|
226
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 226 | FEBRUARI 2015
“... bangunlah dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.” [Yudas 1:20]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email:
[email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 226: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Alim, Bambang Tedjokusumo, Frengky Yohanes A., Haryono Wong, Ie David, Liem Sien Liong, Musa Akbar HIM, Liona Margareth, Olivia Carroline, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Mengenal Allah
P
ara pembaca PERSPEKTIF yang dikasihi Tuhan, tidak terasa kita telah memasuki bulan kedua di tahun ini. Waktu berjalan begitu cepat dan tidak terasa usia kita semakin dewasa. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah, apakah dengan bertambahnya usia kedewasaan kita, berarti juga bertambah pula kedewasaan iman kita di dalam Tuhan? Apakah kita semakin mengasihi Tuhan dan mengenal-Nya dengan benar, atau sebaliknya semakin melupakan Dia? Kiranya relasi kita dengan Tuhan bukan semakin buruk, tetapi semakin baik dan bertumbuh dewasa, baik secara komitmen maupun kasih kita kepada-Nya. Salah satu hal yang perlu kita lakukan, agar kita semakin mengasihi Dia adalah “mengenal-Nya,” seperti kata sebuah pepatah, “tak kenal, maka tak sayang.” Mengenal Allah adalah sebuah keharusan bagi kita, terlebih Dialah yang menjadi Tuhan dalam hidup kita. Sungguh ironis, apabila kita mengaku sebagai umat-Nya, tetapi kita tidak mengenal-Nya dengan benar. Bagaimana mungkin kita mengatakan sebagai “anak-Nya,” tetapi kita tidak mengenal-Nya? Satu-satu sarana yang baik bagi kita untuk mengenal-Nya adalah melalui firman-Nya (wahyu khusus). Sekalipun kita dapat mengenal adanya Tuhan melalui ciptaan-Nya (wahyu umum), namum pengenalan yang baik berasal dari firman-Nya (Alkitab). Firman-Nya bagaikan sebuah penjelasan tertulis Tuhan tentang diri-Nya yang Dia berikan bagi kita. Karena itu, marilah kita gemar merenungkan firman-Nya dan belajar mengenal siapa Allah itu sesungguhnya, sehingga kemajuan iman kita menjadi kian nyata. Semakin kita mengenal Tuhan, Allah kita, semakin besar pula kita akan kagum dan tunduk kepada-Nya. Semakin kita dekat kepada-Nya, semakin besar pula keyakinan kita, bahwa Dia adalah Tuhan yang mengasihi kita.
01 MINGGU
FEBRUARI 2015
“Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, sebagai perhiasan kemuliaan.” (Keluaran 28:2)
Bacaan hari ini: Keluaran 28:15-30 Bacaan setahun: Keluaran 27-28
JUBAH IMAN
B
agian paling penting dalam jubah imam adalah tutup dada yang berisikan 12 nama suku Israel serta Urim dan Tumim. Tutup dada ini dipasang di dekat hati, dan harus terikat sedemikian rupa sehingga tidak mungkin terlepas dari jubah imam. 12 batu permata mewakili 12 suku Israel, yang namanya sama-sama terpasang di situ. Di antara 12 suku Israel, ada suku yang lebih menonjol seperti Yehuda, yang melaluinya Juru Selamat akan dilahirkan, ada suku Lewi yang dikhususkan untuk menjadi imam, ada Yusuf yang berjasa menyelamatkan keluarga Yakub, tapi semua memiliki kedudukan yang sama. Urim dan Tumim adalah 2 benda yang kita tidak tahu persis bentuknya seperti apa. Mungkin berbentuk seperti lempengan batu, atau terbuat dari kayu. Yang kita bisa ketahui adalah bahwa kedua benda tersebut dipakai sebagai semacam undian, khususnya untuk mencari jawaban/kehendak Tuhan dalam suatu perkara yang sulit. Beberapa catatan Alkitab memberi pengertian seperti itu (Bil. 27:21; 1Sam.14:41; 1Sam. 28:6). Imam adalah pengantara umat dengan Allah. Jabatan tersebut adalah jabatan yang ditetapkan berdasarkan keputusan Allah sendiri. Jabatan ini begitu terhormat, sehingga jubah yang dipakai pun terbuat dari bahan yang terbaik. Sesungguhnya, jabatan imam Harun adalah gambaran dari Imam Besar Agung yang akan datang nanti, yang akan menjembatani ibadah umat kepada Allah. Sang Imam Besar Agung bukan saja dekat dengan manusia, sebaliknya semua umat pilihan-Nya ada selalu dekat di hati-Nya. Pada-Nya ada putusan yang terbaik bagi kehidupan setiap orang percaya, berdasarkan rencana kekal Allah. Jika Harun harus terlebih dulu menyucikan dirinya sebelum membawa persembahan kepada Allah, maka Kristus telah mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna. Jika Harun membawa Urim dan Tumim untuk mencari jawaban atau keputusan dari Allah, maka pada diri Kristus kita mendapatkan semua jawaban atau keraguan kita, karena Dialah Jalan dan Kebenaran itu sendiri. Dialah Imam yang sempurna, yang begitu mengasihi kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan Harun harus memakai jubah khusus dan begitu banyak ornamen? (2) Semuanya itu mengarahkan kita kepada siapa? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka semakin mengenal Tuhan dan kehendak-Nya dengan benar, sehingga mereka hidup takut akan Allah dan mengerjakan yang terbaik bagi kemuliaan Tuhan.
02 SENIN
FEBRUARI 2015
“Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka mengambil jabatan iman bagi-Ku…” (Keluaran 29:1)
Bacaan hari ini: Keluaran 29:1-37 Bacaan setahun: Keluaran 29-30
PENGUDUSAN HARUN DAN ANAK-ANAKNYA
A
da kalanya dalam melayani Tuhan, kita tidak mempersiapkan diri dengan baik; bukan saja dalam hal mengasah kemampuan, tetapi juga kesiapan rohani. Ironisnya adalah, ada saja orang yang hendak melayani Tuhan, tetapi pada saat yang sama mereka hidup dalam dosa. Pelayanan gerejawi dilakukan sekadar aktivitas, tanpa kegentaran akan kekudusan Tuhan. Berbeda dengan fenomena masa kini, aktivitas ibadah maupun para pelayan ibadah itu sendiri harus disiapkan sedemikian rupa menurut kehendak Tuhan. Dalam bacaan Alkitab hari ini kita menemukan, bahwa sekalipun Harun dan anak-anaknya telah dipilih Tuhan untuk melayaniNya, bukan berarti mereka dapat melayani Tuhan, seenaknya. Harun dan anak-anaknya harus dikuduskan dan dipersiapkan sedemikian rupa. Itulah sebabnya Tuhan berfirman kepada Musa untuk melakukan ini: “Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam kepada-Ku...” (Kel. 29:1). Kemudian Tuhan memberikan petunjuk bagaimana pengudusan itu dijalankan oleh Musa (Kel. 29:4-37). Memperhatikan bagaimana sikap Tuhan terhadap Harun dan anakanaknya yang menjadi pelayan di Kemah Suci-Nya, seharusnya membuat kita gentar dalam melayani-Nya. Bagaimana tidak! Siapakah kita, apabila kita dibandingkan dengan Harun dan anak-anaknya; apakah kita jauh lebih baik dari mereka? Jika hari ini Tuhan tidak beranugerah pada kita, mungkin saja kita telah dibinasakan-Nya ketika melayani-Nya. Namun janganlah kita takabur. Sekalipun Tuhan beranugerah kepada kita di dalam Kristus, sehingga segala kecemaran kita ditutupi oleh-Nya, hal ini tidak sepatutnya membuat kita, pelayan-Nya, melayani dengan tidak bertanggung jawab. Marilah kita mulai mempersiapkan segala pelayanan yang akan kita kerjakan dengan baik, terlebih persiapkan kerohanian kita. Apalagi sebagai pelayan Tuhan, marilah kita menjahui dosa dan hidup dalam kekudusan, sehingga segala pelayanan yang kita kerjakan diperkenan oleh-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa untuk menjadi pelayan-Nya, Harun dan anak-anaknya harus disucikan? (2) Sebutkan hal-hal praktis yang harus dilakukan dalam persiapan pelayanan! Berdoalah bagi para pelayan Tuhan, baik pendeta, penginjil, majelis, aktivis, agar mereka mempersiapkan diri dengan baik tatkala akan melayani Tuhan dan beribadah kepada-Nya.
03 SELASA
FEBRUARI 2015
“… sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, dan pada hari yang ketujuh Ia berhenti bekerja untuk beristirahat.” (Keluaran 31:17)
Bacaan hari ini: Keluaran 31:12-17 Bacaan setahun: Keluaran 31-33
KUDUSKANLAH HARI SABAT
S
ebagai orang Kristen, hari Minggu “dikhususkan” untuk Tuhan, di mana kita berhenti dari segala aktivitas pekerjaan dan beribadah pada-Nya. Hari Minggu disebut “hari Sabat.” Namun pertanyaannya, bagaimana kita menghayati hari Sabat? Apakah kita melakukannya sama seperti bangsa Israel melakukannya? Pertama, hari Sabat merupakan perjanjian antara Allah dengan Israel. Allah berfirman: “Haruslah orang Israel memelihara hari Sabat, dengan merayakan sabat, turun-temurun, menjadi perjanjian kekal” (ay. 16). Konsekuensi pelanggaran terhadapnya adalah hukuman mati (ay. 15). Namun, bagaimana dengan kita? Mengapa kita tidak dibinasakan Tuhan tatkala melanggarnya? Peraturan ini sesungguhnya adalah perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel saat itu. Namun bagi kita, sebagai umat Allah di dalam Kristus, perjanjian ini tidak berlaku, sebab segala tuntutan hukum Taurat telah diselesaikan dalam Kristus. Itulah sebabnya, Paulus menegaskan “kebebasan” orang Kristen dalam Kristus tentang hari Sabat Israel ini, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai...hari Sabat” (Kol. 2:16; bdk. 4:10). Jika demikian, mengapa kita tetap memelihara/menguduskan hari Sabat? Kedua, hari Sabat sebagai kehendak dan anugerah Tuhan. Kebebasan dalam Kristus telah melepaskan kita dari aturan hari agamawi bangsa Israel. Itu sebabnya, kita tidak memakai hari Sabtu sebagai hari Sabat, seperti tradisi mereka. Sebaliknya, kita memakai hari Minggu, karena pada hari pertama itulah, Kristus telah bangkit, dan menyatukan kita orang berdosa dengan Allah (Yoh. 20:1). Namun penghayatan hari Sabat tetap harus kita lakukan, bukanlah berdasarkan Taurat Musa, melainkan karena itu adalah kehendak dan anugerah Tuhan, agar kita bersekutu kepada-Nya dan berhenti dari jerih lelah kita. Hargailah anugerah Allah ini, dengan kita rajin beribadah kepada-Nya (Kel. 8-11), sebagai persiapan di mana kita akan mengalami perhentian dan persekutuan kekal dengan-Nya sebagai Sabat yang sejati (Ibr. 4:3-11). STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan kepada bangsa Israel tentang aturan hari Sabat? (2) Bagaimana kita sebagai orang Kristen menghayati hari Sabat? Berdoalah bagi jemaat agar mereka rajin beribadah kepada Tuhan, bukan sebagai sebuah rutinitas belaka, tetapi sebagai rasa syukur dan kerinduan untuk senantiasa bersekutu dengan-Nya.
