BAB. V STRATEGI PENDIDIKAN DAN PEMBERDAYAN EKONOMI MASYARAKAT Strategi merupakan suatu gerakan sosial dalam organisasi atau lembaga, yang menjalankan visi untuk mencapai sasaran khusus, misalnya gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat dibidang pendidikan
dan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
dengan
menempatkan cabang diberbagai tempat, strategi lain adalah komunikasi demi melancarkan suatu visi perlu ada kelancaran komunikasi yang efektif dalam anggota organisasi tersebut, P3B juga mengembangkan modal sosial dengan menjalin komunikasi untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan oleh gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa. Gerakan sosial organisasi ini juga dalam membentuk citra mental pribadi atau gambaran sesuatu yang terjadi dalam lingkup sosial, strategi gerakan sosial P3B ini juga untuk mentransfer nilai-nilai baru atau arti kata lain mengganti cara-cara lama digantikan dengan cara baru (produk lama ganti produk baru) dengan demikian bagaimana strategi P3B menetapkan tujuan, metode alternatif alokasi sumber daya dalam mengukur keberhasilan organisasi ini. Dalam bab V ini akan menjelaskan mengenai manajemen strategi perkumpulan Papua Pusaka Bangsa, data hasil temuan peneliti dilapangan, berkaitan dengan strategi-strategi yang dilakukan di lapangan.
5.1. Pemberdayaan Pendidikan
Pendidikan dan ekonomi dipilih sebagai bidang utama dalam fokus perkumpulan ini dikarenakan menurut pandangan pendirinya, Harry Widjaja pendidikan di Papua masih jauh dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Dengan pendidikan, perkumpulan ini dapat merubah pola pikir dari masyarakat Papua untuk semakin berkembang dan mandiri di tanah mereka sendiri. Pendidikan adalah jendela duni dimana pendidikan membuka cakrawala berpikir sehingga orang tahu dan semakin maju bersaing di dunia kerja, dimana pendidikan juga adalah bagian dari pembangunan manusia seutuhnya. Dengan demikian P3B mengarahkan binaan atau anggotanya
untuk
tetap
mengedepankan
sekolah.
Dimana
pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan. Pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dibidang pendidikan dan pengajaran meningkatkan kualitas pendidikan dunia kerja. Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa berikan kepada anggota P3B dan masyarakat yang tergabung dalam organisasi ini untuk mendapatkan pendidikan formal dan non formal. Bagi yang formal tetap belajar sesuai dengan bidang dan melanjut sekolah ke jenjang lebih tinggi. Mahasiswa diharapkan melanjutkan studinya sesuai jurusan agar setelah selesai dipakai
sesuai dengan bidangnya. Kenapa harus sesuai jurusan sebab mahasiswa tersebut benar-benar merasa dipakai dalam dunia kerjanya sesuai bidangnya atau sesuai ilmu yang dia dapat. Beberapa permasalahan yang belakangan ini terjadi ketika pasca otononomi khusus di Papua Barat bahwa penempatan pegawai negeri tidak sesuai dengan bidang sehingga dalam a ktivitasnya dia bingung apa yang dia akan kerjakan, dia masuk menjadi PNS karena ada kesempatan kerja dan disebabkan juga karena ada pemekaran kabupaten dimana dimana ada peluang untuk kerja namun penempatan posisi tidak sesuai ilmu yang dia geluti, sehingga mengalami kesulitan misalnya mengoprasikan komputer, membuat laporan,
kebijakan
pembangunan,
membuat
program
kerja,
manajemen kerja yang kurang efektif semuanya mengalami kesulitan. Hal demikian disebabkan karena kurang memperhatikan dalam perekrutan tenaga kerja kurang berpengalaman, dan minim pengetahuan serta kurang berorganisasi. 5.1.1. Strategi Perjuangan Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa membangun
Papua
Barat
salah
satu
kunci
utama
adalah
mengedepankan pendidikan sebab pendidikanlah yang merubah nasib seseorang atau suatu suku bangsa. Strategi yang harus dikerjakan adalah melakukan program pembinaan tenaga pendidikan dan pengajaran. Tujuan pembangunan pendidikan adalah upaya untuk
memperkuat kesempatan memperoleh pendidikan dan meningkatkan kualitas SDM. Strategi kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan yang dijalankan adalah: 1. Program beasiswa dan orang tua asuh: P3B memfasilitasi dan memberikan bantuan beasiswa, pencarian orang tua asuh, penyaluran minat dan bakat dan bantuan-bantuan pendidikan langsung kepada setiap anak didik. 2. Bantuan guru: memfasilitasi dan menyalurkan bantuan bagi guru-guru yang berdedikasi tinggi terhadap pembangunan pendidikan di Papua Barat. 3. Manajemen spporting: P3B memberikan pelatihan manajemen pendampingan dan bantuan-bantuan finansial dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja sekolah maupun sumber daya manusia yang mengelolanya. 4. Pendidikan dengan kurikulum khusus: P3B mengembangkan dan membuka layanan pendidikan dengan kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu. 5. Kemitraan dan kerjasama operasi sekolah: P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal. Kelima strategi tersebut masukan dalam suatu program kerja P3B untuk dijalankan dalam aktivitasnya. Memberikan beasiswa kepada mereka (anggota P3B) yang ingin melanjutkan studi ke jenjang selanjutnya. Beasiswa bersumber dari donator-donatur baik dari
dalam maupun dari luar yang peduli terhadap pendidikan di Papua Barat. Bantuan khusus beasiswa diberikan kepada anak-anak yang berprestasi tetapi bantuan diberikan kepada anak-anak yang orang tuanya ekonomi lemah. Pertama pendidikan anak-anak ini difasilitasi diberi orang tua asuh untuk menjadi orang tua angkat dalam pendidikannya.
Memfasilitasi
anak-anak
yang
perbakat
dan
berprestasi, Misalnya menyekolahkan anak dan memberikan bantuan beasiswa selama dia bersekolah. Salah satu contoh adalah beberapa anak-anak dari provinsi Papua dan provinsi Papua Barat di sekolahkan di SMK bagimu negeri Semarang. Dari kedua Provinsi Papua Barat, masing-masing diambil lima-lima (5) orang. Provinsi Papua 5 orang, perempuan 1 dan laki-laki 4. Sementara itu Provinsi Papua Barat 5 orang (Papua Raja Ampat) semua perempuan, jadi keseluruhan kedua provinsi menjadi sepulu (10) orang. Kesepuluh anak ini diberi fasilitas sekolah yaitu di asramakan dan mendaptkan orang tua asuh. P3B juga tidak hanya mendatangkan para siswa saja tetapi memfasilitas tenaga pengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang, ia (YAM) merupakan guru bahasa inggris. Dalam pertemuan yang dilakukan di Jakarta pada tanggal 19 Sepetember 2010 untuk pergantian struktur pengurus baru P3B setelah diskusi panjang lebar mengenai rencana P3B dalam program yang akan dikerjakan sesi berikut memberikan kesempatan kepada para anggota yang hadir untuk mengemukakan pendapatnya mengenai organisasi P3B.
Salah satu peserta yang hadir adalah pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK bagimu negeri Semarang tersebut, sebelum dia memberikan komentar mengenai P3B ada salah satu perserta yang hadir yaitu mahasiswa anggota P3B yang berdomisi di Kota studi Salatiga yakni CM. CM medapat giliran untuk berpendapat mengenai P3B, ia maju kedepan lalu berkomentar “ya za (saya, dia CM) sebagai calon pengajar (guru) za (saya) harus maju kedepan dan memberikan komentar. Komentar za (saya) adalah bahwa vsis-misi P3B adalah sangat mulia karena P3B bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, sebagaimana za (saya) sebagai calon guru maju kedepan mendidik dan mengajar untuk memberikan pelayan yang optimal sesuai dengan visi-misi P3B. Apa yang dikemukakan CM tersebut karena dia mengambil program S2 manajemen pendidikan disalah satu perguruan tinggi swasta di kota studi Salatiga. Lain hal dengan giliran komentar yang diberikan YAM. YAM tidak maju kedepan, tetapi dia berdiri dibelakang dan dia beri komentar. Sebelum dia memberi komentar dia terlebih dahulu mengomentari apa yang disampaikan komentar terdahulu yakni CM. Dia (YAM) za (saya) tidak perlu maju kedepan, za (saya) beridiri belakang saja, karena za (saya) menjadi guru bukan hanya maju kedepan dan mengajar tapi seorang guru berdiri dibelakang dan mendorong anak didiknya untuk maju. YAM tidak setuju kalau seorang guru hanya berdiri didepan dan berbicara tanpa praktek, guru seharusnya mendorong anak didiknya dari belakang. Lanjut dia (YAM) bahwa
partisipasinya dalam komunitas P3B adalah proses belajar untuk pengembangan dirinya menjadi seorang guru yang professional. Za (saya) tidak hanya mengajar tetapi juga Za (saya) belajar dari anakanak sebab anak-anak yang sekolah di SMK di Semarang ini dari berbagai daerah yang ada di Indonesia sehingga sering kita sebut juga SMK mini. Za (saya YAM) selain mengajar Za (saya) boleh belajar karakter, watak, sikap dan kebiasan mereka selain itu juga za (saya) belajar budaya orang lain. Selanjutnya menurut ketua P3B (HW) menyatakan bahwa pemberdayaan pendidikan wirausaha pada akhirnya bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Mengurangi dan menanggulangi pengangguran serta mengurangi angka kemiskinan yang masih tinggi. Dengan berdirinya P3B ini Za (saya) harapkan dapat membuka akses masyarakat untuk belajar lebih banyak terutama kita anggota P3B. Belajar merupakan proses yang kita harus jalani untuk pengembangan diri atau pengembangan SDM (Human Wore) dengan pendidikan berbudaya dan berkarakter itulah yang menjadi budaya kita. Melalui pengembangan
organisasi
dan
manajemen
(software)
P3B
menanamkan budaya pendidikan berkarakter dan berintegritas serta bermental kuat. Kedua, P3B memfasilitasi dan menyalurkan guru-guru yang peduli akan pendidikan untuk masyarakat Papua Barat. Dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui proses yang dibentuk melalui organisasi ini. Contohnya adalah P3B menempatkan seorang pengajar (guru) bahasa inggris di salah satu sekolah swasta kristen di SMK di
Semarang, dimana sekolah ini menjadi bagian daripada mitra kerja atau ikut mendukung visi-misi P3B sehingga melalui hubungan kerjasama itu menerima beberapa siswa dan guru untuk belajar dan mengajar di sekolah SMK tersebut. Tujuannya adalah meningkatkan sumber daya manusia yang unggul. Ketiga
adalah
memberikan
pelayanan
yang
optimal
dan
meningkatkan kualitas sistem manajemen, memberikan pelatihan, meningkatkan pendidikan berbasis kompetensi yang berorientasi pada dunia kerja dan mandiri. Misalnya pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar, melatih, membina dan mendidik menjadi pelaku pembangunan dilingkungannya. P3B juga memberikan modal kepada pengusaha bagi pemula, modal kapital dalam bentuk uang maupun dalam bentuk modal sosial dilingkungannya dan memperkuat jaringan-jaringan sosial yang ada dimasyarakat seperti lingkungan gereja atau organisasi gereja, organisasi pemuda,lembaga masyarakat adat (LMA), kelompok mama-mama (ibu-ibu) atau kelompok yang paling dekat yakni kelompok keluarga. Sehingga menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman. Dan menjadikan pendidikan sebagai sumber sumber informasi dan pusat kebudayaan. Seperti yang dikemukakan Liek Wilardjo “kebudayaan ialah keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat, yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalamai modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi-kegenerasi”.
1
1
Liek Wilardjo, Pembangunan Nilai-nilai dan Keterasingan Orang Miskin. Dalam buku Membumikan Etika Lingkungan. Editor, budi widianarko 2011. Hlm 115.
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat melalui proses berpikir, berinovasi dan berkreasi. Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil, inovatif dan memiliki keahlian. Pendidikan kewirausahaan bertujuan untuk menghadapi persaingan di dunia kerja. salah satu anggota P3B yang berdomisili disalah satu kota studi yang di wawancarai peneliti yakni CM. Dia (CM) menyatakan bahwa: Pendidikan wirausaha mama-mama (ibu-ibu) pasar dilakukan supaya memiliki kompetensi keahlian wirausaha, karena potensi yang begitu besar yang dimiliki masyarakat lokal bisa dikelola dengan baik, misalnya sumber daya alam, dan sumber daya manusia.
Apa yang dikatakan CM tersebut bisa dibayangkan bahwa situasi dan kondisi masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha jarang sekali terlihat atau menonjol, dibandingkan dengan masyarakat pendatang. Masyarakat pendatang lebih mendominasi dibading masyarakat asli. Dalam penguasaan perekonomian di Papua Barat salah satu ciri yang paling menonjol dari masyarakat pendatang yang menurut CM adalah: 1. Mereka memiliki pendidikan dan pengetahuan yang cukup. 2. Mereka memiliki keahlian dibidang masing-masing yang dia geluti 3. Mereka membekali pendidikan dan pelatihan teknik usaha 4. Gerakan disiplin yang baik 5. Pengelolaan baik, efektif dan efesien
6. Pengembangan relasi dan jaringan dengan masyarakat, dunia usha dengan baik. 7. Mereka memiliki jiwa berbisnis atau berjiwa berdagang. Beberapa strategi tersebut menjadi senjata bagi pendatang untuk menguasai perekonomian di Papua Barat. Ada begitu banyak metode lain yang digunakan oleh mereka (pendatang) untuk menguasai perekonomian di Papua Barat, untuk itulah P3B terbentuk. Terbentuknya P3B juga berawal dari keprihatinan perkembangan ekonomi masyarakat Papua Barat. Hingga saat ini perekonomian dipegang oleh pendatng sehingga perlu ada upaya yang harus dilakukan sehingga P3B muncul untuk melakukan suatu gerakn sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat. Gerakan sosial P3B ini bertujuan untuk mengajak masyarakat Papua Barat agar masyarakat juga bisa meniru hal-hal positif yang dikembangkan oleh masyarakat pendatang. Untuk itu salah satu pola pembinaan yang dilakukan P3B terhadap anggotanya adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Contoh pendidikan wirausaha mamamama (ibu-ibu) pasar yang dilakukan tergambar di bawah ini:
Gambar 1.3. Mama-mama (ibu-ibu) Pasar foto bersama ketua P3B di Maybrat Sorong.
Sumber: Arsip P3B (2012)
Kempat, pendidikan dengan kurikum khusus yang dimaksud disini adalah seberangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan daripada program P3B, isinya bahan pembelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai kurikulum khusus sesuai tujuan dan waktu tertentu. Misalnya kurikulum berbasis lokal mengembangkan sumber daya alam, kearifan lokal yang mereka miliki, seni budaya, tari, serta mengembangkan sumber pengetahuan lokal seperti pengetahuan lokal (local knowledge), kearifan lokal (local wisdom), dan kecerdasan pikiran (local genious) yang mereka miliki. Hal ini dilakukan agar memanfaatkan sumber daya yang ada pada masyarakat lokal dapat dikembangkan melalui kolaborasi pengetahuan baru, (transfer nilainilai baru kedalam nilai-nilai lokal tanpa menghilangkannya).
Perubahan itu terjadi ada dorongan dari individu-individu oleh masyarakat Papua Barat yang mau menerima perubahan dengan nilainilai baru. Oleh sebab itu perubahan itu terjadi oleh individu-individu tersebut. Untuk menyikapi perubahan capital social dalam masyarakat di kampung-kampung. Untuk itu ada perubahan struktur sosial dalam masyarakat. Perubahan struktur sosial masyarakat Papua Barat tidak hanya terjadi pada kelompok atau struktur tetapi struktur terbentuk juga pada pola pikir individu dalam lingkungannya dan berpengaruh kepada lingkungan sekitarnya. Strategi gerakan sosial untuk perubahan masyarakat Papua Barat adalah produk perubahan yang direncanakan P3B untuk memaksakan masyarakat
Papua
Barat
pada
nasionalisme
ke
Papuaan.
Pembangunan yang sementara kita merasakan dan memperhatikan itu semua bersal dari kehendak di atas atau pemerintah saja, sementara program P3B mengarah kepada aspek pembentukan mentalitas
masyarakat
Papua
Barat
untuk
menjadi
pelaku
pembangunan dan perubahan itu sendiri. Di dalamnya aspek budaya, politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Hal itu menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat semakin tinggi terlibat dalam perubahan sosial dan perubahan struktur sosial masyarakat menuju masyarakat yang transformatif. Upaya yang dilakukan melalui pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan strategi pelatihan, pengembangan masyarakat dan kegiatan lainnya. Upaya-upaya yang dilakuan dengan strategi, belajar mengajar, menggunakan waktu, dan kegiatan lain difokuskan untuk pelatihan,
seminar, diskusi, pengembangan keterampilan, dan kegiatan-kegiatan lain. Selain itu pengembangan pemberdayaan masyarakat masuk dalam program P3B dan tidak terbatas pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi saja, tetapi juga memperkaya kemampuan anak didik dalam berbagai aspek. Proses belajar dalam komunitas dilakukan secara bertahap, mulai penyadaran dan pembentukan perilaku sadar dan peduli. Dan tahap transformasi kemampuan berpikir
atau
pengetahuan,
dan
meningkatkan
kemampuan
intelektualitas, untuk membentuk, kreatif, inovatif membawa kepada kemandirian secara individu-individu atau secara kelompok. Komunitas P3B mengarahkan anggotanya haruslah orang yang berpendidikan, bekerja keras, berintelektual.Tetapi dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang prof. Anderson dari university of California penelitian terhadap lebih dari 500 pelajar, akademisi dan pekerja,yang dipublikasikan di Jurnal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa “Mereka yang mempunyai rasa percaya diri lebih tinggi bisa mencapai status sosial yang lebih tinggi dibandingkan rekan mereka. Meskipun pendekatan mereka cenderung kurang bagus dan lebih banyak kesalahan, tetapi rekan-rekan mereka terus saja percaya bahwa mereka “hebat” atau ‘menyenangkan’. Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat,tingkat pendidikan atau kerja keras tetapi rasa percaya diri yang berlebihan, mereka yang mempunyai ego besar, dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik ke puncak profesionalitas mereka”.
2
2
Jurnal of Personality and Social Psychology . Riset prof. Anderson dari university of California. Riset ini dimuat dalam Majala Tempo.co.jakarta (2012). Dan peneliti memperoleh data dari milis P3B yang dikirim oleh ketua P3B.
Apa yang dikemukakan dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengaitkan perilaku atau sikap yang ditunjukan komunitas P3B. Memang kita harus akui bahwa perilaku atau sikap sudah mulai berubah seiring mengikuti arus perubahan, dan sebagian besar kita sudah maju dengan pemekaran kota/kabupaten maupun kecamatan tetapi kita tidak bisa memberikan yang terbaik pada diri kita dan sudara-sudara kita. Hal ini terlihat pada mental masyarakat yang dibentuk. Kita memperhatikan perilaku masyarakat dan terutama para pejabat yang bermental korup dan masuk dalam pusaran politik dan terjebak dalam lingkaran setan yang hanya mementingkan kelompok tertentu atau tuannya. Masyarakat Papua Barat mereka memiliki ilmu dan juga pendidikan yang tinggi tetapi lagi-lagi masalah percaya diri sangat kurang, faktor yang mempengaruhi ini baru bisa diketahui ketika masyarakat Papua Barat secara individu-individu atau kelompok masuk dalam lingkungan baru, misal pemekaran kabupaten/kota dan kecamatan yang terjadi diberbagai wilayah di Papua Barat. Kesiapan untuk membangun daerah tidak terlihat disana, masyarakat berpandangan
bahwa
mendapatkan kabupaten/kota ujung-ujungnya untuk menjadi seorang PNS atau menjadi seorang anggot dewan (DPR) dan ingin mendapatkan posisi yang menguntungkan dan menaikan status sosialnya. Namun hal lain yang tidak dapat diperhatikan adalah para pejabat atau para pengambil kebijakan adalah mengabaikan pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan dan ekonomi. Sejauh ini, jumlah orang asli Papua Barat yang bergerak dalam dunia bisnis
atau berwira usaha masih sedikit, pada hal potensi lapangan untuk mengembangkan sektor ini cukup besar. Hingga kini masih ada anggapan umum bahwa masyarakat asli Papua Barat tidak mempunyai bakat untuk berbisnis sehingga menutup kemampuan berwira usaha yang sebenarnya ada dalam diri mereka. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dalam P3B3, bahwa sering terlihat dalam komunitas, sikap yang diperlihatkan oleh setiap individu atau kelompok sangat beragam. Beragam sikap itu terlihat dari perilaku anggota yang tergabung dalam komunitas ini. Misalnya kadang ada yang bergabung lalu keluar, kadang terlihat serius tapi tidak serius, tidak memiliki ego besar, rasa percaya diri yang kurang atas dirinya, tidak konsisten, komitmen yang kurang, dan selalu terpancing untuk berada dalam kobaran emosi. Tidak seperti hasil riset yang dikemukakan oleh Prof. Anderson dari University of California tadi yang menunjukan bahwa mereka yang mempunyai ego besar, rasa percaya diri yang tinggi, mengelola bakat dan penilaian atas diri sendiri yang selalu meningkat secara konsisten naik puncak profesionalitas mereka dan ini tidak terlihat di dalam masyarakat Papua Barat dalam konteksnya.4 Bagaimana mungkin kita (masyarakat Papua Barat) memiliki pendidikan tinggi, berilmu, memiliki bakat alami, tetapi tidak diimbangi dengan apa yang disampaikan oleh peneliti tersebut yaitu “percaya diri” dan bekerja keras, maka jelaslah bahwa semua mimpi3
Sumber data dari data primer, hasil pengamatan yang dilakukan peneliti 2012. Sumber data dari Tempo.com. yang di Update dari Harry dan dikirim ke milist P3B 2012 4
mimpi akan menjadi sia-sia harapan dalam usaha. Ternyata rahasia kesuksesan seseorang bukanlah bakat, tingkat pendidikan atau kerja keras tetapi rasa percaya diri, akan membawa individu-individu pada kesuksesan.
