1
ABSTRAK TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI PENYEGAR DALAM JUAL BELI BUAH (Studi pada Penjual Buah Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung) Oleh : INDAH AMALIA Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar dalam jual beli buah (studi pada Penjual buah Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung). Sebagaimana diketahui bahwa buah-buahan tidak memiliki daya tahan kesegaran yang cukup lama, khususnya buah apel. Hal ini berbeda dengan buah impor, karena buah impor sudah terdapat lilin pada dasar kulit buah apel tersebut. Lilin tersebut melindungi buah dari bakteri, sehingga bakteri tadi tidak dapat menembus ke dalam kulit buahnya, sehingga buah-buahan yang sudah dilapisi oleh lilin bisa bertahan lama. Praktek pelilinan ini sudah dilakukan di Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Tujuan pelilinan agar buah bisa bertahan lama saat dikirim di negara-negara di seluruh dunia, dalam keadaan buah yang masih segar. Jika buah berlilin ini sering dikonsumsi dalam jangka panjang, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan dalam tubuh. Dalam hal ini konsumen tidak mengetahui bahwa buah yang dibeli nya tersebut terdapat lilin, sehingga jual beli ini bisa dikatakan jual beli yang mengandung unsur penipuan, penjual tidak memberikan keterangan yang sebenarnya oleh pihak konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. Untuk mengetahuai tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar dalam jual beli buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), Guna mendapatkan data yang mendukung penelitian ini menggunakan beberapa metode data, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Setelah data terkumpul maka dianalisis menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan metode berfikir deduktif. Berdasarkan hasil penelitian ini adalah 1) proses jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ini bahwa pembeli tidak mengetahui buah-buahan yang telah dibelinya terdapat lilin pada dasar kulit buah apel tersebut. Pembeli merasa dirugikan ketika mengetahui
2
bahwa buahnya terdapat lilin. 2) Penggunaan lilin sebagai penyegar pada buah tidak diperbolehkan. Hal ini dikarenakan salah satu syarat jual beli yaitu objek dalam jual beli haruslah bermanfaat. Selain itu, di dalam Undang-undang juga telah dijelaskan bahwa buah-buahan yang memakai lilin berbahaya jika dikonsumsi dalam jangka panjang, karena akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu penjualan buah-buahan yang memakai lilin tidak diperbolekan dalam hukum Islam. Karena merugikan salah satu pihak, yaitu pembeli yang tidak mengetahui buah yang dibeliny terdapat lilin pada dasar buah tersebut.
3
4
5
MOTTO
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu” (Q.S. An-Nisa : 29)1
1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2006), h.65
6
PERSEMBAHAN Tiada yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang selain Engkau. Engkau curahkan kasih-mu pada setiap mahluk-Mu. Telah banyak karunia yang Engkau berikan kepadaku ya Allah, termasuk terselesainya karya kecil yang membanggakan ini. Dengan ketulusan dan kerendahan hati kupersembahkan skripsi ini kepada : 1.
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Indawan yang sudah tenang disana, serta Ayahanda Damiri S.Pd dan Ibunda Malikhatun terimakasih untuk cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan, serta nasihat dan do‟a yang tiada henti untuk menanti keberhasilanku.
2.
Kakak-kakak dan adik-adikku semoga kita semua bisa membuat orang tua kita selalu tersenyum bahagia. Dan nenekku tersayang Zaenah, pamanku Vikri Akmaludin, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi.
3.
Almamater tercinta Fakultas Syari‟ah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang telah mendidik, mengajarkan, serta mendewasakan dalam berfikir dan bertindak secara baik.
RIWAYAT HIDUP
7
Nama lengkap Indah Amalia, dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1995 di Purwodadi, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Putri pertama dari satu bersaudara, buah perkawinan pasangan Bapak Indawan dan Ibu Malikhatun. Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar Negeri 04 Gisting Bawah dan selesai pada tahun 2007. Setelah itu melanjutkan pendidikan menengah pertama pada SMP Muhammadiyah 01 Gisting, tamat pada tahun 2010. Selanjutnya menempuh pendidikan pada jenjang menengah atas pada SMA Muhammadiyah 01 Gisting, selesai pada tahun 2013. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi, pada Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, mengambil Program Studi Muamalah pada Fakultas Syari‟ah.
KATA PENGANTAR
8
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa ilmu pengetahuan, kesehatan dan petunjuk, sehingga skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah” dapat diselesaikan. Salawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan pengikut-pengikutnya yang setia. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada program Srata Satu (S1) Jurusan Muamalah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) dalam bidang ilmu Syari‟ah. Atas bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini, tidak lupa dihaturkan terimakasih sedalam-dalamnya. Secara rinci ungkapan terimakasih disampaikan kepada: 1.
Bapak Dr. Alamsyah, S.Ag, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung yang senantiasa tanggap terhadap kesulitan-kesulitan mahasiswa.
2.
Bapak H.A Khumaidi Ja‟far, S.Ag., M.H. selaku ketua jurusan Muamalah Fakultas Syari‟ah.
3.
Ibu Yufi Wiyos Rini Masykuroh, S.Ag., M.Si., dan Bapak Khoiruddin M.S.I masing-masing selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memotivasi hingga skripsi ini selesai.
4.
Bapak dan Ibu Dosen, para Staf Karyawan Fakultas Syari‟ah.
5.
Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Pusat, Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan Institut yang telah memberikan informasi, data, referensi, dan lain-lain.
6.
Bapak Nofiandri selaku penjual buah di pasar Gintung Tanjung Bandar Lampung yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan data-data yang penyusun butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.
9
7.
Sahabat-sahabatku Lusiana, Nurul Mukromah, Selly Nuridah Choirunnisa, Arnis Alfiana, mbak Fitri Hasanah, Nurul Fauziah, Ulfa Fauziah, Ana Efriyani yang telah meluangkan waktunya untuk membantu proses penyelesaian skripsi ini.
8.
Teman-teman KKN kelompok 41 angkatan 2016, serta teman-teman Fakultas Syari‟ah jurusan Muamalah angakatan 2013 kelas A,B,C yang telah memberikan motivasi dan memberikan warna dalam sejarah hidupku selama perjalanan menjadi mahasiswa UIN Raden Intan Lampung.
9.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT, tentunya dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal itu tidak lain disebabkan karena batasan kemampuan, waktu, dan dana yang dimiliki. Untuk itu kiranya para Pembaca dapat memberikan masukan dan saran-saran, guna melengkapi tulisan ini. Akhirnya, diharapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini dapat menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman. Bandar Lampung, 11 Febuari 2017
Indah Amalia
DAFTAR ISI ABSTRAK .............................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...................................................................................
iv
10
PENGESAHAN .....................................................................................
v
MOTTO .................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN .................................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ......................................................................... B. Alasan Memilih Judul ................................................................. C. Latar Belakang Masalah ............................................................. D. Rumusan Masalah ...................................................................... E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................ F. Metode Penelitian ....................................................................... BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Jual Beli ................................................................ B. Dasar Hukum Jual Beli ............................................................ C. Rukun dan Syarat Jual Beli ...................................................... D. Macam-Macam Jual Beli ......................................................... E. Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam ....................................... F. Asas-asas Jual Beli .................................................................. G. Batal dan Berakhirnya Jual Beli................................................ H. Tinjauan Umum Tentang Lilin ................................................ 1. Pengertian Lilin .................................................................. 2. Kandungan Bahan Kimia dalam Buah ............................... BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pasar Gintung ............................................. 1. Sejarah Singkat Pasar Gintung ........................................... 2. Struktur Organisasi Pasar Gintung .................................... B. Mekanisme Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar Buah di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ................................... 1. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai Penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung .............................................................................. 2. Penggunaan Lilin sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung .............
1 3 4 6 7 7
14 17 20 28 33 40 42 46 46 46
51 51 52 55
55 60
11
BAB IV ANALISA DATA A. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai Penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ............................................................................... B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah ...................................................
66 60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran .......................................................................................
74 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul Sebagaiamana kerangka awal guna mendapatkan gambaran yang jelas dan memudahkan dalam memahami skripsi ini. Maka perlu adanya uraian terhadap penegasan arti dan makna dari beberapa istilah yang berkaitan dengan tujuan skripsi ini. Dengan penegasan tersebut diharapkan tidak akan terjadi kesalah pahaman terhadap pemaknaan judul dari beberapa istilah yang digunakan, disamping itu langkah ini merupakan proses penekanan terhadap pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun judul proposal ini adalah TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI PENYEGAR DALAM JUAL BELI BUAH (Studi pada Penjual Buah Tanjung Karang Bandar Lampung). 1.
Tinjauan : adalah pendapat meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya. 2 Tinjauan yang dimaksud adalah melihat kejadian yang terjadi di lapangan dan disesuaikan dengan hukum islam yang sebenarnya.
2.
Hukum Islam : Ketetapan yang telah ditentukan oleh Allah SWT berupa aturan dan larangan bagi umat Islam. 3 Sedangkan menurut Prof. Dr.T.M Hasbi Ash Shiddieqy di dalam kitabnya Fiqh Muamalah, mengartikan 2
Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (Jakarta: Pustaka Amani),h. 552 3 Khalaf Abdul Wahab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), h.154
13
hukum Islam sebagai segala yang dikeluarkan (ditetapkan) Allah untuk manusia. Baik yang berupa perintah maupun tata aturan alamiah yang mengatur kehidupan masyarakat dan hubungan mereka satu sama lainnya dan membatasi tindakan mereka. 4 3.
Penggunaan : proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu.5
4.
Lilin : adalah bahan terbuat dari parafin, mudah mencair jika dipanaskan, dapat dipakai sebagai pelita dan/atau untuk membatik.6 Lilin yang dimaksud ini adalah lilin untuk melapisi pada kulit buah apel.
5.
Penyegar : adalah sesuatu yang menyegarkan.
6.
Jual beli menurut bahasa adalah tukar menukar secara mutlak. 7 Adapun menurut kalangan Hanafiyah, pertukaran harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus (yang dibolehkan). 8 Secara singkat pengertian jual beli adalah suatau transaksi yaitu menyerahkan hak milik atau suatu barang kepada pihak kedua, dengan menerima harga yang telah disetujui, berupa uang atau suatu perjanjian timbal balik, dimana pihak penjual berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak pembeli membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
4
Hasbi Ash Shidieqy, Fiqh Mu‟amalah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1980), h.57 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011) h.466 6 Ibid., h.592 7 Ahmad Wardi Muslich, Fikih Muamalah. (Bandung: Pustaka Setia, 2010), Cet Ke1, h. 173 8 Rachmad syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-4, h. 73 5
14
7.
