Basis Data Spasial Sistem Jaringan Transportasi Jalan untuk Analisis dan Perencanaan Transportasi (Studi Kasus: Jaringan Jalan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Nindyo Cahyo Kresnanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Janabadra Jl. Tentara Rakyat Mataram 57 - Yogyakarta Telp: (0274) 543676., Fax: (0274) 543676 Email:
[email protected] No Anggota HPJI: B-20461
Data sistem jaringan transportasi (jaringan, simpul-simpul, dsb) merupakan data yang sangat komplek terutama menyangkut masalah multi-moda, melintasi beberapa batas administrasi wilayah, dan setiap stakeholder mempunyai sudut pandang terhadap atribut sistem yang berbeda tergantung kepentingan masing-masing. Karena data ini merupakan data dasar yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, maka rancangan basis datanya harus dibangun untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan yang tersebut. Data utama sistem jaringan transportasi adalah berupa data jaringan jalan dan simpul-simpul transportasi yang memiliki referensi spasial tertentu (entitas). Selain bereferensi spasial, data jaringan dan simpul ini terkait juga dengan data-data non-spasial yang melekat pada entitas tersebut. Untuk mengakomodasi masalah tersebut, Sistem informasi Geografis (SIG) merupakan salah satu perangkat yang dapat digunakan. Sehingga yang menjadi permasalahan utama adalah bagaimana membangun sebuah basis data spasial untuk keperluan sistem jaringan transportasi yang dapat mewadahi semua keperluan stakeholder yang terkait dengan data tersebut (multi-purpose). Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem pengelolaan data yang terorganisir dewasa ini semakin berkembang pesat. Dan ini telah terbukti di beberapa instansi yang menggunakan SIG sebagai salah suatu sistem pengumpulan dan penggabungan data secara terorganisir dan terpadu. Data spasial yang dibangun akan diterjemahkan ke dalam layer-layer peta digital. Setiap layer mempunyai karateristik spesifik tentang sebuah kelompok obyek (entitas). Untuk keperluan pengelolaan jaringan jalan secara umum dibuat 5 (lima) buah layer standar yaitu: layer untuk jaringan jalan, wilayah administrasi, zona, simpul transportasi, dan tata guna lahan. Akhirnya, rancangan basis data spasial dalam studi ini diharapkan dapat digunakan untuk keperluan analisis dan perencanaan yang terkait dengan sistem jaringan transportasi jalan. Kata kunci: Sistem Informasi Geografis, Basis Data Spasial, Jaringan Jalan
1. Pendahuluan Permasalahan transportasi terutama jaringan jalan semakin hari semakin kompleks. Penambahan jumlah demand tanpa penambahan supply (berupa prasarana jaringan jalan) yang cukup akan berakibat masalah yang serius seperti kemacetan. Saat ini, kinerja supply berupa prasarana jaringan jalan belum optimal dikarenakan beberapa hal seperti kondisi yang rusak, pengurangan kapasitas akibat hambatan samping, dsb. Untuk itu diperlukan pengelolaan supply dengan baik. Selain sisi fisik, pengelolaan juga harus didukung dengan data-data yang akurat berupa data karakteristik jaringan jalan yang ada. Sehingga prasarana jalan tersebut dapat dipantau dengan baik. Keberadaan data yang mutakhir juga merupakan dasar utama untuk melakukan analisis-analisis dan perencanaan yang baik. Sehingga perlu sebuah model data untuk keperluan transportasi yang sangat komplek karena ada banyak variasi penggunaan data transportasi (untuk analisis, perencanaan, dan manajemen). Sepeti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perhubungan nomor 14 tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalulintas: untuk keperluan pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di jalan diselenggarakan sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas terdiri dari: a. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas nasional; b. Sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas provinsi; c. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kabupaten; dan d. sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas kota.
Sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas meliputi: a. subsistem informasi jaringan jalan dan perlengkapannya; b. subsistem informasi lalu lintas. Sistem informasi manajemen dan rekayasa lalu lintas harus disusun sedemikian rupa sehingga saling terintegrasi dan dimungkinkan dapat diakses oleh pihak ketiga. Sistem Informasi adalah merupakan kombinasi dari kegiatan-kegiatan kerja, manusia, informasi dan teknologi informasi yang dikoordinasikan untuk mewujudkan tujuan dalam suatu organisasi (Alter 1992). Kegiatan-kegiatan kerja yang dimaksud adalah metode-metode yang digunakan manusia dan teknologi dalam melaksanakan pekerjaan dimana manusia adalah yang melaksanakan proses dan menggunakan data dan informasi (data dalam bentuk dan isi yang digunakan sesuai dengan keperluan dapat berupa data terformat, teks, citra atau suara). Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti analisis dan perencanaan. Karena data transportasi terutama jaringan jalan adalah merupakan data spasial (data bereferensi geografis) maka sistem informasi yang baik digunakan untuk pengelolaannya adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG adalah sebuah sistem informasi yang mempunyai acuan lokasi/tempat sebagai data spasialnya dari obyek-obyek yang berada dipermukaan bumi. Atau dengan kata lain SIG adalah suatu rangkaian kegiatan meliputi pengumpulan, penataan, pengolahan, penganalisaan dan penyajian data-data yang ada atau terdapat dalam ruang muka bumi tertentu. Jadi dapat dikatakan bahwa SIG ini berperan pada pembentukan basis data dan sistem pengelolaannya (Suharto 1989). Dalam makalah ini dicoba dibahas mengenai pengembangan basis data spasial sistem jaringan jalan yang dapat digunakan untuk keperluan analisis dan perencanaan transportasi.
2. Alur Penyusunan Sistem Informasi Jaringan Jalan Pengembangan penyusunan sistem informasi jaringan jalan ini memiliki tujuan dalam penyusunan pedoman dan program pembinaan jaringan jalan. Dalam pelaksanaannya terdapat tiga informasi yang dapat dikembangkan di dalam sistem ini. Pertama adalah pemetaan lokasi, kedua adalah kondisi prasarana dan yang ketiga adalah peralatan pendukung yang dimiliki. Pada gambar 1 diperlihatkan alur pikir penyusunan sistem informasi ini. Pemetaan Lokasi Prasarana Jalan
Peta Wilayah dan Jaringan Jalan
Kondisi Prasarana Jalan
SISTEM INFORMASI PRASARANA JALAN
Pedoman dan Program Pembinaan Jalan
Fasilitas Pendukung Prasarana Jalan
Gambar 1 Alur Penyusunan Sistem Informasi
3. Tinjauan Perancangan Basis Data 2.1. Pengertian Basis Data Basis data dapat diartikan sebagai kumpulan data tentang suatu benda atau kejadian yang saling berhubungan satu sama lain. Sedangkan data adalah fakta yang mewakili suatu obyek seperti manusia, peristiwa, konsep dan lain-lain. Data dicatat atau direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, gambar dan bunyi, atau kombinasinya.
2.2. Model Pengorganisasian Basis Data Pengelolaan data dalam SIG memerlukan pemahaman yang baik mengenai konsep-konsep Sistem Manajemen Basis Data (SMBD). SMBD merupakan kumpulan program yang berguna untuk membuat dan mengelola basis data. Basis data mengimplikasikan adanya pengertian keterpisahan antara penyimpanan fisik data yang digunakan dengan program-program aplikasi yang mengaksesnya untuk mencegah saling ketergantungan antara data dengan programprogram yang mengaksesnya. Basis data memungkinkan editing dan updating data tanpa mempengaruhi komponenkomponen lainnya di dalam sistem yang bersangkutan. Rancangan basis data relasional dapat dilakukan dengan acuan perancangan basis data relasional yang secara umum dapat mengikuti alur perancangan sepaerti telah dikemukakan diatas. Namun dengan model data yang telah dikhususkan ini tahapan ini dapat dijabarkan secara ringkas sebagai Tahap Eksternal, Tahap Konseptual dan Tahap Internal.
a. Tahap Eksternal. Seperti perancangan basis data lain tahap ini pada dasarnya tahap ini adalah mengumpulkan data dan informasi dari pihak user, manajemen sehingga dapat ditentukan tujuan pengembangan dan perancangan basis data (gambar 2). Identifikasi User Views
Wawancara
Studi
Data
Gambar 2 Tahap Eksternal b. Tahap Konseptual. Dalam tahap ini harus dibuat model konseptual yang dapat merepresentasikam “dunia nyata” sebaik mungkin. Dengan model ini aplikasi-aplikasi basis data dapat dimodelkan tanpa harus tergantung pada model data tertentu. Modell Konseptual menyediakan mekanisme yang memungkinkan perubahan struktur basis data dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan lingkungan yang sedang dimodelkkan, kebutuhan pengguna dan requirements yang aktual. Salah satu model yang dapat dipakai sebagai alat representasi model konseptual adalah model Entity Relationship. Model ini merupakan alat untuk menganalisa unsur-unsur semantik dari suatu aplikasi yang tidak tergantung pada peristiwa-peristiwa yang terjadi. Pendekatan ini mencakup notasi-notasi yang menggamparkan entity atribut beserta relasi-relasinya. Dalam tahap ini dilakukan identifikasi semua entity yang terlibat dalam permasalahan (enterprise) yang kemudian dapat didefinisikan mana yang sangat relevan (dibutuhkan ) dan yang tidak. Selanjutnya atribut ini dapat dikelompokan dalam: Key, Single Valued, Multi Valued , Derived dan Composite dengan karakternya masing-masing (gambar 3).