Rasa
percaya
diri
membantu
individu-individu
mendapatkan status sosial. Kelima, komunitas ini kerjasama dengan operasi sekolah yang berbadan hukum, tujuan daripada itu adalah memberikan kepastian hukum kepada masyarakat bahwa P3B sebagai organisasi yang perbadan hukum maka P3B bekerjasama dengan badan-badan hukum lain untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan formal-informal. Kemitraan dan kerjasama ini diperlihatkan P3B dalam praktiknya. Contohnya adalah P3B bekerjasama dengan sebuah sekolah sawasta Kristen, menyekolahkan anak disekolah yang formal yang legal hukum, agar anak-anak mendaptkan pendidikan yang baik. Selain itu pendidikan informal yang dilakukan adalah pendidikan ekonomi berbasis wirausaha. Salah satu kegitannya adalah pelatihan pengantar manajemen organisasi dan kewirausahaan bagi kelompok mahasiswa yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, serta jiwa enterpreunership seluruh masyarakat Papua Barat. Dengan pelatihan anggota dalam kelompok agar dapat memahami apa arti pentingnya berkelompok (integrity), bagaimana mengelola kelompok dengan manajemen yang baik, sehingga kelompok terus maju, tumbuh dan terus berkembang mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan bagi semua. Melalui pelatihan-pelatihan dan pendidikan ekonomi
kepada
masyarakat
agar
dapat
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat. Melalui mekanisme ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk memecahkan masalah pokok ekonomi masyarakat Papua Barat, yaitu bagaiman produksi, konsumsi, dan distribusi. Maka perlu ada manajemen yang baik yang harus di upayakan P3B agar tercapai tujuan tersebut. Menumbuhkan kembangkan sikap kewirausahaan sosial, sehingga menumbuhkan etos kerja sama, tanggung jawab serta
semangat
melakukan usaha lebih baik dan terus menerus melakukan perbaikan kinerja individu maupun kinerja kelompok. Program pembinaan dalam P3B melalui pengembangan, pembinaan pendidikan keterampilan pengembangan masyarakat tergambar di bawa ini:
Gambar 1.4. Program Pembinaan yang dilakukan P3B Pemberdayaan (Empowerman t)
keterampilan (skill)
Meningkatkan kepercayaan
Deskripsi (Description) Mental (mental) Pengetahuan (Knowledge)
Pelatihan (training)
Bekerja keras
Kemampuan teknis (Technical)
Kemampuan fisik (physical)
Sumber: Arsip P3B (2012)
Dari bagan di atas memperlihatkan bahwa bagaimana upaya P3B melakukan strategi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui. Strategi itu dilakukan dengan, pelatihan (training) untuk pembekalan dalam dunia kerja. Mengajarkan bagaimana orang bekerja keras dalam usahanya, menumbuhkembangkan kepercayaan kepada anak didik, dan mengajarkan pendidikan budaya berkarakter, bermental kuat, berpengetahuan, memiliki kemampuan teknik maupun secara fisik. Dan P3B menjadi tempat untuk menyalurkan bakat, mendidik moral, mengasah kemampuan bermain di dunia bisnis hal dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi
tantangan
globalisasi
dan
memutuskan
angka
kemiskinan, dominasi orang lain, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
5.1.1.1. Aktor Pendiri perkumpulan Papua pusaka banggsa Harry wadjaja merupakan aktor playmaker, dia memiliki visi, kemampuan untuk mengenali kekurangan dan kelebihan masyarakat di tanah Papua Barat untuk membawa komunitas ini kearah perubahan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Sebagai seorang playmaker memiliki
karakter
kepemimpinan
yang
mampu
mendorong
anggotanya memberikan arah tujuan yang harus ditempuh. Seorang oktor seperti Harry Widjaja tidak saja memiliki karisma dan visi misi
saja tetapi dia seorang motivator yang mememberi semangat hidup bagi anak didiknya. Satu hal yang menarik bagi peneliti untuk mencoba mengamati setiap arahanya adalah kemampuan berpikir cepat akan langkah yang akan dilakukan dalam memaksimalkan kemampuan komunitasnya untuk bergerak mencapai tujuan. Harry Widjaja adalah aktor, dia berperan sebagai
pelaku dalam memecahkan masalah dengan
melibatkan anggota P3B, mitra kerja untuk memecahkan persoalan dan menyusun strategi dalam suatu usaha. Dia juga berperan karena intelektualitasnya. Intelegtualnya digunakan dalam berbagai tindakan dan membawa peran yang berbeda dengan dirinya dan berhasil dengan baik. Dia (Harry Widjaja) memberi contoh pada masyarakat Papua Barat dan pada khususnya mahasiswa yang tergabung dalam gerakan sosial ini bahwa seorang intelektual harus bertindak. Dia mengajarkan anggotanya bahwa tindakan yang harus dilakukan adalah tindakan dilapngan atau praktek. Bagaimana mempraktekkan tindakan kita dan kita harus membentuk pola pikir yang baik dan mengarahkan dengan kemampuannya dibidang masing-masing di geluti. Contoh bahwa seorang mahasiswa yang pendidikannya ekonomi di arahkan untuk menjadi seorang ekonomi yang handal. Seorang mahasiswa ijasanya sarjana pendidikan dia mengarahkan mahasiswa tersebut untuk menjadi seorang pengajar yang professional di dalam bidangnya, dibagian ini (pendidikan) ketua perkumpulan P3B menyatakan menjadi sorang guru atau pengajar harus mampu
membuat kurikum berbasis lokal, karena pendidikan kami selain mengarahkan kepada pendidikan formal kita mengajarkan pendidikan berbasis lokal, jadi seorang guru harus membuat kurikum sendiri. Seorang mahasiswa yang pendidikannya hukum ketua P3B mengarahkan untuk menjadi seorang pengacara untuk membela mereka yang lemah atau ditindas, misalnya ketua P3B mempersiapkan seorang mahasiswa yang pendidikannya sarjana hukum yakni MR. Setelah lulus sarjana MR dimasukan mengikuti tes pelatihan menjadi sorang pengacara, hal ini dilakukan agar MR dipersiapkan menjadi pengacara, dan menjadi pembela keadilan dan kebernaran di Papua Barat, MR menjadi orang hukum di program untuk hal-hal yang tidak benar. Dia tidak semata-mata memihak yang lemah tetapi memihak demi alasan yang lebih luas yaitu kesejahteraan masyarakat Papua Barat secara umum juga bahwa memihak kepada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Harry Widjaya membaktikan dirinya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan dengan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteks yang lebih luas, dengan mendidik anak-anak Papua Barat sesuai bakat dan minat maka anak-anak tersebut merupakan bagian daripada program keahlian, dengan harapan dapat memunculkan pekerja-pekerja yang handal dalam bidangnya. Ia (Harry Widjaja) melihat bahwa situasi dan kondisi yang dihadapi
masyarakat
Papua
Barat,
seperti
kemiskinan,
keterbelakangan, dominasi negara yang kuat terhadap masyarakat
Papua Barat, dan perekonomian yang hanya bisa dipegang oleh pendatang sedangkan masyarakat asli Papua Barat tidak berkembang dalam usaha perekonomiannya dan juga tidak ada ruang bagi masyarakat
menjadi
pengusaha
atau
pembisnis
sehingga
memperburuk situasi sosial masyarakat. Macetnya pemberdayaan ekonomi masyarakat karena adanya ketidakadilan yang terjadi di bumi Cenderawasih. Memperhatikan kondisi seperti itu tergeraklah hati Harry Widjaja untuk melalukan suatu pendekatan kepada masyarakat dengan membawa visi kepada masyarakat. Untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat Papua Barat, sehingga perlu ada upaya gerakan sosial yang harus dilakukan, maka didirikanlah suatu komunitas atau organisasi yang disebut dengan perkumpulan Papua bangsa (P3B). Gerakan mengacu pada pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat.
5.1.1.1a. Trajectory (riwayat) Harry Widjaja, yang merupakan pendiri dari P3B inipun bukanlah orang yang berasal dari Papua Barat, tapi ia ingin membangun masyarakat Papua Barat melalui komunitas yang ia bentuk. Melalui komunitas yang ia bentuk ini membahwa dua visi yaitu pendidikan dan
pemberdayaan
masyarakat.
Menurutnya
bahwa
hanya
pendidikanlah yang merubah nasib suatu suku bangsa. Dia (Harry Widjaja) dengan rendah hati mendekatkan diri kepada masyarakat Papua Barat melalui tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat, mahasiswa, kelompok pemuda dan keluarga, hal ini dilakukan karena
dia bukan berasal dari masyarakat Papua Barat yang hampir tidak dikenal. Dunianya bukan lingkungan itu membuatnya perlu mendekatkan diri melalui pendekatan seperti itu sehingga apa yang menjadi cita-cita Harry Widjaja untuk membangun masyarakat Papua Barat bisa terealisasikan atau bisa berjalan. Harry memberi alasan mengapa ia membentuk gerakan sosial P3B ia menyatakan bahwa” “Pembangunan sudah dan akan terus terjadi pada kehidupan masyarakat di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat, sudah tetapi belum, itulah realita yang nampak pada kondisi sosial budaya, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan di tingkat kampung. Papua Barat yang memiliki kekayaan alam berlimpah, tapi masyarakatnya hidup dalam keterbelakangan merupakan ironi yang memilukan. Sejumlah program untuk mengembangkan wilayah timur bumi Cenderawasih ini ternyata mengabaikan pemberdayaan lokal dan karakter setempat. Hal inilah membuat untuk berkontribusi memajukan masyarakat Papua”.
5
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa apa yang ia ingin melakukan adalah bagaimana membangun sumber daya manusia Papua Barat kedepan. Perkembangan generasi penerus perlu diupayakan melalui pendidikan formal maupun nonformal sehingga melalui pengetahuan yang mereka peroleh benar-benar hal itu menjadi senjata untuk mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia kerja. Ketika mendeteksi pengetahuan di tanah Papua Barat sangat memprihatinkan. Keprihatinannya adalah terhadap pendidikan, karena pendidikan adalah untuk menciptakan sumber daya manusia handal, karena 5
Hal ini disampaikan dalam acara pertemuan P3B di asrama Mansinam Papua Barat di Salatiga
pengetahuan adalah kekuasaan artinya, pengetahuan mendorong orang untuk bisa berkuasa sehingga mampu menentukan dirinya, atau, sekurang-kurangnya ia tidak sepenuhnya di bawah dominasi orang
lain.
Bisa
juga
berarti,
orang
yang
berpengetahuan
berkesempatan menguasai orang lain. Mereka yang memiliki pengetahun dapat menaklukan orang lain,bahkan menentukan hidup matinya orang-orang tersebut. Bisa juga dibaca secara negatif bahwa orang yang tidak berpengetahuan cenderung tidak berkuasa sehingga mudah di kendalikan oleh orang lain yang berpengetahuan. Tidak bisa disangkal bahwa dia bukanlah seorang putra Papua Barat tetapi dia memberikan hidupnya untuk masyarakat, dia merindukan masyarakat Papua Barat tetap mempertahankan identitasnya sebagai suku bangsa Papua Barat yang sudah tinggal lama disitu. Masalah sosial begitu rumit yang dihadapi masyarakat Papua Barat membuat Harry Widjaja membentuk suatu gerakan sosial Papua Barat yaitu perkumpulan Papua pusaka bangsa. Gerakan sosial ini merujuk pada tindakan kolektivitas dan dipahami sebagai uapaya untuk melindungi masyarakat asli Papua Barat dari ketertindasannya. Maka upaya yang dilakukan adalah program pembinaan dan program
pembinaan
tidak
terbatas
pada
pendidikan
dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat saja tetapi dalam berbagai aspek. Dengan menyesuaikan bakat dan minat anak didik. Misalnya menggunakan milist P3B hal ini dilakukan untuk memberikan pemahaman
kepada
setiap
anggotanya
untuk
bagaimana
memanfaatkan teknologi internet untuk berkomunikasi, melalui
komunitas virtual memberikan pengetahuan baru yakni bagaimana menggunakan internet. Dalam menggunakan teknologi informasi anggota P3B dapat menggunakan melalui E-mail, Yahoo Messenger, Facebook, google, dan twitter. Hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi dan juga memberikan pendidikan agar mendapat pengetahuan baru melalui penggunaan teknologi komunikasi. Gerakan sosial memiliki jaringan sosial berbagai daerah maka fungsi daripada gerakan sosial adalah bagian dari transformasi pengetahuan/perubahahn transformasi perubahan. Dengan tujuan itu gerakan kebaruan dalam membentuk jaringan sosial diberbagai daerah luar maupun dalam negeri membentuk suatu koneksi sosial. Bukan hanya itu saja tetapi itu bagian dari perubahan sosial masyarakat. Oleh karena itu proses gerakan ini dilakukan oleh mereka yang mengerti arti daripada gerakan sosial yang dilakukan oleh komunitas ini. Gerakan ini boleh dibilang gerakan praktek sehari-hari dilapangan, dengan keyakinannya dan tujuan yang ingin dicapai adalah transformasi Papua Barat. Setiap anggota P3B yang berlatar belakang apapun bisa menggunakan teknologi informasi supaya dapat memberikan pengetahuan untuk bisa menggunakan teknologi komunikasi yang ada guna memperlancar komunikasi anggota. Dengan tujuan tersebut ketua perkumpulan (HW) membentuk Milist komunitas Papua Pusaka Bangsa (P3B) seperti contoh gambar di bawah ini:
Gambar 1.5. Milist Komunitas Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B)
Sumber: Mailing list P3B (2012) (Data di peroleh dari olahan Jeni dalam skripsi, (2012)
Selama ini komunikasi dalam komunitas ini dilakukan terutama melalui media mailing list dan Blackberry Messenger Group. Perbedaan dari penggunaan kedua media ini terletak dari banyaknya anggota yang tergabung di dalamnya. Bila di mailing list dapat menampung hingga ratusan anggota, di dalam Blackberry Messenger Group hanyalah anggota P3B yang menggunakan ponsel Blackberry. Namun dibatasi lagi menjadi hanya maksimal menampung 30 (tiga puluh) anggota sesuai dengan kapasitas dari Blackberry Messenger Group itu sendiri. Sehingga Blackberry Messenger Group ini tidak dapat menjangkau semua anggota P3B. Perbedaan lain dalam
penggunaan kedua media ini juga terletak dalam informasi didiskusikan didalamnya. Bila di mailing list, informasi yang didiskusikan selalu diperbaharui dan merupakan media komunikasi bagi P3B secara keseluruhan untuk membicarakan Sedangkan
tentang
dalam
perkembangan
Blackberry
kegiatan-kegiatan
P3B.
topik
yang
Messenger
Group,
didiskusikan lebih kepada kabar tiap anggota secara kesehariannya. Gaya komunikasi dalam kedua media ini juga sangat berbeda satu dengan yang lain. Bila diskusi dalam Blackberry Messenger Group, anggotanya mayoritas adalah mahasiswa dan juga gaya bahasanya lebih formal. Banyak emoticon yang bervariasi sehingga jauh dari kesan formal. Didalam mailing list, anggota yang berpartisipasi lebih bervariatif. Mahasiswa, pengusaha ataupun pegawai negeri secara bergantian berpartisipasi dalam mailing list ini. Bahasa yang digunakan dalam mailing list ini cenderung lebih formal, karena minimnya emoticon, panggilan formal kepada orang yang lebih tua serta
susunan
kata
yang
menggunakan
EYD
(Ejaan
Yang
Disempurnakan).6 Bila di beberapa komunitas virtual lainnya memiliki beberapa orang yang ditugaskan menjadi aktor, maka di komunitas virtual P3B yang bertugas menjadi aktor hingga saat ini hanya satu orang saja, 6
Data diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan Jeni dalam skripsi dengan topik skrip “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B) 2012.
yaitu ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (Harry Widjaja). Sebelum kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berjabatan sebagai Ketua Umum. Sementara dalam kepengurusan P3B yang baru ini, Harry Widjaja berposisi sebagai penasehat sekaligus sebagai selektor untuk investor yang ingin bekerja sama atau bergabung dengan P3B. Ketua P3B adalah
aktor
dalam
komunitas
virtual,
ketua
P3B
menjadi
administrator yang mengatur jalannya gerakan sosial P3B dan sekaligus menjadi moderator yang mengurus keanggotaan dalam komunitas ini. Dalam tugasnya sebagai administrator dan moderator komunitas virtual P3B, Harry mengajurkan anggota P3B untuk tidak bertingkah bersifat konfliktual berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Harry Widjaja terlahir di Cirebon pada tahun 1972, dari keluarga berdarah Tionghoa yang berdomosili di Cirebon. Masa-masa pendidikannya dihabiskan lebih banyak di Cirebon, dari taman kanakkanak sampai dengan sekolah menengah atas. Harry
saat ini
berprofesi sebagai dosen serta seorang penulis. Harry pada awalnya tidak pernah memiliki cita-cita untuk dapat bekerja
dalam
pengembangan masyarakat Papua Barat. Alumnus dari salah satu universitas swasta ternama di Jakarta ini, lulus sebagai sarjana Teknik Informatika. Ia baru mulai memiliki keinginan untuk berkontribusi bagi Papua Barat setelah kunjungannya ke Papua Barat dalam kurun waktu beberapa tahun. Kunjungan pertamanya di tahun 1999, lalu dilanjutkan dengan tahun 2000 dan 2001. Pada tahun-tahun tersebut,
Harry mulai mengunjungi berbagai kabupaten, desa-desa, dan pegunungan yang ada di Papua Barat karena diajak oleh seorang pemuka agama Kristen yang memiliki sebuah sekolah di pedalaman Papua Barat. Masa pertimbangannya untuk semakin serius bekerja
bagi
pengembangan Papua Barat terjadi pada tahun 2006 sampai dengan 2008 saat dirinya kembali mengunjungi 10 (sepuluh) kabupaten, pegunungan dan pulau-pulau dalam rangka menulis biografi seorang tokoh di Papua Barat. Setelah kunjungannya inilah ketua P3B mulai merasa menerima konfirmasi bagi dirinya untuk fokus berkontribusi dalam membangun Papua Barat melalui jalur ekonomi dan pendidikan bagi putra putri Papua Barat. Dalam diskusi P3B di kampus UKSW Salatiga, ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa menyatakan bahwa komunitas P3B adalah bentuk komitmen saya untuk mengembangkan sumber daya manusia Papua Barat yang mandiri dalam bidang ekonomi dan pendidikan”. Hal ini sering dikemukakan di setiap ada pertemuan, tujuan adalah agar masyarakat atau mahasiswa Papua Barat mengerti apa tujuan daripada gerakan sosial P3B yang dibentuknya itu. Dia membentuk
komunitas ini untuk membangun sebuah
perkumpulan bagi orang-orang yang juga ingin bekerja untuk membangun Papua Barat, sama seperti dirinya. Putra-putri Papua Barat yang tergerak hati untuk membangun masyarakat Papua Barat maka terbentuklah perkumpulan ini perkumpulan inilah yang peneliti sebut dengan gerakan sosial P3B sedangkan sebutan dalam komunitas
ini sendiri adalah perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B), atau sering dalam komunitas ini dengan jargonnya disebut transformasi Papua Barat. Untuk memperlancar komunikasi yang efektif diantara anggota dan masyarakat yang tergabung dalam gerakan social atau gerakan moral ini, pada tahun 2009, ketua perlumpulan membentuk grup milist (mailing list) P3B. Tujuannya dalam membentuk komunitas virtual ini adalah sebagai forum komunikasi dan informasi melalui internet bagi setiap anggota P3B yang tersebar di berbagai daerah baik di Papua Barat, di berbagai daerah di Indonesia maupun di luar Indonesia. Dari awalnya, ketua P3B sudah menjadi moderator dan administrator komunitas virtual yang berbentuk milist ini.
Selain
sebagai pendiri, ketua P3B dalam kesehariannya saat ini menjabat sebagai penasehat di komunitas P3B. Secara informal, ia dianggap sebagai
pembimbing anggota P3B. Sebagai moderator dan
administrator, tugas ketua P3B dalam milist P3B adalah sebagai pembuat milist, menyaring setiap anggota yang ingin bergabung dalam milist P3B, serta menghapus postingan yang setelah di-review dianggap mengandung unsur negatif. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jeni dengan judul skripsinya “Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa
(P3B)”.7 Dalam temuan penelitiannya bahwa: setiap minggunya, Harry yang juga adalah ketua perkumpulan P3B rata-rata memposting sebanyak 7 (tujuh) kali. Dari segi jumlah, ketua P3B adalah anggota komunitas yang paling sering melakukan posting di mailing list ini, yaitu sebanyak 134 (seratus tiga puluh empat) kali sejak pergantian pengurus. Topik-topik yang diposting olehnya adalah mengenai informasi perkembangan kegiatan-kegiatan P3B, berita terbaru tentang perkembangan pendidikan,ekonomi, dan sosial di Papua Barat. Postingan Harry belakangan ini adalah tentang update sekolah EUP (Emsyk Uni Papua) yang bekerja sama dengan P3B. Selain itu, ketua Harry juga kerap memberikan komentar atau me-reply postingposting yang dilakukan oleh anggota lain. Biasanya, Harry merespon posting yang berisikan tentang fenomena atau kejadian di Papua yang membutuhkan tindakan langsung dari P3B ataupun menanggapi berita-berita politik yang berhubungan dengan sikap politisi di Papua. (beri contoh beberapa reply yang dilakukan Harry). Dalam penggunaan teknologi komunikasi, Harry dapat menggunakan Blackberry Messenger melalui smart phone. Ia juga berkomunikasi online dengan menggunakan E-Mail (ia memiliki akun Yahoo Mail) dan layanan instant messaging seperti Yahoo Messenger dan Google talk, serta media sosial seperti Facebook dan Twitter.
