BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan (rumah kassa) Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian + 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan juni sampai november 2010. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat varietas permata, pupuk kompos, pasir, top soil, pupuk NPK, polibag, hormon GA3, insektisida Dursban 20 EC, insektisida Curacron 500 EC, fungisida Dithane M-45 80 WP dan bahan lain yang mendukung penelitian ini. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, jangka sorong, timbangan, handsprayer, plang nama, ember, pacak sampel dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Faktor 1 : Konsentrasi GA3 dengan 4 taraf: Ko = 0 ppm K1 = 150 ppm K2 = 300 ppm K3 = 450 ppm Faktor 2 : Frekuensi pemberian GA3 : F1 = 1 kali ( pada umur 25 hari setelah tanam)
xxviii Universitas Sumatera Utara
F2 = 2 kali (pada umur 25 hari, 32 hari setelah tanam) F3 = 3 kali (pada umur 25 hari, 32 hari dan 39 hari setelah tanam) Kombinasi perlakuan K0F1
K1F1
K2F1
K3F1
K0F2
K1F2
K2F2
K3F2
K0F3
K1F3
K2F3
K3F3
Jumlah ulangan
:3
Jumlah petak penelitian
: 36 petak
Jarak antar plot
: 30 cm
Jarak antar ulangan
: 30 cm
Jumlah tanaman per plot
: 4 tanaman
Jumlah tanaman sampel per plot : 3 tanaman Jumlah tanaman sampel seluruhnya : 108 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut : Yijk = µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk Dimana: Yijk
: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat frekuensi GA3 taraf ke-j dan pengaruh konsentrasi pemberian GA3 pada taraf ke-k
µ
: Nilai tengah
ρi
: Efek dari blok ke-i
αj
: Efek perlakuan frekuensi GA3 pada taraf ke-j
βk
: Efek perlakuan konsentrasi pemberian GA3 pada taraf ke-k
xxix Universitas Sumatera Utara
(αβ)jk : Interaksi antara frekuensi GA3 taraf ke-j dan konsentrasi pemberian GA3 taraf ke-k εijk
: Galat dari blok ke-i, frekuensi GA3 ke-j dan konsentrasi pemberian GA3 ke-k Terhadap sidik ragam yang nyata dan sangat nyata, maka dilanjutkan
analisis lanjutan dengan menggunakan Uji Rata – Rata Duncant Berjarak Ganda dengan taraf 5 %.
xxx Universitas Sumatera Utara
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan Penelitian Areal untuk tempat berdirinya polibag terlebih dahulu dibersihkan dari gulma serta sampah lainnya. Dibuat plot penelitian dengan ukuran 1m x 1m Pada sekeliling areal dibuat parit drainase sedalam 30cm untuk menghindari adanya genangan air di sekitar areal penelitian. Persiapan Media Tanam Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil dan kompos dengan perbandingan 3 : 1. Ukuran polibag yang digunakan adalah 10 kg dan pengisian media tanam dilakukan sampai batas 5 cm dari mulut polibag bagian atas. Sebelum media dimasukkan ke dalam polibag, terlebih dahulu dibersihkan dari sampah
dan
kotoran
lain.
Pengisian media
tanam
dilakukan
dengan
mencampurkan top soil dengan kompos. Pembibitan Pembibitan dilakukan dengan mengecambahkan benih terlebih dahulu dalam bak perkecambahan yang berukuran 50 X 30 cm dengan media perkecambahan top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Setelah berumur +7-10 hari kecambah dipindahkan ke polibag kecil ukuran 1 kg dengan media sama dan setelah berumur 3 minggu dipindahkan ke polibag besar. Penanaman Bibit Bibit tomat dipilih yang sehat dan memilki 4 helai daun. Penanaman dilakukan pada sore hari untuk menghindari panas matahari pada waktu siang yang dapat menyebabkan bibit menjadi layu.
xxxi Universitas Sumatera Utara
Pengajiran Tanaman tomat mempunyai batang yang kurang kuat untuk menopang buah dan mendukung tegaknya batang. Oleh karena itu, diperlukan ajir untuk menopangnya. Ajir dipasang 5 cm dari batang tomat agar tidak merusak akar tanaman. Pemberian ajir dilakukan pada saat tanaman berumur 2 minggu setelah ditanam di polibag besar. Aplikasi Hormon GA3 Hormon GA3 disemprotkan ke seluruh bagian tanaman sesuai dengan perlakuan. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan handsprayer hingga tanaman basah. Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali dalam sehari yaitu pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan kondisi lapangan. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya. Penyulaman dilakukan setelah seminggu penanaman, sebelum meletakkan tanaman pengganti, dibersihkan lubang dari sisa tanaman terdahulu untuk menghindari kemungkinan munculnya serangan hama atau penyakit. Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang ada di sekitar pertanaman. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman dan plot penelitian.
xxxii Universitas Sumatera Utara
Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan dua tahap yaitu pada saat pindah tanam dan pupuk susulan 1 bulan setelah pindah tanam.
Pupuk yang digunakan adalah
pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 ton/Ha atau 36 gr/ tanaman. Pupuk dibenamkan di sekeliling tanaman. Pengendalian Hama dan Penyakit Setelah tanam pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pemberian fungisida Dithane M-45 80 WP 1,6-2,4 kg/ha, insektisida Curacron 500 EC 2 ml/liter air dan insektisida Dursban 20 EC yang diaplikasikan 3 kali seminggu untuk mencegah serangan hama dan penyakit. Panen Panen dilakuka n setelah buah tomat matang fisiologis dengan kriteria warna kulit buah berubah dari warna hijau menjadi kuning kemerah-merahan, dengan cara memetik buah tomat secara hati-hati agar buah tidak rusak. Panen dilakukan dengan interval 3 hari sekali. Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh tanaman, diukur mulai dari 2 MSPT dengan interval 1 minggu hingga awal panen. Umur berbunga (hari) Umur berbunga tanaman dihitung mulai dari tanaman disemaikan hingga saat 75 % tanaman telah mekar bunga pertama. Jumlah bunga per tanaman
xxxiii Universitas Sumatera Utara
Jumlah bunga dihitung saat 75 % tanaman dalam areal pertanaman memasuki fase generatif (pada umur 35 hari setelah pindah tanam) pada setiap tanaman. Jumlah tandan buah Jumlah tandan buah dihitung dengan menjumlahkan semua tandan buah dalam satu tanaman dihitung pada saat akhir panen. Jumlah buah per tanaman Jumlah buah dihitung dengan menjumlahkan semua buah yang dihasilkan dalam satu tanaman dihitung setiap kali panen lalu dirata-ratakan pada saat panen terakhir. Berat buah per tanaman (kg) Berat buah dihitung dengan menimbang semua buah yang dihasilkan dalam satu tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat panen terakhir. Rata-rata berat buah (g) Berat buah dihitung dengan menimbang sampel sebanyak 3 buah dalam setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat panen terakhir. Diameter buah (cm) Diameter buah dihitung dengan mengukur diameter sampel buah sebanyak 3 dari setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat akhir panen.
Jumlah biji per buah
xxxiv Universitas Sumatera Utara
Jumlah biji dihitung dengan menjumlahkan biji sampel buah sebanyak 3 dari setiap tanaman setiap kali panen kemudian dirata-ratakan pada saat akhir panen. Umur tanaman (hari) Umur tanaman dihitung mulai dari tanaman disemaikan hingga tanaman mati. Kadar vitamin A (mg/100 g bahan) Kandungan vitamin A dari setiap perlakuan dihitung dengan mengambil salah satu sampel buah kemudian dianalisis kandungan beta karoten (provitamin A) di laboratorium. Pengamatan dilakukan pada saat panen kelima. Kadar vitamin C (mg/100 g bahan) Kandungan vitamin C dari setiap perlakuan dihitung dengan mengambil salah satu sampel buah kemudian dianalisis kandungan vitamin C di laboratorium. Pengamatan dilakukan pada saat panen kelima.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Tinggi tanaman (cm) Data pengamatan tinggi tanaman 2 MSPT s/d 11 MSPT serta sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 1 s/d lampiran 20 yang menunjukkan
xxxv Universitas Sumatera Utara
perlakuan konsentrasi GA3 dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman tomat. Tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Tinggi tanaman tomat umur 11 MSPT pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi GA3 Frekuensi Rataan F1= 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 112.20 112.87 114.84 113.30 K1 = 150 ppm 114.57 122.66 129.31 122.18 K2 = 300 ppm 127.18 121.20 121.67 123.35 K3 = 450 ppm 123.57 130.33 133.18 129.03 Rataan 119.38 121.76 124.75
Tabel 1 menunjukkan tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 450 ppm (K3) yaitu 129.03 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K1 dan K2. Tabel 1 juga menunjukkan tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 3 kali (F3) yaitu 124.75 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F2.
