BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Temuan penelitian model keseimbangan kerja-keluarga ini membuktikan kesesuaian antara konsep teoritis yang dibangun dengan data empiris. Hal ini membuktikan bahwa dukungan suami, orientasi peran gender, otonomi kerja, dan tahap perkembangan keluarga berkontribusi terhadap keseimbangan kerja keluarga melalui komitmen peran. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan peran dukungan suami, orientasi peran gender, otonomi kerja, dan tahap perkembangan
keluarga
terhadap
keseimbangan
kerja-keluarga
melalui
komitmen peran sesuai dengan data empiris. Dengan diterimanya hipotesis ini, berarti telah dibuktikan model teoritis penentu keseimbangan kerja-keluarga pada ibu bekerja. 2. Model
keseimbangan
kerja-keluarga
secara
langsung
dipengaruhi
oleh
komitmen peran dan dukungan suami. Ketika ibu bekerja berkomitmen terhadap peran gandanya, maka tugas di ranah publik dan domestik akan berusaha diselesaikan dengan baik, yang akhirnya akan tercapai keseimbangan kerjakeluarga.
Dukungan
suami
memberikan
kontribusi
nyata
terhadap
keseimbangan kerja-keluarga. Ketika ibu bekerja merasa mendapat dukungan suami, maka beban kerja dan beban rumah tangga, termasuk pengasuhan anak akan terasa lebih ringan karena semua persoalan tersebut dapat diatasi
241
242
bersama dengan suami, yang akhirnya juga akan tercapai keseimbangan kerjakeluarga. 3. Tahap perkembangan keluarga tidak berpengaruh terhadap komitmen peran maupun keseimbangan kerja-keluarga. 4. Berdasarkan model awal maupun modifikasi model ditemukan bahwa komitmen peran merupakan mediator antara dukungan suami, orientasi peran gender dan otonomi kerja dengan keseimbangan kerja-keluarga. 5. Kekuatan personal merupakan faktor terpenting dalam mencapai keseimbangan kerja-keluarga. Dalam hal ini faktor personal tersebut adalah komitmen peran. Ketika ibu terus berusaha melakukan yang terbaik untuk peran publik maupun domestik serta mengutamakan pekerjaan dan keluarga dibanding
yang lain
maka akan tercapai keseimbangan kerja-keluarga. 6. Faktor personal dapat berperan lebih optimal ketika lingkungan juga mendukung, dan
lingkungan
yang
paling
kuat
berpengaruh
terhadap
pencapaian
keseimbangan kerja-keluarga adalah dukungan suami. Jika suami tidak dapat memberikan bantuan secara langsung berkaitan dengan permasalahan di ranah publik maupun domestik, setidaknya dengan adanya dukungan emosi, seperti empati terhadap istri, memberikan saran atau nasehat akan cukup berarti bagi ibu bekerja. B. Keterbatasan Penelitian Beberapa keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, tidak semua orang tua murid yang rencananya menjadi sampel penelitian berkenan hadir, dan jika hadir, tidak semua sesuai dengan karakteristik populasi. Dengan demikian,
243
dalam penelitian ini melibatkan banyak sekolah dan Pos PAUD dalam pengumpulan data. Walaupun karakteristik populasi sudah diperhatikan, akan tetapi dengan banyaknya sekolah dan Pos PAUD, dimungkinkan memengaruhi hasil penelitian. Kedua, penelitian walaupun sudah memperhatikan jenis pekerjaan, akan tetapi belum mempertimbangkan level jabatan (manajerial)
yang mungkin
mempengaruhi keseimbangan kerja-keluarga. Ketiga, pengambilan data penelitian melalui sekolah TK dan Pos PAUD, sementara di satu sisi banyak Pos PAUD yang tidak sesuai dengan karakteristik populasi. Kondisi ini mempengaruhi jumlah subyek menjadi tidak berimbang antara tahap perkembangan keluarga kedua dan tahap perkembangan keluarga ketiga, yaitu tahap perkembangan keluarga ketiga lebih banyak daripada jumlah subyek pada tahap perkembangan kedua. Keempat, penelitian ini dari sisi keluarga hanya melibatkan dukungan suami, dan belum melibatkan dukungan keluarga. Padahal dalam budaya kolektivistik, keluarga besar (extended family) cukup berperan dalam kehidupan seseorang. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa sebagian besar responden dalam pengasuhan anak lebih mempercayakan kepada keluarga daripada pihak lain.
C. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian
yang dapat
diidentifikasi, maka dapat direkomendasikan beberapa hal, baik secara teoritis, metodologis maupun praktis sebagai berikut. Rekomendasi secara teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model keseimbangan kerja-keluarga merupakan model empiris yang terbukti dapat diaplikasikan untuk menjelaskan keseimbangan kerja-keluarga pada ibu
244
bekerja. Model ini perlu dikembangkan dan diaplikasikan dalam penelitian selanjutnya dengan karakteristik subjek yang berbeda, misalnya pada ibu yang bekerja sebagai pelaku wirausaha. 2. Untuk penelitian selanjutnya perlu mengeksplorasi faktor-faktor lain yang memengaruhi keseimbangan kerja-keluarga yang belum diuji dalam model ini, seperti dukungan keluarga maupun dukungan organisasi. 3. Variabel tahap perkembangan keluarga terbukti tidak berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap keseimbangan kerja-keluarga. Hal ini bisa jadi karena adanya pergeseran peran yang berdampak pada perubahan peran sebagai ibu dan ayah, juga karena adanya kemajuan teknologi yang memudahkan ibu bekerja memantau kondisi anak di rumah. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian terkait dengan perubahan peran, termasuk kaitannya dengan faktor budaya dan dampak kemajuan teknologi terhadap keseimbangan kerja-keluarga pada ibu bekerja. Rekomendasi hasil penelitian ini secara metodologis adalah sebagai berikut : 1. Berkaitan dengan pemilihan subjek, dapat mempertimbangkan penelitian pada ibu bekerja dengan berbagai level jabatan (level manajerial) karena dengan level manajerial yang berbeda dimungkinkan akan berpengaruh terhadap keseimbangan kerja-keluarga. 2. Dalam pengambilan data, agar dapat menjangkau responden dalam tahap perkembangan keluarga tahap kedua, pengambilan data dapat dilakukan melalui TPA (Tempat Penitipan Anak) yang menyediakan fasilitas penitipan untuk anak berusia di bawah 30 bulan.
245
Secara praktis, rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi ibu bekerja, agar terus berusaha melakukan yang terbaik untuk peran di ranah
publik
maupun
domestik.
Ibu
bekerja
juga
diharapkan
untuk
mengutamakan pekerjaan dan keluarga dibanding yang lain, serta bersedia berkorban bagi pekerjaan dan keluarga (bilamana diperlukan) agar dapat tercapai keseimbangan kerja-keluarga. 2. Bagi keluarga, khususnya bagi suami, supaya lebih memahami bagaimana memberikan dukungan kepada ibu bekerja. Jika suami tidak dapat memberikan bantuan secara langsung berkaitan dengan permasalahan di rumah maupun di kantor, setidaknya dengan adanya dukungan emosi akan cukup berarti bagi ibu bekerja. Dukungan emosi setidaknya akan dirasakan istri ketika suami berempati, peduli, memahami kondisi, memberikan penghargaan maupun nasehat sesuai dengan permasalahan ibu bekerja. 3. Bagi organisasi, karena terbukti bahwa otonomi kerja mempengaruhi keseimbangan kerja-keluarga melalui komitmen peran, sehingga organisasi setidaknya dapat memberi kesempatan karyawannya untuk mengelola prosedur kerja dalam menyelesaikan pekerjaan sehingga karyawan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Selain itu, organisasi juga dapat memberikan suatu rekomendasi tentang usaha yang dapat ditempuh guna mencapai keseimbangan kerja-keluarga, seperti misalnya melalui adaptasi kebijakan ramah keluarga (family friendly policy) dengan memberikan kebijakan izin untuk keluarga, serta adanya tempat penitipan anak ataupun ruang menyusui.