7
Sumber data diperoleh dari hasil Penelitian terdahulu Jeni dalam skripsinya“Motivasi Dan Hambatan Untuk Berpartisipasi Dalam Knowledge Sharing Pada Komunitas Virtual Papua Pusaka Bangsa (P3B, 2012)
5.1.1.1b. Habitus (arena/lingkungan) Habitus dalam suatu kelompok menjadi dasar perbedaan gaya hidup dalam suatu masyarakat, gaya hidup dipahami sebagai keseluruhan selera, kepercayaan dan praktis sistematis yang menjadi ciri suatu kelas. Perlu diperhitungkan masuk di dalamnya ialah opini publik, keyakinan filosofis, keyakinan moral, selera estetis dan juga makanan, pakaian, budaya. (Bourdieu.1994:23-25)8. Dengan memperhatikan dari sudut pandang di atas, peneliti memperhatikan atau mengamati perilaku atau gerak masyarakat dengan pelaku dalam komunitas P3B. Dalam komunitas ini aktor atau pelaku menjadi penggerak utama dalam komunitas. Prinsipnya adalah dengan terbentuknya struktur-struktur masyarakat dalam komunitas ini akan menjadi prinsip penggerak dan pengatur praktik-praktik di lapangan kerja. Dimana praktik-praktik hidup itu diparaktikan oleh individu-individu dalam komunitas P3B. Praktik-praktik individu itu menjadi suatu budaya yang dapat disesuaikan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini perkembangan budaya dapat kita lihat dengan cara bagaimana budaya tersebut beradaptasi dengan masyarakat secara individu itu sendiri. Habitus merupakan kebiasan atau hasil keterampilan yang ditampilkan oleh tindakan praktis. Tindakan praktis ini yang kemudian diperlihatkan oleh ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa (P3B). Dia 8
9
Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal
memperlihatkan kemampuannya berkembang dalam lingkungan sosial masyarakat. ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa ini menjadi pionir. Dia membuat improvisasi secara kreatif, membentuk karakter anggota, menyusun strategi, dan membentuk struktur sosial masyarakat. apa yang dia meyakini dia melakukannya, dengan apa yang dia percayai dengan kebebasan kreatif. Jadi disini habitus menjadi sumber penggerak tindakan, pemiran dan representasi pembatinan. Pemikiran Harry Widjaja membuka cakrawala pikir masyarakat dalam dunia usaha kepada mahasiswa dan masyarakat Papua Barat. Hal ini dilakukan dengan penafsiran untuk memahami dan menilai realitas
yang terjadi
di
masyarakat
Papua
Barat,
sekaligus
menghasilkan praktek-praktek kehidupan yang sesuai dengan struktur sosial masyarakat. Dalam konteks ini sosialisasi bisa lebih jelas dipahami apa tujuan dan motif yang akan dilakukan oleh komunitas P3B. Dengan cara itu individu memahami tindakan dan praktipratiknya. Tekanannya pada nilai atau norma itu mau menggaris bawahi ranah yang berupa kerja. Efektif berbagai perilaku yang berkaitan dengan perasaan perilaku yang menjadi kegitan pikiran. Dengan menolak kebiasan-kebiasaan yang ada dalam lingkungan kebudayaan masyarakat. secara pola hidup yang berkemabang pada manusia. Habitus memandang manusia sebagai individu yang memiliki kehidupannya sendiri tanpa kelompok. Hal ini dikarenakan pandangan habitus terhadap keberadaan manusia yang dilihat secara subjektif.
Ketua P3B membentuk suatu organisasi ini berawal dari keprihatinannya, ketika dia berangkat ke Papua Barat untuk mengunjungi sekolah berasrama dan kehidupan masyarakat asli Papua Barat. Sejak pertama kali dia melihat keadaan anak-anak Papua Barat tersebut hati dia tergerak untuk berbuat sesuatu untuk masyarakat Papua Barat. Dengan jalan yang ia yakini bahwa untuk membangun masyarakat Papua Barat adalah dengan pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Papua Barat perlu ada transformasi, transformasi sebuah gerakan sistem moral pemersatu kebangkitan spirit Papua Barat pasti bisa untuk bangkit dan membangun jawaban Papua Barat masa kini dan masa depan. Dimana pembangunan yang sesungguhnya adalah pembangunan orang asli Papua dengan pendidikan sebagai kunci masa depan yang harapan dan pemberdayaan ekonomi yaitu kemampuan untuk memasuki kesejahteraan suku-suku bangsa di provinsi Papua dan provinsi Papua Barat. Ide atau gagasan itu tidak hanya datang begitu saja tetapi dari keprihatinan persoalan masyarakat Papua barat yang dialami. Ketika sumbangan pemikiran itu datang dari diri sesorang, maka hal itu salah satu bentuk reaksi dari sikap yang ditunjukan dengan tindakan bermakna bagi masyarakat Papua Barat. Tindakan refleksi seseorang seperti inilah yang disebut Bourdieu habitus9. Menurut Bourdieu bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis (tidak harus selalu disadari) yang kemudian 9
Kritik terhadap neo-liberalisme. Jurnal Basis Edisi khusus piere Bourdieu 2003.hal 10.
diterjemahkan menjadi suatu kemampuan yang kelihatannya alamiah dan berkembang dalam lingkungan sosial tertentu. Sikap yang ditunjukan oleh ketua P3B adalah sikap individunya yang kemudian mempengaruhi individu yang lain, individu terhadap individu atau individu terhadap kelompok atau kelompok-terhadap kelompok. Setiap ada diskusi apa yang disampaikan ketua P3B adalah bagaimana seorang mahasiswa dengan intelektualitasnya harus bersikap dan bertindak menggunakan intelektual demi nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini dikemukakan dengan ungkapan bahwa: “Hal ini untuk menjawab panggilan saya untuk berkontribusi memajukan 10
masyarakat Papua”.
Apa yang dikemukakan ketua P3B di atas, pernyataan itu menunjukan adanya disposisi ketua P3B dalam menentukan arah orientasi sosialnya atau aktivitasnya. Cita-cita, selera, cara berpikir, etos dan sebagainya akan menunjukkan sikap. Jadi sikap yang ditunjukan ketua perkumpulan P3B itu kecenderungan dengan persepsi, dia merasakan apa yang dia lakukan, dan berpikir apa yang dia lakukan dalam tindakannya. Dengan kata lain dia memberikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat. Dengan bervisi jangka panjang, tidak berpikir sempit, berani memikul tanggung jawab sosial yang menyeluruh, itulah panggilan profesionalisme yang ia tunjukan dengan intelektualitasnya. Dia seorang pengusaha namun dia tidak meletakkan diri pada satu
10
Dalam skripsi Jeni. Wawancara dengan HW yang dilakukan Jeni pada tanggal 12 Agustus 2011.
ideologi saja, untuk menjalankan panggilannya itu dengan berpihak pada, humanism, solidaritas antar anggota masyarakat, membuat jaringan sosial, dan perjuangan hak-hak masyarakat asli Papua Barat seperti hak ekonomi, hak pendidikan, kultur, dan aspirasi masyarakat setempat yang penuh toleransi dan anti kekerasan. Dengan
fokus
perjuangan
dibidang
pendidikan
dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Strategi pendidikan tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Sedangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat
membangun
usaha
ekonomi
yang
mandiri
dan
berkelanjutan. Disinilah justru mendapat tantangan bagi komunitas yang dipimpinnya. Berbagai tantangan yang dihadapi misalnya berhadapan dengan mereka yang berpikiran sempit terhadap visi-misi daripada gerakan sosial P3B ini. Musuh tidak hanya datang dari eksternal saja tetapi juga dari internal. Misalnya musuh eksternal adalah, sikap curiga terhadap komunitas P3B, berkaitan dengan politik, sikap yang tidak mendukung, ideologis,
egois, fundamentalis, hanya melihat
kepentingan jangka pendek belaka. Sedangkan musuh internal adalah sikap yang intoleran, partisipasi anggota yang kurang, tidak memiliki ambisi secara individu, tidak kreatif, tidak punya ide, bahasa, komunikasi yang terputus.
Tindakan atau cara pandang tersebut dikondisikan oleh individu lain dan itu merupakan kondisi dia yang secara pribadi yang bisa saja tidak sesuai dengan secera paraktek dan teorinya secara budaya. Sehingga seorang pribadi ini juga dapat memutuskan jalan hidupnya sendiri
tanpa
mempedulikan
orang
lain
yang
ada
dalam
lingkungannya. 5.1.1.2. Tujuan atau target yang akan dicapai Tujuan yang ingin dicapai adalah membantu dan memfasilitasi masyarakat Papua Barat memperoleh pendidikan yang tepat dan berguna baik untuk kepentingan lokal dan internasional melalui pelatihan dan pendidikan formal-informal. Melalui pendidikan holistic ,tepat, baik dan utuh bagi masyarakat Papua Barat. Melalui pendidikan yang holistic diharapkan masyarakat Menjadikan Papua Barat mampu berhubungan dengan masyarakat lainnya secara proporsional dan mampu menentukan sendiri nasibnya terlepas dari ketergantungan sistem dan berbagai perbedaan nilai-nilai moral dan etika yang ada. Melalui pendidikan masyarakat Papua Barat sebagai sumber aset bangsa Papua Barat dan menjadi harapan akan hari esok. Melakukan transformasi masyarakat Papua Barat melalui bidang pendidikan. Dan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan. Upaya ini dilakukan mengajak masyarakat Papua Barat untuk mau belajar dan tetap belajar karena belajar merupakan suatu proses interaksi sosial dalam setiap lini kehidupan.
Tujuan dari pada itu menurut ketua perkumpulan Papua Pusaka Bangsa bahwa, proses belajar dapat berlangsung jika dalam diri anda (masyarakat/mahasiswa) tumbuh rasa ingin tahu, mencari jawaban atas persoalan yang menjadi masalah bagi masyarakat Papua Barat dia harus sensitif terhadap persoalan yang anda rasakan dan anda peka terhadap masalah. Dan tidak hanya peka dan sensitif saja namun anda bekerja keras untuk membangun Papua Barat melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Anda menemukan jawaban atas pertanyaan dalam hidup anda. Hal itu bisa terjadi ketika anda melakukan suatu perubahan pola pikir anda, perilaku anda cara pandang anda terhadap dunia dimana anda tinggal. Proses pendidikan, termasuk di dalamnya pendidikan dan pelatihan, pada umumnya sangat bersifat individual, dan kurang menekankan pada belajar kelompok. Selain itu proses pendidikan biasanya hanya berfokus pada pengembangan aspek kognitif. Sementara kalau kita menggabungkan modal manusia, maka modal manusia adalah bagian dari proses yang tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga bersifat efektif. Maka pengembangan modal sosial muncul di dalam kelompok gerakan sosial P3B. Karena dari sini menghasilkan kerjasama antar individu, oleh karenanya pembentukan modal manusia dengan melibatkan sejumlah orang yang bekerjasama dalam komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa ini. Dari hasil pengamatan peneliti dalam komunitas ini menunjukan bahwa mereka belajar bersama dalam kelompok (learning group) kerja kelompok itu dapat meningkatkan hasil kerja kelompok dan
perasaan menyatu dalam organisasi tersebut. Hal inilah yang diterapkan oleh komunitas P3B bahwa usaha perbaikan pendidikan harus merupakan sistem yang logis, sehingga bagian-bagiannya berkaitannya satu dengan yang lainnya bisa terjadi kesinambungan. Rasa solidaritas sosial dan kekuatan masyarakat semakin bertumbuh.
5.1.1.3. Isu yang diangkat. Perencanaan
strategi
P3B
lebih
memfokuskan
pada
pengidentifikasian masalah yang terjadi di Papua Barat dan pemecahan isu-isu, lebih menekankan pada penilaian
terhadap
lingkungan di luar dan di dalam organisasi dan berorientasi pada tindakan. Isu-isu yang diangkat antara lain adalah, pendidikan (education),
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
(Empower
Economic) dan kesehatan (health). ketiga hal tersebut di atas menjadi isu utama dalam gerakan sosial P3B, misalnya pendidikan. Pendidikan sangat diharapkan oleh warga Papua Barat untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan berkualitas, untuk menumbuh-kembangkan tumbuhnya daya nalar, kreativitas dan inovasi masyarakat Papua Barat. Sementara itu peningkatan
status
ekonomi
dimaksudkan
untuk
memberi
kesempatan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Dan masyarakat Papua Barat selayaknya mendapatkan pendidikan berbasis ekonomi yang terarah sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sedangkan peningkatan status gizi dan
kesehatan tergantung dari banyak sektor dan faktor, misalnya faktor status sosial ekonomi, pertanian, perikanan, peternakan dan lainnya. Hal tersebut di atas sudah dikemukakan juga oleh seorang dokter. John Manangsang dia tidak membahas dalam unsur pengalaman medis saja tetapi dia juga membahas dari sudut pandang lain yaitu sosio ekonomis, kultur dan geografis serta faktor-faktor lingkungan yang ada di dalamnya. Misalnya Manangsang menulis dalam bukunya “Papua Sebuah Fakta dan Tragedi Anak Bangsa”11 (2007), dia menyatakan disana bahwa pembangunan Papua pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Papua itu sendiri. Melalui pendidikan, peningkatan status ekonomi, peningkatan status gizi dan kesehatan. Sesungguhnya hal itu menunjukan bahwa memang masyarakat Papua Barat lemah dan terpinggikan oleh sistem birokrasi pemerintah daerah, yang hanya memberikan ruang kepada pemodal agar itu menjadi sumber pemasukan pendapatan daerah dan masyarakat tidak memiliki ruang sehingga sulit untuk mengakses perjuangan hidup mereka. Sebab perlindungan sosial terhadap masyarakat lemah, inilah yang menjadi fokus perhatian organisasi. Atas dasar itulah komunitas ini digiring kepada suatu gerakan moral yaitu gerakan sosial P3B, gerakan ini membentuk suatu gerakan baru yaitu gerakan transformasional masyarakat Papua Barat, hal itu dilakukan untuk menyadarkan kepada masyarakat. Hal tersebut
11
Refleksi 15 tahun pasca kisah nyata: “cacatan seorang dokter dari Belantara Boven Digul dan komentar para pakar Indonesia.
dilakukan agar ada penyadaran diri dari masyarakat untuk merubah cara pandang, menentukan sikap kearah yang lebih baik
5.1.1.4. Modal (Kapital) untuk mencapai tujuan Kapital manusia (human capital) menunjuk kepada kemampuan yang dimiliki seseorang melalui pendidikan, pelatihan dan atau pengalaman dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan yang perlu untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam Lawang (2005: 13). Selanjutnya Luthans (2006:44) dalam bukunya” Perilaku Organisasi” ia menyatakan bahwa modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja perusahaan. Dengan artian bahwa sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui pengalaman, pendidikan, keahlian dan ide mereka. Kedua narasumber mengemukakan pendapat di atas peneliti mengaitkan kepada apa yang dikerjakan atau dilakukan oleh komunitas P3B adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat di sektor pendidikan dengan sumberdaya manusia sebagai fokus intinya. Hal ini dilakukan untuk memberikan kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat suatu wilayah, melalui peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Maka anggota P3B diharapkan menemukakan cara pandang dan keahlian yang dimiliki mendorong dia untuk partisipasif dalam organisasi dan mengerjakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tahun 2009, ketua P3B membawah anak-anak yang kurang mampu dari Papua barat dan
memasukkan anak-anak tersebut ke sekolah menenga kejuruan bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa ke 10 anak siswa tersebut masing-masing dari, provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5 anak. Anak-anak tersebut di asramakan di SMK bagimu negeri Semarang. Ketua P3B tidak hanya membawa siswa namun ketua P3B juga membawa pengajar atau guru bahasa inggris asal Papua Barat untuk mengajar di SMK bagimu negeri. Ini salah satu upaya-upaya yang dilakukan oleh P3B untuk mendidik dan mengajar anak-anak dan masyarakat Papua Barat. Sekolah bagimu negeri di Semarang salah satu sekolah yang menghimpun anak-anak yang kurang mampu untuk bersekolah. Dalam diskusi di Jakarta taggal 19 september 2010 ketua P3B yang juga adalah pendiri organisasi ini memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk berpendapat tentang organisasi P3B. Peserta yang hadir adalah satu pengajar asal Papua Barat yang juga mengajar di SMK Bagimu Negeri Semarang: Dia senang sekali pak Harry membawa dia ke sekolah SMK bagimu negeri Semarang untuk menjadi pengajar adalah suatu hal baru bagi dia. Di luar Papua Barat mendapatkan kesempatan dan pengalaman baru itu hal yang luar biasa bagi dia. Tidak banyak orang Papua Barat yang mendapat kesempatan untuk mengajar di luar Papua Barat.
Apa yang dikemukakan salah satu pengjar asal Papua Barat itu memang benar adanya bahwa tidak semua orang Papua Barat mendapat kesempatan mengajar di luar dari Papua Barat. Baik di negeri maupun swasta. Kebanyakkan mahasiswa asal Papua Barat yang mendapatkan gelar sarjana pendidikan pasti pulang ke daerah
dan menjadi guru di daerahnya, dan memang itu harus dilakukan untuk membangun daerahnya sendiri. Namun adapun pengalamanpengalaman mengajar yang dari luar pun perlu diperhitungkan, sebab hal itu akan memberikan pengalaman kerja dalam hidupnya dan merasakan bagaimana mendidik dan mengajar masyarakat. Dengan pengalaman dan ilmu yang dimiliki dia akan melakukan pekerjaan organisasi dengan baik di suatu lingkungan baru. Yang diharapkan P3B adalah bagaimana anak-anak didiknya mendapatkan pengalaman dan hal baru dalam hidupnya agar itu dikembangkan dalam organisasi dan itu salah satu kunci keberhasilan dalam hidupnya sehingga membangun suatu hubungan modal sosial, membangun kebersamaan, dan kepercayaan diri dan pada tindakan kolektif di dasari rasa saling memperayai untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam organisasi.
5.1.1.4a. Modal Sosial Untuk mencapai suatu tujuan modal sosial sangat dibutuhkan. Oleh karena itu partisipasi kelompok masyarakat Papua Barat dalam suatu organisasi ini sangat penting karena untuk mewujudkan suatu misi organisasi parsipasi dalam suatu jaringan sosial sangat dibutuhkan karena modal sosial tidak hanya dibentuk oleh suatu individu melainkan kelompok untuk bersosialisasi, maka itu P3B membangun jaringan dengan kelompok atau individu lain untuk menjadi satu kekuatan mendorong organisasinya untuk mencapai tujuan.
Dari beberpa pendapat ahli sosiologi misalkan Putnam, Coleman, Fukuyama dan ahli sosiologi lainnya juga sepakat bahwa kerjasama masyarakat atau organisasi sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi atau lembaga. Masyarakat selalu berhubungan dengan masyarakat yang lain untuk membangun suatu jaringan sosial. Dalam konteks itu P3B melakukan fokus utamanya bagaimana anggotanya dilatih, di-didik melalui pendidikan formal-nonformal menekan pada dimensi yang luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk memperjuangkan tujuan dari pada organisasi tersebut. Hal terpenting bagi P3B adalah bagaimana mendekatkan diri kepada masyarakat, melalui kelompok-kelompok yang sudah ada misalnya kepala kampung, keluarga, organisasi gereja, lembaga masyarakat adat. Tidak hanya pada kelompok saja tetapi P3B mendekatkan diri kepada individu-individu yang ada di masyarakat. Individu-individu tersebut dikelompokkan menjadi satu kesatuan kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk mencapai tujuan bersama. Komunitas ini melihat setiap individu dan kelompok masyarakat yang ada di Papua Barat adalah suatu modal sosial yang perlu dikembangkan. Intinya bahwa setiap insan yang ada di Papua Barat adalah modal untuk jadikan sebagai kelompok sosial masyarakat yang dibergunakan sebagai mitra kerja yang artinya bahwa konsep modal sosial menekankan kepada hubungan kerjasama dan kebersamaan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diusahakannya.
