teknik membangun untuk menghasilkan bangunan tahan gempa sebesar 43% yang termasuk kategori rendah. Hal ini dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai teknik-teknik pelaksanaan pembangunan untuk menghasilkan konstruksi bangunan tahan gempa.
4.Pengetahuan mengenai bahan bangunan Pengetahuan awal buruh bangunan mengenai bahan bangunan merupakan pengetahuan awal terbaik yang sudah dimiliki oleh mereka. Ada 48% peserta pelatihan yang sudah memiliki pengetahuan awal yang baik mengenai pemilihan bahan bangunan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa.
C. MISKONSEPSI TEKNIK MEMBANGUN Novak (1984) mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Suparno (1998 : 95) memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda dan hubungan hierarkis konsep-konsep yang tidak benar. Dari pengertian di atas miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima oleh para ilmuwan. Miskonsepsi didefinisikan sebagai konsepsi siswa yang tidak cocok dengan konsepsi para ilmuwan, hanya dapat diterima dalam kasus-kasus tertentu dan tidak berlaku untuk kasus-kasus lainnya serta tidak dapat
62
Nanang Dalil Herman
digeneralisasi. Konsepsi tersebut pada umumnya dibangun berdasarkan akal sehat (common sense) atau dibangun secara intuitif dalam upaya memberi makna terhadap dunia pengalaman mereka sehari-hari dan hanya merupakan eksplanasi pragmatis terhadap dunia realita. Miskonsepsi siswa mungkin pula diperoleh melalui proses pembelajaran pada jenjang pendidikan sebelumnya (Sadia, 1996:13). Penyebab dari resistennya sebuah miskonsepsi karena setiap orang membangun pengetahuan persis dengan pengalamannya. Sekali kita telah membangun pengetahuan, maka tidak mudah untuk memberi tahu bahwa hal tersebut salah dengan jalan hanya memberi tahu untuk mengubah miskonsepsi itu. Jadi cara untuk mengubah miskonsepsi adalah dengan jalan mengkonstruksi konsep baru yang lebih cocok untuk menjelaskan pengalaman kita (Bodner, 1986 : 14). Gambaran miskonsepsi mengenai teknik membangun sesuai kaidah konstruksi dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Konsep dasar bangunan tahan gempa Gambaran miskonsepsi buruh bangunan di Kecamatan Lunang Silaut mengenai konsep dasar bangunan tahan gempa secara rinci tertera pada Gambar 3. 90
% Miskonsepsi
80 70 60 50 40 30 20 10 0 KD-1 KD-2 KD-3 KD-4 KD-5 KD-6 KD-7 KD-8 KD-9 Series1 82
26
69
77
62
51
44
56
64
KD- KDKD 10 11 82
79
63
Gambar 3. Gambaran Miskonsepsi konsep dasar bangunan tahan gempa Miskonsepsi buruh bangunan mengenai konsep dasar bangunan tahan gempa sebesar 63%, artinya kesalahan-kesalahan membangun bangunan yang dilaksanakan oleh buruh bangunan masih cukup tinggi. Miskonsepsi terbesar yaitu sebesar 82% adalah mengenai bentuk disain
63
TERAS/X/1/Juli 2010
bangunan yang tahan terhadap gempa. Dalam membangun karena tidak disertai gambar, pemilik bangunan biasanya menyerahkan penuh pelaksanaan pembangunan kepada kepala tukang. Mereka biasanya membuat denah/bentuk bangunan sesuai dengan kondisi lahan yang ada tanpa banyak melakukan rekayasa, karena mereka tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai bentuk-bentuk bangunan.
2. Pengetahuan Bahan Bangunan Gambaran miskonsepsi buruh bangunan di Kecamatan Lunang Silaut mengenai bahan bangunan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa secara rinci tertera pada Gambar 4.
