BAB VIII PENGENALAN ASPEK METODOLOGIS DALAM SOSIOLOGI KRIMINALITAS Tidak ada satupun ilmu pengetahuan yang tidak memiliki metode dalam proses pembentukan dan perkembangannya, demikian pub Sosiologi Kriminalitas. Mengapa demikian ? Hal ini disebabkan oleh karena ilmu pengetahuan itu sendiri telah mempersyaratkan bahwa apabila suatu pengetahuan ingin ditempatkan sebagai ilmu pengetahuan, maka ia harus memiliki tiga unsur syarat ilmu pengetahuan, yang meliputi : (1) Sasaran atau Obyek ; (2) Metode dan (3) Sistematika. Berkenaan dengan hal di atas, maka apabila Sosiologi Kriminalitas ingin di tempatkan sebagai ilmu pengetahuan, maka haruslah memiliki ketiga unsur di atas. Untuk unsur pertama, yaitu sasaran, buku teks ini telah mengemukakannya pada bagian awal, sedangkan untuk sistematika, telah tersirat dalam uraian mengenai aneka ragam pers pektif dan teori Kriminalitas dan bakhan dalam kaitannya dengan suatu perilaku yang bernama Penyimpangan. Sekarang tiba gilirannya untuk mengupas masalah metode penelitian bagi ilmu pengetahuan yang bernama Sosiologi Kriminalitas. Untuk menyakini bahwa Sosiologi Kriminalitas juga merupakan ilmu pengetahuan, maka marilah dibuktikan dan
dijelaskan
bahwa
metode
sebagai
mana
dipersyaratkan
bagi
suatu
pengetahuan, dimiliki pula oleh Sosiologi Kriminalitas. Dalam rangka menegaskan bahwa Sosiologi Kriminalitas juga memiliki Metode, maka di dalam buku teks ini dikemukakan mengenai : Pengertian dan Pengenalan Tipetipe penelitian yang relevan, keunggulan dan kelemahan masingmasing tipe penelitian, serta manfaat komplementasi masing-masing tipe. Agar para pembaca dapat memahami dengan baik, fahami dan kenali dulu pengertian dan tipe-tipe penelitian yang ada, lalu pahami keunggulan dan kelemahan masing-masing tipe itu, baru kemudian berusahalah berlatih menentukan pilihan tentang tipe-tipe mana yang paling tepat bagi Sosiologi Kriminalitas. A. Pengertian dan Pengenalan Tipe-tipe Penelitian yang relevan Setiap disiplin ilmu pengetahuan selalu berusaha mencoba membatasi gejala, obyek dan memilih metode yang dianggap tepat, logik dan rasional. Metode Ilmu Pengetahuan memiliki serangkaian langkah, meliputi : (1) Memformulasikan
Universitas Gadjah Mada
permasalah an, (2) Merencanakan desain penelitian, (3) Mengumpulkan data, (4) Menganalisa data, dan (5) Menggambarkan kesimpulan-kesimpulan. Metode dasar di atas itu berlaku bagi semua ilmu pengetahuan, dan masingmasing ilmu pengetahuan juga akan menentukan pula prosedur detailnya sendirisendiri seperti misalnya : Ilmu Kimia, menggunakan tabung reaksi dan eksperimen labotarium; llmu Perbintangan menggunakan teleskop; Sosiologi menggunakan daftar pernyataan dan sebagainya. A.1. Pengertian Metode Penelitian Istilah metodologi berasal dari kata Methodos dan Lagos. Methodos yang kemudian didalam bahasa inggris diterjemahkan sebagai Method, mempunyai arti: Jalan atau cara. Sedangkan Lagos, berarti Ilmu Pengetahuan.Jadi Metodologi Penelitian berarti : Jalan atau cara ilmiah untuk melalukan sesuatu yang dalam hal ini yang dimaskud adalah melakukan penelitian. Penelitian merupakan terjemahan dari kata Research yang berasal dari kata Re yang berarti kembali dan To search yang berarti mencari, sehingga kata Research, berarti mencari kembali. Dengan demikian kata Metodologi Penelitian mempunyai arti : Jalan atau cara ilmiah untuk mencari kembali. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah : Apa sebabnya yang dicari kembali itu? Serta mengapa disebut mencari kembali? Yang dicari kembali dalam hal ini adalah : Bahan-bahan yang sudah diolah dan dianalisa, dapat memberikan jawaban mengenai sesuatu yang diinginkan atau yang dipermasalahkan dan bahan-bahan tersebut dalam bahasa penelitian disebut data (Soenjoto, 1984 :5) Adapun mengapa disebut mencari kembali, karena suatu penelitian, khususnya dalam bidang ilmu-ilmu pengetahuan empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengemhangkan atau inenguji kebenaran sesuatu pengetahuan (Sutrisno Hadi , 1967 : 3). Sementara itu, kata menguji kebenaran mengandung konotasi melihat kembali sesuatu hasil yang pernah ada, yaitu ilmu pengetahuan. Dengan demikian, kita dapat menyakini suatu pemahaman bahwa sejalan dengan tujuannya, kata penelitian dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menemukan kembali, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Usaha Dimaksud dilakukan dengan menggunakan cara-cara ilmiah sehingga ilmu yang mempelajarinya disebut metodologi penelitian.