04 RABU
FEBRUARI 2015
“Jika aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan, berjalanlah kiranya Tuhan di tengah-tengah kami; sekalipun bangsa ini suatu bangsa yang tegar tengkuk ...” (Keluaran 34:9).
Bacaan hari ini: Keluaran 34 Bacaan setahun: Keluaran 34-35
PEMBAHARUAN PERJANJIAN
B
agian firman ini menyatakan bahwa Tuhan kembali memberikan dua loh batu berisi 10 hukum-Nya kepada Musa. Mengapa? Karena dua loh batu yang pertama telah dihancurkan Musa ketika bangsa Israel menyembah patung lembu emas (Kel. 32). Peristiwa ini juga merupakan suatu pembaharuan ikatan perjanjian antara Tuhan dan Israel, umat-Nya. Dalam ikatan perjanjian yang pertama, Israel telah melanggarnya ketika mereka memilih menyembah patung lembu emas. Maka, Tuhan dalam kesabaran-Nya (ay. 6) mengadakan pembaharuan perjanjian. Ada dua hal yang bisa dipelajari dari bagian ini. Pertama adalah bagaimana kesabaran Tuhan memimpin bangsa Israel. Musa mengakui, Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, tapi dalam belas kasihan Tuhan, dia memohonkan agar Tuhan tetap mengambil mereka sebagai umat kepunyaan Tuhan (ay. 9). Di sini kita belajar, bahwa sebagai orang percaya, ketika kita berbuat hal yang berdosa, janganlah kita lari dari hadapan Tuhan, tetapi datang dalam pengakuan dan mohon pengampunan-Nya (bdk. 1Yoh. 1:9). Kedua, jangan mempermainkan kesabaran Tuhan. Tuhan mengampuni dan mengambil Israel sebagai umat-Nya, tetapi perjanjiannya tetap berlaku, yaitu mereka harus taat untuk hidup sebagai umat kepunyaan Tuhan. Ketika berbuat dosa, memang ada pengampunan dari Tuhan, tetapi janganlah kita mempermainkan kesabaran dan pengampunan-Nya tersebut. Hendaknya kita sungguh-sungguh memohon kekuatan dan pertolongan Tuhan untuk selalu hidup benar dan belajar meninggalkan dosa tersebut. Ingat! Tuhan mengampuni dosa tetapi tidak melepaskan seseorang dari konsekuensi dosanya. Dalam KKR ada beberapa pertanyaan yang sering diajukan pengkhotbah kepada jemaat. Salah satunya, maukah kita memperbaharui komitmen hidup kita kepada Tuhan? Jika hidup kita telah begitu jauh dari Tuhan, entah karena ada dosa yang kita lakukan atau kita sudah mengilahkan allah lain dalam kehidupan kita; maka mari kita cepat kembali dan memperbaharui komitmen hidup kita di hadapan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel menerima kembali dua loh batu yang baru? (2) Pelajaran apa yang dapat kita pelajari dari kisah Israel dengan Tuhan ini? Berdoalah bagi jemaat yang undur dari hadapan Tuhan atau sedang hidup dalam dosa-dosa tertentu; kiranya Tuhan dengan kesabaran & pertolonganNya menarik mereka kembali kepada Dia.
05 KAMIS
“Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli, yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu.” (Keluaran 36:2) FEBRUARI 2015 Bacaan hari ini: Keluaran 36:1-7 Bacaan setahun: Keluaran 36-38
MELAYANI TUHAN
B
agian firman Tuhan ini mengisahkan persiapan bangsa Israel untuk membuat Kemah Suci dan perkakas-perkakas lain yang berkaitan dengan itu. Dari hal ini kita bisa belajar beberapa hal terutama yang berkaitan dengan pelayanan dan persembahan untuk Tuhan. Pelajaran berkaitan dengan pelayanan adalah Tuhan memperlengkapi setiap umatNya untuk melakukan pelayanan bagi Tuhan. Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk membuat Kemah Suci dan perkakas-perkakasnya, Tuhan juga memperlengkapi beberapa orang dengan keahlian itu. Hasilnya, mereka membuatnya sesuai dengan kehendak Tuhan (Kel. 39:43). Demikian juga dalam kehidupan pelayanan sebagai Gereja Tuhan. Kita tidak dibiarkan begitu saja dalam melayani Dia, tapi Tuhan memberikan karunia Roh untuk setiap jemaat agar saling melayani bagi pembangunan tubuh Kristus (bdk. Ef. 4:11-16). Tapi harus diingat, jangan kita membanding-bandingkan dan menyombongkan keahlian kita, karena semuanya anugerah Tuhan. Pelajaran berkaitan dengan persembahan adalah bagaimana setiap orang Israel terlibat dalam pemberian persembahan bagi pembangunan kemah suci dan perkakasnya. Ketika persembahan yang dikumpulkan itu telah begitu banyak jumlahnya, bahkan lebih, maka Musa memerintahkan mereka untuk menghentikan pengumpulan persembahan. Ini bukan berarti mereka dilarang untuk memberi persembahan, tapi supaya persembahan itu tidak terbengkalai dan tidak digunakan sebagaimana mestinya, untuk pelayanan bagi Tuhan. Demikian juga bagi Gereja Tuhan agar berhati-hati dengan persembahan yang diterimanya. Agar jangan persembahan dari jemaat tersebut menjadi terbengkalai dan tidak digunakan sebagaimana mestinya untuk pelayanan bagi Tuhan. Tetapi hendaknya, persembahan itu bisa digunakan dengan maksimal sesuai kehendak Tuhan untuk pekerjaan Tuhan dan memuliakan-Nya. Pelajaran terakhir adalah, pelayanan dan persembahan yang mereka lakukan bukanlah karena terpaksa tapi karena kerelaan mereka meresponi Tuhan. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Apa yang Tuhan berikan kepada umat-Nya dalam membangun Kemah Suci? (2) Pelajaran penting apa yang kita peroleh dari firman Tuhan ini? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar melayani dan memberikan persembahan dengan hati yang sukarela, bukan karena terpaksa, sehingga persembahan mereka diperkenan oleh Tuhan.
06 JUMAT
FEBRUARI 2015
“Tepat seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa, demikianlah dilakukan orang Israel segala pekerjaan melengkapi itu.” (Keluaran 39:42)
Bacaan hari ini: Keluaran 39:32-43 Bacaan setahun: Keluaran 39-40
MELAKUKAN TEPAT SEPERTI KEHENDAK TUHAN
D
alam bagian firman Tuhan ini ada kalimat diulang tiga kali: “seperti yang diperintahkan Tuhan” (ay. 32, 42, 43). Ini artinya, orang Israel benar-benar melakukan pembangunan Kemah Suci dan perkakasperkakasnya tepat seperti yang diperitahkan Tuhan lewat Musa. Mereka tidak melakukannya seperti yang Musa atau mereka pikirkan sendiri, tetapi benar-benar sesuai kehendak Tuhan. Dari hal ini kita bisa belajar beberapa hal berkaitan dengan melayani Tuhan. Pertama adalah melayani Tuhan haruslah melakukan sesuai dengan kehendak Tuhan. Terkadang (tanpa kita sadari) karena berpikir bahwa ini adalah pelayanan untuk Tuhan maka kita merasa berhak untuk melakukan apapun tanpa berpikir, apakah cara atau tindakan kita berkenan di hadapan Tuhan atau tidak. Karena kita merasa mendedikasikan buat Tuhan, maka kita tidak menguji diri kita apakah ada motivasi atau cara-cara kita yang tidak diperkenan Tuhan. Ingat! Tuhan ingin kita melakukan pelayanan di bawah tuntunan kehendak-Nya, sesuai firman-Nya. Kedua, jangan melupakan mencari pimpinan Tuhan dalam melayani Dia. Adakah waktu untuk berdoa sehingga kita peka mencari pimpinan Tuhan? Adakah waktu untuk berdiam diri di hadapan firman Tuhan untuk menguji motivasi dan pemikiran kita? Adakah sikap saling menasihati dan mengingatkan antar saudara seiman ketika sama-sama melayani Dia? Sehingga pelayanan yang dilakukan benar-benar membangun tubuh Kristus. Ketiga, kesungguhan dari para pemimpin jemaat untuk mempunyai hati yang dengar-dengaran dan takut akan Tuhan. Karena merekalah yang memimpin dan akan mengarahkan jemaat Tuhan melayani Dia. Janganlah semua yang dilakukan hanya untuk membanggakan diri sendiri! Jangan juga hanya untuk membangun monumen bagi kemuliaan diri sendiri! Jangan juga hanya untuk memuaskan cita-cita atau harapan sendiri! Musa memberikan teladan bahwa dia memimpin pembangunan kemah Suci dan perkakas-perkakasnya tepat seperti yang diperintahkan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa maksudnya kita melakukan pelayanan untuk Tuhan dengan “tepat seperti yang Tuhan perintahkan”? (2) Mengapa harus demikian?! Berdoa bagi para hamba Tuhan dan Majelis Gereja agar benar-benar diberi hati yang takut akan Tuhan dalam memimpin jemaat untuk melayani Tuhan, sehingga apa yang mereka lakukan berkenan di hadapan-Nya.