Buah : adalah bagian tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik (biasanya berbiji). 9 Buah yang dimaksud dalam masalah ini adalah buah apel. Jadi dari istilah-istilah di atas tersebut menjelaskan bahwa menggunakan
lilin sebagai penyegar buah yaitu memakai lilin yang dilakukan dengan cara mencairkkan lilin yang berguna untuk melapisi kulit buah agar tetap terlihat bagus dan segar. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat penulis maksudkan judul
proposal
ini
adalah
TINJAUAN
HUKUM
ISLAM
TENTANG
PENGGUNAAN LILIN SEBAGAI PENYEGAR DALAM JUAL BELI BUAH. B. Alasan Memilih Judul Adapun alasan penulis dalam memilih judul ini adalah sebagai berikut: 1. Alasan Obyektif Adanya kegiatan yang melakukan jual beli yang dengan cara penggunaan lilin sebagai penyegar buah, karena dengan menggunakan penyegar tersebut akan memberikan jangka yang panjang bagi buah untuk membusuk, dan juga bagi seorang penjual buah bertujuan agar buah yang dijual tidak cepat membusuk. 2. Alasan Subyektif a. Obyek kajian sesuai dengan bidang Mu‟amalah Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung. b. Tersedianya banyak referensi serta data-data lapangan yang menunjang penulis untuk mengadakan penelitian. 9
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991) h.211
15
C. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi dan Rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir. Islam diatur oleh syariat yang didasarkan pada ketuhanan Allah SWT. Yang sumber utamanya adalah Al-Qur‟an. Islam pun mengatur secara jelas apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan terhadap kehidupan atau didalam bisnis. Bisnis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efisien. 10 Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma mendefinisikan serangkaian aktifitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlahnya (kuantitas) kepemilikan hartanya (barang atau jasa) termasuk profit, namun dibatasi dalam cara memperoleh dan pendayagunaan hartanya.11 Setiap manusia diwajibkan mencari rizeki yang ada didunia ini. Salah satu usaha yang dianjurkan agama adalah dengan harta jual beli. 12 Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan sesuai dengan ketentuan yang dibenarkan syara‟ (hukum islam). 13
10
Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta : Adipura, 2004), h.46 Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjadjakusuma, Menggagas Bisnis Islam (Jakarta : Gema Isnani Press, 2002), h.18 12 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 12, (Bandung : alm Arif Bandung, 1997) 13 Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandar Lampung : IAIN Raden Intan Lampung, 2015 11
16
Tidak hanya agama, pemerintah pun telah memberikan peraturan dan penegasan
mengenai
kualitas
makanan
yang
dikonsumsi
agar
tidak
membahayakan jiwa manusia. Perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan perkembangan di bidang perekonomian, perindustrian dan perdagangan telah menghasilkan beberapa varian dalam hal barang dan jasa yang dapat diperoleh secara cepat dan mudah. Dampak dari perkembangan tersebut terutama sekali terlihat
pada hal buah-buahan dengan berbagai cara pengolahan dan
pembuatannya. Agar hasil nya akan terlihat baik, tahan lama, dan unggul dikompetitifnya dunia perdagangan, seperti buah-buahan yang menggunakan pengawet berupa lilin agar buah-buahannya tetap segar, tanpa berpikir dampak dari campuran bahan kimia bagi kesehatan. Contohnya untuk sekarang ini banyak beredaran buah-buahan yang menggunakan lilin. Sebagaimana diketahui bahwa buah-buahan tidak memiliki daya tahan kesegaran yang cukup lama, khususnya buah apel. Hal ini berbeda dengan buah impor, karena buah impor sudah terdapat lilin pada dasar kulit buah apel tersebut. Lilin tersebut melindungi buah dari bakteri, sehingga bakteri tadi tidak dapat menembus ke dalam kulit buahnya, sehingga buah-buahan yang sudah dilapisi oleh lilin bisa bertahan sampai lama. Apel yang telah dilapisi lilin tersebut bisa bertahan 3 sampai 6 bulan dan masih tetap terlihat segar. Praktek pelilinan ini sudah dilakukan di Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Tujuan pelilinan tersebut agar bisa bertahan lama sampai diterima di negara-negara di seluruh dunia, dalam keadaan buah yang masih segar. Jika buah berlilin ini sering
17
dikonsumsi dalam jangka panjang, akan menimbulkan gangguan kesehatan dalam tubuh. Dalam hal ini konsumen tidak mengetahui bahwa buah yang dibelinya tersebut terdapat lilin, sehingga jual beli ini bisa dikatakan jual beli yang mengandung unsur penipuan, penjual tidak memberikan keterangan yang sebenarnya oleh pihak konsumen. Hal inilah yang terjadi pada distributor buah yang ada di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung yang sudah lama dijalani. Untuk itu distributor tidak mau banyak mengeluh karena buah-buahannya beresiko cepat BS (busuk) saat diterima. Buah-buahan tersebut diberikan pengawet seperti lilin agar tetap terihat segar dan tidak cepat busuk saat diperjual belikan. Karena itulah diperlukan penelitian yang mendalam agar dapat membahas masalah ini untuk mengetahui penyebab semakin banyaknya penjual buah yang menjual buahnya menggunakan lilin, terkait mengenai adanya isu Buah yang menggunakan lilin sebagai penyegar buah. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang timbul, diantaranya: 1.
Bagaimana proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung?
18
2.
Bagaimana tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar dalam jual beli buah?
E. Tujuan dan Kegunaan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu: 1. Untuk mengetahui proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. 2. Untuk mengetahui tinjauan hokum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar dalam jual beli buah. Kegunaan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis, sebagai wahana untuk menambah kehasan keilmuan. b. Secara praktis, penelitian ini dimaksudkan sebagai suatu syarat memenuhi tugas akhir guna memperoleh gelar S.H. pada Fakultas Syari‟ah UIN Raden Intan Lampung.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya.14 Mengingat penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan maka dalam pengumpulan data dilakukan pengolahan data-data yang bersumber dari lapangan (lokasi penelitian). Dalam hal ini akan langsung mengamati dan meneliti tentang jual beli menggunakan lilin sebagai penyegar buah.
14
h.142
Hadi Sutrisno, Metode Research, (Jogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1994),
19
Selain
lapangan penelitian
ini
juga
menggunakan penelitian
kepustakaan (Library Research) sebagai pendukung dalam melakukan penelitian dengan menggunakan berbagai literatur yang sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penelitian.
2. Sifat penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif ini digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu secara aktual dan cermat. Metode deskriptif pada hakikatnya adalah mencari teori bukan untuk menguji teori metode ini menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Penelitian bertindak sebagai pengamat. 3. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data disini adalah subjek dari mana data diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data ada dua, yaitu : a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. 15 Biasanya melalui angket, wawancara, jajak pendapat dan lain-lain. Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari pedagang buah dan pembeli di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
15
Marzuki, Metodologi Riset, BPFE-VII, Cet 4, Yogyakarta, 1997,h.55.
20
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulanya, jadi data sekunder berasal dari tangan kedua. Diperoleh melalui badan atau instansi yang bergerak dalam proses pengumpulan data, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta.16
4. Metode Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data penelitian dengan pengamatan. Peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau, yang digunakan sebagai sumber data penelitian. 17 Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi secara lansung, dalam artian peneliti ikut langsung terjun ke lapanga untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dimana peneliti mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang ada pada pedagang buah yang memakai lilin sebagai penyegar buah di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. b. Interview ( wawancara ) Metode interview adalah suatu pengumpulan data dengan cara Tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadap-hadapan secara fisik yang diarahkan pada pokok 16
Sedamayanti, Metodologi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,2001), h.73 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet ke-11 (Bandung: Alfabeta, 2010), h.227 17
21
permasalahan tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara secara bebas dan terpimpin, yaitu dengan menyiapkan beberapa pertanyaan yang telah ditentukan, tentunya yang berkaitan dengan permasalahan. Interview yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui fakta-fakta atau keterangan dari para distributor buah dan para pembeli buah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana para pedagang buah yang ada di pasar Ginung Tanjung Karang Bandar Lampung yang menjadi objek penelitian. Metode interview yang digunkan dalam penelitian ini adalah interview bebas (tidak berstruktur),
sehingga
responden
secara
spontan
dapat
mengeluarkan segala sesuatu yang ingin dikemukakannya. Dengan demikian bisa diperoleh gambaran yang lebih luas mengenai masalah yang sedang diteliti kepada penjual buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau sesuatu yang berkaitan dengan masalah variabel yang berbentuk catatan,
gambar,
majalah,
surat
kabar,
atau
karya-karya
monumental dari seseorang.18 Dokumentasi ini dilakukan di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
18
Ibid., h. 240
22
5. Populasi dan Sampel Populasi adalah objek penelitian19 atau keseluruhan unit manusi, dapat juga berbentuk gejala atau peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama, adapun yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah pedagang buah dan pembeli buah yang berjumlah <100 orang. Sampel adalah contoh yang mewakili dari populasi dan cermin dari keseluruhan objek yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari beberapa populasi dan digunakan sebagai objek penelitian. Adapun teknik yang digunakan memilih sampel, menggunakan Random Sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek yang akan dijadikan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.20 Menurut Sugiono dalam bukunya “apabila subyek penelitiannya < 100 lebih baik diambil semua. Mengingat jumlah populasi yang penulis temukan dalam penelitian ini < 100 orang, yaitu 10 orang. a. Para penjual buah di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung sebanyak 2 orang. b. Pembeli buah sebanyak 8 orang.
6. Metode Pengolahan Data Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan cara, antara lain: a. Pemeriksaan Data (Editing)
19
Amirudin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1991), h.102 20 Sutrisno, Metodologi Reseach Pendekatan Kwalitatif, R&D, Bandung, 2009, h. 120
23
Adalah pengoreksian data yang telah dikumpulkan, karena kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul itu tidak logis dan meragukan. 21 Data yang diedit merupakan data hasil penelitian tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar buah. b. Systematizing Yaitu
melakukan penyusunan pokok bahasaan secara
sistematis atau berurutan sehingga memudahkan pembahasan. c. Tabulasi data Setelah dilakukan pemeriksaan data dan sistematika data yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari studi literature, selanjutnya
data
dimasukan
dalam
bentuk
table
data
kependudukan, data pemerintah, dan lain-lain. 22
7. Metode Analisis Data setelah data dikumpulkan, diedit, sistematika data dan tabulasi data, maka langkah selanjutnya data dianalisis secara kualitatif, yaitu suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, tulisan atau lisan dari orang-orang yang berprilaku yang dapat dimengerti.23 Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara deskriptif, yaitu suatu penjelasan dan penginterpretasian secara logis, sistematis.
21
Sugiono, Op.Cit, h.107 Kartini Kartono, Pengertian Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1990), h.33 23 Lexy L. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Cet. Ke-XIV, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h.3 22
24
Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan menggunakan cara berfikir deduktif. Cara berfikir deduktif adalah metode analisa data dengan cara bermula dari data yang bersifat umum tersebut, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 24
24
1984), h.42
Sutrisno Hadi, Methodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM,
25
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Jual Beli Jual beli disebut bai‟ dalam bahasa Arab. Bai‟ adalah suatu transaksi yang
dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya. 25 Sedangkan perdagangan atau jual beli menurut bahasa berarti al-Bai‟, al-Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah Swt berfirman:
Artinya: … mereka mengharapkan tijarah (perdagangan) yang tidak akan rugi (Faathir: 29).26 Menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut. 1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan. 27 2. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan aturan Syara‟. 3. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara‟. 25
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),
h. 143 26
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 349 27 Hendi suhendi. Fiqh Muamalah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 68
26
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan Syara‟ dan disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi persyaratanpersyaratan, rukun-rukun, dan hal-hal lain yang ada kaitannya dengan jual beli sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi tidak sesuai dengan kehendak Syara‟.28 Benda dapat mencakup pengertian barang dan uang, sedangkan sifat benda tersebut harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang berharga dan dapat dibenarkan penggunaannya menurut Syara‟. Benda itu adakalanya bergerak (dipindahkan) dan ada kalanya tetap (tidak dapat dipindahkan), ada yang dapat dibagi-bagi, ada kalanya tidak dapat dibagi-bagi, ada harta yang ada perumpamaannya (mitsli) dan tidak ada yang menyerupai (qimi) dan yang lainlainnya. Penggunaan harta tersebut dibolehkan sepanjang tidak dilarang syara‟. Benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang terlarang lainnya haram diperjualbelikan sehingga jual beli tersebut dipandang batal dan jika dijadikan harga penukar, maka jual beli tersebut dianggap fasid. R. Subekti, mengatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian dimana pihak yang satu menyanggupi akan menyerahkan hak milik atas suatu barang,
28
Ibid., h. 69
27
sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar sejumlah uang sebagai harga. 29 Jual beli menurut ulama Malikiyah ada dua macam, yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual yang bersifat khusus. 1. Jual beli dalam arti umum ialah suatu perikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan kenikmatan. Perikatan adalah akad yang mengikat dua belah pihak. Tukar-menukar yaitu salah satu pihak menyerahkan ganti penukaran atas suatu yang ditukarkan adalah dzat (berbentuk), ia berfungsi sebagai objek penjualan, jadi bukan manfaatnya atau bukan hasilnya. 30 2. Jual beli dalam arti khusus ialah ikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan kemanfaatan dan bukan pula kelezatan yang mempunyai daya tarik, penukarannya bukan mas bukan pula perak, bendanya dapat direalisir dan ada seketika (tidak ditangguhkan), tidak merupakan utang baik barang itu ada di hadapan si pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu. 31
B.
