Bahan Bacaan Modul 2
Bahan Bacaan Modul 3
Analisa Gender dan Ketidakadilan
1
Indikator Analisis Gender
5
Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan
6
Identifikasi Kebutuhan Belajar
8
Merancang Proses Belajar
10
Metode Pendidikan Kritis
12
Pemandu Pelatihan Partisipatif
15
Metode Pembelajaran (Membangun Masyarakat Pembelajar, Handbook Non Formal Adult Education Facilitators)
19
Media Belajar dalam Pelatihan Partisipatif
27
Bahan Bacaan Modul 5
Bahan Bacaan Modul 6
Bahan Bacaan Modul 7
Bahan Bacaan | Modul 2
Analisa Gender dan Ketidakadilan (Disarikan dari buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Dr. Mansour Fakir) Konsep penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah kaum perempuan adalah membedakan antara konsep seks (jenis kelamin-penulis), dan konsep gender. Pemahaman dan pembedaan antara konsep seks dan gender sangatlah diperlukan dalam melakukan analisis untuk memahami persoalan-persoalan ketidakadilan sosial yang menimpa kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena ada kaitan yang erat antara perbedaan gender (gender differences) dan ketidakadilan gender (gender inequalities) dengan struktur ketidakadilan masyarakat secara lebih luas. Dengan demikian pemahaman dan pembedaan yang jelas antara konsep seks dan gender sangat diperlukan dalam membahas ketidakadilan sosial. Maka sesungguhnya terjadi keterkaitan antara persoalan gender dengan persoalan ketidakadilan sosial lainnya.
Apakah Gender itu? Sejak beberapa tahun terakhir, kata gender telah memasuki perbendaharaan di setiap diskusi dan tulisan sekitar perubahan sosial dan pembangunan di dunia ketiga. Dari pengamatan, masih terjadi ketidakjelasan, kesalahpahaman tentang apa yang dimaksud dengan konsep gender dan kaitannya dengan emansipasi kaum perempuan. Setidak-tidaknya ada beberapa penyebab terjadinya ketidakjelasan tersebut. Kata gender dalam bahasa Indonesia dipinjam dari bahasa Inggris. Kalau dilihat dalam kamus tidak jelas dibedakan antara sex dan gender. Sementara itu, belum ada uraian yang mampu menjelaskan secara singkat dan jelas mengenai konsep gender dan mengapa konsep ini penting guna memahami sistem ketidakadilan sosial. Dengan kata lain timbulnya ketidakjelasan itu disebabkan oleh kurangnya penjelasan tentang kaitan antara konsep gender dengan masalah ketidakadilan lainnya. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti: laki-laki adalah manusia yang mempunyai penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, meiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada mansusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia lakilaki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. Sedangkan konsep lainnya adalah konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum lakilaki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat tejadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat yang berbeda laki-laki yang lebih kuat. Juga perubahan bisa terjadi dari suatu kelas ke kelas Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
masyarakat yang berbeda. Di suku tertentu, perempuan kelas bawah di pedesaan lebih kuat dibandingkan kaum laki-laki. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara perempuan dan lakilaki, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat lainnya, maupun berbeda dari suatu kelas kepada kelas lainnya, itulah yang dikenal sebagai konsep gender. Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu terbentuknya perbedaan-perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, di antaranya dibentuk dan disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial ataupun kultural. Melalui proses panjang, sosialisasi gender tersebut akhirnya dianggap menjadi ketentuan Tuhan-seolah-olah bersifat biologis yang tidak bisa diubah lagi, sehingga perbedaan-perbedaan gender dianggap sebagai kodrat laki-laki dan perempuan. Sebaliknya melalui dialektika, konstruksi sosial yang tersosialisasikan secara evolusional dan perlahan-lahan mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin. Misalnya, karena konstruksi sosial gender, kaum laki-laki harus bersifat kuat dan agresif maka kaum laki-laki kemudian terlatih dan tersosialisasi serta termotivasi untuk menjadi atau menuju ke sifat gender yang ditentukan oleh suatu masyarakat, yakni secara fisik lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya, karena kaum perempuan harus lemah lembut, maka sejak bayi proses sosialisasi tersebut tidak saja berpengaruh kepada perkembangan emosi dan visi serta ideologi kaum perempuan, tetapi juga mempengaruhi perkembangan fisik dan biologis selanjutnya. Karena proses sosialisasi dan rekonstruksi berlangsung secara mapan dan lama, akhirnya menjadi sulit dibedakan apakah sifatsifat gender itu, dikonstruksi oleh masyarakat atau kodrat biologis yang ditetapkan oleh Tuhan. Namun, dengan menggunakan pedoman bahwa sifat bisanya melakat pada jensi kelamin tertentu dan sepanjang sifat-sifat tersebut bisa dipertukarkan, maka sifat tersebut adalah hasil konstruksi masyarakat, dan sama sekali bukanlah kodrat. Dalam menjernihkan perbedaan antara seks dan gender ini, yang menjadi masalah adalah, terjadi kerancuan dan pemutarbalikan makna tentang apa yang disebut seks dan gender. Dewasa ini terjadi peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya di masyarakat, dimana apa yang sesungguhnya gender, karena pada dasarnya konstruksi sosial-justru dianggap sebagai kodrat yang berarti ketentuan biologis atau ketentuan Tuhan. Justru sebagian besar yang dewasa ini sering dianggap sebagai ”kodrat wanita” adalah konstruksi sosial dan kultural atau gender. Misalnya saja sering diungkapkan bahwa mnedidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga atau urusan domestik sering dianggap sebagai ”kodrat wanita”. Padahal kenyataannya, bahwa kaum perempuan memiliki peran gender dalam mendidik anak, merawat dan mengelola kebersihan dan keindahan rumah tangga adalah konstruksi kultural dalam masyarakat tertentu. Oleh karena itu, boleh jadi urusan mendidik dan merawat kebersihan rumah tangga bisa dilakukan oleh kaum laki-laki. Oleh karena jenis pekerjaan itu bisa dipertukarkan dan tidak bersifat universal, apa yang sering disebut sebagai ”kodrat wanita” atau ”takdir Tuhan atas wanita” dalam kasus mendidik anak dan mengurus rumah tangga, adalah gender.
Perbedaan Gender Melahirkan Ketidakadilan Perbedaan gender sebenarnya tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan terutama terhadap kaum perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut. Untuk memahami bagaimana perbedaan gender menyebabkan ketidakadilan gender, dapat dilihat melalui pelbagai manifestasi ketidakadilan yang ada. Ketidakadilan gender termanifestasikan dalam pelbagai bentuk ketidakadilan, yakni: marginalisasi atau proses pemiskinan ekonomi, subordinasi atau anggapan tidak penting dalam keputusan politik, pembentukan stereotipe atau melalui pelabelan negatif, kekerasan (violence), beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (burden), serta sosialisasi ideologi nilai peran gender. Manifestasi ketidakadilan gender tidak bisa dipisah-pisahkan, karena saling berkaitan dan 2
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
berhubungan, saling mempengaruhi dialektis . tidak ada satupun manifestasi ketidakadilan gender yang lebih penting, lebih esensial dari yang lain. Misalnya marginalisasi ekonomi kaum perempuan , yang akhirnya tersosialisasikan dalam keyakinan, ideologi dan visi kaum perempuan sendiri. Dengan demikian, kita tidak bisa menyatakan bahwa marginalisasi kaum perempuan adalah menentukan dan terpenting dari yang lain dan oleh karen itu perlu mendapatkan perhatian lebih. Atau sebaliknya, bahwa kekerasan fisik (violence) adalah masalah yang paling mendasar yang harus dipecahkan terlebih dahulu.
Gender dan Marginalisasi Perempuan Proses marginalisasi, yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat dan negara yang menimpa kaum laki-laki dan perempuan, yang disebabkan oleh pelbagai kejadian, misalnya penggusuran, bencana alam atau proses eksploitasi. Namun ada salah satu bentuk pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu, dalam hal ini perempuan disebabkan oleh gender. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta proses marginalisasi kaum perempuan karena perbedaan gender tersebut. Dari segi sumberdaya bisa berasal dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, tradisi dan kebiasaan atau bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Banyak studi telah dilakukan dalam rangka membahas program pembangunan pemerintah yang menjadi penyebab kemiskinan kaum perempuan. Misalnya, program swa sembada pangan atau revolusi hijau secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka. Di Jawa misalnya, program revolusi hijau dengan memperkenalkan jenis padi unggul yang tumbuh lebih rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang menggunakan sabit, tidak memungkinkan lagi panenan dengan ani-ani, padahal alat tersebut melekat dan digunakan oleh kaum perempuan. Akibatnya banyak kaum perempuan miskin di desa termarginalisasi, yakni semakin miskin dan tersingkir karena tidak mendapatkan pekerjaan di sawah pada musim panen. Berarti program revolusi hijau dirancang tanpa mempertimbangkan aspek gender. Marginalisasi kaum perempuan tidak saja terjadi di tempat pekerjaan, juga terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur dan bahkan negara. Marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi sejak di rumah tangga dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Marginalisasi juga diperkuat oleh adat istiadat dan keagamaan. Misalnya banyak suku-suku di Indonesia yang tidak memberi hak kepada kaum perempuan untuk mendapatkan hak waris sama sekali.
