11. TDNJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan ditinjau hasil-hail penelitian terdahulu mengenai penawaran dan permintaan lada dunia, termasuk permintaan domestik dan tinjauan lain yang relevan. Tinjauan difokuskan pada spesifikasi peubah
madel, cara estima-
si, penafsiran dan kesimpulan yang relevan dengan studi ini. Untuk memudahkan tinjauan, maka bab ini dibagi menjadi empat bagian utama.
Pertama, mendiskusikan permintaan dan penawaran lada secara umum.
Bagian kedua, menelaah penawaran la& oleh negara-negara produsen, di samping mendiskusikan model pendugaan areal, produksi, dan konsumsi.
Bagian ketiga,
mendiskusikan permintam lada oleh negara-negara konsumen, termasuk penanganan stok (untuk beberapa negara). Bagian terakhir mencoba menyimpulkan hasil-hasil tinjauan pada tiga bagian yang diuraikan di atas.
Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pada tahun 1971 telah mencoba menganalisis ekspor dan impor lada dunia dengan menggunakan model regresi
OLS dari data ranglraian waktu (time series) periode 1950-1970. Analisis ini bertitik tolak dari bebetapa asumsi yaitu: (1) penawaran yang digunakan Ine~pakanpenawatlln aktual negara-negara produsen dalam pengertian bahwa, produksi
kini ditam-
bah dengan stok, (2) permintaan negara-negara konsumen mencerminkan permintaan impor termasuk untuk keperluan stolc, (3) harga lada dunia dapat diwakili oleh harga lada hitam Lampung di pasar New York yang dideflasi dengan indeks harga perdagangan umum (wholesale price index) Amerika Serikat (1947= 100). (4) tanaman lada berproduksi dengan baik pa& umur 4-10 tahun, dan (5) permintaan negaranegara konsumen diwakili oleh kelompok negara-negara yang tergabung dalam
Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development - OECD). Dengan menggunakan model persamaan "distributed lag " untuk tujuan menjelaskan produksi aktual berbeda dengan potensial, karena faktor iklim dan keputusan jangka pendek dalam tataniaga, maka pengganti peubah jangka pendek dalam penawaran aktual digunakan peubah penawaran X,_, dan X,_,. Persamaan penawaran ekspor itu menjadi:
dimana: X adalah ekspor, P adalah harga, t merupakan waktu kini, i yaitu tahun ke-i, a dan S sebagai koefisien regresi, dan U adalah kesalahan pengganggu. Hasil analisis penawaran ekspor pada l l b e l 3 secara umum cukup baik (R2
= 0.77), artinya seluruh peubah penjelas dapat menerangkan variasi ekspor dengan cukup baik. Tetapi secara parsial tiap peubah .penjelas tidak berpengaruh nyata, sedangkan elastisitas harga kurang dari satu (inelastis). Dari sisi permintaan impor, spesifikasi model menggunakan peubah pendapatan (Y), jumlah penduduk (N) yang dipakai sebagai indeks, dan peubah dummy (D) untuk menangkap pengaruh peubah yang bervariasi luar biasa dari tahun ke tahun tertentu (tidak dijelaskan tahun-tahun mana saja yang dianggap luar biasa). Pendekatan disini dilakukan dari dua sisi, fungsi harga dan fungsi permintaan. Analisis pendugaan harga dan permintaan (Tabel 4) menunjukkan, bahwa koefisien dari peubah-peubah penjelas untuk pendugaan harga sangat nyata dan nyata dengan tanda (slope) sesuai harapan. Nilai koefisien determinasi cukup kuat (R2 = 0.80) yang berarti seluruh peubah yang digunakan memberi pengaruh cukup besar terhadap penentuan harga lada di pasar internasional. Sebaliknya persamaan pendugaan
permintaan impor, menghasillcan elastisitas harga dan pendapatan berturut-turut -0.464 dan 0.565.
Meskipun bersifat inelastis, tetapi cukup menandakan, naiknyar
harga dan pendapatan masing-masing 10 persen akan berdampak terhadap turunnya impor 4.64 persen dan naiknya impor sebesar 5.65 persen, ceteris paribus.
%be1 3. Pendugaan Penawaran Ekspor Lada Dunia (XJ Periode 1950 - 1970 -
Peubah Bebas Konstanta
Ekspor tahun lalu (7-,) Ekspor 2 tahun lalu 6 - 3 Harga 4 tahun lalu (P,k) Harga 5 tahun lalu (Ptt5) Harga 6 tahun lalu P (), Harga 7 tahun lalu (Pt-,) Harga 8 tahun lalu (P,-,) Harga 9 tahun lalu &) Harga 10 tahun lalu (P,,J
Sumber: FAO, 1971.
Koefisien
Nilai-t
-
--
Elastisitas
'hbel4. Persamaan Penduga Harga dan Permintaan Lada Dunia
Peubah 'I? Bebas &
Persamaan Penduga Hart3 (Log~oPt) Koefisien
Persarnaan Penduga Permintaan (M/ N),
Nilai-t
Koefisien
-
Ketenngan : M =lmpor, N =Jumlah Penduduk, P= Harp, Y = GDP, t = W u n ke-t, &n Sumbcr
:F
--
Elastisitas
.- - -- -
D=Peubah Dummy.
M , 197 1.
Indonesia Bade dan Smit (1991) dalam menganalisis perkembangan areal tanaman lada di Indonesia menggunakan peubah areal tahun lalu
(4-,)dan harga tiga tahun lalu
(Pt-,), yang dianggap sebagai peubah konvensional. Peubah yang baru disini adalah
"trend 71 (t,,)".
Peubah ini mewakili dampak pembukaan lahan baru (tanaman
baru) yang giat dilakukan di Kalimantan dm Sulawesi. Hasil analisisnya cukup baik, karena ketiga peubah yang digunakan berpengaruh nyata dengan koefisien determinasi 96 persen mbel5).
Pada dasarnya hasil analisis pendugaan produksi oleh Bade dan Smit (1991) tidak jauh berbeda dengan hasil analisis yang dilakukan oleh Hasyim (1989).