Menurut para ahli sosiologi bahwa modal sosial tidak dibangun hanya oleh suatu individu, melainkan kecederungan tumbuh dalam kelompok. Dalam artinnya bahwa bagaimana modal sosial dibangun kemampuan masyarakat Papua Barat dalam suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jarinagn sosial untuk mencapai suatu tujuan. Fukuyama dalam Hasbullah (2006:8) menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di dalamnya di ikat oleh nilai-nilai dan norma yang tumbuh dan di patuhi. Untuk menumbuhkembangkan rasa solidaritas terhadap komunitas P3B. Modal sosial yang dikembangkan komunitas ini adalah, Pertama modal berdasarkan kepercayaan, trust inilah yang sering ketu perkumpulan Papua pusaka bangsa kemukakan bahwa bahwa kita harus menga kepercayaan satu sama yang lain, alasan yang sering dikemukakan adalah berdasarkan beberapa anggota P3B yang berpegang teguh komitmen. Hal ini memberikan alasan bahwa dengan kepercayaan itu dia (ketua P3B) telah berhasil membina anak didiknya menjadi seorang pengusah kontraktor di Jayapura dan seorang pengusaha muda di Sorong hal itu terjadi karena kepercayaan yang mereka berikan kepada ketua P3B sangat tinggi sehingga mereka berhasil, keberhasilan itu tidak datang begitu saja tetapi karena percaya. Ketua P3B senang dengan kepastian perjanjian untuk senantiasa dipatuhi. Trust anggota P3B sangat tinggi, tetapi juga anggota P3B
cepat menujukkan kekecewaan mereka, walaupun dengan cara relatif sopan, tetapi kekecewaan yang dirasakan adalah ketua P3B terhadap anggota yang tergabung dalam komunitas ini karena kurang memenuhi komitmen dan jani anggotanya ketika awal bergabung maka anjurannya kepercayaan harus dijaga dan tidak mengecewakan. Trus pada organisasi P3B tidak hanya berkembang pada anggota P3B saja tetapi di dalam pergaulan indivud kelompok di dalam masyarakat luas dan juga kepada lembaga-lembaga mitra agar hubungan tetap terjalin baik. Kedua modal berdasarkan kebersamaan. Modal berdasarkan kebersamaan ini yang peneliti amati adalah modal berdasarkan keluarga. Keluarga merupakan inti komunitas yang bisa cepat membentuk modal sosial, selain itu kelompok pemuda juga dijadikan sebagai modal sosial yang tentunya melalui kelompok kepemudaan membentuk interkasi sosial maka terbentuklah modal sosial tersebut, dari hasil pengamatn yang dilakukan kecenderungan masyarakat untuk melibatkan diri kegitan organisasi ini terlihat sekali. Berbagai asosiasi yang bersifat volunter yang berkembang dalam komunitas banyak melibatkan diri dalam kegiatan ini misalnya praktik penggunaan
pekerja
sukarelawan
terutama
dalam
pelayanan
masyarakat atau program dan organisasi kependidikan sangat terlihat contoh P3B bekerjasama dengan salah satu sekolah swasta yaitu SMK Kristen Semarang, untuk mendukung keberhasilan agar kegiatan belajar mengajar bagi anak didiknya di SMK ini dapat berjalan lancar
tanpa harus menarik biaya pendidikan dari kalangan yang tidak mampu. Ketiga adalah modal berdasarkan komitmen, hala inilah yang sering dikemukakan ketua P3B dalam tiap ada pertemuan dia sering menyatakan bahwa “kita harus berpegang teguh pada komitmen, perjanjian-perjanian yang kita buat adalah kesepakatan jadi berpegang pada komiten adalah salah satu wujud tanggung moril terhadap kepedulian kita terhadap visi-misi organisasi, komitmen ini juga akan meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap sesama anggota sebagai bertanggung jawaban moril terhadap komitemn yang dibuatnya sehingga membentuk modal sosial yang kuat berdasarkan komitemn tersebut. ke empat modal berdasarkan jaringan atau jejaring sosial salah satu unsur modal sosial yang dikembangkan dalam komunitas ini adalah jejaring sosial, jaringan sosial dibuat untuk pihak anggota P3B dapat memanfaatkannya dalam kerangka pengembangan jejaring bisnis, karena biaya jejaringnya relatif lebih murah, ketimbang tidak memiliki jejaring. Sehingga jaringan sosial menjadi sangat penting untuk saling berinteraksi satu sama yang lain dalam komunitas P3B, kelompok ini membentuk jaringan-jaringan yang efektif, dengan kejujuran, disiplin diri, kerja keras, proaktif dan tingkat kepercayaan yang merupakan rangkaian modal sosial bagi perkumpulan P3B. Ke lima modal sosial berdasarkan budaya. Budaya yang peneliti maksudkan disini adalah kumpulan nilai-nilai yang dipakai bersama oleh anggota P3B untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh
anggota P3B dituntut untuk bekerja dengan hati, bekerja keras, setia pada organisasi dan mementingkan pelayanan, melakukan nilai-nilai budaya dari hati seperti semangat kerja secara serius tapi bukan untuk dirinya sendiri, memberikan perhatian, optimisme, loyal pada organisasi, dan sebagainya, nilai-nilai tersebut menciptakan budaya dominan
dalam
organisasi
yang
membantu
perilaku
untuk
membentuk modal sosial. Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti bahwa komunitas ini membentuk
suatu
struktur
atau
budaya
baru,
misalnya
mengintegrasikan nilai-nilai sosial yang melekat pada masyarakat lokal dengan melakukan nilai-nilai social baru dalam organisasi itu. Nilai budaya dan nilai baru memang beda tetapi itu tidak demikian, perubahan budaya menjadi satu. Salah satu contoh kongkrit bagaimana P3B melakukan gerakan sosial berdasarkan konteks, seperti dikemukakan ketua P3B “kita tidak hanya berpikir marginal saja tetapi kita berpikir global dan bertindak lokal”12 jelas hal ini disampaikan karena alas an tersebut di atas bahwa kita tidak mengabaikan nilai-nilai lokal tetapi kita mengelaborasikan nilai-nilai baru dan nilai lokal agar masyarakat rasa memiliki. Sehingga masyarakat menerima nlai baru tidak pada pemaksaan kehendak untuk harus mengikuti namun dituntut untuk memilih masyarakat tradisional dengan hal-hal baru, oleh sebab itu P3B memberikan ruang kepada masyarakat sesuai konteks sebab masyarakat memiliki pengetahuan. 12
Hal ini disampaikan pada saat pertemuan P3B di Salatiga (2010)
5.1.1.4b. Modal Ekonomi Modal ekonomi yang dikembangkan P3B dalam usahanya adalah pemberdayaan
ekonomi
dan
pendidikan
yang
terintegrasi.
Perkumpulan ini menjadi wadah kebersamaan untuk meningkatkan pemberdayaan
ekonomi
dan
kualitas
pendidikan,
dengan
pelatihan,pembinana bidang formal dan informal. Mengembangkan sumber daya sosial dan ekonomi melalui pelatihan entrepreneurship dan pemberdayaan potensi lokal. Kemandirian adalah jalan keluar bagi masyarakat Papua Barat untuk keluar untuk menyelesaiakan masalah sosial dan ekonomi masyarakat.
Melalui
program
entrepreneurship
kemandirian
masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu. Program yang berbasis kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Papua Barat dilakukan melalui diskusi, seminar, dan diskusi lepas. Kegiatan Papuapreneur ini bertujuan untuk mendidik masyarakat Papua Barat dari setiap kalangan untuk memiliki semangat membangun usaha ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan tanpa harus menggantungkan diri dari pemerintah dan pendatang yang berdagang di Papua Barat. Gerakan ini bertujuan membangun gerakan sosial yang mandiri maka nilai-nila bdaya yang ditanakan adalah
belajar lebih kreatif, semangat bekerja keras, bernilai seni dan berinovasi dalah bagian seni hidup yang dipraktikkan. Maka tindakakn yang harus dilakukan adalah tidak hanya mendidik dan mengajarkan tapi juga membimbing usaha dari setiap pesertanya hingga berkesinambungan dan mandiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perubahan sosial masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam komunitas ini perubahan social yang diinginkan P3B dalam kaitan trnsformasi Papua Barat adalah perubahan paradigma berpikir. Otonomi khusus diberikan untuk masyarakat berpikir dan bertindak sesuai madat undang-undang otonomi khusus. Untuk pengembangan masyarakat Papua Barat dalam pembangunan perlu ada upaya hukum atau kepastian hukum. Maka itu Payung hukum untuk melindungi warga asli Papua yaitu UU Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus) belum berbicara banyak. Walau disana di jelaskan adanya keutamaan warga asli untuk mendapatkan pekerjaan berdasarkan pendidikan dan keahliannya, namun nampak belum memadai. Aspek politik seputar polemik otsus lebih cenderung berputar-putar pada masalah jumlah dana yang diperlukan untuk pembangunan Papua Barat bukan pada upaya pemberdayaan warga asli Papua Barat agar memiliki daya saing menghadapi kesenjangan ekonomi. Dengan melihat perkembangan masyarakat Papua Barat maka P3B melakukan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan ekonomi dan kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan, pembinaan kearah wirausaha, tujuan dari itu adalah bagaimana meningkatkan kualitas masyarakat melalui enterepreneur
dengan
memberikan
pelatihan-pelatihan
dan
keterampilan khusus, dari hasil pelatihan dan pembinaan tersebut agar masyarakat dapat meningkatkan status sosialnya melalui pengembangan diri tersebut. Kegiatan tersebut dimulai dari kegiatan diskusi, seminar, dan pelatihan-pelatihan,
dan
pendidikan
ekonomi
pembangunan.
Pengetahuan awal sangat diperlukan untuk pengembangan wirausaha maka P3B memberikan suatu pengetahuan kewirausahaan terhadap masyarakat atau anggota yang tegabung dalam komunitas ini (P3B), kegiatan-kegitan tersebut dilakukan P3B dan salah contoh kegiatan P3B tergambar di bawah ini:
Gambar 1.6. Kegiatan Intrepreneurship di kota Jayapura-Papua Barat
Sumber: Arsip P3B (2012)
Kegiatan pengembangan jiwa entrepreneur ini telah dilakukan di dua kota, yaitu Jayapura dan Sorong. Tujuan daripada itu adalah membentuk peserta didik yang cerdas, terampil untuk menanamkan jiwa wira usaha pada peserta didik, mendorong semangat belajar, memutuskan
kemiskinan
menuju
kesejahteraan
melalui
entrepreneuship dan berkarya yang berkelanjutan bagi anggota P3B. Tidak ketinggalan juga dibuatnya akademi sepak bola, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi olah raga anak-anak Papua Barat yang dinamakan Embun Cyclop (Emsyk). Dengan berbagai prestasi yang pernah dibuat oleh Akademi Emsyk ini, pada tahun 2012 akademi ini telah mendapatkan dukungan dari Real Madrid Foundation. Untuk pengadaan bantuan kepada 100 siswa yang berkompeten dalam sepak bola. Komunitas ini juga memiliki program jangka panjang yang menjadi goal besar mereka yaitu pembangunan Papua Integrity Land atau Center of Human Development. Gambar 1.7. Anak-anak Papua Barat yang masuk dalam Akademi Sepak Bola Emsyk.
Sumber: Arsip P3B (2012)
Di mana kawasan Papua
Integrity Land ini akan menjadi Pusat
Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua yang terdiri dari Panti Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan, Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama.13 Organisasi ini dalam upayanya melalukan melalui pendirian jaringan-jaringan sosial, di daerah-daerah dan komunitas ini meyakini bahwa transformasi yang akan merubah keadaan masyarakat, perubahan sosial, ekonomi dan politik. Poin penting dari komunitas ini adalah bagaimana P3B memainkan peran dalam gerakan sosial untuk menyesejahterakan pemberdayaan
masyarakat
ekonomi
melalui
masyarakat.
pendidikan
Gagasan
dan
pemberdayaan
ekonomi masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru. Tetapi yang 13
Data-data berkaitan dengan Akademi Sepak Bola Emsyk diperoleh dari skripsi Jeni (2012)
terpenting bagi peneliti disini adalah tujuan dari pada gerakan sosial komunitas ini bahwa gerakan sosial menarik pada konsep modal manusia. Modal manusia menunjuk pada potensi orang dan kontribusi tenaga, ide atau pikirannya yang dipergunakan untuk gerakan sosial ini Para ekonom sudah membicarakan modal (kapital) khususnya modal ekonomi atau finansial (financial capital) yaitu modal finansial berkaitan dengan modal uang yang dapat dipergunakan untuk membeli fasilitas atau alat-alat produksi perusahaan atau usaha-usaha lainnya, atau sejumlah uang yang ditambung untuk investasi masa depannya. Tatapi para ahli yang lain dalam hal ini para ahli sosiologi membicarakan modal bentuk lain, seperti modal manusia, modal intelektual, dan modal kultural atau budaya, yang juga dapat digunakan untuk keperluan tertentu atau investasikan untuk masa yang akan datang. Modal manusia dapat meliputi keterampilan atau kemampuan yang dimiliki orang untuk melaksanakan tugas tertentu. Modal intelektual mencakup kecerdasan atau ide-ide yang dimiliki manusia untuk mengartikulasikan sebuah konsep atau pemikiran. Sedangkan modal cultural meliputi pengetahuan dan pemahaman komunitas terhadap praktek dan pedoman-pedoman hidup dalam masyarakat. Misalnya seperti apa yang dikemukakan oleh ketua P3B bahwa para anggota mau tampil memberikan pencerahan bagi masyarakat Papua Barat. Contohnya adalah dia sendiri (ketua P3B) dia
membentuk komunitas P3B dan mendidik, membina, dan melatih itu adalah bagian dari keterampilan yang dimiliki untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dia (ketua P3B) memberikan apa yang dia miliki dalam hal ini pengetahuan kepada masyarakat dan dia juga secara intelektual membaktikan hidupnya untuk berpikir demi kepentingan masyarakat Papua Barat dan melihat persoalan masyarakat Papua Barat dalam konteksnya yang lebih luas.
5.1.1.4c. Modal Budaya Modal budaya yang ingin dikembangkan oleh komintas ini adalah modal budaya berdasarkan pendidikan yang berpengetahuan, dan juga nilai-nilai yang tidak terpisahkan dari kultur budaya setempat, sehingga perubahan itu bernilai kontekstual dengan nilai-nilai baru tersebut. Dalam penelitian ini juga peneliti mengamati apa yang dikerjakan perkumpulan ini adalah bagaimana gerakan sosial ini mempersatukan dalam nilai-nilai baru. Mengintegrasikan masyarakat dalam satu kesatuan komunitas P3B kegiatan yang ingin diajarkan adalah bagaimana masyarakat bekerja keras dan berinovasi dalam bidang yang digeluti oleh kominitas ini. Proses yang ingin di ajarkan oleh komunitas P3B ini adalah: pertama proses rasionalisasi, kedua proses standarisasi dan ketiga proses liberisasi Dari ketiga hal tersebut di atas yang pertama bahwa proses rasionalisasi yang ingin diajarkan P3B adalah segala sesuatu digunakan
dengan akal sehat, atau proses perbuatan yang rasional, bahwa pemikiran, akal merupakan satu-satunya dasar untuk memecahkan problem, yang mengutamakan kemampuan akal atau batin untuk merasionalkan. Sehingga tujuan yang dicapai disini adalah bagaiman P3B membawa anggota pada pemikiran baru atau pada perubahan paradigma lama kepada paradigma baru. Proses ini terjadi dalam perubahan pola pikir masyarakat dan proses sosial yang terbentuk dan memiliki rasionalitas dalam menentukan
pilihannya.
Sedangkan
proses
standarisasi
yang
dilakaukan oleh P3B adalah meningkatkan kualitas masyarakat atau menaikan
status
sosial
masyarakat
dalam
pendikakan
dan
pemberdayaan ekonomi masyarakat. Memberikan suatu standar. Yang pasti hal itu menunjukan ukuran sebagai patokan untuk kualitas komunitas ini untuk menentukan patokan yang akan ditentukan dalam mencapai tujuan. Sedangkan meliberalisasikan yang dimaksud peneliti disini adalah bagaimana anggota masyarakat yang tergabung dalam komunitas ini berpikir bebas dan tidak berda dalam tekanan atau dominasi negara atau orang lain, dan pola pikirnya tidak hanya terpaku pada pola pikir tradisional saja, tetapi bagaimana mereka berpikir global jadi menerapkan paham kebebasan (liberal) dalam kehidupan organisasi. Yang ingin diajarkan komunitas ini adalah usaha perjuangan menuju kebebasan, yang menghendaki, demokrasi, dan kebebasan pribadi untuk berusaha dan bekerja tanpa ada tekanan politik yang yang
merugikan masyarakat, kelompok atau individu-individu dalam aktivitasnya. Dari aspek modal kultural (cultural capital) yaitu aspek-aspek material dan non-material kebudayaan yang mendukung proses perubahan. Misalnya nilai-nilai yang hidup dalam komunitas atau dilingkungan masyarakat, mentalitas yang tercipta, semangat kerja yang berkembang, kebiasaan mental yang tumbuh dan hasrat perubahan yang muncul. Ada citra di republik ini bahwa orang Papua Barat itu bisanya hanya tahu minum, bodoh, terbelakang, tertinggal, dan miskin. Hal ini berulangkali diungkapkan melalui media masa, media elektronik sehingga membentuk opini publik dan hal seperti ini juga digunakan oleh para pejabat di Papua Barat ketika mencalonkan diri menjadi bupati, gubernur atau anggota dewan (DPRD). Hal ini disampaikan media masa, media elektronik, sehingga membentuk opini publik. Memakai kaca orang lain dan tidak melihat dari kacamata orang Papua Barat itu sendiri. Adapun hal lain juga yang menjadi permasalahan di Papua Barat yang harus diselesaikan adalah ketidakadilan, dominasi negara terhadap rakyat Papua Barat, separatis, OPM (Organisasi Papua Merdeka), lagi-lagi ini memberikan suatu lebeling kepada masyarakat. Subtansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat Papua Barat, sesuai dengan konteks, tidak unsure pemaksaan dalam pembangun, menghilangkan nilai-nilai lokal sama saja menghilangkan identitas/jatidiri orang Papua Barat. Maka P3B hadir membangun
jatidiri masyarakat Papua Barat dengan mentegrasikan dalam satu komunitas transformasional yaitu dalam komunitas P3B untuk perubahan masyarakat. Karena sampai hari orang Papua Barat sendiri melihat persoalan di Papua Barat memakai kaca mata orang luar. Persoalan di Papua Barat substansinya bukan disitu tetapi bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan memakai kaca mata sendiri atau sesuai dengan kultur dan karakter budaya masyarakat setempat, dengan mengelaborasikan budaya-budaya baru dengan budaya setempat atau lebih spesifik lagi transfer nilai ke dalam nilai budaya lama. Dengan pengalaman-pengaman kita peroleh dari lingkungan atau melalui ilmu yang kita peroleh, dengan pola pendidikan yang benar, perilaku kita dan kita menerapkan budaya baru, dengan menciptakan hal-hal baru, dengan ide, kreativitas, dan bekerja keras. Meski
awalnya
ada
keraguan
terhadap
kesadaran
dan
pemahaman kultur masyarakat Papua Barat, terbentuknya komunitas atau organisasi P3B dapat dipandang sebagai komitmen kultur P3B, karena karakter dan kultur (cultural) orang Papua Barat yang berbeda memungkinkan sulit dipecahkan namun hal itu bukanlah menjadi alasan membangun Papua Barat. Dengan slogannya P3B bahwa Pupua Pasti bisa, maka perubahan dilakukan melalui pembinaan, pelatihan dan bekerja keras untuk mewujudkan
cita-cita
mencapai
tujuan.
Peneliti
mencoba
meminjamkan apa yang dikemukakan oleh Like Wilardjo bahwa:
kebudayaan ialah “keseluruhan capaian dan pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan oleh suatu masyarakat yang mengungkapkan cara hidup tradisional dan mengalami modifikasi secara berangsur namun berkelanjutan dari generasi ke generasi”. (The Readers’ Digest Gereat Encyclopedic Dictionary.) usaha dapat dilakukan secara terencana untuk meningkatkan kebudayaan dan mencapai peradaban, yakni peri-keadaan masyarakat manusia yang bercirikan perkembangan intelektual, sosial dan cultural yang beraras tinggi. Segenap usaha itu dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan menggunakan naluri, nalar, nurani, dan nalanya, dan membuahkan kreativitas. Kemudian cipta (kreativitas) ini bersama dengan karsa (kebualatan tekat atau kemauan keras) menghasilkan karya yang mengangkat masyarakat itu kekedudukan yang lebih baik.
14
Pada dasarnya adalah segala usaha yang dilakukan komunitas P3B, melalui pelatihan-pelatihan pemberdayaan pendidikan ekonomi dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, itulah pembangunan yang ingin dilakukan oleh komunitas ini. Pembangunan berbasis budaya sangatlah penting, budaya yang berkarakter, budaya yang berilmu, dan budaya berintelektual yang memiliki nilai jual tinggi terhadap persoalan masyarakat. Hubungan antar komunitas dan individu yang dibangun P3B pada prinsipnya adalah bahwa dibangun berdasarkan kesadaran untuk mendatangkan kebahagiaan kepada masyarakat Papua Barat, sambil mengelolah sumber daya alam yang tersedia dengan bijaksana. Ada beberpa faktor yang menjadi pegangan dan harus di perhatikan oleh P3B adalah nilai-nilai yang dibangun. Nilai-nilai apa saja yang dibangun, sesuai dengan kontekstual atau tidak. Realitas yang terlihat di Papua Barat sampai saat ini adalah mereka yang 14
Like Wilardjo pembangunan nilai-nilai dan keterasingan orang miskin. Dalam buku membumikan Etika Lingkungan (2011) Editor Budi Widianarko.
berada dalam posisi dominan yang mampu mengadaptasi dengan lingkungannya tetapi juga mengantisipasi masalah yang akan menimpahnya
terutama
masyarakat
non
Papua
Barat
yang
mendominasi bidang perekonominan di Papua Barat. Namun lain hal dengan masyarakat Papua Barat, mereka yang pada dasarnya tidak mau atau tidak mampu merangkul nilai-nilai dominan atau nilai-nilai baru dengan sendirinya akan tersisihkan. Persolan semacam inilah yang menjadi kekawatiran P3B sehingga terbentuklah gerakan sosial P3B atau dalam komunitas ini dengan sebutan perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B). Mereka kehilangan kesempatan dan sulit melangkah lebih maju lagi dari semula. Walaupun masalah itu tak sepenuhnya berdampak negatif terhadap nilai-nilai yang di anutnya. P3B disini memberikan suatu nilai baru dalam konteks budaya baru bagaimana membangun masyarakat dengan cara-cara baru atau budaya baru dengan tidak menyinggirkan nilai-nilai lokal. Contohnya adalah bagaimana membangun masyarakat Papua Barat dengan caracara baru dari cara yang lama, budaya baru yang ditanamkan oleh ketua P3B adalah apa yang kita tanamkan dalam bentuk ilmu pengetahuan akan mendatangkan hasil baik seperti yang dilakukan ketua P3B bagaimana mendidik anak didiknya untuk memberi pendidikan semaksimal mungkin atau memberi kesempatan seluasluasnya untuk mendapat pendidikan dimanapun P3B bermitra dengan lembaga pendidikan.