Umur berbunga (hari) Data pengamatan umur berbunga dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 21 s/d 22 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata sedangkan frekuensi pemberian GA3 dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Umur berbunga tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 2.
xxxvi Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Umur berbunga (hari) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 33.33 34.00 35.00 34.11 ab K1 = 150 ppm 33.44 30.56 30.78 31.59 c K2 = 300 ppm 34.22 28.67 32.89 31.93 bc K3 = 450 ppm 33.89 34.78 35.89 34.85 a Rataan 33.72 32.00 33.64 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Tabel 2 menunjukkan tanaman tomat berbunga lebih awal diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 31.59 hari yang berbeda tidak nyata dengan K2 tetapi berbeda nyata dengan K0 dan K3. Tabel 2 juga menunjukka n tanaman tomat berbunga lebih awal cenderung pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 32.00 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F3.
xxxvii Universitas Sumatera Utara
Gambar 1.
Hubungan umur berbunga tanaman tomat (hari) dengan konsentrasi pemberian GA3
Gambar 1 menunjukka n bahwa hubungan umur berbunga dengan konsentrasi pemberian GA3 adalah berbentuk kuadratik negatif dimana umur berbunga tercepat diperoleh pada pemberian GA3 211.22 ppm yaitu 31.39 hari. Jumlah bunga per tanaman Data pengamatan jumlah bunga per tanaman pada umur 35 hari setelah pindah tanam dan sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 23 s/d 24 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah bunga per tanaman tomat. Jumlah bunga per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 3.
xxxviii Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Jumlah bunga per tanaman tomat pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 18.00 16.33 18.78 K1 = 150 ppm 15.67 18.22 14.89 K2 = 300 ppm 11.22 17.00 10.44 K3 = 450 ppm 19.56 14.78 7.56 Rataan 16.11 16.58 12.92
perlakuan Rataan 17.70 16.26 12.89 13.98
Tabel 3 menunjukkan jumlah bunga per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 0 ppm (K 0) yaitu 17.7 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K1, K2 dan K3. Tabel 3 juga menunjukkan jumlah bunga per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 16.58 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan F3 dan F1. Jumlah tandan buah (Cluster) Data pengamatan jumlah tandan buah (cluster) dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 25 s/d 26 yang menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tandan buah tanaman tomat. Jumlah tandan buah tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 4.
xxxix Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Jumlah tandan buah (cluster) tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 5.33 6.33 5.22 5.62 K1 = 150 ppm 5.55 6.11 4.88 5.51 K2 = 300 ppm 4.33 5.44 3.55 4.44 K3 = 450 ppm 5.22 6.22 4.55 5.33 Rataan 5.10 6.02 4.55
Tabel 4 menunjukka n jumlah tandan buah tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 0 ppm (K0) yaitu 5.62 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K1, K2 dan K3. Tabel 4 juga menunjukkan jumlah tandan buah tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 6.02 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F3. Jumlah buah per tanaman Data pengamatan jumlah buah per tanaman dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 27 s/d 28 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata sedangkan perlakuan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh nyata, dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah buah per tanaman tomat. Jumlah buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 5.
xl Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Jumlah buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 15.22 29.66 16.11 20.33 K1 = 150 ppm 23.33 26.77 16.22 22.11 K2 = 300 ppm 13.11 21.22 12.33 15.55 K3 = 450 ppm 20.55 23.66 10.55 18.25 Rataan 18.05 ab 25.33 a 13.80 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 5 menunjukkan jumlah buah per tanaman tomat terbanyak cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 22.11 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Tabel 5 juga menunjukkan jumlah buah per tanaman terbanyak pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2) yaitu 25.33 yang berbeda tidak nyata dengan F1 tetapi berbeda nyata dengan F3.
xli Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Hubungan antara jumlah buah per tanaman tomat terhadap frekuensi pemberian GA3 Gambar 2 menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 berbentuk kuadratik dimana jumlah buah per tanaman terbanyak diperoleh pada frekuensi pemberian GA3 = 1.886 yaitu 25.44 buah. Berat buah per tanaman (kg) Data pengamatan berat buah per tanaman dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 29 s/d 30 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh tidak nyata sedangkan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh nyata. Kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap berat buah per tanaman tomat. Berat buah per tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Berat buah per tanaman tomat (kg) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 0.49 0.75 0.41 0.55 K1 = 150 ppm 0.72 0.82 0.46 0.67 K2 = 300 ppm 0.37 0.65 0.34 0.45 K3 = 450 ppm 0.60 0.64 0.47 0.57 Rataan 0.55 ab 0.72 a 0.42 b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 6 menunjukkan berat buah per tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 0.67 kg yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3.
xlii Universitas Sumatera Utara
Tabel 6 juga menunjukkan bahwa pada frekuensi pemberian GA3 berat buah per tanaman tertinggi pada frekuensi pemberian 2 kali (F2) yaitu 0.72 kg yang berbeda tidak nyata dengan F1 tetapi berbeda nyata dengan F3.
Gambar 3. Hubungan berat buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 Gambar 3 menunjukka n hubungan berat buah per tanaman dengan frekuensi pemberian GA3 berbentuk kuadratik dimana berat buah tertinggi diperoleh pada pemberian GA3 1.869 yaitu 0.724 kg. Rata-rata berat buah (g) Data pengamatan rata-rata berat buah (g) dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 31 s/d 32 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap ratarata berat buah tomat.
xliii Universitas Sumatera Utara
Rata-rata berat buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata berat buah tomat (g) pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 31.49 26.01 26.84 28.11 K1 = 150 ppm 32.23 31.20 28.67 30.70 K2 = 300 ppm 28.67 27.45 23.41 26.51 K3 = 450 ppm 29.06 28.27 23.95 27.09 Rataan 30.36 28.23 25.71
Tabel 7 menunjukkan rata-rata berat buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 30.7 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Tabel 7 juga menunjukkan rata-rata berat buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 30.36 g yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3. Diameter buah (cm) Data pengamatan diameter buah dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 33 s/d 34 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap diameter buah. Diameter buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 8.
xliv Universitas Sumatera Utara
Tabel 8. Diameter buah (cm) buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 2.99 2.95 2.91 2.95 K1 = 150 ppm 3.09 3.06 2.91 3.02 K2 = 300 ppm 2.88 2.66 2.57 2.70 K3 = 450 ppm 3.04 2.91 2.73 2.89 Rataan 3.00 2.89 2.78
Tabel 8 menunjukkan diameter buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 3.02 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Tabel 8 juga menunjukkan diameter buah tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 3.00 cm yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3. Jumlah biji per buah Data pengamatan jumlah biji per buah dan daftar sidik ragam disajikan dalam lampiran 35 s/d 36 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata sedangkan perlakuan frekuensi pemberian GA3 dan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah biji tomat. Jumlah biji per buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 9.
xlv Universitas Sumatera Utara
Tabel 9. Jumlah biji per buah tomat pada berbagai konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1= 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 57.57 62.48 57.95 59.33 a K1 = 150 ppm 51.09 50.89 46.73 49.57 ab K2 = 300 ppm 46.98 43.08 39.31 43.12 b K3 = 450 ppm 53.52 47.25 39.63 46.80 ab Rataan 52.29 50.93 45.91 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada konsentrasi pemberian GA3 jumlah biji per buah tomat tertinggi pada konsentrasi 0 ppm (K0) yaitu 59.33 yang berbeda tidak nyata dengan K1 dan K3 tetapi berbeda nyata dengan K2. Tabel 9 juga menunjukkan jumlah biji per buah tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 1 kali (F1) yaitu 52.29 yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F2 dan F3.
Gambar 4. Hubungan jumlah biji buah tomat dengan pemberian konsentrasi GA3 xlvi Universitas Sumatera Utara
Gambar 4 menunjukkan bahwa hubungan jumlah biji per buah dengan konsentrasi pemberian GA3 adalah berbentuk kuardratik negatif dimana jumah biji buah tomat terendah diperoleh pada pemberian GA3 pada konsentrasi 323 ppm yaitu 43.06. Umur tanaman (hari) Data pengamatan umur tanaman dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 37 s/d 38 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap umur tanaman. Umur tanaman tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Umur tanaman tomat (hari) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 132.33 135.44 131.67 133.15 K1 = 150 ppm 134.89 135.67 134.11 134.89 K2 = 300 ppm 135.44 132.00 132.56 133.33 K3 = 450 ppm 135.22 135.89 133.22 134.78 Rataan 134.47 134.75 132.89
Tabel 10 menunjukkan umur tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan konsentrasi 150 ppm (K1) yaitu 134.89 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Tabel 10 juga menunjukkan umur tanaman tomat tertinggi cenderung diperoleh pada pemberian GA3 dengan frekuensi 2 kali (F2) yaitu 134.75 hari yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu F1 dan F3.
xlvii Universitas Sumatera Utara
Kadar vitamin A (mg/100 g) Data pengamatan kadar vitamin A buah tomat dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 39 s/d 40 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh nyata dan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin A tomat. Kadar vitamin A buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kadar vitamin A buah tomat (mg/100 g) pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali Konsentrasi K0 = 0 ppm 5.2536 c 3.5534 d 1.8532 f 3.5534 K1 = 150 ppm 5.2536 c 8.6540 a 7.8039 b 7.2371 K2 = 300 ppm 1.0031 g 1.8532 f 0.1530 h 1.0031 K3 = 450 ppm 2.1933 e 3.5534 d 1.0031 g 2.2499 Rataan 3.4259 4.4035 2.7033 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.
Tabel 11 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 1 kali (F1), kadar vitamin A buah tomat tertinggi diperoleh 5.2536 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 0 ppm (K0) dan 150 ppm (K1) yang berbeda nyata dengan K2 dan K3. Tabel 11 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2), kadar vitamin A buah tomat tertinggi diperoleh 8.6540 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda nyata dengan K0, K2 dan K3. Tabel 11 juga menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 3 kali (F3), kadar vitamin A buah tomat tertinggi diperoleh 7.8039 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda nyata dengan K0, K2 dan K3.
xlviii Universitas Sumatera Utara
Hubungan kadar vitamin A buah tomat dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi
pemberian
GA3
dapat
dilihat
pada
gambar
5.
Gambar 5. Hubungan kadar vitamin A buah tomat (mg/100 g) dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Dari gambar 5 dapat dilihat hubungan kadar vitamin A buah tomat dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1 (150 ppm), K2 (300 ppm), K3 (450 ppm) dan frekuensi pemberian GA3 sebesar F1 (1 kali), F2 (2 kali), F3 (3 kali). Kadar vitamin C (hari) Data pengamatan kadar vitamin C buah tomat dan daftar sidik ragam disajikan pada lampiran 41 s/d 42 yang menunjukkan perlakuan konsentrasi dan
xlix Universitas Sumatera Utara
frekuensi pemberian GA3 serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin C. Kadar vitamin C buah tomat pada berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12.
Kadar vitamin C buah tomat (mg/100 g) berbagai perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Frekuensi Rataan F1 = 1 kali F2 = 2 kali F3 = 3 kali
Konsentrasi K0 = 0 ppm 26.40 k 35.20 j 52.80 i 38.13 K1 = 150 ppm 61.60 h 64.60 g 70.40 f 65.53 K2 = 300 ppm 70.40 f 79.20 e 88.00 d 79.20 K3 = 450 ppm 105.60 c 114.40 b 123.20 a 114.40 Rataan 66.00 73.35 83.60 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Tabel 12 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 1 kali (F1), kadar vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 105.6 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2. Tabel 12 menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 2 kali (F2), kadar vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 114.4 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2. Tabel 12 juga menunjukkan pada frekuensi pemberian GA3 3 kali (F3), kadar vitamin C buah tomat tertinggi diperoleh 123.2 mg/100 g yaitu pada konsentrasi GA3 450 ppm (K3) yang berbeda nyata dengan K0, K1 dan K2. Hubungan kadar vitamin C dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 dapat dilihat pada gambar 7.
l Universitas Sumatera Utara
Gambar 6. Hubungan kadar vitamin C buah tomat (mg/100 g) dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Dari gambar 6 dapat dilihat hubungan kadar vitamin A dengan perlakuan konsentrasi K0 (0 ppm), K1 (150 ppm), K2 (300 ppm), K3 (450 ppm) dan frekuensi pemberian GA3 sebesar F1 (1 Kali), F2 (2 Kali), F3 (3 Kali).
li Universitas Sumatera Utara
Pembahasan Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat dengan perlakuan konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Dari hasil pengamatan, perlakuan konsentrasi pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per buah dan umur berbunga tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan buah, jumlah buah per tanaman, rata-rata berat buah, diameter buah, berat buah per tanaman, dan umur tanaman. Dari hasil pengamatan frekuensi pemberian GAp3 berpengaruh nyata terhadap jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah bunga per tanaman, jumlah biji per buah, jumlah tandan buah, rata-rata berat buah, diameter buah dan umur tanaman. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat bahwa perlakuan konsentrasi GA3 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah bunga dan jumlah tandan buah. Jumlah tandan buah dan jumlah bunga tertinggi pada pemberian GA3 sebanyak 0 ppm
sedangkan
tinggi tanaman
tertinggi pada pemberian konsentrasi GA3 sebanyak 450 ppm. Hal ini disebabkan GA3 yang diberikan secara eksogen mendorong pembelahan sel sehingga ruas batang memanjang, tetapi pembentukan tandan buah dan jumlah bunga tidak dipengaruhi. Hal ini sesuai dengan literatur Weaver (1972) GA3 dapat menstimulir perpanjangan sel karena GA3 menghidrolisa pati yang akan mendukung terbentuknya amylase. Sebagai akibat dari proses tersebut, maka konsentrasi gula meningkat, yang mengakibatkan tekanan osmotik didalam sel tersebut menjadi
lii Universitas Sumatera Utara
naik sehingga ada kecenderungan sel tersebut bekembang dan menambah tinggi tanaman. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat bahwa pemberian konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per buah dimana tertinggi pada konsentrasi 0 ppm dan terendah pada konsentrasi 300 ppm. Pemberian konsentrasi GA3 sebanyak 300 ppm berperan dalam mengendalikan pertumbuhan buah khususnya pertumbuhan biji. Pemberian GA3 sebanyak 300 ppm dapat menurunkan jumlah biji buah tomat. Gibberellin terdapat pada semua organ tanaman, tetapi konsentrasinya tidak konstan di dalam tanaman. Tingkat tertinggi ditemukan di dalam biji, dengan tingkat luar biasa terdapat pada endosperma cair dari beberapa biji. Dengan adanya penyemprotan gibberelin dari luar (secara eksogen) maka biji tidak lagi berkembang karena pertumbuhan atau perbesaran buah disokong dari luar. Hal ini sesuai dengan literatur Wilkins (1989) yang menyatakan bahwa setelah fertilisasi, sintesis gibberellin terjadi pada endosperm dan embrio. Gibberellin ini sebaliknya diperlukan untuk pertumbuhan buah berlangsung. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat bahwa pemberian konsentrasi GA3 berpengaruh nyata terhadap umur berbunga dimana umur berbunga tertinggi pada konsentrasi 450 ppm dan terendah konsentrasi sebanyak 150 ppm. Hal ini disebabkan gibberellin berperan dalam merangsang pembungaan. Tinggi rendahnya kandungan hormon GA3 pada tanaman akan menentukan bagaimana tanaman tersebut tumbuh pada fase vegetatif dan berbunga pada fase generatif. Hal ini sesuai dengan literatur Wattimena (1985)
liii Universitas Sumatera Utara
yang menyatakan bahwa gibberellin dapat mengganti pengaruh suhu dingin pada tanaman-tanaman dan dapat mendorong terjadinya pembungaan. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman tertinggi cenderung pada pemberian konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Dengan frekuensi pemberian GA3 sebanyak 2 kali dapat meningkatkan jumlah buah dan berat buah per tanaman yang berbeda tidak nyata dengan F1 tetapi berbeda nyata dengan F3. Setiap pemberian GA3 memberikan pengaruh yang berbeda. Pemberian GA3 tertinggi pada frekuensi 2 kali karena pemberian GA3 pada waktu aplikasi 25 hari dan 32 hari setelah pindah tanam, tanaman tomat dalam pembentukan buah, sehingga aplikasi GA3 efektif dapat mengatur pertumbuhan dan perkembangan buah. Hal ini sesuai dengan literatur Wilkins (1989) yang menyatakan setelah fertilisasi, sintesis gibberellin terjadi pada endosperma
dan
embrio.