Bahkan pengaruh peubah areal dari kedua analisis ini sangat nyata terhadap produksi dengan elastisitas hmpir mendekati satu (0.82 dan 0.95). Koefisien determinasinyapun tidak jauh berbeda, masing-masing 9.74 dan 0.68. Dalam analisis pendugaan prctduksi, Hasyim mencoba memasukkan dya peybah, masing-masing peubah produksi t-1 dan peubah curah hujan. Ternyata peubah curah hujan berpenganrh nyata pada taraf 10 persen, artinya bila curah hujan meningkat 10 persen, ceteris paribus, akan mengurangi produksi 4.2 persen (%be1 5). Pendugaan konsumsi domestik menurut hasil yang dilakukan oleh Hasyim (1989) menunjukkan bahwa, pengaruh harga dan pendapatan sangat nyata pa& taraf sjitu persen, tetapi kemiringan (slope) elastisitas harga bertanda positip, tidak wuai dengan teori. Hal ini diduga akan berubah jika digunakan harga deflasi, atau rasio harga, atau harga yang ditransforrnasikan kedalam logaritma. Selanjutnya dalam pendugaan penawaran ekspor terdapat tiga hasil analisis, yang ketiga-tiganya mempunyai persamaan dan perbedaan, selain kelebihan dan kekurangannya.
Hasyim dan Gonarsyah (1991) mendapatkan hasil regresi yang
cukup baik (R2-adjusted = 0.66) dengan seluruh tan& ccrcok dengan teori, meskipun
hanya dua peubah
-- harga clan stok -- yang berpengaruh nyata.
Pajak ekspor cen-
derung mengurangi ekspor jika dinailckm, sedangkan ekspor t-1 berdampak positip
pada ekspor tahun kini. Penelitian mengenai pendugaan penawaran ekspor yang dilakukan oleh Hasyim (1986) yang menggunakan model kuadrat terkecil dua tahap (Two Stage Least
-
Square 2SLS) memberi hasil cukup baik. Pengaruh peubah harga, areal produktif,
dan laju ekspor efektif cukup nyata dengan elastisitas lebih besar dari satu (E > 1). Kecuali peubah harga dan areal produktif, peubah laju ekspor efektif berdampak
llibe15. Pendugaan Areal, Produksi, Konsumsi, dan Penawaran Ekspor Lada Indonesia -
Peubah Tak Bebas E l a s t i s i t a s Terhadap P&h B h s
b re all
produksil
produksi2
3.26
0.65
10.11
Konstanta Areat th. tl) Areal th. t - 1
0.82***
0.95***
0.09
0.55
~onsunsi'
~kspo?
~ k s p o r ~Ekspor La& H i t 4
0.832
9.63 1.591***
0.64***
Harga th. t2)
0.065***
0.305**
1.355.
Harga th. t - 1
1.99***
Harga th. t - 3
0.055+++
Produksi th. t - 1
0.07
t713' Curah huj an
0.478-
0.18. -0.42.
Pdpatm
-0.535 0.1 73***
St& th. t - 1
-0.79T) 0.650***
Laju 8kspor e f e k t i f
0.213 -1.152**
Ekspor th. t - 1
0.091
-0.25
Ekspor th. t - 2
-0.01
Ekspor th. t - 5
0.27***
Pajak ekspor
-0.005
Trmd
0.07*
D e v a l w s i 1978
0 .88***
D w a l w s i 1983
0.24
D e v a l w s i 1986
-0.83*** 0.35*
Ilurim kamarau 1982
~~-djust.d Model Period.
0.96 '
0.74
0.63
0.W
0.66
0.95
OLS
OLS
OLS
OLS
OLS
2SLS
70-88
fJ-88
69-87
69-87
69-89
69-85
Keterangan: Nyata pada taraf 1.0 persen +++ Nyata pada taraf 15 persen
***
**
Nyata pada t a r a f 5.0 persen ++ Nyata parla t a r a f 20 persen
Armington 69-87
Nyata p d a t a r a f 10.0 persen + Nyata pada t a r a f 25 persen
1) Areal menurut Bade don Smit dihitung secara tote[, tapi menurut Hasyim adalah areal produktif. 2) Harga F 0 8 dipakai m t u k a n a l i s i s Bade dan Smit ( l W l ) , Hasyim (1989), Hasyim den Gonarsyah (1991), &n ~ &(1991), i sedangkan a n a l i s i s ekspor oleh Hasyim (1986) d i g v u k a n harga M i a . 3) tT1ada1.h saat d i u l a i - m a n teknologi brrru d a l m w r t a n m a n serta perluasan tanaman ke krbmgai &orah lain. Subr
: 1.BdedanSmit,lQOl 4. Hasyia. 1986
2. Hasyim, 1989
5. Junedi, lo01
3. Hasyim &n Gonarsyah, 1991
negatip terhadap ekspor, artinya kebijakan devaluasi tahun 1971, 1978, dan 1983 belum mendorong laju peningkatan ekspor lada. Hasil penelitian Jumadi (1991) menunjukkan eksportir la& hitam Indonesia banyak dipengaruhi oleh harga yang terjadi di tahun sebelumnya maupun harga harapan yang mungkin terjadi di tahun mendatang. Elastisitas jangka pendek dan panjang cukup bear yaitu masing-masing 1.99 dan 1.042. Kebijakan devaluasi tahun 1978 yang berpengaruh cukup besar, sedangkan kebijakan devaluasi tahun 1986 justeru berpengaruh negatip. Musim kemarau 1982 di Indonesia tidak banyak mempengaruhi ekspor maupun produksi di Indonesia. Untuk mengetahui posisi penawaran ekspor la& Indonesia di pasar internasional yang dikaitkan dengan segmentasi pasar, dapat digunakan analisis elastisitas substitusi hasil penelitian Hasyim (1986) sebagaimana tercantum dalam nbel 6.
Secara umum hasil analisis pada 'hbel6 itu adalah: (1)
Ekspor lada Indonesia dengan Malaysia bersifat komplemen ( d i n g mengisi) di Pasar Amerika dan Eropa Timur, sedangkan wilayah pasar Eropa Batat dan Asia-Pasifik-Afrika bersifat d i n g menggantikan (substitusi).
(2)
Indonesia dan India bersubstitusi &lam memenuhi impor Amerika, Eropa Barat/Timur, dan Asia-Pasifif-Afrika.
(3)
Indonesia dan Brazil bersifat substitusi di wilayah pasar Eropa Barat dan AsiaPasifik-Afrika, mkngkan dipasar Amerika dan Eropa Timur bersifat komplemen.
