49
BAB 4 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI JALAN CIHAMPELAS Analisis pada bagian ini terdiri atas analisis sub sistem jaringan, analisis sub sitem pergerakan, analisis sub sistem aktivitas, analisis permasalahan, analisis penangangan persoalan lalu lintas, dan analisis pembiayaan pengelolaan jalan.
4.1
Analisis Subsistem Jaringan Pada bagian ini akan dibahas mengenai analisis sub sistem jaringan jalan
yang akan menjelaskan karakteristik jaringan jalan, pengaturan lalu lintas yang berada di Jalan Cihampelas, dan tingkat pelayanan jalannya.
4.1.1
Jaringan Jalan Jalan Cihampelas merupakan jalan yang memiliki fungsi sebagai jalan
kolektor sekunder. Sebagai jalan kolektor, maka jaringan Jalan Cihampelas melayani angkutan pengumpul dari jalan lokal ke jalan arteri dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan sedang, dan jumlah jalan dibatasi secara efisien. Sedangkan jaringan jalan sekunder menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke perumahan. Dengan kata lain sistem jaringan jalan kolektor sekunder menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan sekunder kedua kawasan sekunder ketiga. Jalan Cihampelas memiliki lebar perkerasan 7 meter pada ruas 1 dan 8 meter pada ruas 2, dengan masing-masing ruas jalan memiliki 2 buah lajur. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006, lebar perkerasan jalan yang seharusnya dimiliki oleh jalan kolektor sekunder adalah 9 meter. Oleh karena itu, lebar jalan yang dimiliki oleh Jalan Cihampelas masih berada di bawah standar teknis, yaitu 2 meter untuk ruas 1 dan 1 meter pada ruas 2. Daerah di sisi-sisi ruas Jalan Cihampelas merupakan daerah yang strategis untuk melakukan kegiatan produktif, seperti perdagangan dan jasa. Hal
50
ini cukup berpengaruh terhadap kondisi lalu lintas di sepanjang ruas tersebut dengan banyaknya hambatan terhadap pergerakan lalu lintas. Hambatan ini menyebabkan rendahnya kecepatan perjalanan dan adanya tundaan lalu lintas. Untuk itu diperlukan upaya penataan prasarana jaringan jalan sehingga dapat menyelenggarakan lalu lintas yang efektif dan efisien.
4.1.2
Pengaturan Lalu Lintas Pengaturan lalu lintas adalah seperangkat peraturan lalu lintas yang
dimaksudkan untuk mengontrol kelancaran dan keselamatan lalu lintas. Bentuk pengaturan lalu lintas dapat berupa rambu-rambu lalu lintas, lampu lalu lintas, pulau lalu lintas, dan marka jalan. Rambu lalu lintas secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis, yaitu rambu peringatan (warning signs), rambu petunjuk atau informasi (guide or information signs), serta rambu pengaturan (regulatory signs). Berdasarkan pengamatan lapangan, rambu-rambu lalu lintas di sepanjang Jalan Cihampelas jumlahnya sangatlah minim. Selain itu kondisi fisik rambu-rambu tersebut sudah tidak berfungsi dengan baik lagi. Untuk pengaturan angkutan umum juga tidak terdapat pengelolaan yang baik. Hal ini terlihat dari kurangnya
prasarana
untuk
pemberhentian
angkutan
umum,
sehingga
menyebabkan angkutan umum dapat berhenti di sembarang tempat di sepanjang Jalan Cihampelas. Kurangnya peraturan untuk pejalan kaki juga seringkali menyebabkan para pejalan kaki menyeberang di sembarang tempat. Hal tersebut tentu saja dapat menyebabkan terjadinya tundaan terhadap pergerakan lalu lintas yang ada. Secara umum, bentuk pengaturan lalu lintas yang ada di Jalan Cihampelas saat ini masih belum mampu mendukung pergerakan lalu lintas yang ada dengan ditunjukkannya tingkat pelayanan jalan yang rendah dan munculnya konflik antar moda di sepanjang Jalan Cihampelas. Untuk itu diperlukan bentuk pengaturan lalu lintas yang lebih optimal untuk meningkatakan tingkat pelayanan jalan.
51
4.1.3
Tingkat Pelayanan Jalan Analisis tingkat pelayanan jalan bertujuan untuk melihat sejauh mana
suatu jalan mampu menjalankan perannya dalam melayani arus kendaraan dan juga untuk mengetahui sejauh mana tingkat persoalan lalu lintas yang terjadi pada suatu ruas jalan. Tingkat pelayanan jalan dapat ditentukan dengan menghitung rasio antara volume lalu lintas dengan kapasitas jalan. Apabila rasio antara volume dan kapasitas jalan mendekati angka 1 (satu), maka ruas jalan tersebut dapat dikatakan memiliki tingkat pelayanan jalan yangburuk. Kondisi ini biasanya ditandai dengan mulai tidak stabilnya arus lalu lintas yang tercermin dari terjadinya penurunan kecepatan kendaraan dan peningkatan waktu tempuh. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang didesain untuk memiliki kecepatan minimun 20 km/jam. Berdasarkan pada tingkat pelayanan jalan yang dikembangkan oleh IHCM (Indonesia Highway Capacity Manual) 1997, maka tingkat pelayanan jalan yang ideal bagi jalan kolektor sekunder adalah tingkat pelayanan C, dengan perbandingan volume dan kapasitas jalan ≤ 0,80 dan kecepatan berkisar antara 32 - 40 km/jam. Setelah mengetahui volume kendaraan yang melintas dan kapasitas Jalan Cihampelas, maka selanjutnya adalah menghitung rasio antara volume dan kapasitas (VCR). Nilai VCR ini berguna untuk mengetahui tingkat pelayanan jalan (level of service) dari ruas jalan tersebut. Selain itu faktor kecepatan juga menjadi tolak ukur untuk mengetahui tingkat pelayanan suatu ruas jalan.
Tabel IV.1 Tingkat Pelayanan Jalan Cihampelas pada Ruas 1 Hari
Jumat
Waktu
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
VCR
07.00-08.00
1509.2
2216,28
0.6809
Kecepatan Perjalanan (km/jam) 24.80
08.00-09.00
1758.6
2216.18
0.7934
20.95
C
12.00-13.00
1899.4
2216.18
0.8570
19.92
D
13.00-14.00
1911.2
2216.18
0.8623
18.00
D
14.00-15.00
2036.6
2216.18
0.9189
16.99
E
LOS C
52
Hari
Sabtu
Minggu
Waktu
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
VCR
17.00-18.00
2156.6
2216.18
0.9730
Kecepatan Perjalanan (km/jam) 15.00
18.00-19.00
2173
2216.18
0.9804
15.48
E
19.00-20.00
2110.2
2216.18
0.9521
15.99
E
07.00-08.00
1450.6
2216.18
0.6545
27.00
C
08.00-09.00
1682.6
2216.18
0.7592
22.92
C
12.00-13.00
1974.6
2216.18
0.8909
18.98
D
13.00-14.00
1953
2216.18
0.8812
17.36
D
14.00-15.00
2041.8
2216.18
0.9212
16.76
E
17.00-18.00
2185.6
2216.18
0.9861
14.73
E
18.00-19.00
2295.4
2216.18
1.0356
11.85
F
19.00-20.00
2217.6
2216.18
1.0005
11.46
F
07.00-08.00
1445.8
2216.18
0.65235
27.00
C
08.00-09.00
1632.6
2216.18
0.73664
23.14
C
12.00-13.00
1933.4
2216.18
0.87236
18.69
D
13.00-14.00
1969.8
2216.18
0.88878
17.11
D
14.00-15.00
2180.8
2216.18
0.98399
15.99
E
17.00-18.00
1963.2
2216.18
0.88580
15.68
D
18.00-19.00
1893.8
2216.18
0.85449
17.74
D
19.00-20.00
1826.6
2216.18
0.82417
18.69
D
LOS E
Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa Jalan Cihampelas pada ruas 1 memiliki tingkat pelayanan jalan yang sangat buruk, berkisar antara C – F. Standar ideal tingkat pelayanan jalan untuk jalan kolektor sekunder adalah C (≤ 0,80), sedangkan secara umum tingkat pelayanan Jalan Cihampelas masih berada di bawah C, hanya pada saat-saat tertentu saja tingkat pelayanan Jalan Cihampelas berada pada tingkat C. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa kecepatan kendaraan (kendaraan ringan) yang melewati ruas 1 Jalan Cihampelas secara
53
umum masih di bawah kecepatan standar minimal untuk jalan kolektor sekunder yaitu 20 km/jam. Jika melihat berdasarkan unsur kecepatan, maka tingkat pelayanan Jalan Cihampelas pada ruas 1 lebih buruk daripada tingkat pelayanan jalan yang tertera pada tabel tersebut. Nilai level of service yang tertera pada tabel tersebut berdasarkan perbandingan volume kendaraan dan kapasitas Jalan Cihampelas pada ruas 1. Lebih rendahnya kecepatan perjalanan yang diperoleh daripada nilai LOS yang tertera pada tabel tersebut, dikarenakan oleh aktivitas hambatan samping yang mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap pergerakan kendaraan yang melalui ruas ini dan menyebabkan kecepatan perjalanan menjadi rendah. Jadi jika dilihat berdasarkan sisi kecepatan perjalanan, maka Jalan Cihampelas ruas 1 ini memiliki tingkat pelayanan jalan berkisar antara E - F.
Tabel IV.2 Tingkat Pelayanan Jalan Cihampelas pada Ruas 2 Hari
Jumat
Sabtu
Waktu
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
VCR
07.00-08.00
1515.2
2409
0.6290
Kecepatan Perjalanan (km/jam) 29.70
08.00-09.00
1769.6
2409
0.7346
24.75
C
12.00-13.00
1904.4
2409
0.7905
23.76
D
13.00-14.00
1917.2
2409
0.7958
22.00
D
14.00-15.00
2036.6
2409
0.8454
20.07
D
17.00-18.00
2157.6
2409
0.8956
18.33
D
18.00-19.00
2179
2409
0.9045
19.16
E
19.00-20.00
1515.2
2409
0.8801
19.54
D
07.00-08.00
1466.4
2409
0.6087
31.26
C
08.00-09.00
1682.6
2409
0.6985
26.52
C
12.00-13.00
1992.8
2409
0.8272
22.85
D
13.00-14.00
1953
2409
0.8107
19.16
D
14.00-15.00
2061.8
2409
0.8559
18.92
D
LOS C
54
Hari
Minggu
Waktu
Volume (smp/jam)
Kapasitas (smp/jam)
VCR
17.00-18.00
2190.6
2409
0.9093
Kecepatan Perjalanan (km/jam) 13.81
18.00-19.00
2291.4
2409
0.9512
14.49
E
19.00-20.00
2222.6
2409
0.9226
16.97
E
07.00-08.00
1445.8
2409
0.6002
30.62
C
08.00-09.00
1632.6
2409
0.6777
25.83
C
12.00-13.00
1928.4
2409
0.8005
22.50
D
13.00-14.00
1973
2409
0.8190
18.56
D
14.00-15.00
2173.2
2409
0.9021
19.16
E
17.00-18.00
1989.2
2409
0.8257
17.47
D
18.00-19.00
1889.8
2409
0.7845
20.48
C
19.00-20.00
1831.6
2409
0.7603
21.21
C
LOS E
Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat pelayanan Jalan Cihampelas pada ruas 2 berkisar antara C - E. Tingkat pelayanan jalan pada ruas 2 ini secara umum masih di bawah standar teknis tingkat pelayanan jalan untuk jalan kolektor sekunder, meskipun nilai LOS yang diperoleh relatif sedikit lebih baik daripada nilai LOS pada ruas 1. Hal ini dikarenakan lebar efektif jalan pada ruas 2 ini sedikit lebih besar dibandingkan dengan lebar efektif jalan pada ruas 1 sehingga kapasitas jalan yang diperolehnya pun lebih besar. Sama halnya dengan ruas 1, jika dilihat berdasarkan sisi kecepatan perjalanan, maka nilai LOS yang diperoleh lebih rendah daripada nilai LOS yang tertera pada tabel tersebut. Adanya aktivitas hambatan samping menyebabkan kecepatan perjalanan yang diperoleh lebih rendah daripada nilai LOS yang tertera. Jadi jika dilihat berdasarkan unsur kecepatan perjalanan, maka nilai level of service Jalan Cihampelas pada ruas 2 ini berkisar antara D - F.
55
4.2
Analisis Subsistem Pergerakan Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pergerakan
lalu lintas serta bangkitan dan tarikan pergerakan yang dihasilkan oleh kegiatan perdagangan dan jasa yang ada di sepanjang Jalan Cihampelas.
4.2.1
Karakteristik Lalu Lintas Karakteristik lalu lintas yang melalui Jalan Cihampelas secara umum
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: •
Lalu lintas lokal, yaitu lalu lintas yang mempunyai asal dan tujuan di daerah Jalan Cihampelas.
•
Lalu lintas regional, yaitu lalu lintas antar daerah yang mempunyai asal atau tujuan di daerah Jalan Cihampelas.
•
Lalu lintas menerus, yaitu lalu lintas yang melewati Jalan Cihampelas tetapi tidak mempunyai asal atau tujuan di daerah ini. Bercampurnya
ketiga
jenis
pergerakan
lalu
lintas
tersebut
mengakibatkan volume lalu lintas meningkat terutama pada jam-jam sibuk. Dari Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa proporsi terbesar jenis pergerakan pada Jalan Cihampelas adalah pergerakan regional, sedangkan proporsi terkecil adalah pergerakan lokal. Tingginya pergerakan regional ini tidak lepas dari fungsi Jalan Cihampelas sebagai saalah satu pusat perdagangan dan jasa di Kota Bandung, sehingga banyak sekali terdapat pusat kegiatan yang menarik penduduk dari dalam ataupun luar Kota Bandung untuk datang ke Jalan Cihampelas ini. Pergerakan lalu lintas menerus memiliki proporsi terbesar kedua. Hal ini disebabkan karena lokasi Jalan Cihampelas yang sangat strategis yang menghubungkan bagian utara dengan pusat Kota Bandung, sehingga banyak sekali kendaraan yang menjadikan jalan ini sebagai jalur utama menuju ke tempat tujuan mereka di pusat Kota Bandung.