DATA File-file Data
Mengorganisasikan Data
Membuat E-R Diagram Secara Terpadu
Menyusun Enterprise Rule
Menentukan Key
Menentukan E-R Diagram
Membuat Tabel Skeleton
Model Konseptual
Gambar 3 Tahap Konseptual Dalam tahap ini juga berdasarkani informasi yang didapat pada tahap eksternal, maka akan dapat ditentukan semua rules (enterprise rule) yang berlaku pada enterprise yang bersangkutan. Rules ini akan sangat berperan dalam menentukan relasi-relasi antar entity yang terdapat dalam model konseptual, yang pada akhirnya akan menentukan table-tabel basis datanya pada saat implementasi. Secara sederhana, Tahap Konseptual terdiri dari 2 tahap kegiatan, yaitu: a. Model konseptual, mulai dari mengorganisasikan data, memilih, mengelompokan, menyederhanakan, menetapkan enterprise rule dan membuat Entity Relationship (E-R) diagram.
b. Model logikal, mulai membuat E-R data secara terpadu, menetapkan key dan membuat tabel skeleton jalan secara terstuktur. c. Tahap Internal: yaitu tahap dimana data prasarana transportasi jalan dalam tabel yang sudah terstruktur diimplementasikan ke dalam perangkat lunak dengan bantuan komputer. Kemudian, dilakukan uji coba dan dilakukan evaluasi serta analisis. Gambaran umum tahap internal tersebut dapat dilihat pada gambar 4. Langkah-langkah detail dalam tahap internal adalah: Konversi Model Entity Relationship ke Basis Data Relasional. Pekerjaan pertama dalam tahap internal ini adalah melakukan konversi model ER sebagai bentuk utama representasi model konseptual ke dalam bentuk model data yang saling mempunyai hubungan yang kita sebut sebagai basis data relasional. Basis data relasional dapat dianggap sebagai kumpulan table-tabel yang terkait satu sama lain, dan tabel dapat merepresentasikan relasi. Atribut dapat dianggap sebagai kolom (field). Setiap entity pada model er dikonversikan sebagai sebuah table data relasional. Relasi banyak ke banyak antara entity akan mengahasilkan sebuah table baru yaitu table interseksi. Semua tabel akan diberi nama yang bersifat deskriptif, dengan nama entity sebagai nama tabel yang bersangkutan. Pendefinisian Primary Key. Tabel-tabel dalam basis data digunakan untuk merepresentasikan enterprise (dapat dianggap sebagai beberapa “hal” yang merupakan bagian dari dunia nyata). Untuk setiap tabel relational harus mereperesentasikan satu hal atau tema saja. Setiap tabel terduadu dari kolom dan baris (field dan record) dan data pada setiap recordnya harus bersifat unik. Maka untuk menjamin sifat unik setiap record harus ditentukan dan dibuat primary key yang berfungsi sebagai pengenal/identifier. Primary key pada tabel selain tabel interseksi berasal dari atribut key yang dimiliki oleh setiap entity pada model Entity Relationship. Atribut ini primary key, tidak boleh kosong (null value) dan harus bersifat unik. Pendefinisian Foreign Key. Tabel-tabel yang telah memiliki primary key di atas masih belum lengkap dan tidak menyatakan relasi-relasi logika yang terdapat antara tabel-tabelnya. Untuk itu diperlukan foreign key sebagai penghubung antar tabel.