Universitas Gadjah Mada
A.2. Jenis-jenis Penelitian Penelitian, apabila ditinjau dari beberapa aspek dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis. Penggolongan jenis-jenis penelitian sangatlah tergantung kepada pedoman dari sudut pandang mana menggolongkan itu ditinjau. Keseragaman dasar tinjauan tersebut, sampai saat ini belum dicapai secara bulat, namun secara umum dapat dicatat jenis-jenis penggolongan sebagai berikut : a. Penggolongan menurut tujuan umumnya Ditinjau
dari
penggolongan
berdasar
tujuan
umum,
penelitian
dapat
digolongkan menjadi penelitian eksploratif, penelitian diskriptif dan penelitian analitis. b. Penggolongan menurut bidangnya Ditinjau dari sudut bidangnya, penelitian dapat digolongkan menjadi penelitian bahasa, penelitian ilmu teknik, penilaian ilmu hukum, penelitian ilmu ekonomi, penelitian biologi dan sebagainya. c. Penggolongan menurut disiplin ilmunya Ditinjau dari sudut disiplin ilmu, penelitian dapat digolongkan menjadi penelitian monodisiplined dan multi disiplined. d. Penggolongan menurut tempatnya. Ditinjau dari sudut tempatnya, penelitian dapat digolongkan menjadi penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan dan penelitian kancah atau penelitian lapangan. Kegiatan penelitian yang beraneka ragam itu, dalam pelaksanaannya dapat memilih salah satu atau lebih di antara beberapa tipe atau model penelitian yang ada. B.3. Tipe-Tipe Penelitian Tipe-tipe atau model-model penelitian yang ada dan dapat dipilih, adalah meliputi: (a) Penelitian eksperimen (experimental research), (b) Penelitian evaluasi (evalution research), (c) Penelitian Pustaka ( Library research), (d) Penelitian grounded (groundede research) dan (e) Penelitian survai (survey research). Universitas Gadjah Mada
Agar anda dapat memahami lebih dalam, marilah secara singkat ditengok penjelasannya pada bagian berikut ini. a. Penelitian eksperimen ( experimental research) Penelitian eksperimen mennunjuk pada suatu kegiatan penelitian yang didasarkan padaserangkaian percobaan. Untuk melakukan serangkaian percobaan itu dapat ditempuh beberapa cara, meliputi : 1) One-Shoot Case Study, suatu pengamatan yang dilakukan pada obyek, yang sebelumnya obyek yang bersangkutan diberi stimulus terlebih dahulu. Adapun bagannya adalah sebagai berikut : (x
0)
2) One Group Pretest-Postest Design, suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu obyek pada sebelum dan sesudah obyek tersebut diberi stimulus. Adapun bagannya adalah sebagai berikut: (0
x
0)
3) Static-Group Comparison, suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu obyek dengan cara pertama-tama diberi stimulus dulu, kemudian diteliti lagi dengan tidak memberi stimulus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat fungsi stimulus. Adapun bagannya adalah sebagai berikut :
4) Presest-Posttest
(x
0)
(
0)
Control-Group
Design,
suatupenelitian yang dilakukan
terdahap dua kelompok obyek, masing-masing diteliti dua kamu, akan tetapi kelompok pertama diberi stimulus sebelum penelitian kedua, sedangkan kelompok kedua atau biasa disebut control group tidak diberi stimulus. Adapun bagannya adalah sebagai berikut : 0 x 0 --------------------0 0
Universitas Gadjah Mada
5) Solomon Four Group Design, suatu penelitian yang dilakukan terhadap empat kelompok obyek, dengan bagan sebagai berikut : 0 0
x x
0 0 0 0
6) Posttest-Only Control Group Design, suatu penelitian yang dilakukan terhadap dua obyek dengan perbedaan yang satu diberi stimulus dulu, sedangkan obyek lain atau biasa disebut control group tidak diberi stimulus. Kedua obyek tersebut harus memiliki sifat atau kondisi yang sama. Adapun bagannya adalah sebagai berikut: (X
0) 0 Penulisan eksperimen ini dapat dilakukan dilaboratorium maupun lapangan, baik untuk obyek manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda, sehingga untuk ilinu apapun dapat menggunakan model ini, namun untuk saat ini belum banyak digunakan oleh ilmu-ilmu sosial kecuali dalam rangka mengevaluasi suatu program. b.Penelitian evaluasi (evaluation research) Penelitian evaluasi ini sebelumnya merupakan bagaian dari penelitian eksperimen, karena penelitiannya dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan : Sampai seberapa jauh tujuan yang diariskan pada awal program telah tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Jadi ujud percobaan atau stimulus adalah program pembangunan. Secara umum terdapat dua jenis penelitian evaluasi, yaitu evaluasi formatif, yang baisanya melihat dan meneliti suatu program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program, danevaluasi summatif, yang biasa dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur apakah tujuan program tersebut telah tercapai atau belum. Adapun cara melakukan evaluasi tersebut dapat
dilakukan dengan
menggunakan control group maupun tidak. Hal ini sudah barang tentu didasarkan oada
berbagai
pertimbangan,
validitasnya.