56
Tabel IV.3 Pergerakan Lalu Lintas Lokal, Regional, dan Menerus di Ruas Jalan Cihampelas pada Tahun 2006 Jenis Lalu Lintas
Volume LHR (kendaraan/hari)
Prosentase (%)
3612
5,46
Regional
36623
55,40
Menerus
25881
39,14
66116
100,00
Lokal
Jumlah
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandung, 2006.
4.2.2
Bangkitan dan Tarikan Pergerakan Bangkitan dan tarikan pergerakan pada suatu wilayah tidak dapat
terlepas dari sistem aktivitas wilayah tersebut. Secara umum pola penggunaan lahan di Jalan Cihampelas bersifat kegiatan komersial. Kegiatan-kegiatan yang berkembang di sepanjang Jalan Cihampelas antara lain, perdagangan, kantor, restoran, bank, sekolah/kampus, rumah sakit, bengkel, dan lain-lain. Pesatnya kegiatan yang berkembang di sepanjang ruas Jalan Cihampelas berpengaruh terhadap pergerakan karena memberikan tarikan dan bangkitan yang cukup besar, sehingga berdampak pada penurunan tingkat pelayanan Jalan Cihampelas. Untuk menghitung bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh kegiatan perdagangan dan jasa yang ada di Jalan Cihampelas, maka perlu diketahui terlebih dahulu jumlah luas lantai bangunan dari setiap kegiatan perdagangan dan jasa tersebut untuk kemudian dikalikan dengan standar trip rate untuk masing-masing jenis kegiatan itu. Tabel berikut ini berisikan standar trip rate untuk masingmasing jenis guna lahan.
Tabel IV.4 Tingkat Bangkitan/Tarikan Lalu Lintas (smp/100 m2) Waktu 08.00 09.00 10.00
Masuk 0.73 0.26 0.25
Perkantoran Keluar 0.27 0.16 0.18
Total 1.00 0.42 0.43
Masuk 0.41 0.46 0.41
Hotel Keluar 0.23 0.35 0.26
Total 0.64 0.81 0.67
Masuk 0.04 0.08 0.55
Pertokoan Keluar Total 0.02 0.06 0.04 0.12 0.15 0.70
57
Waktu 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
Masuk 0.22 0.23 0.19 0.23 0.17 0.19 0.20 0.10 0.03
Perkantoran Keluar 0.16 0.22 0.23 0.19 0.17 0.18 0.51 0.34 0.15
Total 0.37 0.45 0.42 0.41 0.34 0.37 0.71 0.44 0.18
Masuk 0.30 0.24 0.34 0.32 0.31 0.29 0.29 0.39 0.36
Hotel Keluar 0.27 0.27 0.33 0.37 0.45 0.32 0.31 0.32 0.32
Total 0.58 0.51 0.68 0.69 0.77 0.61 0.60 0.71 0.68
Masuk 0.80 0.78 0.60 0.65 0.57 0.61 0.50 0.45 0.52
Pertokoan Keluar Total 0.42 1.22 0.65 1.42 0.56 1.16 0.59 1.24 0.70 1.27 0.68 1.30 0.95 1.45 0.58 1.03 0.53 1.05
Sumber: BNI City dalam Susanti, 1997. Setiap karakteristik kegiatan atau guna lahan mencerminkan besaran bangkitan/tarikan pergerakan yang berbeda. Besarnya bangkitan dan tarikan lalu lintas yang ditimbulkan oleh setiap guna lahan dapat dihitung dari masing jumlah luas lantai guna lahan tersebut. Tabel berikut berisi mengenai jumlah luas lantai untuk masing-masing guna lahan yang berada di sepanjang Jalan Cihampelas.
Tabel IV.5 Luas Lantai Bangunan Bangunan Rs Advent Dealer Honda Wisma Dirgantara Skaters Shop Bank Niaga Puma Hotel Warung Gaul Superhero Tatto Shop Blue Island Toko Jeans Premier Plaza Tropicana Hotel The Prominade Elizabeth Ayam Goreng Jakarta Sapu Lidi Bank BNI
Luas Lantai Dasar Bangunan (m2) 3816.69 542.18 835.18 176.69 180.22 708.93 635.42 622.39 135.67 132.93 130.11 1235.29 1125.96 1278.99 335.23 459.07 489.21 159.51
Jumlah Lantai 5 2 1 3 2 1 2 2 2 2 2 6 6 3 3 1 1 2
Luas Seluruh Lantai Bangunan (m2) 19083.47 1084.36 835.18 530.08 360.44 708.93 1270.84 1244.78 271.34 265.86 260.22 7411.71 6755.74 3836.98 1005.68 459.07 489.21 319.02
58
Asuransi Hanaya Bengkel Sari Raos Dealer Yamaha Gamo Pertokoan Ampera Hotline Mayasari Xpose Jeans Pertokoan Jeans Ibc Jeans FO Bandung Jeans Edward Forrer Rumah Snack Toko CIA Tarzan Jeans Studio Jeans Rambo Aztec Perahu Arum Manis Westpack Ciwalk Ultraman Toko Jeans Toko CIA Bank Mandiri Paris van Java FO Ruko Megalife Bank Permata STBA
147.89 175.67 157.88 178.62 510.32 1487.53 932.75 275.89 200.39 223.49 199.23 1550.49 200.48 210.89 297.92 200.59 125.37 400.46 245.87 410.13 397.46 475.99 935.78 155.37 6877.82 337.45 1557.35 119.48 125.73 445.62 488.33 143.68 155.78 2110.62
2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 3 1 1 1 2 1 3 3 2 4
295.77 175.67 157.88 178.62 1020.64 1487.53 932.75 551.78 200.39 223.49 199.23 1550.49 200.48 210.89 595.85 200.59 125.37 400.46 245.87 820.25 794.91 1427.98 935.78 310.73 20633.47 337.45 1557.35 119.48 251.46 445.62 1464.99 431.04 311.56 8442.50
Sumber: Hasil analisis, 2007. Setelah diketahui jumlah luas seluruh lantai dari masing-masing guna lahan, selanjutnya dikalikan dengan standar trip rate untuk masing-masing guna lahan tersebut. Tabel IV.6 dan Tabel IV.7 berikut berisi mengenai jumlah
59
bangkitan dan tarikan yang dihasilkan oleh setiap jenis guna lahan yang ada di sepanjang Jalan Cihampelas. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa kegiatan perdagangan dan jasa mendominasi di sepanjang ruas Jalan Cihampelas dengan pusat perbelanjaan Cihampelas Walk yang menjadi daya tarik utama kawasan ini. Berdasarkan tabeltabel tersebut, maka jumlah bangkitan terbesar yang dihasilkan oleh kegiatankegiatan di sepanjang Jalan Cihampelas terjadi pada pukul 17.00 sebesar 666,03 smp/jam, sedangkan jumlah tarikan terbesar terjadi pada pukul 12.00 sebesar 518,74 smp/jam. Berkembangnya kegiatan di ruas Jalan Cihampelas telah menimbulkan berbagai dampak baik itu dampak positif, maupun dampak negatif. Dampak positif yang dihasilkan dari adanya kegiatan komersial yang berkembang pesat di Jalan Cihampelas antara lain memberikan kemudahan bagi penduduk sekitar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena dengan berkembangnya berbagai jenis kegiatan di ruas Jalan Cihampelas dapat mengurangi volume pergerakan ke pusat Kota Bandung. Selain itu juga harga lahan di sekitar kawasan komersial menjadi naik karena lokasi yang strategis. Sedangkan dampak negatif yang dihasilkan dari pesatnya perkembangan kegiatan di ruas jalan Cihampelas antara lain semakin meningkatnya volume pergerakan kendaraan yang membebani ruas jalan ini sehingga menambah kepadatan arus lalu lintas. Selain itu juga akibat dari tingginya intensitas penggunaan lahan menyebabkan besarnya hambatan samping yang dihasilkan seperti banyaknya aktivitas PKL yang menggunakan trotoar, tingginya pergerakan pejalan kaki, aktivitas keluar masuk parkir, serta konflik antara kendaraan dan pejalan kaki, yang kesemuanya itu dapat mengakibatkan kemacetan lalu lintas di ruas Jalan Cihampelas.
60
Tabel IV.6 Bangkitan Setiap Guna Lahan Di Jalan Cihampelas Bangunan
Bangkitan (smp/jam)
Jumlah Luas Seluruh 2
Lantai Bangunan (m )
08.00
09.00
12.00
13.00
14.00
15.00
17.00
18.00
19.00
RS Advent
19083.47
43.89
66.79
51.53
62.98
70.61
85.88
59.16
61.07
61.07
Premier Plaza
7411.71
1.48
2.96
48.18
41.51
43.73
51.88
70.41
42.99
39.28
8299.84
19.09
29.05
22.41
27.39
30.71
37.35
25.73
26.56
26.56
The Prominade
3836.98
0.77
1.53
24.94
21.49
22.64
26.86
36.45
22.25
20.34
Cihampelas Walk
22700.50
4.54
9.08
147.55
127.12
133.93
158.90
215.65
131.66
120.31
STBA
8445.50
22.80
13.51
18.58
19.42
16.05
14.36
43.07
28.71
12.67
Bengkel
1645.41
4.44
2.63
3.62
3.78
3.13
2.80
8.39
5.59
2.47
Bank dan Perkantoran
3713.86
10.03
5.94
8.17
8.54
7.06
6.31
18.94
12.63
5.57
Pertokoan lainnya
20360.97
4.07
8.14
132.35
114.02
120.13
142.53
193.43
118.09
107.91
108.36
138.02
455.08
423.91
446.04
525.13
666.03
446.09
394.65
Tropicana Hotel dan Hotel lainnya
Total
Sumber: Hasil analisis, 2007.
61
Tabel IV.7 Tarikan Setiap Guna Lahan di Jalan Cihampelas Bangunan
Tarikan (smp/jam)
Jumlah Luas Seluruh 2
Lantai Bangunan (m )
08.00
09.00
12.00
13.00
14.00
15.00
17.00
18.00
19.00
RS Advent
19083.47
78.24
87.78
45.80
64.88
61.07
59.16
55.34
74.43
68.70
Premier Plaza
7411.71
2.96
5.93
57.81
44.47
48.18
42.25
37.06
33.35
38.54
8299.84
34.03
38.18
19.92
28.82
26.56
25.73
24.07
32.37
29.88
The Prominade
3836.98
1.53
3.07
29.93
23.02
24.94
21.87
19.18
17.27
19.95
Cihampelas Walk
22700.50
9.08
18.16
177.06
136.20
147.55
129.39
113.50
102.15
118.04
STBA
8445.50
61.65
21.96
19.42
16.05
19.42
14.36
16.89
8.45
2.53
Bengkel
1645.41
12.01
4.28
3.78
3.13
3.78
2.80
3.29
1.65
0.49
Bank dan Perkantoran
3713.86
27.11
9.66
8.54
7.06
8.54
6.31
7.43
3.71
1.11
Pertokoan lainnya
20360.97
8.14
16.29
158.82
122.17
132.35
116.06
101.80
91.62
105.88
227.32
202.65
518.74
443.25
470.05
416.19
376.53
363.97
384.83
Tropicana Hotel dan Hotel lainnya
Total
Sumber: Hasil analisis, 2007.
62
4.2.3
Sistem Parkir di Jalan Cihampelas Adanya kegiatan di suatu tempat menimbulkan tarikan pergerakan
penduduk ke tempat-tempat tersebut dan setiap pergerakan pada suatu saat akan berhenti. Demikian pula halnya dengan pusat perbelanjaan yang menjadi penarik pergerakan menimbulkan kebutuhan akan lahan parkir sebagai tempat akhir perjalanan. Sarana parkir merupakan salah satu bagian yang penting dari sistem transportasi suatu kawasan. Kegagalan dalam menyediakan sarana parkir yang memadai akan menimbulkan bertumpuknya kendaraan, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan di kawasan tersebut. Semakin besar suatu kegiatan semakin besar pula daya tariknya. Dalam hal ini, salah satu ukuran besarnya suatu kegiatan adalah luas lantai bangunan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kebutuhan parkir ditentukan oleh luas lantai bangunan. Dalam kaitannya dengan kebutuhan ruang parkir di pusat perbelanjaan sampai saat ini belum ada standar yang dimiliki oleh Kota Bandung. Namun mengacu pada Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 7 Tahun 1991 tentang Pedoman Perencanaan Tata Bangunan bahwa setiap 60 m2 luas lantai bangungan perdagangan diperlukan satu petak parkir. Berikut ini standar kebutuhan parkir masing-masing jenis guna lahan berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 7 tahun 1991: •
Pertokoan
: satu petak parkir untuk setiap 60 m2 lantai bruto
•
Perkantoran
: satu petak parkir untuk setiap 100 m2 lantai bruto
•
Rumah makan : satu petak parkir untuk setiap 20 m2 lantai bruto
•
Lainnya
: satu petak parkir untuk setiap 60 m2 lantai bruto
Tabel berikut ini berisi mengenai perbandingan antara kebutuhan parkir dengan kapasitas parkir yang ada saat ini di sepanjang Jalan Cihampelas.
