BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Desa Huta Ginjang, Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara, berjarak sekitar 300 km dari kota Medan. Analisis sifat-sifat tanah dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian USU, Medan.Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan November tahun 2016. Bahan dan Alat Bahan Bahan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah: tanah Ultisol yang terdapat di Desa Huta Ginjang sebagai media tanaman (lampiran 1). Benih jagung varietas Bisi 2 sebagai tanaman indikator (Deskripsi pada Lampiran 2).Kompos yang berasal dari gulma Kirinyuh (Eupathorium odoratum) dan gulma Paitan (Tithonia diversifolia), pupuk NPK mutiara biru sebagai perlakuan, serta bahanbahan yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: mesin pemotong kompos, GPS, cangkul, parang, tugal, tali plastik, timbangan, meteran, spanduk, plang merek, ember, gembor, kamera, peralatan di laboratorium serta peralatan tulis lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial, dengan 10 (sepuluh) perlakuan dan membuat 3 (tiga) ulangan. Berikut adalah perlakuan penelitian yang telah dilaksanakan: P0 = Kontrol P1 = NPK anorganik (100% NPK) P2 = Kirinyuh Segar (10 ton/ha) P3 = Tithonia Segar (10 ton/ha) P4 = Kompos Kirinyuh (10 ton/ha) P5 = Kompos Tithonia (10 ton/ha) P6 = Kirinyuh Segar (10 ton/ha) + 50% NPK P7 = Tithonia Segar(10 ton/ha) + 50% NPK P8 = Kompos Kirinyuh (10 ton/ha) + 50% NPK P9 = Kompos Tithonia (10 ton/ha) + 50% NPK
Jumlah ulangan (Blok)
: 3 ulangan
Jarak tanam
: 70 cm x 25 cm
Jumlah plot yang dibutuhkan : 30 plot Jumlah sampel per plot
: 5 pokok tanaman
Jumlah seluruh sampel
: 150 pokok tanaman
Luas lahan per plot
:3mx3m
Luas lahan seluruhnya
: 300 m²
Universitas Sumatera Utara
Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut : Yij = μ + άi + βj + εij i = 1,2,3
j = 1,2,3...10
Dimana : Yij : Hasil pengamatan perlakuan ke-i dalam ulangan ke-j μ : Nilai rata-rata ά : Efek ulangan ke-i β : Efek perlakuan ke-j ε : Galat dari ulangan ke-i, perlakuan ke-j Bila pengaruh perlakuan penelitian nyata maka dilanjutkan dengan uji beda kontras. Pelaksanaan Penelitian Analisis Awal Tanah dan Kompos Analisis awal tanah Ultisol meliputi pH, C-organik, N-total, P-tersedia dan Kdd.
Analisis
awal
kompos
dilakukan
pada
kompos
Kirinyuh
(Eupathorium odoratum) dan kompos Paitan (Tithonia diversifolia) yaitu: C-organik, N-total, P-total dan K2O. Pengomposan Tanaman Paitan dan Kirinyuh diperoleh dari Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.Titonia dicacah menjadi potongan-potongan kecil dengan menggunakan mesin pemotong kompos dan diletakkan pada wadah yang
Universitas Sumatera Utara
disediakan.Setelah itu pengaplikasian EM-4 ke dalam wadah dan Tithonia di bolak balik setiap satu minggu sekali, serta dilakukan penyiraman setiap dua kali sehari.
