INDONESIA
design September 2010
BEDZED: BANGUNAN TANPA ENERGI FOSIL Oleh Tri Harso Karyono
”Go straight forward for about ten minutes; look to the left hand side, you will see some “funny buildings” over there. That’s BedZED!”. Itulah jawaban seorang lady di kafe tepi London Road, kawasan Bedington, Wallington, London Selatan, ketika saya tanya tentang lokasi BedZED. Warga sekitar BedZed menengarainya sebagai funny buildings. Beddington Zero (fossil) Energy Development yang popular dengan sebutan BedZED, merupakan sebuah kawasan perumahan dan kantor yang dirancang ‘bebas’ menggunakan energi fosil.
Tri Harso Karyono, 2010
BedZED: Arsitektur hunian, kantor dan komunitas umum warga di kawasan Bedington, London Road, London Selatan, dirancang dengan konsep Zero (fossil) Energy atau bangunan tanpa energi fosil
September 2008 Cathleen McGuigan menulis artikel di majalah Newsweek dengan judul sensasional ‘The Bad News About Green Architecture’. Namun ternyata isinya tidak seheboh judulnya. Dia hanya ingin mengatakan sebagian bangunan yang dirancang dengan konsep Hijau terlihat ‘ugly’ (janggal). BedZED yang dirancang dengan konsep ‘green’ masih beruntung disebut funny oleh sang lady penjaga kafe, bukannya ugly. Berbagai macam penghargaan diraih BedZED sejak dibangun tahun 2000 dan dihuni Maret 2002, di antaranya: Sustainable Design Awards, Housing Design Awards, World Habitat Awards, New Homes Awards, Energy Globe Award, Innovative Building Services Awards, UK Solar Awards, London Lifestyle Award, dan lainnya. Salah satu penghargaan yang penting adalah Housing Design Award for sustainability dari Royal Institute of British Architects (RIBA).
Gerakan merancang dan membangun bangunan yang minim menimbulkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan dan manusia muncul sangat kuat di negara-negara maju. Kekhawatiran terhadap pemanasan global serta perubahan iklim global yang tidak terkendali dan mengancam kehidupan manusia merupakan stimuli bagi para arsitek untuk turut membantu memecahkannya. BedZED merupakan satu di antara ribuan proyek yan dibangun dengan konsep ‘green’ yang diharapkan mampu mengurangi dampak negatif pembangunan fisik terhadap lingkungan dan bumi tempat manusia berpijak.
http://www.google.co.id/imglanding?q=bedzed&imgurl=http://yourdevelopment.org
Photovoltaic: Sebagian pasokan energi bangunan dan kawasan dibangkitkan dari sejumlah sel surya seluas 777 m2 yang diletakkan di atap bangunan.
BedZED dibangun di lahan yang tidak produktif. Pembangunan fasilitas ini diprakarsai oleh Konsultan Lingkungan BioRegional dan kantor arsitek ZEDfactory. Realisasi pembangunan dilaksanakan oleh Pengembang Kawasan Perumahan Peabody Trust. Dirancang oleh arsitek Inggris Bill Dunster dibantu Konsultan Lingkungan BioRegional, konsultan teknik Ove Arup dan sejumlah konsultan di berbagai bidang keilmuan, kompleks bangunan ini mengakomodasi 82 unit rumah bagi sekitar 220 orang penghuni, fasilitas umum warga seperti klinik kesehatan, penitipan anak, toko-kafe makanan organik, dan fasilitas olah raga indoor-outdoor, serta menyediakan sekitar 1600 m2 ruang kantor untuk sekitar 200 pekerja. Unit hunian bervariasi dari tipe tunggal, maissonette maupun town-house. Zero Fossil Energy BedZED dirancang sedemikian rupa hanya mengandalkan sumber energi terbarukan yang dibangkitkan di lokasi setempat tanpa penggunaan sumber energi minyak (fosil) sama sekali. Untuk itulah fasilitas ini dijuluki Beddington Zero (fosil) Energy Development (BedZED). Kebutuhan listrik dan pemanas ruang serta air panas diperoleh dari sel surya seluas 777 m2 yang diletakkan di bagian atap setiap bangunan, ditambah generator pembangkit energi berbahan bakar biomass atau sampah tumbuhan (gasifier).