Tabel IV.8 Perbandingan Kapasitas Parkir dan Kebutuhan Parkir di Jalan Cihampelas Bangungan RS Advent
Kapasitas Parkir
Luas Seluruh
Kebutuhan Parkir
(SRP)
Lantai Bangunan
(SRP)
110
19083.47
319
63
Bangungan
Kapasitas Parkir
Luas Seluruh
Kebutuhan Parkir
(SRP)
Lantai Bangunan
(SRP)
Dealer Honda
6
1084.36
11
Wisma Dirgantara
7
835.18
14
Skaters Shop
2
530.08
9
Bank Niaga
2
360.44
4
Puma Hotel
11
708.93
12
Warung Gaul
6
1270.84
22
Superhero
3
1244.78
21
Tattoo Shop
0
271.34
5
Blue Island
0
265.86
5
Toko Jeans
0
260.22
5
Premier Plaza
25
7411.71
124
Tropicana Hotel
35
6755.74
113
The Prominade
28
3836.98
64
Elizabeth
6
1005.68
17
Ayam Goreng Jakarta
6
459.07
23
Sapu Lidi
6
489.21
25
Bank BNI
2
319.02
4
Asuransi
2
295.77
3
Hanaya
2
175.67
3
Bengkel
2
157.88
2
Sari Raos
2
178.62
3
Dealer Yamaha
8
1020.64
11
Gamo
25
1487.53
15
Pertokoan
22
932.75
16
Ampera
8
551.78
28
Hotline FO
9
200.39
4
Mayasari
7
223.49
4
Xpose Jeans
8
199.23
4
Pertokoan Jenas
37
1550.49
26
IBC Jeans FO
9
200.48
4
Bandung Jeans
7
210.89
4
Edward Forrer
8
595.85
10
Rumah Snack
9
200.59
4
Toko CIA
1
125.37
3
64
Bangungan
Kapasitas Parkir
Luas Seluruh
Kebutuhan Parkir
(SRP)
Lantai Bangunan
(SRP)
Tarzan Jeans
4
400.46
7
Studio Jeans
2
245.87
4
Rambo
4
820.25
14
Aztec
4
794.91
14
Arum Manis
53
1427.98
16
Perahu
5
935.78
24
Westpack
0
310.73
6
800
22700.50
379
Ultraman
0
337.45
6
Toko Jeans
7
1557.35
26
Toko CIA
2
119.48
2
Bank Mandiri
2
251.46
3
Paris van Java FO
35
445.62
8
Ruko
10
1464.99
25
Megalife
2
431.04
5
Bank Permata
2
311.56
4
STBA
35
8442.50
85
Total
1386
95498.24
1569
Cihampelas Walk
Sumber: Hasil pengamatan lapangan, 2007. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa terjadi perbedaan antara kebutuhan parkir dengan kapasitas parkir yang ada saat ini, dimana kebutuhan parkir memerlukan lebih banyak 183 petak parkir dibandingkan dengan kapasitas parkir yang ada saat ini. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kapasitas parkir yang ada sekarang masih belum dapat memenuhi satuan ruang parkir yang dibutuhkan oleh seluruh kegiatan di sepanjang Jalan Cihampelas.
4.2.4
Pergerakan Angkutan Umum Untuk mendukung analisis mengenai pengaruh kegiatan berhentinya
angkutan umum terhadap terjadinya kemacetan lalu lintas di sepanjang Jalan Cihampelas, maka dilakukan pengamatan terhadap 30 kendaraan angkutan umum (angkutan kota). Pengamatan ini dilakukan untuk memperoleh frekuensi dan
65
lamanya berhenti angkutan umum dengan pertimbangan bahwa jenis kendaraan ini memberi pengaruh yang cukup besar dalam menciptakan masalah lalu lintas. Dari tabel tersebut diperoleh bahwa setiap angkutan umum yang melewati Jalan Cihampelas memiliki rata-rata frekuensi berhenti sebanyak 12 kali dengan rata-rata lama berhenti 24 detik untuk setiap kali berhenti, sehingga di sepanjang jalan ini kegiatan berhenti sebuah angkutan umum menghabiskan waktu selama 288 detik (4,8 menit).
Tabel IV.9 Frekuensi dan Lama Berhenti Angkutan Umum Di Jalan Cihampelas Frekuensi
Jumlah
Lama Berhenti
Jumlah
Lama Berhenti
Jumlah
Berhenti
Kendaraan
(detik)
kendaraan
(detik)
kendaraan
8
1
18
2
27
1
9
4
19
4
28
3
10
3
20
3
29
1
11
5
21
4
30
1
12
6
23
1
31
1
13
5
24
4
32
1
14
2
25
2
36
1
15
4
26
1
Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa terutama pada jam-jam sibuk, kegiatan berhentinya angkutan umum ini dapat menghambat kelancaran arus lalu lintas di belakangnya sehingga hal tersebut merupakan salah satu penyebab kemacetan lalu lintas yang terjadi Jalan Cihampelas ini. Kegiatan berhenti dilakukan angkutan umum tersebut adalah untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Titik berhentinya pada umumnya adalah sekitar daerah pertokoan (terutama Cihampelas Walk), perkantoran, sekolah, dan persimpangan. Saat ini di Jalan Cihampelas, hanya terdapat 1 (satu) buah tempat pemberhentian angkutan umum yang terletak di dekat Sekolah Tinggi Bahasa
66
Asing Yapari. Itupun dengan kondisi yang kurang memadai bahkan dijadikan tempat berjualan pedagang kaki lima. Akibatnya banyak angkutan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang dengan sembarangan menyebabkan kesemrawutan dan kemacetan lalu lintas. Oleh karena itu, sangat diperlukan tempat pemberhentian angkutan umum sehingga ketika kendaraan angkutan umum menaikkan dan menurukan penumpang tidak akan mengganggu kelancaran lalu lintas di belakangnya. Tempat pemberhentian angkutan umum dapat dilengkapi dengan tempat duduk beratap, sehingga memberikan kenyamanan bagi para penumpang yang menunggu angkutan umum.
4.2.5
Pergerakan Pejalan Kaki dan Pedagang Kaki Lima Terbatasnya
prasarana
yang
tersedia
bagi
para
pejalan
kaki
mengakibatkan pergerakan pejalan kaki menggunakan sebagian badan jalan. Pada ruas 1 Jalan Cihampelas (ruas Bapak Husen - Prof. Eyckman), tidak tersedianya fasilitas trotoar yang memadai sepanjang 675 meter di bagian timur jalan dan 400 meter di bagian barat jalan, tentunya keadaan ini dapat mengganggu arus lalu lintas karena selain dapat membahayakan jiwa pejalan kaki, juga dapat menyebabkan pengurangan pemakaian badan jalan sehingga jalan tersebut tidak dapat berfungsi secara optimal. Masih banyaknya para pedagang kaki lima yang berjualan dengan menggunakan trotoar juga mengakibatkan para pejalan kaki terpaksa berjalan menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan sehingga dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Sedangkan pada ruas 2 (ruas Prof. Eyckman-Pasteur), fasilitas trotoar yang ada sudah lebih memadai daripada ruas 1 baik di bagian barat maupun timur jalan, meskipun penggunaannya masih belum optimal karena masih terdapat banyak pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar tersebut. Tabel berikut berisikan tentang volume pejalan kaki yang berjalan di sepanjang Jalan Cihampelas.
67
Tabel IV.10 Volume Pejalan Kaki (orang/15 menit) di Jalan Cihampelas Ruas 1 Hari
Jumat
Sabtu
Minggu
Waktu
Trotoar Barat
Ruas 2
Trotoar Timur
Trotoar Barat
Trotoar Timur
Vol
v
Vol
v
Vol
v
Vol
v
07.00 – 09.00
42
25
40
22
30
26
37
23
12.00 – 15.00
220
18
217
16
76
22
241
21
17.00 – 20.00
210
20
225
17
45
22
230
20
07.00 – 09.00
47
23
45
22
33
25
38
23
12.00 – 15.00
347
17
418
15
302
22
385
17
17.00 – 20.00
223
16
286
15
252
20
278
17
07.00 – 09.00
45
22
35
20
30
23
34
23
12.00 – 15.00
365
16
455
14
348
22
398
15
17.00 – 20.00
220
17
182
15
196
23
199
17
Sumber: Pengamatan lapangan, 2007. Keterangan: v = kecepatan (m/menit) Dari tabel tersebut, terlihat bahwa volume pejalan kaki mencapai titik tertinggi pada hari Minggu pukul 13.00-15.00 dengan 455 orang/15 menit. Berdasarkan pengamatan, pergerakan para pejalan kaki terutama pada waktuwaktu puncak sangat menganggu kelancaran arus lalu lintas, karena selain harus terpaksa berjalan di sebagian badan jalan yang diakibatkan oleh kurang memadainya fasilitas trotoar dan penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima, juga karena aktivitas menyeberang para pejalan kaki di sembarang tempat sehingga seringkali mengakibatkan tundaan bagi arus lalu lintas yang melewati Jalan Cihampelas.
4.3
Analisis Subsistem Aktivitas Analisis sub sistem aktivitas ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
aktivitas yang berlangsung yang terkait dengan pola penggunaan lahan terhadap penurunan kinerja jaringan jalan. Secara umum pola penggunaan lahan di Jalan
68
Cihampelas bersifat komersial, yaitu kegiatan perdagangan dan jasa. Kegiatankegiatan yang berkembang di sepanjang Jalan Cihampelas antara lain adalah pertokoan, restoran, bank, perkantoran, kampus, bengkel, hotel, rumah sakit, dan lain-lain. Pesatnya kegiatan yang berkembang di sepanjang Jalan Cihampelas berpengaruh terhadap pergerakan karena memberikan bangkitan dan tarikan yang cukup besar sehingga secara tidak langsung berdampak pada penurunan tingkat pelayanan Jalan Cihampelas. Tabel berikut berisi tentang jenis aktivitas yang berlangsung di sepanjang Jalan Cihampelas beserta nilai koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB).
Tabel IV.11 KDB dan KLB di Jalan Cihampelas Bangungan
Luas Lantai Dasar (m2) 3816.69
Luas Persil (m2) 7000
Jumlah Lantai 5
KDB (%) 54.52
KLB
Dealer Honda
542.18
700
2
77.45
1.55
Wisma Dirgantara
835.18
1200
1
69.60
0.70
Skaters Shop
176.69
200
3
88.35
2.65
Bank Niaga
180.22
250
2
72.09
1.44
Puma Hotel
708.93
1000
1
70.89
0.71
Warung Gaul
635.42
800
2
79.43
1.59
Superhero
622.39
700
2
88.91
1.78
Tattoo Shop
135.67
150
2
90.45
1.81
Blue Island
132.93
150
2
88.62
1.77
Toko Jeans
130.11
145
2
89.73
1.79
Premier Plaza
1235.29
2000
6
61.76
3.71
Tropicana Hotel
1125.96
2000
6
56.30
3.38
The Prominade
1278.99
2000
3
63.95
1.92
Elizabeth
335.23
500
3
67.05
2.01
Ayam Goreng Jakarta
459.07
600
1
76.51
0.77
Sapu Lidi
489.21
600
1
81.54
0.82
Bank BNI
159.51
175
2
91.15
1.82
Asuransi
147.89
175
2
84.51
1.69
Hanaya
175.67
200
1
87.83
0.88
RS Advent
2.73
69
Bangungan
Luas Persil (m2) 175
Jumlah Lantai 1
KDB (%) 90.22
KLB
Bengkel
Luas Lantai Dasar (m2) 157.88
Sari Raos
178.62
200
1
89.31
0.89
Dealer Yamaha
510.32
700
2
72.90
1.46
Gamo
1487.53
2500
1
59.50
0.60
Pertokoan
932.75
1500
1
62.18
0.62
Ampera
275.89
500
2
55.18
1.10
Hotline FO
200.39
500
1
40.08
0.40
Mayasari
223.49
500
1
44.70
0.45
Xpose Jeans
199.23
500
1
39.85
0.40
Pertokoan Jenas
1550.49
2500
1
62.02
0.62
IBC Jeans FO
200.48
500
1
40.10
0.40
Bandung Jeans
210.89
500
1
42.18
0.42
Edward Forrer
297.92
500
2
59.58
1.19
Rumah Snack
200.59
500
1
40.12
0.40
Toko CIA
125.37
150
1
83.58
0.84
Tarzan Jeans
400.46
500
1
80.09
0.80
Studio Jeans
245.87
300
1
81.96
0.82
Rambo
410.13
500
2
82.03
1.64
Aztec
397.46
500
2
79.49
1.59
Arum Manis
935.78
2000
3
79.33
0.47
Perahu
475.99
600
1
46.79
2.38
Westpack
155.37
175
2
88.78
1.78
Cihampelas Walk
7566.83
13000
3
58.21
1.75
Ultraman
337.45
400
1
84.36
0.84
Toko Jeans
1557.35
1700
1
91.61
0.92
Toko CIA
119.48
150
1
79.65
0.80
Bank Mandiri
125.73
150
2
83.82
1.68
Paris van Java FO
445.62
700
1
63.66
0.64
Ruko
488.33
700
3
69.76
2.09
Megalife
143.68
175
3
82.10
2.46
Bank Permata
155.78
175
2
89.02
1.78
STBA
2110.62
3500
4
60.30
2.41
Sumber: Hasil analisis, 2007.
