Beasiswa, Bukti Komitmen Kemendag dalam Meningkatkan Kualitas SDMnya
Juli 2013 - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyediakan Rp 52,6 Milyar untuk program beasiswa stafnya di tahun 2013, diluar bantuan beasiswa dari donor. Target yang disasar adalah 100 staf belajar di dalam dan luar negeri. Yamanah AC, SH, MH, Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian menyatakan bahwa ini merupakan bentuk komitmen nyata Kemendag untuk meningkatkan kualitas SDMnya agar dapat melayani masyarakat secara lebih baik. Program capacity building dirancang secara cermat karena Kemendag menyadari pentingnya peningkatan kompetensi profesional stafnya. “Tujuan program beasiswa ini jauh lebih besar sebenarnya yaitu agar dapat menghasilkan generasi muda yang berkualitas untuk memajukan negeri ini,” jelas Yamanah. Dari 100 target, 10 penerima beasiswa telah diperoleh dimana empat diantaranya didanai oleh Kemendag dan enam dari donor. Untuk 90 lainnya, Kemendag berencana memberikan sepuluh beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di School of Government and Public Policy (SGPP – Indonesia), 13 di Australia (S2 dan S3) dan 67 lainnya di Universitas Indonesia (UI) dan Institut Pertanian Bogor (IPB). Tahun 2012, Kemendag telah menyediakan beasiswa kepada 113 stafnya. Sementara untuk tahun 2014, Kemendag berkomitmen untuk tetap mempertahankan anggaran beasiswa minimal sama dengan tahun ini, walaupun anggaran pemerintah sendiri akan mengalami penurunan karena adanya pemilu. Program pemberian beasiswa kepada pegawai Kemendag ini juga didukung dengan bantuan donor asing seperti Australia dan Belanda. Menurut Yamanah, bantuan donor bagi program beasiswa ini sangat membantu. Bantuan ini bukan hanya dalam bentuk dukungan dana tapi juga bantuan teknis. Seperti yang dilakukan oleh Australian Development Scholarship dan New Zealand yang memberikan asistensi kepada pendaftar dalam mempersiapkan aplikasi mereka. Hal ini termasuk bagaimana mengisi formulir dengan benar, mempersiapkan diri untuk wawancara, pelatihan penulisan tesis, dan lainnya. Selain itu, Kemendag proaktif mencari mitra untuk mendanai beasiswa stafnya.
Beberapa waktu lalu, Sekjen Kemendag berhasil mendapatkan beasiswa bagi 14 staf Kemendag dari Nuffic Neso Belanda. Sekembali dari pendidikan, para penerima beasiswa dipersiapkan untuk menempati posisi – posisi yang sesuai dengan kompetensi mereka. “Tentunya mereka diharapkan berkontribusi besar untuk memperkuat Kemendag,” tegas Yamanah. Yamanah menilai, penerima beasiswa cenderung bekerja secara lebih mandiri, memiliki tekad yang kuat, wawasan yang luas, kreatif dan siap menjawab tantangan dalam pekerjaan. Hal ini membawa perubahan juga pada citra Kemendag sebagai kementerian terdepan, up-to-date dan memiliki staf yang kompeten. “Dulu kita sering malu kalau ditanya kerja dimana, tapi sekarang kita bangga sekali menyebutkan Kementerian Perdagangan sebagai tempat kerja kita,” ucap Yamanah sambil tersenyum lebar. Bagaimana kabar para penerima beasiswa Kemendag? Tim Komunikasi Reformasi Birokrasi mencoba menghubungi beberapa staf yang sedang melanjutkan pendidikan, akan berangkat dan sudah kembali dari studi di luar negeri. Berikut adalah petikan wawacara dengan mereka yang dilakukan oleh Beny Sofara (Pusat Humas), Tommy Irawan (Roganpeg) dan Adriasa Septama (Pushaka). Mengapa mereka tertarik mengejar beasiswa? “Untuk menunjang karir,” ujar Yusrian Roman Arubusman, staf Kemendag di Biro Organisasi dan Kepegawaian. Pipit Roesfitawati (Dit. Pengembangan Produk Ekspor) bahkan menyatakan, sebagai PNS, salah satu syarat untuk mengembangkan karir adalah dengan memiliki latar belakang pendidikan yang memadai atau setinggi mungkin. Kesempatan karir yang jauh lebih baik terbentang di Kemendag bila staf Pipit Roesfitawati (Dit. Pengembangan Produk Ekspor) yang telah kembali dari studi. “Saya memiliki gelar sekolah lanjutan selalu ingin belajar hal baru. Jika ada dari luar negeri, sebagaimana kesempatan, kenapa tidak?” jawabnya ketika disetujui oleh Aryo Pambudi (Dit. ditanya tentang rencananya untuk sekolah lagi
Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri), penerima beasiswa ADS yang sudah kembali bekerja di Kemendag. Selain itu, keinginan mengembangkan diri menjadi alasan kedua mereka. Pipit mengatakan, ia ingin menjadi lebih pintar dan memiliki kemampuan dalam menyelesaikan tantangan pekerjaan. M. Aji Septiawan (Pusat Harmonisasi Kebijakan Perdagangan), penerima beasiswa ADS tahun 2012 dan belum berangkat, memiliki keinginan yang lebih khusus, “Saya berharap, setelah menyelesaikan program S2 Master of International Trade and Economic Relation, saya dapat memberikan kontribusi terhadap proses penguatan kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia dan proses negosiasi perdagangan dengan negara mitra dagang.” Tentu, ada harapan khusus ketika mereka menyelesaikan studi dan kembali bekerja di Kemendag. Dinda Pasinringi, staf Pusat Humas yang tengah berada di Australia berharap, ketika nanti ia kembali bekerja, jalur karirnya di Kemendag akan lebih fokus dan ia dapat bekerja sesuai dengan kompetensi yang dia miliki. Aryo berharap untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik dan dapat melaksanakan tugas – tugas yang membutuhkan tanggungjawab lebih dibandingkan yang sekarang. Pipit menyampaikan harapannya agar peluang Dinda Pasinringi, staf Pusat Humas, penerima beasiswa mengembangkan karir menjadi lebih terbuka Kemendag yang tengah dengan persaingan sehat dan dapat menuntut ilmu di Australia mengaplikasikan ilmu yang didapat sebaik mungkin. “Karena saya mengambil bidang Ilmu Komunikasi, maka harapannya bisa menyusun strategi pendekatan kepada stakeholders secara lebih efektif. Salah satunya pada saat kementerian akan menerbitkan suatu kebijakan baru dimana umumnya terdapat pro dan kontra dari berbagai pihak. Peran Pusat Humas adalah untuk mengakomodir semua pendapat yang masuk untuk kemudian direspon secara tepat dan akurat yang bertujuan untuk mendukung implementasi dari kebijakan dimaksud. Saya juga berharap bisa menyusun program kerja yang strategis untuk mempromosikan produk-produk
Indonesia,” jelas Pipit. Saat ini, Pipit mengaku belum sepenuhnya bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat karena unit kerjanya lebih ke bidang promosi ekspor daripada kehumasan. Apa saja tantangan yang mereka hadapi selama studi di luar negeri? Ternyata cukup banyak. Aryo menyebut merubah pola pikir dan membiasakan diri untuk berpikir secara kritis dan tidak segan – segan bertanya merupakan salah satu tantangannya. Demikian pula cara menyampaikan pendapat dan bertanya. “Saya yakin, banyak penerima beasiswa yang sejak kecil mengenyam pola pendidikan di tanah air, akan kesulitan untuk menuangkan ide dan mendeskripsikan pendapatnya agar dapat diterima dengan mudah oleh orang – orang di luar negeri, khususnya budaya barat,” jelas Aryo. Pipit menyetujui bahwa perbedaan sistem pendidikan luar negeri dan Indonesia menjadi tantangan besar. Menjadi mahasiswa di Australia, baginya adalah mendedikasikan 80% waktunya untuk sekolah karena banyaknya tugas yang diberikan. “Beda dengan ketika saya kuliah di Indonesia,” ujarnya, “Kita harus bisa mengatur waktu supaya semua tugas bisa selesai dengan baik dan dikumpulkan tepat waktu.” Aryo Pambudi (Dit. Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri), penerima beasiswa ADS yang telah kembali ke tanah air. “Selain untuk jenjang karir yang lebih baik, studi di luar negeri penting bagi pengembangan diri dan dapat menigkatkan daya saing diri kita untuk menghadapi kompetisi yang semakin ketat.”