Jadi anak didiknya menjadi pandai dan terampil, maka hasilnya akan sekian kali dari biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan itu. Tujuannya adalah bahwa masyarakat Papua Barat yang terdidik agar mempunyai pendirian dan pendapat sendiri, tidak mudah dibawa ke suatu jurusan yang belum dimengerti maksudnya, mereka juga tidak ingin lagi diperbudak dan dieksploitir. Kita harus belajar banyak sampai akhir hayat ini bisa dilaksanakan dengan berbagai cara seperti yang gerakan sosial P3B, pengalaman sekian tahun yang kita alami dan belajari jangan itu-itu saja. Dengan mempelajari berbagai hal setiap hari, jiwa kita akan lebih matang. Pengetahuan dan keterampilan yang diberikan ketua (P3B) dalam hal usaha meningkatkan kesejahteraan terutama dibidang pendidikan dan ekonomi karena penuh perhatian terhadap persoalan yang dihadapi masyarakat.
5.1.1.4d. Modal Simbolik Apa yang ingin peneliti paparkan disini mengenai modal simbolik berkaitan dengan gerakan sosial P3B untuk transformasi Papua Barat adalah apa yang menjadi simbol dalam komunitas ini misalnya strategi investasi SDM menyekolahkan anak-anak, memberikan bantuan beasiswa adalah strategi investasi SDM hal ini dilakukan untuk upaya mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial. Tujuannya adalah untuk memproduksi persepsi dan penilaian yang mendukung kekhasannya, misalnya identitas diri, pengakuan terhadap
etnis, keluarga ini adalah unsur utama modal simbolik, juga mendorong upaya untuk dihargai tidak hanya itu tetapi juga bentuk kehormatan sebagai manusia ciptaan Tuhan secara sosial budaya. Perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) dalam aktivitasnya, keluarga, kelompok pemuda, dijadikan sebagai kolektivitas yang menjadi fokus dan pemuda atau kelompok-kelompok sosial kecil dilingkungan masyarakat. Keluarga adalah subjek utama strategistrategi reproduksi sosial yang akan dikembangkan melalui kegiatankegiatan sosial disana. Dimana keluarga, kelompok pemuda, dan kelompok-kelompok
sosial
sebagai
kolektivitas
terpenting
menentukan dalam hal pemilihan. Strategi pendekatan keluarga dilakukan agar melalui pendekatan keluarga ada dukungan moril terhadap usaha yang dikembangkan dalam kelompok. Keterampilan dan pembiasaan itu menjadi bagian kesadaran praktis untuk menjawab tuntutan hidup. Misalnya dukungan yang diberikan akan mengahasilkan jaringan sosial, untuk menyadari hal itu tetapi akan berdampak pada kekuatan-kekuatan antar anggota kelompok
dan
keluarga
sebagai
kesatuan
yang
utuh
atau
menumbuhkan modal sosial. Dukungan Keluarga dan kelompok menjadi simbol kekuatan dalam gerakan sosial P3B ini dalam hal pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Misalnya dukungan keluarga besar Nauw dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 1.8. keluarga besar Nauw di Sorong
Arsip. P3B (2012)
Tentunya apa yang diharapkan
dari P3B adalah tradisi keluarga
mempermudah peserta didik dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dimana mereka berada akan membentuk mental dan kepribadian dari lingkungan keluarga muncul ideologi bakat, keterampilan, pembiasaan, lalu menjadi bagian kesadaran praktis. Inilah yang dikemukakan oleh Buordieu15 bahwa keterampilan seseorang dalam menjawab tantangan dikondisikan oleh rutinitas tindakannya. Namun kebiasaan dan keterampilan itu berfungsi seperti program yang memiliki kemampuan kreatif dan jangkauan strategi dalam lingkungan tertentu. Komunitas P3B meyakini bahwa lingkungan sosial dimana masyarakat tinggal target utama adalah keluarga, kelompok yang terpinggirkan, kelompok pemuda, kelompok mama-mama (ibu-ibu)
15
Juenal Basis. Kritik terhadap neo-liberalisme. Edisi khusus Piere Bourdieu, November (2003) hal. 16
dijadikan sebagai medan magnet atau medan kekuatan, disitu menjadi tempat perjuangan antar individu, antar kelompok, lingkungan dimana kelompok-kelompok itu bertindak dengan tindakan penuh kesadaran, karena individu dilahirkan dilingkungan dimana dia tinggal adalah bagian dari lingkungannya, sehingga hal itu bisa tepat diterapkan sebagai medan perjuangan. Selain dukungan kelompok-kelompok di atas ada juga dukungan dari kelompok luar secara individu maupun kelompok. Jaringan sosial yang terbentuk dari dalam dan luar negeri ini menunjukan bahwa kepedulian secara individu, maupun kelompok terhadap komunitas P3B semakin luas. Dari berbagai dominasi gereja, dan juga kelompok pemuda, tokoh adat, dan keluarga yang mendukung P3B terlihat disini juga kepedulian orang luar secara individu mendukung akan visi dan misi organisasi ini adalah Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan komunitas perkumpulan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Dia melihat visi daripada P3B ini baik untuk mendorong kemajuan masyarakat Papua Barat kedepan yang lebih baik sehingga dia tergerak hatinya untuk bergabung mendukung kegiatan P3B. Bergabungnya Suzette Hatingh melalui voice in the city tidak terlepas dari jaringan sosial yang dibuat. Salah satu contoh gambarnya di bawah ini:
Gambar 1.9. Suzette Hatingh melali Voice in the City Indonesia.Menjadi Partner dengan Papua Pusaka Bangsa.
Arsip. P3B (2012)
Suzette Hatingh melalui Voice in the City Indonesia menjadi Partner dengan Papua pusaka bangsa untuk transformasi Papua Barat. Publik Indonesia sangat mengenal sosok wanita German ini yang sudah sejak lama melayani berbagai daerah di seluruh Indonesia. Dalam membangkitkan kebangunan rohani dan gerakan doa. Selain dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak hal lain juga kita bisa amati perubahan masyarakat lokal di Papua Barat. Jika kita amati dalam perjalanan panjang tentang kemajuan dan perubahan yang terjadi pada masyarakat Papua Barat, disana terlihat adanya penimbunanan budaya yang saling berinteraksi dan saling mengadakan pertukaran. Salah satu pertukaran nilai-nilai dalam masyarakat menghasilkan apa yang disebut gaya hidup (lifestyle) yaitu menggunakan benda-benda sebagai alat ekspresi bagi sejumlah nilai yang ingin ditampilkan individu, kelompok atau masyarakat.
Ekspresi penggunaan benda-benda sebagai tanda atau simbol dalam konteks tulisan ini, peneliti sebut sebagai budaya, yaitu nilai simbolik yang dipergunakan sebagai alat identitas diri. Contohnya adalah pose budaya yang tergambar di bawah ini:
Gambar 1.10. Pose Budaya
Arsip. P3B (2012)
Pose budaya sebagai simbol identitas (Cultural Identity) diri dan hal itu menunjukan sebagai arena interaksi pada lingkungan antara individu dengan individu, invidu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok berlangsung dalam sistem sosial budaya. Bourdieu menggambarkan reaksi sosial menunjukkan kepada identitas diri maka pokok pikiran sosiologis Bourdieu adalah logika praktek yang menekankan pentingnya tubuh dan praktek dalam dunia sosial. Simbol memiliki kekuatan dalam mengontruksi realitas yang mempu menggiring orang untuk percaya, mengakui, legitimate, dan mengubah pandangan common sense tentang realitas. modal simbolik
adalah yang menguasai dan memiliki otorita dalam menentukan arah pasar simbolik. Kekuatan simbol tak lain dari kekuatan dalam mengontruksi realitas yang berupaya menciptakan singularitas ideologi, tanda, dan makna. Dalam dunia modern penampakan identitas diri dengan menggunakan simbol merupakan suatu kenicayaan yang tak dapat ditawar dalam masyarakat. Sehingga dalam penggunaannya dapat dijadikan modal yang dipertukarkan dan mempunyai kekuatan tawarmenawar antar simbol yang diperebutkan. Budaya yang dijadikan modal simbolik dalam bargaining ini semakin nyata kita lihat dalam berbagai tuntutan masyarakat, baik pada proses sosial budaya itu sendiri, politik, ekonomi maupun kekuatan-kekuatan lain untuk pencapaian tujuan. Dukungan berbagai mitra kerja terhadap gerakan sosial atau dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan adalah bargaining modal simbolik, surat ijin dari gubernur adalah modal simbolik untuk identitas diri. Adapun fashion adalah modal simbolik sebagai alat gaya hidup. Oleh sebab itu ia mempunyai kekuatan yang mempunyai nilai tukar dalam berbagai bentuk. Selain itu komunitas inipun didukung oleh Gubernur provinsi Papua dan Gubernur provinsi Papua Barat dengan dikeluarkannya Letter Of Support dari Barnabas Suebu (Gubernur Papua) pada tanggal 10 Februari 2007 dilanjutkan dengan Abraham Aturi (Gubernur Papua Barat) pada bulan Mei 2009 untuk mendukung setiap aktivitas dari Perkumpulan Papua Pusaka
Bangsa. Beberapa tokoh utama di Papua pun masuk dalam komunitas
ini.
Gambar 1.11. Letter of Support dari kedua provinsi Papua Barat
Arsip: P3B (2012)
Letter of support yang diberikan kedua gubernur provinsi Papua Barat tersebut adalah salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada komunitas P3B atau memberikan kepastian hukum atas keberadaan organisasi ini. Agar organisasi ini bebas melakukan aktivitasnya di Papua Barat. Tetapi P3B berdiri independen dan dia tidak terikat atau bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam
bentuk bantuan beasiswa atau, bekerjasama bidang sosial lain alasannya karena kalau pemerintah melibatkan pemerintah daerah maupun pusat dalam aktivitas P3B disana akan terlihat ada muatan politik atau kepentingan, dan P3B tidak mau hal itu terjadi. Misalnya yang terjadi seperti Lembaga Swasta Masyarakat yang bekerjasama dengan pemerintah namun yayasan itu tidak menjadi produktif tetapi menjadi kaki tangan pemerintah dan mengharapkan bantuan pemerintah dalam bentuk dana dan proyek. Ada yang menjadi unik ketika peneliti amati dari gerakan sosial P3B ini, keunikannya adalah P3B tidak memberikan gaji bagi anggota yang bekerja tetapi organisasi menyarankan kepada anggota untuk membayar iuran setiap bulannya, misalnya mahasiswa membayar iuran bulanan perbulan mahasiswa membayar 100.000, pengusaha 500.000; non tenaga guru 300.000; tujuan dari pada itu adalah untuk menjalankan roda organisasi, uang itu dugunakan untuk membayar listrik kontrakan, membayar perusahaan air minum (PAM), dan juga member modal kepada setiap anggota yang mempunyai usaha bisnis, atau memberikan bantuan kepada mereka yang membutuhkan pertolongan. Mahasiswa juga memberi tidak hanya menerima tawaran untuk menjadi anggota,tetapi dituntut bekerja keras dan berinovasi, jadi yayasan ini membiayai dirinya sendiri. Sedangkan bedanya adalah P3B membentuk karakter anak-anak Papua Barat yang bermental kependidikan ekonomi kewira usahaan. Membentuk pola piker dan mengarahkan anak-anak Papua Barat sesuai dengan kemampuan
dibidang masing-masing yang digeluti. Bedanya lagi P3B tidak menyarankan anggotanya untuk menjadi seorang PNS atau masuk dalam dunia politik praktis kalau kedapatan anggotanya terlibat dalam dunia politik dikeluarkan dari keanggotaannya.
5.1.1.4. Modal Spiritual Spiritual
kapital
(Modal
memanfaatkan sumber-sumber
Spiritual)
adalah
modal
dengan
yang ada dalam diri atau jiwa
seseorang, pemanfaatan spiritual capital akan melahirkan kecerdasan hati nurani16. Hal inilah yang dikemukakan disetiap ada pertemuan P3B oleh ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa kita perlu dibangun paradigma baru dalam pemberdayaan masyarakat melalui motivasi spiritual kapital. Lanjut ketua perkumpulan P3B kita manusia adalah mahluk yang paling unik, masih banyak yang hidup tanpa arah dan hidup tanpa memiliki arti, maksud dan tujuan kondisi riil ini tergambar jelas di tengah-tengah masyarakat Papua Barat apalagi bila kita melihat semangat hidup masyarakat yang sangat tergantung Pada “uang” yang nota bene uang tidak memiliki rasa kemanusiaan, tetapi uang menjadi motivator utama mencapai tujuan hidup kebanyakan manusia sehingga berbagai cara ditempuh untuk mendapatkannya. Hal inilah yang terjadi di Republik Indonesia sistem korup yang berakar diseluruh lini kehidupan membuat kelompok kepentingan dan kelas 16
Jurnal Spiritual Capital Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Volume 3 oleh: Tantowi Jauhari (2007)
elit membuat satu jurang pemisah antara kaya dan miskin menciptakan kesenjangan sosial, kemiskinan, penyakit dan kerusakan lingkungan. Pemberdayaan
adalah
sebagai
upaya
perlindungan
atas
kepentingan rakyat, terutama terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan rentan, dan tidak memiliki ruang yang memadai dalam proses politik. Upaya pemberdayaan memiliki target kelompok dengan tetap menitik beratkan pada individu sebagai target awal. Spiritual kapital dan pemberdayaan dimaksudkan menumbuhkan modal sumber-sumber daya dalam jiwa manusia (kecerdasan hati nurani), hingga muncul kesadaran bahwa hidup memiliki demensi yang lebih dari hanya sekedar menghabiskan waktu untuk menumpuk modal material (uang) dalam komunitas masyarakat marjinal. Komunitas P3B yang berdasarkan pada Firman Tuhan mengambil rema dari Amsal 2:8 Ask me, and I shall give Thee the heathen for Thine inheritance, and uttermost parts of the earth for Thy possesion (Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu) Amsal 2:8. Rema merupakan dasar firman Tuhan yang menjadi kepercayaan dari Papua Pusaka Bangsa. Firman ini juga yang menjadi dasar nama perkumpulan ini Papua Pusaka Bangsa atau dalam bahasa inggrisnya Papua Inheritance. Sedangkan filosofi dari P3B yaitu Transformasi Papua adalah sebuah gerakan sistem moral pemersatu bagi kebangkitan spirit “Papua Pasti Bisa!” untuk bangkit dan membangun, meyakini bahwa Transformasi Papua adalah solusi
alternatif Papua Barat yaitu mendampingi orang asli Papua Barat untuk mampu menjadi pelaku utama pembangunan. Yaitu bahwa masyarakat Papua Barat yang selama ini dianggap terbelakangpun dapat bangkit dari keterbelakangnya dan bersaing untuk memajukan Papua Barat. Sehingga Transformasi adalah jawaban bagi perubahan Papua Barat masa kini dan masa depan. Dimana Pembangunan yang sesungguhnya adalah membangun Orang asli Papua dengan Pendidikan sebagai kunci masa depan yang penuh harapan dan pemberdayaan
ekonomi
yaitu
kemampuan
untuk
memasuki
kesejahteraan bangsa. Hal ini dikemukakan juga oleh Ada pun strategi pendidikan agama yang dilakukan dalam gerakan spiritual capital (spiritual social) adalah gerakan Papua Barat membaca Alkitab dengan membagikan 10.000, Alkitab untuk Papua Barat. Dengan misi kabarkan kabar baik ke gunung-gunung. Gerakan pembagian Alkitab sudah sampai diberbagai tempat tujuan, dan yang sudah sampai pada tempat tujuan sebanyak 1.600 buah lebih Alkitab. Strategi ini digunakan dengan konteks masyarakat bahwa di masyarakat mereka memiliki capital spiritual. Modal ini digunakan untuk meningkatkan kepercayaan mereka terhadap apa yang masyarakat Papua Barat pahami. Apa yang dilakukan P3B melalui gerakan spritual capital adalah salah satu bentuk berdasarkan nilainilai yang dibangun di masyarakat Papua Barat. Strategi ini dilakukan untuk spiritual capital merupakan semangat tinggi sebagai faktor untuk memotifasi etos kerja yang semangat dan tidak pada mental yang korup dan bukan uang yang menjadi sumber
inspirasi tetapi spirit capital/modal capitallah yang menjadi penunjuk arah hidup. Berikut ini kegiatan yang dilakukan P3B seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 1.12. Strategi Gerakan Papua Barat Membaca Alkitab
Arsip. P3B (2012)
5.1.1.4f. Modal Politik (political capital) Modal politik (political capital), yaitu dukungan masyarakat pada sebuah
kepemimpinan,
yang
ditunjukkan
oleh
pengakuan
(recognition), loyalitas (loyalty) dan kesetiaan, kesediaan dan antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi dalam perubahan bersama komunitas P3B, lewat solidaritas dan spontanitas mereka dalam mobilisasi gerakan-gerakan mendorong proses perubahan. Tetapi dalam gerakan sosial P3B tidak ada namanya gerakan politik dan tidak dianjurkan untuk berpolitik praktis, karena dari awal terbentuknnya organisasi ini oleh pendiri organisasi P3B tidak menginginkan anggotanya untuk tidak terjun dalam dunia politik praktis. Dan disarankan juga oleh ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) bahwa komunitas ini dirikan untuk menuntut perubahan paradigm kaum muda-mudi Papua Barat dari berorientasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) kepada paradigm berorientasi ekonomi dan bisnis dalam membangun negeri Papua Barat. Menghimpun segala informasi mengenai peluang-peluang bisnis baik untuk kemanfaatan personil maupun dan keperluan investasi pemerintah daerah provinsi Papua dan provinsi Papua Barat serta pemerintah kabupaten. Maka disini terlihat bahwa komunitas P3B tidak dalam politik praktis. Yang terlihat adalah politik etik apapun kegiatan mestinya ada unsur politik, artinya bahwa unsur politik tidak terlepas dari setiap aktivitas. Namun organisasi ini menabukan politik. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa berpolitik itu dosa/kotor dan merugikan
banyak orang, misalnya ketika kita masuk dalam dunia politik kita memberikan janji-janji politik yang tidak pernah terealisasikan ke masyarakat. Anggapan bahwa politik itu sekuler dan jahat membuat umat Tuhan lemah dalam memahami teologia politik, oleh karena itu jemaat mudah dipermainkan oleh elit politik saat menjelang pemilu karena pemahamannya tentang politik kurang. Menurut ketua P3B bahwa kita tidak boleh terjebak dalam dunia politik, kita harus pisahkan mana dunia politik, mana dunia bisnis, dan mana dunia spiritual (agama). Komunitas ini dirikan untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat yang tertindas terutama masyarakat miskin yang kurang mampu dan tertinggal. Agar masayarakat bisa maju seperti sudara-sudara di daerah lain dengan tujuan itu organisasi ini melakukan suatu gerakan social yang bergerak dibidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. P3B hadir
untuk
melatih,
membina,
dan
mengajak
masyarakat
membanting stir dari dunia politik dan berkeinginan untuk menjadi PNS kepada dunia usaha atau bisnis. Meruba paradigma masyarakat dengan bertujuan supaya masyarakat Papua Barat dapat menjadi pembisnis dan menjadi pengusaha. Dengan alas an itu ketua P3B tidak mengijinkan anggotanya untuk terjun ke dunia politik praktis.
5.1.2. Pencapaian Sejak terbentuknya organisasi P3B ini semuanya masih terbatas, namun bantuan kepada masyarakat seperti bantuan kesehatan, pendidikan dan bantuan ekonomi maupun bantuan sosial terus
diberikan sekalipun terbatas. Upaya ini dilakukan dalam pemahaman menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada organisasi bahwa perkumpulan P3B mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Program 2009-2012 pemberdayaan ekonomi dan pendidikan yang terintegrasi. P3B telah mempunyai rencana program wujud dalam bentuk kegiatan sebagai berikut: Pendidikan terpadu, membantu dan memfasilitasi masyarakat Papua Barat memperoleh pendidikan yang tepat dan berguna baik untuk kepentingan lokal dan Internasional melalui pelatihan dan pendidikan formal-informal. Aktivitas yang dilakukan memasukkan dalam suatu Program. Program-program dibidang pendidikan yang dijalankan oleh P3B adalah: 1. program beasiswa dan orang tua asuh: P3B memfasilitasi dan memberikan bantuan beasiswa, pencarian orang tua asuh, penyaluran minat dan bakat dan bantuan-bantuan pendidikan langsung kepada setiap anak didik. 2. Bantuan guru: P3B memfasilitasi dan menyalurkan bantuan bagi guru-guru
yang berdedikasi
tinggi
terhadap
pembangunan
pendidikan di Papua Barat 3. Manajemen Supporting: P3B memberikan pelatihan-pelatihan manajemen, pendampingan dan bantuan-bantuan finansial dengan tujuan meningkatkan mutu pendidikan dan kinerja sekolah maupun sumber daya manusia yang mengelolanya.