0.90
70
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa KDB yang dimiliki oleh jenis guna lahan di sepanjang Jalan Cihampelas berkisar antara 39,85 - 91,61 %, sementara KLB berkisar antara 0,40 - 3,71. Sedangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Bandung 2013, maka KDB dan KLB maksimum untuk masingmasing guna lahan yang terletak di jalan kolektor adalah sebagai berikut: •
•
Perdagangan -
Pusat belanja/mall
: KDB 60%; KLB 1,8
-
Eceran aglomerasi (linier) : KDB 60%; KLB 0,9
Jasa -
Luas min 200-1000 m2
: KDB 60%, KLB 1,2
•
Bangunan sedang
: KDB 25%; KLB 1,25
•
Perguruan tinggi
: KDB 50%; KLB 1,0
•
Fasilitas umum/sosial
: KDB 50%; KLB 1,0
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa secara umum kegiatan perdagangan dan jasa yang berada di sepanjang Jalan Cihampelas memiliki KDB dan KLB yang telah melewati batas maksimum dari standar yang telah ditetapkan, oleh karena itu maka kegiatan perdagangan dan jasa yang ada saat ini perlu dikendalikan.
4.4
Analisis Permasalahan di Jalan Cihampelas Analisis pada bagian ini akan membahas mengenai permasalahan
berdasarkan subsistem-subsistem yang telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya.
4.4.1
Subsistem Jaringan Seperti yang telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya bahwa
Jalan Cihampelas termasuk dalam klasifikasi jalan kolektor sekunder dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomer 34 tahun 2006, maka beberapa ketentuan dasar yang berkaitan dengan jalan kolektor sekunder. Selain berdasarkan peraturan tersebut, nilai level of service minimal yang seharusnya dimiliki oleh jalan kolektor sekunder berdasarkan IHCM 1997 adalah
71
C dengan nilai perbandingan antara volume kendaraan dan kapasitas jalan sebesar ≤ 0,80. Selanjutnya kriteria-kriteria di atas tersebut akan dijadikan dasar penentuan pemenuhan kriteria fungsi jalan kolektor sekunder, yaitu dengan cara membandingkan dengan kondisi yang ada sekarang (dengan mengambil kondisi yang paling buruk). Hasil perbandingan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel IV.12 Pemenuhan Kriteria Fungsi Jalan Cihampelas Kriteria Jalan
Syarat
Kondisi saat ini
Penilaian
9 meter
7-8 meter
Tidak memenuhi
Rasio V/C maksimal
≤ 0,80
1,03
Tidak memenuhi
Karakteristik arus lalu
Jaminan kelancaran
Arus lalu lintas sering
lintas
arus lalu lintas
terhambat
Kecepatan
20 km/jam
Kolektor Sekunder Lebar perkerasan minimum
11,46 km/jam (ruas 1) 13,81 km/jam (ruas 2)
Tidak memenuhi Tidak memenuhi
Sumber: Hasil analisis, 2007. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan fungsi jalan kolektor sekunder dari Jalan Cihampelas telah terganggu. Keadaan ini harus segera diatasi mengingat Jalan Cihampelas ini berada pada lokasi yang strategis sehingga berpengaruh langsung terhadap kondisi lalu lintas Kota Bandung secara umum terutama di bagian utara kota.
4.4.2
Subsistem Pergerakan Setelah melakukan analisis terhadap subsistem pergerakan, maka
permasalahan yang terjadi pada subsistem pergerakan sebenarnya memiliki kaitan yang sangat erat dengan subsistem jaringan, karena besarnya jumlah arus pergerakan yang melewati Jalan Cihampelas menjadi sebuah permasalahan akibat
72
kapasitas jalan tidak mampu menampung jumlah pergerakan yang ada sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Pada waktu-waktu puncak hari libur, volume pergerakan yang melewati Jalan Cihampelas ini sangat besar dan tidak sesuai dengan kapasitas jalannya sehingga LOS terparah yang dihasilkan yaitu F pada ruas 1, artinya bahwa arus lalu lintas terhambat, kecepatan kendaraan rendah, volume diatas kapasitas, dan macet pada waktu yang cukup lama, serta nilai E pada ruas 2, yang artinya arus lalu lintas tidak stabil, kecepatan rendah, volume pergerakan sama dengan kapaistas jalan, dan kadang terjadi kemacetan. Dari hasil penghitungan yang menghasilkan LOS seperti itu, maka dapat dikatakan bahwa permasalahan yang terjadi cukup rumit, mengingat jalan kolektor sekunder yang memiliki fungsi sebagai penghubung kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder kedua atau kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga seharusnya memiliki tingkat pelayanan yang baik (maksimal C dengan nilai perbandingan antara volume pergerakan dan kapasitas jalan ≤ 0,80). Namun, kenyataan yang terjadi tidak demikian. Penyebab utama kemacetan tersebut adalah banyaknya jumlah kendaraan yang melewati koridor Jalan Cihampelas. Setelah dilakukan pengamatan, penggunaan kendaraan pribadi yang melewati koridor jalan ini sangat tidak efisien. Hal ini terkait dengan load factor tiap kendaraan yang melewatinya. Ratarata satu kendaraan hanya digunakan oleh satu sampai dua orang saja, sehingga menimbulkan volume pergerakan yang besar tetapi sangat tidak efisien. Permasalahan lainnya pada subsistem pergerakan di koridor Jalan Cihampelas yaitu seringkali adanya kendaraan-kendaraan besar seperti bus yang melewati koridor Jalan Cihampelas terutama pada hari-hari libur atau akhir minggu. Seringnya kendaraan-kendaraan besar seperti bus ini melewati Jalan Cihampelas, tidak terlepas dari fungsi kawasan ini sebagai salah satu pusat kegiatan perdagangan dan jasa, terutama perdagangan jeans. Sebenarnya tidak menjadi suatu masalah jika kondisi dan kapasitas Jalan Cihampelas ini mendukung untuk dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar, namun pada kenyataannya kondisi dan kapasitas Jalan Cihampelas masih belum memadai,
73
sehingga jika dilewati oleh kendaraan-kendaraan besar, seringkali menimbulkan kemacetan yang lebih parah lagi. Selain itu, kurangnya fasilitas perparkiran di sepanjang Jalan Cihampelas sebanyak 183 satuan ruang parkir, ditambah dengan adanya aktivitas parkir pada pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter, seringkali mengakibatkan terganggunya kelancaran arus lalu lintas akibat tundaan yang dihasilkan dari pergerakan keluar masuk parkir. Pergerakan angkutan umum yang berhenti ditambah dengan kurangnya fasilitas pemberhentian angkutan umum (shelter), menyebabkan angkutan umum seringkali menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat sehingga mengakibatkan terhambatnya kelancaran arus lalu lintas. Terakhir, adanya pergerakan para pejalan kaki yang berjalan menggunakan sebagian badan jalan karena lahan trotoar digunakan untuk berjualan para pedagang kaki lima dan banyaknya para pejalan kaki yang menyeberang di sembarangan tempat menyebabkan terhambatnya arus lalu lintas.
4.4.3
Subsistem Aktivitas Pada subsistem aktivitas ini, permasalahan yang terjadi yaitu KDB dan
KLB yang dimiliki oleh bangunan kegiatan perdagangan dan jasa di sepanjang Jalan CIhampelas telah melewati batas maksimum dari standar yang telah ditetapkan, oleh karena itu maka kegiatan perdagangan dan jasa yang ada saat ini perlu dikendalikan. Selain itu adanya aktivitas berdagang para pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar juga merupakan suatu masalah karena mereka memaksa para pejalan kaki untuk berjalan dengan menggunakan sebagian badan jalan sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran arus lalu lintas. Secara ringkas, penyebab utama masalah lalu lintas di Jalan Cihampelas dapat dilihat pada Tabel IV.13 berikut ini. Untuk lebih mempermudah dalam mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab kemacetan lalu lintas di Jalan Cihampelas, maka dilakukan dengan 2 (dua) komponen pendekatan yang saling berpengaruh dalam masalah transportasi, yaitu komponen supply (penyediaan)
74
dan komponen demand (permintaan). Bila tingkat permintaan terhadap sarana dan prasarana transportasi melebihi tingkat penyediaannya maka kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindarkan karena demand tidak didukung oleh supply yang mencukupi. Sedangkan hubungan masing-masing faktor tersebut terhadap masalah yang ditimbulkan dapat dilihat pada Tabel IV.14.
Tabel IV.13 Faktor Penyebab Masalah Lalu Lintas di Jalan Cihampelas Pengelompokkan Masalah
No 1
Komponen Supply
Komponen Demand
Kapasitas jalan kurang memadai
Tingginya volume lalu lintas terutama pada jam-jam puncak
2
Kurangnya fasilitas parkir
3
Kurangnya
Aktivitas keluar masuk parkir
fasilitas
halte Frekuensi berhenti angkutan umum yang
pemberhentian angkutan umum
tinggi berakibat pada terhambatnya arus lalu lintas
4
Kurangnya fasilitas pejalan kaki
5
Kurangnya
fasilitas
bagi
Pergerakan pejalan kaki para Aktivitas pedagang kaki lima
pedagang kaki lima
Sumber: Hasil analisis, 2007.
Tabel IV.14 Hubungan Komponen Permasalahan terhadap Masalah Transportasi di Jalan Cihampelas Komponen Permasalahan
Komponen Supply
Komponen
I
II
III
Faktor lebar jalan
T
K
K
Kurangnya fasilitas parkir
T
S
S
T
S
K
Kurangnya fasilitas pejalan kaki
T
K
K
Kurangnya fasilitas bagi pedagang kaki lima
T
K
K
Tingginya volume lalu lintas
K
K
K
Kurangnya fasilitas halte pemberhentian angkutan umum
75
Demand
Komponen Permasalahan
I
II
III
Aktivitas keluar masuk parkir
T
S
K
Frekuensi berhenti angkutan umum
T
T
K
Aktivitas pejalan kaki
T
K
K
Aktivitas pedagang kaki lima
T
K
K
Sumber: Hasil analisis, 2007. Keterangan: I = Bertambahnya volume lalu lintas II = Berkurangnya kapasitas jalan III = Berkurangnya kecepatan kendaraan K = Hubungan kuat S = Hubungan sedang T = Tidak ada hubungan
4.5
Usulan Penanganan Masalah Lalu Lintas Berdasarkan
uraian
yang
telah
dijelaskan
pada
bagian-bagian
sebelumnya, terdapat beberapa persoalan di ruas Jalan Cihampelas yang menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jalan ini dan tidak sesuai dengan persyaratan teknis jalan kolektor sekunder. Oleh karena itu perlu dilakukan beberapa tindakan penanganan persoalan lalu lintas untuk meningkatkan level of service dan mengembalikan fungsi Jalan Cihampelas sebagai jalan kolektor sekunder, yaitu memiliki nilai VCR ≤ 0,80 dan kecepatan perjalanan minimal 20 km/jam. Dalam studi ini, ada 2 (dua) alternatif penanganan persoalan lalu lintas yang diajukan. Alternatif pertama akan ditekankan dan dibatasi pada pengurangan hambatan samping sisi jalan (side friction) yang dianggap paling berpengaruh pada terhadap kemacetan. Alternatif kedua tetap melakukan pengurangan hambatan samping ditambah dengan mengusulkan penambahan kapasitas jalan dengan cara melakukan pelebaran jalan. Pada kedua alternatif tersebut diberlakukan kondisi skenario yaitu volume pergerakan kendaraan yang melewati Jalan Cihampelas tidak akan meningkat atau sama dengan yang terjadi saat ini.
76
Sangat disadari bahwa penanganan yang ditempuh masih kurang optimal dan akan berdampak pada persoalan yang lainnya. Namun demikian untuk kondisi saat ini dengan melihat keterbatasan-keterbatasan yang ada, penanganan tersebut dianggap yang memungkinkan untuk dapat dilaksanakan, serta diharapkan dapat menekan/mengurangi kerugian yang mungkin timbul.
4.5.1
Alternatif 1 Pengelolaan lalu lintas pada alternatif 1 merupakan penanganan yang
lebih bersifat untuk mengilangkan gangguan/hambatan samping yang terjadi di sepanjang Jalan Cihampelas. Berikut ini adalah beberapa usulan penanganan persoalan lalu lintas untuk masing-masing ruas di Jalan Cihampelas.
a.
Ruas 1 (Jalan Bapak Husen - Jalan Prof. Eyckman) Upaya yang dilakukan untuk menangani persoalan lalu lintas di ruas 1
antara lain adalah pelarangan parkir pada pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter. Penghilangan parkir pada daerah sempadan bangunan ini selain mengurangi hambatan samping akibat aktivitas keluar masuk parkir yang secara langsung akan mengganggu kelancaran lalu lintas, juga akan memberikan ruang tambahan bagi para pejalan kaki untuk berjalan, karena keadaan saat ini selain karena banyaknya pedagang kaki lima yang menggunakan jalur pejalan kaki untuk berjualan, adanya aktivitas parkir pada daerah sempadan bangunan juga mengambil sebagian jalur trotoar sehingga para pejalan kaki terpaksa menggunakan sebagian badan jalan untuk berjalan yang akhirnya dapat menghambat kelancaran arus lalu lintas. Aktivitas parkir yang hilang ini dapat dipindahkan ke lokasi lain dengan dibangun gedung atau lapangan parkir yang lebih luas. Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat sebuah lahan kosong yang belum termanfaatkan (dapat dilihat pada Gambar 4.1), untuk dapat dijadikan sebagai lahan atau gedung parkir yang baru untuk menampung aktivitas parkir yang dipindahkan sekaligus juga untuk memenuhi kebutuhan parkir yang kurang sebanyak 183 satuan ruang parkir. Tabel berikut ini
77
memaparkan tentang pertokoan-pertokoan di ruas 1 Jalan Cihampelas yang dihilangkan aktivitas parkirnya pada daerah sempadan bangunan tersebut.