Gender dan Subordinasi Pandangan gender ternyata bisa menimbulkan subordinasi terhadap perempuan. Anggapan bahwa perempuan irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, beakibat munculnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Subordinasi karena gender tersebut terjadi dalam segala macam bentuk yang berbeda dari tempat ke tempat dan dari waktu ke waktu. Di Jawa, dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi , toh akhirnya akan ke dapur juga. Bahkan, pemerintah pernah memiliki peraturan bahwa jika suami akan pergi belajar (jauh dari keluarga) dia bisa mengambil keputusan sendiri. Sedangkan bagi istri yang hendak ke tugas belajar ke luar negeri harus seizin suami. Dalam rumah tangga masih sering terdengar jika keuangan keluarga sangat terbatas, dan harus mengambil keputusan untuk menyekolahkan anak-anaknya maka anak laki-laki akan menadapatkan prioritas utama. Praktik seperti itu sesungguhnya berangkat dari kesadaran gender yang tidak adil.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Gender dan Stereotipe Secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya strereotipe selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu jenis stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali ketidakadilan terhadap jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan, yang bersumber dari penandaan (stereotipe) yang dilekatkan kepada mereka. Misalnya, penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu diakitkan dengan stereotipe ini. Bahkan jika ada pemerkosaan yang dialami oleh perempuan, masyarakat berkecenderungan menyalahkan korbannya. Masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama kaum perempuan adalah melayani suami. Stereotipe terhadap kaum perempuan ini terjadi di mana-mana. Banyak peraturan pemerintah, aturan keagamaan, kultur dan kebiasaan masyarakat yang dikembangkan karena stereotipe tersebut.
Gender dan Beban Kerja Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat-sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggugnjawab kaum perempuan. Konsekuensinya banyak kaum perempuan yang harus bekerja keras dan lama untuk menjaga kebersihan dan kerapian rumah tangganya, mulai dari membersihkan dan mengepel lantai,memasak, mencuci,mencari air untuk mandi hingga memelihara anak. Di kalangan keluarga miskin beban yang sangat berat ini harus ditanggung oleh perempuan sendiri. Terlebih-lebih jika si perempuan tersebut harus bekerja, maka ia memikul beban kerja ganda. Bias gender yang mengakibatkan beban kerja tersebut seringkali dieprkuat dan disebabkan oleh adanya pandangan atau keyakinan di masyarakat bahwa pekerjaan yang dianggap masyarakat sebagai jenis ”pekerjaan perempuan”, seperti semua pekerjaan domestik, dianggap dan dinilai lebih rendah dibandingkan dengan jenis pekerjaan yang dianggap sebagai ”pekerjaan lelaki”, serta dikategorikan sebagai ”bukan produktif” sehingga tidak diperhitungkan dalam statistik ekonomi negara. Sementara itu kaum perempuan,karena anggapan gender ini, sejak dini telah disosialisasikan untuk menekuni peran gender mereka. Di lain pihak kaum lelaki tidak diwajibkan secara kultural untuk menekuni berbagai jenis pekerjaan domestik itu. Kesemuanya ini telah memperkuat pelanggengan secara kultural beban kerja kaum perempuan.
4
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Bahan Bacaan | Modul 3
• • • • •
• • •
• •
• •
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Bahan Bacaan | Modul 5
Relawan dalam Penanggulangan Kemiskinan Siapakah yang dimaksud dengan “Relawan” ?
Relawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan/upah ataupun karier.
Mengapa Program SELARAS menumbuhkan relawan ?
Kenyataan bahwa hampir di semua masyarakat aktivitas sosial berupa sifat tolongmenolong sudah sejak lama sering kita jumpai. Salah satunya yang sering kita kenal adalah “gotong-royong” yang dalam kerelawanan merupakan suatu bentuk tipikal dari jaring pengaman sosial yang paling utama di masyarakat miskin.
Kenyataan ini menunjukkan bahwa sesungguhnya modal sosial berupa sifat-sifat “kerelawanan” di masyarakat sudah ada, kemudian melalui PNPM Mandiri Perkotaan justru diberikan peluang pada masyarakat untuk menumbuh-kembangkan potensi modal sosial ini dengan mengaktualisasikan dirinya sebagai relawan.
PNPM Mandiri Perkotaan merupakan gerakan moral menanggulangi kemiskinan. Hal ini sangat sejalan dengan fitrah kita sebagai manusia yang sesungguhnya adalah mahluk sosial yang sifat-sifat utamanya justru ditunjukkan oleh kemampuannya membantu orang lain sebagai wujud rasa syukur kepada Illahi.
Siapakah yang dapat menjadi Relawan ?
Semua warga yang secara ikhlas tanpa membeda-bedakan derajat dan status sosial bersedia mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan imbalan ataupun karier dapat menjadi relawan. Artinya, siapapun dapat menjadi relawan, selama memiliki semangat dan jiwa kerelawanan. Relawan tidak tergantung dari kelompok masyarakat mana dia berasal.
Apa kontribusi Relawan bagi penanggulangan kemiskinan?
Kreatifitas seseorang untuk berkontribusi membantu orang lain sesungguhnya dapat diwujudkan dengan banyak cara, bahkan mungkin tidak terhitung. Pada dasarnya, kontribusi yang dapat diberikan oleh relawan adalah semua karunia yang telah diperolehnya, antara lain: -
Waktu
-
Tenaga
-
Bakat termasuk kemampuan intelektualitas
-
Harta
Apa peran Relawan dalam menanggulangi kemiskinan ?
Peran utama para relawan adalah sebagai “Agen perubahan” atau “Agen Pembaruan” di masyarakat yang berfungsi mempercepat terjadinya proses penanggulangan kemiskinan. Membangun masyarakat adalah misi utama relawan dalam menanggulangi kemiskinan, yang secara khusus melalui PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan dengan berbagai aktivitas 6
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
pendampingan masyarakat (terutama KSM, BKM dan UP-UP). Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh para relawan ini antara lain :
Peningkatan kapasitas (capacity building) bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin dengan memberikan bimbingan dan pelatihan (coaching and training).
Memberikan bantuan teknis bagi masyarakat yang dibutuhkan dalam menjalani rangkaian siklus proses pelaksanaan Program SELARAS.
Membangun jaringan kerja dan jaringan sumberdaya, sebagai upaya membuka ruang dan akses masyarakat pada informasi, teknologi, kapital, dll.
Melakukan upaya-upaya mobilisasi sumberdaya, sehingga berbagai upaya penanggulangan kemiskinan dapat secara efektif terselenggara bersama masyarakat.
Motor Penggerak Perempuan
Para relawan pun ikut berperan mendorong tumbuhnya komunitas belajar kelurahan (KBK), yang dimulai dengan membangun kelompok-kelompok diskusi diantara para relawan, kemudian mengikutsertakan pihak-pihak lain yang peduli baik dari kalangan pemerintah kelurahan/desa, maupun lembaga sosial atau kemasyarakatan yang ada di lingkungan kelurahan/desa. Dengan demikian upaya kajian atau pembelajaran mengenai berbagai hal pembangunan masyarakat, terutama penanggulangan kemiskinan dapat terus berlangsung di masyarakat. Artinya, masyarakat secara dinamis terus meningkatkan kapasitasnya, dan proses belajar menjadi budaya komunitas.
Bagaimana Program SELARAS membuka peluang menumbuhkan Kerelawanan ?
Sejak awal, setiap tahapan siklus, dan setiap saat dibuka kesempatan seluas-luasnya bagi relawan melalui Pendaftaran Relawan.
Program SELARAS secara sengaja membuka ruang pengabdian yang dapat diisi oleh para Relawan, merintis belajar mandiri melalui pengembangan Komunitas Belajar Kelurahan, pendampingan dalam pengembangan KSM, beraktivitas secara gotongroyong, membangun semangat kebersamaan dalam menyikapi kemiskinan.
Sebagai penggerak Perempuan terutama perempua miskin.
Bagaimana memelihara Semangat dan Jiwa Kerelawanan? Dalam rangka keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan di masyarakat maka peran para relawan menjadi sangat penting, terutama untuk terus menjaga dinamika masyarakat. Kondisi yang perlu terus dipertahankan bagi keberadaan peran para relawan ini adalah dengan terus memelihara semangat dan jiwa kerelawanannya. Hasilnya adalah semakin tumbuhnya kebersamaan (social cohesion), yang merupakan dampak positif dari tindakan kerelawanan. Baik atas prakarsa pemerintah maupun prakarsa BKM/LKM bersama unsur perangkat kelurahan/desa perlu terus (i) Membangun jejaring kebersamaan, (ii) peningkatan kapasitas, (iii) mengupayakan penghargaan dan pengakuan dari Pemda. Salah satu komponen penting bagi keberlanjutan peran para relawan dalam penanggulangan kemiskinan adalah dengan ”manajemen relawan” melalui: perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring aktivitas kerelawanan secara terbuka dan bertanggung jawab (prinsipnya: transparansi dan akuntabilitas). Dengan demikian hasil kerja para relawan ini menjadi semakin nyata dan berarti di masyarakat.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Bahan Bacaan | Modul 6
Identifikasi Kebutuhan Belajar (Diadaptasi dari Membangun Masyarakat Pembelajar – UNESCO & SPPM) Pada proses awal pengembangan BKM/LKM, UP & relawan, kita harus memastikan adanya anggota – anggota yang berminat untuk mengikuti kegiatan. Untuk menjaring anggota tentu saja keberadaan BKM/LKM, UP & relawan harus diinformasikan kepada warga masyarakat sehingga siapapun bisa menjadi anggota dan dapat belajar bersama – sama di dalam BKM/LKM, UP & relawan, baik perempuan maupun laki – laki, dewasa maupun anak – anak. Setelah terjaring anggota, undanglah mereka dalam pertemuan untuk menentukan kebutuhan belajar apa untuk masing – masing anggota yang berhubungan dengan masalah – masalah kesejahteraan keluarga seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan dan sebagainya. Hal ini penting untuk mengetahui apa sebenarnya masalah – masalah, kebutuhan – kebutuhan serta yang mereka harapkan dari kegiatan belajar dari para anggota. Selain hal tersebut, penting pula untuk diketahui kemampuan keaksaraan, tingkat pendidikan dan kondisi – kondisi lainnya dari anggota . Dengan mengetahui hal – hal tersebut, maka kita akan dengan mudah menentukan dan merancang materi – materi belajar untuk masing – masing kelompok. Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan untuk mengetahui masalah dan kebutuhan warga belajar sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan kemudian lebih efektif. Proses
pembelajaran bersama masyarakat akan efektif bila : Materi yang dipelajari sesuai dengan minat dan kebutuhan hidup sehari – hari Materi yang dipelajari menyelesaikan masalah paling penting dalam hidup warga Materi atau pengetahuan baru agar bisa langsung dipraktekan masyarakat.