Universitas Gadjah Mada
sehubungan
dengan
dana
maupun
tingkat
c. Penelitian pustaka ( Library research) Maksud dari penelitian pustaka adalah suatu penelitian yang mengumpulkan bahan-bahannya dilakukan dengan menggunakan pustaka atau bahan-bahan yang telah tersedia dan telah disusun oleh pihak lain, baik dalam ujud data sekunder atau bahan lain yang dapat diperoleh diperpustakaan maupun bahan-bahan yang dapat diluar perpustakaan, seperti : Koleksi pribadi, koleksi orang lain dan sebagainya. Penelitian ini dapat merupakan kelanjutan dari penelitian yang telah dilakukan orang lain atau merupakan studi perbandingan dari studi-studi yang telah dilakukan. d. Penelitian grounded (grounded research) Penelitian ini agak berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya, karena keterkaitannya pada teori yang sangat lemah. mengingat penelitian ini memang bertitiktolak dari data. Penelitian grounded menyajikan suatu pendekatan yang baru, yaitu menempatkan data sebagai sumber teori. Teori yang ditampilkan didasarkan pada data-data yang diperoleh, kategori-kategori dan konsep-konsep dan dikembangkan oleh peneliti lapangan, sehingga teori yang dipakainya juga lahir di lapangan.Data yang bertambah sangat bermanfaat untuk menguji teori yang muncul dilapangan, dan yang terns menerus disempurnakan dilapangan selama penelitian berlangung. Dengan demikian penelitian memerlukan waktu lama. Penelitian hams berbulanbulan berada di lapangan dan terjun lapangan pun tidak cukup hanya satu kali, akan tetapi setidak-tidaknya tiga kali, yang meliputi ( Nurhadiantomo. 1984 : 31-33) : Tahap I
: Penciuman lapangan, meliputi : 1. Pemahaman realitas sosial, dunia empirik masyarakat yang diteliti. 2. Observasi I secara intensif terhadap gejala-gejala pada sasaran penelitian. 3. Pencarian data sekunder. 4. Identifikasi masalah dan perumusan masalah. 5. Pembuatan kategori-kategori pemulaan Menyusun kerangka pemikiran sementara.