100
% Miskonsepsi
80 60 40 20 0 Series1
BB-1
BB-2
BB-3
BB-4
BB-5
BB-6
BB-7
BB-8
BB-9
BB
13
77
36
13
51
67
62
54
92
52
Gambar 4. Gambaran Miskonsepsi Pengetahuan Bahan Bangunan Miskonsepsi pengetahuan bahan bangunan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa sebesar 52%, hal ini lebih rendah dari pemahaman mengenai konsep dasar bangunan tahan gempa, tetapi miskonsepsi dalam pengetahuan bahan bangunan masih di atas 50%, artinya ini masih memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Pengetahuan bahan bangunan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan, karena merupakan salah satu komponen keberhasilan dalam pembangunan tahan gempa. Miskonsepsi terbesar dalam pengetahuan bahan bangunan adalah berkaitan ukuran baut untuk sambungan kuda-kuda yaitu 92%, hal ini terjadi karena buruh bangunan kurang memperhatikan ukuran baut dalam pelaksanaan pekerjaan juga mungkin disebabkan satuan yang berbeda antara lapangan dan teknis. Miskonsepsi terkecil sebesar 13% yaitu mengenai persyaratan batu bata yang baik. Hal ini dikarenakan mereka sudah memahami mengenai persyaratan batu bata yang baik. Ini juga menunjukkan bahwa buruh
64
Nanang Dalil Herman
bangunan mendapatkan pengetahuan mengenai teknik-teknik membangun dan bahan bangunan secara turun-temurun tanpa ada pelatihan khusus yang diberikan oleh instansi terkait untuk meningkatkan kompetensi mereka mengenai teknik membangun yang benar sesuai kaidah konstruksi.
3. Pelaksanaan Pekerjaan Gambaran miskonsepsi buruh bangunan di Kecamatan Lunang Silaut mengenai pengetahuan pelaksanaan pekerjaan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa secara rinci tertera pada Gambar 5. 90 80 % Miskonsepsi
70 60 50 40 30 20 10 0 Series1
PP-1
PP-2
PP-3
PP-4
PP-5
PP-6
PP-7
PP-8
PP-9
PP
28
67
49
15
69
74
79
69
59
57
Gambar 5. Gambaran Miskonsepsi Pelaksanaan Pekerjaan Miskonsepsi pengetahuan pelaksanaan pekerjaan sebesar 57%, ini menunjukkan masih terjadi salah konsep dalam hal pelaksanaan pekerjaan untuk menghasilkan bangunan tahan gempa. Miskonsepsi terbesar sebesar 79% adalah pengetahuan mengenai pekerjaan penyiraman dinding. Hal ini dikarenakan buruh bangunan jarang melaksanakan penyiraman dinding secara kontinu, padahal pekerjaan ini sangat penting supaya dapat memperkuat ikatan antara batu bata dengan spesi. Miskonsepsi terkecil adalah mengenai penggunaan lot. Sebagian besar dari mereka sudah terbiasa melaksanakan pekerjaan tersebut, hanya 15% saja yang masih mengalami miskonsepsi.
D. PENINGKATAN KOMPETENSI BURUH BANGUNAN Gambaran hasil pelatihan konstruksi bangunan tahan gempa di Kecamatan Lunang Silaut secara rinci tertera pada Gambar 6. Secara
65
TERAS/X/1/Juli 2010
umum hasil kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa sebesar 39%. Pengetahuan awal mereka sebelum kegiatan pelatihan sebesar 41% dan setelah mengikuti kegiatan pelatihan sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa. 120 100 Persentase
80 60 40 20 0
Pengetahuan Konsep Dasar BT G BT G
Bahan Bangunan
Pelaksanaan Pekerjaan
T otal
Pre-test
3
37
48
43
41
Pos-test
100
77
82
79
80
Gain
97
40
34
36
39
Gambar 6. Gambaran Umum Hasil Kegiatan Pelatihan Gambaran hasil penelitian untuk masing-masing indikator adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan mengenai istilah bangunan tahan gempa Sebelum mengikuti kegiatan pelatihan, dari 39 peserta pelatihan hanya 3% yang telah mengenal istilah bangunan tahan gempa, sedangkan setelah mengikuti pelatihan seluruh peserta (100%) telah mengenal istilah bangunan tahan gempa tersebut. Jadi kegiatan pelatihan telah memberikan dampak dalam meningkatkan pengetahuan buruh bangunan mengenai istilah bangunan tahan gempa. Pengetahuan mengenai istilah ini diharapkan akan mempengaruhi buruh bangunan dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan.