Normalisasi tahap Pertama. Tabel-tabel hasil konversi dari model ER ke basis data relasional belum teruji secara logika yang berarti pula efektifitas, efisiensi dan logika keterhubungan antar tabel-tabel belum teruji. Untuk itu diperlukan mormalisasi secara bertahap. Normalisasi tahap pertama mensyaratkan bahwa semua atribut yang terlibat harus dapat dibagi lagi menjadi atribut-atribut yang lebih kecil. Dengan demikian setiap atribut yang dapat dikelompokan sebagai atribut multi valued dan composite harus dihilangkan. Dalam hal ini harus diperhatikan dalam penafsiran ketentuan ini dengan tepat apakah suatu atribut ternasuk multi valued, composit atau tidak. Hal ini akan bergantung pada tujuan beserta query yang harus dijawabnya.
Normalisasi tahap kedua. Normalisasi tahap ini mensyaratkan semua atribut memenuhi bentuk normal dari normalisasi pertama dan semua atribut-atribut bukan kunci hanya tergantung pada atribut kunci. Normalisasi tahap ketiga. Normalisasi tahap ketiag mensyaratkan bahwa semua atribut tabel yang termasuk bentuk normalisasi kedua harus bebas dari ketergantungan transitif. Apabila dilihat selintas, tampaknya kerap kali tabel-tabel ini ini sudah bebas dari ketergantungan transitif. Tetapi kalau diamati lebih jauh maka akan nampak kemungkinan-kemungkinan itu. Secara umum dengan bentuk normal ketiga ini sudah mencukupi untuk hampir semua kondisi. Implementasi Tabel-tabel. Setelah perancangan logika selesai maka perancangan “fisik” dapat segera dilakukan. Perancangan fisik ini pada dasarnya merupakan pekerjaan implementasi hasil rancangan logika basis data ke dalam suatu perangkat lunak basis data relasional yang sering disebut sebagi perangkat lunak RDBMS (Relational Data Base Management System). Dengan demikian pertama harus ditentukan perangkat DBMS yang digunakan dan selanjutnya implementasi basis data fisik kedalam DBMS. Harus diperhatikan bahwa pemilihan perangkat lunak DBMS ini akan memberikan pengaruh yang cukup luas pada mekanisme pembuatan / implementasi basis data ini. Implementasi Relasi antar Tabel Basis Data. Setelah semua tabel diimplementasikan ke dalam tabel fisik di atas DBMS, setiap relasi antar tabel-tabelnya juga segera diimplementasikan dengan menghubungkan setiap primary key setiap tabel dengan setiap foreign key yang terletak pada table-tabel lain. Hasil pendefinisian relasi secara fisik antar table basis data akan memberikan representasi grafis yang dapat menguji relasi-relasi yang terdapat didalam model Entity Relationship model konseptualnya. Implementasi Integritas Umum Basis data. Pada dasarnya bersamaan dengan proses implementasi relasi-relasi antar tabel basis data secara fisisk implementasi integritas basis data secara fisisk juga dapat seger adilakukan. Model basis data relasional menentukan dua aturabn integritas umum yang sering dirujuk sebagai aturan umum karena pengaruhnya terhadap basis data adalah Integritas Entity dan Integrates Referential (rujukan) Implementasi Integritas Khusus Basis Data. Semua batasan integritas yang tidak termasuk kedalam integritas entity dan integritas referential dapat dianggap sebagai aturan / rules khusus basis data atau Bussines Rules. Tipe
aturan ini tidak selalu sama untuk setiap basis data dan berasal dari aturan-aturan kerja yang dimodelkan oleh setiap basis datanya. Meskipun demikian tipe integritas khusus ini sama pentingnya dengan integritas umum dimuka. Tanpa memberlakukan spesifikasi dan bussines rule banyak data yang “buruk” atau tidak layak pakai akan masuk ke dalam basis data dan akhirnya meyebabkan terjadinya fenomena umum garbage in, garbage out (masuk sampah, keluar sampah). Model Konseptual
Software dan Hardware
Sistem Manajemen Basis Data
Model Implementasi
UJI
ANALISIS
SELESAI
Gambar 4 Tahap Internal
2.3. Komponen Perangkat Lunak (Software) Adapun komponen perangkat lunak yang diperlukan, minimum mempunyai 4 buah subsistem, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Subsistem pemasukan dan pengkodean data. Subsistem penyimpanan, pengambilan dan pengolahan data. Subsistem manipulasi dan analisis data. Subsistem penyajian data.
2.4. Komponen Organisasi Pengelola Penggunaan database hanya akan sangat efektif apabila ditempatkan pada konteks organisasi yang sangat sesuai. Proses merancang organisasi dan ketata laksanaan bukan hanya memiliki atau membeli satu sistem, tetapi bagaimana menciptakan koordinasi agar sistem berjalan secara fungsional, sehingga mampu mencukupi kebutuhan para pemakai. Penggunaan database hendaknya dikaitkan dengan upaya agar pemilikan sistem dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh para pemakai.
