TAKHRIJ HADITS TALQIN KEPADA ORANG YANG AKAN MENINGGAL DENGAN SURAT YASIN Nabi diriwayatkan bersabda :
“Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang meninggal dunia”. Takhrij : Diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dalam “As-Sunan” (no. 3123), Imam Ibnu Majah dalam “As-Sunan” (no. 1515), Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (no. 20837), Imam Ibnu Abi Syaibah dalam “Al Mushonaf” (2/134), Imam Al Hakim dalam “Al Mustadrok” (no. 2028), Imam Baihaqi dalam “AsSunan” (no. 1032) & “Syu’abul Iman” (no. 2356) dan Imam Baghowi dalam “Syarhus Sunah” (3/51) semuanya dari jalan Sulaiman At-Taimiy dari Abu Utsman –bukan Al-Hindi- dari Bapaknya dari Ma’qil bin Yassar dari Nabi secara marfu’. Imam Thabroni dalam “Al Kabiir” (no. 16905), dan Imam Thoyalisi dalam “Al Musnad” (no. 962) meriwayatkan dari Sulaiman dari seorang laki-laki dari Bapaknya dari Ma’qil . Maka saya kira laki-laki yang tidak disebut namanya tadi adalah Abu Utsman seperti riwayat para Aimah sebelumnya. Dalam riwayat “Syu’ab” (no. 2357) Imam Baihaqi menurunkan sanadnya dari Al Mu’tamir bin Sulaiman dari Bapaknya (Sulaiman At-Taimiy) dari seorang laki-laki dari Ma’qil . Saya duga juga laki-laki tersebut adalah Abu Utsman atau Bapaknya Abu Utsman. Begitu juga Imam Ibnu Hibban dalam “Shahih” (no.3064 ) meriwayatkan dari Sulaiman dari Abu Utsman dari Ma’qil . Kesimpulannya : sanadnya berkisar dari Sulaiman dari Abu Utsman dari Bapaknya dari Ma’qil . Kedudukan sanad : 1. Abul Mu’tamir Sulaiman bin Thorkhoon At-Taimiy (46-134 H) adalah perowi Bukhori-Muslim yang dinilai tsiqoh oleh Al-Hafidz dalam “AtTaqriib”. 2. Abu Utsman dikatakan namanya Sa’ad ia bukan Al Hindiy. Dinilai majhul oleh Imam Ibnul Madiniy, sedangkan Imam Ibnu Hibban menilainya tsiqoh, namun para ulama tidak puas dengan tautsiq Imam Ibnu Hibban yang terlalu gampang memberikannya kepada perowi yang majhul, oleh
karenanya Al Hafidz dalam “At-Taqriib” menyimpulkan bahwa Abu Utsman seorang perowi Maqbul yang berarti haditsnya lemah jika tanpa ada penguat. 3. Bapaknya seorang perowi yang majhul yang tidak diketahui siapa dia. Berdasarkan hal ini maka hadits ini sanadnya lemah, ditambah lagi ada kelemahan lain yaitu terjadi kegoncangan pada sanadnya sebagaimana dalam takhrij diatas, terkadang dikatakan dari Abu Utsman dari Bapaknya dari Ma’qil , dalam riwayat lain dari Abu Utsman dari Ma’qil langsung, dalam tempat lain tidak disebutkan namanya. Sehingga kelemahan sanad ini tidak diragukan lagi. Imam Shon’aniy dalam “Subulus Salam” (no. hadits 502) menukil perkataan Imam Druquthni :
012 ) - . / ) * +,
' () $ % &
" ! # “Haditsnya Mudhthorib (goncang) sanadnya majhul matannya tidak shahih”. Namun telah datang amalan seorang Shahabat yang bernama Ghodhoif yang minta dibacakan surat Yasin ketika beliau menjelang wafat, sebagaimana dikisahkan oleh Imam Ahmad dalam “Al Musnad” (no. 16969) sebagai berikut :
74=)/HG) E F) - 5 C @ & D & # + 4B6 7>? @A
