: : : : : : : : : : : : : : : :
Redaksi Majalah Basmala 2012 & 2013 Asep Bagus Juniarso Nurul Qomariah Hanny Homy Nahomy Muhammad Salim Tahir Shela Fitriani Kaizha Betviani Putri Cahaya Mentari Aisyah Aziz Sentosa, Helvira Sabriana, Isma Amaliah, Rahmat Bagus Saputra, Agnes Anastasia Putri. Silvya Oktavia Rafida Ulfa, Mohammad Alldy Rosa, Wahyu Sri Lestari. Muhammad Umar Abdul Aziz. Gerry Filiestianto, Nur Islami Tandjung, Sri Riski Amalia. Muhammad Ivan Fadhilah
: Kampus Kuningan Kawasan Rasuna Epicentrum, Jl. H.R.Rasuna Said Kav. C-22, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. :
[email protected] : Basmala Universitas Bakrie
BASMALA
MAJALAH BASMALA UNIVERSITAS BAKRIE Edisi 4. Desember 2016
SALAM REDAKSI
POTRET Kaum Muslimin Sedang Sujud Ke Arah Kabah
BERITA 4 Faktor Penyelenggaraan Haji 2016 Sukses
LIPUTAN UTAMA Kemenag: Biaya Visa Buat Jamaah Haji Pertama Jadi Prioritas OPINI Haji Bukanlah Gelar
TATA CARA PELAKSANAAN IBADAH HAJI
Edisi 4. Desember 2016
TANYA BASMALA Apa Penjelasan dari Perbedaan Hukum Sunnah dan Bid’ah?
SUNNAH Tata cara shalat jenazah
KABAR Rihlah Pengurus Basmala 2016-2017
SASTRA
Edisi 4. Desember 2016
Assalamu’alaikum … Readers Basmala Universitas Bakrie Dengan segala Puji syukur kita panjatkan kehadapan Allah Azza Wa Jalla yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan majalah Basmala edisi ke 4 Universitas Bakrie ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota redaksi yang telah bekerja keras dalam upaya mensukseskan pembuatan majalah ini. Adapun beberapa kekurangan dan kesalahan dari penulisan majalah mungkin masih banyak terlihat. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan kami dan menjadikannya lebih baik kedepan. Ahlan wa sahlan Readers Basmala Universitas Bakrie Majalah Basmala Universitas Bakrie kali ini, dalam penerbitan edisi ke 4 kami mencoba mengulas sedikit tentang “Tamu-Tamu Allah“. Semoga dengan selesainya majalah ini kita bisa lebih diri lagi untuk menjadi tamu-tamu Allah yang sebaik-baiknya, dalam hal apapun. Baik ketika hendak bertamu kerumah Allah di mesjid dan yang lainnya. Terutama di tanah air kita tercinta Indonesia sebagai negara yang memiliki mayoritas muslim terbanyak di dunia dan semoga kedepannya akan terus bertambah dalam penambahan slot untuk jama’ah yang akan menunaikan ibadah haji setiap tahunnya yang akan melaksanakan rukun Islam yang ke 5 dalam Islam dan agar semua umat muslim bisa menjadi tamu-tamu Allah yang sebaik-baiknya. Aamiin Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabaraktuh… SALAM TIM.REDAKSI
Edisi 4. Desember 2016
Edisi 4. Desember 2016
MENTERI AGAMA LUKMAN HAKIM SAIFUDIN BERSYUKUR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 2016 BERLANGSUNG TANPA HAMBATAN YANG BERARTI. LUKMAN MENILAI SUKSESNYA PELAKSANAAN HAJI KARENA TERLAKSANANYA EMPAT FAKTOR.
Edisi 4. Desember 2016
Pertama, kata Lukman, adanya komitmen tinggi dari tim Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) dalam memberikan pelayanan, perlindungan, dan bimbingan kepada jemaah haji. Bahkan demi tugas, banyak di antara mereka rela tidak turut serta menunaikan rukun Islam kelima tersebut. "Selain itu kepatuhan dan ketaatan jemaah haji dalam mengikuti peraturan dan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Sehingga ini memperlancar proses ibadah haji," ujar Menteri Lukman saat jumpa pers di Jeddah, Jumat (16/9/2016) waktu Arab Saudi. Edisi 4. Desember 2016
Tak hanya itu, kesuksesan penyelenggaraan haji juga tak lepas dari dukungan semua pihak. Selain Kementerian Agama sebagai penanggung jawab pelaksanaan haji, juga ada Kementerian Kesehatan serta lembaga dan instansi dari Tanah Air lainnya yang mendukung. "Semuanya memiliki cara dan niat yang sama untuk mewujudkan kesuksesan penyelenggaraan haji ini," dia menegaskan
Namun yang tak kalah penting, lanjut politikus PPP itu ialah dukungan dari pemerintah Arab Saudi. "Dengan begitu, secara keseluruhan penyelenggaraan haji tahun ini berlangsung lancar," ucap Menteri Lukman.