Tabel IV.15 Pemindahan Aktivitas Parkir pada Pertokoan di Ruas 1 (Alternatif 1) Garis Sempadan
Kapasitas Parkir
Kebutuhan Parkir
Bangunan (m)
(SRP)
(SRP)
Superhero
4
3
21
Tattoo Shop
1
0
5
Blue Island
1
0
5
Toko Jeans
1
0
5
Westpack
1
0
6
Ultraman
1
0
6
4,5
7
26
10
74
Bangunan
Toko Jeans Total
Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan
tabel
tersebut,
maka
pelarangan
aktivitas
parkir
diberlakukan pada toko jeans Superhero dan deretan pertokoan jeans yang terletak di sebelah timur Jalan Cihampelas. Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut, mengakibatkan adanya pemindahan ruang parkir sebanyak 10 satuan ruang parkir karena pada pertokoan lainnya (yang ada pada tabel tersebut) saat ini memang tidak memiliki lahan parkir, sehingga pada proses pembuatan gedung parkir yang baru yang terletak di lahan yang telah ditentukan, perlu ditambahkan sebanyak 10 satuan ruang parkir. Untuk mendukung pelarangan aktivitas parkir pada pertokoan-pertokoan tersebut, maka diperlukan 4 buah rambu dilarang parkir dengan perincian 1 buah rambu diletakkan pada toko jeans Superhero dan 3 buah rambu lagi diletakkan pada deretan pertokoan jeans di sebelah timur Jalan Cihampelas. Untuk mengatasi persoalan angkutan umum yang seringkali menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat, maka perlu penambahan tempat pemberhentian angkutan umum (shelter) sebanyak 1 buah (lokasi
78
penempatan shelter dapat dilihat pada Gambar 4.1). Dasar yang digunakan untuk meletakkan tempat pemberhentian angkutan umum adalah bahwa di Indonesia dengan cuaca yang relatif panas, rata-rata jarak tempuh orang berjalan kaki adalah kurang lebih 400 meter (Yuliastuti, 1991).
Jadi
penambahan
tempat
pemberhentian angkutan umum ini diletakkan pada lokasi dengan jarak 400 meter dari lokasi tempat pemberhentian angkutan umum yang telah ada saat ini di Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STBA). Selain berdasarkan jarak, penempatan lokasi shelter juga berdasarkan pada kedekatan dengan lokasi pertokoan yang memiliki tarikan cukup tinggi (dalam hal ini yaitu Cihampelas Walk). Tempat pemberhentian angkutan umum yang ada saat ini yang terletak di STBA juga perlu diperbaiki kondisinya sehingga dapat dipergunakan kembali sebagaimana mestinya sebagai tempat pemberhentian angkutan umum, bukan sebagai tempat berjualan para pedagang kaki lima. Pembangunan tempat pemberhentian angkutan umum ini dapat berupa teluk jalan dengan kapasitas maksimal 2 buah kendaraan yang dapat berhenti atau “ngetem”. Untuk mendukung hal ini juga perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berhenti sebanyak 6 buah dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Selanjutnya upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pedagang kaki lima yaitu dengan melakukan pelarangan berjualan kepada para pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan mereka. Hal tersebut mengingat banyak sekali para pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan mereka sehingga mengorbankan keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki karena mereka terpaksa berjalan menggunakan sebagian badan jalan sehingga dapat menyebabkan terhambatnya kelancaran arus lalu lintas. Untuk mendukung hal ini maka perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berjualan sebanyak 12 buah, masing-masing 6 buah pada setiap sisi jalan dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Selain pemasangan rambu-rambu dilarang berjualan, perlu dilakukan juga pemasangan pagar pembatas. Pemasangan pagar pembatas ini selain untuk mencegah para pedagang kaki lima berjualan di trotoar, juga untuk “memaksa” para pejalan kaki menggunakan fasilitas trotoar dan mengarahkan mereka ke area penyeberangan
79
(zebra cross) jika ingin menyeberang. Mengingat banyak sekali para pejalan kaki yang menyeberang di sembarang tempat, maka perlu dibuat 3 buah fasilitas zebra cross untuk mengakomodasi penyeberang jalan terutama pada bangunanbangunan yang memiliki bangkitan dan tarikan yang cukup besar, yaitu di Sekolah Tinggi Bahasa Asing, di antara deretan pertokoan jeans, dan di Cihampelas Walk. Hal ini dapat mengkonsentrasikan penyeberang pada satu lokasi sehingga hambatan terhadap kendaraan yang sedang melaju dapat berkurang. Terakhir, upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pejalan kaki selain yang telah dijelaskan di atas, yaitu dengan memperbaiki dan membangun fasilitas trotoar. Berdasarkan pengamatan, hampir di seluruh bagian timur Jalan Cihampelas (675 meter), belum terdapat fasilitas trotoar yang memadai sehingga hal ini menyebabkan para pejalan kaki enggan berjalan di trotoar yang ada. Mereka lebih memilih berjalan di sebagian badan jalan, yang tentunya dapat mengakibatkan terganggunya kelancaran arus lalu lintas. Sedangkan di bagian barat Jalan Cihampelas, trotoar yang memadai baru tersedia sepanjang kurang lebih 275 meter, sehingga perlu dibangun trotoar sepanjang 400 meter untuk mengakomodasi aktivitas pejalan kaki. Setelah dilakukan berbagai upaya untuk menghilangkan berbagai hambatan samping di atas, maka akan diperoleh kapasitas jalan yang baru, yaitu sebagai berikut: C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCS = 3300 x 0,92 x 1,00 x 0,89 x 1,00 = 2702,04 smp/jam Tabel berikut berisi tentang perbandingan kondisi tingkat pelayanan jalan pada ruas 1 sebelum dan setelah penanganan.
80
Tabel IV.16 Perbandingan Kondisi Tingkat Pelayanan Jalan pada Ruas 1 Sebelum dan Setelah Penanganan dengan Alternatif 1 Hari
Jumat
Sabtu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1509.2
2216.28
0.6809
Sangat tinggi
C
1509.2
2702.04
0.5585
Sedang
B
08.00-09.00
1758.6
2216.28
0.7934
Sangat tinggi
C
1758.6
2702.04
0.6508
Sedang
C
12.00-13.00
1899.4
2216.28
0.8570
Sangat tinggi
D
1899.4
2702.04
0.7030
Sedang
C
13.00-14.00
1911.2
2216.28
0.8623
Sangat tinggi
D
1911.2
2702.04
0.7073
Sedang
C
14.00-15.00
2036.6
2216.28
0.9189
Sangat tinggi
E
2036.6
2702.04
0.7537
Sedang
C
17.00-18.00
2156.6
2216.28
0.9730
Sangat tinggi
E
2156.6
2702.04
0.7981
Sedang
C
18.00-19.00
2173
2216.28
0.9804
Sangat tinggi
E
2173
2702.04
0.8042
Sedang
D
19.00-20.00
2110.2
2216.28
0.9521
Sangat tinggi
E
2110.2
2702.04
0.7810
Sedang
C
07.00-08.00
1450.6
2216.28
0.6545
Sangat tinggi
C
1450.6
2702.04
0.5369
Sedang
B
08.00-09.00
1682.6
2216.28
0.7592
Sangat tinggi
C
1682.6
2702.04
0.6227
Sedang
C
12.00-13.00
1974.6
2216.28
0.8909
Sangat tinggi
D
1974.6
2702.04
0.7308
Sedang
C
13.00-14.00
1953
2216.28
0.8812
Sangat tinggi
D
1953
2702.04
0.7228
Sedang
C
14.00-15.00
2041.8
2216.28
0.9212
Sangat tinggi
E
2041.8
2702.04
0.7557
Sedang
C
17.00-18.00
2185.6
2216.28
0.9861
Sangat tinggi
E
2185.6
2702.04
0.8089
Sedang
D
18.00-19.00
2295.4
2216.28
1.0356
Sangat tinggi
F
2295.4
2702.04
0.8495
Sedang
D
19.00-20.00
2217.6
2216.28
1.0005
Sangat tinggi
F
2217.6
2702.04
0.8207
Sedang
D
81
Hari
Minggu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1445.8
2216.28
0.65235
Sangat tinggi
C
1445.8
2702.04
0.5351
Sedang
B
08.00-09.00
1632.6
2216.28
0.73664
Sangat tinggi
C
1632.6
2702.04
0.6042
Sedang
C
12.00-13.00
1933.4
2216.28
0.87236
Sangat tinggi
D
1933.4
2702.04
0.7155
Sedang
C
13.00-14.00
1969.8
2216.28
0.88878
Sangat tinggi
D
1969.8
2702.04
0.7290
Sedang
C
14.00-15.00
2180.8
2216.28
0.98399
Sangat tinggi
E
2180.8
2702.04
0.8071
Sedang
D
17.00-18.00
1963.2
2216.28
0.88580
Sangat tinggi
D
1963.2
2702.04
0.7266
Sedang
C
18.00-19.00
1893.8
2216.28
0.85449
Sangat tinggi
D
1893.8
2702.04
0.7009
Sedang
C
19.00-20.00
1826.6
2216.28
0.82417
Sangat tinggi
D
1826.6
2702.04
0.6760
Sedang
C
Sumber: Hasil analisis, 2007.
82
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan berbagai upaya penanganan, maka hambatan samping yang terjadi di sepanjang ruas 1 dapat berkurang menjadi tingkatan sedang, dan tingkat pelayanan jalan pun dapat meningkat yaitu dari F menjadi berkisar B. Peningkatan level of service ini tentunya membawa dampak yang positif bagi lalu lintas di ruas 1 meskipun pada saat-saat tertentu, tingkat pelayanan jalan masing berada pada tingkat D, namun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa tingkat pelayanan jalan pada ruas 1 setelah dilakukan berbagai upaya penanganan, dapat mengalami peningkatan.
b.
Ruas 2 (Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur) Upaya yang dilakukan untuk menangani persoalan lalu lintas di ruas 2
relatif sama dengan upaya yang dilakukan pada ruas 1, yaitu antara lain pelarangan parkir pada pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter. Selain mengurangi hambatan samping akibat aktivitas keluar masuk parkir yang dapat mengganggu kelancaran lalu lintas, penhilangan aktivitas parkir pada pertokoan tersebut juga akan memberikan ruang tambahan bagi para pejalan kaki untuk berjalan. Aktivitas parkir yang hilang ini dapat dipindahkan ke lokasi lain (lokasi sama dengan ruas 1) dengan dibangun gedung atau lapangan parkir yang lebih luas. Tabel berikut ini memaparkan tentang pertokoan-pertokoan di ruas 2 Jalan Cihampelas yang dihilangkan aktivitas parkirnya pada daerah sempadan bangunan tersebut. Berdasarkan tabel tersebut, pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut, mengakibatkan adanya pemindahan ruang parkir sebanyak 19 satuan ruang parkir. Secara keseluruhan, dalam proses pembuatan gedung parkir yang baru perlu ditambahkan 19 satuan ruang parkir (aktivitas parkir yang dipindahkan dari ruas 2) dan 10 satuan ruang parkir (aktivitas parkir yang dipindahkan dari ruas 1), serta 183 satuan ruang parkir (kebutuhan parkir yang belum terakomodasi saat ini). Untuk mendukung pelarangan aktivitas parkir pada pertokoan-pertokoan tersebut, maka diperlukan 5 buah rambu dilarang parkir yang masing-masing diletakkan 1 buah rambu pada setiap pertokoan tersebut.
83
Tabel IV.17 Pemindahan Aktivitas Parkir pada Pertokoan di Ruas 2 (Alternatif 1) Garis Sempadan
Kapasitas Parkir
Kebutuhan Parkir
Bangunan (m)
(SRP)
(SRP)
Tarzan Jeans
5
4
7
Studio Jeans
4
2
4
Rambo
4,5
4
14
Aztec
4
4
14
Perahu
5
5
24
19
63
Bangunan
Total
Sumber: Hasil analisis, 2007. Persoalan lainnya adalah angkutan umum yang seringkali menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat. Untuk itu maka perlu penambahan tempat pemberhentian angkutan umum (shelter) sebanyak 1 buah (lokasi penempatan shelter dapat dilihat pada Gambar 4.1). Tempat pemberhentian angkutan umum pada ruas 2 ini diletakkan 400 meter setelah tempat pemberhentian angkutan umum yang kedua pada ruas 1, tepatnya di depan IBC Jeans Factory Outlet. Selain pembangunan shelter, untuk mengurangi aktivitas angkutan umum yang berhenti sembarangan guna menaikkan dan menurunkan penumpang, perlu juga dilakukan pemasangan rambu dilarang berhenti sebanyak 8 buah dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Sama halnya dengan ruas 1, pembangunan tempat pemberhentian angkutan umum di ruas 2 pun berupa teluk jalan dengan kapasitas maksimal angkutan umum yang dapat berhenti atau “ngetem” yaitu 2 buah kendaraan. Selanjutnya upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pejalan kaki dan pedagang kaki lima yaitu dengan melakukan pemasangan pagar pembatas sehingga dapat mencegah para pedagang kaki lima berjualan menggunakan trotoar sekaligus dapat “memaksa” para pejalan kaki untuk menggunakan trotoar sebagai tempat berjalan mereka dan mengarahkan ke area penyeberangan (zebra cross) ketika mereka hendak menyeberang sehingga dapat mengurangi tundaan yang timbul akibat aktivitas menyeberang di sembarang
84
tempat. Untuk mendukung upaya penanganan persoalan pedagang kaki lima, maka perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berjualan sebanyak 16 buah, masing 8 buah pada setiap sisi jalan dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Fasilitas trotoar yang berada pada kedua sisi jalan ruas 2 ini relatif lebih memadai dibandingkan dengan yang terdapat pada ruas 1, oleh karena itu tidak perlu ada pembangunan trotoar baru. Hal yang perlu dilakukan hanyalah pengoptimalan penggunaan fasilitas trotoar sebagaimana mestinya, karena berdasarkan pengamatan cukup banyak para pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebagai tempat berjualan mereka sehingga mengorbankan keamanan dan kenyamanan para pejalan kaki. Selain pengoptimalan penggunaan fasilitas trotoar, perlu dibangun juga zebra cross untuk mengakomodasi aktivtas menyeberang para pejalan kaki terutama pada daerah pertokoan yang memiliki tarikan yang cukup besar, antara lain Premier Plaza, The Prominade, dan di antara deretan pertokoan jeans yang ada di ruas 2, serta di persimpangan Jalan Cihampelas dan Jalan Pasteur. Setelah dilakukan berbagai upaya untuk menghilangkan berbagai hambatan samping di atas, maka akan diperoleh kapasitas jalan yang baru, yaitu sebagai berikut: C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCS = 3300 x 1,00 x 1,00 x 0,89 x 1,00 = 2937 smp/jam Tabel berikut berisi tentang perbandingan kondisi tingkat pelayanan jalan pada ruas 2 sebelum dan setelah penanganan.