/ ) =34 # 7: ; < 34 # 78 9 / ) 56 34 # 70=BQ4U) 1 T J - 5 1 )< 6 L M :* " S
6 L R # 6 Q P " :* LM 7K 4 .J I #
+5 K C _;` \ ^@/ ) \
] Z[ :: )L > ? @A
/ ) : :* 7XY + I 5 6 W V 5 4/V M " a Y - 5 / . / ) - 5 U@ 6 " :: ; < * “Haddatsanaa Abul Mughiroh, haddatsanaa Shofwaan, haddatsanii Al Masyaikhoh, bahwa mereka menghadiri (menjelang wafatnya) Ghudhoif ibnul Harits Ats-Tsumaaliy ketika telah menjelang ajalnya, beliau berkata : ‘Siapa diantara kalian yang mau membacakan Yasin (untukku)? Maka Shoolih bin Syuraih As-Sakuuniy membacakan Yasin kepadanya, setelah membacanya sekitar 40 kali, beliau meninggal dunia’. Al para Masyaikhoh berkata : ‘jika surat Yasin dibacakan kepada orang yang akan meninggal akan diringankan karenanya’. Shofwaan berkata : ‘Isa ibnul Mu’tamir pernah mentalqin dengan surat Yasin kepada Ibnu Ma’bad”.
Kedudukan sanad : Syaikh Syu’aib Arnauth dalam “Taliq Musnad Ahmad” berkata :
b'[ -4U# . (11737) 5 >;)U) i j @ h6 > g @5 / 7& f >?@Ae c d[ 7-U# b'[ 36
-U) $F<6 K. M C@&D 8D 1@F2) *u vL3 's *u = 5 7 (C@&D >t) ">5<s " g qMr
56 * -Q) 7"vLH) " g :Y# -5 bZ 7{t K z >?@Ae *u #6 yQU) 1J -5 x< .iw.)
L) Y :89e 56 . f #u i?Y) K@M
7*+ :}405/4 "P .) ~ " g / }>|
wd 7: ;< - 7:/@) h6 - 443/7 -5 Ku`6 .=QUQU) / -5 :: ;< 7yfj ,r -5
's
“Atsar ini sanadnya Hasan. Tidak disebutkan nama Al Masyaikh tidak masalah, sebagaimana telah dijelaskan pada riwayat Abu Said Al Khudriy yang telah lalu (no. 11737). Al Hafidz dalam “Al Ishobah” (biografi Ghudhoif ) telah menghasankan sanadnya, kemudian sisa perowi lainnya adalah tsiqoh para perowi kitab shahih selain Ghudhoif yang hanya diriwayatkan oleh pemilik kitab Sunan selain Imam Tirmidzi. Sholih bin Syuraih As-Sakuuniy salah satu masyaikh yang meriwayatkan dari Ghudoif , disebutkan dalam kitab “Ats-Tsiqoot” oleh Imam Ibnu Hibban, namun Imam Ab Zur’ah dalam “Jarh Wa Ta’dil” (4/405) menilainya, majhul, kemudian Imam Bukhori tidak mengomentari jarh maupun ta’dil kepadanya. Abul Mughiroh adalah Abdul Quduud ibnul Hajjaaj Al Haulaaniy. Shofwaan adalah Ibnu ‘Amr As-Sukusikiy. Imam Ibnu Sa’ad meriwayatkannya (7/443) dari Abul Yamaan dari Shofwaan dengan sanad ini”. Imam Al-Albani dalam “Irwaaul Gholil” (3/152) menegaskan juga keshahihan atsar ini, kata beliau rohimahulloh :
+.)+u -Q) :)+ +M /U
(M >?@Ae 8D vL3 K)u K Er -5 C@&D [ 1@F< w+M I5.) - /@ f HQ5 ,
“ini sanadnya Shahih sampai kepada Ghudhoif ibnul Harits , semua perowinya tsiqoh selain para masyaikh yang tidak disebutkan namanya satu per satu, maka mereka semuanya majhul, namun kemajhulan mereka dikuatkan dengan banyaknya jumlah mereka terlebih lagi mereka adalah para Tabi’in”. Berdasarkan keterangan diatas, maka amalan membaca surat Yasin untuk orang yang akan meninggal dunia telah dilakukan oleh salah Seorang Shahabat sebagaimana diatas. Namun keterangan yang marfu’ dari Nabi tidak diriwayatkan dengan sanad yang kuat, sehingga ini masuk dalam perkara yang dikenal dikalangan ulama ushul fiqih sebagai ijtihad sahabat atau fatwa Shahabat.
