Bahaya Narkoba (Kajian Hukum Islam Dan Hukum Positif) Oleh: Safira Mustaqilla, S. Ag, MA.1 ABSTRAK Penyalahgunaan narkoba dapat terjadi kepada siapa saja tanpa memandang umur dan status sosial. Ancaman bahayanya kian meningkat dan mengarah kepada generasi muda mulai dari pelajar, para selebriti, tokoh masyarakat, para wakil rakyat, ibu rumah tangga, karyawan di kantor pemerintahan bahkan sudah memasuki kalangan civitas akademika yaitu mahasiswa. Maraknya penyimpangan prilaku penyalahgunaan narkoba ini dapat membahayakan keberlangsungan hidup generasi bangsa karena semakin rapuh digerogoti obat-obatan penghancur syaraf tersebut. Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja yang usianya berkisar umur 11 sampai 24 tahun, artinya usia tersebut adalah usia usia produktif bagi pelajar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak-anak didik di sekitar kita kapan saja. Narkoba dapat menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik secara fisik maupun psikologis. Meskipun ada upaya dari pihak pendidik, pengajar, dokter dan psikholog bahkan petugas keamanan yang telah berusaha dengan berbagai cara untuk menyadarkan para pemakai yang candu terhadap narkoba, namun usaha tersebut dihadapkan oleh berbagai kesulitan. Seorang pecandu narkoba yang sudah berada dalam ketergantungan akan terus mengonsumsi obat-obatan terlarang tersebut secara berulang-ulang dan berkesinambungan. Banyak tulisan yang mengupas tentang narkoba. Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk mengkajinya dari sisi yang berbeda, yaitu bagaimanakah narkoba menurut perspektif hukum Islam dan juga hukum Positif, mengapa keduanya melarang dengan tegas mendekati barang tersebut dan apa bahayanya bagi kesehatan. Kata Kunci: Narkoba, Hukum Islam, Hukum Positif.
Drug abuse can occur to anyone regardless of age and social status. Increasing treath of danger anddirecting the younger generation ranging from students, celebrities, community leaders, the representatives of the people, housewives, employees in government office, ‘ve entered the academicians the student. Irregularities rampant drug abuse behavior is could endanger the survival of the nation as more fragile 1
Dosen pada Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.
1
generation drugs undermined the nerve destruction. Target of this drug is spreading young people of teenagers whose ages ranged from age 11 to 24 years, meaning that age is the age for student. It indicates that the dangers of drugs can be targeted at anytime protégés around us. Drug can have negative impacts that affect the body both physically and psychologically. Despite efforts on the part of educators, teachers, psychologists, even the security guards who have tried in various ways to alert users that the drug opium, but the business is confronted by many obstacles. A drug users who are in the dependency will continue to take the drug repeatedly and continuously. A lot of writing the explores drug. On this occasion the authors are interested in a more detailed study of the drug from a different side, that is how the drug according to the perspective of Islamic Law as well as State Law, why are both strictly prohibits approaching the item and what the danger to health. Key words: The Drugs, The Islamic Law, The Positive Law.
A. Pendahuluan Istilah Narkoba adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Pengertian lebih jelasnya: a. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesisi maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. b. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. c. Bahan adiktif lainnya adalah bahan lain bukan narkotika atau psikotropika yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan. 2
2
Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri, Depdagri dan BKKBN, Pedoman Pelaksanaan P4GN / Melalui Peran Serta Kepala Desa / Lurah Babinkamtibnas dan PLKB ditingkat Desa / Kelurahan, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007), hal. 43.
2
Pengertian yang lainnya juga disebutkan bahwa narkoba adalah obat, bahan atau zat bukan makanan, yang jika masuk ke dalam tubuh manusia, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan syaraf pusat).3 Di dalam surat edaran BNN no. CE/03/IV/2002 disebutkan juga bahwa narkotika yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan dan prilaku seseorang. 4 Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa narkoba adalah zat yang dapat membahayakan tubuh terutama fungsi saraf pusat (otak) bagi penggunanya yang juga mengubah pikiran, perasaan dan prilaku seseorang serta dapat mengakibatkan ketergantungan bagi pemakainya.
B. Penggolongan Narkoba a. Narkotika 1. Narkotika golongan I:
berpotensi sangat tinggi menyebabkan
ketergantungan tidak digunakan untuk terapi pengobatan. Contoh: heroin, kokain dan ganja. Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk. 2. Narkotika
golongan
II:
berpotensi
tinggi
menyebabkan
ketergantungan. Digunakan pada terapi sebagai pilihan terakhir. Contoh: morfin, petidin dan metadon. 3. Narkotika
golongan
III:
berpotensi
ringan
menyebabkan
ketergantungan dan banyak digunakan dalam terapi, contoh: kodein. 5
3
Tim Perumus dari BNN RI, Modul untuk orangtua: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007), hal. 1 4 Tim Perumus dari BNN RI, Mengenal Penyalahgunaan, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007), hal. 8. 5 Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri,…hal. 44-45.
3
b. Psikotropika 1. Psikotropika golongan I: amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi, contoh: MDMA (ekstasi), LSD dan STP. 2. Psikotropika golongan II: digunakan
amat
kuat menyebabkan ketergantungan,
terbatas
pada
terapi.
