1
BABl PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Auditing internal adalah sebuah fungsi penilaian independen yang dijalankan di dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi sistem pengendalian intern organisasi. Adams (1994) dalam Putri (2011) menjelaskan bahwa kualitas internal yang dijalankan akan berhubungan dengan kompetensi dan objektifitas dari staf internal auditor tersebut. Maraknya
kasus
kecurangan
yang
terjadi
didalam
perusahaan
mengakibatkan kebutuhan akan internal audit semakin meningkat. Semakin banyak perusahaan yang menggunakan audit internal karena audit internal dianggap sebagai tolok ukur suatu
perusahaan untuk menjelaskan kondisi
perusahaan tersebut. Audit internal memberikan peranan yang besar bagi pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan. Pihak manajemen perusahaan membutuhkan informasi yang handal dan strategis dari auditor internal untuk pengambilan kebija.kan, prosedur, serta proses pengambilan keputusan bisnis dan keputusan operasional perusahaan. Auditor internal diharapkan mampu menghasilkan kualitas audit bagi kebutuhan manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian audit internal berpengaruh secara nyata dalam proses peningkatan kinerja perusahaan. Yang seharusnya tugas seorang audit sangat berguna bagi para karyawan dalam perusahaan tersebut tetapi yang terjadi selama ini seorang audit internal sering kali melupakan sikap dasar
2
seorang audit sehingga para audit internal kesulitan dalam mencari inforrnasi dari para auditee dan itu menghambat kinerja audit. Audit internal adalah salah satu bentuk upaya dalam mencegah terjadinya penyelewengan dan penyalahgunaan asset-aset perusahaan. Oleh karena itu, diperlukanlah orang-orang yang memiliki kemampuan yang memiliki keahlian khusus dalam mencegah terjadinya hal-hal yang mengakibatkan kerugian yang dapat terjadi di perusahaan. Berbeda dengan akuntan publik yang bisa bersikap etis dengan menolak memberikan opini atas laporan keuangan yang mengandung salah saji dan meminta klien mencari akuntan lain, tetapi hal ini tidak akan menyebabkan mereka kehilangan pekerjaannya. Sebagai pekerja, auditor internal mendapatkan penghasilan dari perusahaan dimana dia bekerja, berarti auditor internal sangat bergantung kepada organisasinya sebagai pemberi kerja. Disini kon:flik audit muncul ketika auditor internal menjalankan aktivitas audit internal. Auditor internal sebagai pekerja didalam organisasi yang diauditnya akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau objek audit yang dilakukannya. Jika auditor internal diminta untuk melanggar kode etik mereka atau standar praktik professional, pilihan yang tersedia bisa tidak menyenangkan. Menolak permintaan klien bisa menyebabkan auditor internal kehilangan pekerjaan mereka, apalagi hila mereka tidak memiliki independensi (Sawyer, 2009:35). Sesuai dengan standar umum, auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya
3
(Arens, 2008). Hal ini dikarenakan auditor dituntut untuk menghasilkan laporan audit yang berk.ualitas. Kode Etik Profesi dan Pemyataan Standar Audit menekankan sekali pentingnya independensi karena independensi merupakan dasar dari prinsip objektifitas dan integritas. Arens, et.al, (2011;74) menyatakan
bahwa independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit. lndependensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002:52). Meskipun independensi sangat penting auditor juga harus memiliki kompetensi yang memadai dalam melakukan audit dalam artian memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai dalam bidang audit. Pengalaman auditor dalam melakukan audit atas laporan keuangan dapat dilihat dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pemah ditangani. Kompetensi auditor diperlukan dalam hal menemukan adanya suatu pelanggaran akuntansi, sedangkan dalam melaporkan adanya pelanggaran tersebut independensi auditor sangat dibutuhkan. Auditor perlu untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan sesuai dengan tanggung jawab dari auditor, maka tidak hanya pengetahuan dan pengalaman saja yang dibutuhkan oleh auditor tetapi independensi juga harus dimiliki dalam melaksanakan audit. Independensi ini menyatakan bahwa auditor diharuskan untuk tidak mudah dipengaruhi, karena audit dilakukan atas dasar kepentingan umum, bukan kepentingan perorangan,
4
kelompok atau golongan. Auditor diharapkan jujur dan terbuka dalam menjalankan praktik audit, ketika auditor menemukan adanya hal yang tidak wajar atau kesalahan, maka auditor wajib untuk mengungkapkannya kepada publik. Menurut Alim, et a/. (2007) Kasus pelanggaran pada profesi auditor telah banyak dilakukan, mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom
di
Indonesia
sehingga
membuat
kredibilitas
auditor
semakin
dipertanyakan. Kasus Telkom tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan KAP Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki auditor. AAA Financial Accounting Commite (2002) dalam Christiawan (2002) menyatakan bahwa kinerja audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kinerja audit. Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa orang yang berkompeten adalah orang dengan keterampilan mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pemah membuat kesalahan. Untuk dapat memiliki keterampilan, seorang auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Menurut SPAP (200 1)Pencapaian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dibidang praktik akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi juga harus
5
menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan independensinya diragukan masyarakat. Mardisar dan Sari (2007:2) kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Menurut Messier dan