Bagi Yusrian, aspek komunikasi (termasuk memahami aksen lokal), kompetisi antar mahasiswa dan bergelut dengan mata kuliah yang sama sekali baru menjadi tantangannya. Sementara itu bagi Dinda, mengubah ritme kerja menjadi ritme belajar menjadi tantangan tersendiri dan ia harus memacu diri untuk semakin banyak membaca, melakukan riset dan menulis tugas. “Kangen juga dengan keluarga dan teman – teman di Indonesia,” ucap Dinda. Lantas, apakah beasiswa yang diterima sudah sesuai dengan harapan mereka?
Aryo senang dengan pilihannya karena ia merasakan manfaat studi yang digelutinya baik dalam mendukung pekerjaannya maupun dalam menjalankan kehidupan, bahkan mendidik anaknya. “Keterbukaan, disiplin dan kejujuran sangat penting dan dijunjung tinggi oleh budaya barat sehingga saya nyaman dan berusaha merefleksikannya dalam kehidupan berkeluarga dan keseharian saya,” ujar Aryo. Dinda – yang saat ini sedang studi Public policy - juga mengaku senang dengan pilihannya. Yusrian menyampaikan masukan terkait dengan pelaksanaan program beasiswa di Kemendag. Menurutnya, program beasiswa yang diselenggarakan oleh Kemendag bagus untuk menunjang jenjang karir dan meningkatkan kualitas SDM. Ia mengusulkan dilakukannya sebuah survei untuk mengetahui kesesuaian antara jenjang pendidikan dan karir staf. Survei ini memungkinkan Kemendag untuk mengetahui tingkat keberhasilan program beasiswa yang sudah dilaksanakan dan dengan demikian, Kemendag bisa memprediksi tingkat keberhasilan untuk program beasiswa selanjutnya. Apa saja tips mereka sehingga berhasil memperoleh beasiswa? “Saya mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk memahami ilmu yang akan saya ambil dan harus mampu memaparkan rencana kerja saya ketika saya selesai studi,” jelas Aryo. Dinda menambahkan, kita harus tahu, ke universitas mana kita bisa mendaftar. “Cari informasi, seperti apa program dan kuliahnya, apakah sesuai dengan pekerjaan kita di Kemendag. Pastikan dokumen-dokumen persyaratan administrasi disiapkan secara baik. Latihlah wawancara terutama untuk pertanyaan seputar motivasi mendapatkan beasiswa, ekspektasi dari program yang dipilih dan rencana kerja usai studi yang bermanfaat bagi institusi kita,” Dinda berbagi tipsnya. Pipit mengingatkan pentingnya melatih berbahasa inggris aktif, membaca dokumen-dokumen
M. Aji Septiawan, staf Pushaka, penerima beasiswa ADS tahun 2012 yang akan berangkat studi. “Saya ingin lebih menguasai dasar dari pembuatan kebijakan terutama di bidang perdagangan luar negeri.”
berbahasa inggris, menonton atau mendengar berita berbahasa inggris untuk melatih listening. Tips lain adalah jangan sungkan untuk mencari informasi dari penerima beasiswa sebelumnya. Dengan demikian, kita bisa belajar dari pengalaman mereka.