Persiapan Lahan Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan cangkul dan diratakan. Setelah tanah diolah lalu dibentuk plot ukuran 3x3 m sebanyak 30 plot. Pemberian perlakuan Kompos dan Pupuk Anorganik Kompos Paitan & Kirinyuh dicampurkan ke dalam tanah sesuai dengan perlakuan dan diinkubasi selama 2 minggu. Perlakuan pupuk anorganik 100% = 4,2 gr/lobang tanam, pupuk anorganik 50% = 2,1 gr/lobang tanam dan pemberian perlakuan pupuk organik 9 kg/plot. Penanaman Benih ditanam dengan cara tugal, jarak tanam 70 cm x 25 cm sebanyak 2 biji tiap lubang tanaman. Setelah benih ditanam ditutup dengan lapisan tanah tipis. Pemeliharaan Tanaman yang dipelihara tumbuh hanya 1 tanaman per lubang tanam.Penyulaman tanaman tidak tumbuh dan dilakukan setelah umur 1 minggu setelah tanam pada lubang tanam yang tidak tumbuh untuk masing-masing plot.Penyiangan dilakukan 2 kali secara manual (cangkul, tajak) pada umur 3 dan 6 minggu.
Universitas Sumatera Utara
Panen Panen dilaksanakan apabila sebagian besar daun dan bagian tanaman yang lain mulai mengering, klobot jagung berwarna coklat muda dan kering, bila klobot dibuka, biji keras, mengkilat dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji, ada tanda hitam (black layer) pada pangkal bijinya sebagai tanda biji sudah masak fisiologis; serta kadar air biji 25-35%.
Parameter Penelitian Sifat kimia Tanah Parameter sifat kimia tanah diambil sebelum penanaman benih jagung (Zea maysL.) dan sesudah penelitian dilakukan. 1. pH H2O, dengan metoda Elektrometri 2. C-organik, dengan metoda Walkley & Black 3. N-total, dengan metoda Kdjedhal 4. P-tersedia, dengan metoda Bray II 5. K-dd, dengan metoda ekstraksi NH4OAc ( pH7) Produksi Tanaman Jagung 1. Berat buah jagung/plot (g/plot) 2. Bobot 1000 biji kering/plot (g/plot)
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Akhir Masa Inkubasi Tanah pH Tanah Dari analisis sidik ragam (Lampiran 6.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan berpengaruh nyata terhadap pH tanah Ultisol. Tabel 1. Nilai Rataan pH Tanah Ultisol Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan (Bahan Organik dan Kompos) Perlakuan
Dosis
pH ---%---
K (Kontrol)
0
4,92
P1 (NPK anorganik)
100%
5,31
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
5,04
P3 (Tithonia segar)
10 ton
5,11
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
5,13
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
5,17
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
5,31
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
5,38
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
5,35
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
5,41
pH tanah pada perlakuan awal (K) sebesar 4,92 meningkat menjadi 5,35 setelah pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8). pH tanah pada
Universitas Sumatera Utara
perlakuan awal sebesar 4,9 meningkat menjadi 5,41 setelah pemberian kompos titonia yang dimbah NPK (P9). Tabel 2. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
*
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
*
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
*
P4,P5 vs P8,P9
*
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa Kontrol (P0) Vs pemberian NPK anorganik (P1), bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), titonia segar ditambah NPK (P7), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5) kompos kirinyuh ditambah
Universitas Sumatera Utara
NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2) dan titonia segar (P3) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6), dan titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kompos kirinyuh dan kompos titonia (P4 dan P5) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK (P8 dan P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus kompos kirinyuh segar ditambah NPK (P8) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus kompos titonia segar ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan NPK pada masing-masing kompos nyata meningkatkan pH tanah Ulltisol namun pemeberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) tidak berbeda nyata meningkatkan pH tanah Ultisol dan pemberian bahan amandemen NPK anorganik versus titonia segar ditambah NPK menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
C-organik Tanah Dari analisis sidik ragam (Lampiran 7.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan tidak berpengaruh nyata terhadap C-organik tanah Ultisol. Tabel 3. Nilai Rataan C-organik Tanah Ultisol Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
C-organik ---%---
K (Kontrol)
0
6,26
P1 (NPK anorganik)
100%
6,65
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
6,77
P3 (Tithonia segar)
10 ton
6,62
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
7,27
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
7,49
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
6,95
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
7,16
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
7,80
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
8,24
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil Uji Kontras taraf 5% C-organik tanah Ultisol akibat pemberian NPK, kirinyuh, dan titonia. Tabel 4. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
tn
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
tn
P4,P5 vs P8,P9
tn
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
N-total tanah Dari analisis sidik ragam (Lampiran 8.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah Ultisol. Tabel 5. Nilai Rataan N-total Tanah Ultisol Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
N-total ---%---
K (Kontrol)
0
0,08
P1 (NPK anorganik)
100%
0,17
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
0,09
P3 (Tithonia segar)
10 ton
0,11
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
0,09
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
0,10
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
0,15
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
0,14
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
0,17
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
0,18
Universitas Sumatera Utara
N-total tanah pada perlakuan awal (K) sebesar 0,08% meningkat menjadi 0,17% hingga 0,18% setelah pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) dan kompos titonia yang ditambah NPK (P9). Tabel 6. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
tn
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
tn
P4,P5 vs P8,P9
tn
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa kontrol (P0) versus pemberian NPK anorganik (P1), bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), titonia segar ditambah NPK (P7), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5) kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian bahan amandemen berupa kompos kirinyuh dan kompos titonia (P4 dan P5) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK (P8 dan P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus kompos kirinyuh segar ditambah NPK (P8) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian NPK anorganik (P1) versus kompos titonia segar ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan NPK pada masing-masing kompos nyata meningkatkan N-total tanah Ultisol. Namun pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) tidak berbeda nyata meningkatkan N-total tanah Ultisol.
Universitas Sumatera Utara
P-Tersedia Tanah Dari analisis sidik ragam (Lampiran 8.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan tidak berpengaruh nyata terhadap N-total tanah Ultisol. Tabel 7. Nilai Rataan P-tersedia Tanah Ultisol Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
P-tersedia ---ppm---
K (Kontrol)
0
17,98
P1 (NPK anorganik)
100%
21,31
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
19,88
P3 (Tithonia segar)
10 ton
20,70
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
19,05
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
19,29
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
19,52
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
19,29
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
19,56
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
20,15
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil Uji Kontras taraf 5% P-tersedia tanah Ultisol akibat pemberian NPK, kirinyuh, dan titonia. Tabel 8. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
tn
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
tn
P4,P5 vs P8,P9
tn
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Universitas Sumatera Utara
K-dd tanah Dari analisis sidik ragam (Lampiran 8.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah Ultisol. Tabel 9. Nilai Rataan K-dd Tanah Ultisol Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
K-dd ---me/100g---
K (Kontrol)
0
0,62
P1 (NPK anorganik)
100%
1,06
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
0,75
P3 (Tithonia segar)
10 ton
0,81
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
0,95
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
1,08
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
2,53
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
2,42
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
2,23
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
2,30
Universitas Sumatera Utara
K-dd tanah pada perlakuan awal (K) sebesar 0,62% meningkat menjadi 2,23% hingga 2,30% setelah pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) dan kompos titonia yang ditambah NPK (P9). Tabel 10. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
*
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
*
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
*
P4,P5 vs P8,P9
*
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa kontrol (P0) versus pemberian NPK anorganik (P1), bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), titonia segar ditambah NPK (P7), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3) kirinyuh segar ditambah NPK (P6) dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2) dan titonia segar (P3) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kompos kirinyuh dan kompos titonia (P4 dan P5) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK (P8 dan P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.Hal ini menunjukkan bahwa penambahan NPK pada masing-masing kompos nyata meningkatkan K-dd tanah Ultisol. Namun pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) tidak berbeda nyata meningkatkan K-dd tanah Ultisol. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Bobot Buah jagung Dari analisis sidik ragam (Lampiran 8.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan berpengaruh nyata terhadap bobot buah jagung. Tabel 11. Nilai Rataan Bobot buah Jagung Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
Bobot Buah ---g/plot---
K (Kontrol)
0
265,00
P1 (NPK anorganik)
100%
292,33
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
280,07
P3 (Tithonia segar)
10 ton
283,33
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
287,33
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
321,67
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
302,67
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
306,33
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
357,33
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
344,67
Bobot buah jagung pada perlakuan awal (K) sebesar 265,00 g/plot meningkat menjadi 357,33 g/plot setelah pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8). Bobot buah jagung pada perlakuan awal (K) sebesar 265,00 g/plot meningkat menjadi 344,67 g/plot setelah pemberian kompos titonia yang ditambah NPK (P9).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
*
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
*
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
*
P2, P3 vs P4, P5
*
P6, P7 vs P8, P9
*
P2,P3 vs P6,P7
*
P4,P5 vs P8,P9
*
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
*
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
*
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa kontrol (P0) versus pemberian NPK
anorganik (P1), bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3), kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kirinyuh segar ditambah NPK (P6), titonia segar ditambah NPK (P7), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3) kirinyuh segar ditambah NPK (P6) dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen kirinyuh segar ditambah NPK (P6) dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian bahan amandemen berupa kompos kirinyuh dan kompos titonia (P4 dan P5) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK (P8 dan P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.Hal ini menunjukkan bahwa penambahan NPK pada masing-masing kompos nyata meningkatkan bobot buah jagung. Namun pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) tidak berbeda nyata meningkatkan bobot buah jagung. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Bobot 1000 Biji Jagung Dari analisis sidik ragam (Lampiran 8.1) diperoleh bahwa perlakuan pemberian NPK, kirinyuh segar dan paitan segar maupun kompos kirinyuh dan kompos paitan berpengaruh nyata terhadap bobot 1000 biji jagung. Tabel 13. Nilai Rataan Bobot 1000 Biji Jagung Akibat Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Perlakuan
Dosis
Bobot Buah ---g/plot---
K (Kontrol)
0
232,00
P1 (NPK anorganik)
100%
250,00
P2 (Kirinyuh segar)
10 ton
249,67
P3 (Tithonia segar)
10 ton
265,00
P4 (Kompos Kirinyuh)
10 ton
260,00
P5 (Kompos Tithonia)
10 ton
278,33
P6 (Kirinyuh segar + NPK)
10 ton + 50%
285,67
P7 (Titonia segar + NPK)
10 ton + 50%
290,00
P8 (Kompos Kirinyuh + NPK)
10 ton + 50%
301,67
P9 (Kompos Titonia + NPK)
10 ton + 50%
303,33
Bobot 1000 biji jagung pada perlakuan awal (K) sebesar 232 g/plot meningkat menjadi 301,67 g/plot setelah pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8). Bobot 1000 biji jagung pada perlakuan awal (K) sebesar 232 g/plot meningkat menjadi 303,33 g/plot setelah pemberian kompos titonia yang ditambah NPK (P9).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 14. Uji Kontras Pemberian NPK, Kirinyuh, dan Paitan Kontrol vs P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
*
P1 vs P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P9
tn
P2, P3, P6, P7 vs P4, P5, P8, P9
*
P2, P3 vs P4, P5
tn
P6, P7 vs P8, P9
tn
P2,P3 vs P6,P7
*
P4,P5 vs P8,P9
*
P2 vs P3
tn
P4 vs P5
tn
P6 vs P7
tn
P8 vs P9
tn
Ket
: * = nyata pada taraf 5%; tn = tidak nyata
Pada tabel 15 juga dapat dilihat bahwa Kontrol (P0) versus NPK anorganik (P1), kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3) kirinyuh segar ditambah NPK (P6), titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3) kirinyuh segar ditambah NPK (P6) dan titonia segar ditambah NPK (P7) versus kompos kirinyuh (P4), kompos titonia (P5), kompos kirinyuh ditambah NPK (P8) dan kompos titonia ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa kirinyuh segar (P2), titonia segar (P3) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) dan titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen berupa
Universitas Sumatera Utara
kompos kirinyuh dan kompos titonia (P4 dan P5) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK (P8 dan P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.Hal ini menunjukkan bahwa penambahan NPK pada masing-masing kompos nyata meningkatkan bobot 1000 biji jagung. Namun pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) tidak berbeda nyata meningkatkan bobot 1000 biji jagung. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kirinyuh segar ditambah NPK (P6) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus titonia segar ditambah NPK (P7) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos kirinyuh yang ditambah NPK (P8) menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian bahan amandemen NPK anorganik (P1) versus kompos titonia yang ditambah NPK (P9) menunjukkan perbedaan yang nyata.
Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian amandemen kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia ditambah NPK nyata meningkatkan pH tanah Ultisol.Hal ini dikarenakan kompos kirinyuh dan kompos titonia masing-masing mampu menghasilkan senyawa asam organik yang dapat mengikat H+ dan logam-logam pembuat reaksi masam. Mukhlis, dkk (2011) menyatakan bahwa pada awalnya pemberian pupuk urea (anorganik) akan meningkatkan pH namun selanjutnya pH turun lebih besar lagi. Stevenson (1982) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme melepaskan asam-asam organik selanjutnya asam-asam organik mampu mmengkhelak Fe dan Al serta logam-logam berat pembuat asam. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian NPK, kirinyuh, dan titonia masing-masing tidak meningkatkan C-organik tanah.Hal ini dikarenakan karbon yang ada di dalam tanah telah terdegradasi, karbon organik yang berasal dari bahan organik yang diaplikasikan ke dalam tanah telah terdegradasi dan segera berubah menjadi CO2 dan segera menguap dari pori-pori tanah.Hal ini menyebabkan kandungan karbon di dalam tanah segera menurun.Hal ini sesuai dengan literatur Indranada (1989) menyatakan bahwa nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan tingkat dekomposisi dari bahan organik tanah.Bahan organik yang baik harus mempunyai nisbah C/N serendah mungkin (di bawah 50).Apabila nisbah C/N dari bahan yang tersedia terlalu tinggi, nisbah C/Nnya dapat diperkecil dengan penambahan bahan yang kaya dengan nitrogen, seperti misalnya pupuk nitrogen.Hausenbuiller (1982) menyatakan bahwa kandungan C yang beragam berhubungan dengan kecepatan dekomposisi, mencerminkan jenis
Universitas Sumatera Utara
senyawa organnik yang utama yang terkandung dalam jaringan tumbuhan. Sebagai contoh gula dan pati merupakan senyawa yang cepat terdekomposisi yang biasanya mengandung kurang dari 45% C. Perbandingan dekomposisi antara tanaman legum Alfalfa, batang jagung, dan jerami menunjukkan bahwa semakin besar rasio C/N semakin lambat pelepasan CO2 dan, oleh karena itu, semakin lambat kecepatan dekomposisi. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian amandemen kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan N-total tanah Ultisol.Hal ini dikarenakan kompos kirinyuh dan kompos titonia masing-masing mampu menyumbangkan N ke dalam tanah.Selain itu penambahan NPK ke dalam tanah juga menambah N-total tanah sehingga penambahan N-total menjadi jauh lebih besar. Hartatik (2007) menyatakan bahwa Pemberian tithonia pada tanah Ultisol untuk mensubstitusi N dan K pupuk buatan dapat meningkatkan pH tanah, menurunkan Al-dd, serta meningkatkan kandungan hara P, Ca, dan Mg tanah. Daryono dan Hamzah (1979) menyatakan bahwa dari hasil analisis kimia terhadap gulma kirinyuh (akar, batang dan daun) diperoleh sebanyak 103,44 kg N; 15,17 kg P; 80,94 kg K dan 63,94 kg Ca per hektar. Novizan (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan NPK Mutiara memberikan beberapa
keuntungan
diantaranya;
kandungan
haranya
lebih
lengkap,
pengaplikasiannya lebih efisien dari segi tenaga kerja, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal.Pupuk ini baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian NPK, kirinyuh, dan titonia masing-masing tidak meningkatkan P-tersedia tanah.Hal ini disebabkan tingginya derajat kemasaman tanah sehingga P yang disuplai oleh NPK, kirinyuh, dan titonia tidak seluruhnya berada dalam larutan tanah namun terjerap di koloid liat oleh H+dan logam-logam yang terdapat di permukaan koloid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prasetyo dkk (2000) menyatakan bahwa Reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 5−3,10), kecuali tanah Ultisol dari batu gamping yang mempunyai reaksi netral hingga agak masam (pH 6,80−6,50). Kapasitas tukar kation pada tanah Ultisol dari granit, sedimen, dan tufa tergolong rendah masing-masing berkisar antara 2,90−7,50 cmol/kg, 6,11−13,68 cmol/kg, dan 6,10−6,80 cmol/kg, sedangkan yang dari bahan volkan andesitik dan batu gamping tergolong tinggi (>17 cmol/kg). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa tanah Ultisol dari bahan volkan, tufa berkapur, dan batu gamping mempunyai kapasitas tukar kation yang tinggi. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian amandemen kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan
K-dd
tanah
Ultisol.Hal
ini
dikarenakan
pupuk
NPK
menyumbangkan unsur K dalam bentuk 16% K2O yang dapat segera tersedia di dalam tanah dan dapat diserap oleh tanaman.Penambahan bahan organik juga kirinyuh dan titonia masing-masing menyumbangkan K ke dalam tanah.Hal ini sesuai dengan literatur Lingga dan Marsono (2008) menyatakan bahwa pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang memberikan unsur N, P, dan K bagi tanaman.Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa pupuk NPK (NitrogenPhospate-Kalium) meruoakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal
Universitas Sumatera Utara
saat ini.Kadar NPK yang banyak beredar adalah 15-15-15, 16-16-16, dan 8-2015.Tipe pupuk NPK juga sangat populer karena kadarnya cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Daryono dan Hamzah (1979) menyatakan bahwa Dari hasil analisis kimia terhadap gulma kirinyuh (akar, batang, dan daun) diperoleh sebanyak 103,44 kg N; 15,17 kg P; 80,94 kg K; dan 63,94 kg Ca per hektar. Bintoro dkk (2008) menyatakan bahwa kandungan hara T. diversifolia adalah sebesar 3.59% N, 0.34% P, 2.29% K. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian NPK, kirinyuh, dan titonia masing-masing tidak meningkatkan tinggi tanaman jagung.Hal ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan hara di dalam tanah yang diberi perlakuan NPK, kirinyuh, dan titonia.Terbukti bahwa pH tanah akibat pemberian kirinyuh yang ditambah NPK dan titonia yang ditambah NPK meskipun meningkatkan pH tanah namun masih tetap pada kondisi agak masam.Kondisi tanah pada pH rendah tersebut membuat P yang ada di dalam tanah menjadi kurang tersedia.Sehingga dapat diasumsikan P yang di serap oleh tanaman rendah, yang mengakibatkan rendahnya pertumbuhan tinggi tanaman lambat. Hal ini sesuai dengan literatur Winarso (2005) menyatakan bahwa fosfor di dalam tanaman mempunyai fungsi sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses di dalam tanaman lainnya. Fosfor menghasilkan kualitas buah, sayuran, biji-bijian dan sangat penting dalam pembentukan biji. Selain itu P sangat penting dalam transfer sifat-sifat menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Fosfor membantu mempercepat perkembangan akar dan perkecambahan, dapat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan efisiensi penggunaan air, meningkatkan daya tahan terhadap penyakit yang akhirnya meningkatkan kualitas hasil panen. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian amandemen kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan bobot buah jagung.Hal ini dikarenakan pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan N-total tanah dan Kdd yang mana kedua unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman untuk meningkatkan produksi bobot jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Rosmakam dan Nasih (2002) menyatakan bahwa pemupukan Nitrogen akan menaikkan produksi tanaman jagung, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+. Winarso (2005) menyatakan bahwa kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Kalium berperan sebagai esensiil dalam sintesis protein, penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi tanaman, dan penting dalam pembentukan buah. Pada penelitian ini diketahui bahwa pemberian amandemen kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan bobot 1000 biji jagung. Hal ini dikarenakan pemberian kompos kirinyuh yang ditambah NPK dan kompos titonia yang ditambah NPK nyata meningkatkan N-total tanah dan Kdd yang mana kedua unsur tersebut dapat diserap oleh tanaman untuk meningkatkan produksi bobot 1000 biji jagung. Hal ini sesuai dengan literatur Rosmakam dan Nasih (2002) menyatakan bahwa pemupukan Nitrogen akan menaikkan produksi tanaman jagung, kadar protein,
Universitas Sumatera Utara
dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa, dan pati. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K+. Winarso (2005) menyatakan bahwa kalium sangat vital dalam proses fotosintesis. Kalium berperan sebagai esensiil dalam sintesis protein, penting dalam pemecahan karbohidrat, proses pemberian energi bagi tanaman, dan penting dalam pembentukan buah.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Pemberian bahan organik kirinyuh segar berbeda nyata memperbaiki Corganik dan N-total tanah Ultisol, namun tidak berbeda nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, P-tersedia, Kdd tanah dan bobot 1000 biji/plot serta bobot buah segar/plot. 2. Pemberian bahan organik kompos kirinyuh berbeda nyata memperbaiki Corganik, namun tidak berbeda nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, Ntotal, P-tersedia, Kdd tanah dan bobot 1000 biji/plot serta bobot buah segar/plot. 3. Pemberian kombinasi bahan organik kirinyuh segar dan NPK berbeda nyata memperbaiki C-organik dan Kdd tanah Ultisol serta meningkatkan bobot 1000 biji/plot, namun tidak berbeda nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, N-total dan P-tersedia serta bobot buah segar/plot. 4. Pemberian kombinasi bahan organik kompos kirinyuh dan NPK berbeda nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, C-organik dan Kdd tanah Ultisol serta meningkatkan bobot 1000 biji/plot dan bobot buah segar/plot, namun tidak berbeda nyata memperbaiki N-total dan P-tersedia tanah. 5. Pemberian bahan organik paitan segar berbeda nyata memperbaiki Corganik dan meningkatkan bobot 1000 biji/plot, namun tidak berbeda nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, N-total, P-tersedia dan Kdd tanah serta bobot buah segar/plot. 6. Pemberian bahan organik kompos paitan berbeda nyata memperbaiki Corganik dan meningkatkan bobot 1000 biji/plot, namun tidak berbeda
Universitas Sumatera Utara
nyata memperbaiki pH tanah Ultisol, N-total, P-tersedia dan Kdd tanah serta bobot buah segar/plot. 7. Pemberian kombinasi bahan organik paitan segar dan NPK berbeda nyata memperbaiki pH tanah, C-organik dan Kdd tanah Ultisol serta meningkatkan bobot 1000 biji/plot dan bobot buah segar/plot, namun tidak berbeda nyata memperbaiki N-total dan P-tersedia tanah Ultisol. 8. Pemberian kombinasi bahan organik kompos paitan dan NPK berbeda nyata memperbaiki pH tanah, C-organik, N-total tanah dan Kdd tanah Ultisol serta meningkatkan bobot 1000 biji/plot dan bobot buah segar/plot, namun tidak berbeda nyata memperbaiki P-tersedia tanah Ultisol. Saran Disarankan untuk memperbaiki sifat kimia tanah Ultisol dan produksi tanaman jagung sebaiknya diberikan kompos kirinyuh dan paitan (10 ton/ha) ditambahkan 50 % pupuk NPK.
Universitas Sumatera Utara