4. Kemitraan dan kerjasama operasi sekolah P3B bekerjasama dengan badan-badan hokum lain untuk mengelolah sebuah lembaga formal informal Mengembangkan sistem pendidikan terpadu untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan kahlian sumberdaya manusia Papua Barat dalam persaingan global. P3B mengemban suatu misi untuk memberikan pendidikan holistic, tepat, baik dan utuh bagi masyarakat Papua Barat. Melalui pendidikan yang holistic diharapkan masyarakat Papua Barat mampu berhubungan dengan masyarakat lainnya secara proporsional dan mampu menentukan sendiri nasibnya terlepas dari ketergantungan terhadap sistem dan berbagai perbedaan nilai-nilai moral dan etika yang ada.
5.1.2.1. Kondisi Yang Mempengaruhi Dukungan Kondisi yang mempengaruhi mendukung organisasi P3B adalah kepedulian sebagian masyarakat atau mahasiswa yang ingin bergabung dalam komunitas ini. Bekerjasama dengan badan-badan hukum untuk mengelolah sebuah lembaga pendidikan. Contohnya bekerjasama dengan lembaga pendidikan SMK Bagimu Negeri Semarang. Untuk meningkatkan kualitas anak pada tahun 2009, ketua P3B membawah anak-anak yang kurang mampu dari Papua Barat dan memasukkan anak-anak tersebut kesekolah menenga kejuruan
bagimu negeri sebanyak 10 anak siswa. Ke 10 anak siswa tersebut masing-masing dari provinsi Papua 5 anak dan provinsi Papua Barat 5 anak. Anak-anak tersebut disambut baik pengelolah sekolah dan di asramakan. Pengelolah sekolah menerima anak siswa asal Papua Barat tersebut salah satu bentuk hubungan kerjasama dan untuk dukungan terhadap kegiatan atau visi dan misi yang dijalankan perkumpulan Papua pusaka bangsa. Suatu
visi-misi
yang
dijalankan
membutuhkan
dukungan
masyarakat suatu wilayah dengan modal sosial yang kuat hal itu akan mendorong partisipasi masyarakat semakin banyak dan seberapa komitmen masyarakat dalam kelompok
mendorong masyarakat
dengan membuat sistem jaringan sosial organisasi sosial lokal tumbuh dari berbagai latar belakang dengan ikatan pemersatu utama yaitu integritas masyarakat. Aspek sosial, ruang waktu memberikan kontribusi dalam membentuk upaya penguatan komitmen dan peningkatan modal sosial (social capital) masyarakat Papua Barat Selain itu sebagian masyarakat dan mahasiswa juga mendukung visi dan misi daripada P3B misalnya dukungan yang diberikan Gubernur provinsi Papua dan gubernur provinsi Papua Barat dengan memberikan letter of support.
5.1.2.2. Kondisi Yang Mempengaruhi Hambatan Keberagaman
suku
dan
tersebarnya
daerah
pemukiman
penduduk asli menjadi anugerah sekaligus masalah bagi rencana pembangunan masyarakat di Papua Barat. Keterbatasan sarana
transportasi yang menghubungkan satu daerah dengan daerah lainnya menambah sulit dan mahalnya biaya pembangunan dan modernisasi bila ingin dilaksanakan. Semua hal itu menjadi kendala dan menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi yang cukup sulit untuk dipecahkan. Selain keterbatasan sarana transportasi, letak geografis, ada pula masalah lain yang dihadapi perkumpulan Papua pusaka bangsa adalah kurangnya dukungan masyarakat dan juga anggota yang telah bergabung dalam komunitas ini. hal lain adalah bagaimana cara untuk merubah pola pikir masyarakat Papua Barat, serta masih kurangnya kepedulian masyarakat dan mahasiswa untuk bergabung dalam komunitas ini, sudah pernah melakukan diskusi dan sosialisasi keberbagai kota studi sejawa dan Bali dikalangan mahasiswa Papua Barat. Namun reaksi terhadap gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa (P3B) ini beragam penafsiran.
5. 2. Pemberdayaan Ekonomi Pembinaan
terhadap
pendidikan
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat, membuat masyarakat Papua bisa mengembangkan kehidupan mereka dengan menonjolkan atau memanfaatkan alam yang ada di sekeliling mereka. Sekaligus membangun jiwa kewirausahaan dan kemampuan untuk mengelola potensi lokal bagi kesejahteraan masyarakat Papua Barat.
Kemandirian adalah jalan keluar yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan ekonomi di Papua Barat. Melalui program “kemandirian”, masyarakat dapat mengatur dan mengurangi besarnya ongkos pembangunan sehingga mampu melakukan proses modernisasi yang sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat di daerah tertentu. P3B dalam hal ini membantu dan memfasilitasi masyarakat Papua Barat keluar dari permasalahan sosial dan ekonomi melalui pengembangan, pelatihan entrepreneurship dan pemberdayaan potensi lokal berbasis teknologi menuju masyarakat yang mandiri. Menurut ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa bahwa kewirausahaan adalah jalan keluar untuk menuju Papua Barat baru, jadi kewirausahaan kita harus menerapkan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan yang kita hadapi selama ini. kita berani mengambil resiko dan mengahdapi resiko-resiko yang akan kita hadapi dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Bagaimana carannya cuma satu kata“ada kemauan” kemauan membentuk sifat, watak, ciri-ciri yang akan membentuk karakter seseorang. Maka kegiatan yang dilakukan di bidang sosial adalah Bantuan bencana alam, donor darah, mendirikan fasilitas umum, mendirikan pantiasuhan. Sedangkan dibidang ekonomi adalah pengembangan usaha mikro misalnya, pendampingan permodalan usaha kecil. Pengembangan energi terbarukan. Pelatihan keterampilan atau keahlian usaha. Program masyarakat mandiri. Program pengembangan usaha mandiri.
1.2.1. Strategi Perjuangans Terkait
dengan
permasalahan
tersebut
di
atas
strategi
pengembangan kesejahteraan masyarakat di fokuskan pada dua agenda (1) Pendidikan dan (2) Ekonomi. Mengenai pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama pembangunan investasi sumber daya manusia, dengan pendidikan merubah pola pikir dari masyarakat Papua Barat untuk kemajuan perkembangan masyarakat secara mandiri di daerahnya sendiri, melalui pendidikan modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja di lapangan. Mengenai hal ini seperti dikemukakan oleh Luthans
(2006:44-401)
mengemukakan
dalam
pendapatnya
buku mengenai
perilaku modal
organisasi manusia
ia dan
intelektual bahwa: Modal manusia atau intelektual sangat berpengaruh kepada suatu tujuan kepada visi strategi yang baik sumber daya manusia memiliki pengetahuan dan intelegensia melalui pengalaman, pendidikan, keahlian, dan ide, sangat dibutuhkan dalam suatu visi strategi suatu perusahaan. Dengan demikian modal manusia mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja perusahaan atau lembaga.
Jelas bahwa apa yang dikemukakan oleh Lthans, sumber manusia adalah asset atau dapat dianggap sebagai investor dalam sebuah bisnis (mengontribusikan asset manusia) jadi sumber daya manusia mentransfer nilai-nilai baru terhadap rana sosial. Ranah ini gerakan sosial P3B ingin memberikan cara baru kepada anggota masyarakat atau mahasiswa yang terlibat dalam komunitas ini, hal tersebut
memberikan contoh yang baik tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan. Salah satu trategi komunitas gerakan sosial ini memberikan pemahaman tentang sistem pendidikan yang baik digunakan dalam ranah ini, melakukan pelatihan, seminar, diskusi, dan menyekolahkan anak ke sekolah kejuruan, memberikan beasiswa. Di mana gerakan sosial P3B ini akan menjadi Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Papua Barat yang terdiri dari Panti Asuhan, Sekolah Berasrama, Perikanan, Pertanian dan Peternakan, Akademi Musik dan Seni, dan Sekolah berasrama, semua ini bisa dilakukan hanya melalui pendidikan, dan memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat. Dua strategi, pendidikan dan ekonomi yang di gerakan oleh komunitas ini yang terarah langsung dalam hubungan dengan perjuangan gerakan sosial dalam lingkup sosial yaitu strategi investasi ekonomi dan strategi investasi sumber daya manusia. Jadi strategi investasi ekonomi merupakan upaya yang dilakukan P3B untuk meningkatkan pendapatan masyarakat secara ekonomis atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan mempertahankan atau menambah modal dari berbagai jenisnya. Jadi bukan hanya modal ekonomi saja yang diterapkan tetapi juga modal sosial yang berjangka pendeka maupun jangka panjang. Agar terpelihara kelangsungan hubungan-hubungan sosial. Dan juga ada strategi secara simbolik adalah upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan pengakuan sosial terhadap kultur budaya setempat agar diakui sebagai satu
kesatuan suku atau etnis. Unsur utama modal simbolik untuk mendorong upaya untuk dihargai.
5.2.1.1. Aktor Seperti peneliti kemukakan diawal bahwa dalam gerakan sosial P3B aktor atau playmaker utama adalah ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (Harry Widjaja). HW merupakan pencetus ide dan membentuk sebuah komunitas P3B. Maka peran HW sebagai aktor dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat. Sebagai
aktor
utama
dia
memberikan
pendidikan
pelatihan
enterprenur kepada masyarakat. Hal ini dilakukan dalam komunitas ini agar dampak yang diberikan itu suatu dampak positif bagi kehidupan masyarakat Papua Barat. Terutama yang tergolong masyarakat miskin untuk dapat mengembangkan dan membuka usaha. Sesuai dengan visi P3B bahwa mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat Papua Barat, ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa (MW) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan tujuan utama dalam komunitas ini yaitu untuk mengembangkan sasaran menjadi sumber daya manusia yang mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara mandiri, tidak tergantung pada “belas kasihan” dari pihak lain. Dengan demikian HW selalu menyarankan agar kelompok menjadi kreatif, inovati secara mandiri sehingga individu atau kelompok mampu menjadi aktor utama, tiap anggotaan binaan menjadi pelaku atau aktor dilapangan, secara keseluruhan organisasi P3B menjadi pelaku pemberdayaan ekonomi
masyarakat. strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dikembangkan komunitas ini padasarnya mempunyai tiga arah, pertama, pemihakan pemberdayaan masyarakat, kedua mengajak masyarakat untuk berinovatif dan bekerja keras mengembangkan peran serta masyarakat. ketiga modernisasi melalui penajaman arah perubahan
struktur
sosial
ekonomi
(termasuk
di
dalamnya
pendidikan,kesehatan, budaya dan politik yang bersumber pada partisipasi masyarakat.
5.2.1.1a. Trajectory (Riwayat hidup)
Seperti awal cerita bahwa Harry Widjaja terlahir di Cirebon pada tahun 1972, dari keluarga berdarah Tionghoa yang berdomosili di Cirebon. Masa-masa pendidikannya dihabiskan lebih banyak di Cirebon, dari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah atas. HW saat ini berprofesi sebagai dosen serta seorang penulis. Harry Widjaja pada awalnya tidak pernah memiliki cita-cita untuk dapat bekerja
dalam pengembangan masyarakat Papua.
Alumnus dari salah satu universitas swasta ternama di Jakarta ini, lulus sebagai sarjana Teknik Informatika. Ia baru mulai memiliki keinginan untuk berkontribusi bagi Papua setelah kunjungannya ke Papua dalam kurun waktu beberapa tahun. Kunjungan pertamanya di tahun 1999, lalu dilanjutkan dengan tahun 2000 dan 2001. Pada tahun-tahun tersebut, HW mulai mengunjungi berbagai kabupaten, desa-desa, dan
pegunungan yang ada di Papua karena diajak oleh seorang pemuka agama Kristen yang memiliki sebuah sekolah di pedalaman Papua.
5.2.11b. Habitus (arena/lingkungan) Menurut Bourdieu bahwa habitus merupakan hasil keterampilan yang menjadi tindakan praktis.17 Tekanan pada nilai tersebut bahwa apa yang ingin peneliti kemukakan disini adalah bila nilai atau prinsipprinsip yang di prkatikkan dalam hidup individu merupakan tindakan praktik. Apa yang dipraktekkan HW ini merupakan tindakan raktif terhadap suatu permasalahan yang dia ingin kerjakan, dia ingin menciptakan karya-karyanya dalam kebebasan. Apa yang dipercaya sebagai kebebasan kreatif. Berpikir dan bertindak berawal dari kerangka
penafsiran
untuk
memahami
dan
menilai
realitas
masyarakat. Cara berpikir dan bertindak merupakan berasal dari pikiran dan tindakan manusia, semua berasal dari konsep berikir. Harry Widjaja merupakan keturunan dari Tionghoa, kita ketahui bahwa orang Cina merupakan pembisnis terhebat dimuka bumi ini, entah dia berlatarbelakang pendidikan apapun, soal bisnis tidak bisa diragukan lagi apa saja mereka bisa melakukan, tradisi dan budaya yang berkembang membikin Cina menjadi negara yang diperhitungkan di dunia ini. semua perkembangan yang dicapai saat ini tentu saja tidak turun dan jatuh dari langit dengan tiba-tiba. Mereka menampaki dari 17
Jurnal BASIS, kritik terhadap neoliberalisme, edisi khusus pirere bourdieu 2003 hl.10
bawah untuk kemudian merangkak naik dan mulai dirasakan dampak dan pengaruhnya. Tentu apa yang peneliti kemukaka tidak mengarah kesitu namun bagaimana tindakan dan sikap yang ditunjukan bangsa Cina terhadap aksi dan reaksi terhadap sikap segala perkembangan. Ketika kebudayaan menjadi tradisi, hal tersebut menjadi keteladan kepada masyarakat. hal itu dipraktekan dalam tindakannya di dalam komunitas P3B. kemampuan, optimisme, percaya diri dan pasti bisa (can do belief), jelas bahwa pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kebiasaan, dan mentalitas menjadi faktor pendorong untuk tindakan dalam praktik.
5.2.1.2. Tujuan atau Target Target utama pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah meningkatkan
kualitas
hidup
masyarakat
dan
meningkatkan
pendapatan masyarakat dalam keluarga secara ekonomis. Pada saat ini komunitas ini melakukan pembekalan dan pembelajaran atau pembinaan mengenai kewirausahaan. Karena selama ini masyarakat dikampung-kampun dan mama-mama di pasar-pasar mereka memiliki modal yaitu sumber daya alam. Selain itu kurangnya keterampilan untuk
mengelola
sumber
daya
alam
yang
ada.
Dalam
mengembangkan Bagaimana sumber daya alam yang dipergunakan untuk menjadi modal nilai ekonomis. P3B melakukan metode atau model pembelajaran kepada masyarakat agar masyarakat terampil dalam mengelolah sumber daya alam yang ada. Sehingga fokus pembelajaran hanya terpusat pada masyarakat berjiwa wirausaha.
Dengan menerapakan model pembelajaran berbasis pemberdayaan ekonomi, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik empirik. Model pembinaan pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan masyarakat untuk mendorong kompetensi, bertanggung jawab,
dan
partisipasi
peserta
didik,
belajar
menilai
dan
memberanikan diri untuk berperan serta dalam kegiatan usaha, antar masyarakat sehingga proses pembelajaran terpusat pada pelatihan dan pembinaan kewirausahaan masyarakat. Target yang ingin dicapai adalah Peningkatan kewirausahaan menjadi sangat strategis karena jumlah entrepreneur masyarakat di Papua Barat sangat kurang. Agar dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi masyarakat meningkat secara
optimal.
Entrepreneurship
meruapakn
peluang
untuk
membuka kesepatan bekerja dan berusaha bagi penduduk masyarakat pedesaan dan juga membuka usaha mama-mama di pasar. 5.2.1.3. Isu Yang Diangkat Begitu kompleksnya permasalahan yang di hadapi masyarakat Papua Barat. Baik itu dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya, gizi dan kesehatan, regi dan hak-hak masyarakat lainnya Isu utama yang diangkat dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah: pertma rendahnya tingkat pendapatan pelaku usaha masyarakat Papua Barat. Kedua,Terbatasnya transfer nilai baru atau hal-baru dalam dunia usaha. Ketiga, Rendahnya produktifitas usaha
masyarakat karena kurangnya penguasaan teknologi produksi masyarakat dalam usaha, dan rendahnya kualitas produk masyarakat yang bernilai ekonomis. Keempat, Belum adanya komoditas unggulan masyarakat dalam dunia usaha mereka berskala nasional. Kelima, Kurangnya komitmen permerintah daerah dalam pengembangan kualitas masyarakat. Ke enam, kurang optimalnya pemanfaatan sumber daya alam yang ada untuk pengembangan ekonomi masyarakat. Ketuju, Menurunnya sumber daya alam karena rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang ada dilingkungan, dan penanganan sosial ekonomi masyarakat pada saat ini masi rendah.
5.2.1.4. Modal (Kapital) Untuk Mencapai Tujuan Untuk mencapai tujuan kehadiran orang baru dalam sebuah tim atau sosok orang yang berpengaruh kepada suatu perubahan dalam organisasi kerap dirasakan bisa membawa energi baru dan hawa yang berbeda bagi tim. Misalnya seperti ketua P3B Harry Widjaja, dengan binaannya yang sukses dalam dunia bisnis ibu Yanti Monim, ibu Elis Nauw dan binaan yang lainnya. Dan mereka masuk dalam sebuah organisasi P3B, bisa terasa ada keinginan untuk berubah dank mengikuti
jejak
mereka
dalam
dunia
usaha
hal
itu
akan
menumbuhkan semangat yang tinggi dan juga kreativitas yang mengebu-ngebu untuk menghasilkan kinerja yang kuat dalam tim. Kehadiran mereka dalm komunitas sangat berpengaruh kepada psikologis orang yang tergabung dalam komunitas atau bahkan
kepada individu-individu atau kelompok untuk naluri mengikuti kesuksesan mereka. Dari situ kita kerap bisa bertanya apa yang berbeda dari orangorang ini bila kita amati kepribadiannya kadang kita tidak menemukan hal terlalu istimewa yang membedakannya dari orang lain bahkan bisa saja si pembawa “angin perubahan atau hawa baru” ini pendidikannya tidak sehebat orang lain atau jam terbangnya belum sebanyak orang yang lama. Namun dampak dari kehadirannya bisa begitu kuat terasa dalam komunitas ini angin perubahan yang mereka bahwa adalah suatu perubahan transformasi masyarakat Papua Barat di bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. ini bukti nyata betapa “human capital” tidak bisa jumlahkan semata dari kualifikasi, kompetensi maupun talenta. Ada aset virtual yang berpengaruh dan seolah membuat individu menciptakan “megic”. Kehadiran orang-orang tersebut membawa suatu megic dan menyulut energi dalam organisasi membuat kita semakin menyadari bahwa yang sering disebut human capital tidak semata dipengaruhi jumlah manusianya. P3B dalam melakukan suatu gerakan sosial untuk perubaha masyarakat Papua Barat dalam komunitas ini tidak terlalu banyak masyarakat yang berpengaruh dan juga tidak banyak anggota yang tergabung dalam gerakan transformasi Papua Barat. Pada prinsipnya komunitas ini berjalan sesuai komitmen bahwa suatu perubahan tidak membutuhkan berapa jumlah banyak orang atau secara kuantitas orang tetapi dengan kualitas orang yang ada melakukan
gerakan-gerakan
sosial.
Hal
inilah
yang
selalau
dikemukakan oleh ketua perkumpulan P3B bahwa kita pernah mengalami dan merasakan beberapa orang yang sudah bergabung dalam tim ini tetapi meninggalkan pergi begitu saja. Juga tim ini jika ada yang kedapatan bahwa tidak bekerja dengan serius dapat diberhentikan atau dengan sendirinya mengundurkan diri dari tim ini. Bagi komunitas ini kepergian orang tidak berpengaruh kepada visi dan misi yang di jalankannya. Bagi komunitas ini berpandangan bahwa dua tiga orang yang punya kualitas yang baik dan berkemampuan untuk bisa menjalankan visi dan misinya dengan baik tidak menjadi masalah dengan kepergian orang dari komunitas ini. Organisasi dengan semangat tinggi, motivasi kelompok yang kuat bisa berproduksi di atas rata-rata bukan karena kompetensinya, tapi lebih kepada “atmosfer” yang mendorong masyarakat Papua Barat untuk lebih berprestasi dan memacu diri. Terlepas dari perhitunganperhitungan talenta di atas kertas, kita bisa menyaksikan bahwa masyarakat dalam suatu reproduksi yang disebut juga dengan industri manusia sebagai capital hal ini ternyata mempunyai kekuatan yang sangat besar. Hal ini terlihat dalam komunitas ini. sebagai suatu organisasi yang baru dibentuk dan menjalan suatu misi perubahan tidak begitu terlihat banyak orang, namun digerakan satu dua dan tiga orang mempunyai power untuk mempengaruhi komunitas ini untuk kerah perubahan trasformatif. Dalam komunitas ini beragam bentuk kapital yang diperlihatkan. Kapasitas intelektual dan kemampuan belajar yang dimiliki seseorang disadari sebagai aset penting, tapi itu bukan satu-satunya aset
penentu keberhasilan dalam suatu gerakan sosial yang dilakukan dalam organisasi ini. Dalam setiap ada pertemuan sering ketua P3B mengemukakan bahwa aspek terpenting dalam komunitas ini adalah aspek emosional kita yang harus dikuatkan dengan semangat yang tinggi bekerja keras dan mempunyai rasa nasionalisme terhadap misi itulah yang harus dipengang oleh organisasi baik secara individu maupun kelompok. Seiring dengan apa yang dikemuka ketua P3B di atas para pakar sosiolog juga mengemukakan hal semacam itu misalnya Daniel Goleman adalah salah seorang pakar yang membuka mata kita bahwa aspek emosional adalah aset super penting yang perlu dimiliki individu. Modal emosional yang melekat pada individu akan memberikan kontribusi pada kemampuan individu untuk mawas diri. Membangun hubungan berkualitas, menjaga integritas dan mendorong dirinya untuk bangkit saat menghadapi kegagalan. Aset lain yang dimiliki P3B, peneliti amati dalam pengembangan komuninitas yang harus diperhatikan juga pembeda antara individu yang sukses dan yang biasa-biasa saja dan ini juga adalah sosial kapitalnya. Komunitas ini tidak bisa sukses tanpa jejaring yang berkualitas dan “update”. Individu yang ada dalam organisasi ini dan segaligus dianggap sebagai anggota berbagai kelompok akan bernilai jauh lebih besar daripada individu berkapasitas intelektual baik, tetapi “tidak perteman” fungsi berkawanan ini bukan saja terletak pada kemudahan proses atau permintaan tolong saja, tetapi juga “rasa percaya”. Banyak persepsi yang didengar oleh komunitas tentang gerakan sosial ini, persepsi orang luar terhadap organisasi
bisa
diwakili kualitas kehidupan sosial individu di dalam komunitas ini. hal ini bisa terbukti bahwa dalam komunitas P3B ini sudah ada yang berhasil menjadi seorang pengusaha kontraktor dan juga pengusaha lainnya hal ini juga tidak dipimpin oleh begitu banyak orang tetapi dibina oleh seorang Harry Wadjaja yang juga adalah ketua perkumpulan ini, yang mempunyai kemampuan dan kualitas yang dimilikinya membina dan mendidik masyarakat Papua Barat sehingga pada akhirnya juga berhasil dalam dunia usaha. Hal ini juga tidak terlepas dari terbentuknya hubungan (network) yang kuat dan saling percaya akan usaha yang dilakukan untuk kemajuan individu atau kelompok masyarakat Papua Barat. Jadi human capital atau modal kapital yang dikembangkan P3B adalah kapital intelektual, kapital emosional, sosial, bahkan spiritual dari individu-individunya. Begitu erat jalinannya sehingga kekurangan satu unsur saja bisa membuat organisasi melambat kinerjanya. Inilah sebabnya pengelolaan sumber daya manusia tidak bisa lagi hanya berkonsentrasi pada hardskills atau technical skills, tetapi juga softskills-nya. Kekuatan individu dan lingkup social emosional ini juga membuka mata individu-individu yang tergabung dalam komunitas ini bahwa individu-individu atau kelompok masyarakat papua Barat yang tegabung
dalam
komunitas
ini
bertanggung
jawab
untuk
mengembangkan diri individu tidak bisa sepenuhnya diletakan pada organisasi. tepai juga dipangku oleh individunya sendiri, semakin individu demokratisasi “work life balance” individu pun harus memperhitungkan cara dia akan berkontribusi pada pekerjaannya.