85
Tabel IV.18 Perbandingan Kondisi Tingkat Pelayan Jalan pada Ruas 2 Sebelum dan Setelah Penanganan dengan Alternatif 1 Hari
Jumat
Sabtu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1515.2
2409
0.6290
Sangat tinggi
C
1515.2
2937
0.5159
Sedang
B
08.00-09.00
1769.6
2409
0.7346
Sangat tinggi
C
1769.6
2937
0.6025
Sedang
C
12.00-13.00
1904.4
2409
0.7905
Sangat tinggi
D
1904.4
2937
0.6484
Sedang
C
13.00-14.00
1917.2
2409
0.7958
Sangat tinggi
D
1917.2
2937
0.6528
Sedang
C
14.00-15.00
2036.6
2409
0.8454
Sangat tinggi
D
2036.6
2937
0.6934
Sedang
C
17.00-18.00
2157.6
2409
0.8956
Sangat tinggi
D
2157.6
2937
0.7346
Sedang
C
18.00-19.00
2179
2409
0.9045
Sangat tinggi
E
2179
2937
0.7419
Sedang
C
19.00-20.00
1515.2
2409
0.8801
Sangat tinggi
D
1515.2
2937
0.5159
Sedang
B
07.00-08.00
1466.4
2409
0.6087
Sangat tinggi
C
1466.4
2937
0.4993
Sedang
B
08.00-09.00
1682.6
2409
0.6985
Sangat tinggi
C
1682.6
2937
0.5729
Sedang
B
12.00-13.00
1992.8
2409
0.8272
Sangat tinggi
D
1992.8
2937
0.6785
Sedang
C
13.00-14.00
1953
2409
0.8107
Sangat tinggi
D
1953
2937
0.6650
Sedang
C
14.00-15.00
2061.8
2409
0.8559
Sangat tinggi
D
2061.8
2937
0.7020
Sedang
C
17.00-18.00
2190.6
2409
0.9093
Sangat tinggi
E
2190.6
2937
0.7459
Sedang
C
18.00-19.00
2291.4
2409
0.9512
Sangat tinggi
E
2291.4
2937
0.7802
Sedang
C
19.00-20.00
2222.6
2409
0.9226
Sangat tinggi
E
2222.6
2937
0.7568
Sedang
C
86
Hari
Minggu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1445.8
2409
0.6002
Sangat tinggi
C
1445.8
2937
0.4923
Sedang
B
08.00-09.00
1632.6
2409
0.6777
Sangat tinggi
C
1632.6
2937
0.5559
Sedang
B
12.00-13.00
1928.4
2409
0.8005
Sangat tinggi
D
1928.4
2937
0.6566
Sedang
C
13.00-14.00
1973
2409
0.8190
Sangat tinggi
D
1973
2937
0.6718
Sedang
C
14.00-15.00
2173.2
2409
0.9021
Sangat tinggi
E
2173.2
2937
0.7399
Sedang
C
17.00-18.00
1989.2
2409
0.8257
Sangat tinggi
D
1989.2
2937
0.6773
Sedang
C
18.00-19.00
1889.8
2409
0.7845
Sangat tinggi
C
1889.8
2937
0.6434
Sedang
C
19.00-20.00
1831.6
2409
0.7603
Sangat tinggi
C
1831.6
2937
0.6236
Sedang
C
Sumber: Hasil analisis, 2007.
87
88
89
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa setelah dilakukan berbagai upaya penanganan, maka hambatan samping yang terjadi di sepanjang ruas 2 dapat berkurang menjadi tingkatan sedang, dan tingkat pelayanan jalan pun dapat meningkat yaitu dari berkisar E menjadi berkisar B. Peningkatan level of service pada ruas 2 jauh lebih baik daripada ruas 1, sehingga tingkat pelayanan jalan pada ruas 2 ini telah dapat memenuhi persyaratan teknis tingkat pelayanan jalan untuk jalan kolektor sekunder, yaitu maksimal berada pada tingkat C dengan nilai perbandingan antara volume pergerakan dan kapasitas jalan ≤ 0,80. Hal ini tentunya membawa dampak yang sangat positif terutama bagi lalu lintas di ruas 2 meskipun jika dilihat berdasarkan lebar minimun jalan untuk kolektor sekunder masih belum dapat dipenuhi, namun tingkat pelayanan jalan yang baru setelah adanya berbagai upaya penanganan menunjukkan peningkatan yang sangat baik. Secara keseluruhan peta upaya penanganan persoalan lalu lintas dengan menggunakan alternatif 1 dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Tabel IV.19 Alternatif 1 Kondisi Skenario
Permasalahan Aktivitas parkir pada pertokoan yang memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 m
Usulan Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoan tersebut
Uraian - Pemindahan aktivitas parkir - Pemasangan rambu dilarang parkir - Pemasangan rambu
Volume lalu
Aktivitas angkutan umum
Penertiban angkutan
lintas tidak
yang berhenti sembarangan
umum
meningkat
dilarang berhenti - Pembangunan shelter - Pemasangan rambu shelter
Tidak tersedianya fasilitas
Penyediaan fasilitas
pejalan kaki yang memadai
pejalan kaki
Aktivitas PKL pada trotoar
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
- Pembangunan trotoar - Pembangunan sarana penyeberangan - Pemasangan pagar pembatas
90
Kondisi Skenario
Permasalahan
Usulan
Uraian - Pemasangan rambu dilarang berjualan - 183 SRP (kebutuhan parkir)
Kebutuhan parkir tidak
Penyediaan gedung parkir
terpenuhi
baru
- 10 SRP (pemindahan parkiri dari ruas 1) - 19 SRP (pemindahan parkir dari ruas 2)
Sumber: Hasil analisis, 2007
4.5.2
Alternatif 2 Pada alternatif yang kedua ini, tetap dilakukan pengurangan terhadap
hambatan-hambatan samping meskipun tidak seluruhnya sama dengan upaya yang dilakukan pada alternatif 1, sekaligus mengusulkan untuk menambah lajur jalan guna memperbesar lebar dan kapasitas jalan dalam rangka memenuhi standar teknis lebar jalan untuk jalan kolektor sekunder berdasarkan pada PP no. 34 tahun 2006, yaitu 9 meter.
a.
Ruas 1 (Jalan Bapak Husen - Jalan Prof. Eyckman) Pelebaran badan jalan yang dilakukan pada ruas 1 yaitu sebanyak 2
meter, karena pada saat ini lebar badan jalan yang ada hanya 7 meter. Pelebaran badan jalan dilakukan dengan menambah jumlah lajur sehingga setelah dilakukan upaya pelebaran badan jalan, maka jumlah lajur yang tersedia menjadi 3 buah lajur dengan masing-masing lajur memiliki lebar 3 meter. Selain penambahan lajur jalan, dilakukan juga upaya untuk mengurangi hambatan-hambatan samping yang ada. Penghilangan aktivitas parkir terhadap pertokoan yang memiliki lahan parkir pada daerah sempadan kurang dari 5 meter sudah pasti harus dilakukan, karena tergusur oleh adanya proses penambahan lajur jalan. Sedangkan pada pertokoan yang memiliki daerah sempadan bangunan lebih dari 5 meter, masih dapat melakukan aktivitas parkir pada lahan mereka karena proses penambahan lajur tidak akan menggusur lahan parkir pertokoan-pertokoan
91
tersebut. Pertokoan yang harus memindahkan aktivitas parkir mereka yaitu toko jeans Superhero, Megalife, Bank Permata, Toko CIA, Bank Mandiri, dan deretan pertokoan jeans di bagian timur Jalan Cihampelas ruas 1. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Berdasarkan tabel tersebut, maka terdapat 18 satuan ruang parkir yang harus dipindahkan akibat adanya proses pelebaran jalan ini.
Tabel IV.20 Pemindahan Aktivitas Parkir pada Pertokoan di Ruas 1 (Alternatif 2) Garis Sempadan Bangunan (m)
Kapasitas Parkir
Kebutuhan
(SRP)
Parkir (SRP)
3
3
21
1
0
0
5
Blue Island
1
0
0
5
Toko Jeans
1
0
0
5
Westpack
1
0
0
6
Ultraman
1
0
0
6
4,5
3,5
7
26
Megalife
6
5
2
5
Bank Permata
6
5
2
4
5,5
4,5
2
2
6
5
2
3
18
88
Bangunan
Sebelum
Sesudah
Alternatif
Alternatif
Superhero
4
Tattoo Shop
Toko Jeans
Toko CIA Bank Mandiri
Total
Sumber: Hasil analisis, 2007. Untuk mengatasi persoalan angkutan umum, maka perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berhenti sebanyak 2 buah yang ditempatkan pada pertokoan yang memiliki tarikan yang cukup besar, yaitu deretan pertokoan jeans di bagian timur jalan sebelum Cihampelas Walk dan di depan Cihampelas Walk itu sendiri dengan masing-masing radius pelarangan berhenti sepanjang 100 meter. Adanya proses penambahan lajur jalan ini akan memaksa penggusuran terhadap tempat pemberhentian angkutan umum yang telah ada saat ini di dekat
92
Sekolah Tinggi Bahasa Asing sehingga pada skenario 2 ini tidak mungkin untuk menambah pembangunan tempat pemberhentian angkutan umum karena lahan yang ada saat ini akan terpakai oleh penambahan lajur jalan. Selanjutnya upaya yang dilakukan untuk mengatasi persoalan pedagang kaki lima yaitu dengan memasang rambu dilarang berjualan sebanyak 12 buah, masing-masing 6 buah diletakkan pada setiap sisi jalan dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Selain pemasangan rambu dilarang berjualan, perlu dilakukan pemasangan pagar pembatas untuk mencegah para pedagang kaki lima berjualan di trotoar sekaligus untuk mencegah para pejalan kaki menyeberang di sembarang tempat dan mengarahkan mereka ke zebra cross jika ingin menyeberang.
Pembangunan
zebra
cross
juga
dirasakan
perlu
untuk
mengakomodasi aktivitas menyeberang para pejalan kaki sehingga dapat mengurangi hambatan pada kelancaran arus lalu lintas. Sama halnya dengan skenario 1 bahwa zebra cross yang dibangun sebanyak 3 buah diletakkan di STBA, di antara deretan pertokoan jeans, dan di Cihampelas Walk. Terakhir, upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi para pejalan kaki selain yang telah dijelaskan di atas, yaitu dengan memperbaiki dan membangun fasilitas trotoar. Sama halnya dengan skenario 1, maka fasilitas trotoar yang perlu dibangun di bagian timur jalan adalah sepanjang 675 meter, karena sepanjang sisi timur Jalan Cihampelas pada ruas 1 ini masih belum terdapat trotoar yang memadai. Sedangkan di bagian barat Jalan Cihampelas, trotoar yang perlu dibangun yaitu sepanjang 400 meter untuk dapat mengakomodasi aktivitas pejalan kaki. Setelah dilakukan berbagai upaya di atas, maka akan diperoleh kapasitas jalan yang baru, yaitu sebagai berikut:
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCS = 4950 x 0,92 x 1,00 x 0,89 x 1,00 = 4053,06 smp/jam
93
Tabel berikut berisi tentang perbandingan kondisi tingkat pelayanan jalan pada ruas 1 sebelum dan setelah penanganan. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan berbagai upaya penanganan, tingkat pelayanan Jalan Cihampelas pada ruas 1 meningkat dengan signifikan yaitu dari berkisar F menjadi berkisar A. Peningkatan level of service yang siginifikan ini tentunya membawa dampak yang sangat positif bagi lalu lintas di ruas 1 karena tingkat pelayanan jalan menjadi sangat baik, bahkan dapat melebihi standar masimal tingkat pelayanan jalan untuk jalan kolektor sekunder. Meskipun peningkatan level of service terjadi secara signifikan setelah adanya berbagai upaya di atas, terutama dengan adanya penambahan lajur jalan, namun perlu digarisbawahi bahwa solusi ini setidaknya dapat memberikan persoalan lebih lanjut lagi, yaitu konflik dengan para pemilik bangunan, karena penerapan solusi penambahan lajur jalan tentunya akan mengambil dari sebagian lahan bangunan yang ada di sepanjang Jalan Cihampelas. Oleh karena itu, penerapan solusi penambahan lajur jalan baru benar-benar dapat diterapkan jika pemerintah kota Bandung telah mencapai kesepakatan dengan para pengguna Jalan Cihampelas, terutama para pemiliki bangunan yang ada jalan ini.