Cara Identifikasi Kebutuhan Belajar Daftar masalah, kebutuhan dan tingkat kemampuan warga belajar ternyata banyak dan beragam. Biasanya akan terjadi kesulitan bagi kita untuk menyusun materi belajar yang bisa merangkum seluruh harapan anggota. Diskusi bersama untuk menentukan kebutuhan belajar bisa dilakukan dengan mendaftar kebutuhan masing – masing. Apabila anggota BKM/LKM, UP & relawan relatif banyak (lebih dari 10 orang), di dalam pertemuan mintalah anggota BKM/LKM, UP & relawan untuk berkelompok dan mendiskusikan dan memilih kebutuhan belajar. Setelah selesai diskusi dalam kelompok kemudian bahas bersama apakah ada kebutuhan yang sama dari setiap kelompok ataukah ada yang berbeda. Buatlah tabel untuk memudahkan diskusi dan mendapatkan daftar kebutuhan belajar. Masalah Keluarga Kalau musim hujan terjadi wabah diare
Kebutuhan Belajar Pencegahan terhadap diare Pengobatan
Kelompok Yang Membutuhkan Ibu – ibu dan bapak – bapak
Ibu – ibu tidak bisa baca tulis Dsb
Belajar aksara
Ibu – ibu
8
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Memprioritaskan Kebutuhan Belajar Dalam identifikasi kebutuhan, pastinya akan banyak sekali kebutuhan yang muncul dan tidak semuanya bisa dibahas dalam proses belajar yang akan dilaksanakan. Biasanya tidak semua kebutuhan satu kelompok merupakan kebutuhan kelompok lainnya. Kadang – kadang ada kebutuhan yang dirasakan sama oleh beberapa anggota kelompok sekaligus. Buatlah prioritas kebutuhan belajar bersama – sama, para anggota lah yang mempertimbangkan, menyeleksi dan menentukan kebutuhan – kebutuhan tersebut. Seluruh masalah yang sudah diseleksi bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar, yaitu masalah – masalah strategis dan masalah – masalah praktis. Masalah strategis adalah masalah yang membutuhkan pemecahan jangka panjang. Masalah praktis adalah masalah – masalah yang mendesak, serta membutuhkan penanganan jangka pendek untuk memecahkannya. Contoh ; Daftar Masalah Strategis Tidak Punya usaha sampingan Perempuan tidak punya suara desa/kelurahan Tingginya pengangguran Jalan desa rusak Harga pupuk dan bibit padi terlalu mahal
di
Daftar Masalah Praktis Kesehatan anak tidak baik Hama padi tidak bisa dikendalikan Banyak ibu meninggal sewaktu melahirkan Anak –anak muda tidak hormat kepada orang tua Jumlah anak terlalu banyak
Dari hasil identifikasi di atas, kemudian kita bisa menentukan materi pembelajaran apa yang diperlukan. Buatlah daftar materi belajar yang diperlukan dan siapa saja yang membutuhkan materi belajar tersebut.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Merancang Proses Belajar Rencana belajar penting untuk dibuat, ini akan membantu kita untuk mengelola langkah demi langkah kegiatan pembelajaran. Sebuah rencana belajar, sekurang – kurangnya berisi uraian rinci tentang topik, tujuan, metode, media, rencana evaluasi, jumlah pertemuan, tempat dan waktu pertemuan, dan lain – lain yang dipandang perlu. Ada dua hal yang harus dilakukan dalam merancang proses belajar , yang pertama menyusun rencana belajar bersama anggota BKM/LKM, UP & relawan. Kedua Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan guna mendukung proses belajar nantinya. Rencana Belajar Rencana belajar, sebaiknya disusun bersama – sama dengan anggota BKM/LKM, UP & relawan. Setiap kebutuhan belajar yang sudah diidentifikasi sebelumnya dirinci topiknya, tujuan belajarnya, metodenya, media yang akan digunakan serta rencana evaluasinya. Contoh : Kebutuhan Prioritas 1 : Pencegahan dan Penanganan Kesehatan Anak Tujuan
Topik
Metode dan Alat Bantu
Waktu Narasumber
10
Warga paham penyebab muntaber Warga paham cara penularan muntaber Warga bisa menghitung harga obat-obatan muntaber Warga terampil melakukan pencegahan dan penanganan muntaber Apakah muntaber itu? Sebab – sebab penyakit muntaber Cara – cara penularan penyakit muntaber Cara pencegahan dan penanganan penyakit muntaber Metode : Bermain peran, diskusi kelompok, curah pendapat, dll Alat bantu : buku, brosur kesehatan, gambar, kartu metaplan, papan tulis dan sebagainya 8 kali pertemuan dalam 1 tahun Dinas kesehatan
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Kebutuhan Prioritas 2 Tujuan Topik Metode dan Alat bantu Rencana evaluasi Waktu Tempat
Buatlah tabel – tabel rencana belajar berdasarkan prioritas belajar yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam menentukan rencana belajar, kita harus mengingat beberapa hal penting, antara lain : Satu masalah prioritas tidak selalu dirinci menjadi 1 topik belajar. Kadang – kadang kita diharuskan memperinci satu masalah yang kompleks menjadi beberapa topik. Satu topik tidak selalu memerlukan waktu 1 kali pertemuan. Seringkali, apalagi jika topik tersebut menyangkut masalah yang sulit atau tujuannya terfokus kepada perubahan sikap/perilaku warga belajar, memerlukan waktu lebih dari 1 kali pertemuan. Dalam hal ini kita harus selalu mempertimbangkan waktu belajar warga yang kadang – kadang hanya 2 – 3 jam. Persiapan Sebelum proses belajar dimulai, berdasarkan kepada rencana yang sudah dibuat maka kita harus mempersiapkan bahan – bahan dan segala sesuatu yang yang diperlukan untuk mendukung kelancaran proses belajar. Beberapa hal yang harus disipakan adalah : Mencari infromasi dan menghubungi narasumber yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas, misalnya untuk topik kesehatan anak bisa meminta dokter puskesmasa atau bidan desa. Mengemas infromasi yang diperoleh dari narasumber menjadi bahan belajar Menyiapkan media dan alat yang dibutuhkan Mencek kesiapan tempat kegiatan belajar.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Bahan Bacaan | Modul 7
Metodologi Pendidikan Kritis Filsapat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara – cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia. Dilihat dari segi jumlah saja menunjukkan bahwa keadaan tersebut memperlihatkan kondisi yang tidak berimbang, tidak adil. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai ’situasi penindasan’. Bagi Freire, penindasan atau apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas maupun atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam kebudayaan bisu . adapun minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi manusia sesamanya. Freire melihat penindasan juga terjadi dalam proses pendidikan selama ini, yang disebutnya sebagai ”banking concept of education”. Murid dalam proses pendidikan model bank yang dipraktekan di sekolah – sekolah lebih menjadi objek pendidikan, mereka pasif dan hanya mendengar, mengikuti dan mencontoh para guru. Proses pendidikan seperti itu bagi Freire tidak saja bersifat menjinakkan, tetapi bahkan lebih jauh merupakan proses dehumanisasi dan penindasan. Dalam konsep pendidkan di atas, anak didik dianggap sebagai objek investasi dan sumber deposito potensial. Depositor atau investornya adalah para guru yang mewakili lembaga – lembaga kemasyarakatan mapan dan berkuasa., sementara depositnya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada anak didik. Anak didikpun lantas diperlakukan sebagai ”bejana kosong” yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman ’modal ilmu pengetahuan’ yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subjek aktif, sedang anak didik adalah obyek yang pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari relaitas dunia yang diajarkan kepada mereka., sebagai obyek ilmu pengehtahuan teoritis yang tidak berkesadaran. Pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan ”gaya bank” sebagai berikut : 12
Guru mengajar, murid belajar Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa Guru berpikir, murid dipikirkan Guru bicara, murid mendengarkan Guru mengatur, murid diatur Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan kebebasan murid-murid Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya.