Jadi intinya apa yang ingin disampaikan oleh komunitas ini lewat gerakan sosialnya kepada masyarakat Papua Barat bahwa kita masyarakat atau mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini secara suka rela dan bersemangat meremajakan pengetahuan, pergaulan dan spirit-nya “Papua Barat pasti bisa” kita sebagai indidividu yang pandai menempatkan diri, menangkap peluang yang ada. Kita individu-individu mengelolah human capital itu sendiri hal ini juga sering dikemukakan oleh komunitas perkumpulan P3B dalam diskusinya. Organisasi ini menanamkan nilai-nilai sosial ada dalam masyarakat dimanfaatkan untuk perkembangan modal capitalnya. Komunitas ini berusaha mengarahkan human capitalnya untuk berusaha dan tidak dimanfaatkan suatu saat kita menyadari bahwa kesempatan penanaman modal dalam diri dia tidak berhasil. Ujungujungnya yang paling rugi adalah diri dia sendiri. Menurut ketua perkumpulan P3B dengan memberikan motivasi kepada anak didik dan masyarakat Papua Barat bahwa kitalah menciptakan lapangan pekerjaan dengan modal yang kita miliki. Kita tidak usah menunggu modal besar, tetapi memulai dengan modal yang ada dalam diri kita. Seberapa modal yang kita miliki, seberapa materi yang saya miliki kita mengkur diri kita untuk berusaha semaksimal mungki. Sejauh mana kita memandang sejau itu kita berda. Kita perlu melihat lapangan kerja sebagai kesempatan yang luas untuk menciptakan arti hidup kita. Dimana kehidupan karir kita perlu memanfaatkan pelanggan dan kolega untuk menjadi manusia yang hidup belajar menjadi hobi dan harus menyenangkan sehingga
membuat kerja kian menjadi menarik. Bila kita (annggota P3B) merasa sebagai manusia bebas yang ingin meremajakan pengetahuan, profesionalisme, kehidupan sosial dan emosinya, dunia kerja akan sama seperti dengan dunia music film, dan dunia entertainment mana pun. Kerja menjadi kesenangan (fun), dalam komunitas virtual yang dinamis.
5.2.1.4a. Modal Sosial Dalam aktivitas komunitas P3B salah satu yang dilakukan adalah penguatan modal sosial masyarakat. mereka meyakini bahwa melalui penguatan kekuatan masyarakat atau mahasiswa akan meningkatkan keterkaitan sosial yang menjadi masyarakat Papua Barat secara indivi mapun kelompok mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh komunitas ini. sehingga modal sosial dikembangkan melalui keluarga, individu, dan kelompok masyarakat dimana mereka ada, kelompok-kelompok individu ini diajak untuk bergabung ke kelompok yang sudah terbentuk oleh komunitas, dalam hal ini komunitas gerakan sosial P3B. komunitas ini juga memanfaatkan komunitas sosial yang ada dilingkungan masyarakat Papua Barat misalnya komunitas masyarakat lokal seperti komunitas adat, komunitas gereja, komunitas pemuda, komunitas mama-mama (ibu-ibu), komunitas anak, komunitas mahasiswa. Mereka-mereka itulah yang dijadikan sebagai modal sosial untuk melakukan suatu gerakan sosial perubahan untuk masyarakat Papua Barat.
Komunitas P3B tidak hanya memanfaatkan modal sosial secara fisik tetapi juga memanfaatkan nilai-nilai sosial masyarakat yang dimiliki seperti kepercayaan-kepercayaan masyarakat lokal, agama yang dianut dalam hal ini nilai-nilai agama kristiani, dan jaringan kekerabatan masyarakat yang dimiliki seperti ayah, ibu anak, om, tante dan juga hubungan sosial yang dimiliki masyarakat dilingkungan setempat. Hal ini dilakukan agar gerakan sosial menurut keyakinan komunitas ini bahwa melalui gerakan keluarga, komunitas setempat akan berpengaruh pada tujuan yang hendak mau dicapai. Karena melalui ikatan kekeluargaan hubungan persaudaraan menjadikan seseorang mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan itu sebab kelompok memiliki jaringan dalam periode tertentu atau hubungan yang informal yang saling membutuhkan dan menghormati. Hal ini akan membangkitkan semangat baru dalam gerakan sosial untuk perubahan Papua Barat menuju masa depan yang penuh harapan. Komintas P3B ini juga memanfaatkan modal sosial yang ada seperti anak-anak yang kurang mampu disekolahkan ke sekolah kejuruan (SMK) tujuannya adalah dia memiliki keterampilan dan menjadi modal aset. Strategi P3B membangun bakat atau talent dalam modal sosial adalah P3B ingin berfokus untuk mempromosikan bakat yang dimiliki dari dalam keluarga, kelompok masyarakat yang ada melalui organisasi P3B. strategi membangun ini dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, pembinanaan masyarakat, strategi membangun adalah yang paling efektif. Di satu sisi, dibutuhkan upaya investasi yang besar
dan duarasi waktu yang relatif lama untuk mencetak bakat internal. Namun disisi lain strategi ini menumbuhkan budaya dan semangat kerja yang baik serta mengoptimalkan internalisasi budaya organisasi bagi para bakat atau talent internal. Ada hal yang membuat komunitas ini mengembangkan modal sosial dalam upaya mentrasformasikan masyarakat Papua Barat melalui pendidikan dan pemberdayaan masyarakat yaitu perlu disertai dengan pengelolaan talent itu (talent managemen) yang komprehensif dan optimal. Pengolaan bakat ini tidak berfokus pada proses sosial yang terbentuk antara menarik atau memilih bakat. Tetapi mengidentifikasi dan menilai modal sosial dengan bakat yang dimiliki sehingga mengembangkan modal sosial dengan penuh talent. Apapun strategi dalam membentuk modal sosial komunitas P3B memastikan bahwa komunitas P3B ini berusaha tidak lupa membangun program manajemen yang baik untuk membentuk modal sosial dengan membentuk jejaring sosial, melalui berbagi pengetahuan atau knowledge sharing. Dalam membentuk modal sosial tidak hanya membangun bakat, kepuasan dan ketertarikan saja tetapi juga membangun emosionalitas dalam modal sosial sebagai satu ikatan sosial tetapi pengeloaan bakat sebagai modal dalam membangun modal sosial. Menurut para ahli sosial modal sosial adalah keterkaitan yang menjadikan seseorang mampu melakukan tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, misalnya Putnam dalam (field 2011:49).
Dalam hal ini modal sosial merujuk pada bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma, dan jaringan, yang dapat meningkatkan efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan-tindakan koordinasi.
Merujuk pada apa yang dikemukakan oleh Putnam bahwa modal sosial adalah keterkaitan maka perkumpulan Papua pusaka bangsa membentuk modal sosial dengan individu-individu dan kelompokkelompok membangun suatu jaringan sosial untuk membentuk organisasi P3B yang komitmen dengan integritas ( commitment with integrity). 5.2.1.4b. Modal (Kapital) Ekonomi Menurut para ahli bahwa capital ekonomi yakni uang dan hak kepemilikan tentu saja dengan media pertukaran uang dan barang. Merujuk pada kedua hal tersebut bahwa modal capital ekonomi yang dikembangkan
perkumpulan
Papua
pusaka
bangsa
adalah
mengembangkan fisik dan capital manusia, dalam hal ini uang dijakan sebagai
alat
produksi
produksi
ciptaan
manusia
untuk
mengembangkan capital fisik bentuk barang dan capital manusia itu. Karena tanpa uang pun modal modal fisik dan manusia dapat berkembang. Sehingga strategi yang dilakukan adalah bagai potensi sumberdaya manusia yang dimiliki masyarakat Papua barat dapat dikembangkan dengan baik agar mengahsil capital ekonomi melalui sumber daya alam yang dimiliki masyarakat setempata. Pemanfaatan sumber daya alam itu sama dengan menggunakan capital fisik yang bisa dijadikan sebagai barang yang bernilai ekonomis. Hubungan eknomi peran jaringan social dalam perilaku ekonomi telah lama
dibicangkan para pakar ekonomi dan sosial ekonomi. Bagaimana hubungan antara ekonomi dan sosial dibangun dalam komunitas virtual ini. bagian ini dimulai dengan menelaah gerakan sosial P3B tentang modal sosial dengan perkembangan modal kapital ekonomi. Modal sosial dipandang sebagai aset pasar dan tenaga kerja yang menunjukan loyalitas dan komitmen dalam mencapai suatu tujuan. Modal sosial sebagai aset modal pembangunan ekonomi masyarakat dengan tujuan bahwa pengembangan masyarakat melalui pembangun ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui strategi investasi ekonomi. strategi ini merupakan upaya mempertahankan atau meningkatkan berbagai jenis modal, yaitu akumulasi modal ekonomi dan modal sosial. Investasi modal sosial bertujuan melanggengkan dan membangun hubungan-hubungan sosial yang berjangka
pendek
maupun
jangka
panjang
agar
langgeng
kelangsungannya, hubungan-hubungan sosial diubah dalam bentuk kewajiban-kewajiban yang bertahan lama, seperti melalui pertukaran uang, perkawinan, pekerjaan, dan waktu. Di setiap diskusi ketua P3B mengingatkan kepada anggotanya bahwa dalam gerakan perubahan Papua Barat ke arah transformis kita perlu investasi; investasi dalam bentuk ekonomi dan investasi dalam bentuk modal sosial melalui pendidikan sebab manusia Papua Barat adalah asset, jadi P3B membuat suatu investasi yang strategis. Dalam dunia perekonomian organisasi ini mendorong ekonomi rakyat dari sektor pedesaan (istilahnya mulai dari kampung-kampung), ini dilakukan agar
masyarakat perlu mendapat dorongan dan dukungan yang memadai dari gerakan sosial ini untuk mengantisipasi kemiskinan yang akut. Gerakan sosial perkumpulan Papua pusaka bangsa merupakan lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat, masyarakat mendapat bimbingan. Strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pendidikan terhadap masyarakat adalah salah satu upaya yang harus dilakukan oleh P3B, dalam lembaga ini kita memasukan pemberdayaan ekonomi masyarakat dalam sistem, agar sistem mengatur semua. Modal ini dipengaruhi oleh lembaga yang kuat, dan kemampuan intelektual yang memadai, untuk menggerakan strategi sosial dan aksi sosial lebih kepada kegiatan-kegiatannya, ini sebuah proses untuk membentuk sebuah mentalitalitas masyarakat dan mahasiswa agar bekerja untuk keberlangsungan hidup. 5.2.1.4c. Modal Budaya Modal budaya yang dikembangkan organisasi P3B ini adalah, modal sosial di dalam sistem ekonomi. Modal budaya dikembangkan melalui pendidikan, pendidikan modal budaya masyarakat atau mahasiswa agar mengarah kepada hubungan antara strategi dan kinerja organisasi. Pendidikan mengubah paradigma masyarakat atau mahasiswa, misalnya model kerja baru dapat dikembangkan dengan budaya baru, cara berpikir baru dalam pemahaman realitas dimana masyarakat/mahasiswa itu berada. Paradigama baru yang dihadapi manajemen memerlukan perspektif baru dan penghargaan terhadap
masyarakat. jadi, bidang perilaku komunitas P3B menjadi penting saat ini dan masa mendatang. Hal inilah yang diyakini oleh komunitas P3B, hanya merubah pola pikir (mitsed) masyarakat Papua Barat melalui manajemen pendidikan yang baik akan mendapatkan budaya baru. Yang dimaksud dengan budaya baru disini adalah cara baru yang dikembangkan karena perilaku komunitas yang akan dikembangkan merupakan bidang relatif baru. Penetapan tujuan dan kinerja organisasi P3B dalam budaya kolektivitas secara umum yang menunjukkan kecenderungan terhadap komitmen terhadap tujuan yang ingin dicapai seperti melayani minat terbaik dari kelompok dan dalam budaya kolektivitas masyarakat dalam komunitas ini. dimana tujuan partisipatif menghasilkan kinerja lebih baik dan komitmen lebih tinggi yang mengarah kepada sifat masyarakat yang baik, harmoni dalam relasi interpersonal, dapat dipercaya, sikap hormat, loyalitas dan rasa hormat terhadap orang yang mempengaruhi dalam suatu perubahan positif atau orang yang lebih hebat daripada kita, usaha dan keinginan bekerja, kesadaran akan tugas dan kewajiban, rasa terima kasih, kontribusi pada kesatuan tim merupakan dimensi yang lebih penting dalam kolektivitas dibandingkan criteria yang berhubungan dengan tugas dalam budaya individualistik. Hal yang ingin tunjukan disini adalah budaya kolektivitas dalam budaya kerja tim dimensi budaya seperti ini pada dasarnya bersifat explanatory. Dalam budaya netral, emosi ditahan dan tidak diekspresikan. Masyarakat Papua Barat yang tergabung dalam
komunitas ini ingin menunjukan perasaan mereka melalui gerakan sosial ini. gerakan sosial P3B ini membuka ruang bagi masyarakat untuk menunjukan ekspresinya melalui tindakan nyata seperti kewirausahaan atau entrepreneurship. Menentukan karakter budaya pengetahuan yang baik merupakan pengetahuan yang diperlukan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan perilaku sosial yang baik. Meskipun sangat sulit membuat generalisasi karena perbedaan individu dan masyarakat yang berbeda budaya, bahasa, karakter, watak di masyarakat Papua Barat. Namun disini komunitas P3B ingin menunjukkan bahwa ada dimensi budaya yang cukup baik untuk mendiskripsikan orientasi sosial dalam dunia usahanya. Dimensi tersebut adalah bagaimana masyarakat Papua Barat melihat dirinya sendiri, hubungan sosial dengan dunia nyata, individualialisme dan versus kolektivisme, dimensi waktu, ruang publik dan privasi. Dimensi tersebut menghasilkan budaya baru organisasi dalam tindakan. Berbagi pengetahuan mengenai sesuatu hal yang baru yang didapat melalui pendidikan formal maupun non formal mendapat modal budaya pendidikan baru.
5.2.1.4d. Modal Simbolik Modal strategi simbolik yang dikembangkan adalah strategi investasi simbolis. Jenis strategi ini merupakan upaya melestarikan dan meningkatkan pengakuan sosial, legitimasi atau kehormatan melalui reproduksi skema-skema persepsi dan apresiasi yang paling
cocok dengan properti mereka, dan menghasilkan tindakan-tindakan yang peka untuk diapresiasi sesuai dengan kategori masing-masing. Misalnya sebua arti sebuah nama, arti sebuah simbol, gambar atau logo, dan sebagainya. Strategi ini dilakukan P3B agar sebuah nama atau simbol memiliki arti tersendiri dalam kelompok sosial tersebut. Selain itu juga komunitas ini ingin menjukan bahwa simbol sebagai identitas
organisasi
atau
representative
daripada
kelompok
masyarakat itu. Dan menunjuk pada proses yang menjebatani persepsi individu atau kelompok untuk menunjukan pilihan dan perilakunya. Modal simbol secara simbolik dimengerti dalam hubungannya dengan pengetahuan yang dibentuk dengan hubungan sosial masyarakat. Penggunaan simbol-simbol untuk melegitimasi kepemilikan, kecintaan, rasa memiliki, dan menunjukan pada identitas tim. Dengan adanya simbol-simbol akan menimbulkan persepsi masyarakat terhadap organisasi masyarakat tersebut. Tetapi setiap orang individu yang berbeda dari yang lain oleh karena itu selain penerimaan ada pula penolakan tergandung dalam konsep lingkungan dimana masyarakat mempersepsikan arti daripada simbol-simbol yang dapat diartikan sebagai koneksi masyarakat yang dalam kondisi tertentu dapat ditukar dengan capital ekonomi dan dapat dilembagaakan atau dugunakan sebagai simbol komunikasi. Misalnya adalah logo P3B sebagai berikut:
Gambar 1.5. Logo Komunitas Papua Pusaka Bangsa Sumber: Arsip P3B (2012)
Logo memiliki arti dua orang yang sedang bahu membahu, dimana tangannya sedang bergerak maju ke depan untuk meraih cita-cita dan harapan. Sesuai dengan latar belakang didirikan perkumpulan Papua pusaka bangsa adalah sebuah dorongan dari hati untuk mendukung, mendampingi dan membangun saudara-saudara kita di tanah Papua Barat untuk mengejar ketertinggalan dan mencapai kesejahteraan. Melalui pembinaan, melatih, membentuk dan meningkat kualitas hidup dengan keterampilan/keahlian untuk mengejar cita-cita dan meraih masa depan yang lebih baik. Selain arti logo tersebut, adapun nama sebuah lembaga ini dengan Papua pusaka bangsa P3B, untuk sebuah nama mestinya ada artinya,dalam komunitas ini mengartikan nama sebagai berikut: pulau Papua Barat disebut juga ‘ujung bumi’ karena di Papua Barat masih terdapat orang-orang yang hidup pada jaman batu dan sangat tertinggal, selain letaknyanya paling Timur dari wilayah Indonesia. Di pulau terdapat lebih dari 312 suku dengan berbagai nama dan bahasa itulah arti sebuah nama perkumpulan Papua pusaka bangsa. Simbol
mempunyai arti, nama juga mempunyai arti, simbol-simbol atau nama mempunyai kaitan dengan hal-hal yang nyata, dapat diterangkan dalam bentuk deskripsi. Sebab orang adalah mahluk yang mempunyai kemampuannya menggunakan simbol. Jadi manusia bertindak terhadap benda-benda berdasarkan makna benda-benda tersebut, demikian hal juga dengan logo dan nama P3B tersebut. Sebuah simbol atau nama tidak terbentuk begitu saja, dalam proses terbentuknya simbol-simbol pasti sudah terjadi interaksi sosial, interaksi melalui komunikasi merespon sebuah makna tersebut. Jadi dia menegaskan bahwa masyarakat terdiri dari orang-orang yang bertindak dan berinteraksi secara simbolik. Apa yang dianggap benar bagi P3B adalah sebagai landasan atau dasar pemikiran atau promosi yang dijadikan sebagai penarikan atau ketertarikan terhadap masyarakat lain. Dalam konteks simbol seperti ini dia memberikan makna terhadap dimana situasi masyarakat yang dihadapi oleh organisasi. Bahasa simbol itu menunjuk pada ajakan, simpatisan terhadap organisasi atau suatu aksi yang akan dilakukan oleh komunitas ini untuk gerakan perubahan. 5.2.1.5. Modal Spritual (Spiritual Capital) Sebagai komunitas yang religius, penekanan pada nilai-nilai positif sepenuhnya diambil dari pedoman etika dan hidup yang sesuai dengan Alkitab dimana sebagian besar iman dari masyarakat Papua Barat berpijak. Mereka membaca dan merenung apa yang tertulis dalam Alkitab. Modal spiritual juga pendorong sumber daya manusia
yang sudah dibina dalam komunitas ini. Rasa optimisme dan kepercayaan diri juga datang dari semangat nilai-nilai yang tergadung dalam iman yang diyakini. Jaringan yang semakin terbuka, bidangbidang yang semakin mengembang, penerimaan masyarakat yang semakin baik ini disebabkan juga oleh nilai-nilai yang ditanamkan oleh modal spiritual. Dengan spiritual kepercayaan akan berfungsi baik, untuk pengembangan organisasi, semangat kepercayaan menjadi atribut organisasi dan kelompok maupun individu. Strategi kepercayaan yang dikembangkan
adalah
kepercayaan
nilai-nilai
kristiani
yang
memainkan peran dalam jaringan sosial yang dibuat dari organisasi tersebut. Dengan menumbuhkan semangat spiritual ditengah-tengah masyarakat Papua Barat dengan harapan bahwa pola pikir yang cenderung pasif misalnya pasrah, malas, robot, pekerja hanya untuk uang sebagai pola kapitalis, agar pola pikir seperti ini bisa berubah kearah pola pikir mengapa kita mengerjakan sesuatu dan terus berupaya mencari cara-cara yang lebih baik dalam kreativitas dengan gool setting hidup lebih memiliki arti, sebab hidup manusia sebagai mahluk spiritual yang rindu akan nilai dan makna arti kehidupan itu sendiri. Dengan modal spiritual menumbuh kembangkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan modal sumber daya dalam jiwa sehingga ada nilai-nilai yang harus dipegang dan menumbuhkan kembangkan dalam diri individu dan dalam komunitas masyarakat marjinal. Pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan komunitas ini
merupakan
pemberdayaan
sebagai
upaya
perlindungan
atas
kepentingan rakyat Papua Barat terutama kelompok-kelompok yang terpinggirkan dan rentan dan yang tidak memiliki ruang yang memadai. Hal ini dimaksudkan agar pemberdayaan memiliki target kelompok dengan tetap menitik beratkan pada individu sebagai strategi awal. Komunitas ini meyakini bahwa Jiwa yang tercerahkan akan membawa masyarakat pada perjuangan hidup menuju kesuksesan diiringi rasa bahagia karena perasaan bernilai didepan Tuhan dan manusia secara sosial memberi rasa bermakna. Membangkit semangat yang positif terhadap diri dan bagi orang lain. Ketika keyakinan muncul dalam hati bahwa keyakinan adanya sesuatu yang sempurna yang bertahta dalam hati manusia. Hal itu membuat dorongan hati untuk melakukan upaya pemberdayaan manusia kearah kesempurnaan. Perjalanan itu yang terus menerus diupayakan dalam gerakan sosial ini. kesempurnaan adalah tujuan tugas komunitas ini terus berjalan. Masa kini adalah yang titik perhatian komunitas ini, masa lalu dan masa depan biarlah terjadi. Hanya perubahan yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan untuk mencapai tujuan. Ketika dimana komunitas ini berkumpul, seringkali ketua perkumpulan P3B menyampaikan bahwa setiap manusia merindukakan kebahagiaan. Untuk itu komunitas ini membangun suatu gerakan sosial kearah perubahan melalui spiritual.
