BAB VI PENUTUP
Berdasarkan hasil kajian terhadap pemikiran Parker maka kesimpulan dari penelitian ditemukan sebagai berikut: A. Konsep Seni dan Pengalaman Nilai Estetis Parker 1. Konsep seni merupakan ekspresi, pengalaman individu tentang objek. Seni adalah ekspresi, dan ekspresi adalah keindahan atau estetis. Ekspresi menandakan adanya relasi antara objek dan subjek tanpa meniadakan dan menyatukan keduanya, tetapi menegaskan keunikan masing-masing.
2. Gabungan konsep pengalaman nilai estetis didasarkan Parker pada metafisika nilai. Menurut Parker nilai bersifat subjektif dan memiliki eksistensi. Realitas nilai terdapat dalam pengalaman. Nilai merupakan substansi yang memiliki dimensi yaitu intensitas, durasi, volume, kualitas, tingkat dan harmoni. Realitas nilai sebagai substansi dapat berdiri sendiri. Konsep nilai dalam Parker mengandaikan adanya peran keinginan.
3. Seni,
keindahan bagi Parker adalah ekspresi pengalaman nilai.
Pengalaman nilai tentang keindahan dan seni ini adalah pengalaman nilai estestis. Seni memperoleh sandaran dalam pengalaman manusia. Parker tidak membedakan kedua subjek dan objek dalam seni.
126
127
4. Pengalaman nilai estetis berasal dari ekspresi bebas dan spontan. Ekspresi tersebut didorong oleh perasaan yang berkaitan dengan sensasi indera manusia. Sensasi terhadap objek ditangkap oleh indera dan disajikan berupa data untuk pikiran. Perasaan subjek merespon data yang disajikan oleh sensasi untuk dapat menemukan ide objek. Perasaan dengan fungsi sintetik pikiran menemukan pola objek dan merepresentasikan objek. Tujuan temuan ini menghasilkan kesenangan dan kenikmatan dalam pengalaman nilai estetis.
5. Tidak semua data sensasi indera dapat menghadirkan pengalaman nilai estetis. Data sensasi yang berasal dari pengecapan, penciuman dan peraba menuntut
pemuasan langsung.
Data
sensasi
yang
berasal dari
pendengaran dan penglihatan dapat menghantar subjek menemukan pengalaman nilai estetis.
6. Pengalaman nilai estetis memiliki kriteria kesatuan subjek-objek, memiliki kesatuan perasaan, pikiran, kesenangan, serta bersifat personal dan sekaligus universal.
B. Fungsi Pengalaman Nilai Estetis Parker 1. Seniman dalam pengalaman nilai estetis tidak hanya menemukan nilai yang berasal dari kehidupan tetapi juga membagikan nilai tersebut Fungsi pengalaman nilai terdiri dari dua arah ke luar dan ke dalam. Ke luar bertujuan untuk memurnikan, menyaring, membangun dan
128
memperbaiki serta menjadi solusi kesulitan yang ditemui oleh masyarakat. Fungsi ke dalam untuk memperbaiki dan menguatkan serta sebagai alat bantu kesehatan mental orang. Dalam arah ke dalam orang menemukan inspirasi dan mengidentifikasikan perasaan.
2. Fungsi pengalaman nilai estetis menurut Parker merupakan media komunikasi seniman, penghayat seni melalui karya seni atau objek seni.
C. Relevansi Pengalaman Nilai Estetis Parker 1. Pemahaman karakter bangsa dalam kebijakan pemerintah Indonesia dan kerangka acuan adalah nilai-nilai yang unik-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olahraga seseorang atau sekelompok orang yang berbeda dengan bangsa lainnya.
2. Relevansi pengalaman nilai estetis menjadi signifikan dalam kerangka pengembangan karakter bangsa Indonesia. Fungsi karakter bangsa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sejalan dengan fungsi pengalaman nilai estetis
yaitu
memurnikan,
budaya
yang
masuk,
membangun
dan
memperbaiki keadaan masyarakat.
3. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses olah hati, olah raga, olah rasa dan olah karsa. Pendekatan pembentukan karakter bangsa melalui
129
pendidikan baik formal maupun informal. Relevanasi gagasan Parker tentang pengalaman nilai estetis mendapat tempat yang signifikan dalam proses oleh rasa. Proses olah rasa didasarkan pada kebebasan dan spontanitas tindakan.
4. Prinsip kesatuan dan keseimbangan dalam pendidikan mendapat dasar dalam falsafat negara Indonesia yaitu Pancasila. Pengembangan karakter bangsa Indonesia harus diletakkan dalam kerangka kesatuan dan keseimbangan dengan nilai dasar negara sendiri. Prinsip kesatuan dan keseimbangan ini juga diterapkan dari proses pendidikan ilmu pengetahuan yang tidak hanya didasarkan pada sikap ilmiah yang objektif tetapi juga pendekatan emosi atau perasaan yang dapat menyatukan subjek dan objek. Penggunaan perasaan dalam ilmu pengetahuan didasarkan pada keseimbangan yang harmonis.
130