Dasar Hukum
29
R. Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, (Jakarta: Praditya Paramita, 1983), h. 327 30 Ibid., h. 327 31 Hendi suhendi. Op.Cit, h. 70
28
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama umat manusia mempunyai landasan yang kuat dalam al-Qur‟an dan sunnah Rasulullah Saw. Landasan jual beli, yaitu: 1. Al-Qur‟an Q.S. Al-Baqarah ayat 275
Artinya: Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba… Q.S. An-Nisa‟ ayat 29
33
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. Q.S. Al-Baqarah : 282
… Artinya: Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli. 2. Hadis Nabi Saw Hadist adalah sumber kedua setelah al-Qur‟an. Dan hal ini merupakan rahmat dari Allah SWT kepada umatnya sehingga hukum 32
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 36 Ibid., h.65 34 Ibid., h. 37 33
29
Islam tetap elastis dan dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun hadist yang menerangkan jual beli adalah: a. Hadis Jabir bin Abdullah:
Artinya: dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, Rasulullah Saw bersabda: “Allah mengasihi orang yang murah hati ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih”. (H.R. Bukhari). b. Hadis dari „Adbullah bin „Umar:
Artinya: hadis „Abdullah bin „Umar ra., bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: “dua pihak yang saling berjual beli, salah satunya menggunakan hak memilih (khiyar) terhadap pihak lain, selama keduanya belum berpisah kecuali mengenai jual beli dengan khiyar. (H.R Bukhari)
c. Hadis dari Bukhari bin Musa
35
Zainuddin, Dkk, Terjemahan Hadits Shahih Bukhari, Jilid I-IV, (Jakarta: Widjaya, 1992), h. 255, Hadits No: 1020 36 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Koleksi Hadis yang Disepakati Oleh Al-Bukhari dan Muslim, Penerjemah Muslich Shabir (Semarang: 1993). H. 328, Hadis no. 1039
30
Artinya: mewartakan Ibrahim bin Musa, bercerita „Isa bin Yunus dari Tsaur, dari Khalid bin Ma‟dan r.a. Rasulullah Saw, bersabda: tidak ada maknan yang dimakan seseorang, sekali-kali tidak, yang lebih baik daripada makanan-makanan hasil usaha tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Allah Daud a.s., maka dari hasil usaha tangannya beliau sendiri (H.R Bukhari Muslim). 3. Ijma‟ Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. 38 Ummat sepakat bahwa jual beli dan penekunannya sudah berlaku (dibenarkan) sejak zaman Rasulullah hingga hari ini. 39 Terakhir, dalil dari ijma‟ bahwa umat Islam sepakat bila jual beli itu hukumnya boleh dan terdapat hikmah di dalamnya. Pasalnya, manusia bergantung pada barang yang ada di orang lain dan tentu orang tersebut tidak akan memberinya tanpa ada imbalan balik. Oleh karena itu, dengan diperbolehkannya jual beli maka dapat membantu terpenuhinya kebutuhan setiap orang dan
37
Abu Abdullah Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Bin Al-Mughirah Al-Ja‟fai, Shahih Bukhari, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), h. 373. Hadist No. 2072 38 Rachmat Syafe‟I, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 75 39 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Jilid 12, (Bandung: Al-Ma‟arif, 1997), h.48
31
membayar atas kebutuhannya itu. Manusia itu sendiri adalah mahluk sosial, sehingga tidak bisa hidup tanpa adanya kerja sama dengan yang lain. Pada prinsipnya, dasar hukum jual beli adalah boleh. Imam Syafi‟i mengatakan, “semua jenis jual beli hukumnya boleh kalau di lakukan oleh dua pihak yang masing-masing mempunyai kelayakan untuk melakukan transaksi, kecuali jual beli yang dilarang atau diharamkan dengan izin-Nya maka termasuk dalam kategori yang dilarang. Adapun selain itu maka jual beli boleh hukumnya selama berada pada bentuk yang ditetapkan oleh Allah.40 C.
Rukun Dam Syarat Jual Beli 1. Rukun Jual Beli Rukun jual beli ada tiga, yaitu akad (ijab kabul), orang-orang yang
berakad (penjual dan pembeli), dan ma‟kud alaih (objek akad). Akad ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan Kabul dilakukan sebab ijab kabul menunjukkan kerelaan (keridhaan). Pada dasarnya ijab kabul dilakukan dengan lisan, tetapi kalau tidak mungkin, misalnya bisu atau yang lainnya, boleh ijab kabul dengan surat menyurat yang mengandung arti ijab dan kabul. Adanya kerelaan tidak dapat dilihat sebab kerelaan berhubungan dengan hati, kerelaan dapat diketahui melalui tanda-tanda lahirnya, tanda yang jelas menunjukkan kerelaan adalah ijab dan kabul. 41
40
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 27 41 Hendi Suhendi, Op.Cit, h. 70
32
Menurut Hanafi, rukun jual beli adalah ijab-qabul yang menunjukkan adanya maksud untuk saling menukar atau sejenisnya (mu‟athaa). Dengan kata lain, rukunnya adalah tindakan berupa kata atau gerakan yang menunjukan kerelaan dengan berpindahnya harga dan barang. Inilah hal pernyataan ulama Hanafi dalam hal transaksi. Adapun mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa jual beli memiliki empat rukun yaitu penjual, pembeli, pernyataan kata (ijab-qabul), dan barang. Pendapat mereka ini berlaku pada semua transaksi. Ijab menurut Hanafi, adalah menetapkan perbuatan khusus yang menunjukkan kerelaan yang terucap pertama kali dari perkataan salah satu pihak, baik dari penjual seperti kata bi‟tu (saya menjual) maupun dari pembeli seperti pembeli mendahului menyatakan kalimat, “saya ingin membelinya dengan harga sekian.” Sedangkan qabul adalah apa yang dikatakan kali kedua dari salah satu pihak. Dengan demikian, ucapan yang dijadikan sandaran hukum adalah siapa yang memulai pernyataan dan menyusulinya saja, baik itu dari penjual maupun dari pembeli. Namun, ijab menurut mayoritas ulama adalah pernyataan yang keluar dari orang yang memiliki barang meskipun dinyatakannya di akhir. Sementara qabul adalah pernyataan dari orang yang akan memiliki barang meskipun dinyatakan lebih awal. Adapun rukun jual beli menurut mayoritas ulama selain Hanafi ada tiga atau empat: pelaku transaksi (penjual/pembeli), objek transaksi (barang/harga), pernyataan (ijab/qabul).42
42
Wahbah Az-Zuhaili, Op Cit, h. 28
33
2.
Syarat jual beli a. Penjual dan pembeli Syaratnya adalah: 1) Berakal, agar tidak terkecoh Orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya. Sebagaimana firman Allah Swt, dalam surat An-Nisa ayat 5: 43
Artinya: dan janganlah kamu serakah kepada orang-orang yang bodoh, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah untukmu sebagai pokok kehidupan.
2)
Dengan kehendak sendiri (bukan dipaksa) Pada dasarnya jual beli itu hendaknya dilakukan atas
kemauan sendiri (adanya kerelaan) atau tidak ada paksaan dari masing-masing pihak. Karena kerelaan itu adalah perkara yang tersembunyi dan tergantung pada qarinah diantara ijab dan qabul, seperti suka sama suka dalam ucapan, penyerahan dan penerimaan. 3)
Tidak mubazir (pemboros) orang yang pemboros apabila melakukan jual beli, maka jual
belinya tidak sah. Sebab orang yang pemboros itu suka
43
Departemen Agama RI, Op Cit, h. 61
34
menghambur-hamburkan hartanya. Hal tersebut dinyatakan oleh Allah SWT dalam firmannya surat al-isra ayat 27 yang berbunyi:
Artinya: sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.44 4)
Baligh (berumur 15 tahun keatas/dewasa). Anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang
sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut pendapat sebagaian ulama, mereka dapat diperbolehkan berjual beli barang yang kecil-kecil karena kalau tidak diperbolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama Islam tidak akan menetapkan peraturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya. 45 b.
Mauqud alaih (objek akad), harga dan barang yang diperjual belikan. Syarat-syarat jual beli ditinjau dari ma‟qud „alaih yaitu: 1) Suci barangnya Ulama malikiyah berpendapat bahwa tidak sah jual beli barang najis, seperti tulang bangkai dan kulitnya walaupun telah dimasak, karena barang tersebut tidak dapat suci dengan
44 45
279
Departemen Agama RI, Op.Cit, h. 227 Sualiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), cet. 27, h.
35
dimasak, termasuk khamr, babi dan anjing. Tetapi sebagian ulama Malikiyah membolehkan jual beli anjing yang digunakan untuk berburu, menjaga rumah dan perkebunan. Menurut madzhab Hanafi dan Zahiri, semua barang yang mempunyai nilai manfaat dikategorikan halal untuk dijual. Untuk itu mereka berpendapat bahwa boleh menjual kotoran-kotoran dan sampah-sampah yang mengandung najis karena sangat dibutuhkan penggunaannya untuk keperluan perkebunan dan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Demikian pula diperbolehkan
menjual
setiap
barang
najis
yang
dapat
dimanfaatkan selain untuk dimakan dan diminum seperti minyak najis untuk keperluan penerangan dan untuk cat pelapis serta diguanakan mencelup wanter. Semua barang tersebut dan sejenisnya boleh diperjual belikan meskipun najis selama penggunaannya tidak untuk dimakan. 2) Dapat diambil manfaatnya Menjual belikan binatang serangga, ular, semut, tikus atau binatang-binatang lainnya yang buas adalah tidak sah kecuali untuk dimanfaatkan. Adapun jual beli harimau, buaya, kucing, ular dan binatang lainnya yang berguna untuk berburu, atau dapat dimanfaatkan maka diperbolehkan. 3) Milik orang yang melakukan akad
36
Menjual belikan sesuatu barang yang bukan menjadi miliknya sendiri atau tidak mendapatkan ijin dari pemiliknya adalah tidak sah. 46 Karena jual beli baru bisa dilaksanakan apabila yang berakad tersebut mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli. 4) Dapat diserah terimakan Barang yang diakadkan harus dapat diserah terimakan secara cepat atau lambat, tidak sah menjual binatang-binatang yang sudah lari dan tidak dapat ditangkap lagi, atau barang yang sulit dihasilkannya. 47
5) Dapat diketahui Barang yang sedang dijual belikan harus diketahui banyak, berat, atau jenisnya. Demikian pula harganya harus diketahui sifat, jumlah maupun masanya. Jika barang dan harga tidak diketahui atau salah satu dari keduanya tidak diketahui, maka jual beli tidak sah karena mengandung unsur penipuan. Mengenai syarat mengetahui barang yang dijual cukup dengan penyaksian barang sekalipun tidak diketahui jumlahnya. Untuk barang
46
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996), h. 39 47 Ibnu Mas‟ud, Fiqh Madzhab Syafi‟i Edisi Lengkap, (Bandung: Pustaka Setia), h. 31
37
zimmah (dapat dihitung, ditakar), maka kadar kualitas dan kuantitas harus diketahui oleh pihak berakad. Barang
yang
tidak
dapat
dihadirkan
dalam
majlis,
transaksinya disyaratkan agar penjual menerangkan segala sesuatu yang menyangkut barang itu sampai jelas bentuk dan ukurannya serta sifat dan kualitasnya. Jika ternyata pada saat penyerahan barang itu cocok dengan apa yang telah diterangkan penjual, maka khiyar berlaku bagi pembeli untuk meneruskan atau membatalkan transaksi. Demikian juga boleh memperjual belikan barang yang tidak ada di tempat seperti jual beli yang tidak diketahui secara terperinci. Caranya kedua belah pihak melakukan akad perihal barang yang ada tetapi tidak diketahui kecuali dengan perkiraan oleh para ahli yang biasanya jarang meleset. Sekiranya nanti terjadi ketidak pastian biasanya pula bukanlah hal yang berat. Karena bisa saling memaafkan dan kecilnya kekeliruan. Diperoleh pula jual beli yang diketahui kriterianya saja, seperti barang yang tertutup dalam kaleng, tabung oksigen, minyak tanah melalui kran pompa yang tidak terbuka, kecuali waktu penggunaannya. c. Ijab dan qabul (sighat/aqad) Sighat atau ijab-qabul artinya ikatan berupa kata-kata penjual dan pembeli. Umpamanya: “saya jual benda ini kepadamu untuk
38
kamu miliki”. Kemudian si pembeli mengucapkan, “saya terima” atau “ya, saya beli.”48 Dalam fiqih al-Sunnah dijelaskan ijab adalah ungkapan yang keluar terlebih dahulu dari salah satu pihak sedangkan qabul yang kedua. Dan tidak ada perbedaan antara orang yang mengijab dan menjual serta mengqabul si pembeli atau sebaliknya, dimana yang mengijabkan adalah si pembeli dan yang mengqabul adalah si penjual. Adapun syaratsyarat umum suatu aqad adalah sebagai berikut: 1.
Pihak-pihak yang melakukan aqad telah cukup bertindak hukum.
2.
Objek akad diakui oleh syara‟.
3.
Aqad itu tidak dilarang syara‟.
4.
Aqad itu bermanfaat.
5.
Pernyataan ijab tetap utuh dan shahih sampai terjadinya qabul.
6.
Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis, yaitu suatu keadaan yang menggambarkan proses suatu transaksi.
7.
Tujuan aqad jelas diakui syara‟ dalam jual beli tujuannya memindahkan hak milik penjual kepada pembeli.
8.
48
Tujuan aqad tidak bertentangan dengan syara‟.
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalah Hukum Perdata Islam, UII Press, Yogyakarta, 2000, h. 103
39
Berdasarkan syarat umum di atas, jual beli dianggap sah jika terpenuhi syarat-syarat khusus yang disebut dengan syarat Ijab dan Qabul sebagai berikut.