Tri Harso Karyono, 2010
Funny buildings: Karena terlalu memprioritaskan hal yang bersifat teknis, estetika Arsitektur Hijau kadang terjebak menjadi aneh, oleh sebagian dinilai funny dan lainnya menganggapnya ugly.
Monitoring yang dilakukan tahun 2003 atau setahun setelah BedZED digunakan menunjukkan penggunaan energi pemanas sekitar 88% lebih rendah dari konsumsi energi pemanas bangunan setipe pada umumnya, energi untuk air panas 57% lebih rendah, konsumsi listrik 3 kWh/orang per hari (11% di antaranya diproduksi dari sel surya) atau 25% lebih rendah dari rata-rata konsumsi bangunan setipe di Inggris. Arsitektur Hijau BedZED merupakan blok-blok bangunan yang masing-masing terdiri dari tiga lantai yang dirancang dengan pendekatan ‘green architecture’. Bangunan diletakkan sedemikian rupa menghadap arah selatan-utara, di mana sisi selatan bangunan dibungkus dengan kaca tiga lapis (tripple glazing) untuk memaksimalkan masuknya panas matahari dan meminimalkan pelepasan panas ke luar bangunan. Bangunan ini dilengkapi sejumlah bukaan yang dapat dibuka-tutup terutama saat musim panas untuk menghalau udara panas jika diperlukan. Ruang kerja kantor ditempatkan di sisi selatan, sisi dominan datangnya sinar matahari, sehingga kebutuhan penerangan alami dan penghangatan ruang sekaligus teratasi. Di atas ruang kantor ini di tempatkan roof-garden, yang sekaligus merupakan halaman bagi setiap unit hunian. Penempatan roof-garden dengan lantai beton tebal ini selain membantu penghuni mendapatkan sinar matahari dari sisi selatan juga membantu mendinginkan ruang kantor di bawahnya saat musim panas. Penempatan baling-baling di atap yang mengandalkan gerakan mekanis angina di luar membantu pergerakan udara di dalam bangunan untuk menghalau udara panas keluar jika diperlukan, terutama saat musim panas. Sekitar 52% material yang digunakan merupakan material terbarukan atau daur ulang yang diambil dari tempat yang berjarak kurang dari 50 km untuk meminimalkan konsumsi energi transportasi.
http://www.google.co.id/imglanding?q=bedzed&imgurl=http://www.sd-commission.org.uk
Arsitektur Hijau: Arsitektur bangunan BedZED dirancang secara pasif: mengoptimalkan panas dan cahaya matahari, aliran udara alami, pengurangan panas saat Musim Panas, serta secara aktif dengan memanfaatkan photovoltaic dan sumber energi biomassa.
Dengan fasilitas yang ada, warga mengolah air kotor serta memanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari disesuaikan dengan kebutuhan serta syarat kesehatan, sehingga konsumsi air di kawasan ini sangat rendah dibanding konsumsi rata-rata warga Inggris. Dari parameter ekologi, jejak ekologi (ecological footprint) BedZED hanya mencapai 3,20 gha (globe hectares) jauh di bawah angka rata-rata jejak ekologi di Inggris yang mencapai 5,45 gha. Rendahnya angka jejak ekologi mengindikasikan turunnya angka eksploitasi sumber daya alam. Hal ini tercapai melalui rancangan arsitektur pasif hemat energi, penggunaan sumber energi terbarukan, minimalisasi penggunaan kendaraan pribadi, dan perilaku warga yang hemat energi serta konsumsi makanan organik. Transportasi Hemat Energi Penggunaan kendaraan bermotor sangat dibatasi dengan membatasi jumlah tempat parkir. Warga dituntut berjalan kaki, menggunakan sepeda atau transportasi umum untuk bepergian. Kawasan perumahan ini dilengkapi dengan fasilitas mobil listrik bersama, di mana setiap warga dapat menggunakannya. Fasilitas charger listrik mobil dengan sumber energi photovoltaic sebesar 109 kW-peak tersedia di lahan parkir, mampu mengisi kebutuhan energi 40 mobil listrik. Meskipun demikian, di luar kepentingan khusus, warga lebih memilih berjalan kaki, menggunakan sepeda, atau bis kota ketika bepergian. Perjalanan dengan kendaraan bermotor yang dilakukan warga diukur berdasar jarak tempuh turun 65% dibanding angka rata-rata di Inggris.