Contoh:
amfetamin,
metamfetamin (shabu), fensiklidin dan Ritalin. 3. Psikotropika
golongan
ketergantungan,
III,
banyak
potensi
dipergunakan
sedang, dalam
menyebabkan terapi,
contoh:
rentobarbital dan flunitrazepam. 4. Psikotropika
golongan
IV,
potensi
ringan
menyebabkan
ketergantungan dan sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam,
klobozam,
fenobarbital,
barbital,
klozepam,
klordiazepoxide dan nitrazepam (nipam, pil BK / koplo, DUM, MG, lexo, rohyp, dll).
c. Bahan Adiktif lainnya yang sering disalahgunakan: 1. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras. 2. Inhalansia / solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada kebutuhan pabrik, kantor dan rumah tangga. 6
Sebagaimana juga disebutkan dalam
buku yang diterbitkan oleh BNN
“Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati”, modul untuk orangtua, bahwa tidak semua narkoba adalah illegal atau melanggar hukum. Bahan adiktif lain tergolong legal / tidak melanggar hukum antara lain: 6
Nikotin yang terdapat pada tembakau,
Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri,…hal. 46-47.
4
Kafein pada kopi, teh, minuman penyegar dan beberapa jenis obat,
Alkohol, pada minuman yang mengandung alkohol,
Bahan pelarut bagi keperluan rumah tangga, industry dan kantor, seperti lem, thinner dan bensin yang disebut solven / inhalansia.
Semua bahan itu berbahaya, karena menimbulkan ketergantungan. Bahkan jumlah kematian akibat rokok 20 x lebih besar daripada kematian akibat heroin. Lagipula merokok dan minum alkohol merupakan pintu masuk terhadap penggunaan narkoba tidak legal seperti heroin.7 3. Nikotin yang terdapat pada tembakau. 4. Kafein pada kopi, minuman penambah energy dan obat sakit kepala tertentu.8 Dari penggolongan narkoba di atas salah satu jenis yang menarik untuk dikupas untuk adalah narkotika jenis ganja. Ganja dikenal dengan nama mariyuana hashis, gelek, budha stick, cimeng, gras.9 a. Karakteristik 1. Menimbulkan ketergantungan psikis yang diikuti oleh kecanduan fisik dalam waktu lama, terutama bagi mereka yang telah rutin menggunakannya. 2. Bentuk daun kering, cairan yang lengket, minyak “dammar ganja.”
b. Efek 1. Menurunkan ketrampilan motorik, peningkatan denyut jantung, rasa cemas, banyak bicara, perubahan persepsi tentang ruang dan waktu, 7
Tim perumus dari BNN RI, Modul Untuk Orangtua…, hal. 5. Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri…, hal. 47. 9 Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri…, hal. 49. 8
5
halusinasi, rasa ketakutan dan agresif, rasa senang berlebihan dan selera makan yang meningkat. 2. Pengaruh jangka panjang, peradangan paru-paru, aliran darah ke jantung berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, daya pikir berkurang serta perhatian di sekitar berkurang.10
Penulis juga mengemas isi makalah yang disusun oleh Prof. Dr. Darni M. Daud yang berjudul “Pembangunan Tahun 2020 dihubungkan Dengan Alternatif Development Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan.”11 Salah satu pembahasannya adalah tentang tanaman ganja (cannabis satival) dalam kajian ilmiyah dan lingkar budaya masyarakat Aceh. Ternyata tanaman ganja mempunyai nilai positif dan negative yang besar tergantung pada pemanfaataannya, apabila dimanfaatkan secara benar, tanaman ganja mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berkontribusi yang besar terhadap pembangunan daerah. Sebaliknya apabila disalahgunakan, maka tanaman ganja dapat dijadikan sebagai bahan baku utama Narkoba (maruyuana) yang dapat menghancurkan generasi penerus bangsa. Namun ada beberapa manfaat dari tanaman ganja yang penulis simpulkan dari makalah yang sama bahwa dari hasil penelitian ilmiyah yang dilaporkan Anwar Wardy W, M. Nasir Rafiq dan Wiranda G. Piling (2006) menunjukkan bahwa hampir seluruh bagian dari tanaman ganja mempunyai nilai ekonomi tinggi. Serat dari batang tanaman ganja dapat diolah menghasilkan bahan baku untuk tekstil dan kertas. Daun dan bunganya dapat diolah menghasilkan vaksin atau obat. Sementara bijinya dapat diolah menghasilkan edible oil, tepung pangan dan pakan. Meskipun penulis memaparkan secara umum hasil kajian ilmiyah
10
Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri…, hal. 49-50 Makalah: “Pembangunan Tahun 2020 Dihubungkan Dengan Aleternatif Development Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan”, oleh: Prof. Dr. Darni M. Daud, MA, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2007). 11
6
tersebut, namun persoalan yang timbul kemudian bagaimana hukum Narkoba jenis ganja tersebut, baik dari sudut pandang agama Islam maupun hukum Nasional.
Adapun bahaya narkoba berdasarkan jenisnya adalah:
Opoid: depresi berat, rasa lelah berlebihan, banyak tidur, gugup, gelisah, denyut jantung bertambah cepat, rasa gembira berlebihan, banyak bicara namun cadel, rasa harga diri meningkat, kejang-kejang, tekanan darah meningkat, berkeringat dingin, mual hingga muntah, luka pada sekat rongga hidung, kehilangan nafsu makan dan turunnya berat badan.
Ganja:
kantung mata terlihat bengkak, merah dan berair, sering melamun,
pendengaran terganggu, selalu tertawa, terkadang cepat marah, tidak bergairah, gelisah, dehidrasi, tulang gigi keropos, liver, saraf otak dan saraf mata rusak dan skizofrenia.
