BAHASA INDONESIA DI NEGERI ASING: Sebuah Penelusuran Pengajaran Bahasa Indonesia di Rusia
Dibentangkan dalam Seminar Nasional dalam Rangka Kongres Nasional IV IMABSI pada 26 Mei 2014 di Gd. B6 FBS Unnes
Oleh U’um Qomariyah, S. Pd., M. Hum
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Mei 2014
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Negara Kesatuan republik Indonesia (UUD ’45 pasal 36) dan bahasa persatuan bahasa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928). Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sebuah perjalanan identitas yang luar biasa yang justru dimulai jauh sebelumnya dengan diawali mulai berlakunya konstitusi hingga sekarang. Meskipun bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya, namun bahasa Indonesia hampir dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% masyarakat Indonesia. Bahasa Indonesia digunakan dihampir sebagian besar ruang dan waktu; perguruan-perguruan, media massa, sastra, perangkat lunak, surat menyurat, dan komunikasi publik lainnya (Doyin 2012: 1). Bahasa Indonesia berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Di samping itu, bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. Dalam Undang-Undang no. 24 tahun 2009 menegaskan bahwa pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Artinya, bahwa pemerintah wajib membina dan mengembangkan bahasa Indonesia pada seluruh lapisan masyarakat pengguna bahasa Indonesia. Kini, dalam usianya yang ke-86, bahasa Indonesia terus tumbuh dan berkembang. Sifat kodrati manusia hidup yang terus berdinamika, mendorong bahasa juga mengalami dinamika. (Rahardi 2009: 164). Demikian juga dinamika perkembangan bahasa Indonesia yang lebih bersifat positif. Kepositifan itu terlihat diantaranya jumlah penutur. Penutur bahasa Indonesia bukan hanya dari masyarakat Indonesia saja, melainkah mulai dituturkan oleh warga negara asing dari berbagai kawasan. Hakikat bahasa Indonesia yang lebih “sederhana” dan terbuka yang menimbulkan motivasi
masyarakat asing untuk mempelajarinya semakin membangkitkan rasa optimistis bahwa bahasa Indonesia dapat digolongkan sebagai bahasa yang modern. Dewasa ini puluhan negara menawarkan pengajaran bahasa Indonesia. Dengan prinsip mengembangkan hubungan diplomasi antarnegara, bahasa Indonesia menjadi salah satu sarana untuk mempererat sekaligus mempertajam kualitas hubungan tersebut. Bahasa ibarat satu kunci untuk membuka jendela satu negara. Dengan bahasa, maka secara kualitas maupun kuantitas hubungan, dapat dijalani dengan maksimal. Beragam pengetahuan dan pengalaman akan dapat diakses dengan bantuan bahasa. Hal inilah yang mendorong, bahasa Indonesia semakin semarak di negara asing. Hampir puluhan negara memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa yang penting untuk diketahui, tidak hanya untuk dipahami melainkan untuk dipelajari. Thailand, Malaysia, Vietnam, India, Maroko, Cina, Jepang, Australia, Polandia, Rusia, dan dibeberapa belahan negara lainnya adalah beberapa contoh dari sekian deret negara yang membelajarkan bahasa Indonesia di beberapa lembaga pendidikan mereka. Bahkan di Australia, bahasa Indonesia sudah diajarkan di sekolah dasar dan menengah. Hal ini tentu menggembirakan dan sekaligus membanggakan pemilik bahasa Indonesia. Kenyataan ini sudah selayaknya menjadi pendorong untuk terus meningkatkan kualitas bahasa Indonesia sebagai bahasa terbuka dan modern dan kesadaran berbahasa para pemakainya.