Tri Harso Karyono, 2010
Sepeda: Warga BedZED didorong menggunakan transportasi hemat energi. Berjalan kaki, bersepeda, menumpang bis sangat dominan. Tersedia pula mobil listrik-non fossil yang digunakan bersama. Listrik diisi di tempat parkir dengan sumber energi photovoltaic.
Perilaku Warga Laporan penelitian dari berbagai sumber memperlihatkan setelah beberapa tahun ditempati terjadinya peningkatan interaksi sosial di antara warga BedZED. Dari 70 orang responden, 84% menyatakan lingkungan sosial di BedZED lebih baik dari tempat tingal mereka sebelumnya, hanya satu orang yang menyatakan sebaliknya. Setiap warga secara rata-rata mengenal 20 nama tetangganya dan seorang responden bahkan mampu mengenali 150 nama tetangganya, suatu ukuran yang tinggi di negara dengan kultur individualisme yang kuat. Sekitar 86% warga mengkonsumsi makanan organik dan 39% memenuhi sebagian kebutuhan makanannya sendiri dari hasil tanaman yang ditanam di halaman atau di roof-garden. Penurunan penggunaan air hingga 58% atau hanya 72 liter/orang/hari (secara umum di Indonesia minimum 200 liter/orang/hari), sekitar 60% sampah berhasil didaur ulang. Demikian pula terjadi penurunan jejak ekologi (ecological footprint) rata-rata 11% setiap tahunnya, Relevansi BedZED di Indonesia Dengan konsep rancangan pasif dan aplikasi teknologi sederhana, unit hunian BedZED mampu mencapai tingkat kenyamanan termal yang baik, pencahayaan alami yang optimal, udara ruang yang segar serta konsumsi energi yang sangat rendah. Kehidupan manusia yang rendah emisi karbon tercapai di kawasan ini sebagai akibat dari penggunaan sumber energi non-fosil. Hingga saat ini BedZED dinilai sebagai satu contoh paling lengkap dari sebuah desain hunian yang sustainable di Inggris. Pembangunan perumahan di Indonesia yang pesat dewasa ini barangkali perlu mempertimbangkan konsep arsitektur bangunan semacam BedZED, meskipun masih diperlukan penyesuaian terhadap iklim tropis lembab. Pembangunan perumahan di Indonesia perlu memenuhi persyaratan kesehatan penghuni, perlu tingkat kenyamanan fisik terkait dengan kenyamanan ruang, kenyamanan termal, pencahayaan dan kenyamanan suara. Dalam rangka
pencapaian syarat sehat dan nyaman, bangunan perumahan harus hemat dalam pengurasan sumber daya alam, hemat energi, mengoptimalkan penggunaan sumber energi terbarukan, hemat air bersih, menggunakan material dengan kandungan energi rendah (low embodied energy), material terbarukan, material pakai ulang atau daur ulang. Tidak kalah pentingnya, pembangunan perumahan di Indonesia harus minim mengakibatkan dampak negatif terhadap alam, lingkungan dan manusia, minim menghasilkan limbah. Bagaimana kualitas hidup manusia ditingkatkan tanpa harus menguras sumber daya alam dan tanpa harus menimbulkan permasalahan lingkungan. Konsepsi arsitektur bangunan BedZED mencoba menjawab semua itu. Dan kita dapat belajar dari semua ini. ***
Tri Harso Karyono adalah Guru Besar Arsitektur dan Penulis Buku “Green Architecture: Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia”.