(4)
Untuk memenuhi impor Eropa Barat dan Asia-Pasifik-Afrika oleh Indonesia
+Ribel 6. Elastisitas Substitusi Ekspor Lada Indonesia dengan Negara Pengekspor Lain di Pasar Dunia Pasar Impor Negara Pesaing Indonesia
Amerika
Eropa Barat
Eropa Timur
Asia-PasifikAfrika
1.50"'
-1.42
1.23"'
-0.60
India
-2.90"'
-1.75"
-4.83"'
-4.36"
Brazilia
0.42
-2.27+ +
1.46
-1.92
Negara Lain
0.18
-1.85
-
-0.76
Malaysia
Ketcrangan:
Sum&
*** Nyata pada taraf 1.0 persen
+ + Nyata pada taraf 20.0 persen
** Nyata pada taraf 5.0
persen
: Hasyim, 1986
Brazil Bade dan Smit (1991) mencoba melakukan analisis pendugaan perkembangan areal, produksi, dan penawaran ekspor Brazil. Model pendugaan yang digunakan adalah persamaan tunggal QLS yang ditransformasi ke dalam logaritma asli, sehingga koefisien-koefisien yang diperoleh merupakan elastisitas peubah bebas terhadap peubah tak bebasnya (We1 7). Dengan asumsi data areal yang disajikan oleh IPC merupakan areal produktif, maka harga lada tiga tahun sebelumnya (P,,) merangsang penanaman baru dan
peremajaan (new planting and replanting). %aman lada di Brazil mulai berproduksi tiga tahun setelah tanam. Jadi harga merupakm peubah penjelas yang baik terhaclap areal produktif tanaman lada (nyata pada taraf 5 persen). Luas areal tahun sebelumnya (A,-,) menghasilkan nilai elastisitas 0.84, artinya areal itu tidak meningkat pa& seluruh waktu secara otonom, meski sangat nyata pada taraf satu persen.
Dari analisis ini hasilnya cukup baik kjirena didapatkan koefisien determinasi 88 per-
sen dan sernua peubah penentu berpengaruh nyata.
'hbel7. Pendugaan Areal, Produksi, dan Ekspor Lada Brazil
Elastisitas Terhadap Peubah Bebas
Peubah Talc Bebas Areal'
Produksil
Eksporl
Ekspor Lada Hitam2
0.81 72-89
0.82 69-87
Konstanta Areal th. t Areal th. t- 1 Rasio harga t- l/t-2 --$ta Produks1 t-1 t Harga th. t- 1 (FOB) Harga th. t-3 Ekspor th. t- 1 Ekspor th. t-2 Ekspor th. t-5 Rend (T) Devaluasi 1978 Devaluasi 1983 Devaluasi 1985 Kemarau 1982 R2
Periode Model
OLS
0.88 73-88 OLS
OL$
Keteruisan : *+* N p t r prdr trraf 1.0 persen ; S W r
: 1.
B r d . dul Slllit, 1991 ; 2.
0.84 72-88 Armington ** Nyrtr
pads
taraf 5.0 persen
J m r d i , 1991
Pendugaan produksi temyata sangat dipenganrhi oleh luas areal dan rasio harga antara tahun t-1 dan t-2. Antara 1978-1989 produksi turun dengan tajam, disaat areal meninglcat dengan cepat. Ini berarti bahwa areal baru berproduksi -- ikut masuk dalam analisis.
-- tanaman belum
Penawaran ekspor sangat tergantung dengan hasil produksi. Peubah produksi dihitung dari angka rata-rata, karena masa panen terjadi pada akhir tahun, sehingga produksi yang diekspor sebagian pada tahun berjalan dan sisanya diekspor tahun berikutnya. Peubah harga tidak disertakm dalam model penawaran ekspor karena berpengaruh negatip dan jika dimasukkan sulit untuk dijelaskan secara konkret.
Di
samping itu peobah konsumsi (permintaan) domestik karena relatif kecil terhadap
penawaran ekspor, juga tidak dimunculkan dalam persamaan ini. Jumadi (1991), melakukan analisis penawaran ekspor khusus lada hitam Brazil dengan menggunakan model Armington, menghasillcan koefisien deterrninasi
82 persen, tetapi peubah-peubah yang digunakan tidak satupun berpengaruh nyata. Elastisitas harga jangka pendek dan jangka panjang terh'adap penawaran ekspor sangat kecil, masing-masing 0.05 dan 0.052. Dengan demikian perilah eksportir lada hitam Brazil tidak banyak dipengaruhi oleh harga yang terjadi sebelumnya maupun harga-harga harapan yang mungkin terjadi di tahun-tahun yang akan datang.
Kebijakan devaluasi mata uang Crusados Brazil tampaknya tidak banyak berpengamh terhadap penawaran ekspor lada hitam.
lodia Hasil-hasil studi ekonomi lada India pernah dilakukan oleh Bade d m Smit (1991), sedangkan penawm ekspor khusus untuk lada hitam telah dilakukan oleh Jumadi (1991). Hasil-hasil studi krsebut &pat dilihat pada 'hbel8. Menurut Bade dan Smit (1991) pendugaan persamaan areal hampir sama dengan yang ditemukan di Brazil. Perbedaannya yaitu peubah harga yang digunakan mengambil lag dua tahun (P,& artinya tanaman lada mulai berbuah dua tahun sete-
lah tanam. W u n 1979 dipaka sebagai peubah dummy (d,,) untuk menandakan
areal turun dengan tajam clan pulih kembali pada tahun berikutnya. Ini baik sekali dipakai pada analisis estimasi areal. Elastisitas harga terhadap perubahan areal sebesar 0.18, lebih kecil bila dibandingkan dengan elastisitas harga di Brazil (0.32). Ini menunjukkan, tanaman %be1 8. Pendugaan Areal, Praduksi, dan Ekspor Lada India Elastisitas Terhadap Peubah Bebas
Peubah ' h l c Bebas Areal1
Produksi'
Eksp~rl
Ekspor Lada Hitam2
0.84
0.66
0.62
0.70
Periode
72-89
71-89
7 1-89
69-87
Model
OLS
OLS
OLS
Konstanta
Areal th. t Areal th. t-1 Harga th. t-1 Harga Th. t-2 Produksi th. t-1 Rasio hargal)
Ekspor th. t- 1 . Ekspor th. t-2 Ekspor th. t-5 Dummy 792)
-0 K2
Armington
Krtrr8ng.n : *** Nyrtr prdr t r r r f 1.0 persm ** Yyrtr pad8 t r r r f 5.0 persm * Yyatr pad8 t r r r f 10 persen 1) Rrsio h a r p -1.h rrsio hrrgr spot lade hit- Lvlpung tahun t / t - 1 di Ncw York 2) D ~ l n y79 r r t i n y r areal twun &ng.n t r j m nurn pulih k u b l i 1980. SlAkr
: 1. Bade dn Snit, 1991. ;
2. J w d i , 1991.
lada India sebagian besar umurnya sudah lebih dari 20 tahun. Oleh karena itu perubahan relatif areal makin berkurang dan konstanta dalam persamaan menjadi lebih
besar. Produksi lada di India sangat bervariasi dan bila produksi ini dipakai untuk estimasi, akan bersifat subyektif. Oleh sebab itu hubungan antara produksi dan areal agak lemah. Elastisitas areal terhadap produksi hampir mendekati nilai 1.O, artinya bila areal naik dua persen akan mengakibatkan produksi naik mendekati dua persen. Penggunaan trend 1970 dimaksudkan sebagai perubahan teknologi khususnya pemakaian varietas unggul sejak 1970, meski hasilnya belum memuaskan. Koefisien peubah trend sangat kecil, hanya menaikkan areal sebesar 0.001 persen per tahun.