Ekstasi: enerjik tapi matanya sayu dan wajahnya pucat, berkeringat, sulit tidur, kerusakan saraf otak, dehidrasi, gangguan liver, tulang dan gigi keropos, tidak ada nafsu makan dan saraf mata rusak.
Shabu-shabu: energik, paranoid, sulit tidur, sulit berfikir, kerusakan saraf otak terutama saraf pengendali pernafasan hingga merasa sesak nafas, banyak bicara, denyut jantung bertambah cepat, pendarahan otak, shock pada pembuluh darah dan jantung yang akan berujung pada kematian. 12
12
[email protected], Makalah: Bahaya Narkoba Bagi Remaja.
7
C. Narkoba Dalam Pandangan Hukum Islam Khamr adalah minuman yang memabukkan. Khamr dalam bahasa Arab berarti “menutup” kemudian dijadikan nama bagi segala yang memabukkan dan menutup aurat.13 Selanjutnya, kata khamr dipahami sebagai nama minuman yang membuat peminumnya mabuk atau gangguan kesadaran. Pada zaman klasik, cara mengonsumsi benda yang memabukkan diolah oleh manusia dalam bentuk minuman sehingga para pelakunya disebut dengan peminum. Pada era modern, benda yang memabukkan dapat dikemas menjadi aneka ragam kemasan berupa benda padat, cair dan gas yang dikemas menjadi bentuk makanan, minuman, tablet, kapsul atau serbuk sesuai dengan kepentingan dan kondisi si pemakai. Delik pidana yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu seluruh tindakan untuk mengonsumsi makanan atau minuman melalui pencernaan atau jaringan tubuh seperti penyuntikan dan atau cara yang membuat pemakainya mengalami gangguan kesadaran.14 Para Fuqaha ada yang memberi pengertian khamr, yaitu cairan yang memabukkan, yang dan yang berasal dari manisan seperti madu, atau hasil atas sesuatu yang mentah, baik diberi nama klasik atau nama modern yang beredar di dalam masyarakat sekarang ini.15 Ada pendapat lain yang memberi istilah khamr, yaitu segala yang memabukkan termasuk obat-obatan yang terlarang lainnya. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dimaksud dalam hukum Islam, yaitu minuman memabukkan tidak hanya terbatas pada zat benda cair saja, tetapi termasuk pula benda padat, yang pada intinya apa saja yang memabukkan itulah minuman khamr. Selain itu ada juga pendapat yang mengatakan bahwa minuman memabukkan identik dengan alkohol, 13
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih, Cet. I, (Jakarta: 1998), hal. 537. Lihat, H. Arif Furqan, dkk, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, (Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), hal. 235. 15 Al-Ahmady abu An-Nur, Narkoba, Cet. I, (Jakarta: Darul Falah. 2000), hal. 27 14
8
Karena tanpa alkohol pada suatu minuman tidak akan terwujud zat yang menjadi minuman keras. 16 Meskipun dalam istilah Arab tidak dijelaskan secara spesifik definisi narkoba, namun penulis mengidentikkannya dengan khamr, karena kembali kepada pengertian di atas bahwa minuman memabukkan tidak hanya terbatas pada zat benda cair saja tetapi juga termasuk benda padat. Terdapat beberapa dalil dalam al-Quran juga Hadits tentang larangan khamr (Narkoba) ini yang dalam al-Quran disebut dengan “ al-khamar” (segala minuman yang memabukkan)17
Larangan al-khamar tersebut diturunkan secara bertahap.18
Mulanya dikatakan bahwa dari buah korma dan anggur dapat dibuat minuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Tersebut dalam surat an-Nahlu ayat 67:
“Dan dari buah korma dan anggur dapat kamu buat minuman yang memabukkan dan rizki yang baik.” Kemudian dikemukakan bahwa minuman keras (khamr) mengandung dosa besar di samping ada manfaatnya, tetapi dosanya lebih besar dibanding manfaatnya. Tersebut dalam surat al-Baqarah ayat 219:
16
H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 79. Al-Quran dan Terjemahannya, hal. 53 18 Lihat Ibn ‘Abd Allah Muhammad al-Ansari al-Qurtubi, Al-Jami’ li Akam al-Quran, III, h. 17
285.
9
“Mereka bertanya kepadmu tentang khamar dan judi, katakanlah: pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (Al-Baqarah: 219). Berikutnya dijelaskan larangan melakukan shalat dalam keadaan mabuk karena dikhawatirkan akan mengacaukan bacaan dalam shalat.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” Setelah itu baru ditetapkan larangan minuman keras dengan penegasan bahwa khamr, judi, berhala dan undian adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan dan harus dijauhi. Ditegaskan bahwa dengan keempat macam perbuatan itu setan bermaksud menciptakan permusuhan dan kebencian dan menghalangi orang untuk ingat kepada Tuhan dan melakukan ibadah shalat. Tersebut dalam surat alMaidah ayat 90-91:
“Hai orang yang beriman, sesungguhnya khamr, judi, berhala dan undian adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keuntungan. Sesungguhnya syetan bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamr dan judi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat maka berhentilah kamu.”