D.
1)
Orang yang mengucapkan telah balikh dan berakal
2)
Qabul sesuai dengan ijab
3)
Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majlis. 49
Macam-Macam Jual Beli Dalam macam atau bentuk jual beli, terdapat beberapa klasifikasi yang
dikemukakan oleh para Ulama, antara lain : a. Ulama Hanafiyah, membagi jual beli dari segi atau tidaknya menjadi tiga bentuk, yaitu:50
1) Jual beli yang shahih Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang shahih apabila jual beli itu disyariatkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain, dan tidak bergantung pada Khiyar lagi. 2)
Jual beli yang bathil Jual beli dikatakan jual beli yang bathil apabila salah satu atau
seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli tersebut pada dasar dan sifatnya tidak disyari‟atkan atau barang yang dijual adalah barang-barang yang diharamkan syara‟. Jenis-jenis jual beli yang bathil antara lain : 49 50
Mardani, Fiqih Ekonomi Syari‟ah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 74 Narun Harun, Fikih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 121-129
40
a) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqih sepakat menyatakan jual beli seperti ini tidak sah atau bathil. Misalnya, memperjual belikan buah yang putiknya pun belum muncul dipohon. b) Menjual barang yang tidak boleh diserahkan oleh pembeli, seperti menjual barang yang hilang atau burung piaraan yang lepas dan terbang di udara. Hukum ini disepakati oleh ulama Fiqh dan termasuk ke dalam kategori bai al-gharar (jual beli tipuan). c) Jual beli yang mengandung unsur penipuan, yang ada lahirnya baik, tetapi ternyata di balik itu semua terdapat unsur tipuan. d) Jual beli benda-benda najis, seperti khamr, babi, bangkai, dan darah karena dalam pandangan Islam adalah najis dan tidak mengandung harta. e) Jual beli al-„arbun, yaitu jual beli yang bentuknya dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju maka jual beli sah. Tetapi apabila pembeli tidak setuju dan barang dikembalikan, maka uang yang telah diberikan kepada penjual, menjadi hibah bagi penjual. Kebanyakan fuqaha melarang dengan alasan
41
bahwa jual beli termasuk bab kesamaran dan pertaruhan, juga memakan harta orang lain tanpa imbalan.51 f) Memperjualbelikan air sungai, air danau, air laut, dan air yang tidak boleh dimiliki seseorang, karena air yang tidak dimiliki seseorang merupakan hak bersama ummat manusia, tidak boleh diperjualbelikan. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah Saw :
Artinya : Diceritakan Tahya bin Bakri, menceritakan Al-Laits dari „Ukil bin Ibnu Syihab dari Ibnu Musayyib dan Abu Salamah dari Abu Hurairah r.a., berkata bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: “Tidak boleh ditahan (ditolak) orang yang meminta kelebihan air, yang akan mengakibatkan tertolaknya kelebihan rumput.” (H.R. Bukhari Muslim). 3) Jual beli fasid adalah jual beli yang rusak dan apabila kerusakan itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki. Jenis-jenis jual beli fasid, antara lain :
51
Ibnu Rusyd, Bidayatu‟l Mujatahid,, Terjemah oleh M.A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Jus III, Asy-Syifa‟, Semarang 1990 h. 80 52 Al Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhori, Jilid II, No. Hadits 2201, h. 893
42
a) Jual beli al-majhul, yaitu jual beli yang barangnya secara global tidak dapat diketahui, dengan syarat kemajhulannya bersifat menyeluruh. Akan tetapi, apabila kemajhulannya bersifat sedikit, maka jual belinya sah. b) Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat. Menurut ulama Hanafiyah, jual beli seperti ini dianggap sah pada saat persyaratannya terpenuhi atau tenggang waktu yang disebutkan dalam akad jatuh tempo. c) Menjual barang yang ghaib yang tidak dapat dihadirkan pada saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat langsung oleh pembeli. d) Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. e) Barter
dengan
barang
yang
diharamkan,
umpamanya
menjadikan barang-barang yang diharamkan sebagai harga, seperti babi, khamr, bangkai, dan darah. f) Jual beli ajal, misalnya seseorang menjual barangnya kepada orang lain yang pembayarannya ditunda selama satu bulan, kemudian setelah penyerahan kepada pembeli, pemilik barang pertama membeli barang itu dengan harga yang lebih rendah, sehinga pertama tetap berutang kepada penjual. Jual beli seperti ini dikatakan fasid karena jual beli ini menyerupai dan menjurus kepada riba.
43
g) Jual beli anggur dan buah-buahan lainnya untuk tujuan membuat khamr. h) Jual beli dengan dua syarat. Misalnya seperti ungkapan pedagang yang mengatakan, “jika tunai harganya Rp 50.000, dan jika berutang harganya Rp 75.000”. i) Jual beli barang yang sama sekali tidak dapat dipisahkan dari satuannya. Misalnya membeli tanduk kerbau pada kerbau yang masih hidup. j) Jual beli buah-buahan atau padi-padian yang belum sempurna matangnya untuk dipanen. b. Ulama Malikiyah, membagi jual beli dari segi terlihat atau tidaknya barang dan kepastian akad, anatara lain : 1) Jual beli dilihat dari segi terlihat atau tidaknya barang, yaitu : a) Jual beli yang hadir, artinya barang yang dijadikan objek jual beli Nampak pada saat transaksi berlangsung. b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian yaitu jual beli salam (pesanan). Karena orang yang memesan itu sanggup menyerahkan modal uang di majlis akad. 2) Jual beli dilihat dari segi kepastian akad, yaitu: a) Jual beli tanpa khiyar, b) Jual beli khiyar.
E.
Jual Beli yang Dilarang Dalam Islam
44
Dalam pembagian atau macam-macam jual beli yang dilarang dalam Islam, Wahbah Az-Zuhaili membagi atau beberapa bagian sebagai berikut :53 a. Jual beli yang dilarang karena pihak-pihak yang berakad. Adapun orangorang yang tidak sah jual belinya adalah sebagai berikut: 1.
Orang gila Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang yang gila
tidak sah, berdasarkan kesepakatan ulama, karena tidak memiliki sifat ahliyah (kemampuan). Disamakan dengannya orang yang pingsan, mabuk, dan dibius. 2.
Anak kecil Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan anak kecil (belum
mumayyiz) dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringan. Adapun jual beli anak yang telah mumayyiz maka tidak sah menurut Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, karena tidak memilki sifat ahliyah. Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli sah jika ada izin walinya dan persetujuannya. 3.
Orang buta Jumhur ulama sepakat bahwa jual beli yang dilakukan orang buta sah
jika diterangkan sifat barang yang mau dibeli, karena adanya rasa rela. Sedangkan menurut ulama Syafi‟iyah tanpa diterangkan sifatnya dipandang batil dan tidak sah, karena ia dianggap tidak bisa membedakan
53
Wahbah Az-Zuhaili, Op.Cit, h. 162
45
barang yang jelek dan baik walaupun diterangkan sifatnya tetap dipandang tidak sah. 4.
Orang yang dipaksa Menurut ulama Hanafiyah, berdasarkan pengkajian, jual beli yang
dipaksa bersifat menggantung dan tidak berlaku. Jika orang yang dipaksa membolehkannya setelah terlepas dari paksaan, maka jual belinya berlaku. 5.
Fudhuli Jual beli fudhuli yaitu jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya, oleh karena itu, menurut para ulama jual beli yang demikian dipandang tidak sah, sebab dianggap mengambil hak orang lain (mencuri).
Ulama malikiyah berpendapat bahwa jual beli semacam ini diperbolehkan, karena mereka menafsirkan jual beli tersebut kepada pembelian untuk dirinya dan bukan orang lain. Sedangkan Ulama yang lain mengategorikan ini kedalam jual beli untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, para Ulama sepakat bahwa jual beli fudhul tidak sah. 6.
Jual beli terhadap orang yang terhalang (sakit, bodoh, atau pemboros) Maksudnya bahwa jual beli yang dilakukan oleh orang-orang yang
terhalang baik karena ia sakit maupun kebodohannya dipandang tidak sah, sebab ia dianggap tidak mempunyai kepandaian dan ucapannya dianggap tidak dapat dipegang.
46
7.
Jual beli Mulja‟ Jual beli Mulja‟ yaitu jual beli yang dilakukan oleh orang yang
sedang dalam bahaya. Jual beli yang demikian menurut kebanyakan Ulama tidak sah, karena dipandang tidak normal sebagaimana yang terjadi pada umumnya.
b. Jual beli yang dilarang karena objek jual beli (barang yang diperjual belikan) antara lain: 1.
Jual beli gharar Jual beli gharar yaitu jual beli barang yang mengandung
kesamaran. Menurut Sayyid Sabiq, yang dimaksud dengan jual beli gharar ialah semua jenis jual beli yang mengandung jahalah (kemiskinan) atau mukhatarah (spekulasi) atau qumaar (permainan taruhan).54
2.
Jual beli yang barangnya tidak dapat diserahkan Jual beli yang barangnya tidak dapat diserahkan maksudnya adalah
jual beli barang yang tidak dapat diserahkan, seperti burung yang masih terbang di udara dan ikan yang masih berenang di air, dipandang tidak sah karena jual beli seperti ini dianggap tidak ada kejelasan yang pasti. 3.
54
Jual beli majhul
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A Marzuki dkk., Jilid ke-12, (Bandung : Alma‟arif, 1993), h. 74
47
Jual beli majhul adalah jual beli barang yang tidak jelas, misalnya jual beli singkong yang masih di tanah, jual beli buah-buahan yang masih berbentuk bunga, dan lain-lain. 4.
Jual beli sperma binatang Dalam jual beli sperma (mani) binatang, maksudnya adalah seperti
mengawinkan seekor pejantan dengan betina agar mendapatkan keturunan yang baik adalah haram. 5.
Jual beli yang dihukumi najis dalam agama Islam (Al-Qur‟an) maksudnya ialah bahwa jual beli barang-barang yang sudah jelas
hukumnya oleh agama, seperti arak/khamr, babi, bangkai, dan berhala adalah haram. Dilarangnya memperdagangkan barang-barang tersebut adalah karena dapat menimbulkan perbuatan maksiat, dapat membuat orang berbuat
maksiat atau mempermudah dan mendekatkan manusia
melakukan kemaksiatan. Tujuan diharamkannya dapat melambangkan perbuatan maksiat dan dapat mematikan orang untuk ingat kepada kemaksiatan serta menjauhkan manusia dari perbuatan maksiat. 55 6.
Jual beli anak binatang yang masih di dalam kandungan Jual beli yang demikian itu adalah haram, sebab belum ada dan
belum tampak jelas. Penjualan ini dilarang, karena penjualan yang gelap masanya, spekulasi, juga belum diketahui jantan atau betina.
55
56
Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, Alih Bahasa oleh H. Mu‟amalah Hamidy, (Surabaya: Bina Ilmu, 2003), h. 352 56 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al Lu‟lu‟ Wal Marjan, penerjemah Salim Bahreisy, (Surabaya: Bina Ilmu, 2005), h. 518
48
7.
Jual beli muzabanah Jual beli muzabanah yaitu jual beli buah yang basah dengan buah
yang kering. Misalnya jual beli padi kering dengan bayaran padi yang basah, sedang ukurannya yang sama sehingga akan merugikan pemilik kering.57 8.
Jual beli Muhaqallah Jual beli muhaqallah yaitu jual beli tanam-tanaman yang masih
diladang atau kebun atau di sawah. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama, karena mengandung unsur-unsur riba di dalamnya (untunguntungan). 9.
Jual beli Mukhadharah Jual beli mukhadharah adalah jual beli buah-buahan yang belum
pantas untuk dipanen, misalnya rambutan yang masih hijau, mangga yang masih kecil, dan lain sebagainya. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama karena barang tersebut masih samar (belum jelas) dalam artian bisa saja buah tersebut jatuh (rontok) tertiup angin sebelum dipanen oleh pembeli, sehingga menimbulkan kekecewaan salah satu pihak. 10. Jual beli Mulammasah Jual beli mulammasah adalah jual beli secara menyentuh sehelai kain dengan tangan atau kaki (memakai), maka diangga telah membeli kain itu. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama, karena mengandung
57
Khumedi Ja‟far, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung, 2015), h.153.