“secara keseluruhan penyelenggaraan haji tahun ini berlangsung lancar” Edisi 4. Desember 2016
sumber: news.liputan6.com
Kemenag: Biaya Visa Buat Jamaah Haji Pertama Jadi Prioritas Biasa visa sebesar 2.000 rial yang disyaratkan Arab Saudi atas mereka yang berhaji atau berumrah, bukan untuk pertama kali dinilai membawa hikmah. Dengan begitu, mereka yang baru pertama kali berhaji ke sana, jadi prioritas.
Edisi 4. Desember 2016
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil menilai, biaya visa 2.000 rial ini ada hikmahnya agar memprioritaskan mereka yang belum pernah berhaji. "Karena haji kan wajibnya sekali. Kalau mau haji lagi, berarti jamaah yang punya uang banyak. Tidak masalah lah kalau ditarik biaya visa," kata dia di selasela rapat kerja kuasa pengguna anggaran Kemenag 2016, Kamis (27/10).
Hal itu, kata dia, akan memberi kesempatan mereka yang belum berhaji. Apalagi, jamaah haji Indonesia terbesar jumlahnya, dimana 98 persennya baru pertama kali berhaji, hanya dua persen yang haji berulang. Menurutnya, lama antrean haji Indonesia sendiri variatif, di Sulawesi sudah sampai lebih dari 30 tahun. Itu, kata dia, masih lebih pendek dari antrean haji Malaysia yang mencapai 65 tahun karena kuota mereka 23 ribu. Menyinggung soal apakah kuota haji Indonesia sudah normal, Djamil mengatakan, belum ada kabar dari Saudi. "Kepastiannya baru akan ke luar pada awal 2017 nanti," ujar dia.
Edisi 4. Desember 2016
Djamil mengatakan, biaya visa umrah dan haji untuk yang kedua kali dan seterusnya, merupakan kebijakan hasil sidang kabinet Saudi pada 18 Agustus 2016 lalu. Keputusannya adalah setiap orang yang masuk ke Saudi akan dikenakan biaya visa 2.000 rial sebagai tarif dasar. Tapi, hal ini dikecualikan bagi mereka yang baru pertama kali berhaji atau berumrah. "Tentu yang seperti ini direspons beragam. Ada yang merasa keberatan karena ke sana mau ibadah. Tentu Kemenag punya kepedulian untuk mendengar aspirasi masyarakat," tutur Djamil.
Tapi, Indonesia tidak seperti negara lain yang menolak karena nanti masyarakat yang rugi tidak bisa berangkat umrah. Kemenag melakukan upaya agar bisa dikecualikan. “jamaah haji Indonesia terbesar jumlahnya, dimana 98 persennya baru pertama kali berhaji, hanya dua persen yang haji berulang.” Edisi 4. Desember 2016
sumber: republika.co.id
Haji Bukanlah Gelar Haji adalah rukun Islam yang ke-5 yang merupakan ibadah wajib kepada Allah SWT, sama halnya dengan ibadah wajib lainnya seperti ibadah sholat, puasa dan zakat. Bedanya, ibadah haji diwajibkan kepada 'yang mampu' melaksanakannya dan minimal 1 kali seumur hidup. Permasalahannya ialah mengapa ibadah haji oleh sebagian besar orang Indonesia dijadikan gelar? Padahal ibadah Haji bukanlah 'sekolahan'.
“Permasalahannya ialah mengapa ibadah haji oleh sebagian besar orang Indonesia dijadikan gelar? “ Sangat disayangkan jika niat ibadah haji seseorang disebabkan hanya karena gelar dan ingin dipanggil ‘Haji’. Bukan semata-mata karena ingin menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT. Allah sangat membenci orang-orang yang menyekutukan-Nya dan sangat membenci orang-orang yang 'riya', yang tidak akan diterima amal ibadahnya. Sia-sialah semua biaya yang besar, waktu, tenaga dan pikiran yang sudah dihabiskan.
