184
BAB VI FAKTOR-FAKTOR PEMENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS PADA SEKOLAH DASAR DI KOTA DENPASAR
Implementasi kebijakan pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang SD di Kota
Denpasar
tidak dapat dipisahkan dengan berbagai perubahan dan
kepentingan. Dalam hal ini berbagai perubahan dan kepentingan itu, seperti: globalisasi dan kecenderungan ekonomi, citra pariwisata Bali, kepentingan kekuasaan pemerintah, kebutuhan masyarakat terhadap keseimbangan budaya global, serta kesadaran dan prestise sekolah.
6. 1 Globalisasi dan Kecenderungan Ekonomi Pada era globalisasi ini penguasaan bahasa asing, baik bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya mempunyai peran yang sangat strategis. Oleh karena
perkembangan
menunjukkan
bahwa
banyak
negara
yang
dulu
memposisikan bahasa Inggris sebagai bahasa asing kini mulai memposisikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Alasan perpindahan tersebut adalah karena pada era globalisasi ini diperlukan penguasaan ilmu dan teknologi dalam hubungannya dengan ekonomi. Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, sudah tentu memerlukan sumberdaya manusia yang mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Sudah lama penguasaan bahasa Inggris menjadi pengetahuan dan kebutuhan yang perlu dipelajari dan dipenuhi oleh orang Bali. Sejak tahun 1960-
184
185
an hingga sekarang, pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran yang tidak kalah gengsinya dari pelajaran lain seperti Matematika dan IPA. Besarnya kebutuhan untuk belajar bahasa Inggris telah membuat pengetahuan ini menjadi sebuah komoditas bisnis tersendiri. Saat ini banyak kursus-kursus bahasa Inggris yang menjamur di Kota Denpasar. Orangtua kemudian seperti berlomba-lomba mengirimkan anak mereka untuk mengikuti kursus bahasa Inggris pada salah satu lembaga kursus pengajaran bahasa Inggris yang ada di Kota Denpasar. Apabila dulu siswa baru mempelajari bahasa Inggris pada tingkat SMA, tetapi sekarang mereka memulainya pada tingkat yang lebih dini, yaitu SD dan bahkan beberapa TK telah memberikan pengajaran bahasa Inggris. Seperti yang kita rasakan dan saksikan, saat ini prekonomian Bali sangat tergantung dengan pariwisata. Pemerintah dan para pengusaha telah membangun infrastruktur kepariwisataan yang sudah memadai di Pulau Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Kabupaten Badung yang berbatasan dengan Kota Denpasar adalah daerah yang paling banyak mempunyai fasilitas kepariwisataan. Untuk bisa bersaing dalam merebut peluang kerja di sektor pariwisata, warga harus menyiapkan diri dalam merebut pekerjaan di sektor tersebut yang sudah tentu mengutamakan kemampuan berbahasa Inggris. Oleh karena itu, orangtua harus menyiapkan putra-putrinya agar mampu berbahasa Inggris dengan baik kalau mau bersaing dengan para pencari kerja dari daerah lain. Pada era globalisasi ini para pencari kerja dituntut agar mampu berbahasa Inggris sehingga kebijakan pembelajaran bahasa Inggris dimulai sejak SD merupakan kebijakan untuk mempersiapkan sumber daya manusia di bidang
186
kepariwisataan. Memang banyak kelemahan yang mesti diperbaiki dalam melaksanakan suatu kebijakan yang melibatkan banyak komponen, seperti: pemerintah, sekolah, dan orangtua siswa, serta masyarakat luas. Oleh karena orang Bali masih menganut budaya timur, maka anak tidak boleh protes jika diharuskan ayah ibunya untuk mempelajari bahasa Inggris. Banyak orangtua yang mengharuskan anaknya mengikuti kursus bahasa Inggris tanpa mampu memberikan alasan yang jelas mengapa bahasa Inggris itu penting bagi mereka seperti pentingnya belajar matematika. Anak pun belajar bahasa asing ini hanya karena orangtuanya mengatakan sebagai mata pelajaran yang penting. Masih banyak orangtua murid yang beranggapan bahwa bahasa Inggris dapat membuat seseorang sukses dalam hidup, mampu membuat orang mendapat pekerjaan bagus, mampu membuat orang pergi ke luar negeri, dan yang lainnya. Ada tiga alasan pentingnya mempelajari bahasa Inggris bagi orang Bali, yaitu faktor pariwisata, komunikasi, dan akses pada informasi. Pertama, yakni faktor pariwisata, Bali sangat dekat dengan Australia yang penduduknya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama. Di samping Australia, Bali sangat dekat dengan negara-negara tetangga yang kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa Inggris, baik sebagai bahasa pertama maupun bahasa kedua, seperti: Singapura, Malaysia, Filipina, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Bahasa Indonesia hanya digunakan di Indonesia sebagai bahasa ibu. Bahasa Melayu dan Indonesia memang masih bersaudara tetapi belum tentu orang-orang dari Malaysia dan Indonesia saling memahami satu sama lainnya saat berbicara dengan bahasanya masing-masing. Dalam hal ini yang menguasai
187