10
Larangan secara bertahap ini dilakukan karena minuman khamr sudah menjadi tradisi yang disenangi dan menjadi kebutuhan hidup masyarakat Arab ketika itu, di samping diakui bahwa minuman itu mengandung manfaat bagi manusia. Seandainya larangan tersebut ditetapkan secara spontan dan sekaligus tentu akan memberatkan. Karena itu, larangan tersebut diturunkan secara berangsur. Ada beberapa alasan yang menegaskan tentang larangan minuman keras. Pertama. Ditegaskan bahwa khamr mengandung dosa besar. Kedua, karena khamr mengandung dosa, sedang dosa itu haram, tentu mengandung pula siksa (I’qab) dan dosa (zanb).
Ketiga, penegasan bahwa dosa khamr dan maisir lebih besar dari
manfaatnya.
Keempat, khamr termasuk seburuk-buruk dosa dan bahaya yang
mengancam kehidupan pribadi dan masyarakat. Karena itu Allah mengharamkannya dan menegaskan berulang kali dengan sejumlah isyarat mengenai hal itu. Ditegaskan bahwa khamr adalah keji, kotor dan merusak akal. Dari khamr akan timbul rentetan perbuatan lain yang sejenis yaitu judi, berhala, mengundi nasib, akibat selanjutnya akan timbul budaya palsu dan untung-untungan yang merugikan, malas dan ingin cepat memperoleh sesuatu tanpa bersedia bekerja melalui proses yang normal. 19 Larangan mengonsumsi narkoba jenis khamr juga dipertegas dalam beberapa hadits, di antaranya: Dari Ibnu Abbas ra. Rasul bersabda:
“Siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah duduk di lingkaran pesta dimana arak dihidangkan.” Dari Abu Hurairah ra. Rasul bersabda:
19
Lembaga Studi Islam Dan Kemasyarakatan Jakarta, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: LSIK, 1994), hal. 141.
11
“Ketika seseorang berzina/minum arak, maka Allah mencabut iman di dadanya bagaikan manusia melepas kain/baju dari kepalanya.” (HR. Al-Hakim)20
Al-Faqih Abu Laits mengingatkan: Hindarilah minum arak, sebab di dalamnya mengandung 10 bencana yang membahayakan, yaitu: 1. Menduduki tingkat manusia gila, yang menjadi bahan ejekan (ditertawakan) anak-anak di kalangan manusia normal, ia sangat tercela. 2. Arak adalah faktor penyebab hilang akal dan hilangnya harta (pemborosan). 3. Menjadi faktor penyebab terjadinya permusuhan, pertengkaran, perkelahian bahkan pembunuhan di antara sesama kawan. 4. Faktor penghalang mengingat atau berzikir kepada Allah dan melakukan shalat. 5. Faktor pendorong perbuatan jahat, seperti berzina dengan istrinya (skalipun status umum masih istri) sebab tidak menutup kemungkinan ia telah mentalak istrinya di kala gila atau tidak sadar. 6. Ia merupakan pintu gerbang segala perbuatan jahat dan mudah durhaka. 7. Merepotkan dan mengganggu para petugas keamanan dengan memaksa mereka masuk ke lokasi manusia fasiq. 8. Peminum arak wajib dihukum had atau dera 80 x pukul. Dan kalau lolos dari hukuman di dunia, pasti bakal merasakannya dengan cambuk api neraka, dengan ditonton banyak orang, di antaranya ayah dan kawan-kawannya.
20
Abu H.F Ramadhan, BA, Tarjamah Durratun Nasihin, (Surabaya: Mahkota), hal. 230.
12
9. Peminum arak menanggung resiko berat terutama dikhawatirkan imannya terlepas di saat maut menjemputnya. 10. Menjadi faktor penyebab pintu langit tertutup baginya, sebab selama 40 hari sesudah minum arak, amal baik dan segala doanya ditolak.21
Oleh karena itu sepatutnyalah bagi manusia yang normal pikirannya, jangan salah memilih dengan kelezatan yang sifatnya sementara dan dapat membawa kemudharatan. Manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Keistimewaan yang Allah anugerahkan kepada manusia adalah diberinya “otak” untuk berfikir. Otak manusia diibaratkan alam semesta. Pernyataan ini tidak berlebihan. Hal ini berhubungan dengan potensi atau kapasitas otak itu sendiri. Berikut fakta atau pernyataan dari beberapa ilmuwan yang penulis rangkum dari buku Super Great Memory:
Jika seluruh informasi buku perpustakaan di dunia atau seluruh informasi jaringan telekomunikasi di dunia dimasukkan ke dalam otak, otak manusia tidak akan penuh.
Jika setiap detik dimasukkan 10 informasi sampai kita meninggal ke dalam otak kita, misalnya sampai umur 100 tahun, otak manusia belum terisi separuhnya.
Kapasitas otak manusia adalah angka satu diikuti angka nol yang panjangnya 10 juta kilometer angka standar.22
Kita patut menyukuri kelebihan otak kita dengan cara mengoptimalkannya. Dari referensi yang sama juga dipaparkan keajaiban otak manusia: 21
Abu H.F Ramadhan, BA, Tarjamah…, hal. 232. Irwan Widiatmoko (Mr. SGM), Super Great Memory, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), hal. 13. 22
13
Otak manusia mempunyai satu triliyun neuron dan sel otak yang terdiri dari 100 milyar sel aktif dan 900 milyar sel yang menghubungkan.
Otak adalah alam semesta seberat satu kilogram (marian C. Diamond).
Rata-rata manusia hanya menggunakan 0,0001 % kapasitas otaknya bahkan kurang dari itu.
Otak mampu mengenali suatu pola sementara komputer tidak (Robert Heilein).
Otak adalah raksasa tidur yang menakjubkan bukan wadah untuk diisi, tetapi api yang siap untuk dipijarkan.
