BAIK DAN BURUK MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Akhlak Tasawuf”
Dosen Pembimbing :
Drs. H.Syukron Jazilan, M. Pdi. Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2009
BAB I PENDAHULUAN Setiap perbuatan manusia itu ada yang baik dan ada yang tidak baik atau buruk. Baik dan buruk merupakan dua istilah yang banyak digunakan untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Pernyataan tersebut dapat dijadikan indikator untuk menilai perbuatan itu baik atau buruk sehingga dapat dilatar belakangi sesuatu yang mutlak dan relatif. Pernyataan – pernyataan tersebut perlu dicarikan jawaban dan dapat dijadikan rumusan masalah sehingga para pembaca menilai sesuatu itu baik atau buruk memiliki indikator yang pasti. Untuk itu dijadikan pembahasan masalah adalah Bagaimana ukuran menilai baik dan buruk menurut pandangan Islam.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam ilmu akhlak kita berjumpa dengan istilah baik buruk, benar salah, apakah kita pakai itu banar atau salah dan apakah kebiasaan-kebiasaan yang kita perbuat untuk baik apa buruk. A. Pengertian 1. Baik dan Buruk Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khoir ( dalam bahasa arab ) / good ( dalam bahasa Inggris ). Dikatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dan kepuasan, kesenangan, persesuaian, dan seterusnya1. Pengertian baik menurut Ethik adalah sesuatu yang berharga untuk tujuan. Sebaiknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan apabila yang merugikan, atau yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk dan yang disebut baik dapat pula berarti sesuatu yang mendatangkan
memberikan perasaan senang atau bahagia. Dan adapula
yang berpendapat yang mengatakan bahwa secara umum, bahwa yang disebut baik / kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbedabeda, sesungguhnya pada akhirnya semuaya mempunyai tujuan yang sama sebagai tujuan akhir tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia akan tetapi binatang pun mempunyai tujuan.2 Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana disebutkan bahwa akan mempermudah dalam mengetahui yang buruk dan diartikan dan diartikan sesuatu yang tidak baik. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang tidak baik, dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Kebaikan yang berhubungan dengan tujuan ini dapat kita bedakan dengan kebaikan sebagai tujuan sementara untuk mencapai tujuan terakhir. Tujuan sementara mungkin hanya sekali bagi seseorang atau sesuatu golongan. Dan tujuan sementara ini sebagai alat atau jalan untuk mencapai tujuan akhir ini terdapat bermacam-macam dan beraneka ragam. Didalam akhlak Islamiyah, antara baik sebagai akhlak / cara / tujuan sementara harus segaris atau sejalan dengan baik sebagai tujuan sementara dan
1. 2.
H. Abuddin Nata, Ma. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada hlm 104 Ahmad Mustofa. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia hlm 56
tujuan akhir berada dalam satu garis lurus yaitu berdasarkan satu norma karena didalam akhlak Islamiyah ini disamping bai itu harus benar. Missal untuk menjadi seorang pengusaha yang kaya. Ia harus berusaha dengan jalan yang halal, tidak dengan menganiaya orang lain, tidak dengan jalan korupsi,. Sebab didalam akhlak Islamiyah ada garis yang jelas antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang boleh dilampaui atau tidak, antara halal dan haram. Berbeda dengan akhlak Machiavelli, yang dianut oleh komunis untuk mencapai tujuan dapat dengan segala macam cara, seperti untuk mencapai kemenangan kekuasaan memelaratkan rakyat agat bisa dikuasai dan untuk mencapai kemenangan dengan membinasakan orang lain. Jadi menurut akhlak Islam, perbuatan itu disamping baik juga harus belajar, yang benar juga harus baik. 2. Benar dan Salah Pengertian menurut etika ( Ilmu akhlak ) ialah hal-hal yang sesuai dengan peraturan-peraturan sebaliknya. Pengertian salah menurut etika hal yang tidak sesuai dengan peraturean-peraturan yang berlaku.3 Secara objektif “benar” adalah satu, tidak ada dua benar yang berrtentangan. Kebenaran yang objektif yang merupakan kebenaran yang pasti dan satu itu adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat adalah kebenaran yang didasarkan kepada peraturan yang dibuat oleh Yang Maha Satu, Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang Maha Benar.4 Dan peraturan yang buat manusia yang bersifat relative itu adalah benar apabila tidak bertentangan dengan peraturan yang objektif yang dibuat oleh Yang Maha Satu Yang Maha Benar, yaitu peraturan yang bertentangan dengan wahyu, karena kebenaran mutlak adalah kebenaran dari Yang Maha Benar.
Artinya : Kebenaran adalah Tuhanmu dan janganlah kalian termasuk orang yang raguragu. Peraturan-peraturan
yang
dibuat
oleh
manusia,
akan
dijamin
kebenarannya apabila peraturan-peraturan itu tidak bertentangan dengan peraturan yang dibuat oleh Tuhan.