Oleh karena itu, guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasi diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yan harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Implikasinya adalah bahwa pada saatnya nanti murid – murid akan benar – benar menjadikan diri mereka sendiri sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia – manusia penindas. Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan akan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian seterusnya. Sistem pendidikan, karena itu, menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status quo sepanjang masa, bukan menjadi kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan. Bagi Freire, sistem pendidikan sebaliknya justru harus menjadi kekuatan penyadar dan pembebas umat manusia. Oleh karena itu Freire selanjutnya mengembangkan suatu pendidikan yang tidak saja mentransformasikan hubungn guru dan murid yang kebih membebaskan, serta meletakkan dasar konsep pendidikan yang justru memposisikan murid sebagai subjek pendidikan dengan tidak saja memperkenalkan berbagai metodologi dan praktek hubungan pendidikan yang bersifat membebaskan, namun juga membangkitkan kesadaran kritis warga belajar terhadap ketidak adilan sistemik. Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Freire adalah, pendidikan untuk pembebasan – bukan untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakan sosial budaya. Pendidikan bertujuan menggarap relaitas manusia, dan karena itu secara metodologis bertumpu di atas prinsip – prinsip aksi dan refleksi. Prinsip ’praxis’ menjadi kerangka dasar sistem pendidikan Paulo Freire. Praxis adalah ’manunggal karsa, kata dan karya’ karena manusia adalah kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Setiap waktu dalam prosesnya, pendidikan ini merangsang ke arah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali, dan dari refleksi itu diambil tindakan yang lebih baik. Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru. Jadi keduanya (murid dan guru saling belajar satu sama lain, slaing memanusiaakn. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya. Hubungan keduanyapun menjadi sumyek – subyek, bukan obyek – obyek. Obyek mereka adalah realita. Maka terciptalah susasna dialogis yang bersifat inter subyek untuk emmahami suatu obyek bersama. Proses Pendidikan Kritis Suatu penyelenggaraan belajar mengajar, merupakan proses pendidikan kritis – harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan pesertanya untuk menjadi pelaku (subjek) utama, bukan sasaran perlakuan (objek) dari proses tersebut.
Ciri – ciri Pokok : Belajar dari pengalaman (relaitas kehidupan); yang dipelajari bukan ’ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat, dsb) dari seseorang , tetapi keadaan nyata masyarakat atau pengalaman seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ’kepintaran omong’nya. Tidak menggurui; karena itu, tak ada ”guru” dan tak ada ”murid yang digurui”. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ”guru sekaligus murid” pada saat yang bersamaan. Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Dialogis; karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ”mengajar – belajar” yang bersifat satu arah, tetapi proses ”komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio visual, dsb) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat dalam proses pelatihan tersebut. Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dalam pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ”daur belajar (dari) pengalaman yang distrukturkan”. Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagain dari realitas tersebut. Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan :
Rangkai – ulang (rekonstruksi) : yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur – unsur, urutan kejadian,dll) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami; karena proses ini dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan, mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhrinya menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya. Ungkapan; setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut. Kaji-urai (analisis); yakni mengkaji sebab akibat dan kemajemukan kaitan – kaitan permasalahan yang ada dalam relaitas tersebut – yakni tatanan, aturan, sistem, yang menjadi akar persoalan. Kesimpulan; yakni merumuskan makna hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa yang dialami dan dipelajari dengan cara seperti ini akan membantu untuk merumuskan, merinci dan memperjelas hal – hal yang telah dipelajari. Tindakan; tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan relaitas-relaitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka penreapan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajran bru, atau penglaman baru, penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bgian yag bersifat ”eksperimental”. Tentu saja proses pentrapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.
14
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
PEMANDU PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian Pemandu Seorang Guru mengajarkan ilmu kepada muridnya. Seorang Pelatih melatihkan keterampilan kepada peserta pelatihan. Apakah yang dilakukan oleh seorang Pemandu (Fasilitator)? .
Pemandu (Fasilitator) : Mengajarkan ilmu Melatihkan keterampilan Tetapi dengan cara yang tidak menggurui Pemandu menciptakan suasana dan situasi yang memungkinkan peserta belajar : Mendapatkan pengalaman baru, atau Menata kembali pengalaman lama, baik itu sikap, pengetahuan maupun keterampilan, yang dimilikinya dengan cara baru Sehingga peserta belajar tergugah untuk mencoba perubahan sikap dan perilakunya. Sikap seorang Pemandu Seorang Pemandu harus mempunyai sikap – sikap yang mendukung perannya sebagai pengelola kegiatan belajar, yaitu :
Mempunyai Emphaty, atau kesediaan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh peserta serta memahami jalan pikiran peserta (terutama hambatan –hambatan belajar yang dialaminya) Bersikap wajar atau tidak mencoba tampil dengan rasa lebih pintar dan lebih hebat. Tampilkan diri sebagaimana adanya. Jangan menjadi orang lain. Menunjukkan rasa hormat (menghargai) atau respek. Berpandangan positif terhadap semua peserta, menghargai pengetahuan, pengalaman, tradisi, atau kepercayaan yang dianut peserta. Hadir secara utuh, walaupun kadang – kadang merasa letih dan jenuh, tetap memusatkan perhatian kepada peserta dan suasana serta situasi belajar. Mengakui kehadiran setiap peserta, tidak terkecuali yang lamban atau cepat belajar, yang tua atau yang muda, laki – laki atau perempuan, yang memiliki kedudukan atau bukan. Bersikap terbuka dalam mendengarkan pendapat dan komentar peserta, tanpa memberikan penilaian dengan ukuran atau konsep Pemandu sendiri. Pemandu juga harus siap untuk menerima perbedaan pendapat. Tidak menggurui, sebab orang dewasa punya harga diri yang tinggi, jadi seringkali tidak suka digurui. Tidak (seolah – olah) menjadi ahli/pakar dalam segala bidang. Jika tidak tahu tentang sesuatu permasalahan, berterus terang. Beri peluang kepada peserta untuk mengungkapkan pengetahuaannya. Tidak menginterupsi atau memotong pembicaraan peserta karena tidak sabar. Jika menemui peserta yang bertele – tele, kendalikan dengan taktis. Cari waktu dimana ia menarik nafas, pada saat itulah Pemandu bisa masuk.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Tidak berdebat dengan satu orang peserta. Jika ada peserta yang menyanggah jawaban Pemandu, jadikanlah diskusi umum atau lemparan pendapat dan sanggahan tersebut kepada peserta lainnya.
Sikap Tubuh Pemandu Pemandu merupakan pusat perhatian dan pandangan dari seluruh peserta, karena itu, sikap tubuh dan gerakan Pemandu juga berpengaruh terhadap proses belajar. Berikut ini adalah saransaran untuk sikap tubuh Pemandu yang baik :
Bervariasi dalam sikap tubuh agar menghilangkan kebosanan. Jangan duduk terus menerus, dan jangan berdiri di satu tempat saja. Pandangan mata harus penuh perhatian dan merata kepada semua peserta secara bergantian (adil). Jangan hanya memperhatikan peserta tertentu saja, misalnya yang cantik atau selalu mendukung Pemandu. Tangan jangan digerakkan sembarangan. Menuding atau menunjukkan telunjuk kepada (muka) orang lain, seringkali dianggap tidak sopan di dalam budaya Indonesia. Gerakkanlah tangan dengan wajar dan leluasa, tetapi bermakna. Langkah harus tampak mantap dan mempunyai tujuan. Jangan kelihatan bergerak dengan bingung. Senyuman harganya lebih dari satu juta rupiah. Tapi, Pemandu harus tahu kapan melontarkan senyuman dan kapan harus mencerminkan muka serius. Hanya, jangan pernah berwajah marah atau galak. Berpakaian sewajarnya dan sopan sesuai dengan lingkungan peserta. Sesuaikan diri dengan peserta.
Karakteristik Seorang Pemandu Mutu pribadi dan keunggulan sifat apa saja yang diperlukan untuk menjadi seorang Pemandu yang efektif ?
Penguasaan tentang topik bahasan. Ini sudah mutlak. Collen Stafford yang sering menyelenggarakan latihan mengenai pengorganisasian masyarakat dan kepemimpinan, percaya bahwa ”pelatih terbaik adalah mereka yang membuat anda merasa bahwa pengetahuannya tentang topik bahasan bersangkutan sepuluh kali lipat luasnya dari pada yang disampaikannya. Dan pada kahir latihan anda masih mengharapkan belajar lebih banyak darinya”. Dengan kata lain, sebagai pelatih anda menciptakan suatu kesan bahwa anda telah mempelajari dan mempersiapkan topik bahasan secara mendalam, sehingga anda sanggup meliput segala pandangan yang berbeda dan segala nuansa serta mampu manyajikan inti persoalan dan membuat kesimpulan. Dengan menguasai sepenuhnya suatu topik bahasan, berarti anda menambah rasa tenang dan membangun rasa percaya diri.
Rasa ingin tahu. Sama pentingnya dengan memiliki pengetahuan mendasar tentang topik bahasan adalah hasrat untuk terus menerus belajar dan menambah pengetahuan tentang suatu topik atau bahan bahasan. Bila ada pertanyaan peserta yang tidak bisa anda jawab, jangan segan – segan mengatakan : ”Saya tidak tahu, tapi saya akan mencoba mencarikan jawaban pertanyaan anda itu”. Hendaknya anda terus berupaya meningkatkan mutu penyajian/mengajar dengan mengemukakan bahan atau informasi yang paling baru. Bacalah buku – buku atau referensi lain yang relevan, maka anda akan menumbuhkan citra dinamis dan mutakhir, sehingga tidak ketinggalan jaman.