Pemberdayaan masyarakat melalui modal spiritual merupakan modal utama membangun kebersamaan visi dalam usaha komunitas ini. Dengan mengedepankan, kejujuran, kepercayaan, dan kewajaran dengan fokus yang cermat. Keseimbangan antara diri, keluarga, pekerjaan, dan masyarakat akan senantiasa dijaga oleh pekerjaan spiritual. Dalam komunitas P3B spiritual menjadi modal utama untuk membangkitkan semangat masyarakat. Misalnya dalam milist komunitas P3B sering mengirim renungan-renungan berdasarkan ayat-ayat Alkitab untuk memotifasi kelompok dalam usahanya. Pandangan yang positif terhadap makna kehidupan dan kebersamaan terhadap usaha-usaha bisnis akan menjadi sehat ketika mengedepankan etika bisnisnya. Hal seperti ini dipraktekkan oleh komunitas P3B. komunitas P3B dengan berdasar pada firman Tuhan mengirim renungan melalui milist P3B. Contoh renungan yang dikirimkan melalui milist dengan tema “bangunlah pagi-pagi jangan terlambat” adalah sebagai berikut: Tuhan, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." Mazmur 5:4
18
Berdasarkan renungan tersebut di atas. Membiasakan diri untuk bangun pagi-pagi adalah pekerjaan yang tidak mudah bagi kebanyakan orang, perlu latihan dan disiplin yang keras. Namun, bangun pagi-pagi adalah gambaran dari sebuah kerja keras yang merupakan motto 18
Data milist P3B 12/2012. Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Agustus 2012 , http://airhidupblog.blogspot.com/2012/08/bangunlah-pagi-pagi-janganlambat.
orang-orang yang berhasil dalam hidupnya. Dengan kata lain, orangorang yang berhasil adalah mereka yang sangat menghargai waktu dan kerja keras. Mereka tidak pernah menyia-nyiakan waktu yang ada, tiap detik, menit, jam tak pernah luput dari hal-hal yang bermakna dan berkualitas. Hal ini ditujukan karena karakter yang baik dan spiritual merupakan hal yang penting bagi perkumpulan Papua Pusaka Bangsa. Bagi mereka, seseorang hanya dapat dinilai baik oleh Tuhan dan anggota tersebut melakukan perubahan bila orang tersebut dapat menjaga hidupnya bersih dihadapan Tuhan agar dapat menjadi teladan. 5.2.1.6. Modal Politik (capital politic) Perkumpulan Papua Pusaka Bangsa ini merupakan kelompok tertutup dan bersifat non pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk menjaga perkumpulan ini agar tidak diatasnamakan oleh kepentingan politik tertentu yang ada di Papua. Mengingat juga kondisi Papua yang dapat setiap saat bergejolak dalam hal politik dan keamanan yang berhubungan dengan isu-isu politik dan sosial. Dalam hal ini modal politik yang dikembangkan komunitas adalah hubungan
orang
antara
individu-individu,
kelompok-kelompok
membuat suatu jaringan sosial. Oleh sebab itu komunitas P3B melihat modal politik sebagai kapital sosial yang melekat dalam hubungan antara masyarakat atau dilihat dari fungsi-fungsi lain dari sistem produksi sosial. Mereka yang merupakan anggota jaringan sosial
adalah mereka yang tergabung dalam kelompok anggota P3B memiliki sikap yang mendukung gerakan sosial P3B dan saling mempengaruhi satu sama yang lain untuk ikut berpartisipasi dalam aktivitas. Jenis modal politik yang dikembangkan adalah persamaan, komitmen, integritas, kewajiban masyarakat, koneksi dan hubungan sosial lainnya. Dalam komunitas ini dianjurkan anggotanya untuk tidak ikut dalam dunia politik praktis, sebab yang dikembangkan dalam komunitas ini adalah berhung dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan demikian masyarakat/mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini diarahkan untuk menjadi seorang pembisnis atau pengusaha. Maka ketua perkumpulan Papua pusaka bangsa tegas menganjurkan anggotanya tidak ikut berpartisipasi dalam politik praktis. Walaupu pembangunan ekonomi masyarakat juga tidak terlepas dari adanya unsur politik, sebab peneliti yakin bahwa sebuah usaha sosial yang dilakukan oleh sebuah komunitas atau organisasi faktor politik ikut bermain di dalam. Misalnya gerakan sosial P3B ditandai dengan menggunakan simbol-simbol, pencitraan, nilai-nilai kristiani yang diterapkan, menggunakan atribut budaya masyarakat Papua Barat ini bagian dari pada politik. Menggunakan atribut simbol-simbol kedaerahan dan nilai-nilai kristiani yang ditanamkan dan koneksi masyarakat adalah bagian daripada capital sosial yang ada dalam komunitas untuk menciptakan capital politik. Walaupun komunitas dianjurkan untuk tidak ikut dalam
politik praktis, namun dalam kenyataannya bahwa banyak ahli ekonomi, ahhli sosial, atau ahli ekonomi politik menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi masyarakat itu tidak dapat terjadi kalau tidak ada stabilitas politik. Hal inilah menurut hemat peneliti bahwa modal politik dengan capital-kapital lainnya saling berkaitan. Modal politik itu dilihat sebagai faktor penting dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
5.2.2. Pencapaian Semenjak dirintisnya P3B pada tahun 1999 hingga disahkannya pada tahun 2008, semuanya masih terbatas. Tetapi bantuan kepada masyarakat seperti pelatihan, (training), bantuan biasiswa kepada anak-anak yang berprestasi dan anak-anak yang ekonomi lemah diberikan sekolah gratis, seperti mereka dimasukan disekolah SMK Semarang dan memberikan fasilitas lain seperti diasramak, dan diberikan kemudahan selama mereka bersekolah. Sebagai contoh beberpa anak provinsi Papua dan provinsi Papua Barat di sekolah di SMK bagimu negeri Semarang. Hasil daripada kemitraan antara organisasi P3B dengan SMK bagimu negeri Semarang, SMK ini mau bekerjasama dan mendukung upaya yang dilakukan oleh perkumpulan P3B, atau lebih tepatnya lagi mendukung visi dan misis daripada P3B. Kemitraan sebagai partisipasi, hal ini sebagai sebuah cara yang bergaya untuk mengkonstruksikan parsipasi. Kemitraan seperti ini merupakan cerminan suatu dorongan yang
positif dari konsep kemitraan itu sendiri antara P3B dengan yayasan swasta SMK bagimu negeri Semarang. Selain itu juga dalam konteks ini juga P3B membangun kemitraan dengan masyarakat di Papua Barat, baik melali kelompok, organisasi gereja, organisasi pemuda, mama-mama (ibu-ibu), keluarga, serta lembaga masyarakat adat (LMA). Hal ini dilakukan agar membentuk suatu jaringan sosial sebagai sebuah ikatan sosial yang kuat. Ikatan sosial ini dibentuk atas dasar saling percaya. Kepercayaan sangat dijunjung tinggi, karena melalui kepercayaan itu orang membentuk jaringan sosial, modal sosila, dan saling berinteraksi satu sama yang lain menggunakan alat komunikasi. Selain itu juga pencapaian yang didapat dari hasil kerja keras, dan juga dari hasil usaha daripada pembinaan yang dilakukan oleh ketua perkumpulan
Papua
pusaka
bangsa
(P3B)
Harry
Waidjaja
membuahkan hasil yaitu ibu YM menjadi seorang pengusaha kontraktor di Jayapura dan dan disusul Ibu EN menjadi pengusaha muda di Sorong. Hal ini juga berkat kerja keras yang dilakukan oleh Harry Widjaja, misalnya bagaimana dia (Harry) meyakinkan individu perindividu dan kelompok-perkelompok dan itu dilakaukan dengan usaha yang keras, hanya ingin menyatakan bahwa apa yang dilakukannya pada akhirnya membuahkan hasil, itu bukti daripada kepercayaan yang dberikan antar individu terhadap individu lain. Selain itu usaha-usaha lain yang dikembangkan sekarang misalnya pembinaan terhadap pembudi dayaan ikan, pembinaan
terhadap mama-mama (ibu-ibu) di pasar,contoh gambar pembinaan mama-mama (ibu-ibu) pasar yang dilakukan P3B sebagai berikut:
Gambar 1.13. Mama-mama (ibu-ibu) pasar di Maybrat Sorong
Sumber: Arsip P3B (2012
Untuk alasan inilah yang membuat P3B melakukan suatu gerakan social untuk perubahan masyarakat atau yang sering disebut dalam komunitas ini dengan transformasi Papua Barat. Itulah mengapa P3B mengupayakan anggotanya untuk berperan aktif dalam komunitas ini, dengan berinovasi diri, berpikir kreatif, dan tidak lain yang sering
dikemukakan ketua perkumpulan bekerja adalah bagian dari ibada, maka setiap anggota P3B bekerja keras, dan berpkir keras bagaimana membangun masyarakat Papua Barat. Maka disini P3B juga mendidik dan
mengajar
membudidaya
ikan
kolam.
Pengembangan
pemberdayaan masayarakat dengan pemembuatan kolam ikan terlihat pada contoh gambar dibawah ini:
Gambar 1.14. foto kolam ikan/kolam pembudidayaan ikan
Sumber: Arsip P3B (2012)
Kolam
ini
intrepreneurship
adalah yang
salah
satu
bagian
dikembangkan
oleh
daripada
kegiatan
komunitas
P3B.
Pengembangan ekonomi sangat bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Papua Barat sehingga perlu ada manajemen pembinaan yang baik, hingga bisa berangkat pada pencapaian-pencapaian yang maksimal. P3B menemukakan cara-cara baru yang membuat masyarakat Papua Barat berpartisipasi dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. 5.2.2.1. Kondisi Yang Mempengaruhi Dukungan Dalam konteks ini kondisi yang mendukung adalah cita-cita, semangat dan kemampuan, kemampuan dan serta kepedulian kita untuk generasi Papua barat yang lebih baik akan dapat membangun bangsa Papua Barat. Kondisi yang mendukung disini adalah peningkatan kesadaran, memang gerakan social ini tidak didukung oleh modal yang besar seperti modal financial dalam hal ini keuangan. Namun gerakan ini bergerak maju beranggotakan individu-invidu dan dan professional yang terbaban untuk melakukan perubahan. Untuk mendukung gerakan sosial ini, dukungan dari, organisasi gereja, pemerintah, organisasi kemasyarakatan, lembaga masyarakat adat, dukungan keluarga, dukungan itu tidak dating semata-mata karena ada peluang bisnis saja. Tetapi dukungan diberikan berdasarkan
realitas
yang
terjadi
ditengah-tengah
kehidupan
masyarakat Papua Barat. Terutama dilihat dari dominasi Negara terhadap masyarakat Papua Barat, selain itu perekonomian dipegang oleh pendatang. Sehingga ini membakar api kecemburuan sosial, dan kebetulan ada orang yang berintelektual menaruh perhatian pada
persoalan masyarakat sehingga terciptalah ruang bagi masyarakat untuk berekpresi. Oleh sebeb itu kondisi yang mendukung bukan material, tetapi pengembangan masyarakat berdasarkan jaringan sosial dan membentuk modal sosial. FaKtor yang paling utama untuk mendukungan gerakan ini adalah kebersamaan, persatuan,tanpa membedakan suku, ras, dan agama, berhimpunan Papua pusaka bangsa terus bergerak maju,dan berkarya dilandasi moral dan integritas yang kuat. peluang seperti ini tingkat emosianal individu maupun kelompok yang tergabung dalam komunitas sangat tinggi. Hal ini diperlihatkan dari beberapa individu-individu yang tergabung melalui milist seperti ibu Suzette secara individu mendukung gerakan sosial ini. Dukungandukungan yang berikan dari luar dan dalam negeri melalui milist adalah kondisi-kondisi yang mendukung. Selain itu juga faktor yang paling utama adalah pendidikan dan pengetahuan
yang
dimiliki
oleh
individu-individu
untuk
mentransferkan nilai-nilai baru kepada masyarakat Papua Barat dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Ciri-ciri pendukung gerakan sosial P3B, adalah karena kekecewaan terhadap perkembangan
pembangunan
masayarakat,
kedua,
melali
pengalaman personal, karena ekonomi dikuasai pendatang, dan kesadaran sehingga bersama-sama mencapai aksi kolektif. 5.2.2.2. Kondisi Yang Mempengaruhi Hambatan
Kondisi yang menghambat seperti biasa pada umumnya yang terjadi di Papua Barat bahwa masalah transportasi, letak gergrafis, kurangnya kepedulian masyarakat atau mahasiswa yang tergabung dalam komunitas ini. Dalam komunitas focus jelas, konsep kuat, strategi bagus, manajemen butuh perbaikan, dan menjadi kelemahan belum memiliki fasilitas yang memadai untuk support. Komunitas akan memberikan banyak dampak atau pengaruh, begitu banyak latar belakang yang berbeda-beda, suku dan lain-lain menjadi warna tersendiri menambah kesulitan, terutama dalam pola pikir. Komunitas sudah bisa mengayomi tentu belum karena anggotanya tersebar di 14 kabupaten dan lima kota di Jawa. Dari banyak kabupaten dan kota di Jawa itu yang sudah tercover Jayapura sentani, sorong 60%. Sementara rata-rata mahasiswa, kurang begitu intensif, komunikasi tidak begitu bisa tatap muka kecuali Jakarta dan tangerang. Sudah melakukan pergantian pengurus tetapi P3b tetapi belum efektif karena masih dalam transisi. Tetapi fungsi jelas dan aktivitas tetap berjalan, dampak dari pergantian pengurus pada P3B dari aspek organisasi jarang bertemu. Jarang bertemu karena ada beberapa hambatan pertama, khusus di pulau jawa kebanyakan adalah mahasiswa sulit untuk bertatap muka, karena jarang bertemu komunikasi juga terputus. Tetapi untuk menganttisipasi terputusnya komunikasi tersebut P3B membuat milist untuk sarana berkomunikasi, tetapi milist masih biasa saja dan kurang intens untuk aktif dalam milist mungkin teman-teman di Papua Barat maupun teman
mahasiswa jarang buka internet jadi interaksi lambat. Hambatan teknologi sama individu juga sangat berpengaruh ke milist. Hambatan yang dirasakan untuk aktif dimilist adalah beberapa anggota pasif. Hambatan lain lain dirasakan juga berkaitan dengan pengalamanpengalaman yang dirasakan setiap individu anggota P3B, yang peneliti maksudkan adalah pengalaman yang dirasakan oleh masyarakat Papua Barat berkaitan dengan status politik Papua Barat. Status politik Papua Barat berpengaruh kepada spikologi masyarakat, sehingga setiap aktivitas yang digerakan oleh P3B selalu dicurigai oleh masyarakat misalnya mereka selalu bertanya apa itu Perkumpulan Papua pusaka bangsa, bangsa mana? Bangsa Papua Barat atau bangsa mana?, tantangan seperti ini juga datang dari pihak pemerintah. Pemerintah juga selalu mencuriga gerakan sosial P3B ini. Jadi ada semacam kecurigaan berlebihan terhadap setiap aktifitas atau gerakan sosial yang bergerak di Papua Barat. Sehingga hal ini juga menjadi mengganggu spikologi masyarakat sehingga bias macet ditengah jalan atau setiap individu yang tergabung bisa saja memilih untuk tidak bergabung dan juga keluar dari keanggotaannya.
5.3. Relevansi Gerakan Sosial P3B Dengan Masalah Pembangunan Jika kita mengamati bahwa perkembangan masyarakat Papua Barat dalam dunia usaha/bisnis tidak terlalu kelihatan dibanding dengan masyarakat non Papua Barat. Realita dilapangan menunjukan bahwa perkembangan perekonomian masyarakat pendatang jauh mengungguli dibanding dengan masyarakat lokal. Hal itu disebabkan
masyarakat pendatang mereka membekali dengan pengetahuan, pengalaman, kreativitas dan inovasi yang cukup untuk untuk mereka kembang di Papua Barat. Sementara itu masyarakat lokal/masyarakat Papua Barat jauh ketinggalan dalam hal perekonomian. Untuk itu P3B meningkatkan status
ekonomi
masyarakat
melalui
pemberdayaan
ekonomi
masyarakat. Pemberdayaan ekonomi dimaksudkan untuk member peluang bagi pertumbuhan dan perkembangan pendapatan rumah tangga, desa, dan wilayah. Sumber potensi alam yang mereka miliki digunakan untuk kemakmuran masyarakat setempat. Bagaimana sumber-sumber potensi alam yang bernilai ekonomis diperkenalkan kepada mereka, dibina dan dikembangkan melalui sistem-sistem yang yang dikembangkan perkumpulan P3B, seperti penyuluhan, pembinaan, Program masyarakat mandiri, pelatihan pengembangan usaha mikro, pendampingan pemodalan usaha kecil pengembangan energi terbarukan, pelatihan keterampilan atau keahlian usaha, dan cara-cara lain yang sesuai. Sebagai contoh pembudi daya ikan, kulit buaya, penangkapan ikan laut maupun tawar seharusnya dipegang langsung oleh masyarakat pribumi dengan manajemen yang baik. Mereka jangan hanya dijadikan penonton, pemburu tetapi dijadikan sebagai pemilik. Jadi ada faktor penting yang dikembangkan peranannya dalam pembangunan masyarakat Papua Barat. Faktor yang penting adalah pendidikan, pengetahuan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat maka P3B mengarahkan anggotanya yang tergabung dalam komunitas
ini kearah pendidikan ekonomi masyarakat, transfer nilai-nilai baru menjadi hal penting untuk dikembang dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat,
dengan
faktor
itu
menjadi
dominan
dalam
pengembangan pembangunan masyarakat. Sementara mereka yang tidak mau menerima nilai-nilai baru dan memegang pada nilai-nilai lama atau hal-hal yang lama akan menjadi terpinggirkan dan akhir dari itu masuk dalam linggaran kemiskinan. Maka capaian yang akan didapat adalah pola-pola perilaku yang diperoleh dari pengalaman dan pendidikan yang diajarkan melalui pendidikan formal dan nonformal yang mengungkapkan cara inovasi baru atau mengalami perubahan baru dari hasil pengetahuan baru tersebut. Maka strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Perkumpulan Papua pusaka bangsa ini bertujuan membangun masyarakat Papua Barat. Strategi pemberdayaan atau pengembangan masyarakat melibatkan pengembangan modal sosial, memperkuat interaksi social dalam masyarakat, mengintegrasikan komunitas dalam satu
ikatan
(kolektivitas)
dan
membantu
masyarakat
saling
berinteraksi satu sama yang lain. Dengan diskusi, seminar, dan aksi social langsung. Maka kominitas P3B membuat milist untuk saling dalam berkomunikasi dari jarak jauh, sebab setiap individu-individu berada diberbagai daerah baik diluar mapun didalam negeri. Sebab hilangnya komunikasi mengakibatkan hilangnya interaksi social dan hal ini akan membawa dampak isolasi, percehan, individualisasi. Sehingga pengembangan masyarakat yang baik langsung diarahkan
pada komunikasi yang intens dan kolektivitas masyarakat dalam komunitas virtual P3B.