Edisi 4. Desember 2016
Orang-orang yang mengejar gelar Haji biasanya akan bangga dengan gelar Haji yg disandangnya, seolaholah menandakan ia telah lebih hebat ibadahnya dan menganggap dirinya lebih alim dari orang lain. Dan seakan-akan gelar Haji telah me-register, dia adalah orang suci. Padahal haji bukanlah 'pembeda kasta'. Ada yang beralasan, tidak apa kita memanggil orang-orang yang sudah menunaikan ibadah haji dengan sebutan 'Haji'. Untuk menghargai apa yang telah mereka usahakan, yang telah mengorbankan uang dan waktu yang banyak juga tenaga dan pikirannya. Padahal, bukanlah manusia yang menghargai amal ibadah seseorang melainkan Allah SWT. Mabrur tidaknya haji seseorang dan diterima atau tidaknya haji seseorang, hanya Allah-lah yang tau. Jangan sampai kita membuat seseorang yang niatnya tulus suci hanya karena Allah untuk menunaikan ibadah Haji jadi terbesit perasaan riya’ di hatinya. Edisi 4. Desember 2016
"Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka mendapat azab yang pedih." (QS 3 Ali Imron: 188). Subhanallah, astaghfirullah.. Untuk kedepannya, marilah kita sama-sama merubah 'Gelar Haji' ini menjadi 'Haji bukanlah Gelar'. Dengan cara, tidak lagi memanggil orang yang baru menunaikan ibadah haji dan orang yang baru kita kenal yang telah menunaikan ibadah haji dengan sebutan 'Haji'. Panggillah ia dengan panggilannya yang biasanya dan panggilan yang pantas untuknya.
Untuk orang yang sudah terlanjur kita panggil Haji, biarlah begitu. Memang susah untuk merubahnya, apalagi orang tersebut belum mendapatkan pemahaman tentang Haji itu sebenarnya. Kecuali orang itu sendiri yang memintanya untuk tidak dipanggil Haji lagi.
Edisi 4. Desember 2016
“Untuk orang yang sudah terlanjur kita panggil Haji, biarlah begitu. Memang susah untuk merubahnya,”
Insya Allah, untuk dua generasi mendatang 'gelar Haji' akan sirna dari muka bumi Indonesia. Dan insya Allah orang-orang Indonesia niat ibadah haji-nya akan bersih yang semata-mata memang karena kewajibannya kepada Allah SWT. Dan insya Allah kuota haji untuk Indonesia tidak akan terbuang sia-sia lagi. Marilah kita merubahnya dari diri kita sendiri dan keluarga kita terlebih dahulu. Semoga kita tidak menjadi bagian dari orang-orang yang sesat dan menyesatkan. Aamiin yaa robbal'alamin. Sumber: facebook.com/MenggapaiRindhoNya/posts/488608811190572 Edisi 4. Desember 2016
Seperti yang diketahui bahwa pelaksaan amalan ibadah haji dimulai sejak tanggal 8 Dzulhijjah, dengan rincian sebagai berikut: Tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah) 1.
2.
Jamaah haji melakukan ihram untuk ibadah haji, dimulai dengan mandi, memakai wewangian, serta mengenakan pakaian ihram sambil mengucapkan,” Labbaika allahumma hajjan, labbaika allahumma labbaik, labbaika la syarika laka labbaika, innal hamda wan nikmata laka wal mulku la syarika laka Berangkat menuju Mina. Para jamaah berada di Mina sampai matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Edisi 4. Desember 2016
Tanggal 9 Dzulhijjah(hari Arafah) 1.
2.
3.
Jamaah haji berangkat menuju Arafah setelah matahari terbit sambil melafazhkan Talbiyah.Kemudian jamah disunahkan singgah di Namirah. Namirah merupakan tempat yang terletak dekat perbatasan arafah. Kemudian mendirikan sholat zhuhur dan ashar dengan cara qashar dan jamak taqdim. Disunahkan untuk memperbanyak do’a dengan khusyu’ kepada Allah. Dan do’a yang paling baik yang aku ucapkan dan para Nabi sebelumku ; La ilaha illallah wahdahu la syarikalah, lahulmulku wa lahulhamdu wa huwa ala kulli syaiin qadiir, (Tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dialah pemiliki kekuasaan dan segala pujian dan ia berkuasa atas segala sesuatu.). Setelah matahari terbenam, para jamaah haji berangkat dari arafah menuju Muzdalifah dan tidak boleh keluar dari arafah sebelum matahari terbenam.Karena kalau tidak, maka ia wajib membayar denda (dam) satu ekor kambing, sepertujuh unta atau sepertujuh sapi.
