BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore) Oleh: Dr.Andi Friadi,SpOG(K)
Diterbitkan Oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang, 2016
KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohiim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mendapat kesempatan untuk menyelesaikan modul “Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore)” ini. Modul ini merupakan acuan bagi senior clerkship yang bertugas di bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas agar pada akhir kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Obstetri dan Ginekologi, mereka mampu menerapkan landasan ilmiah dalam menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksaan komprehensif terhadap kelainan sistim reproduksi sesuai dengan kompetensi sebagai dokter layanan primer. Akhir kata, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh staf sekretariat Bagian Obstetri dan Ginekologi, RSUP Dr. M. Djamil Padang, serta semua bagian terkait, atas kerjasama, bantuan dan dukungannya selama ini sehingga modul ini dapat diselesaikan. Amin, Ya Robbal Alamin.
Padang, Januari 2016
Penulis
i
DAFTAR ISI
Hal KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI……………….....………………………………………...…..
ii
LEARNING OBJECTIVES.…………………………………….…...…….
1
Kognitif……………………………………………………………….. Psikomotor……………………………………………………………
1
Attitude……………………………………………………………….. 1. Infeksi Gonore………………………………………………………
2
1.1 DEFINISI .......................................................................................
2
1.2 EPIDEMIOLOGI……………........................................................
2
1.3 ETIOLOGI……………… ..........................................................
3
1.4 PATOGENESIS...........................................................................
3
1.5 DASAR DIAGNOSIS...................................................................
3
1.5.1 GEJALA KLINIS…............................................................
3
1.5.2 PEMERIKSAAN PENUNJANG……...................................
4
1.6 TATALAKSANA..........................................................................
4
1.7 PENCEGAHAN...........................................................................
4
2. Infeksi Non Gonore…………………………………………………
4
2.1 DEFINISI .......................................................................................
4
2.2 EPIDEMIOLOGI……………........................................................
4
2.3 ETIOLOGI……………… ..........................................................
5
2.4 GEJALA KLINIS……………..........................................................
6
2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG……..............................................
6
2.6 DASAR DIAGNOSIS………………...............................................
6
2.7 TATALAKSANA............................................................................
6
REFERENSI…………………...............................................................
7
PERTANYAAN…………………...........................................................
7
TUGAS……………..………………………………………………………. LAMPIRAN…………………………………………………………………
ii
Learning Objective Kognitif : l
Mampu menjelaskan cara diagnosa
l
Mampu menjelaskan penatalaksaan
Psikomotor : l
Mampu mendiagnosa
l
Mampu menatalaksana
Attitude : l
Mampu bekerjasama dengan pasien
l
Mampu bekerjasama dengan petugas lain
1
1. Infeksi Gonore 1.1 Definisi Gonore adalah infeksi menular seksual pada epitel dan umunya bermanifestasi sebagai cervicitis, uretritis, proctitis, dan conjungtivitis. Bila tidak diterapi, infeksi ini dapat menimbulkan komplikasi lokal seperti endometritis, salpingitis, TOA, bartolinitis, peritonitis, dan perihepatitis pada pasien wanita, periuretritis dan epididimitis pada pasien pria, dan oftalmia neonatorum pada neonatus (Cunningham, F.G, 2014). 1.2 Epidemiologi Insiden gonore telah menurun secara signifikan di AS, namun masih terdapat 325.000 kasus baru di tahun 2006. Gonore tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di dunia, yang merupakan penyebab utama morbiditas di Negara berkembang dan dapat berperan dalam transmisi HIV. Insiden dipengaruhi oleh interaksi beberapa variabel, termasuk peningkatan akurasi diagnosis, perubahan pola penggunaan kontrasepsi dan perubahan perilaku seksual (Talhari, 1997). 1.3 Etiologi Neisseria gonore adalah organism gram negative, nonmotil, non-spore forming yang tumbuh sendiri dan berpasangan (dalam bentuk monokokus dan diplokokus) (Talhari, 1997). 1.4 Pathogenesis Infeksi GO ditularkan terutama melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan (Cunningham, F.G, 2014). 1.5 Dasar Diagnosis 1.5.1 Gejala kllinis Wanita yang terinfeksi oleh N. gonorrhae awalnya masih asimptomatik atau hanya memiliki gejala ringan. Gejala yang dapat terjadi antaranya adalah discharge yang sedikit dari vagina yang dapat disebabkan dari servix yang terinflamasi (bukan vaginitis atau vaginosis) dan disuria (biasanya tanpa gangguan urgensi dan frekuensi) yang terjadi pada gonococcal urethritis. Masa inkubasi pada wanita jarang dapat ditentukan dengan tepat. Namun gejala dapat terjadi dalam jangka waktu 10 hari setelah terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih hebat berbanding infeksi chlamydial cervicitis.