Dikalangan ulama fiqih pun mereka mengatakan sunahnya membaca surat Yasin kepada orang yang akan meninggal dunia, seperti : A. Dari kalangan Madzhab Hanafi, misalnya : 1. Imam Ibnu Abidin dalam “Hasyiyah Raddul Mukhtar” (2/207). 2. Imam Nasafi dalam “Al Mujtabaa” (dinukil dari Syaroh Kunuzid Daqoiq (5/262). 3. Dll. B. Dari kalangan madzhab Maliki 1. Imam Muhammad bin Abdillah Al Khorosiy dalam “Mukhtashornya”. 2. Imam Malik bin Anas sempat dikatakan memakruhkan membaca Yasin kepada mayit, namun hal ini disanggah oleh para pengikutnya. Imam Ibnu Arofah berkata :
u +5 0Y4.) K u V \
V M ) 46 7 > 4@^0U) K u V \
V M Z[ > )F) V =M a ) > Q ) PG F
VM \ ^@/ V ) : L ) > 5 * 2#
”sisi kemakruhannya menurut Imam Malik adalah jika dilakukan karena berdasarkan hal ini adalah sunnah, adapun jika ini dilakukan karena mengharap berkah dari Al Qur’an kepada si mayit, maka tidak makruh”. (Al Fawakih 3/283). 3. Imam Robaniy dalam “Al Kifayah”. 4. Dll. C. Dari Kalangan Madzhab Syafi’i 1. Imam Nawawi dalam “Roudhotut Tholibin” (1/179). 2. Imam Zakariyaa Al Anshori dalam “Fathul Wahhaab” (1/156). 3. Imam Zakarsiy dinukil dalam “Mughnil Muhtah” (4/200) karya Imam Syarbiniy. 4. Dll. D. Dari Kalangan Madzhab Hambali 1. Imam Ahmad berkata :
$.Q) >M L5 6 ( ) 6L :L)5 K C;?@) Z[ \@e :L 6 * ”Mereka membaca ketika menghadiri menjelang ajalnya Mayit untuk meringankannya dengan bacaan Al Qur’an yaitu surat Yasin dan memerintahkan untuk membaca Al Fatihah”. (dinukil dari Syarah Kabir Ibnu Qudamah (2/305). 2. Imam Al Hijaawiy dalam “Al Iqnaa” (dinukil dari syarahnya 4/277). 3. Imam Ibnu Qudamah dalam “Al Mughniy” (4/358) kemudian beliau rohimahulloh menukil perkataan seorang Tabi’I Imam Asad bin Wadaa’ah :
v / ) K C ;? K 4B(M 7 (
) b 6 L @V M 7 v / ) K @ V ' ^ A M 7 \ ^@/ ) Q & # - / M
”Barangsiapa yang menghadiri mayit, namun si mayit merasa berat dengan ajalnya, maka bacakan surat Yasin, karena akan meringankan kematiannya”. 4. Imam Ibnu Muflih dalam “Al Mubada’” (2/429). E. Dari Kalangan Madzhab Muhaqiqin 1. Imam Shon’ani dalam “Subulus Salam”. 2. Dll. F. Dari Kalangan ulama Kontemporer 1. Imam Ibnu Utsaimin dalam Syaroh Mumti”. 2. Syaikh Ibnu Jibrin dalam “Syaroh Ahdhor”. 3. Kementerian agama Kuwait dalam “Mashu’ah Fiqhiyah” (1/412). 4. Syaikh ‘Athiyah Saqhor dalam “Fatawa Al Azhar” (mei 1997). 5. Dll.