Edisi 4. Desember 2016
Tanggal 10 Dzulhijjah (Hari ‘eid) 1. 2. 3.
4.
Para jamaah melaksanakan sholat fajar di Muzdalifah dilanjutkan dzikir dan Doa Dari muzdalifah menuju mina sebelum terbit matahari. Apabila sudah sampai di mina, maka diwajibkan mengerjakan hari ‘eid yaitu melempar jamratul ‘aqabah, mencukur atau memotong rambut, thawaf dan sa’i antara shafa dan marwah. Disunnahkan tertib dalam melaksanakan ibadah pada hari ‘eid. Diperbolehkan mendahulukan salah satu rangkaian tertib ibadah pada hari ’eid tersebut karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamtelah memberi keringanan. Apabila bercukur terlebih dahulu baru kemudian melempar maka hajinya sah, demikian juga dengan menyembelih terlebih dahulu baru melempar. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah ditanya tentang mendahulukan atau mengakhirkan rangkaian ibadah pada hari ‘id, namun beliau shallallahu ‘alaihi wasallam“kerjakanlah, tidak ada kesulitan pada ibadah-ibadah yang dilakukan pada hari itu”
Edisi 4. Desember 2016
Siang dan malam tanggal 11 Dzulhijjah: Diwajibkan bermalam di mina pada malam 11 dzulhijah, sementara pada siang harinya setelah tergelincir matahari, para jama’ah haji melempar di tiga jamarat. setiap jumrah terdiri dari tujuh kali lemparan. Cara Melempar Jumrah Dimulai dari jumratul ula: Melempar dengan tujuh kali lemparan secara berturut-turut, sambil bertakbir setiap melempar satu batu kerikil,Lemparan harus mengenai lubang, kemudia agak bergerak maju sedikit dan berdo’a sambil mengangakat tangan. Kemudian jumratul wustha : melempar sebagaimana yang dilakukan pada jumrah ula, dan berdo’a setelahnya sambil mengangkat tangan Kemudian jumratul ‘aqabah : melempar dengan tujuh kali lemparan, dan tidak disunnahkan setelahnya berdo’a
Edisi 4. Desember 2016
Tanggal 12 Dzulhijjah dan malamnya: diwajibkan bagi jamaah haji untuk bermalam di mina pada malam 12 dzulhijjah. Apabila matahari telah tergelincir, maka para jamaah melakukan pelemparan jamarat seperti hari ke 11. Apabila ada jamaah yang ingin buruburu, maka ia melempar dan keluar dari mina sebelum matahari terbenam. Jika matahari terbenam dan ia tetap di mina , bermalam dan melempar jamarat pada hari ke 13 , maka itu lebih baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,“barang siapa yang ingin mempercepat (meninggalkan mina) setelah dua hari, maka tidak ada dosa baginya dan barang siapa mengakhirkannya tidak ada dosa (pula) baginya..“. (Al-Baqarah: 203). Yang dimaksud dengan dua hari pada ayat tersebut adalah dua hari tasyriq yaitu tanggal 11 dan 12 dzulhijjah, atau menunda hingga menyempurnakan hingga hari ke 13.
Edisi 4. Desember 2016
Tanggal 13 Dzulhijjah dan malamnya: Setelah matahari tergelincir, kembali melempar jamarat seperti hari-hari sebelumnya, hingga selesai waktu melempar pada waktu terbenam matahari pada hari ke 13 Menunda Melempar Jamarat Diperbolehkan bagi jama’ah haji untuk menunda melempar jamarat satu hari setelah tanggal 11, atau menundanya hingga hari akhir dari har-hari tasyriq yaitu hari ke 13, karena semua hari tasyriq adalah waktu melempar jumrah Cara melempar bagi yang menundanya Ia harus melempar jamarat untuk hari pertama kemudian balik lagi ke jumrah sughra melempar hari kedua demikian seterusnya, pada saat matahari tergelincir. Tawaf Wada’ Apabila seseorang ingin berangkat keluar kota mekah, maka wajib baginya untuk melakukan tawaf wada’, ia termasuk kewajiban haji, tidak sa’i setelahnya. Kewajiban tawaf wada’ gugur bagi wanita haidh dan nifas. Menunda Tawaf Ifadhah dan Melakukannya di Tawaf Wada’ Dibolehkan menunda tawaf ifadhah dan melakukannya di tawaf wada’, namun hal demikian menyelisihi sunnah, hukumnya sah dengan syarat ia berniat tawaf ifadhah dan melakukan sa’i setelahnya. Hikmah di Balik Disyari’atkannya Tawaf Rahasia dibalik perintah tawaf, sa’i dan melempar jamarat adalah dalam rangka dzikir kepada Allah.