4. Sistem Informasi Geografis (SIG) Jaringan Jalan 3.1.
Sekilas Tentang Perangkat Lunak Yang Digunakan
Penggunaan Sistem informasi Geografis sebagai suatu sistem pengelolaan data yang terorganisir dewasa ini semakin berkembang pesat. Dan ini telah terbukti di beberapa instansi yang menggunakan Sistem Informasi Geografis sebagai salah suatu sistem pengumpulan dan penggabungan data secara terorganisir dan terpadu. Environment System Research Institute, Inc. (ESRI) sebagai salah satu pengembang perangkat lunak dalam bidang Sistem Informasi geografis yang sudah dikenal dan mempunyai relasi tersebar di dunia semakin meningkatkan kemampuan perangkat lunaknya untuk pengolahan Sistem Informasi geografis. Diantara software yang terus dikembangkan ESRI adalah ArcGIS. Kehadiran ArcGIS sebagai pendukung dalam tampilan Sistem Informasi Geografis dirasakan memberi kemudahan-kemudahan, antara lain dapat menampilkan data spasial dan database (basis data) sehingga mempercepat/mempermudah dalam memperoleh informasi suatu daerah dari data tersebut. Beberapa manfaat penggunaan program ArcGIS adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Menampilkan data format ArcInfo Memperlihatkan Basis Data Relasional dalam bentuk tabulasi. Mengimport data tabular dan menggabungkannya pada sebuah data dalam Arcview Mencari atribut dari beberapa feature. Mengelompokkan feature dengan simbol yang berbeda menurut atributnya.
6. 7.
Keluaran sebuah peta pada printer atau plotter. Mengeksport data ke dalam format ASCII untuk dapat digunakan dalam aplikasilain.
3.2.
Pengolahan Data Tabular (Atributte)
Data hasil survai lapangan selanjutnya dimasukkan untuk mengisi tabel-tabel entity yang telah dibuat sesuai dengan nilai data yang diperoleh dan yang memenuhi kriteria. Sebelum proses input data, perlu dibuat field yang sesuai dengan jenis datanya. Dengan Arcview, semua kenampakan hasil pada peta/data survey dimasukkan ke dalam data digital. Data yang berupa foto formatnya diubah menjadi digital dengan cara scanning. Peralatan yang digunakan adalah scanner dengan perangkat lunak Corel Photopaint. Prosedur yang dilakukan dalam tahapan ini aalah sebagai berikut: 1. 2.
Media diletakkan pada scanner dan diatur pada area aktif. Perangkat lunak Corel Photopaint dijalankan, dipilih menu perintah Acquire Image, pada source ditentukan scanner yang tersedia. Pada tampilan monitor muncul image dari media yang terpasang, kemudian dibuat boundary mask yaitu area yang akan tersimpan sebagai file. Penyimpanan file memperhatikan jenis yang diterima oleh PC Arcview, dalam hal ini adalah JPEG (Joint Photographic Experts Group) karena pertimbangan kemampuan kompresi yang baik. Data hasil scanning dari foto obyek yang dilakukan bersamaan, dilakukan cropping untuk memisahkan satu dengan lainnya. Editing dilakukan untuk memperjelas data hasil scanning dengan mengatur brightness, contrast, intensity.
3. 4. 5. 6.
Data yang berupa data tabuler diketik secara manual dalam bentuk tabel-tabel dan disimpan dalam format dBase IV (.dbf). Pemodelan data atribut menggunakan model data relational, dimana untuk menghubungkan antar tabel digunakan operasi gabungan (joint table). Pemasukan data tabuler dimulai dengan pembuatan diagram ER (Entity Relationship) yaitu dengan menentukan derajat hubungan antar data dan partisipasinya. Informasi keluaran dari hasil database ini berupa peta dalam bentuk digital yang sudah dilengkapi dengan simbol-simbol kartografi dan keterangan tepi peta sesuai dengan prinsip penyajian peta dan dilengkapi dengan data atribut yang masih terkait dengan data spasialnya. Untuk data jalan informasi yang ada meliputi
Nomor Ruas Jalan Titik Pangkal Titik Ujung Nama Ruas jalan Status Jalan Panjang dan Lebar jalan Kondisi Jenis Jalan Klas Jalan Kilometer awal dan akhir Status Administrasi
3.3.