07 SABTU
FEBRUARI 2015
“TUHAN memanggil Musa dan berfirman kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan.” (Imamat 1:1)
Bacaan hari ini: Imamat 1:1-2 Bacaan setahun: Imamat 1-3
MENGENAL KITAB IMAMAT
P
ada umumnya, pengenalan seseorang terhadap sesuatu membuat orang tersebut semakin rindu untuk membaca dan menyelidiki tiap kitab yang ada dalam Alkitab. Saat ini kita akan melihat secara singkat tentang kitab Imamat. Kitab Imamat merupakan lanjutan dari peristiwa-peristiwa dalam Kitab Keluaran yang berakhir dengan penyelesaian pembangunan Kemah Suci. Hanya satu bulan setelah peristiwa-peristiwa dalam Keluaran dan peristiwa dalam Kitab Bilangan (Kel. 40:17; Bil. 1:1). Korban-korban dalam Kitab Imamat merupakan penjelasan yang paling lengkap dalam seluruh Alkitab mengenai karya penebusan dosa manusia. Istilah-istilah bahasa Ibrani untuk kata “kudus, kekudusan, dan menguduskan” ini muncul kira-kira 150 kali dalam kitab ini. Selain itu, walaupun keimaman Lewi dan sistim pengorbanan telah berhenti, namun prinsip-prinsip yang sama ini masih cocok untuk diterapkan bagi orang-orang Kristen masa kini. Karena, tanpa kekudusan, tidak seorangpun melihat Tuhan (Ibr. 12:14). Jadi berita utama yang hendak disampaikan melalui kitab ini adalah, Allah memberikan semua ini sebagai suatu kesempatan untuk bersekutu bersama dengan Allah dan merayakan kebaikan Tuhan dalam kehidupan Umat-Nya, serta mendengarkan ajaran Firman-Nya yang kudus. Lebih dari lima puluh kali disebutkan bahwa isi kitab ini adalah firman dan penyataan Allah langsung kepada Musa bagi Israel, yang kemudian disimpan Musa dalam bentuk tertulis. Imamat ditulis untuk mengajarkan kepada bangsa Israel dan para imam perantara mereka mengenai cara menghampiri Allah melalui darah pendamaian; serta untuk menjelaskan standard kehidupan kudus yang ditetapkan Allah bagi umat pilihan-Nya, sehingga Umat Allah dapat menikmati kehidupan yang diperkenan oleh Allah. Hari ini, setiap saat ketika kita membuka Alkitab dan berdoa, saat-saat itu merupakan kesempatan yang indah bagi kita untuk mendengarkan Allah berbicara dengan kita melalui firman-Nya, serta memahami Pribadi-Nya yang kudus. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan banyaknya korban-korban yang diperintahkan Tuhan kepada umat-Nya Israel? (2) Apa artinya itu semua bagi kita hari ini? Berdoa bagi para aktivis gereja yang melayani Tuhan agar mereka memiliki semangat dan sukacita yang tulus dalam mengerjakan pelayanan yang telah Tuhan berikan.
08 MINGGU
FEBRUARI 2015
“...haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, ...” (Imamat 4:3)
Bacaan hari ini: Imamat 4:1-35 Bacaan setahun: Imamat 4-5
KORBAN PENGHAPUS DOSA
K
ehidupan yang kudus dan diperkenan oleh Allah merupakan kebahagiaan yang tidak terkatakan dalam hidup manusia yang berdosa ini. Karena itu, adanya penyataan dari Allah tentang hidup yang telah dikuduskan, merupakan semangat yang mengobarkan hidup kita untuk semakin melayani dan mengasihi Allah dengan lebih sungguhsungguh. Kitab Imamat dapat dibagi menjadi dua bagian. (1) Pasal 1-16 (Im 1:116:34) berisi tentang ketetapan Allah bagi penebusan dari dosa dan dari pengasingan antara Allah dengan manusia, yang diakibatkan oleh dosa. Berbagai variasi dari kata kerja “mendamaikan” (Ibr. kaphar) dipakai sekitar 48 kali dalam Imamat; kata bendanya, “pendamaian,” dipakai 3 kali. Arti dasarnya ialah “menutupi atau membuat penutup.” Korban-korban darah PL (pasal 1-7; Im 1:1-7:38) merupakan darah penutup dosa yang bersifat sementara (bdk. Ibr. 10:4) sampai tiba saatnya Yesus Kristus mati sebagai korban sempurna untuk menghapus dosa dunia (bdk. Yoh 1:29; Rm. 3:25; Ibr. 10:11-12). (2) Pasal 17-27 (Im. 17:1-27:34) menyajikan serangkaian standard praktis yang dengannya Allah memanggil umat-Nya kepada kemurnian dan hidup kudus. Perintah Allah yang diulang-ulang adalah, “Kuduslah kamu, sebab Aku TUHAN, Allahmu, kudus” (mis. Im 19:2; Im. 20:7,26). Kata-kata Ibrani untuk “kudus” dipakai lebih dari 100 kali, dan ketika diterapkan kepada manusia, itu menunjukkan hidup yang murni dan taat. Kekudusan terungkap dalam pelaksanaan upacara (ps. 17; Im 17:116) dan ibadah (ps. 23-25; Im 23:1-25:55), khususnya di dalam masalahmasalah kehidupan sehari-hari (ps. 18-22; Im 18:1-22:33). Imamat diakhiri dengan suatu nasihat Musa (ps. 26; Im 26:1-46) dan pengarahan mengenai beberapa nazar khusus (ps. 27; Im. 27:1-34). Hari ini, ketika memahami sekali lagi kitab Imamat, kita melihat bahwa korban penghapus dosa yang dilakukan dengan penyesalan dan hati yang hancur serta berani mengakui kesalahan, menghasilkan pengampunan. Sudahkah Anda mengalami pengampunan Kristus, Sang Anak Domba? STUDI PRIBADI: (1) Segala bentuk pengorbanan dalam Imamat mengajarkan tentang apa? (2) Bagaimana wujud kasih Allah melalui bentuk pengorbanan-pengorbanan tersebut? Berdoalah bagi para misionaris yang sedang melayani di berbagai daerah pedalaman, agar mereka diberi kuasa dan kekuatan dalam memberitakan kabar sukacita dan keselamatan dari Tuhan.
09 SENIN
FEBRUARI 2015
“… segala lemak dari lembu, domba ataupun kambing janganlah kamu makan.” (Imamat 7:23)
Bacaan hari ini: Imamat 7:22-27 Bacaan setahun: Imamat 6-7
PERSEMBAHAN YANG TERBAIK
S
eringkali kita mendengar seseorang berkata, “Mari kita memberikan persembahan yang terbaik buat Tuhan.” Sejauh mana pengertian kita mengenai kata “terbaik”? Apakah ketika memberi persembahan dengan jumlah yang sangat besar, disebut yang terbaik? Yesus pernah memuji persembahan yang terbaik dari seorang wanita miskin yang hanya memberi 2 peser dari kemiskinannya (Luk. 21:1-4). Memberi dari ketulusan hati, itulah yang dilihat oleh Tuhan. Kitab Imamat sangat terperinci menjelaskan kepada kita berkaitan dengan korban persembahan yang harus dipersembahkan kepada Tuhan dan yang berkenan di hadapan-Nya, sehingga dalam mempersembahkan korban bakaran, korban sajian, korban penghapus dosa, korban penebus salah, persembahan pentahbisan dan korban keselamatan (ay. 37), semua itu haruslah yang tidak bercacat dan yang terbaik dari bagian korban, itulah yang harus dipersembahkan kepada Tuhan. Secara simbolis, lemak merupakan bagian terbaik dari korban binatang yang khusus, yang harus dipersembahkan semuanya kepada Tuhan (bdk. Kej. 4:4, persembahan Habel yang diperkenan Tuhan). Karena itu, Tuhan melarang bangsa Israel untuk memakannya. Sedangkan darah melambangkan hidup (Ul. 12:23). Secara simbolis, tidak makan darah berarti menghargai hidup. Akan tetapi, darah binatang yang dikorbankan di mezbah dalam Perjanjian Lama, ini melambangkan pengorbanan Kristus di salib untuk keselamatan manusia. Oleh karena itu, darah yang dicurahkan di mezbah ini melambangkan pemberian terbaik Allah bagi keselamatan umat-Nya. Pada zaman ini, kita memang tidak perlu lagi membawa korban binatang untuk dipersembahkan seperti dalam PL, karena Kristus telah datang dan Dia telah menjadi korban bagi semua umat manusia, sehingga kita beroleh keselamatan. Sebagai ucapan syukur atas pengorbanan-Nya, marilah kita mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai persembahan yang terbaik bagi Tuhan (Rm. 12:1), yaitu semua yang keluar dari ketulusan hati kita hanya untuk menyenangkan hati Tuhan semata. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah mengajarkan Israel tentang menghargai & kudusnya sebuah persembahan? (2) Persembahan terbaik apakah yang kita berikan bagi Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka menghargai dan memberikan persembahan yang terbaik pada Tuhan sebagai rasa syukur atas segala anugerah yang telah mereka terima.
10 SELASA
FEBRUARI 2015
“… Kepada orang yang karib kepada-Ku Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku. Dan Harun berdiam diri.” (Imamat 10:3)
Bacaan hari ini: Imamat 10:1-7 Bacaan setahun: Imamat 8-10
SUCI, SUCI, SUCI
S
ucilah Dia! Lagu ini seringkali dinyanyikan untuk mengajak jemaat menyadari dan menghayati, bahwa Ia adalah Allah yang besar, mulia, dan tentu saja Allah yang kudus. Allah yang membenci dosa dan menuntut kesempurnaan. Ia adalah Allah yang tak bercacat. Salah satu tema besar dalam kitab Imamat pada bagian yang kita baca mengisahkan kekudusan Allah. Kitab ini ditulis untuk memberitahukan kepada bangsa Israel siapa Allah. Ia adalah Allah yang kudus, yang berbeda dengan ilah-ilah lain dari bangsa Kanaan dan bangsa Mesir. Ia juga adalah Allah yang Esa dan yang sempurna. Di hadapan Allah inilah, bangsa Israel dilayakkan untuk menghadap dan beribadah kepada-Nya. Karena itu, Ia memintanya: barangsiapa yang bertemu dengan-Nya tidak sembarangan. Untuk menghormati kekudusan-Nya, maka ada aturan atau cara yang harus ditaati ketika seorang Israel—termasuk imam sekalipun— bertemu dengan-Nya. Nadab dan Abihu dihukum mati karena mereka bertemu Allah dengan mempersembahkan api yang asing (ay. 1b). “Asing” di sini bukan berarti ada api yang lain, selain api yang biasa, melainkan cara persembahan mereka tidaklah sesuai dengan apa yang ditetapkan Allah (lih. 16:12-13). Seharusnya mereka menaruh ukupan di atas api di belakang tabir, tetapi mereka menaruhnya di dalam tabir (lih. 16:2). Allah marah dengan mereka karena mereka tidak menghormati kekudusan-Nya, sehingga kemudian mereka dihukum mati. Mereka melakukan dengan cara yang salah, dan itu tidak diperkenan oleh Allah. Di sisi lain, Allah sangat ingin menyatakan kekudusan dan kemuliaan kepada kita (ay. 3), asalkan kita menjadi orang yang karib dengan Allah. Karib dengan Allah berarti kita melakukan cara yang sesuai dengan cara Allah, yaitu cara yang kudus, yang dikehendaki-Nya. Itu berarti ketika kita hidup, kita dituntut untuk hidup kudus, hidup sesuai dengan cara Allah, hidup sepertiyang Firman Tuhan kehendaki. Hidup kudus berarti memiliki pikiran, motivasi, dan cara hidup yang benar di hadapan Allah. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah menghukum mati Nadab dan Abihu? (2) Pelajaran apa yang dapat kita pelajari dalam hidup kita dalam beribadah kepada-Nya? Berdoa agar kita dimampukan menjalani kehidupan ini dengan cara hidup yang sesuai dengan kehendak Allah, kendati banyak tantangan, halangan dan godaan membuat kita seringkali mengambil cara hidup yang salah.