Pada tahun-tahun terakhir ini peubah harga berpengaruh nyata terhadap produksi. Dua kemungkinan ha1 ini terjadi: (1) Penggunaan pupuk dan pemeliharaan yang baik
--
termasuk penggemburan (pembumbunan) disekitar tanaman
-- lebih
efektif. Tingginya harga pada tahun-tahun terakhir juga memberi insentif lebih be-
sar, dan (2) Petani-petani tidak menjual langsung setelah panen tetapi mereka s i m p sementara (stok). Jika stok pada tingkat petani bukan bagian angka produksi, maka jelas bila harga naik, petani segera menjual dan ini seolah-olah sebagai kenaikan produksi. Berlawanan dengan itu, jika harga turun, petani enggan menjual. Apabila
alasan t e a r yang masuk akal, maka akan lebih baik menggunakan harga tahun
kini w a i peubah penjelas. Penawaran ekspor sebagian besar tergantung dengan produksi tahun-tahun terakhir, karena data ini dapat diatur dan dikuasai. Peubah lainnya yaitu peubah rasio harga (harga spot lada hitam Lampung t/t-1 di New York) yang mencerminkan' pengaruh prubahan harga stok yang ada pada pedagang-pedagang. Dapat dicatat, jika w a d i kenaikan harga secara cepat, maka jumlah total ekspor melebihi produk-
Pendugaan ekspor lada hitam menurut hasil penelitian Jumadi (1991) didapat-
kan elastisitas harga terhadap ekspor dalam jangka pendek 0.53, sedangkan elastisitas jatlgka panjangnya 0.166.
Artinya prilaku eksportir la& hitam lebih banyak
ditentukan aleh terjadinya perubahan harga pada tahun sebelumnya daripada harga
harapan yang mungkin terjadi di tahun yang akan datang.
Bade dan Smit (1991) menyatakan, untuk menduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan areal sulit dilakukan, karena data areal yang berkaitan dengan produksi tidak sejalan. Justru hal ini menjadi pertanyaan, apakah data areal yang keliru atau produksi yang berubah dengan cepat Wbel9). Analisis produksi menggunakan peubah produksi tahun sebelumnya (t-1) dan harga yang berlaku dua tahun sebelumnya (t-2). Argumentasinya bahwa, untuk peubah produksi tahun lalu merupakan indikator dari pengaruh petani yang relatif kaya
clan prilaku spekulatif para eksportir. Peubah harga dua tahun sebelumnya mznandakan tanaman mulai berproduksi dua tahun W l a h penanaman. Dua peubah bebas ini berpengaruh sangat nyata -- pada taraf 1.0 persen
-- dengan koefisien determinasi
sebesar 73 persen.
Periiaku penawaran ekspor sangat dipengaruhi oleh peubah produksi kini (tahun t) dan tahun sebelumnya (t-1). Meskipun pengaruh dua peubah tersebut menghasilkan koefisien determinasinya 95 persen, tetapi elastisitasnya rendah (bersifat inelastis). Di sarnping itu peubah harga terbukti berkolinearitas ganda, sehingga hasil analisis kurang akurat jika peubah ini disertakan dalam model. Di lain pihak hasil penelitian Jumadi (1991), menyatakan perilaku eksportir
dalam penawaran ek$por lada hitam hampir sama dengan yang terjadi di Brazil.
Persamaan ekspor la& hitam sedikit dipengaruhi oleh harga t-1 dan harga harapan di tahun yang akan datang seperti ditunjukkan oleh elastisitas yang relatif kecil. lhbel9. Pendugaan Produksi dan Ekspor Lada Malaysia Peubah 'Thk Bebas Elastisitas Terhadap Peubah Bebas Konstanta Produksi th. t Produksi th. t- 1 Ekspor th. t Ekspor th. t-2 Ekspor th. t-5 Harga th. t Harga th. t-2 Rend R2
Periode Model
Produksil
Eksporl
Ekspor Lada Hitam2
1.48
0.24 0.79"' 0.18"'
5.09
0.73 72-89
0.95 71-89
OLS
OLS
0.81 69-87 Armington
0.90"'
Y e t e r g a n : *** Nyata prd. taraf 1.0 persen ; S W r
: 1. 6.d.
**
Yyata pIclr taraf 5.0 parsen
dm hit, 1 9 1 ; 2. Juardi, 1 9 1
Negara pradusen lainnya adalah Madagaskar, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, Costa Rica, dan RRC. Data yang tersedia, baik areal, produksi maupun ekspor kurang lengkap, sehingga analisisnya belum
mencerminkan kondisi sebenarnya.
Namun demikian Bade d a ~Smit (1991) mencoba melakukan pendugaan ekspor, khusus untuk negara Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam yang dipandang cukup layak m b e l 10).
'kbel 10- Pendugaan Ekspor Lada Tiga Negara Produsen Peubah 'IU Bebas (Ekspor) Elastisitas Terhadap Peubah Bebas Kon stanta
Sri Lanka
Thailand
Vietnam
0.38
2.25
4.29
1.87"'
T75
0.91"'
T8r
Rasio harga Harga Spot Lada Lampung di New York R2
Model Periade :
-- *+* -
2.87"' 2.15"' 0.39
0.65
0.99
OLS 71-88
OLS 75-89
OLS 84-88
rdrlah nyata pada taraf 1.0 prrsan. Rasio harga adalah harw spot Lada hitam L l n p n ~d i New York thn. t/thn. t - 1 Trend ( 1 ) 70, 75, atau 84 merwkan trend linear digunakan sebagai estiamsi penggunam teknik pertanian yang baMr atau p e r b h m teknik bercocoktclruua.
Pada tabel tersebut, khususnya peubah harga mempunyai elastisitas yang be-
sar (E > I), artinya harga sangat kuat berpengaruh terhadap ekspor di negara Thailand dan Vietnam. Yang menarik disini, harga lada hitarn Lampung di New York berpengaruh dalarn menentukan perkembangan ekspor kedua negara. Dengan kata lain, naiwturunnya harga spot lada hitam Lampung akan berpengaruh terhadap naiwkuvnnya volume ekspor lada Thailand dan Vietnam.