bahasa Indonesia di Singapura saja tidak banyak apalagi di Australia, Papua Nugini, atau Filipina. Faktor geografis menjadi alasan pertama mengapa orang Indonesia perlu mempelajari bahasa Inggris. Apabila suatu saat nanti seorang warga Bali bepergian ke salah satu negara yang disebutkan di atas, modal pengetahuan dan keterampilan berbahasa Inggris akan mempermudah orang itu dalam berkomunikasi dengan warga negara setempat. Kedua, yakni paling umum, bahasa Inggris perlu dipelajari karena penggunaannya yang menyebar luas sebagai bahasa komunikasi internasional. Agar dapat melakukan komunikasi dengan orang-orang yang berbeda latar belakang budaya, kebangsaan, dan kenegaraan, bahasa Inggris menjadi pilihan utama yang sering dipakai dalam melakukan komunikasi. Contoh yang mudah dapat dilihat adalah di dunia pariwisata. Para wisatawan dari berbagai bangsa yang melakukan perjalanan di negara asing lazim menggunakan bahasa Inggris untuk dapat berkomunikasi dengan warga negara asli yang dikunjunginya. Dalam hal ini bukan hanya penutur asli bahasa Inggris, wisatawan yang tidak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu juga memilih bahasa Inggris sebagai lingua franca-nya. Informasi dan buku-buku yang bersikulasi di dunia ini kebanyakan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini tidak menjadi masalah siapa yang menerbitkannya. Namun, yang pasti untuk memperoleh pasar yang luas banyak penerbit menerbitkan bacaan dalam bahasa Inggris. Majalah besar, seperti: Newsweek, Time, Vogue, Bazaar, People, Life, National Geographic, MacWorld, dan lain-lain ditulis dan diterbitkan dalam bahasa Inggris. Koran, seperti:
188
Washington Post, New York Times, dan Wall Street Journal juga terbit dengan bahasa Inggris. Buku-buku ilmiah dan juga karya ilmiah terakreditasi internasional juga terbit dalam bahasa Inggris. Apabila ada bahan bacaan yang terbit dalam bahasa non-Inggris, maka terjemahan bahasa Inggris pun pasti langsung dibuat dan dipasarkan. Website populer di dunia internet lebih banyak menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar untuk artikel di dalamnya, lihat saja Yahoo dan Google, disajikan dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Stasiun televisi terkenal di dunia juga disiarkan dalam bahasa Inggris, seperti: CNN, BBC, NBC, Discovery, National Geographic, Animal Planet, dan masih banyak yang lainnya. Jurnal ilmiah yang bersirkulasi di antara universitas elite dunia juga tercetak dalam bahasa Inggris. Bahan referensi yang tersedia di universitasuniversitas di Indonesia pun secara tidak langsung mengharuskan mahasiswa untuk memiliki bekal pengetahuan bahasa Inggris. Apa pun minat warga masyarakat, informasi yang tersedia di sekitar Anda saat ini mensyaratkan pengetahuan dan penguasaan bahasa Inggris karena akan sangat membantu dalam menambah pengetahuan dan memperluas wawasan. Keterampilan berbahasa Inggris yang dimiliki warga Indonesia, termasuk di Kota Denpasar akan menolong mereka untuk mengakses hal-hal yang selama ini tidak ada di dalam bacaanbacaan yang terbit di Indonesia. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Inggris memudahkan orang Indonesia untuk mengembangkan wawasan pengetahuannya dengan memberikan akses pada pengetahuan yang ada di luar Indonesia. Berdasarkan alasan tersebut di atas, pengetahuan bahasa Inggris untuk
189
perkembangan seorang individu di negara Indonesia menjadi suatu hal yang tidak terelakkan. Suka tidak suka, bahasa Inggris sangat penting dipelajari oleh setiap orang Indonesia. Pernyataan tersebut di atas didukung oleh data hasil wawancara dengan Bapak I Gusti Ngurah Anom, orangtua siswa dan selaku warga masyarakat Kota Denpasar. “Saya sangat mendukung pembelajaran bahasa Inggris diberikan di sekolah dasar pada era globalisasi ini. Sebagai daerah tujuan wisata utama, Bali harus menyiapkan sumber daya yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Kemajuan tekhnologi informasi mengharuskan para siswa dan mahasiswa untuk menguasai bahasa Inggris. Sumber utama prekonomian Bali adalah dari sektor pariwisata dan oleh sebab itu sumber daya manusia Bali harus mampu berbahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan kalau mau bersaing dalam merebut pekerjaan di sektor pariwisata. Tanpa menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris akan sulit bagi pencari kerja pada era globalisasi ini untuk mampu merebut peluang yang ada. Persaingan tidak akan terjadi di antara orang Indonesia, tetapi akan bersaing dengan orang asing yang pada umumnya sudah menguasai bahasa Inggris. Kegunaan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari sangat besar manfaatnya seperti pada acara televisi yang banyak disiarkan dalam bahasa Inggris. Saya sangat setuju apabila jumlah jam pelajaran bahasa Inggris perlu ditambah dan bila perlu berikan saja dari kelas satu karena saya rasakan pelajaran bahasa Inggris yang diberikan sekarang masih kurang. Saya sebagai orangtua siap untuk membayar guru bahasa Inggris kalau sekolah tidak mampu membayar guru tersebut. Untuk itu saya rasa bahasa Inggris sebaiknya diberikan lebih awal.” (wawancara 20 September 2009). Dari ungkapan hasil wawancara tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manfaat bahasa Inggris akan terasa secara langsung dalam media-media hiburan, film asing berbahasa Inggris. Sebaliknya, jika tidak memahami bahasa Inggris, banyak hal akan berlalu tanpa makna. Misalnya, acaraacara televisi, iklan-iklan yang menarik, film-film, lagu-lagu, dan sebagainya yang memakai bahasa Inggris. Penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia sering keliru, bahkan menyesatkan.
190
Ketidakmampuan memahami bahasa Inggris, menyebabkan masyarakat menjadi konsumen media massa yang tidak dialogis dan kritis, malahan salah atau tidak mengerti isi pesan yang disampaikan kepada kita. Padahal saluran media itu membuka dan memperkaya wawasan. Dari sisi arus informasi, telah terjadi aliran informasi yang dahsyat bahkan menjangkau lokasi-lokasi yang secara geografis terpencil. Perubahan dan kemajuan teknologi informasi yang amat melonjak didukung adanya kemajuan dalam komunikasi optik fiber, pemanfaatan satelit, dan ketersediaan fasilitas telepon dan internet yang telah meluas di masyarakat. Kemudahan komunikasi secara mengglobal ini meletakkan bahasa Inggris sebagai bahasa yang paling banyak digunakan seperti program radio serta pemakaian bahasa Inggris di internet.
6.2 Citra Pariwisata Bali Pulau Bali yang lebih dikenal dengan Pulau Dewata merupakan salah satu pulau wisata yang sudah sangat terkenal di mancanegara. Kekayaan alam dan budaya yang bernilai religius, membuat
pulau ini mendapat banyak julukan
seperti: the island of gods, the island of paradise dan terakhir sebagai the island of peace and love setelah bintang film terkenal bernama Julia Roberts, membintangi film dengan judul ”the island of peace and love”. Selain keindahan alam yang dimilikinya, hal ini menjadikan Pulau Bali sebagai salah satu pulau wisata paling terkemuka di dunia. Hal ini juga yang mendukung pengajaran bahasa Inggris untuk SD sehingga mendapat sambutan yang positif dari masyarakat Bali, terutama dalam kaitannya dengan penguasaan bahasa asing yang sangat dibutuhkan dalam dunia pariwisata. Pentingnya pengajaran bahasa Inggris dimulai
191
dari sekolah dasar, mendapat tanggapan dari I.G.N. Rai Indrawan, S.S., M.Si., orangtua siswa dan juga seorang guru sekolah dasar SD. No. 8 Dauh Puri seperti berikut ini. “Selaku orangtua dan sebagai guru, saya sangat mendukung pemberian pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar sebagai mata pelajaran muatan lokal. Dimunculkannya muatan lokal di sekolah dasar adalah bahwa kegiatan pendidikan di mana pun selalu berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu. Lingkungan ini dapat memberi pengaruh kepada perkembangan anak didik. Dengan muatan lokal ini pula di Bali banyak sekolah dasar memberikan pelajaran bahasa Inggris mulai dari kelas empat, dan bahkan ada yang mulai dari kelas satu. Sebagai orangtua, saya berharap agar para siswa mempunyai keterampilan dalam berbahasa Inggris yang sangat diperlukan dalam lingkungannya yang merupakan daerah tujuan wisata terkenal di dunia dengan pariwisata budayanya. Kita semua tahu bahwa sumber devisa terbesar untuk Bali adalah dari sektor pariwisata.” (Wawancara 2 Oktober 2009). Data hasil wawancara tersebut di atas menunjukkan bahwa manfaat penguasaan bahasa Inggris yang paling menonjol tentunya yang berhubungan dengan pariwisata. Industri pariwisata Bali, yang menjadi andalan untuk menarik devisa, membutuhkan tenaga kerja trampil berbahasa Inggris, minimal pada taraf dasar dan pasif. Bali memiliki potensi wisata budaya, alam, serta agrowisata. Pariwisata merupakan salah satu lahan yang dapat digarap dengan sumber daya manusia Bali, baik sebagai penyedia jasa maupun barang. Pada saat seperti itulah bahasa Inggris merupakan persyaratan pokok bagi tenaga kerja yang terlibat langsung dengan dunia pariwisata. Dalam kenyataan hingga saat ini Bali masih memegang peran sangat penting dalam kehidupan pariwisata Indonesia. Bahkan di kalangan pariwisata dunia, Bali dianggap sebagai pulau pesiar terbaik sedunia (the best destination
192
island). Dalam riwayatnya, sejalan dengan perjalanan waktu sejak zaman Belanda, Bali memang sudah menjadi buah bibir di kalangan warga Belanda yang berada di Indonesia (ketika itu Hindia Belanda). Di antara warga Belanda yang bermukim di Indonesia kala itu menganjurkan berkunjung ke Bali sebelum meninggalkan Indonesia. Demikian kuatnya daya tarik Bali untuk warga Belanda sehingga perusahaan penerbangan Belanda KLM (Koninklijke Luchtsvaart Maatschapij) ketika mempromosikan penerbangannya ke Indonesia pada awal tahun 1970-an menggunakan slogan, “Fly to Bali with KLM“, padahal ketika itu KLM tidak terbang ke Bali karena di Bali belum ada bandara internasional. Mereka harus melalui Jakarta terlebih dahulu. Bali semakin populer setelah perusahaan-perusahaan penerbangan negara lain, seperti: Japan Airlines, Cathay Pacific, Pan Am, Qantas dan lain-lain menawarkan terbang ke Bali. Untuk menjaga citra Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, bahasa Inggris memegang peranan sangat penting dalam menunjang aktivitas kepariwisataan yang merupakan sumber devisa utama bagi perekonomian masyarakat Bali. Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa karena dalam kegiatannya semata-mata menjual jasa sehingga produknya hanya dapat dikonsumsi dan dinikmati pada saat berada di suatu tempat. Dalam hal ini sangat berbeda dengan produk perdagangan komesial lainnya yang barangnya dapat dibawa pulang setelah transaksi jual-beli. Pelayanan, yang juga menggunakan bahasa Inggris merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam industri pariwisata, di samping merupakan salah satu tuntutan wisatawan pada saat melakukan kegiatan menghabiskan waktu luang untuk perjalanan wisata. Selanjutnya untuk
193
memberikan jaminan pelayanan yang memuaskan kepada wisatawan diperlukan penyediaan sumber daya manusia (human resource) yang berkompetensi, berkualitas, profesional, dan berstandar internasional serta paling tidak harus mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris, baik lisan maupun tulisan. Namun, kenyataannya sumber daya manusia pariwisata Bali, khususnya orang-orang Bali, belum memiliki kualifikasi yang sesuai dengan permintaan wisatawan. Hal ini terlihat jelas pada kebanyakan industri pariwisata bahwa orang-orang Bali hanya menduduki posisi-posisi sebagai front liner yang memiliki pekerjaan yang cukup berat, tetapi mendapatkan penghasilan yang jauh lebih sedikit daripada posisiposisi di tingkat manajer (managerial position) yang umumnya dipegang oleh orang-orang dari luar Bali bahkan dari luar negeri. Hal ini terjadi karena kemampuan sumber daya pekerja Bali masih kalah dengan orang luar yang memang datang ke Bali untuk ikut terlibat dalam dunia pariwisata. Pekerja asing pada umumnya mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang lebih baik, terutama para level manager yang datang dari negara tetangga, seperti: Philipina, Singapura, dan Malaysia. Pemberian pelajaran bahasa Inggris dimulai dari SD mendapat dukungan penuh dari orangtua siswa. Mereka mengatakan bahwa bahasa Inggris mempunyai peranan yang sangat penting dalam era globalisasi, terlebih Bali merupakan daerah kunjungan wisata utama saat ini. Di samping bantuan finansial lewat komite sekolah, dukungan nyata yang mereka lakukan adalah mengeluarkan biaya untuk mendatangkan guru private ataupun memberikan kesempatan kepada putraputrinya untuk mengikuti kursus baik di lembaga-lembaga pendidikan maupun
194
kursus-kursus bahasa Inggris yang sedang menjamur di Denpasar saat ini. Pernyataan tersebut diperkuat dari data hasil wawancara dengan Ibu Ulima Febriani, orangtua siswa SD 1 Sesetan, seperti berikut ini. “Saya sangat setuju bahasa Inggris diajarkan di sekolah dasar karena bahasa Inggris dipergunakan oleh banyak negara. Siswa akan bisa pergi ke luar negeri apabila dia mampu berbahasa Inggris. Bahasa Inggris sangat penting karena Denpasar adalah kota wisata. Saya juga membantu anak saya di rumah dalam belajar bahasa Inggris, terutama untuk kosa kata yang saya ketahui. Di samping itu juga, saya daftarkan anak saya ke lembaga kursus IEC. Harapan saya sebagai orangtua, supaya pemerintah memasukkan pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib dan bukan muatan lokal sehingga pemerintah memberikan guru tetap yang bersatus sebagai PNS. Guru yang ada sekarang adalah guru honor yang diambil dari lembaga kursus dan guru kelas yang senang bahasa Inggris atau pernah ikut kursus bahasa Inggris. Guru bahasa Inggris semestinya tamatan FKIP yang mempunyai kemampuan untuk mengajarkan siswa sekolah dasar.” (wawancara 2 september 2009).