Pengolahan Data Spasial (Grafis)
Pemasukan data terdiri dari pemasukan data grafis dan data tekstual. Pemasukan data dilakukan untuk mengkonversi data analog menjadi data digital, sehingga dapat diproses oleh komputer. Dari sisi pengolahan data grafis akan terdiri dari: a.
Digitasi
Data peta yang digunakan berupa Peta Rupa Bumi skala 1:25.000 yang masih berbentuk raster. Untuk dapat diolah dengan komputer, maka data yang masih berbentuk raster tersebut dikonversi ke dalam bentuk vektor. Konversi format data ini menggunakan perangkat lunak AutoCADMap dengan metode on screen. Tahap-tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut: Menyiapkan peta administrasi kabupaten yang ada di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai peta dasar untuk digitasi Memanggil peta dan menempatkannya pada daerah kerja. Membuat layer-layer peta untuk setiap theme peta, dengan cara memilih menu Format dan submenu Layer. Manajemen layer ini sangat penting untuk membedakan setiap coverage dari peta. Pada saat digitasi peta, layer yang didigitasi harus dihidupkan dengan menekan tombol current.
Memulai digitasi dengan cara menelusuri/tracing obyek grafis peta berdasarkan layernya. Obyek grafis dibentuk dengan menggunakan perintah Polyline atau Pline. Caranya adalah dengan menempatkan kursor benang silang tepat pada awal obyek, kemudian obyek grafis ditelusuri seteliti mungkin dan untuk mengakhirinya tekan tombol enter. b.
Editing, Transformasi Koordinat dan Pembangunan Topologi.
Proses editing, transformasi koordinat dan pembangunan topologi dilakukan di perangkat lunak Arc/Info. Proses editing dilakukan, agar kesalahan-kesalahan yang terjadi karena digitasi yang melebihi node tujuan (overshoot) dan yang tidak sampai pada node tujuan (undershoot) dapat dihilangkan. Setelah kesalahan-kesalahan yang berupa undershoot dan overshoot dihilangkan, proses selanjutnya adalah transformasi koordinat. Proses ini bertujuan untuk mentransformasi posisi koordinat peta hasil digitasi, ke dalam posisi koordinat bumi. Pembangunan topologi bertujuan untuk membuat hubungan spasial di antara feature. Perintah yang digunakan adalah CLEAN dan BUILD diikuti nama layer dan jenis layer yang akan dibangun topologinya. Selain membuat hubungan spasial di antara feature, pembangunan topologi berfungsi untuk membuat koreksi-koreksi sederhana seperti undershoot, overshoot, pembuatan node untuk arc yang berpotongan dan pembuatan tabel atribut feature. c.
Eksport ke Format ESRI
Penyusunan basis data dalam pekerjaan database jaringan jalan ini menggunakan perangkat lunak ArcView 3.2a. Format data dari Arc/info kemudian dikonvert ke dalam bentuk shapefile (*.shp), agar dapat lebih compatible di dalam perangkat lunak ArcView dan dapat fleksibel dalam memanipulasi data atributnya, misalnya, menambah kolom-kolom pada polygon atribut table, arc atribut table atau point atribut table-nya. Sehingga dengan penambahan kolom-kolom ini, data-data atribut setiap feature dapat dipresentasikan semua.
5. Rancangan SIG Jaringan Jalan (Kasus: Provinsi DIY) 4.1. Rancangan Data Atribut Data atribut untuk pengelolaan jaringan jalan bersifat spesifik, sehingga untuk keperluan tersebut perlu dilakukan rancangan data atribut yang sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya data atribut yang dibangan akan dikelompokkan ke dalam 4 katagori kelompok yaitu: a. Data atribut jaringan jalan. Data atribut ini akan menjelaskan tentang karakteristik tiap ruas jalan yang ada di Provinsi DIY. Data atribut akan disusun dalam format database dengan tiap field diberikan batasan-batasan tipe datanya. Secara lengkap rancangan data atribut untuk jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar 5. b. Data atribut wilayah administrasi Data atribut ini akan menjelaskan tentang karakteristik wilayah administrasi mulai dari tingkat Desa hingga tingkat Provinsi (Gambar 6) c. Data atribut zona Data atribut ini digunakan untuk menjelaskan karakteristik zona yang berguna dalam proses pemodelan transportasi. Setiap zona akan diwakili dengan satu titik centroid zona (Gambar 7.). d. Data atribut lain Data atribut ini terkait dengan data atribut yang mungkin diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang area pelayan transportasi di Provinsi DIY, seperti Tata Guna Lahan, Jaringan Pelayanan Angkutan Umum, dsb.