BAHASA INDONESIA UNTUK PENUTUR ASING Bergayungsambut dengan semakin semaraknya bahasa Indonesia bagi orang asing, maka tidak mengherankan banyak warga asing yang mencoba untuk langsung belajar dari bumi Indonesia. Mereka datang berbondong-bondong, selain untuk mengagumi keindahan Indonesia, belajar bahasa menjadi salah satu minat dan motivasi mereka. Hal tersebut menjadi dasar bahwa bahasa menjadi media untuk mempelajari segala aspek dalam setiap sendi kemanusiaan dari negara lain. Kesadaran akan pentingnya bahasa dalam pemahaman budaya antarnegara inilah yang telah melatarbelakangi munculnya kegiatan Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) baik di dalam maupun di luar negeri. Berdasarkan sumber
dari Badan Bahasa Republik Indonesia pada tahun 2006 terdapat lebih dari 35 negara yang mengajarkan bahasa Indonesia. Bahkan kini, angkat tersebut semakin meningkat. Di dalam negeri, pengajaran BIPA telah diadakan di beberapa universitas seperti di Unpad, UPI, UI, UGM, Unair, Udayana, Andalas, Unnes, UNY dan lain-lain. Tidak hanya pembelajaran bahasa Indonesia di bumi Indonesia sendiri, di luar negeri, beberapa Universitas dan lembaga pendidikan khusus membuka pengajaran untuk studi Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia. Beberapa Universitas di Eropa Barat, Amerika, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Cina yang memiliki institusi seperti pusat kajian bahasa dan budaya Indonesia dengan penyelenggaraan dan pendanaan langsung oleh universitasnya masing-masing serta memiliki kerjasama dengan beberapa Universitas di Indonesia. Selain itu, untuk memperkuat hubungan diplomasi sekaligus memperkenalkan dan memenuhi permintaan dari beberapa negara, maka sejak tahun 2002, Biro PKLN Setjen Kemendikbud juga telah mengirim pengajar BIPA ke beberapa negara; Argentina, Serbia, Kairo Mesir, Den Haag Belanda, Tokyo Jepang, New Delhi India, Moscow St Petersburg dan Vladivostok Rusia, serta Canberra Australia. Selain itu, Dit. P2TK Ditjen Dikti Kemendikbud melalui program SAME (Scheme for Academic Mobility Exchange) juga telah mengirim tenaga dosen pengajar BIPA ke beberapa negara di kawasan Eropa, Amerika Selatan, Afrika Utara, Asia Barat, dan Asia Selatan. Meskipun beberapa tenaga pengajar yang dikirim ke berbagai negara berangkat dengan bendera BIPA, namun tidak menutup kemungkinan kebutuhan dari lembaga pendidikan di tiap negara berbeda. Artinya, pengajaran bahasa Indonesia bukan semata-mata mempelajari bahasa Indonesia saja, melainkan aspek-aspek lain yang membuat ketertarikan mereka terhadap Indonesia. Tidak jarang, para pengajar BIPA juga disamping membelajarkan sastra, budaya Indonesia, mereka juga melakukan penelahaan tentang ekonomi Indonesia, politik Indonesia, dan beragam topik menarik lainnya. Kemultidimensian Indonesia adalah sebuah daya tarik sendiri bagi warga negara asing. Selain program BIPA, pengajaran bahasa dan budaya Indonesia juga dilakukan melalui program lainnya, seperti Darmasiswa, sebuah program beasiswa RI yang
diselenggarakan oleh Biro PKLN bagi mahasiswa asing untuk belajar bahasa dan budaya di beberapa perguruan Tinggi di Indonesia. Program ini telah berlangsung sejak 1974 hingga sekarang. Di Unnes, setiap tahun, mahasiswa darmasiswa belajar tentang bahasa indonesia dan budaya Indonesia. Bahkan diantara mereka tidak segan untuk belajar dan mencoba memahami bahasa Jawa. Pada prinsipnya, sebagai pembawa budaya, bahasa dan seni memiliki peran yang penting dan merupakan bagian dari proses diplomatik. Melalui bahasa dan seni, orang dapat mendekati topik-topik sensitif dengan cara terbuka dan saling menghargai. Bahasa dan seni tidak pernah dimaksudkan untuk memecahkan masalah politik, tetapi mereka dapat menjadi fasilitator yang indah dari diplomasi budaya. Bahasa dan seni tidak hanya dapat menjadi manifestasi dari keindahan dan kemanusiaan, tetapi juga representasi dari politik dan budaya. (Bainus via Darmayanti 2013)
PENGAJARAN BAHASA INDONESIA DI ST PETERSBURG, RUSIA Rusia dengan Indonesia memiliki hubungan historis yang kuat pada awalnya. Hubungan ini terbentuk lebih didasari Rusia maupun Indonesia sama-sama memiliki corak budaya dan kultur yang hampir sama. Baik, Rusia maupun Indonesia merupakan kategori negara yang luas dengan penduduk yang cenderung heterogen. Kuatnya hubungan kedua negara ini terasa di masa-masa era orde lama. Rusia banyak memberikan bantuan kepada Republik Indonesia yang masih muda, kerjasama yang aktif, perdagangan yang aktif, banyaknya proyek pembangunan seperti stadion Senayan, hotel Indonesia, pabrik baja di Banten, jalan raya di Jawa, rumah sakit. Eratnya hubungan itu tentu saja dibarengi dengan kebutuhan akan ahli bahasa sangat tinggi. Perguruan tinggi Rusia giat mencetak kader ahli bahasa yang professional dalam berbagai bidang. Namun, hubungan itu terasa sedikit merenggang di masa orde baru bahkan bisa dikatakan mencapai titik kritis. Pasca Orde Baru, hubungan ini sepertinya mulai membaik kembali dan mulai menyadari kepentingan kedua negara karena pada dasarnya keduanya saling membutuhkan dan saling terkait.