Quilliam (1992) dalam Mardisar dan Sari (2007:3) mengungkapkan bahwa akuntabilitas yang dimiliki auditor dapat meningkatkan proses kognitif auditor dalam mengambil keputusan. Akuntabilitas juga dapat diuraikan sebagai kewajiban untuk menjawab dan menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada pihak-pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari orang atau badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya tertentu. Dalam konteks ini, pengertian akuntabilitas dilihat dari sudut pandang pengendalian dan tolok ukur pengukuran kinerja. Dalam penelitian Mardisar dan Sari (2007: 11 }, akuntabilitas diukur dengan seberapa besar motivasi auditor dalam menyelesaikan pekerjaan, dan keyakinan bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan serta mengukur seberapa besar usaha (daya pikir) auditor untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Dari penelitian tersebut, ditemukan bahwa akuntabilitas memiliki hubungan positif dengan kualitas kinerja auditor. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat akuntabilitas individu dalam melakukan suatu pekerjaan menentukan bagaimana sebuah informasi diproses. Hasil dari informasi
6
yang diproses tersebut, akan mempengaruhi respon, keputusan ataupun tindakan yang akan diambil. Kualitas kinerja auditor juga sangat dipengaruhi oleh pemahaman sistem informasi akuntansi. Dengan semakin berkembangnya dunia usaha dimana transaksi yang dilakukan menjadi sedemikian besamya sehingga perusahaan menerapkan suatu Sistem lnformasi Akuntansi yang dapat mengelola data dan lnformasi tersebut. Pembukuan yang dilakukan perusahaan tidak lagi dilakukan secara manual dan sederhana, akan tetapi telah melibatkan teknologi informasi yang canggih. Sistem Informasi Akuntansi merupakan proses mengumpulkan, menggolongkan, mengolah data transaksi, lalu menganalisis dan dikomunikasikan hasilnya dalam bentuk laporan keuangan perusahaan. Pemakai informasi keuangan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi adalah pihak perusahaan, terutama manajemen dan pihak luar yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dengan melihat pentingnya sistem informasi akuntansi ini, maka pemahaman sistem informasi akuntansi ini menjadi sangat mutlak bagi seorang auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Triasnaningsih (2007) membuktikan pemahaman terhadap SIA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik (KAP). Penelitian yang dilakukan oleh Wiwin (2006) membuktikan pemahaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap konerja auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2004) memperkuat juga bahwa pemahaman mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja auditor.
7
1.2.
Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran dari latar belakang, maka penulis memunculkan
permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal? 2. Apakah Independensi berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal? 3. Apakah Akuntabilitas berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal? 4. Apakah Pengalaman Kerja berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal?
5. Apakah Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal?
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam menyusun penelitian
1Ill
adalah
Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk memperoleh bukti empms apakah kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal. 2. Untuk memperoleh bukti empiris apakah independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal. 3. Untuk memperoleh bukti empiris apakah akuntabilitas auditor berpengaruh terhadap kinerja auditor internal.
8
4. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pengalaman kerja auditor berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal. 5. Untuk memperoleh bukti empiris apakah pemahaman sistem informasi akuntansi auditor berpengaruh terhadap kualitas kinerja auditor internal.
1.4.
Manfaat Penelitan Penelitian dan penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain : 1. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah meningkatkan fungis audit internal diantaranya : a) Kesalahan-kesalahan yang cukup material dalam laporan keuangan dapat dideteksi dan dengan mengetahui kesalahan itu segera dapat ditindak lanjuti. b) Dengan mudah ditindak lanjuti banyak temuan-temuan oleh audit internal maka saat laporan keuangan di audit oleh akuntan publik, prosesnya dapat lebih cepat sehingga biaya audit dapat eliminasi 2. Manfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (manfaat teoritis): a) Diharapkan dapat memberi sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya.
9
b) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang 3. Manfaat penelitian bagi praktis : a) Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh manajemen dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas kinerja auditor internalnya. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja audit internal, sehingga audit internal dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitan
Ruang lingkup penelitian ini diperlukan untuk memberikan batas-batas permasalahan yang akan di bahas, sehingga pembahasan dari judul yang ada tidak meluas. Sesuai dengan judul yang dipilih maka akan dibatasi menjadi : 1. Tahun pengamatan adalah tahun 2011-2013. 2. Para Informan berasal dari semua auditor internal di PT.Sinar Himalaya. 3. Faktor-faktor yang di teliti adalah kompetensi, independensi (bebas dari intervensi), akuntabilitas (rasa tanggung jawab), Pengalaman kerja, Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi, pengaruh kinerja audit (karakteristik kinerja masing-masing auditor internal). 4. Dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian.