ANALISIS KHLORIDA DALAM MAKANAN TERNAK Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak, Bogor
PENDAHULUAN Air, makanan dan garam merupakan kebutuhan utama bagi mahiuk hidup . Afinitas khlorida terhadap unsur-unsur lain sangat besar sehingga tidak terdapat bebas di alam . Khlorida sering didapatkan dalam bentuk garam Natrium khlorida yang umum disebut garam dapur . Dalam kondisi normal khlorida berbentuk gas, yang berbau sengak dan berwarna kuning kehijauan . Jumlah khlorida dalam hijauan atau butiran sangatlah kecil, oleh karena itu garam dengan jumlah tertentu sering ditambahkan ke dalam makanan ternak, terutama untuk ternak pemakan rumput . Kebutuhan garam pada hewan tergantung pada jenis hewan, usia dan bobot hewan itu sendiri . Garam berfungsi untuk menambah rasa, menambah nafsu makan, menjaga keseimbangan asam-basa dalam cairan tubuh, serta mengatur tekanan osmitik . Kelebihan khlorida dapat menyebabkan keracunan, dimana kelebihan khlorida ini akan membentuk asam khlorida yang bersifat racun . Asam khlorida yang berlebih akan melarutkan selaput "Mucosa" dalam lambung, sehingga kerja lambung dengan sendirinya akan terganggu . Sebaliknya kekurangan khlorida dapat menimbulkan kurangnya nafsu makan, menurunnya berat badan, bulu kasar, kondisi badan menurun dan produksi berkurang . Cara yang umum digunakan untuk penetapan khlorida dalam makanan ternak adalah cara titrasi yang dikenal dengan titrasi Mohr., dimana contoh sebelum analisis diabukan terlebih dahulu dalam tanur selama 3 jam pada suhu 600 ° C, kemudian diekstraksi dengan air suling mendidih (Cara I) . Alternatif lain yaitu, contoh langsung diekstraksi dengan air mendidih tanpa diabukan terlebih dahulu (Cara II) . Cara ini diperkirakan lebih praktis dan ekonomis . Pada tulisan ini akan dilakukan perbandingan antara kedua metoda tersebut diatas .
102
Lokakarya Fungsional Non Peneliti
BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh makanan ternak . Alat Neraca analitik, labu ukur 100 ml, pipet 10 ml, gelas piala 600 ml, pemanas listrik, erlenmeyer 250 ml, mikroburet 25 ml, cawan porselin 25 ml, tanur, pH meter, statip, labu semprot, pipet tetes dan kaca arloji . Cara kerja Pembuatan Pereaksi 1.
Bahan baku primer (Larutan NaCI 0,05 N) . Ditimbang 0,2922 gram serbuk NaCI murni, dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan air suling, dikocok dan ditepatkan volumenya .
2.
Larutan penitar (Larutan AgNO3 0,05 N) . Ditimbang 0,4939 gram serbuk AgNO 3 , dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan air suling, dikocok dan ditepatkan volumenya .
3.
Indikator (Larutan K 2 CrO 4 5 %) .
Ditimbang 5 gram serbuk K2 CrO 4 , dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan air suling, dikocok dan ditepatkan volumenya . Cara I Dua gram contoh ditimbang dalam cawan porselin, diabukan dalam tanur pada suhu 600 °C selama 3 jam, didinginkan sampai suhu kamar, dilarutkan dengan air suling mendidih, dikocok, didinginkan sampai suhu kamar, ditepatkan volumenya, dikocok kembali, dipipet 10 ml dari larutan contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 40 ml air suling dan 1 ml indikator K 2CrO 4 5% dan dititar dengan AgNO3 0,05 N sampai terbentuk warnanya merah coklat . Cara II Dua gram contoh dimasukkan dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 50 ml air suling mendidih, dikocok kuat, didinginkan hingga suhu kamar, ditambahkan air suling, ditepatkan volumenya, dikocok kembali, dipipet 10 ml dari larutan contoh ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 40 ml air
1 03
Lokakarya Fungsional Non Peneliti
suling, ditambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO 4 5% dan dititar dengan AgNO 3 0,05 N sampai terbentuk warnanya merah cokiat . Penetapan Normalitas AgNO 3 0,05 N Dipipet 10 ml larutan NaCI 0,05 N ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 40 ml air suling, ditambahkan 1 ml indikator K 2 CrO4 5 % dan dititar dengan larutan AgNO 3 yang akan ditetapkan normalitasnya . Perhitungan
mg NaCI
Normalitas AgN03 =
fp x v x Bst fp = v = Bst NaCI =
• NaCI
faktor pengencer mg AgNO3 yang digunakan 58 .4428
Kadar khlorida (Cara I)
Kadar khlorida =
fp x v x N x BstCI x 100%
mg contoh fp v N
= = =
faktor pengencer volume larutan AgNO3 yang digunakan Normalitas AgNO3
Kadar khlorida (Cara II)
Kadar khlorida =
fp x v x N x BstCI x 100%
mg contoh fp v N
= = =
faktor pengencer volume larutan AgNO3 yang digunakan Normalitas AgN03Hasil Dan Pembahasan
HASIL DAN PEMBAHASAN Metoda penitaran Argenometri secara Mohr dengan dua perlakuan yaitu pengabuan contoh dan pengekstrakan contoh dengan air suling mendidih (Cara I), serta pengekstrakan contoh langsung dengan air suling mendidih (Cara II) . adalah penitaran ion khlorida dengan perak nitrat dan Kalium kromat sebagai indikator . Hasil akhir reaksi yaitu terbentuknya AgCr0 4 yang berwama cokiat, dimana kadar pH larutan adalah 6- 10, pH yang terlalu tinggi akan menghasilkan Ag02 yang menyebabkan kelebihan pemakaian titran . Sedangkan
1 04
Lokakarya Fungsional Non Penelrti
kadar pH yang sangat rendah Cr04 akan berubah menjadi Cr2 07- yang mengakibatkan endapan akhir berwama coklat merah sulit sekali terbentuk . Tabel 1 . Hasil Analisis khorida dalam beberapa contoh makanan ternak No . Contoh A B C D E F
% khlorida Cara I Ulangan I Ulangan II 7,14 7,17 1,54 1,53 1 .37 1,36 0,41 0,43 0,23 0,25 0,24 0,23
% khlorida Cara II Ulangan II Ulangan I 7,46 7,48 2 .30 2,10 2,08 2 .06 0,41 0,39 0,44 0,41 0,44 0,16
Dari hasil analisis (Tabel 1) ternyata cara II, contoh Iangsung diekstrak dengan air suling mendidih menunjukkan kadar khlorida yang relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara I . Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya dekomposisi dan menguapnya sebagian khlorida dari contoh selama pengabuan pada cara I . Uji perlakuan kembali dari cara I diperoleh 95,3 % sedangkan untuk cara II adalah 97,2 % . KESIMPULAN DAN SARAN Cara II ternyata lebih praktis dan ekonomis dibandingkan dengan cara I . Praktis ditinjau dari cara yang lebih singkat dan sederhana, sedangkan ekonomisnya dilihat dari penggunaan tenaga listrik (tanpa pengabuan dalam tanur) . Untuk cara II sebaiknya contoh digiling sehalus mungkin, karena semakin halus contoh maka khlorida semakin mudah dapat terekstraksi . Hasil akhir dari analisis sangat tergantung dari pengamatan endapan merah coklat yang terbentuk . Cara II tidak dapat digunakan untuk contoh daun-daunan segar, dimana warna hijau dari daun dapat mempengaruhi warna titik akhir titrasi . Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut untuk cara I dengan pengabuan pada suhu 400 - 500 ° C selama 6 - 8 jam . DAFTAR BACAAN Anonimous . 1990 . Cara Uji Makanan dan Minuman, Standar Industri Indonesia 2455 . Haryadi, W . . 1980 . Ilmu Kimia Analitik Dasar . PT . Gramedia . Jakarta . Sudarmadji, S ., Haryono, B . dan Suhardi . 1989 . Analisa Bahan Makanan dan Pertanian . Liberty bekerjasama dengan Pusat Antara Universitas Gajah Mada . Yogyakarta .
1 05
Lokakarya Fungsional Non Peneliti
Sumarna,A ., Krisnadi,E . dan Haryanto . 1990 . Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri) . Departemen Perindustrian . Sekolah Menengah Analisis Kimia . Bogor . Underwood, E . J . . 1966 . the Mineral Nutrition of Livestock . FAO . Common Wealth Agricultural Bureaux Central Press (Aberdeen) Ltd . . Great Britain .
1 06