Edisi 4. Desember 2016
Sumber: Reporter Umar
Apa Penjelasan dan Perbedaan dari
hukum Sunnah dan Bid’ah? “Segala Puji hanya Milik Allah, Shalawat beserta Salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman” Pertanyaan mengenai hukum sunnah dan bid’ah sudah sering kita dengar sebelumnya. Tapi sampai sekarang masih banyak saudara-saudara kita yang masih bingung dalam memahaminya. Sobat Majalah Basmala, kali ini mari kita mengulas kembali mengenai penjelasan dan perbedaan Hukum sunnah dan bid’ah berikut ini…
Edisi 4. Desember 2016
Apa sebenarnya makna
padahal bila ternyata
Sunnah……..????????
hal
Hati
–
hati
mengatakan
dalam segala
sesuatu adalah sunnah, banyak hal baru dalam agama
orang
ini
dan
tidak
bukan
(nama)ku yang (sama
sunnah maka akan bisa
sekali) tidak pernah aku
menyesatkan dan kita
ucapkan, maka
bisa celaka karena ada
hendaklah ia
hadits
yang
mengatakan :
mengambil tempat duduknya di neraka”.
Dari Abu Hurairah, ia
(Hadits shahih
paham, maka kadang
berkata. Telah bersabda
dikeluarkan oleh Ibnu
kita temukan ada orang
Rasulullah SAW,
Majah (No. 34) dan
yang
yang
bagi
tersebut
perkataan atas
mengatakan
itu
adalah amalan sunnah,
“Barangsiapa yang membuat-buat
Imam Ahmad bin Hambal (2/321))
Untuk itu sangat penting bagi kita mengetahui apa itu sunnah. Menurut para ahli ushul fiqih, sunnah adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Salallahu Alaihi Wassalam berupa ucapan, perbuatan, atau persetujuan. Dalam pandangan ulama ushul ini, adalah salah satu sumber dari berbagai sumber syariat. Oleh karena itu, ia bergandengan dengan Al-Qur’an. Misalnya, ada redaksi ulama yang mengatakan tentang hukum sesuatu: masalah ini telah ditetapkan hukumnya oleh Al-Qur’an dan sunnah.
Edisi 4. Desember 2016
Sementara, para ahli hadits menambah definisi lain tentang sunnah. Mereka mengatakan bahwa sunnah adalah apa yang dinisbatkan kepada Nabi saw, berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, atau deskripsi– baik fisik maupun akhlak–atau juga sirah (biografi Rasulullah Salallahu Alaihi Wa ssalam). Ada pula yang menyimpulkan makna sunnah sebagai berikut: Makna Sunnah secara syar’i berbeda beda tergantung disiplin ilmunya. a.
Dalam Ilmu Aqidah: Sunnah adalah apa yang ada diatasnya Rosulullah
Shallallahu alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rosyidain serta para Salafus Sholih berupa Itiqod (keyakinan) sebelum munculnya bidah bidah serta penyimpangan penyimpangan. b.
Menurut Ahli Ushul: Sunnah adalah apa yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam selain Quran berupa perkataan, perbuatan dan penetapan.
c.
Menurut Ulama Hadits: Sunnah bermakna Hadits, yaitu apa yang berasal dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dari perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, ataupun siroh.
d.
Menurut Fuqoha: Sunnah adalah apa yang dikerjakan mendapat pahala dan bila ditinggalkan tidak mendapat apa apa.
e.
Sunnah digunakan sebagai lawan dari kata bidah.
f.