Universitas Gadjah Mada
Tahap II
: Teriun lanangan II, meliputi : 1. Pengertian-pengertian tentang dunia empiris. 2. Menentukan jenis-jenis data yang akan dikumpulkan. 3. Menentukan metode dan teknik untuk mengumpulkan data. 4. Klasifikasi data, sesauai dengan kategori-kategori permulaan. 5. Interprestasi data untuk menentukan kategori yang relevan. mempertajam perumusan data (masalah dan hipotesa) 6. Hubungan antara hipotesa-hipotesa (merupakan konsep-konsep) 7. Generalisasi konsep-konsep. Menyusun draft kasar laporan
Tahap Ill
: Teriun lanangan III, meliputi : 1. Pengecekan kembali hasil-hasil laporan kasar. 2. Penelusuran kembali data yang terlewat atau meragukan 3. Pengecekan kembali kiasifikasi dan kategori-kategori yang telah dirumuskan. 4. Bila kategori-kategori ada yang berubah, maka konsep-konsep dan teoriteori yang telah dirumuskan juga hams berubah. 5. Mengungkapkan dengan teori lain, baik menunjang,memperluas atau menolak. Revisi dan editing. Menyusun draft laporan akhir
Dengan melihat proses yang demikian panjang itu dapatlah dimengerti bahwa untuk menjadi peneliti Grounded diperlukan ketelitian dan kesabaran serta biaya yang tidak sedikit. Berkenaan dengan proses-proses diatas itu, maka hasil penelitian grounded lebih bersifat kualitatif. e. Penelitian survei (survei research) Istilah survei pada waktu lalu menunjuk pada suatu penelitian yang bersifat praktis, akan tetapi sekarang dimaskudkan sebagai suatu penelitian yang bertitiktolak pada teori, penentuan konsep-konsep, perumusan masalah dan perumusan hipotesa, sehingga penelitian yang dilakukan mengarah pada upaya pembuktian hipotesa. Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini dapat merupakan pengumpulan data sederhana,akan tetapi dapat juga merupakan pengumpulan data sederhana, akan
Universitas Gadjah Mada
tetapi dapat merupakan pengumpulan data yang bersifat menerangkan atau mempelajari hubungan antar variabel. Jadi dapat bersifat praktis dan dapat pula bersifat teoritis. Didalam rangka mengumpulkan data, bisanya tidak mengambil seluruh populasi, akan tetapi cukup untuk dengan mengambil sampel, asalkan sampel yang diambil tersebut dapat menggambarkan keadaan keseluruhan data atau populasi. Berhubungan penelitian ini lebih mengarah pada pembuktian hipotesa, maka sebelum terjun lapangan diperlukan serangkaian persiapan yang matang dengan menyusun rencana penelitian terlebih dahulu. B.
Pengenalan
Berbagai
Cara
Pengumpulan
Data
Penelitian
Beserta
Keunggulan dan Kelemahannya Setelah Anda mengetahui dan memahami mengenai berbagai tipe penelitian yang relevan dan Sosiologi Kriminalitas, selanjutnya pada bagian berikut ini Anda akan diajak untuk memahami mengani mengenai berbagai cara pengumpulan data, yang meliputi : Observasi, Wawancara, Kuesioner, dan Dokumentasi. B.1. Observasi Salah satu cara di antara sejumlah cara pengumpulan data, adalah : Cara observasi, yaitu suatu cara yang dilakukan dengan menggunakan indera mata. Mengapa demikian, karena kata observasi sebagaimana dimaksudkan itu, berasala dari kata to observe, yang artinya mengamati . Dengan demikian maksud dari observasi disini. adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi atau pen gamatan. Pada suatu hari mungkin Anda pernah melihat peristiwa kecelakaan lalulintas, dan ketika melihat peristiwa tersebut kadangkala disadari ataupun tidak, anda bertanya di dalam hati : Apa yang mengalami kecelakaan? Mengapa terjadi kecalakaan? Siapa yang salah ? Ada korban yang meninggal atau tidak? Sudah ada Polisi Lalu Lintas yang mengurus atau belum? Pertanyaan-pertanyaan tersebut kadangkala terjawab melalui orang lain dengan jalan bertanya, akan tetapi seringkali orang lain pun belum tahu kronologinya, apalagi jika yang mengalami kecelakaan itu pingsan semua atau bahkan meniggal dunia, sehingga belum atau bahkan tidak dapat ditanyai.