3. 4.
Ibid, hlm 53 mahmud Shaltat. 1994. Syariat Islam. Jakarta : Bumi Aksara hlm 83
B. Peraturan Baik dan Buruk Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia.4 Menurut Poedja Wijatna berhubungan dengan perkembangan pemikiran manusia dengan pandangan filsafat tentang manusia ( antropologi metafisika ) dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya. Dan dapat disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya : 1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme ) Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Didalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dansebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk. Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. Pada masa sekarang, kirta dapat membenarkan adat istiadat semacam itu dan bukan mengingkarinya, dan bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk bagi perbuatan-perbuatan kita. Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat istiadat pada hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan paham adat istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat. Berpegang adat istiadat itu, meskipun tidak benar ada juga faedahnya, sebab ada juga orangorang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, dan banyak pula orangorang yang tidak mau mengikutinya adat istiadat dari lingkungannya.
2. Baik Buruk Menurut Aliran Hedoisme Aliran Hedoisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua
perbuatan
mengandung
kelezatan,
4. Mahmud Shaltat. 1994. Syariat Islam. Jakarta. Bumi Aksara hlm 83
melainkan
adapula
yang
mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan. a. Epicurus Berpendapat bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan manusia, tidak ada kekuatan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan badan. Epicurus pun berpendapat bahwa sebaik-baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan “ketentraman aka”. b. Golongan Epicurus Berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur dengan kelezatan dan kepedihan yang terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi tiaptiap manusia melihat ke semua hidupnya. Epicurus menyebutkan 3 macam kelezatan : 1. kelezatan yang wajar dan diperlukan contoh makanan, minuman 2. kelezatan yang wajar tetapi belum diperlukan sekali. Missal kelezatan makan yang enak lebih daripada yang biasa 3. kelezatan yang tidak wajar dan tidak diperlukan. Missal kemegahan harta benda. Aliran hedoisme dibagi 2 : 1. Egositic Hedoisme Dinyatakan bahwa ukuran kebaikan adalah kelezatan diri pribadi orang yang berbuat. Karena dalam aliran ini mengharuskan kepada pengikutnya agar menyerahkan segala perbuatan untuk menghasilkan kelezatan yang sebesarbesarnya. 2. Universalistic Hedoisme Menyatakan bahwa aliran ini mengharuskan agar manusia dalam hidupnya mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesame manusia dan bahkan pada sekalian makhluk yang berperasaan.
3. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme ( Humanisme ) Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu berbagai baim dan buruk dengan sekilas tanpa melihat buah / akibatnya.8 Aliran Intuitionesme berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk adalah kekuatan naluri.9 Kekuatan Naluri atau batin ioni terkadang berbeda refleksinya karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasarnya tetep sama dan berakar pada tubuh manusia. Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari keadaan dari luarnya. Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani / kekuatan batin yang ada dalam durinya, dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk. Penentuan baik buruk perbuatan melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham / intuisi ini hanyalah dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlak dari kalangan Islam. Falsafah akhlak mengatakan bahwa etika adalah tidak emosionalistik tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi, menurut kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio akan tetapi kekuatan itu mengintruksikan pada manusia agar melakukan berbagai kewajiban dalam hidupnya dan kekuatan itu terletak dalam diri dan batin manusia. Paham Intution telah dikecam yang berkata akan adanya Insting didalam manusia yang dapat memperdayakan antara baik dan buruk, sebagaimana panca indra yang dapat memperbedakan antara macam-macam warna dan suara bahwa manusia itu berselisih dalam memberi hokum kepada hal-hal yang sudah terang.9. Dengan mengikuti uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penentuan baik buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dipahami karena manusia betapapun memiliki tempat tingga, kebangsaan, ras, agama dan lainnya berbeda.
4. Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme Maksud dan paham ini adalah untuk sesame manusia / semua makhluk yang memiliki perasaan. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung akstrem dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistic kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang memberi manfaat pada yang lainnya. Ada beberapa kekurangan dalam peham ini yang bertentangan : 1.
Paham yang memastikan untuk memberi hokum kepada perbuatan akan kebaikan dan keburukannya.
2.
Kebahagiaan umum tidak menjadi ukuran yang tetap lagi terbatas, sehingga untuk memberi hokum sebuah perbuatan akan baik dan buruknya menjadi tempat perselisihan yang banyak.
3.
Paham yang menjadikan manusia bersikap dingin pandangannya hanya ditujukan kepada buah-buah perbuatan apa yang ada kelezatan dan kepedihan.
4.
Perkataan yang menyatakan bahwa tujuan hidup itu hanya mencapai kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merendahkan kehormatan manusia dan tidak pantas kecuali bagi jenis binatang.
5. Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme Menurut pahamm ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan
yang dimiliki ia mengembangkan pola
hidup
feodalisme,
kolonialisme, dictator dan tiranik. Perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya. Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham utalisme
tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
6. Baik Buruk Menurut Paham Religiosme Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut Poedjawitna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masingmasing. Agama Hindu, Budha, yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masingmasing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7. Baik Buruk Menurut Paham Evolusi ( Evolution ) Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di ala ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama “LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral. Ada 2 faktor pergantian : 1. Lingkungan 2. Warisan
mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan
berpindah pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan dan kepeningkatan ( Evolution ).
Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kea rah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya. Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809 – 1882 ) ada;ah seorang ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang pahamm ini dalam bukunya The Origin of species. Dikatakan bahwa perkembangan ala mini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut : 1. ketentuan alam ( selection ao nature ) 2. perjuangan hidup ( straggle for life ) 3. kekal bagi yang lebih pantas ( survival for the fit test ) Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang maujud ( ada ). Berdasarkan ciri-ciri hukum alam yang terus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk.
8. Baik Buruk Aliran Idealisme Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakantindakan yang nyata. Menurut Immanual kant untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya. Dijelaskan pokok-pokok pandangan Immanual Kant : 1. Wujud yang paling dalam dari kenyataan ( hakikat ) ialah kerohanian 2. Factor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang konkrit. 3. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban. Dalam etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan : 1. Dasar etika Kant, ialah akal pikiran 2. Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat sesuatu. 3. Kant, mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan banyak hal-hal yang meminta perhatian etika
9. Baik Buruk Aliran Tradisonal Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya. Harus diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara ilmiah kurang memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah bermacam-macam perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja, bahkan perbedaan antar suku. Adapun sumber daripada adat kebiasaan antara lain : 1. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyangnya 2. Perbuatan / peristiwa secara kebetulan, meskipun tidak berdasarkan kepada akal. 3. Anggapan baik dari nenek moyangnya terhadap sesuatu perbuatan yang akhirnya diwariskan secara turun temurun. 4. Perbuatan orang-orang terdahulu
10. Baik Buruk Aliran Naturalisme Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan ftrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepda kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.
11. Baik Buruk Aliran Theologis Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan / dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampakanya masih samara karena didunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan
etika, theologies ini dengan jelas kepada agama, missal etika theologies menurut Kristen, ertika theologies menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.
C. Sifat Dari Baik dan Buruk Sifat dari baik dan buruk didasarkan pada pandangan filsafat yang sesuai dengan sifat dari filsafat itu sendiri yaitu berubah relative nisbi dan tidak universal. Sifat baik buruk yang dikemukakan berdasarkan pandangan tersebut sifatnya subjektif, local dan temporal. Dan oleh karenanya nilai baik buruk itu sifatnya relative.
D. Baik dan Buruk Menurut Ajaran Islam Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Nabi Muhammad SAW.5 Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al Qur’an dan Al Hadits. Jika tidak memperhatikan Al Qur’an dan Al Hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu pada yang baik dan adapula yang mengacu pada yang buruk. Missal Alhasanah dikemukakan oleh Al – Eqghib al asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Lawan dari alhasanah adalah al sayyiah. Yang termasuk al hasanah missal keuntungan kelapangan rezeki dan kemenangan. Misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi :
Artinya : Ajaran manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Adapun kata Al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas / memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka yang dimaksud adalah ketaatannya.6
5. Ibid hlm 85 6. Muhammad Al Baqir. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung : Karisma hlm
BAB III KESIMPULAN / PENUTUP
v Pengertian baik dan buruk Sesuatu yang disebut baik atau buruk itu relative sekali, karena bergantung pada pandangan dan penilaian masing-masing yang merumuskannya dan pengertian ini bersifat subjektif, karena bergantung pada individu yang menilainya. v Beberapa aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik dan buruk diantaranya : 1. Baik buruk melalui Aliran Adat Istiadat 2. Baik buruk melalui Aliran Hedoisme 3. Baik buruk melalui Aliran Intuisisme 4. Baik buruk melalui Aliran Utilitarianisme 5. Baik buruk melalui Aliran Vitalisme 6. Baik buruk melalui Aliran Religiosme 7. Baik buruk melalui Aliran Evolusi 8. Baik buruk melalui Aliran Idealisme 9. Baik buruk melalui Aliran Tradisional 10. baik buruk melalui Aliran naturalisme 11. Baik buruk melalui Aliran Theologis
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abiddin. 1996. Akhlak Tasawuf. Jakarta : PT raja grafindo Persada Mustofa, Akhmad. 1999. Akhlak Tasawuf. Bandung : CV Pustaka Setia Shaltat, Mahmud. 1994. Aqidah dan Syari’at Islam. Jakarta : Bumi Aksara Al Baqir, Muhammad. 1994. Membentuk Akhlak Mulia. Bandung. Karisma.