Negara Singapura dan Hongkong merupah negara yang berperanan sebagai pasar transit (entreport) dalam perdagangan la& dunia. Hasil-hasil analisis ekonometrika lada yang &pat diperoleh sampai saat ini hanya menyangkut aktivitas per-
dagangan di Singapura, sedangkan informasi pasar lada Hongkong belum tersedia. Analisis ekspor dan impor yang dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) maupun, oleh Jumadi (199 1) untuk Singapura menunjukkan bahwa ekspor Singapura lebih
besar dari impornya, rata-rata 10 000 ton tiap tahun. Hal ini terjadi karena sebagian perdagangan atau transaksi berlangsung di atas kapal. lhbel 11 menunjukkan impor Singapura dipengaruhi oleh ekspor Malaysia, tetapi untuk masa mendatang Badan Pemasam Lada Malaysia (Malaysian Pepper l'hbel 11. Pendugaan Ekspor dan Impor Lada Singapura Peubah Bebas
Impor')
Eksporl)
Konstanta
4268.46
-
Eksporz) Lada Hitam
0.69"'
Ekspor la& Malaysia
Harga lada hitarn Lampung di New York
2553.39"
Harga FOB th. t- 1
0.15
- 0.14++
0.17+ +
Selisih %,-CPw3)
0.99"'
Impor Singapura Ekspor th. t- 1
0.23
Ekspor th. t-2
0.34
lkend
0.09"'
Model
OLS'
0 s '
Armingtonb
Periode
75-89
75-89
69-87
--
Keter.ngan :
***
Nyrtr pKk t r r r f 1.0 p r s e n ++ Nyatr prdr t r r r f 15.0 p r s m
**
Nyatr perla t r r r f 5.0
-
1) Kocfi8i.n ragre8i ti&k ram dangan e l r s t i r i t 8 s . 2) Uocfi8i.n rogresi = r l r s t i s i t r s . 3) Xprw-Cpr 8 e l i a i h ekspor negrra produren don k w - i
S h r
:
a. Bade don Snit, 1W1 :
b. Junmdi, 1991
pr8m
negarr non produsen.
'
Marketing Board) berusaha mengekspor langsung ke negara konsumen. Fungsi Singapura sebagai "entrepon" dijelaskan dengan baik oleh peubah selisih total ekspor negara produsen dan jumlah konsumsi negara non produsen (Xprw - Cpw) yang diestimasi dari perubahan stok negara non prudusen. Singapura diharapkan mengim-
por sebagian dan sisanya sebagai "carryover" stok negara konsumen. Hal ini dioerminkan oleh tanda negatip pada persamaan ekspor. IMam persamaan impor, koefisien karga lada Larnpung di New York nyata dan positip pada taraf 5.9 persen. Artinya bahwa, pedagang-pedagang la& lebih tertarik beroperasi bila harga tinggi. Di lain pihak menurut hasil penelitian Jumadi (1991), reekspor la& hitam Singapura cenderung menurun tiap tahun, rata-rata 9.52 persen. Perilaku eksportir Singapura juga tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan harga, seperti yang ditun-
julrkan oleh elastisitasjangka pendek sekitar 0.15.
Paling tidak ada empat hasil penelitian ekonomi lada di Amerika Utara
--
Amerika Serikat dan Kanada --,khususnya analisis ekonomtrika mengenai konsumsi, impor dan perubahan stok. Bade clan Smit (1991) mencoba membuktikan model konsumsi dan stok, yang menurut mereka sungguh amat sulit. Masalahnya, kemungkinan disebabkan oleh terbatasnya volume lada kualitas ASTA. Jika keadaan iklim kurang mendukung, maka suplai kualitas ASTA juga lebih terbatas. Pa& nbel 12 menunjukkan, pendapatan per kapita di Amerika Utara berpengaruh sangat nyata terhadap permintaan bersih komoditas lada, dan bahkan elastisitasnya hampir mendekati nil& satu (0.92). Permintaan untuk konsumsi Amerika
Utara diperkirakan sama dengan konsumsi pada negara-negara MEE.
Dalam permaan perubahan stok, peubah dari perubahan total ekspor Brazil dimasukkan ke dalam model selain peubah harga lada hitam Lampung di New York
dan selisih total ekspor negara produsen dengan konsumsi negara non produsen
-C ) .
6,
Masuknya perubahan total ekspor Brazil mengingat besarnya jumlah penga-
,palan lada ke Amerika Serikat yang tidak terjual. Hasil analisis ketiga peubah ini berpengaruh nyata dan positip terhadap perubahan stok. Dasar pemikirannya adalah, perubahan stok dipengawhi oleh kelimpahan relatif dari kualitas lada yang baik atau karena dipengaruhi oleh harga harapan. Artinya bila harga naik mereka diharapkan meningkatkan stok dan jika harga turun, volume stok selanjutnya menurun. Analisis permintaan impor, khusus untuk Amerika Serikat yang dilakukan oleh Hasyim (1986) dengan menggunakan model 2SLS menunjukkan peubah harga lada dunia tidak berpengaruh nyata. Artinya, bila harga berubah, tidak mengakibat-
kan importir Amerika Serikat drastis mengubah volume impor, walaupun slopenya positip (0.34). Fakta menunjukkan rata-rata impor Amerika Serikat 27 508 ton per tahun atau berkisar antara 19 354 hingga 38 145 ton. Kecuali tahun 1970 dan 1980, volume impor tahun-tahun lainnya menunjukkan peningkatan. Dua peubah lainnya
yaitu, stok dan pendapatan, mempunyai tanda yang sesuai, meskipun elastisitasnya sangat rendah. Menurut Jumadi (1991), impor la& hitam Amerika Serikat mempunyai elas-
tistas haqp atas perrnintaan yang elastis, baik elastisitas harga langsung maupun elastisitas substitusi, berturut-turut -1.17 dan 1.O8, sedangkan peubah pendapatan bersifat inelastis. Impor lada hitam Amerika Serikat cenderung meningkat sebesar 3.15 persen per tahun. Analisis pendugaan konsumsi model OLS oleh FA0 (1972) untuk Amerika Serikat dan Kanada mcnyatakan, elastisitas pendapatan menunjukkan prospek yang cukup masuk
M . Elastisitas harga atas permintaan yang sangat rendah berarti
bahwa, perubahan harga berdampal< sangat kecil terhadap impor bersih (untuk konsumsi). Dengan kata lain sulit sekali meningkatkan penjualan dengan pernotongan harga. Selain dari itu elastisitas harga yang rendah berindikasi, bahwa harga yang w a d i dari waktu ke waktu tidak stabil.