Universitas Gadjah Mada
Kalau terjadi seperti ini biasanya orang kemudian berusaha mencari jawabnya dengan melihat posisi kendaraan, posisi korban dan berbagai hal lain yang berkaitan dengan peristiwa kecelakaan itu yang dapat diamati tanpa harus bertanya kepada siapapun, sampai akhirnya seseorang dapat merumuskan kesimpulankesimpulan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas. Cara seperti inilah yang disebut dengan observasi. Jadi sekali lagi, suatu cara pengumpulan data dapat disebut observasi. jika proses pengumpulannya dilakukan dengan cara melalukan pengamatan, tanpa melakukan wawancara maupun penyebarab kuesioner. Cara observasi ini dapat dibedakan menjadi dua macam, meliputi : (a) Simple Observation (Observasi sederhana) dan (b) Sistematic Observation (Observasi bersistem). Simple obervasi sendiri dapat dibedakan menjadi (a) Participant Observation (observasi berpartisipasi ) dan (b) Non Participant Observation (observasi tanpa berprestasi). Maksud dari participant observation adalah suatu kegiatan observasi yang dilakukan dengan jalan peneliti iku bergabung ke dalam lingkungan sasaran yang ditelitinya, sehingga sasaran penelitian tidak mengetahui bahwa kehadiran orang "asing ke dalam lingkungannya,adalah untuk meneliti. Sebagai contoh nisalnya jika kita ingin mengadakan pengamatan terhadap kehidupan para pedagang kaki lima, maka untuk melakukannya kita harus berperilaku sebagai pedagang kaki lima, sehingga mereka tidak tahu bahwa kehadiran kita disana adalah dalam rangka melakukan penelitian. Dengan cara ini biasanya peneliti dapat memperolah data yang lengkap dan murni sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Sedangkan maksud dari non participant observation adalah suatu kegiatan observasi yang dilakukan dengan jalan pengamatan, akan tetapi penelitinya tetap bersikap sebagai fihak yang berada diluar lingkungan sasaranjadi peneliti tidak berbaur dengan lingkungan sasaran. Adapun yang dimaskud dengan sistematic observation, adalah suatu kegiatan observasi yang dilakukan dengan serangkaian Iangkah yang tersistem atau merencanakan lenih dahulu, misalnya dalam hal : (1) Perumusan definisi yang jelas mengenai konsepkonsep yang akan digunakan, jadi jika kita akan meneliti kehidupan pedagang kaki lima, maka definisi mengenai pedagang kaki lima hams dirumuskan lebih dahulu agar kita tidak salah dalam melakukan pengamatan ; (2) Pemilihan waktu yang tepat, misalnya jika kita akan melakukan pengamatan tentang aktivitas para buruh pabrik, maka sebaiknya dilakukan pada saar mereka sedang melakukan
Universitas Gadjah Mada
aktivitasnya, jangan dilakukan pada saat mereka sedang istirrahat, sebab akan mungkin didapat data yang salah dan kesimpulan kita pun menjadi salah pula ; (3) Pemilihan sasaran yang tepat, sehingga kita tidak salah alamat, misalnya kita akan melakukan pengamatan terhadap para buruh bangunan, tentunya siapa diantara buruh bangunan yang akan diobservasi perlu jelas lebih dahulu, sehingga tidak terjadi
kekeliruan
misalnya
yang
diamati
malah
mandornya
atau
bahkan
kontraktornya. Cara observai ini memang lebih praktis dan sangat berjalan tanpa hares mengganggu kegiatan sasaran, karena kita tidak melakukan wawancara atau penyebaran kuesioner. Akan tetapi bukan berarti tanpa hambatan, karena situasi yang akan diamati kadangkala
tidak
mudah
pula
untuk
difahami,
dan
jika
kita
berusaha
memaksakannya, sering kali terajdinya kekelirivan interprestasi. B.2. Wawancara Cara pengumpulan data observasi sebagaimana dijelaskan dimuka itu, adakalanya sulit dilakukan, karena sesuatu yang akan diamatinya kadangkala sudah tidak nampak lagi atau telah berubah tau bahkan selalu berubah-ubah. Oleh karena itu biasanya seorang peneliti akan berusaha menggunakan cara lain yang memberi kemungkinan padanya untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya. Cara lain yang dapat ditempuh dalam proses pengumpulan data adalah : Wawancara. yaitu suatu cara pengumpulan data atau keterangan dengan jalan mewawancarai seseorang atau sejumlah orang yang diperkirakan dapat memberi jawaban mengenai sesuatu yang kita inginkan. Cara wawancara inipun dapat pula dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan dasarnya pembedaannya. Misanya berdasar proses pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi : (1) Wawancara Berencana, yaitu suatu kegiatan wawancara yang dilakukan dengan penyusunan perencanaan lebih dahulu, sehingga proses wawancaranya menjadi lebih siap didalan memberi jawaban ; (2) Wawncara Tanpa Rencana, yaitu suatu kegiatan wawancara yang dilakukan secara spontan tanpa melakukan perencanaan lebih dahulu, misalnya kita sedang dalam proses pengumpulan data pengenai kehidupan para nelayan, maka begitu pada suatu saar kita-bertmu dengan seorang nelayan, maka kegiatan wawancara segera dilakukan