Ungkapan di atas menggambarkan bahwa siswa yang mendapatkan pelajaran bahasa Inggris dari sekolah saja sudah tentu mempunyai prestasi akademik yang kurang dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan pelajaran tambahan di luar sekolah. Harapan orangtua ke depan pada umumnya adalah
pemberian
pelajaran bahasa Inggris hendaknya diberikan bukan dari kelas empat saja, tetapi hendaknya dari kelas satu. Mereka sangat berharap kepada pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten agar lebih serius melanjutkan kebijakan ini dengan menyiapkan guru bahasa Inggris yang khusus tamatan LPTK. Guru ini memang dipersiapkan untuk mengajar pembelajar pemula atau bahasa Inggris untuk young learners. Mereka juga berharap kepada Dinas Pendidikan supaya secara rutin mengadakan workshop, penataran, serta pelatihan lainnya yang bertujuan meningkatkan kemampuan guru bahasa Inggris yang ada. Hal ini sangat penting
195
karena guru yang ada kebanyakan belum disiapkan untuk mengajarkan bahasa Inggris untuk pembelajar pemula. Orangtua menganggap bahasa Inggris harus diajarkan dengan baik sejak awal. Jikalau tidak, akan menyebabkan siswa tidak ada minat belajar bahasa Inggris pada jenjang sekolah yang lebih tinggi. Kalau pendidikan awal tidak bagus, maka mereka akan menjadi tidak tertarik untuk belajar bahasa Inggris. Pendidikan yang diberikan di sekolah-sekolah pariwisata dari tingkat SMK sampai dengan diploma atau program setara diploma adalah lembaga pendidikan yang mendidik sumber daya manusia untuk menjadi pekerja pariwisata yang berkompetensi (memiliki pengetahuan, keahlian, dan perilaku), tetapi sayangnya pendidikan dan pelatihan yang diberikan ditujukan untuk posisi-posisi kelas bawah, seperti: waiter, waitress, cook, bellboy, room attendant, engineer, dan lain-lain. Secara jujur dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan, tamatan atau produk sekolah atau lembaga setingkat diploma bidang kepariwisataan belum mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang bagus. Mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kepariwisataan, tetapi kemampuan berbahasa Inggris mereka masih kurang. Situasi dan kondisi ini pula yang mendorong pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota untuk memberikan pendidikan bahasa Inggris mulai SD dengan harapan supaya sumber daya manusia Bali dapat menjadi tenaga yang siap pakai dan mampu merebut peluang kerja pada semua sektor kepariwisataan. Kita semua mengetahui bahwa Bali sekarang ini diserbu bukan hanya oleh tenaga kasar dalam pembangunan infrastruktur , melainkan juga oleh tenaga kerja dari luar Bali untuk tenaga bidang
196
kepariwisataan yang relatif mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang lebih baik. Sehubungan dengan hal itu, maka ke depan sumber daya manusia Bali harus mampu menangkap peluang kerja pada sektor pariwisata dengan bekal bahasa asing yang bagus terutama bahasa Inggris. Marak dan menjamurnya sekolah-sekolah menengah kejuruan pariwisata dan lembaga pendidikan yang memberikan pelatihan setingkat D I memang dapat membantu mengurangi jumlah pengangguran karena setelah tamat mereka mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan sejumlah uang. Namun, jika dilihat dari posisi yang diperoleh di tempatnya bekerja apabila ditelusuri lebih jauh, maka secara tidak langsung telah turut serta berkontribusi terhadap penciptaan kemiskinan yang terstruktur (structural poverty) karena penghasilan yang diperoleh biasanya hanya cukup untuk makan, transportasi, dan menyewa rumah atau kamar. Dengan demikian, uang yang diperoleh tidak dapat lagi dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraannya dan menjamin kehidupannya kelak. Di samping pentingnya penguasaan bahasa Inggris sebagai sumber daya manusia (SDM) Bali, faktor keanekaragaman adat dan budaya yang dimiliki Bali juga akan memengaruhi persaingan dalam merebut peluang kerja pada sektor pariwisata di Bali. Adat dan budaya Bali yang sangat terkenal dan dikagumi oleh wisatawan mancanegara merupakan daya tarik wisata Bali perlu dikemas dan diinformasikan kepada dunia dan wisatawan yang menikmati Bali dan Kota Denpasar dengan menggunakan bahasa Inggris. Kegiatan keagamaan dan adat istiadat yang merupakan bagian dari budaya Bali merupakan faktor pendukung majunya industri pariwisata, tetapi kegiatan tersebut jika tidak disikapi dengan
197
baik dan diadakan penyesuaian terhadap kesepakatan yang dijadikan oleh anggota desa adat (awig-awig), maka akan menjadi faktor penghambat majunya sumber daya manusia Bali pada industri pariwisata. Kewajiban untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan adat merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh setiap orang Bali karena mereka sebagai masyarakat sosial yang terikat dengan adat istiadat di desa asalnya. Melihat kondisi ini, maka sangat tidak mungkin bagi orang Bali untuk dapat bekerja secara profesional sesuai dengan tuntutan industri pariwisata. Dalam hal ini sumber daya manusia luar Bali yang bekerja di industri pariwisata sangat siap untuk bekerja secara profesional karena mereka tidak dituntut untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana layaknya sumber daya manusia Bali. Penguasaan bahasa Inggris, baik secara umum