Fleksibilitas harga menunjukkan, satu
persen peningkatan penawaran, ceteris paribus, akan menurunkan harga yang berki-
sar antara 11 hingga 12.50 persen. 'Ribel 129 Pendugaan Konsumsi, Perubahan Stok, dan Impor Lada Amerika Utara Impor/Kapi t a Amerika Utara
Peubah 6Sb.s
Konrt8ntr
2.93
P m l r p r t a n / k r p i tr
0.92***
Konsunsi/ Konsunsi Perubnhan Inpor Impor Stok h r i - Amerika Lada H i - Kapita h-/Kapita ka Utara Serikat tam USA ka Serikat Kanada
Perthahen Total Ekspor B r a z i l i r Perubrhm hrrga Lada h i t # L v l p u n ~d i N.Y. (konrten 1980) (Xprw
-
Cpw)
Hargr Dunia (W) Stok A w l Pendapatm Anwrika Serikrt Wrrgr L d a H i t r Mars8 L.d. P u t i h
3 Per iode Model Keterangan : *** ++ 1) 2) SuRkr
:
8.
Nyata Nyatr Nilri Inpor
pula t a r a f 1.0 pula t r r a f 20.0 K o e f i s i m tidak I k a p i t a Anwrikr
Bad8 d8n Snf t, 1991
persm ** Nyatr pad8 t a r a f 5.0 p e r s m persm ram dmgan E l a s t i s i t a s paubeh ybs. Utara = perkiraan kens-i + perkiraan parubahan stok
b. Hrsyin, 1986
c. Junndi, 1W1
d. FAO, 1972
Hasil-hasil penelitian ekonomi lada di negara-negara MEE yang pernah dilakukan dapat dilihat misalnya oleh Bade clan Smit (1991), Jumadi (1991), dan FA0 (1972).
Penelitian ini meliputi permintaan impor total, impor bersih per kapita
(konsumsilkapita), dan perubahan stok. FA0 menganalisis konsumsi beberapa nega-
ra MEE, misalnya Jerman Barat, Perancis, Inggris, Italia dan Belanda (Thbel 13). Menurut Bade dan Smit (1991), untuk memperoleh dugaan konsumsi yaitu dengan meregresikan impor per kapita terhadap pendapatan per kapita. Kemudian diasumsikan sisa konsumsi (residual) sama dengan perubahan stok.
3adi total
konsumsi merupakan penggwdaan impor per kapita dengan jumlah penduduk. Di Eropa, harga tetap terkendali sejauh formasi stok diperhatikan. Buktinya bahwa, perubahan stok tergantung dengan perubahan harga. Jadi jika harga naik dengan cepat, stok segera diadakan. n p i jika kenaikan harga konstan, stok tidak
akan terpengaruh. Hal ini perlu ditekankan, karena bagaimanapun stok umumnya di negara-negara konsumen tidak terlalu besar clan ada kecenderungan lebih mengecil sejalan dengan perbaikan fasilitas transpor dan komunikasi. Hasil analisis impor lada hitarn MEE oleh Jurnadi (1991) yang menggunakan model Armington, meaunjukltan dalam keadaan ce&s paribus, setiap penurunan satu persen harga riil lada hitam hanya menyebabkan peningkatan permintaan impor
lada hitam sebesar 0.36 persen. Tiap satu persen peningkatan harga riil lada putih
hanya meningkatkan permintaan impor lada hitam 0.35 persen. Elastisitas pendapatan wilayah MEE terhadap permintaan la& hitam juga bernilai rendah (0.46), artinya pendapatan naik satu persen hanya menaikkan impor lada hitam sebesar 0.46 persen. Selain itu ada kecenderungan impor lada hitam oleh MEE meningkat, tetapi relatif kecil yaitu 0.65 persen per tahun.
Tmbel 13 Pendugaan Elastisitas Permintaan Domestik dan Impor Lada Negara-Negara MEE lnpor Bersih/ Kepi t a ME
Plub.h Bebas
PerubrhM Stok
lnpor L.6 Hftm ME
IKE~)
1-r Bersih/ Kapita Jer-Bar
1-r Bersih/ Kapita Perancis
-0.29***
-0.18
lnpor Bersih/ Kapita lnggrfr
lnpor Bersi h/ Kapfta Italia
lnpor B a n i h/ Kapita Belanda
(Xprw'Cpu) Harga Lada
-0.19*+ -0.08
-0.29.
Harga Lada
nit-
Harga Lada Putih
--
iiz
0.85
0.77
Period.
71 -89
75-89 ,
Model
OLsa
OLS'
Keterangan :
Sunkr
- *****
-
69-87
55-70
~ r r a i n g t o n ~ OLsC
55-70
55-70
55-70
0Lsc
0LSc
asC
55-70 0Lsc
Nyata pada t a r a f 1.0 persm Nyata pada t a r a f 10.0 persen Hyrta pa& t a r a f 5.0 persen ++ Hyata pedr t a r a f 20.0 persen 1) Koefisicn-koefisien persunean Perubahan Stok bukan n i l a i e l a s t i s i t a s 2) A r p s d r = Perubahan harga lada h i t m L m d i N.Y. &lam Special Drawing Right (harga konstan 1980).
: a. Bade d m Smit, 1991
b. Junadi, 1991
c. FAO, 1972
Hasil analisis FA0 (1972), menunjukkan elastisitas penclapatan secara umum
--
kecuali Inggris
-- lebih besar dari 0.50, bahkan elastisitas pendapatan
Negeri
Belanda lebih besar dari satu (1.23). Rata-rata untuk MEE, elastisitas penclapatan
sebesar 0.62, artinya pendapatan naik satu persen, impor meningkat 0.62 persen. Elastisitas harga umumnya sangat rendah, berkisar antara -0.08 hingga 0.29. Dengan demikian rata-rata elastisitas sebesar -0.2 1, artinya satu persen meningkatnya harga, impor la& MEE berkurang hanya 0.21 persen. Sebaliknya fleksibilitas
harga rata-rata sebesar -4.76, artinya S@J persen meningkatnya penawaran, ceteris paribus, akan menurunkan harga 4.76 persen.