49
tipuan (akal-akalan) dan kemungkinan dapat menimbulkan kerugian pada salah satu pihak. 11. Jual beli munabadzah Jual beli munabadzah adalah jual beli secara lempar-melempar, misalnya: seorang berkata: “lemparkanlah padaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula padamu apa yang ada padaku, setelah terjadi lempar-melempar, maka terjadilah jual beli. Jual beli seperti ini dilarang oleh agama, karena mengandung tipuan dan dapat merugikan salah satu pihak58.
c. Jual beli yang dilarang karena lafadz (ijab kabul), antara lain: 1.
Jual beli mu‟athah Jual beli mu‟athah yaitu jual beli yang telah disepakati oleh para
pihak (penjual dan pembeli) berkenaan dengan barang maupun harganya tetapi tidak memakai ijab kabul. Jual beli seperti ini dipandang tidak sah, karena tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli. 2.
Jual beli dengan tulisan (surat menyurat) atau perantara utusan Jual beli seperti ini sah menurut kesepakatan para ulama. Yang
menjadi tempat transaksi adalah tempat sampainya surat dari pelaku akad pertama kepada pelaku akad kedua. Jika kabulnya terjadi di luar tempat tersebut, maka akadnya tidak sah. 3.
58
Jual beli tidak bersesuaian dengan ijab kabul
Ibid., h. 155
50
Adalah jual beli yang terjadi tidak sesuai antara ijab dari pihak penjual dengan kabul dari pihak pembeli, maka dipandang tidak sah karena ada kemungkinan untuk meninggikan harga atau menurunkan kualitas barang. 4.
Jual beli munjiz Yaitu jual beli yang digantungkan dengan suatu syarat tertentu atau
ditangguhkan pada waktu yang akan datang. Jual beli seperti ini dipandang tidak sah, karena dianggap bertentangan dengan syarat dan rukun jual beli. 59 5.
Jual beli najasyi Yaitu jual beli yang dilakukan dengan menambah atau melebihi
harga temannya, dengan maksud mempengaruhi orang agar orang itu mau membeli barang kawannya. 6.
Menjual atas penjualan orang lain Maksudnya bahwa menjual barang kepada orang lain dengan cara
menurunkan harganya. Contohnya seseorang berkata: “kembalikan saja barang itu kepada penjualnya, nanti barangku saja kau beli dengan harga yang lebih murah dari barang itu” Jual beli seperti ini dilarang oleh agama karena dapat menimbulkan perselisihan (persaingan) tidak sehat di antara penjual (pedagang). 7.
59
Jual beli dibawah harga pasar
Ibid., h. 157
51
Jual beli dibawah harga pasar maksudnya adalah jual beli yang dilaksanakan dengan cara menemui orang-orang (petani) desa sebelum mereka masuk pasar dengan harga semurah-murahnya sebelum tahu harga pasar, kemudian dijual dengan harga setinggi-tingginya. Jual beli seperti ini dipandang kurang baik (dilarang), karena dapat merugikan pihak pemilik barang (petani) atau orang desa. 8.
Menawar barang yang sedang ditawar orang lain Contohnya seseorang berkata: “jangan terima tawaran orang itu,
nanti aku akan membeli dengan harga yang lebih tinggi.” Jual beli seperti ini dilarang oleh agama sebab dapat menimbulkan persaingan tidak sehat dan dapat mendatangkan perselisihan diantara pedagang (penjual).
F.
Asas-asas Jual Beli Transaksi ekonomi maksudnya adalah perjanjian atau akad dalam bidang
ekonomi. Misalnya pada kegiatan jual beli, sewa menyewa, upah mengupah ataupun kerjasama di bidang pertanian dan perdagangan. Dalam setiap transaksi ada beberapa prinsip dasar yang diterapkan oleh Syara‟ (hukum Islam), yaitu: 1. Setiap transaksi pada dasarnya mengikat orang (pihak) yang melakukan transaksi. Kecuali apabila transaksi itu menyimpang dari hukum syara‟ misalnya adalah memperdagangkan barang haram. Pihak-pihak yang bertransaksi harus memenuhi kewajiban yang telah disepakati dan tidak boleh saling menghianati.
52
2. Syarat-syarat transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas tetapi penuh dengan tanggung jawab, dan tidak menyimpang dari hukum syara‟ dan adab sopan santun. 3. Setiap transaksi dilakukan dengan sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak manapun. 4. Islam mewajibkan agar setiap transaksi dilandasi dengan niat yang baik dan iklas karena Allah SWT, sehingga terhindar dari segala bentuk
penipuan
dan
kecurangan.
Nabi
Muhammad
SAW
menyebutkan bahwa: “Aku (Rasulullah) melarang jual beli yang mengandung unsur penipuan.” (H.R Muslim). 5. „Urf (adat kebiasaan) yang tidak menyimpang dari hukum syara‟ boleh digunakan untuk menentukan batasan atau kriteria-kriteria dalam transaksi. Misalnya dalam akad sewa-menyewa rumah. Menurut kebiasaan setempat, kerusakan rumah sewaan merupakan tanggung jawab penyewa. Maka dari itu. Pihak yang menyewakan boleh menuntut penyewa untuk memperbaiki rumah sewaannya. Tapi, pada saat transaksi atau terjadinya akad, kedua belah pihak telah sama-sama mengetahui kebiasaan tersebut dan menyepakatinya.
G.
Berakhirnya Akad Jual Beli dan Hikmah Jual Beli berakhirnya akad berbeda fasakh dan batalnya, berakhirnya akad karena
fasakh adalah rusak atau putus akad yang mengikat antara muta‟aqidain (kedua belah pihak yang melakukan akad) yang disebabkan karena adanya kondisi dan sifat-sifat tertentu yang dapat merusak iradah. Akad yang batal adalah akad yang
53
menurut dasar dan sifatnya tidak diperbolehkan seperti akad yang tidak terpenuhi salah satu rukun dan syarat. Sedangkan berakhirnya akad adalah berakhirnya ikatan antara kedua belah pihak yang melakukan akad (mujib dan qabil) setelah terjadinya atau berlangsungnya akad secara sah. Para fuqaha berpendapat bahwa suatu akad dapat berakhir apabila: 60 1. Telah jatuh tempo atau berakhirnya masa berlaku akad yang telah disepakati, apabila akad tersebut memiliki waktu. 2. Terealisasinya tujuan dari pada akad secara sempurna. Misalnya pada akad tamlikiyyah yang bertujuan perpindahan hak kepemilikan dengan pola akad jual beli, maka akadnya berakhir ketika masing-masing pihak yang telah melakukan kewajiban yang menerima haknya. Penjual telah menyarahkan barangnya dan pembeli memberikan staman/harga yang telah disepakati. 3. Berakhirnya akad karena fasakh atau digugurkan oleh pihak-pihak yang berakad. Prinsip umum dalam fasakh adalah masing-masing pihak kembali kepada keadaan seperti sebelum terjadi akad atau seperti tidak pernah berlangsung akad. 4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. Dalam hubungan ini para ulama fiqh menyatakan bahwa tidak semua akad otomatis berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad. Akad yang bisa berakhir dengan wafatnya salah satu pihak yang melaksanakan akad, diantaranya adalah akad sewa, ar-rahn, al-kafalah,
60
Mugiati, Hukum Perjanjian Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 42
54
asy-syirkah, al-wakalah, dan al-muzara‟ah. Akad juga akan berakhir dalam suatu bentuk jual beli yang keabsahan akadnya tergantung pada persetujuan orang lain apabila tidak mendapat persetujuan dari pemilik modal. 61 5. Berakhirnya akad dengan sebab tidak ada kewenangan dalam akad yang mauquf. Akad mauquf akan berakhir jika yang berwenang alakad tidak mengizinkan. Allah SWT mensyari‟atkan jual beli bukan hanya sekedar mencari keuntungan, namun keuntungan yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian hikmah yang disyari‟atkan jual beli (berdagang) adalah sebagai berikut: 1. Untuk membina ketentraman dan kebahagiaan. 2. Usaha niaga yang dilakukan maka dapat dicapai keuntungan dan sejumlah laba yang dipergunakan memenuhi hajat sehari-hari. Apabila kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi maka diharapkan ketenangan dan ketentraman jiwa dapat pula dicapai. 3. Memenuhi nafkah keluarga Salah
satu
kewajiban
muslim
diantaranya
adalah
memberikan nafkah keluarganya sebagai firman Allah surat alBaqarah (2) ayat 233:
61
Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 31
55
…
Artinya: …dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. 62 Seorang muslim mendapatkan keuntungan/laba dari usaha yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang iklas, karena hal itu termasuk kedalam perbuatan shadaqah. Dan Allah memberikan ganjaran pahala bagi yang melakukannya dengan ikhlas.
4. Memenuhi hajat masyarakat Melakukan usaha perdagangan (jual beli tidak hanya melaksanakan kewajiban untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya, namun juga membantu hajat masyarakat, hal ini disebabkan tidak sepenuhnya memenuhi kebutuhannya tanpa ada pertolongan dari orang lain. 5. Sarana ibadah Keuntungan yang diperoleh dari usahanya (perdagangan) dapat dipergunakan sebagai sarana ibadah, haji, membayar zakat, shadaqah, dan lain sebagainya. Membersihkan zakat dan shadaqah adalah kewajiban seseorang muslim yang memiliki kelebihan
62
Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 57
56
harta, karena di dalam kekayaan terdapat bagian untuk orang yang membutuhkan (fakir miskin). 6. Menolak kemungkaran Adapun
hikmah
yang
terakhir
adalah
menolak
kemungkaran, karena dengan adanya jual beli yang sah, maka dapat memperoleh rezeki secara halal dan dapat memenuhi kebutuhan bersama sesuai dengan apa yang diperlukan, sehingga permusuhan, perampokan, pencurian untuk memenuhi kebutuhan hidup dapat dihindarkan.
H. Tinjauan Umum Tentang Buah Berlapis Lilin 1.
Pengertian Lilin Lilin adalah zat lemak yang banyak digunakan untuk menyalut berbagai
permukaan sebagai pelindung agar tahan terhadap udara, air, dan perubahan kimia. Pelapisan lilin merupakan salah satu cara untuk mempertahankan mutu buah. Tujuan dari pelilinan untuk mengurangi kerusakan karena serangan mikroba. Buah yang dilapisi lilin kenampakannya lebih mengkilat dan mencegah terjadinya penguapan air sehingga dapat memperlambat kelayuan, Selain itu luka atau goresan pada permukaan buah dapat tertutupi oleh lapisan lilin. Umur simpan apel sangat bervariasi dari yang tersingkat 3 bulan hingga yang terpanjang 8 bulan. Hal tersebut disebabkan oleh varietas, daerah
57
produksi, cara budidaya, iklim, tingkat kematangan, dan cara-cara penanganan serta penyimpanan sangat mempengaruhi umur simpan. Hal ini menunjukan bahwa pelilinan mampu membentuk lapisan pada seluruh permukaan buah dan menutupi pori-pori secara merata. Proses ini yang diduga sebagai proses penghambatan sehingga buah lebih tahan lama dibandingkan dengan tanpa adanya pelilinan. 2.
Kandungan Bahan Kimia dalam Buah Dalam tubuh kita terdiri dari sel-sel, dan alat-alat atau organ-organ.
Bagian-bagian itu sendiri seluruhnya terdiri atas unsur-unsur kimia yang banyak macamnya. Unsur-unsur kimia ini berkelompok-kelompok menjadi satu, bercampur, bereaksi dan berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk suatu susunan yang rumit tetapi terorganisasi dengan rapi. Kombinasi yang demikian ini sangat banyak jumlahnya dan beraneka ragam macamnya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan berbagai bahan kimia. Dari mulai makanan yang kita makan, bahan pewarna, pengawet, sampai pembungkus produk-produk telah menggunakan bahan kimia. Sebagian besar dari masyarakat tidak menyadari akan bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, bahan kimia yang banyak digunakan didalam kehidupan sehari-hari memang tidak memberikan akibat secara langsung dan cepat, namun membutuhkan waktu lama. Selaras denga apa yang disampaikan oleh Badan Karantina Pertanian, bahwa buah impor tersebut mengandung beberapa unsur kimia yang bisa membahayakan tubuh manusia, seperti:
58
1.
Lilin parafin (proses penghambatan pembususkan buah)
2.