maupun secara khusus memberikan andil yang sangat besar di bidang pariwisata. Untuk mampu bersaing dengan sumber daya manusia dari negara-negara tetangga atau dari negara lain, maka orang Bali harus dapat atau paling tidak mempunyai kemampuan komunikasi yang setingkat dengan tenaga asing tersebut. Sehubungan dengan hal ini, pemberian pelajaran bahasa Inggris dari sekolah dasar merupakan kebijakan yang sangat tepat untuk pengadaan sumber daya manusia Bali, di samping untuk merebut peluang kerja yang saat ini belum sepenuhnya bagi orang Bali. 6.3 Kepentingan Kekuasaan Pemerintah Lewat Pendidikan Nasional Perkembangan zaman serta berlangsungnya era pasar bebas dunia menyebabkan percakapan dan transaksi dengan menggunakan bahasa Inggris sangatlah penting. Di ranah (domain) inilah secara spesifik, fungsi transaksional bahasa lintas negara, dalam hal ini bahasa Inggris sangat diperlukan di sisi bahasa-
198
bahasa internasional lainnya, terutama yang berkaitan dengan teknologi, bisnis, serta kebudayaan yang selalu berkembang. Bahasa Inggris adalah bahasa pengantar internasional sehingga bahasa tersebut menjadi bahasa pengantar dunia. Alangkah ironisnya jika bangsa kita tidak dapat berbaur dengan bangsa di dunia disebabkan ketidakmampuan berbahasa Inggris. Dalam hal ini disadari dan diakui bahwa dalam era globalisasi ini sangat penting untuk menguasai paling tidak bahasa Inggris ataupun bahasa asing lainnya. Tanpa penguasaan bahasa Inggris yang baik, suatu negara tidak akan maju. Banyak yang mengambil contoh dari penguasaan bahasa Inggris seperti di Malaysia dan India. Pernyataan tersebut di atas mendapat tanggapan dari Putu Pujana, guru SD 5 Saraswati Denpasar, yakni sebagai berikut. “Bahasa Inggris sebagai muatan lokal di sekolah dasar mendapat tanggapan yang positif, baik dari orangtua maupun siswa. Mereka sadar bahwa dalam pasar bebas ini bahasa Inggris mempunyai peran yang sangat strategis dalam komunikasi internasional. Dalam menghadapi pasar bebas nanti, tenaga kerja Indonesia harus mampu bersaing dengan para tenaga kerja asing seperti Malaysia, Philipines, Singapura dan India yang pada umumnya mereka menguasai bahasa Inggris lebih baik dari orang Indonesia. Kebijakan pemberian bahasa Inggris melalui lembaga pendidikan formal di sekolah dasar merupakan keputusan yang tepat untuk memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar bahasa Inggris lebih baik” (wawancara 1 Oktober 2009). Ungkapan tersebut di atas didasarkan kepada kenyataan bahwa memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu agar mempersiapkan sumber daya yang handal, terutama di bidang IPTEK. Agar dapat menguasai teknologi dengan baik diperlukan pengetahuan yang memadai sehingga warga Indonesia, termasuk warga Bali umumnya dan warga Kota Denpasar khususnya, dapat memanfaatkannya dalam menghadapi tuntutan dunia
199
global yang syarat dengan persaingan. Dalam hal ini peranan bahasa Inggris sangat diperlukan, baik dalam menguasai teknologi komunikasi maupun dalam berinteraksi secara langsung. Salah satu upaya strategis untuk mengejar ketertinggalan Indonesia dalam hal penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris adalah melalui jalur pendidikan. Sistem dan kurikulum pendidikan harus memihak kepada peningkatan penguasaan bahasa asing, di samping bahasa Indonesia yang sudah menjadi keharusan. Saat ini Indonesia secara umum masih dihadapkan pada permasalahanpermasalahan paling mendasar, seperti rendahnya kemampuan dan tingkat membaca masyarakat serta rendahnya tingkat kesejahteraan. Semua hal ini tentu saja memerlukan waktu agar dapat diselesaikan dengan baik melalui jalur pendidikan yang mampu memainkan aktor penting dalam tumbuh kembangnya bangsa ini. Memasuki era globalisasi atau yang lebih dikenal dengan pasar bebas menuntut setiap individu untuk mempersiapkan sumber daya yang handal, termasuk di bidang komunikasi. Dalam hal ini peranan bahasa Inggris sangat diperlukan, baik dalam menguasai teknologi komunikasi maupun dalam berinteraksi secara langsung. Sebagai sarana komunikasi global, bahasa Inggris harus dikuasai secara aktif, baik lisan maupun tulisan. Sayangnya, dewasa ini sebagian masyarakat masih berparadigma bahwa dengan adanya bahasa Inggris, maka akan lahirlah generasi-generasi penerus bangsa yang kehilangan jati dirinya, terutama dalam aspek bahasa (sebagai salah satu elemen budaya nasional/ jati diri bangsa). Mereka berpikir bahwa generasi muda itu akan lebih sering
200
menggunakan bahasa Inggris (yang nota bene memang berasal dari budaya Barat) sebagai bahasa kebanggaan mereka, sedangkan bahasa Indonesia sendiri yang memang sudah menjadi bahasa nasional kita justru akan terbengkalaikan, termasuk bahasa Bali. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, setiap orang yang tidak membuat dirinya mahir, setidaknya dalam dua bahasa lain akan mengalami kesulitan untuk merebut peluang kerja dalam menghadapi pasar bebas yang segera dilakukan di kawasan Asia. Oleh karena itu, dalam konteks tersebut, perlu adanya perubahan paradigma berpikir tentang pentingnya bahasa Inggris. Persepsi baru bahwa dalam era globalisasi menghadapi AFTA 2015 nanti, daya saing tiap-tiap individu dari berbagai negara saling berlomba dalam mendominasi berbagai macam lapangan kerja. Selain bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu (bahasa nasional) yang wajib dikuasai, bahasa internasional pun menjadi bahasa kedua yang patut dan wajib dikuasai. Sebab bahasa Inggris adalah bahasa global yang sangat berperan dalam interaksi dan komunikasi global seiring dengan kemajuan dan persaingan global. Singkatnya, pemahaman dan penguasaan bahasa Inggris sebagai bahasa global hendaknya tidak dikaitkan dengan kepunahan atau ancaman dan gangguan terhadap bahasa asli atau bahasa ibu, termasuk juga bahasa Indonesia. Kehadiran bahasa Inggris secara fungsional, dalam arti tidak sebatas pengetahuan