Sunnah juga digunakan sebagai lawan dari syiah. Edisi 4. Desember 2016
Apa sebenarnya makna Bid’ah……..? Bid’ah menurut bahasa, diambil dari bida’ yaitu mengadakan sesuatu tanpa ada contoh. Sebelumnya Allah berfirman : ُض ُِ اوا َ بَ ِديعُ ال َّس َم ِ ت َو أاْلَرأ
“Allah pencipta langit dan bumi” [Al-Baqarah/2 : 117] Artinya adalah Allah yang mengadakannya tanpa ada contoh sebelumnya. Dan perbuatan bid’ah itu ada dua bagian : 1.
Perbuatan bid’ah dalam adat istiadat (kebiasaan)
;
seperti
adanya
penemuan-penemuan baru dibidang IPTEK (juga termasuk didalamnya penyingkapan-penyingkapan
ilmu
dengan berbagai macam-macamnya). Ini adalah mubah (diperbolehkan) ; karena asal dari semua adat istiadat (kebiasaan) adalah mubah. 2.
Perbuatan bid’ah di dalam Ad-Dien (Islam) hukumnya haram, karena yang ada dalam dien itu adalah tauqifi (tidak bisa dirubah-rubah)
Edisi 4. Desember 2016
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Artinya : Barangsiapa yang mengadakan hal yang baru (berbuat yang baru) di dalam urusan kami ini yang bukan dari urusan tersebut, maka perbuatannya di tolak (tidak diterima)”. Dan di dalam riwayat lain disebutkan : “Artinya : Barangsiapa yang berbuat suatu amalan yang bukan didasarkan urusan kami, maka perbuatannya di tolak”. Bid’ah Dalam Ad-Dien (Islam) Ada Dua Macam 1.
Bid’ah qauliyah ‘itiqadiyah : Bid’ah perkataan yang keluar dari keyakinan, seperti ucapan-ucapan orang Jahmiyah, Mu’tazilah, dan Rafidhah serta semua firqah-firqah
(kelompok-kelompok)
yang
sesat
sekaligus keyakinan-keyakinan mereka. 2.
Bid’ah fil ibadah : Bid’ah dalam ibadah : seperti beribadah kepada Allah dengan apa yang tidak disyari’atkan oleh Allah : dan bid’ah dalam ibadah ini ada beberapa bagian yaitu : a) Bid’ah yang berhubungan dengan pokok-pokok ibadah : yaitu mengadakan suatu ibadah yang tidak ada dasarnya dalam syari’at Allah Ta’ala, seperti
mengerjakan
shalat
yang
tidak
disyari’atkan, shiyam yang tidak disyari’atkan, atau mengadakan hari-hari besar yang tidak disyariatkan seperti pesta ulang tahun, kelahiran dan lain sebagainya. Edisi 4. Desember 2016
b)
Bid’ah yang bentuknya
menambah-nambah ibadah
yang
seperti
menambah
terhadap
disyariatkan, rakaat
kelima pada shalat Dhuhur atau shalat Ashar.
c)
Bid’ah yang terdapat pada sifat pelaksanaan ibadah. Yaitu
menunaikan ibadah yang sifatnya tidak disyari’atkan seperti membaca dzikir-dzikir yang disyariatkan dengan cara berjama’ah dan suara yang keras. Juga seperti membebani diri (memberatkan diri) dalam ibadah sampai keluar dari batas-batas sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam d)
Bid’ah
yang
bentuknya
menghususkan
suatu
ibadah
yang
disari’atkan, tapi tidak dikhususkan oleh syari’at yang ada. Seperti menghususkan hari dan malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan Sya’ban) untuk shiyam dan qiyamullail. Memang pada dasarnya shiyam dan qiyamullail itu di syari’atkan, akan tetapi pengkhususannya dengan pembatasan waktu memerlukan suatu dalil.
Edisi 4. Desember 2016
HUKUM BID’AH DALAM AD-DIEN : Segala bentuk bid’ah dalam
Ad-Dien hukumnya adalah haram
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam
dan sesat, sebagaimana sabda Rasulullah
Shallallahu
‘alaihi wa sallam
ُأس َعلَ أي ُِه أَ أمرنَا فَهُ َُو َرد َُ الا لَي ُ ل َع َم َُ ن َع ِم َُم أ
“Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka
ٍَُل محأُ َدثٍَُ بِ أدع ٍَُ َوك َّلُ ُبِ أدع َُّ ور فَإ ِ َّنُ ك ُِ ت اْلم ُِ َومحأ َدثَا ٍَُضالَل َ
perbuatannya tertolak”.