11 RABU
FEBRUARI 2015
“Sebab Akulah Tuhan Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus.” (Imamat 11:44a)
Bacaan hari ini: Imamat 11:41-45 Bacaan setahun: Imamat 11-12
BE DIFFERENT!
B
erbeda dengan kebanyakan! Slogan inilah yang biasanya digaunggaungkan orang ketika hendak mendapatkan sesuatu yang unik dan berkualitas. Misalnya saja, ketika orang masih menggunakan tombol pada HP mereka, Apple iPhone memperkenalkan HP yang tanpa tombol. Atau, ketika anak-anak remaja lain bersenang-senang, 2 anak remaja bernama Ronaldo dan Messi berlatih dalam camp latihan yang keras. Pada umumnya, perbedaan dilahirkan dari keterpisahan dunia. Kitab Imamat menceritakan bagaimana bangsa Israel yang keluar dari Mesir mulai mengenal Allah mereka. Allah ini berbeda dengan dewa-dewi Mesir yang mereka kenal. Ia adalah Allah yang lebih dari dewa-dewi yang mereka ketahui sebelumnya. Ia adalah Allah di atas segala allah. Ia adalah Allah nenek moyang mereka yang akan membuat mereka menjadi bangsa yang besar. Karena itu, Allah memberikan ketetapan-ketetapan-Nya guna menjadikan mereka umat kepunyaan-Nya (ay. 45). Salah satu ketetapanNya adalah mengenai makanan yang boleh mereka makan. Mengapa makanan? Zaman di mana Israel hidup, bangsa-bangsa di sekitarnya makan segala macam binatang. Binatang-binatang ini kerapkali menjadi simbol dewa-dewi mereka yang dipercaya memberikan mereka kekuatan. Ketika memakannya, dianggap, mereka mendapatkan kekuatan dewa. Allah tidak ingin bangsa Israel seperti demikian, sehingga bangsa Israel dipisahkan dari mereka dengan memiliki diet (menu) makanan yang sangat ketat. Tujuan diberikannya aturan ini, utamanya, ialah bukan untuk membeda-bedakan makanan, melainkan membedakan bahwa Israel adalah milik Allah yang kudus, terpisah dari dunia agar mereka berkualitas. Konteks bangsa Israel tentu berbeda dengan kita. Pada hari ini, kita tidak membedakan binatang haram dan tidak haram, tapi apa yang menjadi inti dari perikop ini menjadi pelajaran bagi kita, yaitu bahwa kita dipisahkan dari dunia yang gelap menuju terang, karena kita adalah milik Allah. Ini berarti bahwa kita harus menjadi terang yang berkualitas karena hidup kita berbeda dengan dunia. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan aturan-Nya kepada bangsa Israel? (2) Mengapa sebagai anak Tuhan, kita seharusnya berbeda dengan dunia? Berdoalah agar anak-anak Tuhan menyadari bahwa mereka dipanggil dari gelap menuju terang-Nya yang ajaib sehingga mereka harus memancarkan terang kepada dunia.
12 KAMIS
“Selama ia kena penyakit itu, ia tetap najis; memang ia najis; ia harus tinggal terasing, di luar perkemahan itulah tempat kediamannya.” (Imamat 13:46) FEBRUARI 2015
Bacaan hari ini: Imamat 13:1-59 Bacaan setahun: Imamat 13
SIFAT DOSA MENULAR
J
ika kita berbicara mengenai sifat dosa, maka yang pertama adalah merusak hubungan antara Allah dengan manusia. Karena dosa, maka Adam dan Hawa harus mengalami keterpisahan dengan Allah; bukan hanya mengalami keterpisahan dengan Allah, namun dosa juga menjadi penghambat doa atau relasi kita dengan Tuhan (Yes. 59:1-2). Kedua, karena dosa, maka manusia harus mengalami maut. Firman Tuhan mengatakan: “upah dosa ialah maut” (Rm. 6:23). Dalam Imamat 13 tertulis tentang peraturan bagi seorang penderita lepra. Seorang yang menderita penyakit lepra harus segera diasingkan dari masyarakat maupun kemah suci sebab penyakit tersebut adalah penyakit yang mudah menular dan orangnya pun dianggap pendosa. Setiap kali penderita kusta melewati keramaian orang, maka haruslah ia berpakaian tercabik-cabik, rambutnya terurai, menutupi mukanya dan ia harus berseru najis-najis dan ia harus tinggal di luar perkemahan untuk diasingkan (ay. 45). Bukan hanya itu saja, setiap barang yang bersentuhan langsung dengan penderita lepra tersebut harus segera dicuci, jika tidak, maka penyakit tersebut akan dengan cepat menular (ay. 53-54). Gambaran dari penyakit lepra adalah gambaran dari pada dosa. Sama halnya dengan kusta yang dapat menular kepada siapa saja yang menyentuh, demikian juga dengan dosa. Dosa akan menulari siapapun yang terkontaminasi olehnya terutama dosa mudah menular di dalam relasi atau pergaulan hidup sehari-hari. Sebab itu firman Tuhan berkata: “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik” (1Kor. 15:33). Alangkah baiknya apabila di dalam memilih relasi kita juga harus mempertimbangkan baik-baik rekan, patner, sahabat yang akan kita pilih tentunya karakter dari rekan yang akan kita pilih adalah memiliki pengaruh baik bagi kita, jika tidak pengaruh yang buruk dari kawan-kawan kita akan merusak kebiasaan baik kita atau malah menjerumuskan kita kepada hal-hal yang bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa orang yang mengidap penyakit kusta diasingkan dari tengahtengah masyarakat? (2) Pelajaran apakah yang kita dapatkan dari kasus ini? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak bermain-main dengan dosa atau mengikuti ajaran yang bertentangan dengan firman Tuhan, sehingga pertumbuhan iman mereka semakin nyata.
13 JUMAT
FEBRUARI 2015
“Inilah yang harus menjadi hukum tentang orang yang sakit kusta pada hari pentahirannya: ia harus dibawa kepada imam …” (Imamat 14:2)
Bacaan hari ini: Imamat 14:1-57 Bacaan setahun: Imamat 14
PENTAHIRAN DARI PENYAKIT KUSTA
P
enyakit kusta adalah penyakit yang sangat berbahaya dan dihindari orang. Orang yang berpenyakit kusta, pada kulitnya penuh dengan sisik-sisik putih licin, mengkilap dan bila ditekan, daging di sekitarnya tidak terasa sakit lagi. Penyakit ini bisa mengakibatkan jari-jari tangan dan khaki, putus; penyakit ini tak terobatkan dan bahkan menular. Di kalangan orang Ibrani, penyakit ini dianggap najis dan berbahaya, karena menular, sebab itu harus diasingkan dari masyarakat, bahkan keberadaan mereka dianggap sudah “tidak ada” alias “mati” oleh komunitasnya. Betapa malang nasib mereka yang terjangkit penyakit tersebut (Kel. 13-14; Luk. 18:12-19). Walaupun banyak orang yang menganggap mereka najis, dan tidak peduli kepada mereka, tidak demikian dengan Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini, kita melihat bahwa sesungguhnya Tuhan tidak membuang ataupun mengucilkan mereka. Tuhan itu baik kepada mereka. Hal itu dapat kita lihat dalam bacaan kita hari ini. Rincinya peraturan yang harus dilakukan berkenaan dengan pentahiran bagi mereka yang terkena kusta dalam Imamat 14 ini, sesungguhnya menunjukkan kepedulian Tuhan atas mereka, di mana melalui rangkaian proses pentahiran ini, seseorang yang tadinya najis, kini dinyatakan tahir, yang tadi dibuang/dikucilkan dari komunitas umat Tuhan, kini dikembalikan kepada komunitasnya. Melalui serangkaian proses pentahiran ini, kita bisa melihat bahwa pertolongan Tuhan pun datang atas mereka. Sesungguhnya, penyakit kusta ini merupakan simbol dari penyakit yang paling berbahaya bagi manusia di dunia ini, yakni dosa. Dosa telah membuat manusia terbuang/terkucil dari Allah, sehingga ia menjadi susah, menderita dan bahkan harus mengalami maut, yakni kematian kekal (Rm. 6:23). Penyakit ini pun tidak terobatkan. Namun, syukur kepada Allah. Allah menunjukkan kasih dan kepedulian-Nya kepada kita, manusia berdosa ini. Ia memang membenci dosa, tetapi Ia juga sangat mengasihi kita orang yang berdosa. DIA datang untuk menyucikan dosa-dosa kita (Yoh. 3:16; Mrk. 1:40-42). STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah sikap dan tindakan Allah terhadap dosa dan terhadap orang berdosa? (2) Bagaimana pengalaman Anda tentang pengampunan-Nya? Berdoalah agar anugerah Allah tercurah kepada mereka yang masih tingal di dalam kegelapan dosa, agar mereka memperoleh terang keselamatan dari Allah, sehingga dipulihkan hidupnya.
14 SABTU
FEBRUARI 2015
“… supaya sekali setahun diadakan pendamaian bagi orang Israel karena segala dosa mereka. Maka Harun melakukan seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa.” (Imamat 16:33-34)
Bacaan hari ini: Imamat 16:1-34 Bacaan setahun: Imamat 15-16
HARI RAYA PENGHAPUSAN DOSA
I
mamat 16:1-34 merupakan pasal Alkitab terpenting yang menerangkan tentang Hari Raya Pendamaian. Hari Raya Pendamaian sebagaimana dijabarkan pada pasal ini merupakan hari yang paling suci dalam kalender bangsa Israel. Pada hari perayaan itu, imam besar diharuskan melakukan kegiatan ritual, antara lain: membasuh tubuh dengan air, mempersembahkan lembu jantan sebagai korban penghapus dosa bagi diri dan keluarganya, menyucikan kemah suci dengan memercikkan darah domba jantan pada tutup tabut pendamaian, membuang undi bagi dua ekor kambing jantan,—yang seekor menjadi korban penghapus dosa bangsa Israel, dan seekor lainnya dijadikan Azazel atau “kambing hitam” yang berarti “menghapuskan” (ay. 4, 6, 11, 12-14, 15, 18, 21-22). Pembebasan seekor kambing hidup tersebut menggambarkan pengampunan Tuhan bagi dosa-dosa mereka (Mzm. 103:10-13), tetapi hal ini memerlukan kematian dari kambing lainnya. Kegiatan ritual tersebut harus mereka ulang tiap tahun (ay. 29-34). Demikianlah ketetapan Hari Raya Pendamaian atau pengahapusan Dosa yang Tuhan perintahkan kepada Musa, untuk dilakukan oleh Imam besar bagi seluruh bangsa Israel karena segala dosa yang mereka perbuat. Proses pendamaian yang dilakukan oleh imam besar dalam Imamat 16 ini sesungguhnya menunjuk ke depan, kepada Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru (Ibr. 9:6-28; 13;11-13). Tuhan Yesus Kristus adalah imam besar. Dia telah menanggalkan pakaian kemuliaan-Nya (Flp. 2:5-8), dan menguduskan diri-Nya bagi orang berdosa (Yoh. 17:19). Perbedaannya ialah bahwa Yesus tidak mempersembahkan korban apa pun juga bagi diriNya, sebab Dia tidak berdosa. Dia sendiri adalah korban yang sempurna dan terakhir bagi dosa-dosa kita manusia (Ibr. 7:23-28). Kita yang percaya kepada-Nya telah menerima penebusan dosa melalui karya-Nya di kayu salib. Melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, dosa-dosa kita dihapuskanNya untuk selama-lamanya. Karena itu, bersyukurlah kepada Tuhan atas anugerah keselamatan dari-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Apa perbedaan dan persamaanya proses pendamaian yang dilakukan oleh imam besar dalam kitab Imamat dengan Tuhan Yesus? Sejelaskan! Berdoalah agar anugerah Allah tercurah kepada mereka yang masih hidup di dalam dosa agar mereka dapat menerima pendamaian yang dikerjakan Tuhan Yesus bagi mereka.