kebahasaan
(grammatical
competence),
tetapi
kemampuan
berkomunikasi verbal (verbal communicative competence), seharusnya semakin menumbuhkan kecintaan, kesetiaan, dan sikap positip terhadap bahasa daerah,
201
bahasa ibu, dan bahasa Indonesia. Dahulu, mungkin bahasa Inggris masih menjadi hal yang sedikit tabu untuk dipelajari dan dipahami lebih dalam lagi. Namun, saat ini justru sebaliknya, bahasa Inggris yang merupakan alat komunikasi dalam era globalisasi menjadi kunci utama keberhasilan seseorang dalam mencapai karier masa depannya. Dengan kata lain, kemampuan dalam berbahasa Inggris dapat pula dijadikan sebagai investasi (investasi ilmu) yang selalu memperoleh manfaat. Hasil yang diperoleh dari sebuah investasi, biasanya relatif dalam jangka panjang. Sebab investasi itu memerlukan proses. Ibarat orang menanam, harus sabar untuk memetik hasilnya. Demikin pula dalam belajar bahasa Inggris, sabar tetapi pasti. Adapun keuntungan dari investasi tersebut adalah bahwa dalam pasar global atau Asian Free Trade Association (AFTA) nanti kita tidak akan kalah bersaing dan dapat terus bertahan dengan kemampuan yang telah kita miliki ditunjang dengan kemampuan dalam berbahasa Inggris. Di samping itu, jika kita berniat bekerja di perusahaan multinasional atau perusahaan asing, otomatis kemampuan berbahasa Inggris pula yang sangat diandalkan dan menjadi persyaratan utama yang harus dipenuhi. Berdasarkan alasan-alasan di atas, tidaklah mustahil perkembangan teknologi yang semakin pesat menuntut masyarakat untuk lebih proaktif dalam menanggapi arus informasi global sebagai aset dalam memenuhi kebutuhan pasar. Sebagai bahasa pergaulan dunia, bahasa Inggris bukan hanya sebagai kebutuhan akademis karena penguasaannya tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan bahasa, tetapi sebagai media komunikasi global. Untuk menguasai bahasa Inggris dengan baik mestinya proses belajar mengajar menekankan aspek latihan (trial and error)
202
sehingga siswa akan terlibat secara aktif dalam menyampaikan pendapat/ gagasan secara bebas sesuai dengan kondisi nyata. Hal tersebut sangat dianjurkan sebab pengetahuan bahasa Inggris untuk perkembangan seorang individu di negara Indonesia menjadi suatu hal yang tidak terelakan. Bagaimanapun subjek yang satu ini menjadi hal yang perlu dipelajari oleh setiap orang Indonesia. Biarpun Anda tidak yakin akan mendapat kesempatan untuk ke keluar negeri, pengetahuan ini juga tetap diperlukan. Minimal, Anda tidak perlu terbengong-bengong ketika menonton siaran berita CNN lantaran tidak ada terjemahan di bagian bawah layar televisi atau bingung saat membaca buku manual penggunaan alat elektronik yang hanya tercetak dalam bahasa Inggris, terlebih lagi anda tidak perlu merasa resah dalam detik-detik menjelang AFTA (pasar global) 2015 nanti. 6. 4 Kesadaran dan Prestise Sekolah Pada era globalisasi ini, bahasa Inggris sudah menjadi kewajiban untuk dipelajari dan digunakan. Oleh karena itu, belajar bahasa Inggris perlu diterapkan pada anak sejak dini. Peranan bahasa Inggris lebih terasa diperlukan anak-anak di kota-kota, terutama di kota-kota besar. Jadi, mempersiapkan anak lebih awal akan jauh lebih baik karena anak menjadi siap apabila masa itu sudah datang. Selain itu, manfaat yang lain adalah pada saat ini buku dan bacaan yang bagus untuk mereka, juga banyak terdapat di dalam bahasa Inggris. Mereka akan lebih diuntungkan apabila menguasai bahasa Inggris karena mereka akan lebih banyak memperoleh informasi. Di samping itu, dalam mengoperasikan komputer dan internet, bahasa Inggris sangat dominan menjadi bahasa pengantarnya. Pernyataan
203
tersebut di atas didukung oleh data hasil wawancara dengan Ni Made Sukerti, guru bahasa Inggris SD No 1 Saraswati, yakni sebagai berikut. “Pada umumnya bahasa Inggris sangat diminati oleh siswa dan ini dibuktikan kebanyakan dari mereka ikut les tambahan diluar jam pelajaran bahasa Inggris. Saya juga sering menerima masukan dari orangtua murid supaya jam pelajaran bahasa Inggris ditambah serta diberikan mulai dari kelas satu. Saya merasakan pelajaran bahasa Inggris sangat diminati oleh siswa, terlebih materi pelajaran dapat disampaikan oleh guru dengan membawa alat-alat peraga atau benda benda nyata yang dapat membantu siswa dalam suatu proses belajar-mengajar. Para siswa mengatakan bahwa mereka belajar bahasa Inggris untuk bisa bekerja di luar negeri atau bekerja di perusahaan asing. Mereka juga mengatakan bahwa pelajaran bahasa Inggris sangat berguna untuk mengakses internet.” (wawancara 6 Oktober 2009). Tuturan di atas menggambarkan kebijakan yang diambil oleh pemerintah provinsi Bali dan pemerintah Kota Denpasar untuk memberikan pelajaran bahasa Inggris di SD sangatlah tepat. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan generasi muda penerus yang lebih cerdas dan mampu bersaing pada era globalisasi saat ini. Pengajaran bahasa asing memang harus disesuaikan di mana kita mengajar dan bagaimana budayanya. Jadi, sisipkanlah budaya kita dalam pengajaran bahasa Inggris kepada anak-anak kita nantinya. Sangat menarik untuk dipetik pelajaran bilamana suatu pengajaran bahasa Inggris diajarkan melalui struktur budaya masyarakat yang heterogen dengan mempertimbangkan