“Janganlah
sekalian
bahwa segala yang diada-adakan dalam
urusan-urusan
Ad-Dien (Islam) adalah bid’ah, dan setiap
kamu
mengada-adakan
yang baru, karena sesungguhnya mengadakan
hal
yang
baru
adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat”. [Hadits Riwayat Abu Daud, dan At-Tirmidzi ;
hadits hasan shahih].
Edisi 4. Desember 2016
Maka
hadits
tersebut
menunjukkan
bid’ah adalah sesat dan tertolak. Artinya bahwa bid’ah di dalam ibadah dan aqidah itu hukumnya haram. Tetapi pengharaman tersebut tergantung pada bentuk bid’ahnya, ada diantaranya yang menyebabkan kafir (kekufuran), seperti thawaf mengelilingi kuburan untuk mendekatkan diri kepada ahli kubur, mempersembahkan sembelihan dan nadzar-nadzar kepada kuburankuburan itu, berdo’a kepada ahli kubur dan minta pertolongan kepada mereka, dan seterusnya. Begitu juga bid’ah seperti bid’ahnya perkataan-perkataan orangorang yang melampui batas dari golongan Jahmiyah dan Mu’tazilah.
Ada juga bid’ah yang merupakan
Karena
sarana menuju kesyirikan, seperti
‘alaihi wa sallam telah menghukumi
membangun
atas
semua bentuk bid’ah itu adalah sesat
kubur, shalat berdo’a disisinya. Ada
; dan orang ini (yang membagi
juga bid’ah yang merupakan fasiq
bid’ah)
secara aqidah sebagaimana halnya
bid’ah itu sesat, tapi ada bid’ah yang
bid’ah
baik !
bangunan
Khawarij,
di
Qadariyah
dan
Rasulullah
mengatakan
Shallallahu
tidak
setiap
Murji’ah dalam perkataan-perkataan
Al-Hafidz
mereka dan keyakinan Al-Qur’an
dalam
dan As-Sunnah. Dan ada juga bid’ah
mengenai sabda Rasulullah Shallallahu
yang merupakan maksiat seperti
‘alaihi wa sallam : “Setiap bid’ah adalah
bid’ahnya
sesat”, merupakan (perkataan yang
orang
yang
beribadah
Ibnu
Rajab
kitabnya
mengatakan
“Syarh
yang keluar dari batas-batas sunnah
mencakup
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sesuatupun yang keluar dari kalimat
sallam dan shiyam yang dengan
tersebut dan itu merupakan dasar dari
berdiri
di
terik
matahari,
juga
memotong tempat sperma dengan tujuan menghentikan syahwat jima’ (bersetubuh).
keseluruhan)
Arba’in”
tidak
ada
dasar Ad-Dien, yang senada dengan sabdanya : “Artinya : Barangsiapa
mengadakan hal baru yang bukan dari urusan ditolak”.
kami,
maka
Jadi
setiap
perbuatannya orang
yang
Catatan : Orang yang membagi
mengada-ada
bid’ah menjadi bid’ah hasanah (baik)
menisbahkannya
dan bid’ah syayyiah (jelek) adalah
padahal tidak ada dasarnya dalam Ad-
salah
sabda
Dien sebagai rujukannya, maka orang
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
itu sesat, dan Islam berlepas diri
dan
menyelesihi
sallam : “Artinya : Sesungguhnya
setiap bentuk bid’ah adalah sesat”. Edisi 4. Desember 2016
sesuatu kepada
kemudian Ad-Dien,
darinya ; baik pada masalah-masalah aqidah,
perbuatan
atau
perkataan-
perkataan, baik lahir maupun batin.
Dan mereka itu tidak mempunyai dalil atas apa yang mereka katakan bahwa bid’ah itu ada yang baik, kecuali perkataan sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu pada shalat Tarawih : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, juga mereka berkata : “Sesungguhnya telah ada hal-hal baru (pada Islam ini)”, yang tidak
diingkari oleh ulama salaf, seperti mengumpulkan Al-Qur’an menjadi satu kitab, juga penulisan hadits dan penyusunannya”. Dan pengumpulan Al-Qur’an dalam satu kitab, ada rujukannya dalam syariat karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan penulisan Al-Qur’an, tapi penulisannya masih terpisah-pisah, maka dikumpulkan oleh para sahabat Radhiyallahu anhum pada satu mushaf (menjadi satu mushaf) untuk menjaga keutuhannya Juga
shalat
Tarawih,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam
pernah
shalat
secara berjama’ah bersama para
sahabat
beberapa
malam, lalu pada akhirnya tidak
bersama
mereka
(sahabat) khawatir kalau dijadikan sebagai satu kewajiban dan para sahabat terus sahalat
Tarawih
secara
berkelompok-kelompok
di
masa
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup juga setelah wafat beliau sampai sahabat Umar Radhiyallahu ‘anhu menjadikan mereka satu jama’ah di belakang satu imam. Sebagaimana mereka dahulu di belakang (shalat) seorang dan hal ini bukan merupakan bid’ah dalam Ad-Dien.