Sikap anthusias atau bersemangat. Masih ingat sewaktu anda harus menguap dan menutup mulut anda dengan tangan susah payah karena menahan rasa kantuk yang
16
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
ditimbulkan oleh cara guru anda mengajar dengan tidak bersemangat dan itu terlihat dari kata – kata yang diucapkannya. Dan sebaliknya, ada juga guru yang begitu bersemangat sehingga memaksa anda untuk memperhatikan pelajaran itu, apalagi jika dibawakan dengan penuh semngat pula. Padahal anda tidak menyukai mata pelajaran itu, apalagi jika dibawakan oleh guru yang pertama.
Kepercayaan atau keyakinan diri. Jika anda belum mempunyai kepercayaan diri yang penuh, pada mulanya mungkin anda harus berpura – pura dulu percaya diri. Dengan bertambahnya pengalaman dan melatih, kepercayaan diri akan tumbuh dengan sendirinya. Suatu saat orang – orang alan sering menyebut anda sebagai orang yang mahir melatih, maka lambat laun anda akan benar – benar menjadi pakar pelatih.
Rasa humor. Bukan berarti anda harus menjadi Charlie Chaplin atau Jojon, atau orang yang mahir menceritakan lelucon, tetapi kemampuan anda untuk secara spontan mengalihkan komentar peserta latihan, atau memperjelas keterangan anda dengan ilustrasi kisah yang mengandung humor/lucu. Apapun topik bahasannya, sekedar humor dapat menyedapkan dan membuat sajian pelajaran anda lebih jelas dan segar diterima peserta latihan. Tertawa dapat melepaskan ketegangan peserta, dan juga menenangkan diri anda sendiri. Humor juga dapat menarik perhatian orang. Makin berat suatu bahasan pelajaran, maka semakin diperlukan selingan homur.
Keluwesan. Para Pemandu seringkali mengemukakan betapa pentingnya membaca atau memahami peserta. Anda harus mengetahui kapan harus meneruskan, membelokan atau meberhentikan suatu bahasan atau pelajaran. Jangan membatasi diri anda dengan waktu atau pokok bahasan yang telah ditetapkan di dalam petunjuk atau prosedur melatih. Sekedar memaksakan isi dan mentaati prosedur saja tidak akan efektif dalam membantu orang dewasa belajar. Seorang pelatih yang mahir mempunyai setumpuk akal untuk menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan luwes. Pikrian yang tanggap dan mempersiapkan rencana cadangan akan membantu anda bersikap tenang apabila aral menghalang, atau terjadi halangan secara mendadak. Misalnya, sewaktu anda harus mempertontonkan film sepanjang 30 menit, tiba – tiba proyektornya macet. Padahal pertunjukan baru seperempatnya yang diputarkan. Apa yang akan anda lakukan? Panik? Jangan! Anda bukan hanya harus tanggap terhadap terhadap bencana demikian, anda juga harus siap memecahkannya.
Bersandiwara (memainkan peran). Apakah seorang pemain yang tidak dinamis dapat menjadi pelatih yang baik? Ini hal yang mustahil. Akan tetapi tidak berarti anda harus ”ramai” dan terlalu ”agresif”. Banyak aktor dan aktris yang sehari – harinya di depan kamera menjadi orang periang dan kuat di hadapan penonton atau di atas panggung. Dalam banyak hal, melatih suatu program latihan mirip dengan penampilan di atas pentas. Anda menghapalkan kalimat-kalimat atau dialog skenario terpenting yang akan diucapkan dan berulang – ulang menyampaikan fakta dan lelucon yang memukau penonton. Anda menggunakan ekspresi wajah, nada suara, serta gerakkan tubuh, persis seperti aktor, untuk memberi penekanan atas apa yang ingin disampaikan kepada peserta pelatihan.
Stamina dan kesiapan fisik. Berdiri di hadapan peserta latihan dan berbicara berjam – jam bahkan mendengarkan, menampung dan menanggapi komentar serta menjawab pertanyaan, sungguh merupakan pekerjaan yang meletihkan fisik dan mental/emosi. Tubuh anda memompakan banyak adrenalin untuk mempertahankan tenaga sampai session latihan usai. Tetapi dapat diduga, setelah itu anda akan lunglai. Mata anda akan memerah dan terasa sepat. Kepala terasa pusing. Tubuh akan terasa penat. Jadi jika anda melatih seharian penuh, jangan membuat rencana yang terlalu padat dan berat pada petang dan malam harinya. Makan dan tidur saja sudah cukup. Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
18
Bermuka badak atau tebal kulit muka. Seperti juga dialami seorang aktor. Anda sebagai pelatih akan mendapat beberapa kritik buruk, dan anda tidak bisa atau tidak boleh terlalu peka. Oleh karena itu anda harus banyak belajar tahan menghadapi kritikan dan kecaman. Bagaimanapun pandainya anda, tidak mungkin anda dapat memuaskan semua peserta. Manusia tidak sama satu dengan yang lainnya. Dalam setiap pelatihan, sudah pasti ada sebagian orang yang bosan atau tidak mengacuhkan anda, bahkan mungkin ada yang sinis atau memusuhi. Jadi bersiaplah untuk menghadapi kenyataan seperti itu. Sebagai pelatih, jangan anda mengambil kritikan itu sebagai sentimen pribadi.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
METODE PEMBELAJARAN (Membangun Masyarakat Pembelajar,Handbook Non Formal Adult Education Facilitators)
Pengantar Metode dapat diartikan sebagai cara untuk memperoleh atau mencapai sesuatu. Metode belajar adalah cara – cara yang lazim digunakan untuk mencapai tujuan belajar tertentu., baik peningkatan pengetahuan, perubahan sikap maupun keterampilan. Memfasilitasi orang dewasa belajar tidaklah semudah memfasilitasi anak-anak. Orang dewasa tidaklah seperti gelas kosong yang dapat dengan mudah kita isi sesuatu, orang dewasa ibara gelas yang sudah terisi bahkan mungkin sudah terisi penuh, mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya juga cara – cara tersendiri untuk belajar. Proses belajar bagi orang dewasa secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut :
Pengalaman nyata
Penerapan/ Ujicoba
Pengamatan dan refleksi
Konseptualisasi
Diagram di atas dapat dijelaskan, bahwa pada umumnya orang dewasa belajar melalui 4 tahapan proses yaitu pengalaman nyata, pengamatan dan refleksi, konseptualisasi , penerapan dan seterusnya. Tetapi setiap orang sering melalui tahap yang berbeda – beda. Ada yang belajar dimulai dari pengalaman nyata, ada yang dimulai dari pengamatan, dan seterusnya. Jadi, proses belajar bagi orang dewasa lebih merupakan pengalaman individual yang sangat tergantung dari karakateristik orang bersngkutan. Fasilitator perlu memiliki metode yangmemungkinkan warga belajar mengalami 4 tahap proses tersebut, dan mempraktekan metode tersebut dalam sebuah proses belajar yang menyenangkan.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Untuk dapat memilih metode yang tepat fasilitator perlu mengetahui karakteristik dan ranah belajar dari setiap metode. Metode Wawancara/Tanya jawab Curah pendapat Ceramah Diskusi kelompok Diskusi kelompok terfokus Penugasan/praktek Permainan Bermain peran Analisis situasional Kunjungan silang Simulasi
Ranah belajar Pengetahuan
Sikap
Keterampilan
Bagaimana Memilih Metode dan Alat Bantu ? Suatu metode dipilih biasanya didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain : Kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai Fasilitator mampu menjalankan metode tersebut Warga belajar mampu melibatkan diri dalam metode tersebut Murah, artinya tidak terlalu memakan alat Bantu yang banyak Besarnya kelompok yang difasilitasi Ketersediaan waktu Metode – metode tersebut tidak boleh berdiri sendiri. Kombinasi antar metode akan membuat proses belajar semakin menarik dan tidak membosankan.