'
Permintaan lada di Jepang lebih tergantung dengan GDP daripada peubah yang lain. Perubahan pola makan masyarakat Jepang di luar ~ m a hterhadap ma-
kanan yang siap dimakan (fast food) sangat menonjol. Hal ini dipengaruhi oleh pola konsumsi dari Barat. Perubahan budaya secara umum, terrnasuk pembahan selera dimasa depan lebih terbuka sepanjang meningkatnya GDP. Pengaruh GDP terhadap konsumsi lada di Jepang sangat nyata sekali (Tabel 14). Menurut hasil penelitian FA0 (1972), elastisitas pendapatan relatif cukup
besar (1.36), hampir sarna dengan hasil analisis yang ditemukan oleh Bade dan Smit. Elastisitas harga sangat kecil (inelastis), artinya pengaruh harga terhadap impor lada
Jepang sangat kecil sekali, meskipun tanda slopenya sesuai dengan yang diharapkan. 'Ihbel 14. Pendugaan Konsumsi dan Impor Lada Jepang Elastisitas Terhadap Peubah Bebas
Impor Bersih Jepangz
Konsumsi JepangI
Konstanta
Impor Lada Hitam Jepang3
2-09
2.4701
- 0.08
Harga Pen&patan/Kap.
0.98"'
1.36"'
Harga Lada Hitam
0.17
- 0.41
Harga La& Putih W u n (T)
0.07"'
R2
0.97
Periode
1955-70
Model
OLS
Keterurgur :
m
r
- 0.45
*** Nyrtr
: 1. B&
pda t r r r f 1.0 pcrsen ;
d.n smit, iwt ; 2.
FAO,
**
+tr
ion
prdr t r r r f 5.0 persen
; 3. ~mudi,1 9 1
0.81 1969-87 Armington
Di sisi lain hasil penelitian Jumadi (1991), menunjukkan permintaan impor lada hitam Jepang masih relatif kecil, rata-rata 2 842 ton per tahun (2.57 persen dari
total impor dunia). Permintaan ini tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan harga
dan pendapatan. Namun demikian impornya cenderung meningkat tiap tahun, ratarata 7.57 persen.
Timur dan Uni Sovid Hubungan antara pendapatan dan konsumsi bahan makanan di Eropa Timur dan bekas Uni Soviet sangat erat.
Lebih besar pendapatan berarti lebih banyak
konsumsi daging dan sosis. Hal ini berkaitan langsung dengan makin banyaknya jumlah konsumsi lada (Bade clan Smit, 1991). Analisis pendugaan perubahan stok dipengaruhi oleh harga secara negatip -- meskipun tidak nyata
-- ,
artinya ketika
penawaran lada berlebih, harga akan jatuh (Xibe1 15). Peubah selisih total ekspor negara produsen dengan total konsumsi negara konsumen positip dengan taraf nyata 20 persen.
O$,
- C,,,)
berpengaruh
Artinya jika selisih konsumsi dunia naik
sebesar 1 000 ton, stok hanya meningkat 80 ton. Hasil analisis permintaan impor lada hitam negara bekas Uni Soviet menunj ukkan , parameter-parameternya kurang tepat, sehingga interpretasi ekonomi, predik-
si clan simulasi tidak &pat dilakukan. Untuk mengatasi kondisi ini, digunakan hail analisis yang dilakukan Krause (1978) dalarn Jumadi (1991), yaitu elastisitas harga dan pendapatan dari terhadap permintaan impor lada hitam masing-masing sebesar
-0.38 dan 0.45. Artinya dengan meningkatnya harga, impor lada turun 0.38 persen atau sebaliknya, ceteris paribus. Jika pendapatan naik satu persen, ceteris paribus, impor lada hitarn naik 0.45 persen atau sebaliknya.
%be1 15. Pendugaan Permintaan Domestik dan Impor Lada Eropa Timur dan Uni Soviet -
Elastisitas Terhadap Peubah Bebas
Konsumsil Kap. Eropa Timur & Soviet
Konstanta
4.89
GDP
0.74
Perubahan Stok Eropa Timur & Sovietl)
Impor Lada Hrtam Uni Soviet
a rpsdr wpm
- CPW)
Harga Lada Hitam Harga Lada Putih
' M u n (T) K2
Periode Model K e t e r a n g ~ : ++ Yyata pada taraf 20 persen 1) Koefisien pada persemian Perubahan Stok bukan n i l a i elastisitas 2) Uasi l Penelitian Krause &lam Junadi, 1991. Surkr
: a. Bade den
wit,
1991
b. J m i , 1991
Untuk mendapat gambaran perilaku impor negara-negara pengimpor lainnya
(sisa dunia) hampir tidak mungkin dapat dilakukan satu demi satu. Untuk itu negaranegara kawasan sisa dunia ini dibagi menjadi lima kelompok, masing-masing Afrika Utara clan Timur Tengah, Asia-Pasifik, Sisa Eropa, Amerika Latin, dan Sisa Afri-
ka. Waupun semua kelompok &pat diwakili oleh hasil penelitian yang ada, tetapi dapat dilihat ada beberapa negara yang ditarnpilkan dalam analisis regesi sesuai dengan inforrnasi yang diperoleh (Tabel 16).
'Gibe1 16 Pendugaan Pemintaan Domestik, Konsumsi, dan Impor Bersih Negara-Negara Sisa Dunia Negara-Negara Sisa Dunia TinrrrfengahA f r i k a Utara
Elastisitas Terhadap P-h B.brr
AsiadanPasifik
SisaErope
Irpor Inpor lnporl) Konsunsi Konsun- Inpor Bersih Bersihl Bersih Australia s i Bersih Kapi t a L SelanMarokko d i a Baru
Korwtanta
1.66
Amerika Latin2)
Sisa Afrika
Korwun- Inpor Impor si Bersih Bersih Argentina
Korwm- Irnpor si Bersih
1.13
0.94
1.18
1.89
4.86
4.97
-0.251
2.74
3.17
0.50
0.81
0.87
0
0.91
0.04
0.30
0.35
0.26
0.40
5s-a
n-ss
70-ss
71-89
m-as
71-88
55-69
70-88
70-88
OLsa
OLS.
OLS'
asa
OLS'
OLS"
OLS'
OLS"
Pudqmtanl kapi t a
k-a Inpor t - 1 ~
~
3
'
rP.dr
Ekspor Brazilia
RZ
0.92
TO-ss
Per iod. Clodcl
asa
Keterangan :
OLsb
asa
Nyata pada t a r a f 1,o p e r m " Nyata pada taraf 5,O persen ++ Nyata pada t a r a f 20 persm -1)- K*** o n s w i Timur T q a h s a m den~mp e r k i r a m inpor Inpor k r s i h Asia-Pasifik d i lurr negara-negara Cina, Singapura, Australia, den Selandia Baru. 2) IPpor A m r i k a L a t i n d i Luar M g r r a 3) 088 adalah s c b s l u 1906=O, setelah tentang Ida, yang s r t w l u y . data ( p t b r + p & 1 - ~ ~ ~d) /a2l a h harga r o t a rpsny adatah hrrga spot lada h j t w
--
Sunkr
71-89
: a. B&
dm Smit, l W 1
Brazi 1 1986.1, karma Swiss n u l a i 1988 menyajikan data impor mrrni illpor digadengan Cabe dan Pimento. Ida B r a z i l i a d a r i tahun k i n i dan s e k l u m y a . rats-rata t a h v u n d i New York, konstan 1980, cents US/kg.
b. FAO, 1972
Model persamaan impor di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara telah dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) secara agregat. Justifikasi pernodelan, selain menggunakan peubah pendapatan (GDP), juga mengintrodusir peubah boneka (dummy) untuk @ode lonjakan harga minyak.