Gibberellin
ini
sebaliknya
diperlukan
untuk
memungkinkan pertumbuhan buah berlangsung. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat rata-rata berat buah dan diameter buah tertinggi cenderung pada pemberian konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Hal ini karena peranan gibberellin untuk pengendalian pertumbuhan buah. Dalam literatur Gardner, dkk (1991) penggunaan GA3 pada anggur dengan perlakuan GA3 sebesar 200 ppm pada waktu gugurnya kalipta (daun pelindung bunga) menghasilkan anggur yang lebih besar dan kualitas rasa yang meningkat. Dari hasil analisis data secara statistik terlihat umur tanaman tertinggi cenderung diperoleh pada konsentrasi GA3 150 ppm (K1) yang berbeda tidak
liv Universitas Sumatera Utara
nyata dengan perlakuan lainnya yaitu K0, K2 dan K3. Pemberian GA3 yang tidak nyata pada umur tanaman diduga dikarenakan lebih dominan sifat genetik tanaman daripada perlakuan dan lingkungan tempat tumbuh tanaman. Peningkatan mutu dan hasil tanaman tomat dengan perlakuan interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 Dari hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh nyata terhadap kadar vitamin A dan kadar vitamin C tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan buah, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, berat rata-rata buah, diameter buah, jumlah biji per buah, dan umur tanaman. Faktor dalam dan faktor luar sangat mempengaruhi keefektifan aplikasi zat pengatur tumbuh dan mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi pemberian konsentrasi dan frekuensi GA3 nyata meningkatkan kadar vitamin C dan vitamin A. Hal ini disebabkan pemberian GA3 mempunyai pengaruh dalam mengurangi laju perkembangan, pemasakan, pematangan dan penuaaan buah. Hal ini sesuai dengan penelitian Coggins dan Hield (1962) yaitu pengaruh pemberian GA pada jeruk adalah terhambatnya khlorofil, peningkatan ketebalan kulit, penundaan penimbunan-penimbunan karotenoid-karotenoid pada jeruk manis dan peningkatan asam askorbat (vitamin C). Interaksi antara konsentrasi dan frekuensi pemberian GA3 berpengaruh tidak nyata terhadap
parameter tinggi tanaman, jumlah bunga per tanaman,
jumlah tandan buah, jumlah buah per tanaman, berat rata-rata buah, diameter buah, jumlah biji per buah, berat buah per tanaman, umur berbunga, dan umur
lv Universitas Sumatera Utara
tanaman. Hal ini diduga karena faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aplikasi GA3. Laju serapan zat pengatur tumbuh oleh tanaman tergantung pada beberapa faktor, antara lain : spesies tanaman yang bersangkutan, organ tanaman yang diberi perlakuan, sifat kimia dan solubilitas dari zat pengatur tumbuh yang bersangkutan, pelarut yang digunakan, dan kondisi lingkungan, terutama suhu dan kelembaban. Faktor – faktor lingkungan akan ikut berperan. Secara umum, kondisi lingkungan yang menghambat translokasi air, unsur hara, atau senyawa organik lainnya juga akan menghambat pergerakan zat pengatur tumbuh dalam tubuh tanaman.
lvi Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1.
Pemberian konsentrasi GA3 sebanyak 150 ppm nyata mempercepat pembungaan dan cenderung meningkatkan jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, rata-rata berat buah dan diameter berat buah dan peningkatan konsentrasi GA3 hingga 300 ppm nyata menunjukkan penurunan jumlah biji 27.5% dari kontrol meskipun belum bisa menghasilkan buah tomat parthenocarpy
2.
Frekuensi pemberian GA3 sebanyak 2 kali nyata meningkatkan jumlah buah per tanaman dan berat buah per tanaman.
3.
Pemberian GA3 150 ppm dengan frekuensi 2 kali nyata meningkatkan kadar vitamin A buah tomat sedangkan pemberian GA3 450 ppm dengan frekuensi 3 kali nyata meningkatkan kadar vitamin C buah tomat.
Saran 1.
Untuk mendapatkan buah tomat parthenokarpi perlu penelitian lanjutan.
2.
Untuk mendapatkan buah tomat dengan biji yang lebih sedikit diberikan konsentrasi GA3 sebanyak 300 ppm.
3.
Untuk meningkatkan kadar vitamin C diberikan konsentrasi GA3 450 ppm dengan frekuensi 3 kali dan untuk meningkatkan kadar vitamin A diberikan konsentrasi GA3 150 ppm dengan frekuensi 2 kali.
lvii Universitas Sumatera Utara