4.2.
Rancangan Data Spasial
Data spasial yang dibangun akan diterjemahkan ke dalam layer-layer peta digital. Setiap layer mempunyai karateristik spesifik tentang sebuah kelompok obyek. Untuk keperluan pengelolaan jaringan jalan di Provinsi DIY akan dibuat 5 buah layer standar yaitu: layer untuk jaringan jalan, wilayah administrasi, zona, simpul transportasi, dan tata guna lahan (Gambar 8).
Komponen Data Atribut Jaringan Jalan (Network)
Data Atribut Dinas
Data Atribut Standard Sistem (Default )
RuasJalan Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
OBJECTID Shape Enable RuasID Shape_Length PengelolaID NamaPengelola Peran Status Kelas Lebar Nama Panjang JenisLapis Kondisi Kapasitas LHR SumberData
ObjectID Geometri Short Integer Long Integer Double Float String Float Float Float Float String Float String String Float Float String
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Nilai Default
Panjang Karakter
1 Kunci Pengenal Identifier Unik 19 75 19 13 19 19 100 19 50 50 19 19 40
Komponen Sub Tipe Data Atribut Jaringan Jalan (Network)
Kode untuk pengelola tiap ruas Nama Pengelola Ruas Atribut peran/fungsi jalan Atribut status jalan Atribut kelas jalan Atribut lebar jalan Atribut untuk nama jalan Atribut panjang jalan Atribut jenis lapis perkerasan jalan Atribut untuk kondisi jalan Atribut untuk kapasitas jalan Atribut Lalulintas Harian Rata-rata
Dekripsi Kode Kelas
Kelas Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
Kode Kelas_Jalan
Float String
Tidak ya
Nilai Default
Panjang Karakter 1 50
Komponen Sub Tipe Data Atribut Jaringan Jalan (Network)
Kode 1 2 3 4 5
Kelas_Jalan I II IIIA IIIB IIIC
Dekripsi Kode Status
Status Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
Kode Status_Jalan
Float String
Tidak ya
Nilai Default
Panjang Karakter 1 20
Komponen Sub Tipe Data Atribut Jaringan Jalan (Network)
Kode 1 2 3 4 4 5
Status_Jalan Jalan Nasional Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Kotamadya Jalan Desa Jalan Khusus
Dekripsi Kode Peran
Peran Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
Kode Peran_Jalan
Float String
Tidak ya
Nilai Default
Panjang Karakter 1
Kode 1 2 3
Gambar 5 Rancangan Data Atribut Jaringan Jalan
Peran_Jalan Arteri Kolektor Lokal
Komponen Data Atribut Administrasi
Data Atribut Data Atribut Dinas Standard Sistem (Default )
Desa Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
OBJECTID Shape Enable DesaID Shape_Area Kode_Desa Nama Kode_Kec Kode_Kab Kode_Prop
ObjectID Geometri Short Integer Long Integer Double String String String String String
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Nilai Default
Panjang Karakter
1 Kunci Pengenal Identifier Unik 10 100 10 10 10
Kode pengenal Desa Nama Desa Kode pengenal Kecamatan Kode pengenal Kabupaten Kode pengenal Propinsi
Komponen Data Atribut Administrasi
Data Atribut Dinas
Data Atribut Standard Sistem (Default )
Kecamatan Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
OBJECTID Shape Enable KecID Shape_Area Kode_Kec Nama Kode_Kab Kode_Prop
ObjectID Geometri Short Integer Long Integer Double String String String String
Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Nilai Default
Panjang Karakter
1 Kunci Pengenal Identifier Unik 10 100 10 10
Kode pengenal Kecamatan Nama Kecamatan Kode pengenal Kabupaten Kode pengenal Propinsi
Komponen Data Atribut Administrasi
Data Atribut Dinas
Data Atribut Standard Sistem (Default )
Kabupaten Panjang Karakter
Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
OBJECTID Shape Enable KabID Shape_Area
ObjectID Geometri Short Integer Long Integer Double
Ya Ya Ya Ya
Kode_Kab
String
Ya
10
Kode pengenal Kabupaten
Nama