94
Tabel IV.20 Perbandingan Kondisi Tingkat Pelayan Jalan pada Ruas 1 Sebelum dan Setelah Penanganan dengan Alternatif 2 Hari
Jumat
Sabtu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1509.2
2216.28
0.6809
Sangat tinggi
C
1509.2
4053.06
0.3724
Sedang
A
08.00-09.00
1758.6
2216.28
0.7934
Sangat tinggi
C
1758.6
4053.06
0.4339
Sedang
B
12.00-13.00
1899.4
2216.28
0.8570
Sangat tinggi
D
1899.4
4053.06
0.4686
Sedang
B
13.00-14.00
1911.2
2216.28
0.8623
Sangat tinggi
D
1911.2
4053.06
0.4715
Sedang
B
14.00-15.00
2036.6
2216.28
0.9189
Sangat tinggi
E
2036.6
4053.06
0.5025
Sedang
B
17.00-18.00
2156.6
2216.28
0.9730
Sangat tinggi
E
2156.6
4053.06
0.5321
Sedang
B
18.00-19.00
2173
2216.28
0.9804
Sangat tinggi
E
2173
4053.06
0.5361
Sedang
B
19.00-20.00
2110.2
2216.28
0.9521
Sangat tinggi
E
2110.2
4053.06
0.5206
Sedang
B
07.00-08.00
1450.6
2216.28
0.6545
Sangat tinggi
C
1450.6
4053.06
0.3579
Sedang
A
08.00-09.00
1682.6
2216.28
0.7592
Sangat tinggi
C
1682.6
4053.06
0.4151
Sedang
B
12.00-13.00
1974.6
2216.28
0.8909
Sangat tinggi
D
1974.6
4053.06
0.4872
Sedang
B
13.00-14.00
1953
2216.28
0.8812
Sangat tinggi
D
1953
4053.06
0.4819
Sedang
B
14.00-15.00
2041.8
2216.28
0.9212
Sangat tinggi
E
2041.8
4053.06
0.5038
Sedang
B
17.00-18.00
2185.6
2216.28
0.9861
Sangat tinggi
E
2185.6
4053.06
0.5392
Sedang
B
18.00-19.00
2295.4
2216.28
1.0356
Sangat tinggi
F
2295.4
4053.06
0.5663
Sedang
B
19.00-20.00
2217.6
2216.28
1.0005
Sangat tinggi
F
2217.6
4053.06
0.5471
Sedang
B
95
Hari
Minggu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1445.8
2216.28
0.65235
Sangat tinggi
C
1445.8
4053.06
0.3567
Sedang
A
08.00-09.00
1632.6
2216.28
0.73664
Sangat tinggi
C
1632.6
4053.06
0.4028
Sedang
B
12.00-13.00
1933.4
2216.28
0.87236
Sangat tinggi
D
1933.4
4053.06
0.4770
Sedang
B
13.00-14.00
1969.8
2216.28
0.88878
Sangat tinggi
D
1969.8
4053.06
0.4860
Sedang
B
14.00-15.00
2180.8
2216.28
0.98399
Sangat tinggi
E
2180.8
4053.06
0.5381
Sedang
B
17.00-18.00
1963.2
2216.28
0.88580
Sangat tinggi
D
1963.2
4053.06
0.4844
Sedang
B
18.00-19.00
1893.8
2216.28
0.85449
Sangat tinggi
D
1893.8
4053.06
0.4673
Sedang
B
19.00-20.00
1826.6
2216.28
0.82417
Sangat tinggi
D
1826.6
4053.06
0.4507
Sedang
B
Sumber: Hasil analisis, 2007.
96
b.
Ruas 2 (Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur) Upaya pelebaran badan jalan yang dilakukan pada ruas 2 yaitu sebanyak
1 meter, karena lebar badan jalan yang ada saat ini yaitu 8 meter. Pelebaran badan jalan dilakukan dengan menambah jumlah lajur sehingga setelah dilakukan upaya pelebaran badan jalan, maka jumlah lajur yang tersedia menjadi 3 buah lajur dengan masing-masing lajur memiliki lebar 3 meter. Selain penambahan lajur jalan, dilakukan juga upaya untuk mengurangi hambatan-hambatan samping yang ada. Pengurangan hambatan-hambatan samping yang dilakukan relatif sama dengan yang dilakukan pada ruas 1, yaitu penghilangan aktivitas parkir terhadap pertokoan yang memiliki lahan parkir pada daerah sempadan kurang dari 5 meter. Aktivitas parkir yang hilang ini dapat dipindahkan ke lokasi yang telah ditentukan (lokasi sama dengan skenario 1) dengan dibangun gedung atau lapangan parkir yang lebih luas. Tabel berikut ini berisikan tentang pertokoan-pertokoan di ruas 2 Jalan Cihampelas yang dihilangkan aktivitas parkirnya pada daerah sempadan bangunan tersebut.
Tabel IV.22 Pelarangan Aktivitas Parkir pada Pertokoan di Ruas 2 (Alternatif 2) Garis Sempadan Bangunan
Kapasitas Parkir
Kebutuhan Parkir
(SRP)
(SRP)
4,5
4
7
4
3,5
2
4
Rambo
4,5
4
4
14
Aztec
4
3,5
4
14
Perahu
5
4,5
5
24
19
63
Bangunan
Sebelum
Sesudah
Alternatif
Alternatif
Tarzan Jeans
5
Studio Jeans
Total
Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan tabel tersebut, maka perlu adanya pemindahan ruang parkir sebanyak 19 satuan ruang parkir dan secara keseluruhan sama halnya dengan upaya yang dilakukan pada alternatif 1 bahwa dalam proses pembuatan gedung
97
atau lahan parkir yang baru perlu ditambahkan 19 satuan ruang parkir (aktivitas parkir yang dipindahkan dari ruas 2) dan 18 satuan ruang parkir (aktivitas parkir yang dipindahkan dari ruas 1), serta 183 satuan ruang parkir (kebutuhan parkir yang belum terakomodasi saat ini). Upaya selanjutnya untuk mengatasi persoalan angkutan umum, maka perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berhenti sebanyak 1 buah yang ditempatkan pada pertokoan yang memiliki tarikan yang cukup besar, yaitu deretan pertokoan jeans di bagian timur jalan tepat di depan The Prominade dengan radius pelarangan berhenti sepanjang 100 meter. Seperti halnya yang terjadi pada ruas 1, tidak mungkin untuk menambah pembangunan tempat pemberhentian angkutan umum karena lahan yang ada saat ini akan terpakai oleh penambahan lajur jalan. Selanjutnya upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pejalan kaki dan pedagang kaki lima yaitu dengan melakukan pemasangan pagar pembatas sehingga dapat mencegah para pedagang kaki lima berjualan menggunakan trotoar sekaligus dapat “memaksa” para pejalan kaki untuk menggunakan trotoar sebagai tempat berjalan mereka dan mengarahkan ke area penyeberangan (zebra cross) ketika mereka hendak menyeberang sehingga dapat mengurangi tundaan yang timbul akibat aktivitas menyeberang di sembarang tempat. Untuk mendukung upaya penanganan persoalan pedagang kaki lima, maka perlu dilakukan pemasangan rambu dilarang berjualan sebanyak 16 buah, masing 8 buah pada setiap sisi jalan dengan jarak 100 meter antara rambu-rambu tersebut. Selain itu, perlu dibangun juga zebra cross untuk mengakomodasi aktivitas menyeberang para pejalan kaki terutama pada daerah pertokoan yang memiliki tarikan yang cukup besar, antara lain Premier Plaza, The Prominade, dan di antara deretan pertokoan jeans yang ada di ruas 2, serta di persimpangan Jalan Cihampelas - Jalan Pasteur. Setelah dilakukan berbagai upaya di atas, maka akan diperoleh kapasitas jalan yang baru, yaitu sebagai berikut:
98
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCS = 4950 x 0,92 x 1,00 x 0,89 x 1,00 = 4053,06 smp/jam Tabel berikut berisi tentang perbandingan kondisi tingkat pelayanan jalan pada ruas 2 sebelum dan setelah penanganan. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa setelah dilakukan berbagai upaya penanganan, tingkat pelayanan Jalan Cihampelas pada ruas 2 meningkat menjadi berkisar A - B. Namun sama halnya dengan yang terjadi pada ruas 1, maka adanya penambahan lajur jalan dapat menimbulkan konflik dengan para pemilik bangunan, karena penerapan solusi penambahan lajur jalan tentunya akan mengambil dari sebagian lahan bangunan yang ada di sepanjang Jalan Cihampelas ruas 2 ini. Oleh karena itu, perlu ditekankan kembali bahwa penerapan solusi penambahan lajur jalan baru benar-benar dapat diterapkan jika pemerintah kota Bandung telah mencapai kesepakatan dengan para pengguna Jalan Cihampelas, terutama para pemiliki bangunan yang ada jalan ini. Secara keseluruhan peta usulan penanganan persoalan lalu lintas berdasarkan skenario 2 dapat dilihat pada Gambar 4.2.
99
Tabel IV.22 Perbandingan Kondisi Tingkat Pelayan Jalan pada Ruas 2 Sebelum dan Setelah Penanganan dengan Alternatif 2 Hari
Jumat
Sabtu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1515.2
2409
0.6290
Sangat tinggi
C
1515.2
4503.06
0.3365
Sedang
A
08.00-09.00
1769.6
2409
0.7346
Sangat tinggi
C
1769.6
4503.06
0.3930
Sedang
A
12.00-13.00
1904.4
2409
0.7905
Sangat tinggi
D
1904.4
4503.06
0.4229
Sedang
B
13.00-14.00
1917.2
2409
0.7958
Sangat tinggi
D
1917.2
4503.06
0.4258
Sedang
B
14.00-15.00
2036.6
2409
0.8454
Sangat tinggi
D
2036.6
4503.06
0.4523
Sedang
B
17.00-18.00
2157.6
2409
0.8956
Sangat tinggi
D
2157.6
4503.06
0.4791
Sedang
B
18.00-19.00
2179
2409
0.9045
Sangat tinggi
E
2179
4503.06
0.4839
Sedang
B
19.00-20.00
1515.2
2409
0.8801
Sangat tinggi
D
1515.2
4503.06
0.3365
Sedang
A
07.00-08.00
1466.4
2409
0.6087
Sangat tinggi
C
1466.4
4503.06
0.3256
Sedang
A
08.00-09.00
1682.6
2409
0.6985
Sangat tinggi
C
1682.6
4503.06
0.3737
Sedang
A
12.00-13.00
1992.8
2409
0.8272
Sangat tinggi
D
1992.8
4503.06
0.4425
Sedang
B
13.00-14.00
1953
2409
0.8107
Sangat tinggi
D
1953
4503.06
0.4337
Sedang
B
14.00-15.00
2061.8
2409
0.8559
Sangat tinggi
D
2061.8
4503.06
0.4579
Sedang
B
17.00-18.00
2190.6
2409
0.9093
Sangat tinggi
E
2190.6
4503.06
0.4865
Sedang
B
18.00-19.00
2291.4
2409
0.9512
Sangat tinggi
E
2291.4
4503.06
0.5089
Sedang
B
19.00-20.00
2222.6
2409
0.9226
Sangat tinggi
E
2222.6
4503.06
0.4936
Sedang
B
100
Hari
Minggu
Waktu
Sebelum Penanganan
Setelah Penanganan
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
V
C
VCR
Hambatan Samping
LOS
07.00-08.00
1445.8
2409
0.6002
Sangat tinggi
C
1445.8
4503.06
0.3211
Sedang
A
08.00-09.00
1632.6
2409
0.6777
Sangat tinggi
C
1632.6
4503.06
0.3626
Sedang
A
12.00-13.00
1928.4
2409
0.8005
Sangat tinggi
D
1928.4
4503.06
0.4282
Sedang
B
13.00-14.00
1973
2409
0.8190
Sangat tinggi
D
1973
4503.06
0.4381
Sedang
B
14.00-15.00
2173.2
2409
0.9021
Sangat tinggi
E
2173.2
4503.06
0.4826
Sedang
B
17.00-18.00
1989.2
2409
0.8257
Sangat tinggi
D
1989.2
4503.06
0.4417
Sedang
B
18.00-19.00
1889.8
2409
0.7845
Sangat tinggi
C
1889.8
4503.06
0.4197
Sedang
B
19.00-20.00
1831.6
2409
0.7603
Sangat tinggi
C
1831.6
4503.06
0.4067
Sedang
B
Sumber: Hasil analisis, 2007.