Metode – metode yang disebut di atas, memiliki karakter dasar yang cenderung merangsang partisipasi. Tetapi memilih metode dan media tersebut belum tentu menjamin proses fasilitasi berlangsung secara partisipatif. Yang paling penting adalah fasilitatornya sendiri. Kita bisa memodifikasi atau mengembangkan metode – metode yang ada di dalam siplemen ini disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan yang kita hadapi di lapangan. Penggunaan Metode dalam Proses Pembelajaran Bersama Masyarakat Metode Brainstorming ( Asah Otak) Metode asah otak adalah suatu cara yang cocok untuk menghasilkan ide-ide baru. Asah otak memungkinkan warga belajar saling bekerjasama mengumpulkan ide-ide untuk memecahkan masalah mereka. Metode ini umumnya kita gunakan untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemecahan masalah tertentu, atau kegiatan – kegiatan lain yang membutuhkan munculnya gagasan-gagasan baru. Ada dua tahap pengorganisasian dan peraturan dari kegiatan asah otak : Tahap pertama adalah untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide-ide tersebut bisa ditulis di atas lembaran kertas dan memperkenalkannya di atas papan atau menuliskannya secara langsung dalam sebuah bagan – bagan. Warga dilarang berkomentar selama tahap ini. Tahap kedua adalah mengevaluasi ide – ide yang dihasilkan selama tahap pertama. Kemudian, warga belajar diminta mengelompokan ide – ide yang sama, lalu memberikan 20
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
tanda pada setiap kelompok dalam sebuah prioritas ( ada kelompok ide dengan prioritas paling penting, kedua terpenting, dan seterusnya) Langkah Umum Penggunaan Metode Identifikasi dan tulis masalah – masalah yang dihadapi oleh warga belajar di papan tulis atau lembaran kertas Mintalah warga belajar untuk memikirkan masalah – masalah tersebut selama beberapa menit Mintalah ide – ide/gagasan seketika warga belajar (tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu) terhadap pemecahan masalah tersebut. Mintalah warga belajar untuk memberi tanggapan atau mendebat ide – ide yang dilontarkan tersebut. Tunjuklah seseorang untuk menulis ide – ide tersebut di papan tulis Hentikan kegiatan brainstorming pada beberapa titik permasalahan dan mintalah warga belajar untuk menjelaskan setiap ide tersebut. Kelompokkan ide – ide tersebut, lalu tentukan tingkat prioritasnya Diskusikan dan garis bawahi ide – ide yang telah disetujui bersama Metode Ceramah Metode ini biasa kita lakukan untuk menyampaikan suatu pesan atau materi secara lisan, dengan maupun tanpa menggunakan alat Bantu/media. Biasanya penggunaan metode ini harus dibarengi dengan penggunaan metode lainnya. Langkah Umum Penggunaan Metode
Persiapan Susun materi yang akan kita sampaikan dengan sistematika yang berurutan. Biasanya, materi ini akan menjadi bahan serahan untuk warga belajar. Tulislah beberapa pokok pikiran penting dari bahan serahan di atas lembar kertas Pelaksanaan Sampaikan pokok bahasan materi secara berurutan di hadapan warga belajar Setelah semua materi selesai disampaikan, atau pada tengah – tenagh sesi, persilakan warga belajar untuk mengajuka pertanyaan Setelah Tanya jawab/diskusi selesai, simpulkan materinya Bagikan bahan serahan kepada seluruh warga belajar Metode Tanya Jawab Metode ini kita terapkan untuk melakukan rt materi. Sesuai dengan prinsip, bahwa orang dewasa adalah orang yang telah memiliki berbagai pengalaman, proses Tanya jawab tidak berari pertanyaan dari warga belajar harus kita jawab. Kita bisa memberikan kesempatan kepada warga belajar yang bersangkutan untuk menggali pengalamannya sendiri, atau memberikan kesemoatan kepada warga belajar lain untuk memberikan jawaban. Biasanya metode ini digunakan setelah kita menyampaikan materi ( seperti ceramah, demonstrasi, atau penugasan ). Langkah umum penggunaan metode Jika proses diawali dengan pertanyaan dari warga belajar : Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Persilakan warga belajar untuk bertanya tentang topik yang disampaikan Ketika sebuah pertanyaan diajukan, persilakan warga belajar yang lain untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan tersebut berdasarkan pengalaman mereka. Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar ke mana – mana Simpulkan jawaban-jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukan. Jika proses diawali dengan pertanyaan dari fasilitator : Persiapkan beberapa pertanyaan kunci untuk memperdalam pemahaman materi yang akan disampaikan Ajukan pertanyaan kunci tersebut dan minta warga belajar untuk menanggapinya Pada saat Tanya jawab berlangsung, jaga proses agar tetap mengarah pada persoalan yang sedang dipertanyakan, tidak melebar kemana – mana Simpulkan jawaban – jawaban tersebut, jika perlu kita bisa memberikan masukkan. Metode Diskusi Kelompok dan Pleno Metode ini bermanfaat agar warga belajar dapat : saling mendengarkan pandangan orang lain; menghormati ide – ide orang lain; tidak melukai atau mempermalukan satu sama lain; belajar berkomunikasi secara ringkas, jelas dan tepat. Metode ini biasa digunakan dalam berbagai kegiatan. Pada saat menerapkan metode ini, kita atau orang yang berperan sebagai pemimpin diskusi tidak boleh berbicara terlalu panjang, tetapi harus lebih banyak mendengarkan dan memandu proses diksusi di antara warga belajar. Langkah Umum penggunaan metode Diskusi Kelompok Metode ini digunakan kalau jumlah warag belajar cukup banyak, misalnya lebih dari 10 orang. Jadi, agar semua orang bisa terlibat aktif dalam proses diskusi, bagi warga belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Langkah umum metode ini adalah sebagai berikut : Agar proses diskusi dapat berlangsung lancr, sepakati dahulu aturan main Bagilah warga belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil Tuliskan topik yang akan didiskusikan dalam kelompok Meintalah kepada setiap kelompok untuk memilih fasilitator yang akan memimpin diskusi dalam kelompok. Sepakati waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok Minta setiap kelompok untuk menuliskan hasil kerja mereka Doronglah setiap anggota kelompok menyampaikan pendapat mereka. Setiap orang harus punya kesempatan untuk berbicara dan membagi idenya. Kumpulkan hasil kerja dari setiap kelompok, lalu lanjutkan pembahasan dalam diskusi pleno. Diskusi Pleno Metode ini umumnya dipergunakan setelah selesai melakukan diskusi kelompok Minta setiap kelompok memilih satu orang untuk menyampaikan pokok-pokok pikiran hasil diskusi kelompoknya.
22
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Sepakati lamanya waktu bagi setiap kelompok dalam menyampaikan hasil kelompoknya, jangan lebih dari 10 menit. Ingatkan warga belajar, bahwa pembahasan hasil diskusi akan dilakukan setelah presentasi. Setalah seluruh kelompok selesai menyampaikan hasil diskuisnya, persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan atau penjelasan terhadap hasil kelompok yang sudah disampaikan sebelumnya Setelah semua hasil kerja kelompok dibahas, ajak warga belajar menyimpulkan hasil-hasil diskusi, dengan cara membandingkan hasil setiap kelompok dan menarik benag merah dari hasil diskusi. Simpulkan hasil diskusi pleno, atau minta salah seorang warga belajar untuk menyimpulkannya sendiri Metode Penugasan/Praktek Metode penugasan adalah cara belajar dengan jalan menugaskan kepada warga belajar untuk melakukan sesuatu. Tugas yang diberikan harus khusus atau jelas obyek dan waktunya. Metode ini lebih bertujuan untuk membawa warga belajar ke dunia nyata dalam mempraktekan pengetahuan yang diperoleh. Oleh karena itu, metode ini akan sangat mempengaruhi wilayah keterampilan warga belajar. Langkah umum penggunaan metode Persiapkan pedoman tugas yang akan diberikan ( bisa berupa topik yang berhubungan dengan materi, dan lain-lain) Jelaskan kepada warga belajar tentang tugas yang akan dilakukan Persilakan warga belajar untuk mengajukan pertanyaan tentang tugas tersebut Buat kesepakatan tentang lamanya waktu penugasan tersbut (kapan mulai dan kapan selesai) dan bentuk laporannya serta cara mempresentasikannya.
Metode Permainan Metode ini digunakan dalam kegiatan belajar. Dari pengalaman, metode ini terbukti sangat efektif untuk melibatkan warga belajar, membuat warga belajar merasa nyaman dan segar mengikuti kegiatan. Metode permainan dapat dilakukan dengan bermacam cara, seperti nyanyian, cerita, gambar atau permainan lainnya. Tema – tema permainan bisa berhubungan dengan kepemimpinan, sikap, kerjasama, koordinasi, pemecahan masalah, komunikasi, pemantauan, evaluasi, isu gender, teknik fasilitasi, dan sebagainya yang relevan dengan materi belajar. Dalam proses belajar, metode permainan bertujuan untuk : Mengubah suasana belajar yang kaku atau tegang menjadi lebih santai dan nyaman, dan megubah warga belajar yang pasif dan jenuh menjadi lebih aktif dan semangat. Menumbuhkan sikap dan pandangan pribadi, dalam hal penalaran, wawasan, perbaikan sikap, dan introspeksi Mengantarkan atau memulai pokok bahasan dengan suasana aktif, gairah, riang, luwes atau akrab. Untuk mencapai tujuan /manfaat tersebut perlu dipertimbangkan karakteristik warga belajar, yaitu (1) latar belakang budaya atau kebiasaan, agama, pekerjaan dan status sosial warga belajar; (2) Pengalaman, pendidikan, atau wawasan warga belajar pada umumnya; (3) kecenderungan perilaku atau sikap tertentu dari warga belajar ayng berkembang dalam proses belajar, baik yang positif maupun negative. Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Metode Bermain Peran Selain digunakan dalam kegiatan belajar , metode bermain peran dapat juga dipakai untuk menilai proses dan hasil belajar. Biasanya bermain peran menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi warga belajar. Dengan bermain peran dalam situasi tertentu, warga belajar dapat mengungkapkan gagasan mereka dan memperdalam pemahaman warga belajar terhadap apa yagn dipelajari. Metode ini juga dapat dijadikan sebagai alat untuk memotivasi dalam memecahkan masalah melalui diskusi. Untuk bermain peran ini, tidak perlu latihan terlebih dahulu, tidak perlu ada naskah atau katakata kunci yang harus diucapkan warga belajar. Yang penting diberikan adalah gambaran tentang situasi apa yang mereka perankan. Penilaian bermain peran, dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan seperti berikut : Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana Bagaimana
warga belajar memahami perannya dengan jelas ? warga belajar mengungkapkan gagasannya dengan jelas ? keaktifan warga belajar ? warga belajar bertutur dan menggunakan bahasa tubuh dengan baik ? warga belajar dapat membaca dan menggunakan naskah tertulis ?