1980-1983 yang menandaltan pada waldu tersebut terjadi' Meskipun elastisitas peubah dummy kurang dari satu
(E < l), tapi uji-t sangat nyata dan peubah ini tidak mempengaruhi konsumsi secara proporsional. Selain itu peubah pendapatan bersifat elastis, artinya jika pendapatan naik satu persen berdarnpak meningkatkan impor bersih 1.37 persen. Sebagai perbandingan, FA0 (1972) juga telah mencoba menganalisis dengan model OL$ mengenai pengaruh pendapatan per kapita dan harga terhadap impor bersih negara Marokko (salah satu negara di kawasan ini). Hasilnya menunjukkan nilai-nilai elastisitasnya sangat rendah, bahkan pengaruh pendapatan per kapita tidak
sesuai dengan teori. Selanjutnya analisis impor bersih dan konsumsi di empat kawasan yang lain juga telah dilakukan oleh Bade dan Smit (1991) di samping analisis impor bersih Argentina yang dilakukan oleh FA0 (1972). Hasil-hasil analisis tersebut ada yang cukup baik dan ada pula yang belum memberikan interpretasi ekonomik yang layak. Misalnya hasil-hasil analisis untuk kawasan Amerika Latin dan negara sisa Afrika.
Dari tinjauan hasil-hasil penelitian di atas &pat disimpulkan, bahwa umumnya analisis yang dilakukan peneliti-peneliti banyak menggunakan model OLS. Banyak peubah secara teoritis memiliki slope yang sesuai, tetapi ada beberapa diantaranya tidak sesuai.
Spesifikasi model maupun elastisitasnya belum cukup
menggarnbarkan keadaan yang layak. Selanjutnya diperoleh indikasi negara produ-
sen dalam perdagangan lada dunia bersifat sebagai penerima harga (price taker).
Beberap kesimpulan hasil-hasil analisis pendugaan areal, pruduksi, konsumsi, penawaran ekspor clan permintaan impor dari uraian di atas dapat dinyatakan sebagai berikut:
m, dalam analisis ekspor dan impor lada dunia secara umum menunjukkan peubah harga dan pendapatan bersifat inelastis. Artinya, kornditas lada seperti yang terjadi pada komoditas pertanian lainnya bersifat musiman dan harga sangat labil.
&&, perubahan dan perkembangan areal tanaman lada s a t kini sangat ditentukan oleh kondisi dan jumlah areal tahun sebelumnya dan peubah harga lada t-2 atau t-3. Kebijakan pemerintah yang tercermin dari jumlah kredit atau tingkat
suku bunga belum disertakan dalam analisis ini.
m,peubah harga (t-1 atw t-2) sangat berpengaruh nyata terhadap produksi lada di India dan Malaysia, sedangkan di Indonesia dan Brazil tidak berpen-, gamh nyata. Khusus di Indonesia peubah curah hujan berpengaruh nyata terhadap produksi. Keem-gjg, konsumsi lada di negara p d u s e n (khususnya di Indonesia) tampalmya cenderung dipengaruhi oleh k g a dan pendapatan masyarakat.
u, penawaran ekspor lada negara produsen umumnya ditentukan oleh pcubah jumlah produksi tahun sebelumnya. Ekspor Indonesia, Vietnam, Thailand,
dan India dipengaruhi harga secara nyab. Khususnya ekspor Indonesia, Vietnam, dan Thailand pengaruh harga sangat elastis (E> 1). Sebaliknya Brazil dan Malaysia peubah harga terkesan tidak begitu penting terhadap variasi ekspor.
-,
Singapura sebagai pasar transit (entreport) hingga kini masih
memegang peranan penting &lam pemasaran lada dunia.
Impor lada Singapura
banyak ditentukan oleh ekspor Malaysia, harga lada hitam Lampung di New York
,
dan selisih antara ekspor negara produsen dengan konsumsi negara non produsen. Sementara ekspornya sangat ditentukan oleh jumlah impor dan perbedaan antara ekspor negara produsen dan konsumsi negara non produsen.
-,
volume impor lada Amerika Utara pada dasarnya tergantung dengan
harga harga yang berlaku. Namun demikian bila dilihat dari impor per kapita, maka harga kurang berpengaruh. Pendapatan per kapita di wilayah pasar Amerika U t m sangat menentukan besar kecilnya konsumsi (impor). Di samping itu perubahan stok dipengaruhi perubahan total ekspor Brazil, harga lada hitam Lampung di New York,
dan selisih total ekspor negara prdusen dengan konsumsi negara non produsen. Peubah harga lada hitam Lampung di New York sangat nyata pengaruhnya terhadap prubahan stok, artinya bila harga naik diharapkan stok terus meiiingkat dan jika harga turun, stok juga menurun.
-,
impor per kapita negara-negara MEE sangat tergantung dengan
pendapatan per kapita dan harga lada itu sendiri. Di lain pihak perubahan stok negara MEE ditentukan oleh perubahan harga lada hitam Lampung di New York dalam Special Drawing Right dan selisih antara total ekspor negara produsen dengan jumlah konsumsi negara non produsen. &sembila, impor bersih dan konsumsi lada di Jepang ditentukan oleh pendapatan per Icapita, sedangkan harga tidak berpengaruh nyata.
-,
perubahan stok lada di wilayah pasar Eropa Timur dan bekas
Uni Soviet dipengaruhi harga lada hitam Larnpung di New York dalam konversi Special Drawing Right dan selisih total ekspor negara produsen dengan total konsumsi negara non produsen. Gsebela, Impor bersih atau konsumsi negara-negara sisa dunia pada umum-
nya dipengaruhi oleh jumlah pendapatan (GDP)dan harga lada hitam Lampung di New York.
,
Kedu-,
dari hasil uraian ini krnyata harga lada hitam Lampung di New
York baik langsung atau yang dikonversi ke dalam Special Drawing Right atau
dalam harga konstan merupakan barometer penentu harga lada di pasar dunia.
-,
peubah kebijakan pemerintah dalam perdagangan la&, misalnya
pajak ekspor, tarif impor, dan kebijakan non tarif belum tergambar dalam penelitian sebelumnya.