2. Konsep dasar bangunan tahan gampa
Buruh bangunan yang sudah mengetahui dan memahami konsep dasar bangunan tahan gempa sebelum kegiatan pelatihan sebesar 37% yang termasuk kategori rendah. Ini dikarenakan mereka tidak pernah mendapatkan pelatihan atau penyuluhan mengenai konstruksi bangunan
66
Nanang Dalil Herman
tahan gempa, merekan mendapatkan pengetahuan teknik membangun secara turun-temurun yang tidak memperhatikan kaidah konstruksi bangunan tahan gempa. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan pengetahuan dan pemahaman buruh bangunan mengenai konsep dasar bangunan tahan gempa mengalami peningkatan sebesar 40%, yaitu dari pengetahuan awal sebesar 37% menjadi 77%. 3. Pelaksanaan pekerjaan Buruh bangunan yang sudah mengetahui dan melaksanakan teknik-teknik membangun untuk menghasilkan bangunan tahan gempa sebelum kegiatan pelatihan sebesar 43% yang termasuk kategori rendah. Hal ini dikarenakan mereka belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai teknik-teknik pelaksanaan pembangunan untuk menghasilkan konstruksi bangunan tahan gempa. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan pengetahuan mereka meningkat menjadi 79%, artinya kegiatan pelatihan telah memberikan dampak sebesar 36% dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai teknik-teknik membangun untuk menghasilkan bangunan tahan gempa.
4. Pengetahuan mengenai bahan bangunan Pengetahuan awal buruh bangunan mengenai bahan bangunan sebelum kegiatan pelatihan sebesar 48% setelah kegiatan pelatihan pengetahuan mereka meningkat menjadi 82%. Artinya kegiatan pelatihan telah memberikan dampak sebesar 34% dalam meningkatkan pengetahuan mengenai bahan bangunan yang baik untuk menghasilkan bangunan tahan gempa.
E. KESIMPULAN
Hasil Uji Coba Model Pelatihan Tenaga Kerja Bangunan pada KTM Lunang Silaut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan awal buruh bangunan Secara umum pengetahuan awal buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa berada pada persentil 41%. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan mereka mengenai konstruksi bangunan tahan gempa masih tergolong rendah. Hal ini dimungkinkan karena karena tidak ada buruh bangunan yang pernah mendapatkan pendidikan khusus mengenai teknik bangunan, misalnya dari SMK/STM bangunan. Mereka memperoleh pengetahuan mengenai teknik/cara-cara membangunan secara turun-temurun. Posisi mereka biasanya meningkat secara bertahap, mula-mula mereka menjadi laden setelah beberapa tahun kemudian meningkat menjadi tukang dan selanjutnya menjadi kepala tukang.
67
TERAS/X/1/Juli 2010
2. Peningkatan kompetensi buruh bangunan
Secara umum hasil kegiatan pelatihan telah dapat meningkatkan pengetahuan buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa sebesar 39%. Pengetahuan awal mereka sebelum kegiatan pelatihan sebesar 41% dan setelah mengikuti kegiatan pelatihan sebesar 80%. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan telah memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman buruh bangunan mengenai konstruksi bangunan tahan gempa.
3. Efektivitas model pelatihan
Implementasi model pelatihan partisipatif berdasarkan hasil evaluasi terbukti efektif dalam peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan membangun sesuai kaidah konstruksi bangunan tahan gempa pada masyarakat transmigrasi kecamatan Lunang Silaut Propinsi Sumatera Barat. Tingkat efektivitas tergolong kategori sedang yaitu sebesar 66%.
DAFTAR PUSTAKA Barttle, Phil. (2003). Key Word C of Community Development, Empowerment, Participation. Tersedia : http://www.scn.org/ip/cds/cmp/key-c.htm. Boen, T. (2007). Tata Cara Pembangunan Rumah Sederhana Tahan Gempa. Jakarta : Word Seismic Safety Initiative (WWSI). Cook, J.B. (1994). Community Development Theory, Community Development Publication MP568, Dept. Of Community Development, University of Missouri-Columbia. Departemen Pekerjaan Umum. (1999). Perencanaan Bangunan Sederhana Tahan Gempa Modul C_4. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Hikmat, H. (2001). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama. Kindervatter, S. (1979) Nonformal Educations an Empowering Process, Massachusetts: Center for International Educational University of Massachusetts. KPP Mitigasi Bencana ITB. (2003). Program Kesiapan Sekolah Terhadap Bahaya Gempa Buku 1,2,dan 3. Jakarta : Ditjen Mandikdasmen Depdiknas. Mappa, S & Baseman, A. (1994) Teori Belajar Orang Dewasa, Jakarta:Ditjen Dikti Depdikbud. Nolker, H. (1983). Pendidikan Kejuruan : Pengajaran, Kurikulum, dan Perencanaan. Jakarta : Gramedia. Srinivasan, L. (1977). Perspektif on Nonformal Adult Learning: Functional Education for Individual, Community an National Development, New York: World Education. Todaro, MP. (2000). Economic Development in the Third Word. New York : Longman.
68