Riset semakin menunjukkan bahwa kreatifitas dan ingatan adalah tanpa batas.
Otak dapat mengenali ambiguitas (kemenduaan) atau makna ganda (Robert H. Mckim).23 Namun meskipun sel otak kita mempunyai kemampuan dan kapasitas yang
luar biasa, dan dia juga bisa berkurang oleh berbagai hal misalnya merokok, penuaan, sakit terutama sering mengonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba) dan minuman yang mengandung alkohol . Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi saw. bersabda:”Allah melaknat khamr
(minuman keras), peminumnya, penuangnya,
penjualnya, pembelinya, pembuatnya, pemesan produknya, pembawanya, orang yang dibawakan khamr kepadanya dan pemakan keuntungannya.” ( HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)24
D. Narkoba Dalam Pandangan Hukum Positif Indonesia termasuk Negara yang memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi persoalan kejahatan Narkoba. Melalui payung hukum Undang-Undang 23 24
Irwan Widiatmoko (Mr. SGM), Super…, hal. 9. Lihat Al-Majd Ibnu Taimiyah dalam Al-Muntaqa II / 321.
14
Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, kini Indonesia sedang berupaya keras menjalankan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Pemerintah Indonesia melalui Bapak Presiden Republik juga telah mencanangkan Gerakan Nasional
“Indonesia Negeri Bebas
Narkoba”, bertepatan dengan Hari Anti Narkoba Internasional pada tanggal 26 Juni 2011. Kebijakan dan Strategi Nasional pelaksanaan Gerakan Nasional P4GN tersebut tercantum di dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan JAKSTRANAS Bidang P4GN Tahun 2011-2015 yang mendorong segenap elemen bangsa, pemerintah pusat dan di daerah, pemangku kepentingan dan masyarakat untuk lebih agresif dan ambisius lagi dalam memerangi kejahatan Narkoba. 25 Di dalam buku undang-undang Narkotika (UU No. 22 Th. 1997) dan Psikotropika (UU No. 5 Th. 1997) dijelaskan beberapa keputusan tentang UndangUndang Narkotika. Namun di sini penulis hanya memaparkan secara umum. Dengan persetujuan Dewan Perwakilan rakyat Republik Indonesia Memutuskan: Menetapkan: Undang –Undang Tentang Narkotika BAB I Ketentuan UMUM Pasal 1 1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
25
Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Mahasiswa dan Bahaya Narkotika, (Jakarta: BNNRI, 2012), hal. Iii-iv.
15
2. Produksi adalah kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas, dan atau mengubah bentuk narkotika termasuk mengestaksi, mengkonversi, atau merakit narkotika untuk memproduksi obat. 3. Impor adalah kegiatan memasukkan narkotika ke dalam Daerah Pabean. 4. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan narkotika dari Daerah Pabean. 5. Peredaran gelap narkotika adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak daan melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika. 6. Surat Persetujuan Impor adalah surat persetujuan Menteri Kesehatan untuk mengimpor narkotika. 7. Surat Persetujuan Ekspor adalah surat persetujuan Menteri Kesehatan untuk mengekspor narkotika. 8.
Pengangkutan
adalah
setiap
kegiatan
atau
serangkaian
kegiatan
memindahkan narkotika dari satu tempat ke tempat lain, dengan cara, modal, atau sarana angkutan apa pun. 9. Pedagang besar farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan penyaluran sediaan farmasi termasuk narkotika dan alat kesehatan. 10. Pabrik obat adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan produksi serta penyaluran obat dan bahan obat, termasuk narkotika. 11. Transito narkotika adalah pengangkutan narkotika dari suatu Negara ke Negara lain dengan melalui dan singgah di wilayah Negara Republik Indonesia yang terdapat Kantor Pabean dengan atau tanpa berganti sarana angkutan. 12. Pecandu adalah orang yang menggunakan atau menyalahgunakan narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada narkotika, baik secara fisik maupun psikis.
16
13. Ketergantungan narkotika adalah gejala dorongan untuk menggunakan narkotika secara terus menerus, toleransi dan gejala putus narkotika apabila penggunaan dihentikan. 14. Penyalahgunaan
adalah
orang
yang
menggunakan
narkotika
tanpa
sepengetahuan dan pengawasan dokter. 15. Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. 16. Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu fisik, mental, maupun sosial agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. 17. Pemufakatan jahat adalah perbuatan dua orang atau lebih dengan maksud bersepakat untuk melakukan tindak pidana narkotika. 18. Penyadapan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan penyelidikan dan atau penyidikan yang dilakukan oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan cara melakukan penyadapan pembicaraan melalui telepon dan atau alat komunikasi elektronika lainnya. 19. Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan atau kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun bukan.26
Dampak Penyalahgunaan Narkotika Bila narkotika digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Ketergantungan atau kecanduan inilah yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada system syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, hati dan ginjal.
26
Undang-Undang Narkotika (UU No. 22 Th. 1997) dan Psikotropika (UU No. 5 Th. 1997), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 3-5.
17
Dampak penyalahgunaan narkotika pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkotika yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkotika dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial seseorang.