Langkah umum penggunaan metode Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil belajar, misalnya untuk menilai kemampuan membangun hubungan sosial yang baik, maka langkah-langkah penerapannya adalah sebagai berikut : Kelompokkan warga belajar menjadi 2 kelompok. Minta mereka untuk mendiskusikan situasi yang menggambarkan : kelompok 1 tentang menjalin hubungan yang baik antar pribadi, kelompok 2 tentang merusak hubungan antar pribadi. Setiap kelompok bermain selama 5 menit, diawali dengan kelompok 1 yang dilanjutkan oleh kelompok 2 Setelah selesai, minta seluruh warga belajar untuk memberi komentar Setelah kelompok 1 tampil, tanyakan pada kelompok 2 hal – hal apa saja yang dapat menjalin hubungan baik itu Kemudian setelah kelompok 2 tampil, tanyakan hal-hal yang dapat merusak hubungan antar pribadi Analisalah jawaban-jawabannya dan catat pengamatan anda Catatlah pengamatan mengenai (1) apakah warga belajar memahami pentingnya membangun hubungan baik dengan orang lain ? (2) bagaimana caranya ? (3) apakah mereka dapat menyebutkan cirri-ciri hubungan baik? Metode Analisis Situasional Metode ini memungkinkan warga belajar mengidentifikasi atau membandingkan perbedaan – perbedaan berdasarkan keyakinan, pengetahuan dan pengalaman masing-masing warga belajar. Situasi seperti ini dapat diperoleh melalui TV, radio, atau cerita – cerita rakyat yang dikenal oleh warga belajar sehingga memberikan mereka kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya. Sehingga warga belajar dapat mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan yang dimilki. Oleh karena itu, kita sebagai fasilitator dapat menggunakan hasil pengamatan, juga umpan balik dari kelompok dan setiap warga belajar sebagai upaya penilaian.
24
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Langkah umum penggunaan metode Jika metode ini diterapkan untuk menilai hasil beajar, maka langkah – langkah penerapannya adalah sebagai berikut : Kelompokkan warga belajar ke dalam kelompok – kelompok kecil Minta mereka membaca atau menggambarkan cerita tentang masalah sosial atau masalah lain yang melibatkan masyarakat. Misalnya saja masalah banyaknya keluarga – keluarga yang memiliki lebih dari 5 anak ( keluarga besar ) Berikan gambaran situasi serta permasalahannya kepada setiap kelompok untuk menganalisa cerita tersebut. Minta warga belajar membandingkan gagasan dari suatu keluarga berdasar pada situasi yang digambarkan dengan gagasan mereka tentang keluarga Warga belajar menganalisis situasi keluarga besar kemudian menuliskan keuntungan dan kerugiannya. Warga belajar mengidentifikasi situasi yang sama dengan pengalaman mereka tentang pengaruh keluarga besar terhadap kebutuhan pokok utamanya kesehatan dan gizi Berikan waktu yang cukup untuk menganalisa, kemudian minta warga belajar melaporkan kegiatan di depan kelas Analisislah jawaban-jawabannya, dan catat hasil pengamatan anda : (1) apakah warga belajar dapat menggunakan konsep keluarga secara jelas ? (2) apakah warga belajar dapat menyebutkan manfaat keluarga kecil, manfaat keluarga besar, kemudian minta untuk memberikan alasannya. Metode Simulasi Metode simulasi adalah cara belajar melalui pengandaian atau pemisalan. Seperti metode Tanya jawab dan penugasan, metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah dismapaikan dengan cara lain (misalnya : ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak mempengarunahi ranah sikap dari warga belajar. Sehingga pokok pembahasan lebih ditekankan kepada sikap – sikap yang perlu dikembangkan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh. Metode ini bisa dijadikan semacam ujian terhadap warga belajar, untuk melihat sampai sejauh mana mereka mampu menerapkan materi yang telah diberikan. Langkah umum penggunaan metode Minta salah seorang atau beberapa orang warg belajar untuk berperan sebagai fasilitator. Sedangkan warga belajar lainnya dimint untuk berperan sebagai warga belajar. Berilah kesempatan kepada orang yang berperan sebagai fasilitator untuk mempersiapkan proses. Minta fasilitaor untuk merancang proses seakan – akan berhadapan dengan warga belajar Warga belajar diminta untuk berekasi, memberikan pertanyaan maupun tanggapan selama proses berlangsung. Setelah proses dianggap selesai, ajak seluruh warga belajar untuk mendiskusikan pengelamnnya. Bagi yang berperan sebagai fasilitator. Bagaimana kesannya mengenai simulasi tadi? Apakah kesulitan – kesulitan yang dihadapi dalam memfasilitasi proses tadi ? bagaimana caranya agar proses tersebut dapat diterapkan dengan lebih baik ? Bagi warga belajar : bagaimana kesan – kesannya terhadap proses yang dibawakan oleh fasilitator tadi? Mudah atau sulitkah bagi warga belajar untuk belajar dengan proses tersebut? Bagaimana cara untuk memperbaiki proses tadi? Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Garis bawahi gagasan – gagasan warga belajar, sebagai bahan refleksi atas materi yang telah diberikan. Jika perlu, berikan masukan tentang tips-tips atau cara – cara untuk menjadi fasilitator yang baik
26
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
MEDIA BELAJAR dalam PELATIHAN PARTISIPATIF Pengertian dan Manfaat Media belajar adalah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran yang jenis dan bentuknya bermacam – macam. Dalam menyiapkan dan merancang media belajar, fasilitator perlu menyesuaikan metode yang dipergunakan. Sedangkan metode belajar ini, disesuaikan dengan tujuan belajar. Di dalam pembahasan satu topik (materi) belajar, biasanya : Dipergunakan variasi metode belajar Dipergunakan variasi media belajar yang sesuai
Media belajar bermnafaat untuk :
Alat bantu Pemandu untuk memberi penjelasan kepada warga belajar. Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta belajar, artinya : media sebaiknya dibuat sederhana dan mudah dipergunakan oleh peserta. Menimbulkan daya tarik belajar, artinya : media belajar sebaiknya bervariasi, menarik dan kalau perlu dengan menggunakan visualisasi (gambar) Meningkatkan pemahaman peserta, artinya : media belajar sebaiknya membentu memperjelas materi yang sedang dibahas, khususnya hal – hal abstrak yang sulit dijelaskan dengan kata – kata.
Jenis Media Belajar Media belajar yang biasa dipergunakan, terdiri dari banyak jenis dan bentuk. Seorang Pemandu, perlu memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membuat media belajarnya sendiri. Jenia media belajar antara lain :
Lembar penugasan (kelompok/perorangan) Lembar kasus/Cerita Lembar praktek (panduan praktek) Skenario bermain peran (role play/drama/frgamen) Bahan permainan/teka – teki Gambar sederhana Plastik transparansi Kartu metapaln (yang sudah diisi tulisan Komik/cerita bergambar Gambar/foto/poster Tayangan Video Kaset cerita Boneka/wayang (puppet – show) Lembar balik (flip – chart) Dan sebagainya
Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik, fotonovela yang isinya lebih panjang (banyak), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan. Media seperti leaflet, bosur, jarang dipergunakan sebagai media pelatihan karena biasanya juga bersifat informasional (bahan bacaan). Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Bahan dan Alat Pelatihan Bahan dan alat peltihan terkadang merupakan media belajar, tetapi terkadang hanya merupakan perlengkapan belajar saja. Contohnya : Dalam bermain peran, diperlukan sayur-sayuran hijau untuk tokoh ibu yang sedang menyampaikan contoh makanan berzat besi tinggi; sayur – sayuran hijau dalam kegiatan ini merupakan bahan atau perlengkapan saja, bukan media belajar. Tetapi dalam pembahasan materi tentang makanan bergizi, contoh sayur-sayuran menjadi media belajar (bahan peragaan) untuk membahas jenis zat gizi yang terkandung di dalamnya. Apabila alat/bahan tidak dipergunakan sebagai sarana langsung dalam proses pembelajaran, maka tidak termasuk ke dalam media pembelajaran. Beberapa bahan/alat pembelajaran yang biasanya dipergunakan adalah :
Papan tulis biasa, white – board, magentic – board Kertas plano Kuda – kuda flip – chart Proyektor (slide, film,video) Kartu – kartu metaplan (dibuat dari karton manila bermacam warna dengan - bn ukuran tertentu Bahan – bahan praktek/peragaan Ruangan yang cukup luas untuk 25-30 orang (bisa bergerak leluasa, melakukan diskusi kelompok, permainan yang tidak dinamis, dsb) Kursi dan meja yang tidak mengganggu ruang gerak peserta. Dalam pelatihan partisipatif, sebaiknya digunakan kursi yang memiliki meja lengan, sehingga tidak perlu pakai meja lagi, dan peserta leluasa berpindah atau bergerak. Kalaupun tidak ada kursi bermeja lengan, jangan pakai meja besar/panjang yang menghabiskan tempat dan menghalangi. Buku tulis, bolpoint, penghapus, supidol, selotip, gunting, paper-clip (penjepit kertas), stapler dan sebagainya.