2
Komplikasi yang dapat terjadi pada pada gonococcal servitis adalah dyspareunia dan lower abdominal pain akibat infeksi yang lebih dalam dan jauh. Pada keadaan tersebut harus difikirkan Pelvic Inflamatory Disease (PID) (Fauci, 2011). 1.5.2 Pemeriksaan Penunjang Diagnosis dengan temuan pewarnaan Gram`s yang dilakukan pada urethral exudates (Fauci, 2011). 1.6 Terapi Pemberian Cephalosporins generasi ketiga yaitu cefixime 400 mg (peroral) dan ceftriaxone 125 mg (intramuskular), keduanya sebagai single dose, menjadi terapi pilihan utama pada infeksi gonococcal (urethra, cervix, rectum, atau pharynx) yang belum ada komplikasi (Martha, 2011). 1.7 Pencegahan Jika kondom digunakan dengan benar, hal ini akan menghasilkan proteksi yang sangat efektif dalam menghalang terjadinya transmisi gonorrhea serta infeksi lain dari dan ke perukaan mukosa. Apabila sudah terdiagnosa dengan infeksi gonorrhea, semua pasangan seksual harus turut dievaluasi dan diberikan terapi secara bersamaan. Pasien juga harus diberitahukan supaya tidak melakukan aktivitas seksual selama terapi masih berlangsung dan gejala masih positif (Tjandra, 2011). 2. Infeksi Non Gonore 2.1 Definisi Infeksi Non-Gonokokal (GNO) biasa disebut sebagai Non-Spesifik. Gejalanya mirip dengan gonorhea atau kencing nanah, namun terapi yang biasa diberikan kepada gonorhea tidak akan dapat bekerja. Selain itu, GNO disebabkan oleh bakteri yang disebut
sebagai Chlamydia
trachomatis dan
beberapa
jenis
bakteri
lainnya
termasuk ureaplasma urealyticum, mycoplasma, dan trichomonas yang dapat mengakibatkan gejala seperti pada GNO. GNO disebarkan secara seksual terutama kontak seksual tanpa perlindungan, seksual per oral, atau pun seksual per anal (Talhari, 1997). 2.2 Epidemiologi Di seluruh dunia diperkirakan mencapai 62 jula kasus baru untuk kasus GO dan 89 juta kasus GNO baru yang dilaporkan setiap tahunnya. Keduanya merupakan kasus infeksi yang seringkali tidak dilaporkan. Namun, angka kejadiaanya telah menurun secara bertahap dari 2000, sedangkan sebaliknya pada infeksi GNO kejadiannya
3
cenderung
meningkat.
Kejadian
GNO
meningkat
terutama
musim
panas
(Cunningham, F.G, 2014). 2.3 Etiologi Tabel 1. Patogen penyebab dan jenis IMS yang ditimbulkan (Tjandra, 2011) Patogen
PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
INFEKSI BAKTERI Neisseria gonorrhoeae
GONORE
Chlamydia trachomatis
KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)
Chlamydia trachomatis
LIMFOGRANULOMA VENEREUM
(galur L1-L3) Treponema pallidum
SIFILIS
Haemophilus ducreyi
CHANCROID (ULKUS MOLE)
Klebsiella
GRANULOMA INGUINALE (DONOVANOSIS)
(Calymmatobacterium) granulomatis Mycoplasma genitalium
servisitis dan uretritis non-gonore, mungkin penyakit radang panggul
Ureaplasma urealyticum
servisitis dan uretritis non-gonore, mungkin penyakit radang panggul
INFEKSI VIRUS Human Immunedeficiency
INFEKSI HIV / ACQUIRED IMMUNEDEFICIENCY
Virus (HIV)
SYNDROME (AIDS)
Herpes
simplex
virus HERPES GENITALIS
(HSV) tipe2 dan tipe 1 Human
papillomavirus KUTIL KELAMIN
(HPV) Virus hepatitis B Virus
HEPATITIS VIRUS moluskum MOLUSKUM KONTAGIOSUM
kontagiosum INFEKSI PROTOZOA Trichomonas vaginalis
TRIKOMONIASIS
INFEKSI JAMUR Candida albicans
KANDIDIASIS 4
INFESTASI PARASIT Phthirus pubis
PEDIKULOSIS PUBIS
Sarcoptes scabiei
SKABIES
2.4 Gejala Klinis Gejalanya mirip seperti pada infeksi gonore, oleh karena itu perlu diketahui mengenai riwayat seksual, penggunaan kontrasepsi, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, pilihan seksualitas, riwayat Penyakit Menular Seksual sebelumnya (Talhari, 1997). 2.5 Pemeriksaan Penunjang •
Periksa adanya lesi yang menunjukkan adanya PMS.