1. Dampak Fisik Penyalahgunaan Narkoba a. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti penanahan (abses), alergi, eksim d. Gangguan
pada
paru-paru
(pulmoner)
seperti
penekanan
fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin seperti penurunan fungsi hormone reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi dan amenorhoe (tidak haid) h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, resikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi over dosis yaitu konsumsi narkotika melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. 18
2. Dampak Psikis Penyalahgunaan Narkoba a. Malas belajar, ceroboh, sering tegang dan gelisah b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga c. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri. 27
Faktor Penyebab Peyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba dan sejenisnya bukanlah suatu kejadian sederhana yang bersifat mandiri, melainkan merupakan akibat dari berbagai faktor yang secara kebetulan terjalin menjadi suatu fenomena yang sangat merugikan bagi semua pihak yang terkait. Oleh karena itu Dwi Yani L mengemukakan bahwa faktor penyebab penyalahgunaan minuman memabukkan
(narkoba) dan sejenisnya adalah faktor
individu dan faktor lingkungan.28 Di Negara Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada umumnya yang terlibat melakukan penyalahgunaan narkoba dan obat terlarang lainnya adalah generasi muda. Namun sifat dan bentuknya beragam dan mempunyai alasan yang berbeda-beda: 1. Keingintahuan atau ingin coba-coba; prinsip manusia ingin selalu mencobacoba hal-hal yang baru apalagi hal itu diperoleh dengan mudah dari temantemannya. 2. Tekanan dari teman; dalam pergaulan sehari-hari khususnya pada generasi muda, loyalitas terhadap teman-teman sangat tinggi, sehingga kalau tidak 27
Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Mahasiswa…,
hal. 14-15. 28
Dwi Yanni L, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001), hal. 35.
19
berbuat sesuai dengan keinginan teman-teman dianggap tidak toleran, tidak bersahabat. 3. Mengurangi perasaan yang tidak enak; ada anggapan bila mengonsumsi minuman memabukkan perasaan itu menjadi tenang, bahagia, gembira sehingga hidup itu menjadi lebih nikmat. 4. Meningkatkan kemampuan. Ada anggapan tertentu dalam masyarakat bahwa mengonsumsi minuman memabukkan, pergaulan menjadi luas, meningkat dan perasaan malu berkurang, sehingga apa saja dapat dilakukan tanpa kendali atau batas. 5. Sebagai rekreasi; pergaulan di masa muda ada yang menganggap di kalangan tertentu tidak lengkap kalau tidak mengonsumsi minuman memabukkan. 6. Sosial ekonomi; ada anggapan dalam masyarakat tertentu bahwa untuk mendapatkan keuntungan yang besar dalam waktu singkat, yaitu berdagang minuman memabukkan dan obat-obatan terlarang lainnya dengan lebih dahulu mengonsumsi kemudian menjadi pengedar. 7. Keluarga yang tidak stabil; pada umumnya generasi muda yang mengonsumsi narkoba memiliki latarbelakang orangtua yang tidak harmonis (hubungan orangtua dan anak tidak langgeng). 8. Prilaku melalui pembiasaan, yaitu mula-mula hanya ingin mencoba-coba atau iseng yang akhirnya terbiasa. Sebagai contoh kebiasaan merokok, minum kopi, merupakan faktor iseng atau coba-coba.29
Memahami pengertian penyalahguna yang diatur dalam pasal 1 angka 14 Undang-undang Narkotika, maka secara sistematis dapat diketahui tentang pengertian penyalahgunaan Narkotika, yaitu penggunaan narkotika tanpa sepengetahuan dan pengawasana dokter. Pengertian tersebut, juga tersirat dari pendapat Dadang Hawari, 29
A. Jayalangkara, Dampak Penggunaan Obat Psikotropika Remaja, (Makassar: Makalah disampaikan Dalam Rangka Jambore Kesehatan FK UMI, 3 Juni 2000), hal. 2. Sebagaimana dikutip oleh H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hal. 85.
20
yang menyatakan bahwa ancaman dan bahaya pemakaian narkotika secara terus menerus dan tidak terawasi dan tidak segera dilakukan pengobatan serta pencegahan akan menimbulkan efek ketergantungan baik fisik maupun psikis yang sangat kuat terhadap pemakainya, atas hal tersebut, secara sederhana dapat disebutkan bahwa penyalahgunaan Narkotika adalah pola penggunaan narkotika yang patologik sehingga mengakibatkan hambatan dalam fungsi sosial. Hambatan fungsi sosial dapat berupa kegagalan untuk memenuhi tugasnya bagi keluarga atas teman-temannya akibat prilaku yang tidak wajar dan ekspresi perasaan agresif yang tidak wajar, dapat pula membawa akibat hukum karena kecelakaan lalu lintas akibat mabuk atau tindak kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli narkotika.30
Dampak Narkoba Terhadap Kesehatan Salah satu jenis narkoba adalah minuman yang memabukkan atau yang disebut khamr. Khamr mengandung zat kimia alkohol yang akan merusak kesehatan manusia, dalam hal ini berbagai hasil penelitian menemukan bahwa semakin tinggi kandungan kadar alkohol atau minuman yang memabukkan, maka semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kesehatan. Sebaliknya meskipun minuman memabukkan mempunyai kadar alkohol rendah tetapi dikonsumsi secara terus menerus sampai jumlah besar yang beredar dalam tubuh, maka berakibat mempengaruhi kesehatan manusia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad Syauqi Al-Fanjari sebagai berikut. Jika seseorang meminum minuman memabukkan dua gelas air, maka alkohol yang masuk ke dalam darahnya sebesar 5 mgr pada setiap 100 cm darah. Kemudian ke dalam darah, orang itu tentu akan kehilangan daya tahan fisik dan akan kehilangan control diri (self control) kenormalan akalnya. Ketika mengekspresikan perasaan 30
[email protected], Makalah: Bahaya Narkoba Bagi Remaja.
21
senang, sedih, menangis, gembira namun ia masih mampu mengendalikan saraf dalam tubuhnya. Pada keadaan ini ia tidak akan pingsan, melainkan hanya sempoyongan ketika berjalan. Apabila kadar alcohol yang masuk ke dalam darah itu bertambah hingga 150 mgr pada setiap 100 cm darah, ia akan kehilangan kontrol diri, bahkan hilang pula control saraf dalam tubuhnya. Lebih dari itu pada strata ini pusat saraf yang tertinggi menjadi kosong tanpa aktivitas (tidak mampu menerima respon).31 Dalam kesempatan ini penulis mewawancarai salah seorang mantan pemakai dan pengedar narkoba. Sebut saja namanya Hendri, berasal dari Sigli. Berawal dari masa konflik. Hendri mulai mengenal narkoba dari salah seorang teman. Ketika itu umurnya berkisar 17 tahun. Tahun 1998, karena alasan keamanan ia merantau ke Bandar Lampung. Dari sana ia sudah mengenal diskotik dan minuman keras. Sejak bergelut dengan dunia hitam, kehidupan Hendri semakin kehilangan arah. Meski awalnya ia tidak mengonsumsi karena ia hanya berkeinginan menjual dan mengedarkan saja, dan itu berlangsung selama kurang lebih tiga tahun yaitu dari tahun 1998 sampai dengan 2001. Dari hasil penjualan tersebut ia mampu menyewa tempat tinggal dan membeli kendaraan pribadi. Akhir 2001 ia dihadapkan oleh persoalan pribadi. Akibat lingkungan yang tidak baik dan terbiasa melihat para pemakai, mulailah ia mencoba mengonsumsi narkoba dengan berbagai jenis. Berawal dari mencoba dan didukung oleh teman-teman Hendri semakin ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut, hingga harus mengupayakan agar ia tetap mendapatkannya dengan berbagai cara. Selama mengonsumsi obat tersebut Hendri lebih memilih menyendiri, ia tidak menyukai keramaian. Semakin hari kondisi kesehatannya semakin menurun, giginya sudah banyak yang keropos dan tidak jarang ia tertidur di jalanan. Hendri sangat berkeinginan untuk berhenti dari ketergantungan dan memilih kehidupan yang normal, namun hal itu tidaklah mudah, hampir semua 31
Ahmad Syauqi Al-Fanjuri, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 214. Sebagaiman yang dikutip oleh H. Zainuddin Ali, Hukum…, hal. 89.
22
teman-temannya pemakai narkoba.
Keadaan tersebut berlangsung sampai tahun
2006. Ia memutuskan berhenti secara total, ketika ayahandanya meninggal dunia dan ia berjanji tidak akan menggunakannya lagi. Hingga ia kembali lagi ke Aceh dan melepas masa lajangnya dengan menikahi seorang wanita yang menerima ia apa adanya. Meski Hendri telah meninggalkan dunia narkoba yang nyaris merenggut masa depannya, namun ia tetap berusaha menjauhi teman-teman yang masih kecanduan terhadap obat-obatan tersebut. Semakin hari ia semakin mendalami ilmu agama. Ia juga rajin mengikuti kajian-kajian keislaman. Usaha yang keras dibarengi doa dan dukungan keluarga, telah menghantarkannya kembali lagi ke jalan yang benar, bahkan saat ini ia telah menjadi salah satu ahli pengobatan alternative yang mampu menyembuhkan dan memberi terapi bagi mereka yang berada dalam ketergantungan obat-obatan narkoba.32
Subjek Hukum Dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang narkotika (selanjutnya diebut UU Narkotika 2009), pada dasarnya mengklasifikasi pelaku tindak pidana (delict) penyalahgunaan narkotika menjadi 2 (dua), yaitu: pelaku tindak pidana yang berstatus sebagai pengguna (pasal 116, 121 dan 127) dan bukan pengguna narkotika (pasal 112, 113, 114, 119 dan 129), untuk status pengguna narkotika dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu pengguna untuk diberikan kepada orang lain (pasal 116 dan 121) dan pengguna narkotika untuk dirinya adalah penggunaan narkotika yang dilakukan oleh seeorang tanpa melalui pengawasan dokter. Jika orang yang bersangkutan kemudian menderita ketergantungan maka ia harus menjalani rehabilitasi, baik secara medis maupun social, dan pengobatan serta rehabilitasinya akan diperhitungkan sebagai masa menjalani pidana, sedangkan, pelaku tindak pidana 32
Wawancara dengan Hendri (mantan pemakai narkoba), di Banda Aceh, tanggal 18 Mei 2013.