budaya
mereka. Alasan utama ialah
budaya yang merupakan wujud etik dan generik kebahasaan. Apa yang diajarkan tidak sesuai dengan budaya mereka, maka substansi dianggap tidak relevan. Bahasa Inggris sangat penting bagi setiap individu yang mau maju sebab semua peralatan yang kita pakai dipandu oleh bahasa Inggris agar melihat dunia yang lebih luas. Bahasa Inggris merupakan bahasa wajib yang harus dimiliki oleh setiap pemain di dunia usaha. Oleh karena itu suka atau tidak suka bagi siapa yang ingin
204
hidup atau bertahan di dalam kompetisi bisnis yang cepat dan selalu dinamis maka diharapkan menguasai bahasa Inggris yang merupakan bahasa internasional yang layak dikuasai dan digunakan. Saat ini di beberapa kota besar sedang ramainya orang berbicara sekolah bertaraf international (SBI) dan rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) yang jumlahnya sudah, sedang, dan akan semakin berkembang. Selain mempunyai arti seperti itu, SBI juga mempunyai arti lain, yakni sekolah bertarif internasional dan sekolah berbahasa Inggris. Dalam hal ini SBI menawarkan pengajaran dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Jadi, semua mata pelajaran akan diajarkan pada putra-putri Indonesia dalam bahasa Inggris. Guru-guru yang ada merupakan orang Indonesia dan tenaga asing. Kecuali tentu saja mata pelajaran bahasa Indonesia yang tidak mungkin diajarkan dengan bahasa Inggris. Di samping itu, dalam SBI, istilah „internasional‟, selain dimaknai dengan segala fasilitas sekolah berstandar internasional, juga erat kaitannya dengan bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran bahasa Inggris pada jenjang SD adalah untuk menyiapkan peserta didik supaya mempunyai kemampuan dasar bahasa Inggris sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA. Bahasa asing jangan sampai menjadi bahasa pengantar pendidikan di sekolah, tetapi sebagai bahasa pengantar mata pelajaran bahasa Inggris saja. Saat ini sejumlah sekolah yang berlabel RSBI dan SBI menempatkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar pendidikan. Hal ini tentu bertentangan dengan Pasal 33 UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk
205
mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran di sekolah, hindari penggunaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Dengan bahasa asing siswa dikhawatirkan justru akan bingung dan tidak mengerti persoalan atau malah salah pengertian. Penggunaan bahasa asing sebagai bahasa pengantar pendidikan akan mereduksi peran bahasa Indonesia dari dunia keilmuan dan kehidupan masa depan bangsa. Pengetahuan apa pun akan lebih cepat dimengerti siswa apabila disampaikan dengan bahasa mereka sendiri. Pernyataan tersebut diatas didukung oleh data hasil wawancara dengan Putu Sarjana, S.Pd., orangtua siswa dan juga guru di SD Santo Yosep Denpasar berikut ini.
“Bahasa Inggris hendaknya dijadikan mata pelajaran wajib di sekolah dasar, bukan merupakan mata pelajaran muatan lokal pilihan. Di era global ini sumber daya manusia Indonesia umumnya atau Bali khususnya, harus mampu berbahasa Inggris untuk merebut peluang kerja di sektor pariwisata. Saya mengharapkan pelajaran bahasa Inggris ini supaya diajarkan oleh guru yang profesional. Bahasa Inggris sangat perlu diajarkan pada pendidikan dasar, asalkan menjadi salah satu mata pelajaran dan bukan bahasa pengantar. Jadi bahasa Indonesia harus tetap dipergunakan sebagai bahasa pengantar mata pelajaran selain mata pelajaran bahasa Inggris. Guru supaya menyajikan materi pengajaran yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa. Jangan terlalu banyak diberikan tugas dan tes agar siswa tidak terbebani serta untuk menjaga motivasi mereka dalam belajar. Ajarkan kepada mereka tentang kegiatan sehari-hari sehingga siswa dapat menerima bahasa baru secara bertahap” (wawancara tgl 8 September 2009). Tuturan di atas menunjukkan bahwa pemerintah tidak melarang sekolah mengajarkan bahasa asing. Namun, bahasa Indonesia harus mendapat prioritas utama untuk diajarkan kepada siswa. Banyak orangtua berlomba-lomba mendidik anak mereka dengan bahasa asing, tetapi lupa bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang dapat membentuk karakter dan kepribadian bangsa. Memang ada anggapan atau penilaian penggunaan bahasa asing yang terlalu dini mulai dari
206