dan (3) Wawancara Sambil Lalu, suatu kegiatan
wawancara yang dilakukan sambil lalu, artinya kegiatan itu dapat dilakukan disela-
Universitas Gadjah Mada
sela kegiatan yang lain jadi tidak harus mengadakan waktu secara khusus untuk melakukan kegiatan wawancara. Berdasarkan hasilnya dapat dibedakan menjadi : (1) Wawancara kuantitatif, yaitu suatu kegiatan wawancara yang menghasilkan data berupa angka-angka dan; (2) Wawancara Kualitatif, yaitu suatu kegiatan wawancara yang lebih dahulu menghasilkan data tentang sikap,perilaku dan sebagainya. Berdasar jaraknya dapat dibedakan menajdi : (1) Wawancara empat mata (face to face), yaitu jika antara peneliti dan fihak yang diwawancarainya dapat bertemu secara langsung dan (2) Wawancara jarak —jauh (distant interview), yaitu suatu kegiatan wawancara yang dilakukan tidak secara langsung, misalnya melalui telepon , surat dan sebagainya. Berdasar jumlah pelalu dan sasarannya dapat dibedakan menjadi (I) Wawancara tunggal (mono interview). yaitu jika seorang pewawancara berhadapan dengan seorang sasaran ; (2) Wawancara ganda (multiple interview), yaitu suatu kegiatan wawancara yang dilakukan dengan cara lebih dari satu orang, baik pewawancaranya maupun yang diwawancarinya, dan ini dapat dipilah lagi menjadi beberapa jenis, misalnya : (I) Jika seorang pewawancara berhadapan dengan sejumlah
orang
yang
diwawancarai,
disebut
Group
interview
(wawancara
berkelompok), (2) Jika seorang pewawancara memiliki sejumlah asisten dan masingmasing asisten melakukan wawancara terhadap sejumlah orang, disebut Mass interview (wawancara massa); dan (3) Jika seseorang pewawancara berhadapan dengan dua orang sasaran, disebut doble interview (wawancara berdua). Berbagai jenis wawancara ini sudah tentu memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, sehingga kadangkala seorang peneliti tidak cukup hanya menggunakan satu jenis wawancara saja, akan tetapi melakukan kombinasi berbagai jenis wawancara, dan bahkan mengkombinasikannya dengan cara pengumpulan data yang lain, seperti observasi dengan cara pengumpulan data yang lain, seperti observasi dan kuesioner. Kesulitan yang sering terjadi adalah : Penentuan waktu luang sasaran, serta penyamaan bahasa maupun persepsi antara peneliti dan sasaran. B.3 Kuesioner Maksud dari cara kuesioner adalah suatu kegiatan penelitian yang dilakukan dengan jalan menyebar daftar pertanyaan secara tertulis kepada sasaran, dengan tujuan agar sasaran penelitiannya dapat berulang memahami pertanyaan yang
Universitas Gadjah Mada
diajukan kepadanya serta dapat memberikan jawaban sesuai dengan kebutuhannya peneliti secara letuasa. Seperti halnya cara pengumpulan data yang lain, kuesioner jika dapat dibedakan menajdi beberapa jenis. Berdasar sifat atau jenis data yang dikumpulkan dapat dibedakan menjadi : (1) Kuesioner faktual, yaitu suatu pertanyaan yang berusaha menggali data tentang kenyataan-kenyataan yang ada berkenaan dengan dirinya (factual Questioner); (2) Pertanyaan pendapat, yaitu suatu pertanyaan yang berusaha mendapatkan data tentang pendapat dan sikap seseorang tentang sesuatu diluar dirinya (opinion and attitute questioner). Berdasar cara menjawabnya atau ketersediaan jawabannya dapat dibedakan menjadi : (1) Kuesioner Terbuka (Open Questions), jika sasaran diberi kebebasan untuk menjawab semaunya dalam bentuk uraian ; (2) Kuestioner Tertutup (Closed questions), jika sasaran diminta menjawab dengan memilih alternatif jawaban yang telah tersedia atau disediakan oleh peneliti. Kuesioner memang merupakan cara yang banyak digunakan oleh para peneliti, karena peneliti tidak hams ketemu langsung dengan sasaran, jika memang sasaran penelitiannya tidak memungkinkan untuk ketemu langsung, sehingga sasaran dapat melakukan pemberian jawaban secara leluasa, akan tetapi kelemahannya adalah sangat mungkin sasaran tidak memahami maksud dari suatu pertanyaan untuk memberikan jawaban semaunya secara tidak jujur. B.4. Dokumentasi Maksud dari cara dokumentasi, adalah suatu pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat atau mencatat arsip-arsip, monograf, surat-surat, buku dan dukumentasi lain yang diperkirakan mempunyai hubungan atau dapat juga diartikan sebagai pengambilan data atau situasi lapangan dengan menggunakan sarana dokumentasi seperti: pita kaset, camera dan lain-lain C. Manfaat Pemilihan Masing-Masing Tipe Secara Tepat Guna C.1. Manfaat Pemilihan Tipe Penelitian Pada uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa secara umum, bahwa ilmu pengetahuan memiliki serangkaian langkah dasar yang berlaku untuk semua ilmu pengeta huan, namun demikian disamping itu, masing-masing ilmu pengetahuan
Universitas Gadjah Mada