15
MINGGU
FEBRUARI 2015
“Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.” (Imamat 19:5)
Bacaan hari ini: Imamat 18:1-30 Bacaan setahun: Imamat 17-18
HIDUP KUDUS SEBAGAI ANAK TUHAN
B
angsa Israel diingatkan oleh Tuhan melalui Musa agar hidup sesuai dengan jati dirinya sebagai umat Tuhan. Tuhan menginginkan agar mereka tidak hidup seperti orang-orang Mesir, maupun kebiasaan orang-orang Kanaan. Orang-orang Mesir pada masa mereka diperbudak di sana, adalah para penyembah berhala. Hidup tanpa moral yang baik. Tidak mengenal keadilan. Siapa yang kuat, dia yang kuasa. Kehidupan free-sex adalah gaya hidup mereka. Tidak ada batasan siapa yang boleh dikawini oleh siapa. Semua bebas dilakukan. Begitu juga oleh bangsa yang tinggal di tanah Kanaan. Mereka semua juga adalah penyembah berhala. Tidak ada hukum moral. Hidup dalam sex bebas. Bebas mengambil perempuan mana saja untuk jadi istri. Bahkan hubungan sex antar sejenis pun, terjadi. Itu sebabnya, sebelum umat pilihan sampai di tanah Kanaan, Tuhan Allah memberikan ketetapan-ketetapan kepada mereka. Tuhan Allah telah menetapkan perempuan mana saja yang tidak boleh dijadikan istri oleh seorang pria, dan tidak semua perempuan boleh diambil jadi istri (ayat 623). Orang-orang Yahudi tidak boleh mengikuti mereka. Sebaliknya, orangorang Israel harus menaati hukumTuhan. Jika ketetapan itu diikuti, maka mereka mendapat berkat. Tapi jika ketetapan Tuhan itu dilanggar, maka mereka akan dihukum berat (ay. 24-30). Tuhan mau agar mereka menaati ketetapan-ketetapan-Nya, yaitu agar mereka benar-benar memelihara kekudusan hidup mereka dan hidup perkawinan mereka sebagai umat Tuhan yang telah dikuduskan-Nya. Kata, “Akulah, TUHAN” muncul 21 kali dalam pasal 18-19; ini berarti mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya hidup mereka sebagai umat Tuhan berada di bawah otoritas-Nya dan harus hidup sesuai dengan jati dirinya sebagai umat Tuhan. Demikianlah dengan kita sebagai orang-orang percaya. Sebagai umat Tuhan, hendaknya kita tunduk kepada otoritas Tuhan dan memiliki hidup sesuai dengan ketetapan-ketetapan yang sudah Tuhan nyatakan kepada setiap kita. Tunjukkan diri kita sebagai umat Tuhan dengan hidup di dalam kekudusan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Tuhan melarang umat-Nya hidup sesuai dengan orang-orang Mesir dan Kanaan? (2) Apakah yang Allah lakukan untuk menjaga umat-Nya? Berdoalah agar kita sebagai umat Tuhan, dimampukan untuk memiliki hidup menurut ketetapan-ketetapan Tuhan serta berani menunjukkan jati diri kita sebagai umat-Nya.
16 SENIN
FEBRUARI 2015
“Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus.” (Imamat 19:2)
Bacaan hari ini: Imamat 19:1-37 Bacaan setahun: Imamat 19-20
KEKUDUSAN HIDUP
P
erjalanan bangsa Israel dari tanah Mesir menuju Kanaan merupakan perjalanan yang panjang. Selama perjalanan itu, Allah memberikan hukum dan peraturan kepada mereka. Tujuannya, agar bangsa Israel memiliki identitas yang jelas sebagai umat TUHAN yang telah membawa mereka keluar dari tanah Mesir menuju ke tanah Kanaan. Salah satu hukum dan peraturan yang dibuat TUHAN adalah tentang kekudusan. Tuntutan TUHAN adalah, supaya bangsa Israel memiliki kekhidupan yang kudus di hadapan TUHAN. “Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus” (Im. 19:2). Pertanyaannya, bagaimanakah bangsa Israel menjaga kekudusannya? Dalam bagian yang selanjutnya, TUHAN memberikan petunjuk praktis bagaimana bangsa Israel harus menjaga kekudusan hidupnya. (1) Setiap orang dari bangsa Israel harus menghormati orang tua mereka (ay. 3, 32). (2) Setiap orang dari bangsa Israel juga harus menjaga peraturan-peraturan yang diberikan TUHAN berkaitan dengan ibadahnya (ay. 4-8, 23-31). (3) Setiap orang dari bangsa Israel harus mengasihi dan menghormati sesamanya (ay. 9-18), termasuk menerapkan peraturan yang tepat bagi para budak (ay. 20-22); (4) Setiap orang dari bangsa Israel tidak boleh melakukan kecurangan dan ketidak-adilan kepada sesama (ay. 33-36). Itulah petunjuk yang Tuhan berikan kepada bangsa Israel. Pelajaran rohani bagian ini adalah TUHAN menuntut setiap umat-Nya untuk tetap menjaga kekudusan hidup. Bagaimana caranya? Bukan dengan melakukan ritual-ritual keagamaan khusus atau pengasingan diri, melainkan berusaha menerapkan apa yang TUHAN kehendaki sebagaimana dicatat di dalam Alkitab. Ada sebagian orang merasa itu hal yang biasa dan mudah untuk dilakukan, namun ada juga yang merasa sulit untuk melakukannya. Semua itu bergantung dari dorongan hati kita. Mintalah kekuatan dari TUHAN supaya kita dapat melakukan kehendakNya, yaitu menjaga kekudusan hidup kita. STUDI PRIBADI: (1) Apakah tujuan Allah memberikan peraturan dan perintah kepada Israel? (2) Bagaimana pula sikap kita dalam merespons firman Allah yang kita dengar? Berdoalah bagi jemaat agar mereka memiliki hati dan telinga seorang murid yang selalu ingin diajar dan dengan rendah hati bersedia taat melakukan perintah Tuhan dalam kehidupan mereka.
17 SELASA
“Mereka itu harus kudus bagi Allahnya dan janganlah mereka melanggar kekudusan nama Allahnya, karena merekalah yang mempersembahkan segala korban api-apian TUHAN …” (Imamat 21:6) FEBRUARI 2015 Bacaan hari ini: Imamat 21:1-24 Bacaan setahun: Imamat 21-22
KEKUDUSAN PARA IMAM
T
UHAN tidak hanya menuntut bangsa Israel menjaga kekudusan, tapi juga para imam yang melayani ibadah dan persembahan korban. Seluruh kehidupan para imam, baik di dalam relasi dengan sesama, lawan jenis, ataupun dalam lingkungan sosial, harus kudus. Pertanyaannya, mengapa para Imam harus menjaga kekudusannya di dalam semua aspek? Setidaknya ada 2 hal yang menjelaskan akan hal ini. Pertama, Karena mereka melayani TUHAN yang kudus dan ini merupakan kehendak TUHAN (ayat 8). Kedua, karena para imam harus mempersembahkan korban sebagai santapan Allah mereka—itu sebabnya para imam harus hidup kudus (ayat 6). Peraturan-peraturan ini diberikan mengingat bangsa Israel yang hidup lama di tanah Mesir sebagai budak, tidak memiliki konsep kekudusan yang benar tentang para imam yang melayani. TUHAN menuntut hal demikian, agar para imam secara khusus dan bangsa Israel secara umum memperhatikan dan melakukan apa yang TUHAN perintahkan kepada mereka. Bagaimanakah dengan kita hari ini, secara khusus bagi kita yang melayani di rumah TUHAN? Adakah kita menjaga kekudusan hidup kita, sebagaimana yang TUHAN kehendaki? Ada banyak orang yang melayani di rumah TUHAN tidak menjaga kekudusan hidupnya. Cara hidup dan pola tingkah laku mereka tidak berpadanan dengan Firman TUHAN, sehingga pelayanan yang dilakukan itu hanya menjadi suatu ritual keagamaan yang tidak mendatangkan pertumbuhan rohani yang benar. Pertanyaannya, apakah yang menjadi tolak ukur untuk para pelayan rohani dalam menjaga kekudusannya? Tolak ukurnya bukanlah pada kegiatan rohani yang sudah dilakukan, meskipun hal itu perlu mendapat perhatian. Hal yang harusnya mendapatkan perhatian lebih adalah “seberapa jauh para pelayan Tuhan itu berusaha menerapkan firman TUHAN di dalam kehidupannya.” Penerapan firman TUHAN dalam kehidupan para pelayan itu secara tidak langsung akan memberikan dampak pertumbuhan rohani yang dapat dilihat dan dirasakan oleh jemaat, di mana para pelayan itu melayani. STUDI PRIBADI: Apa yang Tuhan tuntut dari pelayan Tuhan yang melayani Dia? (2) Pelajaran rohani apakah yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita pribadi dan pelayanan? Berdoalah bagi para pelayan Tuhan agar mereka tidak hanya menekankan penampilan yang baik dalam pelayanan, tetapi juga kehidupan yang saleh di hadapan Tuhan.
18 RABU
FEBRUARI 2015
“Engkau harus mengatakan kepada orang Israel, begini: Setiap orang yang mengutuki Allah harus menanggung kesalahannya sendiri.” (Imamat 24:15)
Bacaan hari ini: Imamat 24:10-23 Bacaan setahun: Imamat 23-24
HUKUM YANG MENGHUJAT TUHAN
S
alah satu dari ke-sepuluh Hukum Taurat yang diberikan TUHAN kepada Musa di Gunung Sinai, tertulis: “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan.” Hukum ini melarang orang Israel menyebut nama TUHAN Allahnya,dengan sembarangan. Namun apa yang tercatat di dalam Imamat 24:10-16, bukan sekadar menyebut nama TUHAN Allah Israel dengan sembarangan, melainkan lebih dari itu, yaitu “mengutuk” TUHAN Allah Israel. Kata “mengutuk” (Ibrani: qalal) yang dipakai dalam bagian ini, sama dengan kata “mengutuk” yang dikehendaki oleh Balak supaya Bileam mengucapkan itu (kutuk) kepada bangsa Israel. Kata kutuk ini diucapkan dengan kemarahan yang ditujukan kepada TUHAN Allah Israel. Di dalam kisah ini, orang yang mengutuk nama TUHAN Allah Israel, dilempari dengan batu sampai mati oleh seluruh jemaat Israel. Kisah yang diceritakan di dalam bagian ini menjelaskan tentang prinsip dan identitas dari bangsa Israel yang didasarkan kepada kekudusan TUHAN. Di dalam kisah ini, TUHAN menghendaki agar setiap orang Israel, baik itu keturunan asli ataupun keturunan campuran yang hidup di tengahtengah bangsa Israel, harus menghormati hukum dan peraturan dari TUHAN. Dengan menghormati serta melaksanakan hukum dan peraturan yang merupakan ketetapan TUHAN, maka seluruh bangsa itu akan hidup dan merasakan perlindungan TUHAN; sebaliknya, orang yang mengutuk TUHAN akan mendapat hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Apa yang dapat kita pelajari dari kisah ini? Kisah ini sebenarnya ingin mengajarkan kita, bagaimana orang-orang Kristen masa kini seharusnya menghormati TUHAN dan menjaga kekudusan nama-Nya. Dengan menghormati TUHAN dan menjaga kekudusan nama-Nya, orang percaya akan merasakan perlindungan dan pertolongan TUHAN setiap waktu. Biarlah kita terus mengingat akan hal ini di dalam kehidupan kita. STUDI PRIBADI: (1) Ketika kita menyebut nama Tuhan dengan sembarangan, disamakan dengan apakah sikap itu? (2) Mengapa kita tidak boleh melakukannya kepada Tuhan? Berdoalah bagi jemaat agar mereka tidak sembarangan berkata-kata dan memakai nama Tuhan dengan tidak hormat, sekalipun hal itu hanya untuk bahan tertawaan saja.
19 KAMIS
“Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, sedang kamu adalah orang asing dan pendatang bagi-Ku.” (Imamat 25:23) FEBRUARI 2015 Bacaan hari ini: Imamat 25 Bacaan setahun: Imamat 25
TAHUN SABAT DAN TAHUN YOBEL
S
emua peraturan yang Tuhan berikan kepada manusia diberikan dengan tujuan dan maksud yang baik. Demikian juga dengan peraturan tahun Sabat dan tahun Yobel yang Tuhan berikan kepada umat Israel yang akan segera memasuki tanah perjanjian. Dalam ayat 23, dengan jelas sekali Tuhan mengatakan bahwa Ia adalah pemilik dari tanah yang mereka akan miliki; karena itu orang Israel diminta untuk mengurus tanah itu dengan baik, sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh sang Pemilik. Tuhan sebagai sang Pemilik tanah memberikan ketentuan tentang tahun Sabat dan tahun Yobel untuk mengajarkan kepada kita beberapa hal. Pertama, Tuhan ingin agar waktu istirahat dan bekerja kita seimbang. Ketentuan tentang hari penghentian, memberikan istirahat baik bagi tanah, binatang maupun orang-orang yang bekerja, sehingga tidak ada yang tereksploitasi. Adakah selama ini kita telah menerapkannya dalam hidup kita? Banyak orang sibuk bekerja sepanjang minggu demi mengejar uang, tetapi melupakan keseimbangan dalam hidupnya, sehingga hubungan dengan Tuhan terganggu, hubungan dengan keluargapun juga renggang. Ingatlah bahwa Tuhan adalah sang Pemilik dari ladang/tempat kita bekerja. Aturan yang Dia berikan, pasti memberikan kebaikan bagi kita. Kedua, ketentuan tahun Yobel juga mengajarkan kepada kita untuk lebih peduli terhadap orang miskin, dengan demikian ada keseimbangan dan keadilan dalam masyarakat antara yang kaya dan miskin. Pada tahun Yobel, budak-budak Yahudi haruslah dibebaskan dan tanah-tanah yang tergadai, juga dikembalikan. Selama tahun tersebut, tanah dikembalikan kepada pemilik semula. Selama tahun itu juga, utang harus dihapuskan, dan tiap tanaman yang tumbuh sendiri dibiarkan untuk orang miskin (Ul. 15:1-11). Adakah kita mempunyai hati yang peduli kepada mereka yang kekurangan? Atau, kita lebih suka menutup mata terhadap kebutuhan orang lain? Ingatlah bahwa kita ini hanya hamba yang mengelola apa yang Tuhan percayakan sehingga kita harus menggunakannya dengan bijaksana, untuk kemuliaan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Allah memberikan tahun Yobel dengan aturannya? (2) Apa janji Tuhan kepada kita bila kita melakukan segala ketetapan dan peraturan-Nya? (ay. 18). Doakanlah agar jemaat memasuki tahun yang baru dengan satu perspektif bahwa Tuhanlah pemilik dari semua yang dimiliki, sehingga waktu, tenaga, kekuatan, kekayaan dapat dipakai sesuai dengan keinginan Tuhan.
20
JUMAT
“Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah-merekakannya untuk kebaikan ...” (Kejadian 50:20) FEBRUARI 2015 Bacaan hari ini: Imamat 25 Bacaan setahun: Imamat 25
BERNAZAR
D
alam kamus Bahasa Indonesia, “bernazar” berarti berjanji akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Nazar biasanya diucapkan seseorang pada Tuhan ketika mengalami sukacita/kesengsaraan yang besar. Nazar berisi janji bahwa ia akan mempersembahkan sesuatu (bisa itu orang, hewan, atau harta benda) yang berharga kepada Tuhan, sebagai “balasan” atas berkat yang ia terima dari Tuhan. Di awal Imamat 27 ini, Tuhan berfirman pada Musa untuk memberikan aturan tentang “nazar.” Dikatakan bahwa jika seorang sudah bernazar, haruslah ia menepatinya dan jikalau ia tidak dapat memenuhi nazarnya, ia tidak diperkenankan untuk mundur, atau mempersembahkan pengganti yang lebih murah. Di sini, imam ditunjuk untuk menentukan nilai yang sesuai dengan kemampuan orang yang bernazar. Peraturan ini dibuat oleh Tuhan, dengan tujuan supaya umat-Nya tidak sembarangan bernazar. Mengenai nazar, Pengkhotbah juga pernah berkata: “Kalau engkau bernazar kepada Allah, janganlah menunda-nunda menepatinya, karena Ia tidak senang kepada orang-orang bodoh. Tepatilah nazarmu. Lebih baik engkau tidak bernazar daripada bernazar tetapi tidak menepatinya. Janganlah mulutmu membawa engkau ke dalam dosa, dan janganlah berkata di hadapan utusan Allah bahwa engkau khilaf. Apakah perlu Allah menjadi murka atas ucapan-ucapanmu dan merusakkan pekerjaan tanganmu?” (Pkh. 5:3-5). Dengan demikian, Allah ingin agar kita tidak sembarangan berjanji/bernazar demi mendapatkan apa yang kita inginkan, seperti yang dilakukan oleh Yefta (Hak. 11:30-31). Namun bukan berarti bahwa kita tidak boleh bernazar, karena banyak tokoh Alkitab juga bernazar, contohnya Yakub (Kej. 28:20-22), dan Hana (1Sam. 1:11). Pada prinsipnya, ketika seseorang bernazar, ia sedang membangun satu komitmen dengan Tuhan. Tetapi Tuhan ingin agar kita tidak mempermainkan-Nya dengan janji yang palsu, atau sembarangan. Firman Tuhan hari ini mengingatkan, penuhilah nazarmu. Jangan mengucapkan nazar yang tidak bisa kita penuhi. STUDI PRIBADI: (1) Cobalah ingat kembali nazar yang pernah kita ucapkan di hadapan Tuhan! (2) Apa yang akan dan harus kita lakukan untuk memenuhi nazar tersebut? Doakanlah agar jemaat tidak melupakan komitmennya untuk hidup benar di hadapan Tuhan di tahun yang baru ini, sehingga hidup merekapun semakin memperkenankan hati-Nya.
21
SABTU
FEBRUARI 2015
“Orang Israel harus berkemah masing-masing dekat panji-panjinya, menurut lambang suku-sukunya. Mereka harus berkemah di sekeliling Kemah Pertemuan, agak jauh dari padanya.” (Bilangan 2:2)
Bacaan hari ini: Bilangan 2:1-34 Bacaan setahun: Bilangan 1-3
PUSAT KEHIDUPAN ORANG PERCAYA
N
ama kitab “Bilangan” berasal dari penghitungan orang-orang Israel yang pergi berperang. Perintah Allah kepada Musa adalah untuk melakukan penghitungan (sensus) disampaikan sepuluh setengah bulan setelah mereka tiba di Gunung Sinai. Hal ini adalah sekitar 13 bulan setelah keluar dari Mesir. Tujuan sensus ini adalah mengorganisasi umat Israel menjadi suatu bangsa dan bala tentara (Bil. 1:3). Jumlah seluruh orang-orang yang berumur 20 tahun ke atas dan dianggap sanggup berperang adalah berjumlah 603.550 orang, namun tidak termasuk suku Lewi (ayat Bil. 1:45-47). Oleh karena itu, bangsa Israel ketika itu mungkin berjumlah 2 juta jiwa. Dan pada saat itulah Allah mengatur sedemikian rupa kehidupan umat Israel untuk menunjukkan pemimpin tertinggi kehidupan umat Israel. Pengaturan Allah atas kehidupan umat Israel digambarkan dengan pengaturan tempat perkemahan orang Israel menurut suku-suku mereka. Dan Allah mengatur agar keseluruhan hidup umat-Nya berpusatkan pada diri-Nya sendiri. Allah menentukan perkemahan tiap suku di sebelah utara, timur, selatan dan barat dengan Kemah Suci di tengah-tengahnya (Bilangan 2:1-2). Masing-masing kelompok suku harus berkemah di dekat panji-panji pemimpin kelompok sukunya, sehingga segala sesuatu berjalan secara teratur dan terpimpin dengan Allah sebagai Pemimpin Tertinggi. Demikianlah seharusnya kehidupan tiap orang percaya dalam gereja Tuhan. Ada kesatuan di antara berbagai keberagaman latar belakang dan cara berpikir karena setiap orang disatukan oleh Satu Pemimpin yang menjadi pusat kehidupan setiap orang percaya, yaitu Allah sendiri, yang telah menyatakan Diri-Nya melalui Kristus. Tuntunan-Nya dapat kita temui dalam Alkitab, Firman Allah. Kiranya Tuhan terus menolong kita untuk terus menempatkan-Nya sebagai pusat kehidupan kita di tengah segala keberagaman kita sehingga Allah senantiasa dimuliakan melalui kehidupan orang percaya, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama. STUDI PRIBADI: (1) Apa tujuan dari bangsa Israel dihitung dan diatur sedemikian rupa oleh TUHAN? (2) Apa aplikasinya bagi kehidupan kita sebagai umat Tuhan pada sama kini? Berdoa bagi pertumbuhan rohani jemaat, agar mereka dimampukan untuk hidup sebagai umat-Nya yang rindu menyenangkan hati Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.
22
MINGGU
FEBRUARI 2015
“Sesuai dengan titah TUHAN dengan perantaraan Musa, maka mereka masing-masing dibuat penanggung jawab atas apa yang harus dikerjakan dan diangkatnya…” (Bilangan 4:49)
Bacaan hari ini: Bilangan 4:1-49 Bacaan setahun: Bilangan 4-6
TIDAK ADA YANG TERLALU SEPELE
D
alam perjalanan umat Israel melewati padang gurun, Tuhan melatih umat Israel mengenai keteraturan dalam pembagian tempat perkemahan dan tugas dalam pelayanan di dalam Kemah Suci. Tuhan memilih suku Lewi sebagai penyelenggara ibadah dalam Kemah Suci serta bertugas merawat barang-barang yang dipergunakan dalam penyelenggaraan Ibadah tersebut. Keturunan Kehat bertugas mengurus semua perlengkapan upacara di Kemah Suci yang disebut sebagai barang-barang yang mahakudus (Bil. 4:4) atau barang-barang kudus (ay.15), termasuk Tabut Perjanjian yang terletak di ruang mahakudus. Keturunan Kehat bukan imam, sehingga mereka tidak diperkenan menyentuh peralatan upacara tersebut. Sebelum dibawa, semua peralatan upacara dikemas oleh para imam, yaitu Harun dan anak-anaknya. Saat akan berangkat, barulah keturunan Kehat boleh mengangkat barang-barang tersebut, dengan satu catatan, mereka harus berhati-hati agar tidak menyentuh peralatan yang mereka bawa tersebut, agar mereka tidak mati (ay. 15, 20). Barang-barang yang kecil yaitu minyak untuk penerangan, ukupan dari wangi-wangian, korban sajian yang tetap dan minyak urapan, menjadi tanggung jawab Eleazar, anak imam Harun. Tenda, tudung, dan tirai Kemah Suci, serta layar dan tirai pintu gerbang pelataran harus diangkat keturunan Gerson; sedangkan papan, kayu lintang, tiang, dan alas Kemah Suci, serta tiang, alas, patok, dan tali pelataran, menjadi tugas dari keturunan Merari. Mereka harus melaksanakan setiap tugas yang Allah berikan dengan tepat karena satu kesalahan akan berujung pada hukuman. Hal ini menunjukkan betapa penting mengerjakan setiap tugas pelayanan sesuai dengan cara yang Tuhan kehendaki. Setiap orang penting dalam pekerjaan Tuhan. Tidak ada tugas yang terlalu sepele. Beberapa orang Lewi mendapat tugas lebih berat dari yang lain. Namun karena Tuhan yang telah menugaskan, Ia akan memampukan. Kiranya Tuhan memampukan kita sebagai para pelayan-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana Allah memandang tiap pelayanan dan pernak-pernik peribadatan kepada-Nya, dari hal kecil sampai yang besar? (2) Pelajaran apa yang kita dapat? Berdoalah bagi setiap aktivis pelayanan di dalam gereja Tuhan, agar mereka tidak merasa rendah diri ketika mendapatkan pelayanan yang sederhana, atau tinggi hati karena tugas yang lebih berat.
23
SENIN
FEBRUARI 2015
“Kemudian TUHAN berfirman kepada Musa: Terimalah semuanya itu dari mereka, supaya dipergunakan untuk pekerjaan pada Kemah Pertemuan...” (Bilangan 7:4-5a)
Bacaan hari ini: Bilangan 7:1-9 Bacaan setahun: Bilangan 7-8
PERSEMBAHAN ANDA SANGAT BERGUNA
T
eman saya pernah menceritakan sebuah kisah yang sangat indah. Ada seorang anak Tuhan yang setiap bulan memberi persembahan untuk sebuah Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia. Bapak ini adalah seorang pengusaha di sebuah perusahaan di Indonesia. Persembahannya sangat berguna untuk pekerjaan Tuhan di STT ini, yakni dapat menolong kelangsungan studi para mahasiswa. Banyak mahasiswa telah berhasil dan menjadi hamba Tuhan pula. Mereka telah menjadi berkat dengan memberitakan Injil Yesus Kristus kepada jiwa-jiwa yang tersesat. Demikian juga dengan firman Tuhan di dalam Bilangan 7:1-9. TUHAN berbicara kepada Musa supaya dia dapat menerima persembahan yang diberikan oleh para pemimpin bangsa Israel itu, karena persembahan itu berguna bagi pekerjaan di dalam Kemah Pertemuan dan orang Lewi bertanggung jawab atas semua persembahan ini (ay. 4, 5). Setiap orang memiliki perspektif atau cara pandang yang berbeda dalam memberi persembahan. Mungkin ada yang memberi persembahan sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan yang telah memberkatinya. Mungkin yang lain, dengan tujuan supaya Tuhan lebih lagi memberkati dia. Bagaimana dengan cara pandang Anda dalam memberikan persembahan kepada Tuhan? Apakah Anda adalah salah satu dari antara mereka? Jika samapun tidaklah salah. Itu benar. Akan tetapi, ada satu hal yang sangat penting yang perlu Anda ketahui ketika memberikan persembahan kepada Tuhan. Hal itu adalah: Persembahan yang Anda berikan kepada Tuhan dan pekerjaan-Nya, adalah sangat berguna. Di tahun yang baru di bulan Februari ini, marilah dengan sukacita dan kerelaan hati kita memberikan persembahan untuk Tuhan. Marilah kita lebih dalam hal memberi, bukan hanya dalam hal materi, melainkan kita juga mau mempersembahkan seluruh totalitas hidup kita untuk Tuhan Yesus (Rm. 12:1), supaya Tuhan Yesus memakai kita menjadi saksi-Nya untuk memberitakan Kabar Baik kepada segala bangsa yang memerlukan Kabar Baik (Mat. 28:19-20). STUDI PRIBADI: (1) Dalam memberikan persembahan, apakah yang menjadi motivasi kita? Persembahan yang bagaimana, yang diterima oleh Tuhan? Berdoalah agar umat Tuhan dimampukan untuk memberikan seluruh aspek hidupnya sebagai persembahan yang harum dan berkenan kepada Tuhan, sehingga memuliakan nama-Nya.
24
SELASA
FEBRUARI 2015
“Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat.” (Bilangan 11:6)
Bacaan hari ini: Bilangan 11:1-9, 31-35 Bacaan setahun: Bilangan 9-11
JANGAN “LUPA” BERSYUKUR
B
ersyukur adalah ungkapan hati orang yang bersedia menerima segala sesuatu, baik suka maupun duka, yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupnya. Namun, berbeda dengan bangsa Israel; mereka “lupa” bersyukur kepada TUHAN, sekalipun TUHAN telah memberikan dan menyediakan manna bagi mereka. “Lupa” bersyukur mendatangkan hal yang buruk atas bangsa Israel. Dampak buruknya ialah: pertama, mereka menjadi orang yang melupakan TUHAN. Dalam ayat 4 ada tertulis: “Siapakah yang akan memberikan kita makan daging?” Mereka melupakan TUHAN yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kedua, mereka menjadi orang yang serakah. Serakah artinya selalu mau atau ingin memiliki lebih dari yang dimiliki, “Tetapi sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apa pun, kecuali manna ini saja yang kita lihat” (ay. 6). Mereka mengatakan tidak ada sesuatu apa pun, padahal TUHAN telah memberikan manna bagi mereka. Bagi mereka, tidak cukup hanya manna. Mereka menginginkan lebih dan lebih lagi, yaitu daging. Ketiga, mereka binasa. Tercatat dalam ayat 33-34: “Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa itu dan TUHAN memukul bangsa itu dengan suatu tulah yang sangat besar.... di sananalah dikuburkan orang-orang yang bernafsu rakus.” Karena “lupa” bersyukur, membuat mereka memberontak kepada TUHAN, dan akibatnya, mereka dibinasakan TUHAN. Jadi, karena lupa bersykukur, orang-orang Israel ini melupakan TUHAN, sehingga menjadi orang yang serakah dan akhirnya dibinasakan TUHAN. Sepenggal lirik lagu karangan Pdt. Stephen Tong berbunyi: “Pimpinan Tuhan tak pernah bersalah.” Pimpinan TUHAN atas bangsa Israel tidak pernah bersalah. Mereka sendirilah yang salah dalam memahami pimpinan TUHAN, sehingga mereka bersungut-sunggut dan menyalahkan TUHAN. Pimpinan Tuhan atas diri kita, juga tidak pernah salah. Kitalah yang salah dalam memahami pimpinan TUHAN. Apa yang sedang terjadi dalam hidup kita? Dalam hal apa pun itu, janganlah lupa bersyukur!! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel tidak bisa bersyukur? Apa yang terjadi dengan mereka, ketika mereka memilih bersungut-sungut? (2) Apa aplikasinya bagi kita? Berdoalah bagi jemaat agar mereka hidup penuh dengan ucapan syukur di hadapan Tuhan dan bersukacita dalam segala persoalan yang mereka harus hadapi, karena Tuhanlah Sang Penolong.
25
RABU
FEBRUARI 2015
“TUHAN befirman kepada Musa: Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku…” (Bilangan 14:11)
Bacaan hari ini: Bilangan 12-14 Bacaan setahun: Bilangan 14:11
PEMBERONTAKAN MEMBAWA KUTUK
K
itab Bilangan bercerita tentang perjalanan umat Israel di padang gurun menuju tanah yang di janjikan Allah kepada mereka. Di sana mereka belajar bagaimana menata diri menurut kehendak Allah, juga bagaimana orang Lewi harus menolong para Imam Israel. Umat juga mengetahui siapa yang akan dipilih untuk memimpin mereka memasuki Kanaan. Namun, perjalanan bangsa Israel di padang gurun juga menunjukkan sifat mereka yang suka memberontak. Dalam pasal 12-14, kita telah mengetahui ada dua kali pemberontakan bangsa Israel kepada Musa. Dalam pasal 12, pemberontakan Maryam dan Harun kepada Musa yang diangkat oleh Allah menjadi seorang Nabi; dan dalam pasal 13-14, pemberotakan 10 pengintai ketika pulang dari tanah Kanaan. Ketika mereka ingin mengangkat seorang pemimpin baru, mereka bersekongkol untuk menyingkirkan pemimpin mereka, lalu mereka pulang ke Mesir. Persamaan dari keduanya adalah, mereka memberontak akan kuasa/kedaualatan Allah melalui hamba-Nya, Musa. Sehingga, bangkitlah murka Tuhan terhadap mereka: “Berapa lama lagi bangsa ini menista Aku, dan berapa lama lagi mereka tidak mau percaya kepada-KU, sekalipun sudah ada segala tanda mujizat yang Kulakukan di tengah-tengah mereka” (Bil. 14:11). TUHAN memukul Maryam dengan kusta, demikian juga dengan sepuluh pengintai, mereka hendak dipukul dengan penyakit sampar dan melenyapkan mereka. Karena dosa, Allah tidak mengijinkan bangsa Israel menempuh jalan yang mudah dan langsung menuju tanah perjanjian; sebaliknya, mereka yang tergolong generasi tua (termasuk Musa) harus mengembara selama 40 tahun, dan kemudian mati di padang gurun. Hanya generasi yang lebih muda (ps.14: 22-23, 29-30) yang mengikuti pemimpin-pemimpin yang setia, Yosua dan Kaleb, yang akan memasuki tanah Kanaan. Satu hal yang dapat kita pelajari “percaya kepada Allah.” Mereka yang taat dan percaya kepada Allah, akan menerima berkat-Nya. Mereka yang tidak taat, tidak akan mendapat berkat yang terkait dengan janji-janji-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa bangsa Israel seringkali tidak taat dan tidak mempercayai janji TUHAN bagi mereka? (2) Pelajaran apa yang Anda pelajari dari kisah mereka? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup dalam ketaatan dan keyakinan yang teguh dalam firman Tuhan dan melakukan pekerjaan yang berkenan di hadapan-Nya.
26
KAMIS
FEBRUARI 2015
“Lagi keluarlah api, berasal dari pada TUHAN, lalu memakan habis kedua ratus lima puluh orang yang mempersembahkan ukupan itu.” (Bilangan 16:35)
Bacaan hari ini: Bilangan 15-16 Bacaan setahun: Bilangan 15-16
TAAT MEMBAWA BERKAT
D
alam pasal 15, Allah telah memberikan ketetapan-ketetapan pada umat-Nya. Akhir dari ketetapan-Nya itu, Allah memerintahkan untuk membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, sebagai satu peringatan kepada segala perintah TUHAN, sehingga mereka melakukannya dan tidak lagi menuruti hati dan mata mereka sendiri seperti biasa mereka perbuat dalam ketidaksetiaan mereka terhadap TUHAN. Namun dalam pasal 16, mereka kembali memberontak terhadap Musa atas kepemimpinannya bagi Israel. Pemberontakan ini dipimpin Korah, Datan dan Abiram, dengan mengajak dua ratus lima puluh orang Israel, pemimpin-pemimpin umat, yaitu: orang-orang yang dipilih oleh rapat, semuanya orang-orang yang kenamaan dan mereka semua adalah orangorang Lewi yang tugasnya membantu para imam melakukan pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN. Musa telah memperingatkan mereka, bahwa pemberontakan mereka, bukanlah kepada Musa, tetapi melawan TUHAN. Maka bangkitalah murka TUHAN atas mereka dengan mendatangkan hukuman yang belum pernah terjadi, yaitu: tanah mengangakan mulutnya dan menelan seluruh keluarga Korah, Abiram dan Datan beserta seluruh harta bendanya, apapun yang dimilikinya sehingga mereka hidup-hidup turun ke dunia orang mati, maka mereka akan tahu bahwa orang-orang ini telah menista TUHAN. Dan TUHAN menurunkan api dari langit untuk memakan habis ke dua ratus lima puluh orang Lewi itu. Namun keesokan harinya, bersungut-sungutlah segenap umat Israel kepada Musa dan Harun, katanya: “Kamu telah membunuh umat TUHAN”, dan segenap umat berkumpul melawan Musa dan Harun, maka bangkitlah murka TUHAN, membunuh umat sebanyak empat belas ribu tujuh ratus orang, itupun karena kemurahan TUHAN melalui kelembuatan hati Musa. Pelajaran yang dapat kita petik adalah, mereka yang taat dan percaya kepada ketetapan Allah, akan menerima berkat-Nya. Mereka yang tidak percaya dan taat, tidak akan menerima berkat yang terkait dengan janjijanji Allah. STUDI PRIBADI: (1) Pemberontakan orang Israel dan para pemimpin mereka terhadap Musa menunjukkan iman yang seperti apa? (2) Apa yang Tuhan lakukan kepada mereka? Berdoalah bagi jemaat agar mereka dimampukan hidup takut akan Tuhan, menghargai kekudusan-Nya, dan tidak bersungut-sungut kepada Tuhan, sekalipun menghadapai kesulitan hidup.
27
JUMAT
FEBRUARI 2015
“Segala yang terbaik dari minyak dan segala yang terbaik dari anggur dan dari gandum, yakni yang sebagai hasil pertamanya dipersembahkan mereka kepada TUHAN, Aku berikan kepadamu” (Bilangan 18:12)
Bacaan hari ini: Bilangan 18:8-32 Bacaan setahun: Bilangan 17-19
MEMBERIKAN YANG TERBAIK
S
eringkali dalam ibadah Minggu, pada waktu memberikan persembahan, pemimpin ibadah mengajak kita memberikan yang terbaik untuk Tuhan. Apakah “pemberian yang terbaik” itu? Jumlah uang kita? Bagusnya kertas uang kita? Persiapan kita sebelum ibadah, baik yang melayani atau pun tidak? Dalam bagian ini, kita mempelajari bahwa persembahan yang terbaik dapat meliputi: (1) Secara lahiriah, bila kita ingin memberikan yang terbaik, maka kita seharusnya mempersiapan dengan baik pula, baik itu performance kita dalam pelayanan, kerapian dalam berpakaian, dan sopan santun dalam bertutur kata, hal-hal demikian merupakan persembahan yang terbaik. (2) Secara rohaniah, hendaknya kita menjaga kekudusan hidup, bukan saja tidak menyembah berhala, namun juga harus waspada terhadap berhala rohani yang dapat menghalangi atau membuat kita menyimpang dari jalan Tuhan, seperti hobi, kebiasaan buruk, keegoan kita, dan lain-lain. Hati yang takut akan Tuhan adalah persembahan hidup yang kudus dan terbaik pula. (3) Apapun juga hasil dari jerih lelah pekerjaan kita, merupakan berkat Tuhan, sehingga kita wajib memberikan persembahan sebagai ungkapan syukur. Selain itu, kita juga percaya bahwa segenap anggota keluarga dan aktivitas kita adalah anugerah Tuhan, kita pun wajib mensyukurinya, baik melalui persembahan, kesaksian dan pelayanan untuk sesama kita. (4) Memberikan yang terbaik juga meliputi tanggung jawab kita untuk memelihara rohaniawan yang melayani kita penuh waktu di antara kita, karena mereka adalah orang pilihan Tuhan untuk melayani gereja Tuhan. Memberikan yang terbaik adalah memberikan segenap hidup kita untuk melakukan kehendak Tuhan, sebagaimana tertulis di dalam FirmanNya. Seperti kita hendak memberikan sesuatu yang terbaik untuk seorang yang kita kasihi, maka mulai dari pemikiran kita, rencana kita, pelaksanaan kita, sampai pada akhirnya, yaitu berupa pemberian kita, adalah sungguhsungguh kita lakukan semuanya dengan baik, bukan asal saja. STUDI PRIBADI: (1) Apakah yang dimaksud dengan “pemberian yang terbaik” dalam ibadah kita dalam arti yang lebih luas? (2) Apakah kita sudah mempraktikkannya? Marilah kita berdoa bagi pertumbuhan iman dan pengenalan kita akan Allah sehingga kita semakin mengasihi Dia dan dimampukan untuk memberikan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya.
28
SABTU
FEBRUARI 2015
“Lalu Allah mengucapkan segala firman ini.” (Keluaran 20:1)
Bacaan hari ini: Bilangan 20:2-13 Bacaan setahun: Bilangan 20-22
MENJAGA KEKUDUSAN HIDUP SEPANJANG MASA
B
agi kita, sulit memahami kesalahan Musa dan Harun yang hanya segitu (satu kali) saja, lalu diberikan hukuman yang demikian berat oleh Tuhan, tidak boleh masuk ke tanah Kanaan. Padahal jika kita lihat seluruh kitab Taurat, Musa menjalankan perintah Tuhan, apa saja yang Tuhan perintahkan, itulah yang dilakukan Musa. Namun dalam kejadian kali ini, mengapa Allah yang biasanya mengampuni dosa orang Israel, tidak dapat memaafkan dosa Musa? Ada penafsir mengatakan bahwa, ini adalah peristiwa di mana Musa dalam keadaan sangat tertekan/stress berat, jenuh, bosan, bahkan sudah tidak ada kasih untuk umat yang ia pimpin (dipercayakan oleh Tuhan), maka ia bersalah atas perkataan maupun perbuatannya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Sekalipun mujizat berhasil, namun hatinya tidak ada kasih dan tidak dapat mewakilkan Allah, sehingga Allah menegurnya (Bil. 20:1213). Hal ini sama seperti Tuhan Yesus menegur jemaat Efesus yang sangat sibuk dan rajin luar biasa dalam pelayanan bahkan rela menderita, namun mereka meninggalkan kasih yang semula terhadap Tuhan dan sesama, sehingga Tuhan menegur mereka agar bertobat! (Why. 2:1-7). Bagaimana dengan kita? Semakin kita melayani Tuhan, bahaya yang terjadi ialah, kita semakin jenuh dan bosan, juga capek rohani (hal rohani kita lakukan dengan cara dunia). Kita tidak lagi bergantung penuh pada Tuhan dan memelihara relasi yang intim dengan Tuhan, melainkan kita hanya melihat pelayanan kita dari sisi manusia dan cara pandang dunia. Kita sudah tidak menghormati kekudusan Tuhan, bahkan kita tidak ada kasih di dalam pelayanan. Karena itu waspadalah, lakukan pelayanan dengan benar! STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kesalahan Musa tidak dimaklumkan Tuhan? (2) Apa yang Anda bisa terapkan dari kisah ini dalam pelayanan dan kehidupan rohani bersama Tuhan? Berdoalah bagi para pelayan Tuhan agar mereka tidak memandang rendah pelayanan yang Tuhan percayakan kepada mereka, melainkan dengan segenap hati mereka mengerjakannya.
Catatan...
“Sebab Akulah Tuhan Allahmu, maka haruslah kamu menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus.” (Imamat 11:44a)