taman kanak-kanak justru akan mengacaukan kemampuan berbahasa anak. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar bukan untuk mengganti peran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, melainkan bahasa Inggris dipergunakan untuk menyampaikan materi pelajaran bahasa Inggris saja. Dengan situasi dan kondisi sekarang ini sudah tentu dengan landasan hukum yang ada, pengajaran bahasa Inggris yang ditetapkan sebagai muatan lokal pilihan masih banyak ditemukan kendala di lapangan, terutama masalah guru bahasa Inggris. Jadi, pengajaran bahasa Inggris di SD sangat penting untuk diperhatikan oleh Disdikpora tingkat kecamatan dalam rangka mempersiapkan siswa tamatan SD untuk masuk ke jenjang yang lebih tinggi atau menuju sekolah bertaraf internasional (SBI) yang sedang menjamur saat ini atau paling tidak akan dapat diterima di sekolah- sekolah yang menjadi RSBI. Memang saat ini keberadaan sekolah-sekolah tersebut sedang dievaluasi, bahkan banyak kalangan yang mendesak pemerintah untuk menyiapkan aturan yang jelas tentang standar SBI di Indonesia. Dengan adanya fenomena seperti dipaparkan sebelumnya banyak, orangtua siswa, terutama yang
berasal dari kalangan menengah ke atas
berkeinginan agar anak-anak mereka menguasai bahasa Inggris sejak dini. Tujuan yang sangat mulia ini didasari atas kesadaran bahwa tantangan hidup pada masa depan sangatlah berat. Oleh karena mempersiapkan anak sebaik mungkin merupakan strategi pembangunan sumber daya manusia yang harus dihargai. Dari pihak sekolah juga memberikan respon yang positif, yakni dengan memberikan pelajaran bahasa Inggris sejak kelas empat sesuai dengan kebijakan
207
yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan beberapa SD sudah merintis pengajaran bahasa Inggris sejak kelas satu. Dalam hal ini sekolah yang telah memberikan pelajaran bahasa Inggris dengan hasil yang bagus akan mempunyai nilai tambah dan kebanggaan tersendiri karena banyak permintaan dari masyarakat untuk memilih sekolah yang bersangkutan. Hal ini sudah tentu memberikan nilai tambah terhadap sekolah tersebut karena dapat memilih calon siswa baru yang mempunyai kemampuan bagus. Jadi, sekolah yang bisa memberikan pelajaran bahasa Inggris yang baik dan dengan sarana dan prasarana yang memadai akan mempunyai kebanggaan tersendiri, di samping merupakan prestise tersendiri bagi sekolah bersangkutan, seperti yang dikatakan oleh I Ketut Yoel, Kepala SD 1 Harapan Denpasar di bawah ini. “Sebenarnya pelajaran bahasa Inggris ini sudah diberikan di sekolah kami sejak 1987, sebelum ditetapkannya sebagai muatan lokal pilihan. Alasan sekolah memperkenalkan bahasa Inggris adalah untuk memenuhi harapan akan sumber daya manusia yang mampu merebut peluang kerja di sektor pariwisata. Yayasan sangat mendukung memperkenalkan bahasa Inggris dalam rangka menjaga prestise sekolah. Permintaan untuk memperkenalkan bahasa Inggris, juga atas kehendak orangtua siswa. Mereka mempercayakan putra-putrinya di sekolah kami karena ada anggapan bahwa sekolah yang mampu memberikan pelajaran bahasa Inggris dengan baik merupakan sekolah yang bergengsi. Kenyataan menunjukkan minat masyarakat untuk mempercayakan pendidikan putra putrinya di sekolah kami terus meningkat.” (wawancara 7 September 2009). Lebih dari itu, dalam kaitan dengan pendidikan formal secara umum, bahasa Inggris adalah persyaratan untuk belajar komputer. Program-program pokok, terutama di bidang komputer hanya tersedia dalam bahasa Inggris. Perintah-perintah sederhana dalam penggunaan komputer pun dalam bahasa Inggris. Ketiadaan kaitan nyata, antara hidup sehari-hari para siswa, dengan bahan
208
pelajaran bahasa Inggris, adalah persoalan yang telah ada sejak lama. Pengajaran bahasa Inggris yang kaku dijamin akan membuat para siswa jenuh, apalagi bila tema yang diberikan tidak menarik minat mereka sebagai remaja. Untuk mengatasi masalah ini dan membuat bahasa Inggris menjadi pelajaran yang menarik, para pengajar dapat memodifikasi cara pengajaran sehingga tercipta keterkaitan antara pengalaman nyata para siswa dan bahan pelajaran. Belajar bahasa asing adalah kegiatan belajar yang berlangsung bukan saja di ruang kelas. Menjamurnya kepemilikan video (VCD) merupakan sarana belajar bahasa Inggris yang sangat luas kegunaannya di sekolah-sekolah. Demikian pula, tayangan televisi yang berbahasa Inggris merupakan peluang untuk menjadikan bahasa Inggris akrab dengan kehidupan nyata sehingga dalam mempelajarinya tidak lagi dirasakan sebagai beban seperti yang dikatakan oleh Nabila Ulfa Jayanti, siswa SD No.1 Saraswati Denpasar. “Saya senang belajar bahasa Inggris karena saya ingin mengerti bahasa Inggris yang ada pada program komputer. Saya lebih suka belajar bahasa Inggris kalau guru menunjukkan gambar-gambar yang berwarna. Saya tidak suka kalau guru terlalu banyak menerangkan tata bahasa dan sering memberikan pekerjaan rumah. Saya senang apabila guru mengajak belajar di luar kelas. Belajar sambil bermain sangat meyenangkan. Kalau bisa, guru lebih sering mengajar dengan mempergunakan video.” (wawancara 6 Oktober 2009). Dalam hal ini pemberian pelajaran bahasa Inggris untuk siswa sekolah dasar merupakan harapan orangtua, siswa, dan komite sekolah. Sekolah yang bisa memberikan pelajaran bahasa Inggris yang bagus dan menyenangkan akan diminati oleh masyarakat. Dengan demikian, akan menambah prestise sekolah tersebut sehingga menjadi sekolah favorite yang diminati oleh masyarakat. Dari
209
uraian sebelumnya sangatlah jelas bahwa memberikan pelajaran bahasa Inggris sejak awal secara baik dan menyenangkan akan menanbah prestise sekolah yang bersangkutan.