juga memiliki langkah-langkah detail sendiri yang berlaku khusus bagi ilmu pengetahuan yang bernama Sosiologi Kriminalitas Sosiologi Kriminalitas sebagai suatu ilmu pengethuan yang berusaha melihat perilaku kriminalitas dari Sudut pandang Sosiologi, tidak selamanya merasa cukup untuk memahami dan menganalisis sesuatu yang terlihat atau yang . nayat saja, yang biasa disebut Das Sein, yaitu sesuatu yang senyatanya terjadi. Kadangkala persoalan kriminalitas harus dikaitkan pula dengan sesuatu yang ada di balik yang nyata atau nampak tersebut. Tentunya kita telah menyadari bahwa untuk mengungkan faktor-faktor penyebab dan apalagi untuk mengungkap siapa pelaku di balik suatu peristiwa kriminalitas, bukanlah merupakan sesuatu yang mudah. "l'idak ada satu pelaku kriminalitas yang dengan mudah mau mengakui perbuatannya. Oleh karena itu kita perlu mengembangkan suatu metode yang dapat mengungkap sesuatu yang ada di balik yang nampak. Untuk Kriminalitas
mengembangkan perlu
memiliki
hal
tersebut,
metode
yang
sudah tepat,
barang agar
tentu
Sosiologi
langkah-langkah
pengembangannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan, bukannya justru merugikan masyarakat. Perlu diketahui pula bahwa gejala kriminalitas dan gejala sosial sebagaimana yang menjadi sasaran dan Sosiologi Kriminalitas itu tidaklah selalu muncul diprmukaan, artinya tidaklah selalu mudah dilihat sepintas.Oleh karena itu, pendekatan atau tipe survai tidak selamanya menguntungkan, sehingga Sosiologi Kriminalitas perlu memahami kehidupan sosial dan gejala kriminalitas di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Dalam arti bukan sekedar memahami apa yang ada dibalik apa yang terlihat, dan ini hanya akan dapat diperoleh jika peneliti inelakukannya dengan tipe Grounded. Dengan demikian, apabila diminta memilih di antara survai dan grounded, maka mestinya Sosiolgi Kriminalitas lebih mengutamakan tipe grounded sebagai tipe penelitiannya, walaupun untuk beberapa kasus yang sederhana memang boleh saja menggunakan tipe survai. Jadi dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa apabila kita ingin mengetahui keadaan sosial-budaya dan nilai-nilai dari suatu masyarakat, besar kemungkinannya tidak akan terungkap secara tuntas apabila hanya menggunakan tipe penelitian survai. Apalagi jika kita ingin mengetahui latar belakang munculnya
Universitas Gadjah Mada
suatu norma dan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, berkenaan dengan keberadaan tindak kriminal tertentu. Dalam hal seperti ini tipe grounded lebih menguntungkan untuk digunakan. Sementara itu bagi norma-norma yang baru saja diciptakan, kadangkala perlu pula diketahui apakah serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat maupun pemerintah itu efektif ataukah tidak. Untuk keperluan itu tipe penelitian eksperimental dan evaluasi sangat membantu jika digunakan untuk keperluan ini, asal dilengkapi dengan data dasar dan atau kelompok kontrol sebagai pembandingnya. Dengan demikian jelaslah bahwa, mengingat permasalahan kriminalitas ini tidak selamanya menguak ke permukaan maka proses pemilihan terhadap metode penelitian yang akan dilakukan bagi penelitian kriminalitas sangatlah perlu untuk dilakukan. C.2. Manfaat Pemilihan Cara Pengumpulan Data Selain kita perlu memilih teknik penelitian yang akan dilakukan bagi penelitian kriminalitas, masih ada satu hal lagi yang perlu dilakukan sebelum kegiatan penelitian kriminalitas dilakukan. Hal dimaksud adalah pemilihan terhadap cara pengumpulan data. Telah dijelaskan di muka bahwa kegiatan penelitian dapat menggunkan caracara yang telah tersedia, seperti : Obserasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Masingmasign cara itu memiliki keunggulan dan kelemahan. Oleh karena itu kita perlu memilih suatu cara yang sesuai dengan kebutuhan kita. Untuk mengetahui apakah seseorang itu mencuri atukah tidak, berbohong ataukah tidak, berselingkuh ataukah tidak, sudah barang tentu tidak akan terjawab, jika kita melakukan penggalinannya dengan menggunakan cara wawancara. Jangankan mengenai halhal yang dapat menimbulkan penilaian dari orang lain maupun sangsi hukum terhadapnya. sedang yang bebas -nilai dan sangsi, seperti : Misalnya berapakalikah seseorang pernah berpacaran sejak remaja sampai pada pernikahan, pernahkah seseorang berkelahi dengan sesama teman di saat remaja, dan sejenisnya, kadangkala seseorang sulit menjawabnya secara langsung. Kegiatan penelitian yang menyangkut inasalah bebas nilai, atau masalah yang dapat menimbulkan penilaian orang lain terhadap diri seseorang, maka biasanva cara wawancara dan bahkan kuesioner, kuran cocok untuk digunakan. Sebaliknya cara yang lebih cocok untuk digunakan adalah observasi, lebih-lebih observasi berpartisipasi atau participant observation.
Universitas Gadjah Mada
Sementara itu sering pula kita menjumpai suatu gejala atau data yang tidak memberi informasi apa-apa jika hanya digali dengan observasi, misalnya awal-mula munculnya budaya carok, mengapa masyarakat tertentu sulit diajak untuk berubah dari kebiasaan buang air di sungai menjadi membiasakan diri melakukan buang ait di jamban.Jika kita hanya melakukan observasi, maka sangat mungkin kita hanya menangkap bahwa gejala itu muncul karena di daerah itu memang telah ada sungai, atau karena masyarakat di daerah itu tidak cukup uang untuk membuatnya. Sementara itu jika kita melakukan wawancara, kita, menjadi tahu bahwa ternyata hal itu disebabkan oleh nilainilai dan persepsi yang berkembang didalam masyarakat bahwa, kotoran manusia itu sebaiknya di buang jauh-jauh jangan sampai di buang di halaman sendiri. Pada situasi tertentu, sangat mungkin, kita tidak bisa menerapkan cara observasi maupun cara wawancara, karena sasaran penelitian kita sangat sibuk dan tidak dapat ditemui sewaktu-waktu. Untuk kasus semacam ini, cara yang dapat dilakukan adalah penyebaran kuesioner. C.3.Manfaat Pemahaman Konsep Tepat Guna Melalui berbagai uraian di atas dapat difahami bahwa pemilihan terhadap suatu metoda penelitian, baik dalam hal tipe atau model penelitian maupun dalam hal cara pengumpulan data, tidaklah dapat ditentukan berdasarkan kesukaan peniliti atau terjadi secara kebetulan. Penentuan tipe atau model penelitian maupun jenis jenis cara pengumpulan dara sangatlah berkaitan dengan tema atau topik penelitian, subtansi sangatlah berkaitan dengan tema atau jenis topik penelitian, substansi atau materi yang akan diteliti, serta keadaan peneliti dan atau keadaan sasarannya, baik dalam tingkat intelagensia maupun kesempatan bertemu, diantara peneliti dan sasaran penelitian. Itulah sebabnya mengapa uraian ini menggunakan istilah atau konsep "tepat guna", maskudnya adalah : Tidaklah ada suatu tipe atau model penelitian dan cara pengumpulan data secara absolut terbaik bagi semua kegiatan penelitian, yang ada adalah tipe atau cara tertentu itu adalah relatif baik bagi kegiatan penelitian tertentu. Peneliti yang baik dan bertanggung jav‘ab, sudah tentu tidak akan memilih tipe dan cara penelitian hanya sekedar berdasar murah dan cepatnya suatu kegiatan penelitian itu dilakukan, akan tetapi didasarkan pada kualitas basil penelitian yang akan disajikannya.
Universitas Gadjah Mada
Makin tepat-guna suatu tipe dan cara penelitian dipilih, maka makin tinggilah tingkatan kualitas basil penelitian itu akan didapat. Itulah sebabnya mengapa di dalam bagian itu perlu ditegaskan bahwa pemilihan secara tepat guna itu diperlukan. Perkataan pemilihan itu juga janganlab ditafsirkan bahwa seorang peneliti harus hanya memilih salah satu saja, akan tetapi boleh pula memilih lebih dari satu, sepanjang memang tipe-tipe atau cara-cara itu memang diperlukan, akan tetapi jika tidak diperlukan maka seharusnya kita tidak perlu memaksakan memilih banyak cara, hanya untuk keperluan agar kegiatan penelitiannya dianggap canggih, anggapan semacam ini sudah barang tentu perlu di hindari dari benak peneliti.
Universitas Gadjah Mada