Formalin (pengawetan buah)
3.
pestisida
4.
poly-ethilen dalam pengemasan yang digunakan untuk penekanan proses pembusukan.63
Menurut hasil penelitian, lilin parafin ternyata memiliki efek Karsinogenik alias dapat menimbulkan kanker. Apabila lilin parafin hanya terkonsumsi pada saat tertentu mungkin efek yang dikeluarkannya tidak akan mempengaruhi kesehatan, namun apabila lilin parafin ini dikonsumsi setiap hari bertahun-tahun maka akan menibulkan
masalah bagi kesehatan. Selain dapat menimbulkan
pengaruh yang serius, orang-orang yang alergi dengan parafin juga dapat langsung memperlihatkan reaksi alergi dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan lilin ini. Formalin digunakan para produsen buah dari Negara asal untuk mengawetkan produk buahnya agar bisa tahan lama hingga sampai ketangan konsumen. Formalin ini mudah mengikat air. Hal yang sama akan menyerang makanan lainnya, buah misalnya, oleh karenanya buah yang telah terkontaminasi oleh formalin dalam jangka waktu yang lama, maka kebaikan dari buah itu sendiri lama-kelamaan akan habis dan hilang hingga yang mengkonsumsinya akan merasakan rasa yang hampa pada buah tersebut. Jika masuk ketubuh manusia, formalin juga akan menyerang pada lambung, terlebih bila formalin tersebut masuk ke tubuh dengan dosis tinggi. Jika digunakan sebagai pengawet makanan 63
http://www.alfinlatife.blogspot.com/2011/8/kandungan-bahan-kimia-dalam-buah.html, diakses tanggal 22 Januari 2017
59
dalam dosis rendah, efek formalin tidak seketika dirasakan. Tapi bisa menyebabkan tubuh manusia terinfeksi kanker akibat zat karsinogen yang ada didalamnya. Bahan pengawet lainnya, seperti boraks, rhodamine, dan pestisida, sama berbahayanya dengan formalin. Mengkonsumsi zat ini dalam jangka panjang akan menimbulkan mutasi genetik, kanker, dan keracunan pada alat-alat reproduksi manusia. Bila masuk ketubuh ibu yang mengandung dan menyususi, zat ini akan mempengaruhi perkembangan prilaku pada bayi, gangguan hormonal, dan cacat lahir. Pestisida merupakan sarana untuk membunuh hama-hama tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu pestisida berperan sebagai salah satu komponen pengendalian. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi hama hingga meluasnya serangan dapat dicegah, dan kehilangan hasil panen dapat dikurangi. Sedang pengkontaminasian pestisida pada manusia itu bisa terjadi ketika proses mengkonsumsinya tidak dicuci sampai bersih terlebih dahulu terlebih lagi bahan lilin yang digunakan akan memberikan efek semakin kuatnya pestisida menempel pada buah. Para ahli menyatakan bahwa salah satu penyebab terbesar penyakit dan penuaan dini pada manusia adalah banyaknya bahan kimiawi yang ada di lingkungan kita, dan rekayasa genetika yang kerap dilakukan pada budidaya bahan pangan non-organis merupakan salah satu penyebabnya. Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Menurut NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukan
60
bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit Parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah. Masa pembusukan buah organik bagi setiap buah memiliki masa ketahanan yang berbeda dalam masa pembusukannya, oleh karenanya perlu diwaspadai terhadap buah-buahan yang tidak wajar karena terlalu lama bahkan ada yang mencapai 2 tahun. Berikut kejelasan tentang perkiraan masa tahan maksimal hinga pembusukan terhadap buah organik/lokal dari awal pemetikan, apel : 30 hari, jeruk : 30 hari, anggur : 15 hari, kelengkeng : 15 hari, pisang : 6 hari, sawo : 6 hari, sirsat : 3 hari.
61
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Pasar Gintung 1. Sejarah Singkat Pasar Gintung Sebelum berdirinya Pasar Pasir Gintung berawal dari Kantor Dinas
Sosial yang kemudian diganti dengan Asrama Tentara. Pada tahun 1972 berubah menjadi pasar Tempel yang juga menjadi pasar kambing. Pada tahun 1978 pasar tempel berubah menjadi pasar loak besi. Pada tahun 1988 pasar loak besi berubah menjadi pasar inpres. Kemudian didirikan pasar tradisional yang biasa disebut dengan Pasar Pasir Gintung. Pada tahun 2008 Pasar Pasir Gintung menjadi tanggung jawab pemerintah yaitu Dinas Pasar Kota Bandar Lampung. Pada tahun 2008 UPTD (Unit Pelaksaan Teknis Dinas) II Pasar Pasir Gintung berubah menjadi UPT (Unit Pelaksaan Teknis) Pasar Pasir Gintung. Dasar hukum terbentuknya UPT Pasar Pasir Gintung berdasarkan Perda (Peraturan Daerah) yang terdiri dari: a. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1982 tanggal 18 Januari 1982 tentang Dinas Pasar Kotamadya Dati II Bandar Lampung. b. Peraturan Daerah No. 3 tahun 2008 tentang pembentukan organisasi Dinas Daerah Kota Bandar Lampung dan Keputusan Walikota Bandar Lampung No. 19 tahun 2008 tentang organisai dan tata kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bnadar Lampung.
62
2. Struktur Organisasi Pasar Gintung Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 138 tahun 2008 Tentang Pembentukan Organisasi dan tata kerja Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Pasar pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Bandar Lampung. Gambar 1 KEPALA DINAS
Drs. GIRENDRA, MM NIP.19620412 198303 1 015
KEPALA UPT PASAR YOPI IBRAHIM. YS, S. Sos NIP.195809131981031008
SUB BAGIAN TATA USAHA ANEDI, S. IP NIP.1972112019955031001 STAF BAGIAN TATA USAHA BUDY YAMIN, S.H NIP.197412112009021001 ARDIANSYAH RAMA ASMARA FRISDIAN. M. ASRI
63
URUSAN PEMELIHARAAN TRANTIB PASAR
URUSAN PENDAPATAN
YUSWAN NIP.197205042007011010
EFRYANTONI NIP.1968040420090212002
STAF
STAF
URUSAN PEMELIHARAAN DAN
PRASARANA PASAR HASANUDIN NIP.196307072006041004 STAF
HARUN NIP.197209052008011013
SYAHBUDDIN NIP.195903151982031010
ABIDIN NIP.197008102007011015
MURSALIN NIP.197506022007011007
MUHARDI NIP.198002022009021005
AS‟ARI NIP.197807072008011022
BASYAR NIP.197112252007011012
WAHYUDI NIP.198406142009021008
ROY YAMIN
SAIWAN NIP.197408122009021003
SILAYUDIANSYAH MARDI NICO MUCHTAR. D
RAHMAN DENAN SYAHRULSYAH ASRY SUKANA
Sumber: data-data yang didapat dari Kantor upt pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung
64
Table 1 Data UPT Pasar Gintung
I.
Fasilitas Pasar 1
Luas Tanah Pasar Gintung
1700
2
Luas Bangunan Pasar
2400
3
Ruang Kantor Unit Pasar
1 Unit
4
Ruang Kantor Kantib Pasar
1 Unit
5
Ruang Alat-alat Juru Sapu
1 Unit
6
WC dan Kamar Mandi Umum
1 Unit
7
Kekuatan Daya
2000 Watt
8
Penerangan Lantai Dasar
9 Lampu
9
Penerangan Lantai Atas
11 Lampu
10 Pedagang Ikan Basah
_
11 Pedagang Telur
_
12 Pedagang Sayur
_
13 Pedagang Cabe
_
14 Pedagang Ayam Potong
_
15 Pedagang Kelapa
_
16 Pedagang Buah Impor
4 orang
17 Pedagang Buah Lokal
9 orang
18 Pedagang Kelontong
_
65
B.
Mekanisme Penggunaan Lilin sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah 1. Proses Jual Beli Buah yang Menggunakan Lilin sebagai Penyegar di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung a. Penjual menjual buah kepada pembeli, jenis buah yang diperjualkan yaitu buah apel, anggur, jeruk, pir, dll. 64 b. Buah yang dijual penjual berasal dari luar negeri, seperti Amerika, Tiongkok, hingga Afrika. c.
Buah tersebut mengandung lilin, dan pelilinan buah, khususnya buah apel ini dilakukan ketika buah masih berada di Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Adapun tahap buah impor ini masuk ke Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan jenis barang dan Negara asal buah yang akan diimpor. Sebelum mengimpor barang, hal yang sangat perlu diperhatikan adalah HS Code. (Kodifikasi barang yang tercantum dalam BTKI 2012 – (Buku Tarif Kepabeanan Indonesia) menentukan HS Code dengan tepat akan dapat: a) Menghitung biaya-bea masuk, PPN dan PPH. b) Menghindari permasalahn pengeluaran barang di Bea dan Cukai (Custom Process). c) Dapat mengurus aspek perijinan impor barang tersebut sebelum importasi barang.
64
Wawancara dengan penjual buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung bapak Noviandri dan bapak Anton, tanggal 22 Januari 2017, pukul 10.00
66
2. Menentukan cara penyerahan barang (negosiasi barang seller) – Incoterms Cara penyerahan barang yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab importir dalam pengurusan barang, biaya-biaya apa saja yang akan ditanggung oleh importir pada saat mengimpor barang dan resiko yang harus ditanggung oleh importir. Contoh: transaski impor adalah pembelian FOB Shanghai, China, artinya importir wajib untuk mengurus barang dari sejak barang termuat diatas kapal di pelabuhan Shanghai, China, mengurus pengangkutan, membayar Bea masuk, PPN dan PPH, mengurus bongkar, hingga mengantar barang ke tempat atau gudang importir. 3. Menentukan cara pembayaran impor Cara pembayaran impor dapat dilakukan baik dengan Non LC (cash in advance payment, open accound, documentary credit- LC (Red Clause, Sight LC, usance) 4. Mengurus perjanjian impor a) Perjanjian pokok, terdiri dari: 1) Legalitas perusahaan: PT, CV 2) API (Angkatan Pengenal Impor) 3) NIK ( Nomor Induk Kepabeanan)
67
b) Perjanjian khusus, yaitu: perjanjian terkait dengan jenis barang yang akan diimpor 1) Impor
buah-buahan:
perusahaan
harus
mengurus
perjanjian: IP - hortikultura (Impor Produsen) atau sebagai IT – Hortikultura (Impor Terdaftar). Perusahaan harus memenuhi persyaratan tertentu dalam mendapatkan IP – Hortikultura atau IT – Hortikultura sesuai
dengan
peraturan
yang
berlaku,
yaitu:
Permandag No. 16 Tahun 2013, tentang ketentuan impor produk hortikultura. c) Menentukan freight forwarder atau transporter yang akan mengurus barang. Importir harus tepat dalam memilih siapa pihak yang akan mengurus
barang
impor.
Kegiatan apa
yang
menjadi
tanggungjawab importir yang akan diserahkan kepada pihak freight forwarder atau transporter tergantung dari deal awal dengan seller. d) Menentukan jadwal pengiriman barang (importasi barang) Jadwal pengiriman barang adalah salah satu faktor kritis yang harus diperhatikan oleh importir. Importir sudah harus mengetahui berapa lama perjalanan barang (transit time) dari sejak barang dimuat di pelabuhan pemberangkatan hingga barang tiba di pelabuhan tujuan, beberapa lama waktu proses
68
penegeluaran barang (proses di Bea dan Cukai), hingga barang bisa tiba ditempat gudang importir. Jangan sampai, pada saat barang impor dibutuhkan barang ternyata belum selesai proses di Bea dan Cukai (Costum Process). Barang terhambat karena adanya perjanjian khusus yang belum dilengkapi. Menentukan jadwal pengiriman sebaiknya melakukan konsultasi dengan pihak freight forwarder yang akan ditunjuk. e) Melakukan kegiatan importasi barang Kegiatan importasi barang ini diserahkan kepada freight forwarder yang ditunjuk oleh importir, kegiatan ini sangat dipengaruhi tipe transaksi yang disepakati anatara seller dengan buyer (importir). Kegiatan importasi barang seperti: 1) Mengurus pengangkutan barang 2) Mengurus pengambilan dokumen impor Dokumen
impor
adalah
dokumen-dokumen
yang
diperlukan dalam pengeluaran barang, seperti: Packing List, Invoice, B/L, Sertifikat Asuransi, COO. Pengambilan dokumen asli impor tergantung dari cara pembayaran, jika melakukan pembayaran dengan LC (Letter of Credit) maka proses pengambilan barang harus dilakukan kepada Bank pada saat pembukaan L/C. syarat pengambilan dokumen impor tergantung dari jenis L/C yang dibuka pada ssat impor barang. Kemudian setelah
69
dokumen
asli
telah
diambil,
maka
menyerahkan dokumen asli tersebut
importir
akan
kepada freight
forwarder atau PPJK yang ditunjuk dalam melakukan proses pengeluaran barang. Dokumen yang perlu diurus adalah pengambilan DO Impor kepada pelayaran atau penerbangan
dengan
menyerahkan
Bill
of
Lading
Asli/Airway Bill Asli. 3) Melakukan proses pengeluaran barang (custom clearance process) Proses
pengeluaran
barang
adalah
kegiatan
dalam
mengeluarkan barang dari pelabuhan tujuan dengan melakukan proses kepabeanan seperti: membuat dokumen impor (PIB), membayar Bea masuk, PPN dan PPH, prosese penjaluran barang (merah, kuning, hijau) hingga melakukan fiat keluar ke petugas bea dan cukai hingga penarikan barang. Proses pengeluaran barang ini akan dilakukan oleh pihak Freight forwarder atau PPJK ( Pengusaha Pengurus Jasa Kepabeanan). 4) Melakukan pengiriman barang ke tempat/gudang importir Setelah barang yang diimpor sudah selesai proses pengeluaran barang, maka pihak freight forwarder atau PPJK akan mempersiapkan armada trucknya untuk mengirimkan barang tersebut ke tempat/gudang importir.
70
d. Penjual mengetahui bahwa di dasar kulit buah impor terdapat lilin sebagai pengawet agar tidak membusuk. e. Pembeli yang ingin membeli buah bisa langsung datang ke pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung dari jam 08.00 sampai 16.00.65 f. Pembeli dapat membeli buah apel impor kepada penjual buah dengan harga 35.000 per kg. g. Pembeli tidak mengetahui adanya lilin pada dasar kulit buah apel impor yang telah dibelinya, karena penjual tidak memberitahu kepada pembeli h. Pembeli pernah ada yang jatuh sakit akibat mengkonsumsi buah impor yang dibelinya di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung.
2. Penggunaann Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah di Pasar Gintung Tanjung Karang Penjual buah di pasar Gintung memulai mendirikan usaha dengan memiliki bisnis kecil-kecilan, berjualan buah semangka di amparan pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung, akan tetapi seiring berjalannya waktu bisnis tersebut menghasilkan omset yang tinggi dan memiliki banyak pelanggan. Sehingga para pedagang buah yang dulunya memulai dengan bisnis kecil-kecilan akhirnya memiliki cukup modal untuk berjualan buah dengan lapak tetap dan bisa menjual buah impor di Distributor pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung hingga sekarang ini. Buah-buahan yang dijualkan di pasar Gintung umumnya buah impor seperti buah apel, jeruk, anggur, kelengkeng, pir, dll. 65
Wawancara dengan pembeli buah di pasar Gintung Tanjung Karng Bandar Lampung, pada tanggal 22 Januari, pukul 11.00
71
Buah-buahan yang biasanya dijualkan oleh pedagang buah di pasar Gintung adalah buah-buahan yang berasal dari Amerika, Tiongkok, hingga Afrika. Namun untuk penjual buah yang mengambil buah-buahan di distributor pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ini tidak mengimpor langsung dari luar negeri, melainkan buah-buahan tersebut terlebih dahulu di impor di Jakarta, untuk selanjutnya dikirim kepada distributor buah di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar
Lampung,
kemudian
para
pedagang-pedagang
eceran
langsung
mendatangi distributor buah untuk di jual kan lagi. Meskipun pedagang buah ini menghasilkan keuntungan yang besar, akan tetapi usaha ini juga memiliki resiko kerugian yang besar. Mengingat buah yang beresiko cepat busuk jika tidak cepat terjual. Akan tetapi untuk sekarang ini resiko yang diterima oleh pedagang buah menjadi kecil. Hal ini disebabkan karena buahbuahan yang mereka jual adalah buah impor yang bisa bertahan lebih lama. Buah impor tersebut bisa bertahan 3 sampai 6 bulan tanpa layu dan membusuk. Hal ini dapat diketahui dari tulisan packing date yang terdapat pada dus buah yang peneliti temukan saat observasi ke lapangan. Pada observasi tersebut ditemukan bahwa packing date pada kardus tersbut tertulis tahun 2016, yang saat itu berarti buah impor yang berasal dari Amerika, Tiongkok dan Afrika dipetik sejak 3 atau 6 bulan yang lalu. Berbeda dari buah bisanya yang berasal dari dalam negeri atau lokal yang cepat layu dan busuk. Selain hal tersebut para pembeli yang membeli buah-buahan di penjual buah pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung lebih senang memilih buah impor di bandingkan buah lokal. Hal ini terjadi bukan tanpa alasan. Para pembeli
72
mengaku bahwa dia lebih menyukai buah impor, karena buah tersebut tidak cepat busuk, sehingga kerugian yang ditanggung lebih kecil apabila buah tidak terjual dengan cepat. Selain itu para pembeli memilih buah-buahan impor karena rasa buah yang manis dan ukurannya lebih besar, dibandingkan dengan buah lokal. Selain itu tampilan dari buah impor yang terlihat segar dan mengkilap juga menarik peminat pembeli. Sudah banyak dimana-mana buah yang memakai lilin untuk lapisan luar kulit buahnya, kalau tidak memakai lilin buah-buahan impor yang masih ada dalam perjalan mungkin sudah busuk sampai disini. Maka dari itu lilin ini sebagai penyegar buah-buahan tersebut, karena lilin sebagai bahan memperlambat pembusukan, sehingga bakteri susah untuk masuk kedasar kulit buah. Buah impor semakin membanjiri pasar Indonesia, termasuk telah masuk di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. 66 Buah-buahan impor yang dibeli oleh ibu Yanti, bapak Ali Alhamidi dan bapak Vikri Akmaludin belum lama ini, mereka menyatakan bahwa memilih untuk membeli buah-buahan impor di pasar Gintung itu karena buah-buahan impor ini memiliki rasa yang manis dan ukuran buahnya pun lebih besar dari buah lokal biasanya, sehingga banyak yang menyukainya.67 Biasanya buah impor yang dibeli oleh mbak Arnis dan mas Yanto itu buah apel dan anggur yang rasanya manis. Setelah dibelinya buah-buahan tersebut tidak langsung habis termakan, melainkan bisa sampai 1 minggu belum habis, akan
66
Wawancara dengan Distributor buah impor bapak Noviandri dan bapak Anton, pada tanggal 20 Januari 2017, pkl. 10.11 WIB 67 Wawancara dengan pembeli ibu Yanti, Bapak Ali Alhamdi dan bapak Vikri, pada tanggal 20 Januari 2017, pkl. 10.30 WIB
73
tetapi buah yang di belinya awet tidak cepat layu, tampilannya masih segar walaupun sudah dalam waktu berminggu-minggu. 68 Menurut bapak Adius, ibu Hepri dan ayu menanggapi tentang buah yang di beli ternyata memakai lilin, mereka tidak ingin membelinya apalagi untuk di konsumsi. Itu sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia, karena lilin tidak diperuntukan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Efek buruk buah berlilin adalah tentu sama saja membahayakan kesehatan, sebab tubuh memerlukan waktu yang lama untuk mencerna lilin. Bila lilin berkumpul dalam tubuh, mungkin akan beresiko terkena kanker, seperti kanker usus, hati, atau bahkan leukemia. Mereka menanggapi bahwa was-was untuk membeli buah impor, sebaiknya mereka mengkonsumsi buah lokal saja yang dipetik dari petani kita. 69 Buah-buahan segar peminatnya akan semakin banyak karena masyarakat kini semakin sadar dengan mengkonsumsi buah bisa membantu menjaga kesehatan, setiap masing-masing buah memiliki vitamin dan khasiat untuk mengobati jenis penyakit-penyakit tertentu. Ada dua macam buah yang dijualkan di pasar gintung ini, yaitu buah lokal dan buah impor. Buah lokal yang di datangkan dari daerah sekitar dan pulau jawa, buah ini bisa bertahan hanya 3 minggu saja, itu pun sudah lembek dan cenderung busuk. Sedangkan buah-buahan impor yang di datangkan khusus dari luar negeri seperti Amerika, Tiongkok, hingga Afrika. Buah impor juga bisa bertahan 3 sampai 6 bulan. Dalam
68
Wawancara denga mbak Arnis dan mas Yanto, pada tanggal 20 Januari 2017, pkl. 13.00 WIB 69 Wawancara dengan bapak Adius, ibu Hepri dan Ayu, pada tanggal 20 Januari 2017, pkl. 15.09 WIB
74
pengiriman membutuhkan waktu yang lama kira-kira 40 hari didalam perjalanan untuk bisa sampai di Indonesia. Maka dari itu buah-buahan impor mayoritas sudah dilapisi oleh lilin yang dilakukan di negara asal sebelum dikemas dan dikirim ke negara tujuan ekspor salah satunya ke Indonesia. Penjual buah di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung masih mengambil buah impor di distributor buah impor yang buah-buahannya berasal dari luar negeri, karena permintaan yang sangat tinggi bahwa buah-buahannya sangat menawan dan digembor-gemborkan memiliki kandungan gizi yang tinggi. Buah impor juga kini tidak saja memasuki ranah konsumsi, tetapi juga telah menyerbu ke dalam hal yang lebih substansial, seperti ritual keagamaan. Sebagian warga lebih suka menggunakan buah impor sebagai bahan sesajen dalam upacaranya, karena buah impor lebih berkelas dan buahnya besar-besar. Mereka telah menyatakan bahwa, mengkonsumsi buah apel tidak dengan cara dikupas kulitnya, namun hanya dengan dicuci bersih buah apel yang telah dibelinya dan langsung dikonsumsi bersama kulit buah apel tersebut. Jika dikupas kulitnya, menurut mereka ribet dan rasanya kurang enak. 70 Yang dikatakan oleh bapak Noviandri dan bapak Anton bahwa proses jual belinya seperti hal biasanya, buah-buahan impor yang didatangkan langsung dari luar negeri, setelah buah masuk ke Indonesia, buah-buahan tersebut di taruh di Jakarta, setelah sudah berada di Jakarta buah-buahan impor tersebut, kemudian
70
Wawancara dengan Enam orang pembeli buah-buahan di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung, tanggal 22 Januari 2017, pukul 09.21 WIB
75
distributor buah impor pasar gintung memesan di Jakarta agar bisa di antarkan atau bisa diambil sendiri di Jakarta. Ketika buah-buahan impor tiba di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung, para penjual buah yang ada di sekitar pasar gintung mengambil buahbuahan impor di pasar gintung untuk diperjualkan kepada konsumen.
76
BAB IV ANALISA DATA
A. Proses Jual Beli Buah yang Mengandung Lilin sebagai Penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung Berdasarkan penjabaran mengenai proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung akan dianalisis secara objektif dan sistematis. Proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung juga akan dianalisis dalam sudut pandang semaksimal mungkin agar pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat diterima secara ringan dan mudah. Seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya bahwa proses jual beli di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung yaitu: a. Penjual menjual buah kepada pembeli b. Buah yang dijual penjual berasal dari luar negeri c. Buah tersebut mengandung lilin, dan
pelilinan buah,
khususnya buah apel ini dilakukan ketika buah masih berada di Negara asal buah-buahan tersebut dipetik. Adapun tahap buah impor ini masuk ke Indonesia yaitu sebagai berikut: 1. Menentukan jenis barang dan Negara asal buah yang akan diimpor. a) Menghitung biaya-bea masuk, PPN dan PPH.
77
b) Menghindari permasalahn pengeluaran barang di Bea dan Cukai (Custom Process). c) Dapat mengurus aspek perijinan impor barang tersebut sebelum importasi barang. 2. Menentukan cara penyerahan barang (negosiasi barang seller) – Incoterms 3. Menentukan cara pembayaran impor 4. Mengurus perjanjian impor a) Perjanjian pokok b) Perjanjian khusus c) Menentukan freight forwarder atau transporter yang akan mengurus barang. d) Menentukan jadwal pengiriman barang (importasi barang) e) Melakukan kegiatan importasi barang d. Penjual mengetahui bahwa di dasar kulit buah impor terdapat lilin sebagai pengawet agar tidak membusuk. e. Pembeli yang ingin membeli buah bisa langsung datang ke pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung dari jam 08.00 sampai 16.00. f. Pembeli dapat membeli buah apel impor kepada penjual buah dengan harga 35.000 per kg.
78
g. Pembeli tidak mengetahui adanya lilin pada dasar kulit buah apel impor yang telah dibelinya, karena penjual tidak memberitahu kepada pembeli h. Pembeli pernah ada yang jatuh sakit akibat mengkonsumsi buah impor yang dibelinya di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung. Proses jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung ini bahwa pembeli tidak mengatahui buah-buahan yang telah dibelinya terdapat lilin pada dasar kulit buah apel tersebut. Pembeli merasa dirugikan ketika mengetahui bahwa buahnya terdapat lilin.
B. Tinjauan Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar Buah Penjualan buah-buahan yang menggunakan lilin agar buahnya terlihat segar dan tahan dalam jangka waktu yang cukup lama, pada dasarnya tidak dibahas secara rinci dalam Islam, tidak ada dalil Al-Qur‟an dan hadis yang menyebutkan hukum dari penjualan buah-buahan yang memakai lilin. Masalah hukum boleh atau tidaknya sebenarnya hukum setiap kegiatan mu‟amalah adalah boleh, sesuai dengan kaidah fiqih yang berbunyi:
71
Ahmad Sudirman Abbas, Qawa‟id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media Jakarta, 2004), h.68
79
Artinya: hukum yang pokok dari segala sesuatu adalah boleh, sehingga ada dalil yang mengharamkannya. Dari kaidah fiqh di atas, sebenarnya hukum jual beli pada umumnya tidak ada masalah, karena sejauh ini belum ada dalil yang mengharamkannya. Akan tetapi, dalam transaksi mu‟amalah ada ketentuan rukun dan syarat yang harus dipenuhi yang berpengaruh dengan sah atau tidaknya suatu transaksi.
Artinya: Rasulullah Shallahu „alaihi wa sallam melarang jual beli alhashah dan jual beli gharar.72 Dari sabda Rasulullah di atas jelas telah dikatakan Rasulullah SAW bahwa jual beli gharar itu merupakan hal yang dilarang jadi tidak ada alasan untuk kita untuk melakukan jual beli yang seperti ini. Sangat besar mudharatnya apabila kita sebagai ummat Islam sendiri dan akan menimbulkan kebencian karena telah terjadi kecurangan antara penjual dan pembeli.
72
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar, 1513
80
Secara kontekstual, jual beli yang dibahas
peneliti memang
ditemukan banyak kejanggalan. Akan tetapi, pada dasarnya dalam jual beli dalam Islam, unsur yang ada dalam jual beli sudah terpenuhi, suka sama suka. Sebagaimana firman Allah Swt :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S. An-Nisaa : 29) Ayat di atas menerangkan bahwa dalam setiap transaksi jual beli, hendaknya harus disertai perasaan suka sama suka, tidak ada unsur paksaan. Sedangkan pada penjualan buah-buahan yang menggunakan lilin sebagai penyegar dan tahan lamanya buah agar tidak cepat busuk, pembeli sama sekali tidak mengtahui bahwa terdapat buah-buahan yang terlihat segar dan tahan lama itu ternyata memakai lilin. Sangat jelas bahwa unsur suka sama suka tidak terdapat dalam penjualan buah-buahan yang menggunakan lilin.
73
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahan, (Bandung: Diponegoro, 2006), h. 65
81
Dari pengertian jual beli adalah tukar-menukar harta dengan harta lain dan salah satu pihak memberikan imbalan (uang) untuk dipindah kepemiliknya, sedangkan pihak lain menerima imbalan (uang) tersebut. Buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah tersebut termasuk harta, tetapi harta yang tidak dapat ditukar atau dipindah kepemiliknya. Karena harta itu sendiri dapat disimpan dan digunakan apabila dibutuhkan, sedangkan buah-buahan yang memakai lilin tidak dapat dikonsumsi untuk setiap hari, karena lilin bukan untuk dikonsumsi, jika terus menerus dikonsumsi akan membahayakan kesehatan tubuh. Penjualan buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah tersebut agar tahan lama, sudah jelas mengandung unsur penipuan, karena ditemukan adanya ketidaksesuaian seperti buah pada umumnya. Perilaku tersebut tidak sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
Artinya: Ibnu Umar ra. Berkata, “Ada seseorang lelaki mengadu kepada Rasulullah Saw. Bahwa dirinya telah tertipu dalam jual beli.” Kemudian beliau bersabda, “Apabila kamu berjual beli, katakanlah, “Janganlah saling menipu.” (HR. Bukhari dan Muslim) Rasulullah melarang pedagang tersebut curang dan menipu pembeli dengan cara tidak memberi tahu bahwa buah-buahannya memakai lilin agar tidak cepat busuk, penjual sengaja menyembunyikan hal tersebut. 74
Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram Koleksi Hadishadis Hukum, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995), h.324
82
Hal ini sangat bertentangan dengan hadits Rasulullah dan jelas dilarang. Seharusnya, dalam praktik jual beli harus disertai dengan prinsip kejujuran yang dilakukan oleh kedua belah pihak, khususnya penjual. Namun, pada kenyataannya para penjual tidak mengutamakan prinsip kejujuran yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw. Selain itu dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal (7) butir 1 dijelaskan bahwa salah satu kewajiban pelaku usaha adalah “memberi informasi yang benar, jelas, dan jujur, mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.” Dan pada butir 2 lebih diterangkan lagi bahwa “pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat, atau bekas dan tercemar atau bekas dan tercemar dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.” Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku penjual buah yang memberikan keterangan yang tidak sesuai bertentangan dengan hukum Islam dan undang-undang karena mengandung unsur penipuan dan hukumnya tidak diperbolehkan. Berbicara tentang definisi buah yang memakai lilin yang sudah jelas rusak dan tidak ada manfaatnya juga diatur dalam Islam, kategori makanan yang wajib dikonsumsi manusia di dalam al-Qu‟ran sudah dijelaskan, sebagai firman Allah SWT:
83
Artinya: wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat dibumi… (Q.S. Al-Baqarah : 168)
Penjelasan ayat diatas adalah perintah kepada manusia untuk memakan makanan yang thayyib (baik) dan halal. Baik dalam hal ini diartikan bahwa makanan yang hendak kita makan harus bermanfaat bagi tubuh, mendatangkan kesehatan, dan tidak mengundang penyakit. Jika dihubungkan dengan buah yang hendak di makan mengandung lilin yang terdapat di kulitnya, jelas sangat berbeda dan bertentangan dengan perintah Allah SWT. Yang memerintahkan kita untuk memakan makanan yang baik. Selain itu, dalam Undang-undang dijelasakan bahwa buah-buahan yang memakai lilin tidak boleh dikonsumsi karena didalam buah tersebut sudah mengandung bahan yang berbahaya. Berdasarkan penjelasan tentang buah-buahan yang memakai lilin, baik dalam Islam maupun Undang-undang dapat diambil kesimpulan bahwa buah berlilin tidak bermanfaat juga tidak boleh dikonsumsi karena sudah banyak mengandung racun dan berbahaya.
84
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang berhasil dihimpun oleh penelitian
dalam judul skripsi “Tinjauah Hukum Islam Tentang Penggunaan Lilin Sebagai Penyegar dalam Jual Beli Buah (Studi Pada Penjual Buah di Pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung), maka penelitian mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Proses jual beli buah impor di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung adalah buah yang berasal dari luar negeri, setelah buah-buahan masuk
ke
Indonesia,
buah
kemudian
dikumpulkan
di
gudang
penampungan seperti di Jakarta, setelah buah berada di Jakarta kemudian distributor buah Pasar Gintung memesan buah-buahan tersebut untuk siap dijualkan kepada pedagang pengecer buah, sampai bisa diterima oleh konsumen. Dalam pertemuan antara penjual dan pembeli, maka terjadilah proses jual beli buah yang mengandung lilin sebagai penyegar di pasar Gintung Tanjung Karang Bandar Lampung 2. Tinjauan hukum Islam tentang penggunaan lilin sebagai penyegar buah adalah tidak diperbolehkan atau batal. Hal ini dikarenakan salah satu syarat jual beli yaitu objek dalam jual beli haruslah bermanfaat. Adanya unsur penipuan karena penjual tidak memberitahukan kondisi buahnya juga salah satu hal yang menyebabkan jual beli tersebut batal. Selain itu, di
85
dalam undang-undang juga telah dijelaskan bahwa buah-buahan yang memakai lilin berbahaya jika dikonsumsi setiap hari, akan membahayakan kesehatan tubuh. Oleh karena itu penjualan buah-buahan yang memakai lilin tidak diperbolekan dalam hukum Islam. Karena buah yang dikirim dari luar Negeri ke Pasar Gintung terdapat lilin dan buah yang memakai lilin tersebut sudah dilakukan di Negara asal buah tersebut dipetik.
B.
Saran Berdasarkan analisis data di lapangan dan telah disimpulkan bahwa
penjualan buah-buahan yang memakai lilin sebagai penyegar buah di pasar gintung Tanjung Karang Bandar Lampung hukumnya tidak diperbolehkan atau batal, maka penelitian mempunyai beberapa saran, antara lain: 1.
Pihak penjual buah harusjujur atau menjelaskan yang sebenarnya kepada pembeli bahwa buahnya memakai lilin, agar pembeli atau masyarakat tahu bagaimana cara ia mengkonsumsinya.
2.
Untuk pembeli, jika ingin mengkonsumsi buah impor setiap hari, buah terlebih dahulu dicuci menggunakan air hangat dan dikupas kulitnya jika ingin mengkonsumsinya.
3.
Sebaiknya cerdas memilih buah-buahan yang akan dibelinya, yaitu pilihlah buah apel lokal (apel malang) atau apel daerah lainnyan di Indonesia, karena aman dikonsumsi tidak memakai lilin dikulitnya karena tidak terlalu lama pengirimannya dan untuk menyejahterakan petani kita, juga menumbuhkan semangat persaudaraan dengan membeli buah hasil jerih payah petani negeri sendiri daripada
86
memperkaya petani bangsa asing, menggerakan roda perekonomian desa dan jelas sehat produknya.
87
DAFTAR PUSTAKA Abdul Khalaf, Wahab. Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail Bin Ibrahim Bin Al-Mughirah al-Ja‟fai, Shahih Bukhari, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2004, Hadis no. 2072 Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani, Terjemah Bulughul Maram Koleksi HadisHadis Hukum, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995) Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta: Pustaka Amani Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2006 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1991 Ash Shidieqy, Hasbi. Fiqh Muamalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1980 Azhar Basyir, Ahmad, Asas-asas Muamalah Hukum Perdata Islam, UII Press, Yogyakarta, 2000 Azhar Basyir, Ahmad. Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2000 Az-Zuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2011 Departemen Agama RI. Al-Qur‟an Dan Terjemahan, Bandung: Diponegoro, 2006 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Jakarta: Balai Pustaka, 1991 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta: Gramedia, 2011 Haroen, Nasrun, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007
88
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi Gharar, 1513 Ismail Yusanto, Muhammad, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta : Gema Isnani Press, 2002 Ja‟far Khumedi, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Bandar Lampung : IAIN Raden Intan Lampung, 2015. Kartono, Kartini, Pengertian Metodologi Research Sosial, Bandung: Alumni, 1990, h.33. Mardani, Fiqih Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2012
Marzuki, Metodologi Riset,Yogyakarta: BPFE-VII, 1997 Mas‟ud, Ibnu, Fiqh Madzhab Syafi‟I, Edisi Lengkap, Bandung: Pustaka Setia. Moeloeng, Lexy L, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosda Karya, Bandung, 2001 Mugianti, Hukum Perjanjian Islam, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al Lu‟Lu Wal Marjan, penerjemah salim Bahreisy, Surabaya: Bina Ilmu, 2005 Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Koleksi Hadis yang Disepakati Oleh Al-Bukhari dan Muslim, Penerjemah Muslich Shabir, Semarang: 1993, Hadis no. 1039 Muslich, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Adipura, 2004), h.46 Pasaribu, Chairuman, Hukum Perjanjian Dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 1996 Qardhawi Yusuf, Halal dan Haram Dalam Islam, Alih bahasa oleh H. Mu‟amalah Hamidy, Surabaya: Bina Ilmu, 2003 Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994
89
Rusyd Ibnu, Bidayatu‟l Mujatahid, Terjemah oleh M. A. Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Jus III, Asy-Syifa‟, Semarang, 1990 Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah, alih bahasa oleh Kamaluddin A Marzuki dkk, jilid ke-12, Bandung: Alma‟arif, 1993 Sabiq, Sayyid. Fikih Sunnah, jilid 12, Bandung : ALM Arif Bandung, 1997 Sedamayanti, Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2001 Subekti R, Kitab Undang-undang Perdata, Jakarta: Praditya Paramita, 1983 Sudirman Abbas, Ahmad, Qawa‟id Fiqhiyyah dalam Perspektif Fiqh, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, dengan Anglo Media Jakarta, 2004 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Cet ke-II, Bandung: Alfabeta, 2010 Suhendi, Hendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013 Sutrisno, Hadi, Metode Research, Jilid III , Yogjakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1997 Syafe‟i Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001 Wardi Muslich, Ahmad. Fikih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2010 Zainudin, Dkk, Terjemahan Hadis Shahih Bukhari, Jilid I-IV, Jakarta: Widjaya, 1993 http://www.alfinlatife.blogspot.com/2011/8/kandungan-bahan-kimia-dalambuah.html