•
Sediakan sample bila ada duh yang keluar untuk pemeriksaan lebih lanjut.
•
Setelah pemeriksaan urethra diikuti pemeriksaan pelvis lengkap, termasuk kultur seviks (Talhari, 1997).
2.6 Dasar Diagnosa Diagnosa berdasarkan adanya satu atau lebih dari hal berikut : 1) Duh urethra purulen atau mukopurulen, 2) hapusan duh urethra yang menunjukkan adanya, paling tidak, 5 leukosit pe lapang minyak imersi secara mikrospkopis, dan 3) spesimen urine miksi pertama yang menunjukkan leukosit esterase pada pemeriksaan dipstik atau paling tidak 10 sel darah putih lapang pandang mikroskop (Fauci, 2011). 2.7 Penatalaksanaan Terapi antibiotik harus dapat mencakup kedua penyakit yakni urethritis gonokokal dan urethritis non gonokokal. Pilihan antimikrobial untuk penatalaksanaan urethritis termasuk
ceftriaxone
secara
parenteral,
azithromycin
oral,
ofloxacin
oral,
ciprofloxacin oral, cefixime oral, doxycicline oral, dan spectinomycin parenteral. Azithromycin dan doxysiklin telah terbukti setara dalam hal efikasi untuk mengobati infeksi C Trachomatis. Ofloxacin dan azithromycin efektif untuk pengobatan urethritis non-gonokokal (GNO), dimana ciprofloxacin tidak efektif bagi semua infeksi chlamydia. Kombinasi probenecid dengan penicillin, amoxicillin, atau ampicillin sudah tidak digunakan lagi karena kuman bersifat resisten. Secara terbalik, golongan makrolida termasuk eritromisin dan tetrasiklin, kesemuanya memiliki kesamaan efektifitas bagi GNO. Insidensi N gonorrhoeae resisten terhadap quinolone tinggi di asia dan negara asifik dan meningkat pada pantai barat amerika serikat. Riwayat
5
perjalanan pasien terbaru dapat membantu menentukan penatalaksanaan yang langsung (Martha, 2011). 1. Azithromycin Azithromycin dalam dosis 2 g, dapat mengobati baik gonococcal dan non-gonokokal . Obat ini merupakan pilihan terapi dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien. Pengobatan membutuhkan 8 tablet besar, dan juga tersedia dalam bentuk cair (Martha, 2011). 2. Doxycycline Obat ini hanya mampu mengobati non-gonokokal urethritis (GNO) saja. Dosis : Awal : 200 mg/hari terbagi 2 kali sehari PO/IV atau IV diberikan 1x/hari, Lanjut : dosis rumatan : 100 – 200 mg/ hari terbagi tiap 12 jam PO/IV (Martha, 2011). DAFTAR PUSTAKA Cunningham, F.G, et al. 2014. Obstetric William’s 24th. The McGraw - Hill Co: New York. Fauci, et al. 2011. Harison’s Principles of Internal Medicine, 18th Ed. McGraw-Hill : USA. Martha, et al.2011. Urethritis. Medscape for iPhone. United Kingdom : eMedicine. Talhari,
S.,
Benzaquen,
A.,
Orsi,
A.T.
1997.
Diseases
Presenting
As
Urethritis/Vaginitis: Gonorrhoea, Chlamydia, Trichomoniasis, Candidiasis, Bacterial Vaginosis. Tjandra Y.A, et al. 2011. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi menular Seksual. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta Pertanyaan 1. Apa penatalaksanaan pada infeksi gonorhea? 2. Apa saja bakteri penyebab infeksi non gonorhea? 3. Apa penatalaksanaan pada infeksi non gonorhea? Jawaban 1. Pemberian Cephalosporins generasi ketiga yaitu cefixime 400 mg (peroral) dan ceftriaxone 125 mg (intramuskular), keduanya sebagai single dose, menjadi terapi pilihan utama pada infeksi gonococcal (urethra, cervix, rectum, atau pharynx) yang belum ada komplikasi
6
2. Chlamydia trachomatis dan beberapa jenis bakteri lainnya termasuk ureaplasma urealyticum, mycoplasma, dan trichomonas 3. ceftriaxone secara parenteral, azithromycin oral, ofloxacin oral, ciprofloxacin oral, cefixime oral, doxycicline oral, dan spectinomycin parenteral.
7