Edisi 4. Desember 2016
Begitu juga halnya penulisan hadits itu ada
rujukannya
dalam
syariat.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
memerintahkan
untuk
menulis
sebagian hadits-hadist kepada sebagian sahabat karena ada permintaan kepada beliau dan yang dikhawatirkan pada penulisan
hadits
masa
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara umum
adalah
ditakutkan
tercampur
dengan penulisan Al-Qur’an. Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah wafat, hilanglah kekhawatiran tersebut; sebab Al-Qur’an sudah sempurna dan telah disesuaikan sebelum wafat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka
setelah
itu
kaum
muslimin
mengumpulkan
hadits-hadits
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai usaha untuk menjaga agar supaya tidak hilang ;semoga Allah Ta’ala memberi balasan yang baik kepada mereka semua, karena mereka telah menjaga kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar tidak kehilangan dan tidak rancu akibat ulah perbuatan orang-orang yang
selalu tidak bertanggung jawab. [Disalin dari buku Al-Wala & Al-Bara Tentang Siapa Yang harus Dicintai & Harus Dimusuhi oleh Orang Islam, oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, terbitan At-Tibyan Solo, hal 47-55, penerjemah Endang Saefuddin.] Edisi 4. Desember 2016
Tata Cara Shalat Jenazah Oleh: Syekh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan
1. Melakukan takbiratul ihram (takbir pertama).
2. Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz َ لل ِ ِم َُن ال َّشأُي (ن ال َّر ِج أي ُِم ُِ َطا ُ ) َأع ّْ أوذُ بِا dan membaca basmalah.
3. Diikuti dengan bacaan Al-Fatihah. 4. Melakukan takbir kedua dan diikuti dengan ucapan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semisal shalawat yang dibaca pada tasyahud akhir dalam shalat fardhu. 5. Melakukan takbir ketiga dan mendoakan si mayit dengan doadoa yang terdapat dalam haditshadits yang shahih.
Edisi 4. Desember 2016
6. Selepas berdoa kemudian melakukan takbir terakhir (takbir keempat), berhenti sejenak, lalu salam ke arah kanan dengan satu kali salam.
Sumber : muslimah.or.id/4864-tatacara-shalat-jenazahmenyalatkan-mayit.html ar.islamway.net/fatwa/7086/ ٍكيفي-الصالة-على-الميت
Rihlah (bahasa Arab: الرحلة, arti literal "Perjalanan“) adalah istilah dalam bahasa arab untuk praktek menempuh perjalanan panjang bahkan hingga ke luar negeri, dengan makna khusus yaitu sebuah petualangan
Menjelang Berangkat
Rihlah Perdana Pengurus Basmala 2016-2017
Tiba di Kebun Raya Bogor
Edisi 4. Desember 2016
untuk mencari dan mengumpulkan hadis atau menuntut ilmu agama, juga makna secara umum untuk perjalanan dalam rangka penelitian atau melancong. yap, begitulah definisi rihlah dari wikipedia hehe...
Sedikit cerita, waktu itu kami rihlah menuju ke Kebun Raya Bogor, disana pemandangannya bagus, pokoknya sip. kami berangkat sekitar jam 9 pagi menggunakan kereta, Yaaaa.. walaupun perjanannya yang lumayan jauh, hal itu sebandinglah dengan apa yang kami dapat pada Rihlah Pengurus Basmala akhir tahun 2016 ini, mulai dari bermain games yang diadakan oleh badan pengurus inti basmala dan sesi berbagi cerita serta evaluasi mengenai kepengurusan basmala, pokoknya cukup bermanfaat deh...
Edisi 4. Desember 2016
SAJADAH RINDU by : Poetra
Sumber: cetmas.com Edisi 4. Desember 2016