Menentukan dan Mempersiapkan Media Belajar Dalam menentukan media belajar untuk pelatihan, Pemandu menyesuaikan dengan kebutuhan setiap materi belajar. Seperti yang telah disampaikan di atas, setiap metode yang dipergunakan akan membutuhkan media tertentu. Karena itu, buatlah tabel check – list kebutuhan media untuk seluruh pelatihan agar tidak ada yang terlupa. Karena di dalam pelatihan biasanya Pemandu merupakan tim, maka untuk mempersiapkannya bisa dibagi tugas. Koordinator tim Pemandu kemudian mencek apakah masing – masing pemandu sudah siap dengan media yang perlu digunakan untuk masing – masing topik bahasan. Dalam mempersiapkan media belajar, Pemandu perlu mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
Media gambar; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), sebaiknya ukurannya cukup besar (ukuran poster), supaya bisa dilihat dengan jelas oleh seluruh peserta di dalam kelas. Media gambar yang dibuat sendiri, bisa dibuat dengan kertas lebar (plano). Apabila ukurannya kecil (ukuran kartu atau kertas HVS), hanya cocok digunakan dalam diskusi keplompok atau tugas perorangan.
Media tulisan; apabila digunakan di dalam diskusi umum (pleno), tulisan sebaiknya dibuat dalam bentuk huruf balok, dengan ukuran besar, supaya bisa dibaca oleh seluruh peserta di dalam kelas. Tulisan bisa dibuat di atas papan tulis atau kertas lebar (plano).
28
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Apabila tersedia overhead proyektor, tulisan bisa dibuat di atas plastik transparans dan diperbesar oleh proyektor.Saat ini juga biasa digunakan alat bantu LCD (In focus) yang diasmbungkan ke komputer sebagai media bantu. Hanya perhatikan prisnsip-prinsip pembuatan media transparan baik memakai OHP maupun LCD, bentuk huruf sebaiknya balok, ukuran paling sedikit (paling kecil) 18 font (menurut ukuran komputer) dan isinya hanya point – pointnya saja (kalimat kunci).
Media audio-visual; sebelum dipergunakan dalam pembahasan materi di kelas, media sudah dipersiapkan dan dicoba terlebih dahulu. Yang perlu diperhatikan adalah jarak pandangan peserta terhadap gambar, dan volume suara, agar seluruh peserta bisa melihat dan mendengar secara jelas. Semakin canggih media yang diperlukan, Pemandu juga semakin memerlukan fasilitas pendukung (listrik, layar, proyektor, kabel dan sebagainya).
PENGGUNAAN MEDIA Apa ‘Kegiatan Belajar ‘ ? Kegiatan belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilaksanakan oleh fasilitator atau bersama masyarakat sasaran untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang dapat meningkatkan kesadaran dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Kegiatan belajar seperti ini tidak sama dengan kegiatan belajar di sekolah, karena bahan belajarnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan kelompok yang benar – benar bermanfaat dalam kehidupan praktis sehari – hari. Begitu juga dengan cara belajarnya, dilaksanakan lebih informal, santai dan bebas, sesuai dengan kreativitas kelomok itu sendiri. Tidak ada yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan belajar ini karena pengetahuan dan pengalaman setiap peserta bisa disumbangkan. Sebagai fasilitator, pendamping atau kader perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan baru karena seringkali mereka diharapkan juga untuk menjadi narasumber oleh kelompok belajar. Mengapa Menggunakan Media dalam Kegiatan Belajar Berkomunikasi dengan masyarakat ( kelompok dampingan) merupakan pekerjaan terpenting pendamping atau kader. Proses komunikasi terutama terjadi dalam kegiatan – kegiatan belajar, baik berupa pertemuan perencanaan program, diskusi mengenai suatu materi atau permasalahan, praktek maupun pelatihan. Media yang dipilih untuk suatu kegiatan belajar harus sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tetapi selain memilih media yang tepat, perlu juga diperhatikan cara menggunakan media secara baik dan benar. Sebab bentuk media apapun yang digunakan, meskipun dirancang dengan baik, tanpa difasilitasi dengan baik proses diskusinya, media – media tidak akan mengsilkan dampak seperti yang diharapkan. Untuk itu, keterampilan memfasilitasi diskusi dengan menggunakan media merupakan faktor yang menentukan bagi pengguna media. Langkah – Langkah Menggunakan Media Berikut ini pedoman umum yang dapat dijadikan acuan dalam menggunakan media secara tepat : Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Persiapan Langkah – langkah persiapan : Mempelajari dan menguasai materi dan tujuan belajarnya sendiri, karena media hanyalah alat Bantu dari kegiatan belajar. Tidak ada salahnya fasilitator mempersiapkan catatancatatan singkat mengenai isu – isu kunci yang akan diajukan sebagai penggerak diskusi. Mempelajari fungsi media berdasarkan tujuan belajar yang bersangkutan, apakah media yang akan disajikan itu untuk motivasi, penyadaran atau instruksi teknis. Memperhatikan bentuk media yang akan digunakan, apakah akan menggunakan poster, poster seri, atau brosur. Ini akan berhubungan dengan kemampuan kelompok diskusi dalam menyimak kajian diskusi. Misalnya, media brosur atau buklet kurang tepat digunakan untuk kelompok yang terbatas kemampuan membacanya. Untuk kelompok ini, poster tunggal atau postr seri akan lebih tepat. Memperhatikan jumlah peserta yang dianjurkan dan tata ruang yang tepat dalam menggunakan media tersebut. Misalnya tayangan video/slide dapat disajikan untuk semua peserta dalam sebuah kelas belajar 20 orang, tetapi fotonovela berbentuk buklet hanya bisa dipergunakan dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk kebutuhan ini, tata ruang yang tepat perlu dipersiapkan sejak awal. Mempelajari cara menggunakan media tersebut. Sebaiknya media itu dicoba terlebih dahulu sebelum dipergunakan dalam kelompok belajar, terutama media yang memerlukan alat Bantu seperti tayangan slide/video misalnya.
Catatan : Persiapan akan lebih mudah apabila media yang akan digunakan memiliki pedoman penggunaannya. Pedoman ini biasanya menjelaskan mengenai fungsi media, jumlah pesera maksimal yang dianjurkan, langkah – langkah dan cara menggunakannya serta tata ruang yang dianjurkan. Bahan/materi belajar harus disusun oleh fasilitator karena biasanya media-media diskusi memuat hanya informasi-informasi secara tebatas (yang penting-penting saja). Banyak media mencantumkan materi, karena media dipergunakan untuk membahas satu kasus setelah materi dari fasilitator didiskusikan. Pelaksanaan Sebelum memulai pertemuan/diskusi, ciptakan suasana yang santai, sehingga peserta tidak merasa berada dalam sebuah kelas belajar, melainkan dalam kelompok diskusi informal. Bisa juga dimulai dengan permainan atau crita lucu. Kemudian sampaikan maksud dan tujuan dilaksanakannya kegatan belajar serta topik yang akan dibahas. Sampaikan dan sepakati bersama dengan peserta mengenai perkiraan waktu yang diperlukan untuk kegiaatan ini. Mulailah kegiatan belajar sesuai dengan langkah – langkah yang dipersiapkan. Pergunakan media yang telah dipersiapkan untuk menyampaikan informasi belajar. Media akan lebih baik bila dipergunakan sebagai bahan diskusi sehingga kegiatan belajar lebih ontraktif ( timabl balik) 30
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP
Fsilitator harus selalu menjaga agar media dapat dilihat secara jelas oleh seluruh peserta. Fasilitator yang menyajikan media agar selalu dalam posisi berhadapan dengan peserta diskusi dan tidak menghalangi pandangan peserta kepada media. Fasilitator memancing diskusi dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkisar pada tanggapan mengenai isi/pesan yang terkandung dalam media. Misalnya : apa yang dapat kita lihat dari poster ini ? Mengapa hal itu terjadi ? Apa akibat dari hal tersebut ? Bagaimana cara mencegah agar tidak terjadi ? Apakah hal seperti itu terjadi di kampung ini ?
Tips praktis Jangan sampai media dipergunakan alat ceramah atau penyuluhan sebab fungsi utama media adalah untuk membantu peserta terlibat dalam kegiatan belajar yang interaktif. Fasilitor sebaiknya berusaha agar setiap peserta dapat turut aktif dalam diskusi. Usahakan agar fasilitator tidak memonopoli pembicaraan, sehingga dapat mengemukakan tanggapan atau pendapatnya. Tanggapan atau jawaban dari peserta sebaiknya ditulis di papan tulis atau pada kertas plano ( ditempel di tembok ), karena peserta akan bisa mengingat dengan lebih baik apabila mereka melihat dan membaca daripada hanya mendengarkan saja. Selain itu hasil tersebut akan memancing peserta untuk lebih berpartisipasi dalam diskusi, karena usulan atau tanggapan mereka dianggap penting/diperhatikan . Setelah diskusi Apabila kita menjelaskan hal-hal yang bersifat teknis, akan lebih mudah memahaminya langsung dengan praktek daripada hanya membahas teori saja. Namun perlu diingat pula bahwa praktik yang dilakukan tanpa dasar – dasar atau teori yang kuat, bisa menjadi kacau. Untuk itu diskusikan terlebih dahulu teori dengan alat Bantu media, baru kemudian mempraktekan di lapangan. Sepakati waktu yang tepat untuk melakukan praktek ini. Lakukan evaluasi kegiatan setelah diskusi dan praktek di lapangan. Cobalah untuk mengkaji apakah peserta mempraktikan seperti yang telah didiskusikan dan yang disarankan dalam media ? mengapa demikian ? Hasil evaluasi dapat menjadi bahan pertimbangan bagi rencana belajar/kerja selanjutnya. Bisa jadi pada pertemuan berikutnya masih diperlukan media dalam bentuk dan jenis yang berbeda. Jika demikian, maka kita perlu membuat rencana lagi dan mengembangkan alat Bantu yang sesuai dengan kebutuhan.
Bahan Bacaan | Program Selaras PNPM MP