Dimulai dari berbagai hal, salah satu yang
dicanangkan Dikti adalah menyelenggarakan program SAME dengan mengirim tenaga pengajar ke Rusia. Pengiriman pengajar ini juga didasari atas permintaan dari
Perguruan Tinggi Luar Negeri Pengusul. Permintaan Perguruan Tinggi Pengusul ini kemudian diteruskan ke Dikti dan ditindaklanjuti dengan pengiriman tenaga pengajar ke negara mitra tersebut. Pengajaran bahasa Indonesia di Rusia di mulai sejak tahun 1955 tidak lama setelah kunjungan Presiden Soekarno ke Rusia. Dimulai dengan dikirimnya Profesor Oentoyo untuk mengajarkan bahasa Indonesia di Moscow State University kemudian berlanjut di sejumlah universitas lain di Uni Soviet masa itu. Bahasa Indonesia sudah lama menjadi salah satu pengikat hubungan baik antara Indonesia dan Rusia. Sejumlah universitas di Rusia sudah mengajarkan Bahasa Indonesia sejak puluhan tahun lalu dan hingga kini tetap menjadi salah satu pilihan favorit para mahasiswa. Selain di Rusia, Bahasa Indonesia juga diajarkan di kota-kota lain yang sekarang menjadi bagian negara seperti di Kharkov (Ukraina), Baku (Azerbaijan), Tartu (Estonia). Di Rusia sendiri, terdapat beberapa universitas yang mengajarkan bahasa Indonesia yakni Institut Negeri-Negeri Asia dan Afrika (ISAA), Institut Ketimuran di Moskow, Institut Hubungan Luar Negeri di Moskow (MGIMO), Saint Petersburg State University dan Far Eastern Federal University (FEFU) di Vladivostok. Saat ini bahasa Indonesia masih tetap menjadi salah satu pilihan favorit di lima universitas tersebut (www.newsdetik.com). Sejak bahasa Indonesia mulai dikaji di Rusia, banyak penelitian mengenai berbagai aspek linguistik dan sastra telah dilakukan dan buku Tata Bahasa Baku pernah dua kali disusun dan diterbitkan. Pada tahun 1972 terbit buku tata bahasa Indonesia yang disusun oleh Alieva, Arakin, Ogloblin, Sirk. Buku ini juga sempat diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia. Buku tata bahasa Indonesia terakhir yang disusun oleh A.Ogloblin diterbitkan pada tahun 2004, merupakan karya yang sistematis dan meliputi segala aspek tata bahasa, sehingga aktif digunakan oleh para ahli bahasa dan mahasiswa (Shaposhnikova 2013, 3). Kini, para alumni bidang studi Indonesia ini sudah cukup banyak dan tersebar di beberapa kota di Rusia dan negara-negara eks Uni Soviet lainnya dan menggeluti
berbagai bidang, antara lain menjadi diplomat, dosen, pengusaha, penerjemah dan lain-lain. PENUTUP Bahasa merupakan salah satu sarana pokok dan penting dalam membuka cakrawala dunia. Melalui pengajaran bahasa yang terstruktur, maka aspek yang mengikat dibelakangnya akan bisa dilakukan dengan baik dan maksimal. Diminatinya bahasa Indonesia diberbagai belahan negara di dunia menunjukkan eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa yang modern. Meskipun demikian, pemerintah perlu mempersiapkan dan meningkatkan sarana dan media pengajaran yang terkini demi tercapainya pengajaran yang maksimal. Selain itu, diperlukan juga kurikulum berstandar internasioal untuk setiap tingkatan pelajaran BIPA
DAFTAR PUSTAKA
Darmayanti, Nani. 2013. Pengajaran Bahasa di Warsawa Suatu Bentuk Diplomasi Budaya Indonesia di Polandia. Makalah Seminar dalam Rangka Kongres Bahasa Indonesia X. Jakarta 28-30 Oktober 2013. Doyin, Mukh dan Wagiran. 2012. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang. Unnes Press Rahardi. Kunjana. 2009. Bahasa Prevoir Budaya Catatan Unik dan Aktual Ihwal Masalah-Masalah Kebahasaan. Yogyakarta. Pinus Book Publisher. Shaposhnikova, Anna Stevlana. 2013. Pengajaran Bahasa Indonesia di Rusia: dari St Petersburg sampai Vladivostok. Makalah Seminar dalam Rangka Kongres Bahasa Indonesia X. Jakarta: 28-30 Oktober 2013S. Toriq, Ahmad. 2013. Mengikat Rusia http.newsdetik.com. diunduh 20 Mei 2014 pk 21.00
dengan
Bahasa
Indonesia.