23
narkotika yang berstatus sebagai bukan pengguna diklasifikasi lagi menjadi 4 (empat), yaitu: pemilik (pasal 111 dan 112), pengolah (pasal 113), pembawa dan pengantar (pasal 114 dan 119), dan pengedar (pasal 129).33
E. Penutup Baik menurut perspektif
hukum Islam maupun hukum positif, keduanya
memberikan pandangan yang sama tentang bahaya khamar atau narkoba. Bahkan seseorang yang sudah ketergantungan terhadap obat-obatan tersebut dapat menduduki tingkat manusia gila karena setelah mengkonsumsi barang haram tersebut hilang akal sehatnya, sehingga menjadi penghalang baginya untuk mengingat Allah dan akan timbul rentetan kejahatan lain baginya.. Peminum atau pemakai narkoba wajib dihukum had 80 x pukulan, seandainya ia tidak menjalani hukuman di dunia maka ia akan merasakan dengan cambuk api neraka kelak. Indonesia termasuk Negara yang memiliki komitmen yang kuat untuk mengatasi persoalan kejahatan Narkoba. Berbagai upaya dari pemerintah yang dibantu oleh berbagai elemen masyarakat mensosialisasikan bahaya penggunaan narkoba. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pengobatan, Narkotika adalah zat yang sangat dibutuhkan, dengan catatan penggunaannya harus secara legal dan dibawah pengawasan dokter dan apoteker. Di Indonesia sejak adanya UndangUndang Narkotika, penggunaannya tersebut telah diatur dalam Pasal 4 UndangUndang Narkotika yang berbunyi: “Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau pengembangan ilmu pengetahuan.” Sebagaiman juga termaktub dalam surat Al-Baqarah ayat 219, yang intinya menjelaskan bahwa di dalam khamr dan judi itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia namun dosanya lebih besar dari manfaatnya. Secara umum
33
[email protected], “Makalah Bahaya Narkoba,” diakses 10 April 2013.
24
dampak penyalahgunaan Narkoba akan terlihat baik dari fisik maupun psikis seseorang, terutama akan menyerang system syaraf pusat dan narkoba bila dikonsumsi secara terus menerus maka akan berdampak buruk bagi kesehatan manusia. Dalam Undang-undang tentang Narkotika, terdapat sanksi pidana bagi pengguna Narkotika (pasal 112, 113, 114, 119 dan 129) dan yang berstatus bukan pengguna diklasifikasi lagi menjadi 4 (empat) yaitu pemilik (pasal 111 dan 112), pengolah (pasal 113), pembawa dan pengantar (pasal 114 dan 119) dan pengedar (pasal 129).
Sebagaiman ditegaskan dalam hadits Nabi bahwa Allah melaknat
minuman keras (khamr) peminumnya, penuangnya, penjualnya, pembelinya, pembuatnya, pemesan produknya, pembawanya, orang yang dibawakan khamr kepadanya dan pemakan keuntungannya. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup seorang anak. Hubungan orangtua kepada anaknya harus-lah serasi, harmonis, penuh perhatian dan kasih sayang, sehingga anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tenang, terbuka dan mudah untuk dididik. Selanjutnya lingkungan yang bagus serta guru di berbagai strata harus senantiasa menanamkan pendidikan agama dan akhlak kepada anak didiknya agar anak tersebut memiliki pemahaman terhadap nilai-nilai agama yang kokoh, sehingga terhindar dari berbagai prilaku yang menyimpang seperti penyalahgunaan obat-obat terlarang atau narkoba.
25
DAFTAR PUSTAKA Ahmad Syauqi Al-Fanjuri, Nilai Kesehatan Dalam Syariat Islam, Cet. II, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),. Sebagaimana yang dikutip oleh H. Zainuddin Ali, Hukum Al-Ahmady abu An-Nur, Narkoba, Cet. I, (Jakarta: Darul Falah. 2000) Abu H.F Ramadhan, BA, Tarjamah Durratun Nasihin, (Surabaya: Mahkota), A.
Jayalangkara,
Dampak
Penggunaan
Obat
Psikotropika
Remaja,
(Makassar: Makalah disampaikan Dalam Rangka Jambore Kesehatan FK UMI, 3 Juni 2000), hal. 2. Sebagaimana dikutip oleh H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Al-Majd Ibnu Taimiyah dalam Al-Muntaqa II / 321. Al-Quran dan Terjemahannya. Dosen pada Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Dirumuskan oleh tim kerja dari BNN, Mabes Polri, Depdagri dan BKKBN, Pedoman Pelaksanaan P4GN / Melalui Peran Serta Kepala Desa / Lurah Babinkamtibnas dan PLKB ditingkat Desa / Kelurahan, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007),. Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Mahasiswa dan Bahaya Narkotika, (Jakarta: BNNRI, 2012), Dwi Yanni L, Narkoba Pencegahan dan Penanganannya, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001),
26
Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam, Ilmu Fiqih,
Cet. I, (Jakarta:
1998),
[email protected], Makalah: Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Irwan Widiatmoko (Mr. SGM), Super Great Memory, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008). Lihat Ibn ‘Abd Allah Muhammad al-Ansari al-Qurtubi, Al-Jami’ li Akam alQuran, III, Lembaga Studi Islam Dan Kemasyarakatan Jakarta, Problematika Hukum Islam Kontemporer, (Jakarta: LSIK, 1994), H. Arif Furqan, dkk, Islam Untuk Disiplin Ilmu Hukum, (Jakarta: Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2002), H. Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), Makalah: “Pembangunan Tahun 2020 Dihubungkan Dengan Aleternatif Development Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan”, oleh: Prof. Dr. Darni M. Daud, MA, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2007). Tim Perumus dari BNN RI, Modul untuk orangtua: Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007), Tim Perumus dari BNN RI, Mengenal Penyalahgunaan, (Jakarta: Badan Narkotika Nasional, 2007),
. 27
Undang-Undang Narkotika (UU No. 22 Th. 1997) dan Psikotropika (UU No. 5 Th. 1997), (Jakarta: Sinar Grafika, 2004). Wawancara dengan Hendri (mantan pemakai narkoba), di Banda Aceh, tanggal 18 Mei 2013.
28