String
Ya
100
Nama Kabupaten
Kode_Prop
String
Ya
10
Kode pengenal Propinsi
Nilai Default
1 Kunci Pengenal Identifier Unik
Gambar 6 Rancangan Data Atribut Wilayah Administrasi Komponen Data Atribut Zona
Data Data Atribut Atribut Standard Dinas Sistem (Default )
Zona Panjang Karakter
Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
OBJECTID Shape Enable ZonaID Shape_Area
ObjectID Geometri Short Integer Long Integer Double
Ya Ya Ya Ya
Kode_Zona
String
Ya
10
Kode pengenal Zona
Nama
String
Ya
100
Nama Zona
Nilai Default
1 Kunci Pengenal Identifier Unik
Komponen Data Atribut Zona
Centroid
Data Data Atribut Atribut Standard Dinas Sistem (Default )
Nama Field
Tipe Data
Nilai Nol
Nilai Default
Panjang Karakter
OBJECTID
ObjectID
Shape
Geometri
Ya
Enable
Short Integer
Ya
CentroidID
Long Integer
Ya
Kode_Cent
String
Ya
10
Kode pengenal Centroid
Nama
String
Ya
100
Nama Centroi
1 Kunci Pengenal Identifier Unik
Gambar 7 Rancangan Data Atribut Sistem Zona
Gambar 8 Rancangan Layer Jaringan Jalan Provinsi DIY
Gambar 9 Rancangan Layer dalam Fisik Perangkat Lunak ArcGIS
Gambar 10 Rancangan Atribut dalam Fisik Perangkat Lunak ArcGIS
6. Contoh Hasil Analisis Dalam Format Basis Data Spasial Selain digunakan untuk pemantau jaringan jalan, basis data yang dirancang juga diarahkan untuk menampung output (keluaran) dari hasil analisis atau pemodelan transportasi. Contoh hasil analisis yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 11 dan gambar 12.
Gambar 11 Hasil analisis VCR pada jaringan jalan
Gambar 12 Desire Line
7. Kesimpulan dan Saran Dari hasil bahasan yang telah diuraikan yang dapat disimpulkan adalah : a. Sistem Informasi Geografis merupakan system informasi spasial yang bias dikembangkan dan sangat diperlukan untuk pengelolaan system jaringan jalan. b. Keperluan untuk analisis dan perencanaan dapat diwadahi dengan baik dengan SIG, terutama untuk keperluan analisis jaringan jalan dan transportasi. c. Tingkat kepentingan antar instansi yang terkait harus sama, dalam arti bahwa setiap instansi mempunyai nilai yang sama sebagai penentu keberhasilan.
Daftar Pustaka 1. Alter, S. 1992. Information System A Management Perspective. Addison Wesley. New York, USA. 2. Azis, T.L., “Konsep Teknologi Informasi Spasial”, Handout Materi Kuliah Program Pascasarjana Teknik Geodesi, ITB, Bandung, 2001. 3. Curtin, K. et al., “ArcGis Transportation arcgisdatamodels/arcgistransmodel/, 2003
Data
Model
(Draft)”,
http://www.esri.com/soft-ware/
4. ESRI, “Understanding GIS : The ARC/INFO Method”, Environmental Systems Research Institute, Inc, Redlands, CA. USA., 1990. 5. Howe, D.R., “Data Analysis and Data Base Design”, Second Edition, Advision of Hodder & Stoughton, London, 1989. 6. Perone, S.M., “Integrating Transportation Modeling Networks Using http://gis.esri.com/library/userconf/proc97/proc97/to450/ pap417/p417.htm - 19k, 1997.
Dynamic
Segmentation”.
7. Price, J.W., “Using The Georgia Department Of Tranportation’s Road : Characteristics Database for Intersection Level Calibration : An Application Of The ArcInfo Dynamic Segmentation Model”. http://gis.esri.com/ library/userconf/proc96/TO150/PAP141/P141.HTM, 2003. 8. Prahasta, E., “Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis”, Penerbit Informatika, Bandung, Indonesia, 2001.
9. Suharto, P. 1989. Sistem Informasi Geografi (SIG) Apa, Mengapa, Bagaimana. Survey dan Pemetaan 7(1) : 59 – 70. 10. Tamin, O.Z., “Perencanaan dan Pemodelan Transportasi”, Penerbit ITB, Bandung, Indonesia, 2000. 11. UNBC, “Advanced GIS”, University of Northern Britisn http://www.gis.unbc.ca/webpages/webnew/courses/geog413/labs/lab15/bottomframe.html, 2003.
Columbia,