101
102
103
Tabel IV.24 Alternatif 2 Kondisi Skenario
Permasalahan Lebar jalan tidak sesuai dengan standar teknis Aktivitas parkir pada pertokoan yang memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 m
Usulan Pelebaran badan jalan Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoan tersebut
Uraian Penambahan lajur jalan
Pemindahan aktivitas parkir
Aktivitas angkutan umum
Penertiban angkutan
Pemasangan rambu
yang berhenti sembarangan
umum
dilarang berhenti
Volume lalu
Tidak tersedianya fasilitas
Penyediaan fasilitas
lintas tidak
pejalan kaki yang memadai
pejalan kaki
meningkat
- Pembangunan trotoar - Pembangunan sarana penyeberangan - Pemasangan pagar
Aktivitas PKL pada trotoar
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
pembatas - Pemasangan rambu dilarang berjualan - 183 SRP (kebutuhan parkir)
Kebutuhan parkir tidak
Penyediaan gedung parkir
terpenuhi
baru
- 18 SRP (pemindahan parkiri dari ruas 1) - 19 SRP (pemindahan parkir dari ruas 2)
Sumber: Hasil analisis, 2007
4.6
Analisis Biaya Pengelolaan Jalan Pada bagian ini akan dilakukan perhitungan biaya yang dibutuhkan
untuk merealisasikan usulan penanganan persoalan lalu lintas pada masingmasing skenario yang telah diajukan pada bagian sebelumnya. Setelah dilakukan perhitungan, maka biaya yang dibutuhkan untuk pengelolaan lalu lintas Jalan Cihampelas berdasarkan skenario 1 adalah Rp 16.154.636.653,00. Rincian biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengelolaan lalu lintas pada Jalan Cihampelas berdasarkan alternatif 1 dapat dilihat pada Tabel IV.25. Sedangkan berdasarkan
104
alternatif 2, maka dibutuhkan biaya sebesar Rp 22.537.729.529,00. Rincian biayanya dapat dilihat pada Tabel IV.26. Dalam penerapan pengelolaan lalu lintas tersebut, tentu terdapat beberapa pihak yang terkena dampak. Pihak-pihak yang mungkin terkena dampak adalah para pemiliki pertokoan dan kegiatan jasa lainnya yang berada di Jalan Cihampelas. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat serta pihak-pihak yang terkena dampak dari pengelolaan lalu lintas yang diusulkan. Selain itu juga hal yang sangat penting yaitu kedisiplinan para pengguna jalan baik kendaraan maupun para pejalan kaki agar mematuhi peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan tersebut, guna mendukung kelancaran lalu lintas.
105
Tabel IV.25 Biaya Penanganan Jalan Alternatif 1 Ruas
1&2
Permasalahan Kebutuhan parkir sebanyak 183 SRP tak tercukupi, ditambah dengan 10 SRP (dari ruas 1) dan 19 SRP (dari ruas 2) Aktivitas parkir pada bangunan pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter
1
Aktivitas angkutan umum yang berhenti sembarangan
Bentuk Penanganan Penyediaan gedung parkir baru
Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut
Uraian Pembuatan gedung parkir di 2 lokasi
Pembebasan lahan 20 m x 70 m Pembebasan lahan 26 m x 50 m Pembangunan gedung parkir (183 + 10 + 19) x 25 m2 x 130 %
Pemindahan aktivitas parkir sebanyak 10 SRP
Rambu dilarang parkir Penertiban angkutan umum
Perkiraan Kuantitas
Rambu dilarang berhenti Pembangunan teluk jalan panjang 20 m lebar 3 m sebanyak 2 buah
Satuan
Harga Satuan
Biaya (Rp)
m2
3.000.000
4.200.000.000
m2
3.000.000
3.900.000.000
m2
1.000.000
6.890.000.000
Telah terhitung
4
Unit
400.000
1.600.000
6
Unit
400.000
2.400.000
Pembebasan lahan 3.000.000 m2 2 x 3 m x 20 m Pekerjaan tanah dan badan jalan m3 10.000 2 x 3 m x 0,8 m x 20 m Perkerasan jalan lapis pondasi bawah: Agregat kelas A m3 50.400 2 x 2 m x 0,25 m x 20 m Agregat kelas B 50.200 m3 2 x 2 m x 0,4 m x 20 m
360.000.000 960.000
1.008.000 1.606.400
106
Ruas
Permasalahan
Tidak tersedianya fasilitas pejalan kaki yang memadai
Bentuk Penanganan
Penyediaan fasilitas trotoar
Uraian
Rambu tempat pemberhentian angkutan umum Pembangunan trotoar di bagian timur jalan dengan panjang 675 m dan lebar 1,5 m Pembangunan trotoar di bagian barat jalan dengan panjang 400 m dan lebar 1,5 m
Tidak adanya fasilitas penyeberangan
Penyediaan sarana penyeberangan
Zebra cross 3 buah
Aktivitas PKL pada trotoar
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
Pemasangan pagar pembatas pada kedua sisi jalan
Harga Satuan
Perkiraan Kuantitas
Satuan
Biaya (Rp)
Lapis pondasi atas (ATB) 2 x 2 m x 0,05 m x 20 m Lapis penutup aspal: Lapis laston (AC) 2 x 2 m x 0,05 m x 20 m Lapis resep pengikat 2 x 2m x 0,4 L/m2 x 20 m Lapis perekat 2 x 2m x 0,4 L/m2 x 20 m
m3
498.000
1.992.000
m3
21.700
86.800
L
1.900
60.800
L
2.300
73.600
2
Unit
400.000
800.000
Galian tanah 0,1 m x 1,5 m x 675 m Pasang tembok 0,1 m x 1,5 m x 675 m Lapisan beton penutup 1,1 m x 1,5 m x 675 m Galian tanah 0,1 m x 1,5 m x 400 m Pasang tembok 0,1 m x 1,5 m x 400 m Lapisan beton penutup 1,1 m x 1,5 m x 400 m Marka (2 x 0.3) m untuk lebar jalan 7 m sebanyak 3 buah
m3
10.000
1.012.500
m3
68.400
6.925.500
m3
190.000
211.612.500
m3
10.000
600.000
m3
68.400
4.104.000
m3
190.000
125.400.000
m2
84.835
1.068.921
Pagar sepanjang 600 m
m
150.000
90.000.000
107
Ruas
2
Permasalahan
Bentuk Penanganan
Aktivitas parkir pada bangunan pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter
Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut
Aktivitas angkutan umum yang berhenti sembarangan
Penertiban angkutan umum
Uraian Pemasangan rambu dilarang berjualan bagi PKL di trotoar Pemindahan aktivitas parkir sebanyak 19 SRP Rambu dilarang parkir Rambu dilarang berhenti Pembangunan teluk jalan panjang 20 m lebar 3 m sebanyak 1 buah
Perkiraan Kuantitas
Satuan
12
Unit
Harga Satuan
Biaya (Rp)
400.000
4.800.000
Telah terhitung
5
Unit
400.000
2.000.000
8
Unit
400.000
3.200.000
Pembebasan lahan m2 3.000.000 1 x 3 m x 20 m Pekerjaan tanah dan badan jalan m3 10.000 1 x 3 m x 0,8 m x 20 m Perkerasan jalan lapis pondasi bawah: Agregat kelas A m3 50.400 1 x 2 m x 0,25 m x 20 m Agregat kelas B m3 50.200 1 x 2 m x 0,4 m x 20 m Lapis pondasi atas (ATB) m3 498.000 1 x 2 m x 0,05 m x 20 m Lapis penutup aspal: Lapis laston (AC) m3 21.700 1 x 2 m x 0,05 m x 20 m Lapis resep pengikat L 1.900
180.000.000 480.000
504.000 803.200 996.000
43.400 30.400
108
Ruas
Permasalahan
Bentuk Penanganan
Uraian
Perkiraan Kuantitas 2
1 x 2m x 0,4 L/m x 20 m Lapis perekat 1 x 2m x 0,4 L/m2 x 20 m Rambu tempat pemberhentian angkutan umum Aktivitas PKL pada trotoar
Tidak adanya fasilitas penyeberangan
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
Penyediaan sarana penyeberangan
Pemasangan pagar pembatas pada kedua sisi jalan Pemasangan rambu dilarang berjualan bagi PKL di trotoar Zebra cross 3 buah TOTAL
Sumber: Hasil analisis, 2007.
Satuan
1
Pagar sepanjang 1000 m
16 Marka (2 x 0.3) m untuk lebar jalan 8 m sebanyak 4 buah
L
Harga Satuan
Biaya (Rp)
2.300
36.800
Unit
400.000
400.000
m
150.000
150.000.000
Unit
400.000
6.400.000
m2
84.835
1.628.832 16.154.636.653
109
Tabel IV.26 Biaya Penanganan Jalan Alternatif 2 Ruas
Permasalahan
1&2
Kebutuhan parkir sebanyak 183 SRP tak tercukupi, ditambah dengan 18 SRP (dari ruas 1) dan 19 SRP (dari ruas 2)
Lebar jalan tidak sesuai dengan standar teknis
1
Bentuk Penanganan Penyediaan gedung parkir baru
Pelebaran jalan sebanyak 2 meter
Uraian Pembuatan gedung parkir di 2 lokasi
Penambahan lajur jalan
Satuan
Harga Satuan
Biaya (Rp)
Pembebasan lahan 20 m x 70 m
m2
3.000.000
4.200.000.000
Pembebasan lahan 26 m x 50 m
m2
3.000.000
3.900.000.000
Perkiraan Kuantitas
Pembangunan gedung parkir (183 + 18 + 19) x 1.000.000 m2 2 25 m x 130 % Pembebasan lahan m2 3.000.000 2 m x 675 m Pekerjaan tanah dan badan jalan m3 10.000 2 m x 0,8 m x 675 m Perkerasan jalan lapis pondasi bawah: Agregat kelas A 50.400 m3 2 m x 0,25 m x 675 m Agregat kelas B m3 50.200 2 m x 0,4 m x 675 m Lapis pondasi atas (ATB) 498.000 m3 2 m x 0,05 m x 675 m Lapis penutup aspal: Lapis laston (AC) 21.700 m3 2 m x 0,05 m x 675 m Lapis resep pengikat L 1.900 2 m x 0,4 L/m2 x 675 m Lapis perekat L 2.300 2 m x 0,4 L/m2 x 675 m
7.150.000.000 4.050.000.000 10.800.000
17.010.000 27.108.000 33.615.000 1.464.750 1.026.000 1.242.000
110
Ruas
Permasalahan
Bentuk Penanganan
Uraian
Perkiraan Kuantitas Pembuatan marka jalan (2 x 0,12) m sepanjang 675 meter
Aktivitas parkir pada bangunan pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter Angkutan umum berhenti sembarangan Tidak tersedianya fasilitas pejalan kaki yang memadai
Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut
Pemindahan aktivitas parkir sebanyak 10 SRP
Penertiban angkutan umum Penyediaan fasilitas trotoar
Rambu dilarang berhenti Pembangunan trotoar di bagian timur jalan dengan panjang 675 m dan lebar 1,5 m Pembangunan trotoar di bagian barat jalan dengan panjang 400 m dan lebar 1,5 m
Tidak adanya fasilitas penyeberangan
Penyediaan sarana penyeberangan
Zebra cross 3 buah
Aktivitas PKL pada trotoar
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
Pemasangan pagar pembatas pada kedua sisi jalan
Satuan
Harga Satuan
m2
Biaya (Rp)
25.775
4.175.550
Telah terhitung
2
Unit
400.000
800.000
Galian tanah 0,1 m x 1,5 m x 675 m Pasang tembok 0,1 m x 1,5 m x 675 m Lapisan beton penutup 1,1 m x 1,5 m x 675 m Galian tanah 0,1 m x 1,5 m x 400 m Pasang tembok 0,1 m x 1,5 m x 400 m Lapisan beton penutup 1,1 m x 1,5 m x 400 m Marka (2 x 0.3) m untuk lebar jalan 9 m sebanyak 3 buah
m3
10.000
1.012.500
m3
68.400
6.925.500
m3
190.000
211.612.500
m3
10.000
600.000
m3
68.400
4.104.000
m3
190.000
125.400.000
m2
84.835
1.374.327
Pagar sepanjang 600 m
m
150.000
90.000.000
111
Ruas
2
Permasalahan
Lebar jalan tidak sesuai dengan standar teknis
Aktivitas parkir pada bangunan pertokoan yang hanya memiliki daerah sempadan bangunan kurang dari 5 meter
Bentuk Penanganan
Pelebaran jalan sebanyak 1 meter
Pelarangan aktivitas parkir pada pertokoanpertokoan tersebut
Uraian Pemasangan rambu dilarang berjualan bagi PKL di trotoar Penambahan lajur jalan
Pemindahan aktivitas parkir sebanyak 19 SRP
Perkiraan Kuantitas
Satuan
12
Unit
Harga Satuan 400.000
Pembebasan lahan 3.000.000 m2 1 m x 825 m Pekerjaan tanah dan badan jalan m3 10.000 1 m x 0,8 m x 825 m Perkerasan jalan lapis pondasi bawah: Agregat kelas A m3 50.400 1 m x 0,25 m x 825 m Agregat kelas B 50.200 m3 1 m x 0,4 m x 825 m Lapis pondasi atas (ATB) m3 498.000 1 m x 0,05 m x 825 m Lapis penutup aspal: Lapis laston (AC) 21.700 m3 1 m x 0,05 m x 825 m Lapis resep pengikat L 1.900 1 m x 0,4 L/m2 x 825 m Lapis perekat L 2.300 1 m x 0,4 L/m2 x 825 m Pembuatan marka jalan (2 x 0,12) m sepanjang m2 25.775 825 meter
Telah terhitung
Biaya (Rp) 4.800.000 2.475.000.000 6.600.000
10.395.000 16.566.000 20.542.500 895.125 627.000 759.000 5.103.450
112
Ruas
Permasalahan
Bentuk Penanganan
Uraian
Angkutan umum berhenti sembarangan Tidak adanya fasilitas penyeberangan
Penertiban angkutan umum Penyediaan sarana penyeberangan
Rambu dilarang berhenti Zebra cross 3 buah
Aktivitas PKL pada trotoar
Pelarangan berjualan bagi PKL di trotoar
Pemasangan pagar pembatas pada kedua sisi jalan Pemasangan rambu dilarang berjualan bagi PKL di trotoar TOTAL
Sumber: Hasil analisis, 2007.
Harga Satuan
Perkiraan Kuantitas
Satuan
1
Unit
400.000
400.000
Marka (2 x 0.3) m untuk lebar jalan 9 m sebanyak 3 buah
m2
84.835
1.374.327
Pagar sepanjang 1000 m
m
150.000
150.000.000
Unit
400.000
6.400.000
16
Biaya (Rp)
22.537.729.529