BAB V SIMPULAN, KONTRIBUSI, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN 5.1. Simpulan Isu sentral penelitian mengenai pengalaman biasa dan luar biasa yaitu terdapat perbedaan antara pengalaman biasa dan luar biasa (Abraham, 1986) dan terbatasnya penelitian empiris mengenai pengalaman biasa. Hasil penelitian ini secara empiris dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa pada konteks wisata petualangan kemah dan arung jeram dengan subjek individu berkelompok. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan antara pengalaman biasa dan luar biasa. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman biasa dan luar biasa adalah keselarasan alam, komunitas, pengembangan pembaharuan diri, kenikmatan hidup, pengalaman baru, motivasi, dan harapan. Sementara, indikator-indikator pengalaman biasa meliputi kenangan mudah dilupakan, kenyamanan, kemudahan, dan kedamaian. Sedangkan, indikator pengalaman luar biasa meliputi kenangan sulit dilupakan, kekaguman, kebahagiaan batin, dan kegairahan. Penelitian empiris ini mengungkapkan terdapat 4 faktor yang mempunyai hubungan signifikan sesuai dengan arah hipotesis yaitu faktor pertama, hubungan keselarasan alam pada pengalaman luar biasa. Faktor keselarasan alam mempunyai pengaruh positif pada pengalaman luar biasa dikarenakan individu
130
yang melakukan wisata petualangan arung jeram mempunyai jiwa petualang, selalu memperhatikan lingkungan alam yang sifatnya masih alami, otentik, orisional, dan unik. Hasil penelitian ini didukung oleh studi Arnould dan Price (1998) yang menyatakan bahwa keselarasan alam mendukung individu untuk memperoleh pengalaman luar biasa wisata petualangan arung jeram, melalui kedekatan pada lingkungan alam. Faktor kedua yaitu, komunitas mempunyai pengaruh positif pada pengalaman luar biasa. Penjelasannya bahwa individu mempunyai keberanian menghadapi tantangan, mempunyai dorongan untuk memuaskan adrenalinnya dalam mengarungi jeram di sungai yang penuh tantangan, dan ingin merasakan keberhasilan antar individu. Faktor ketiga yaitu pengembangan diri pembaharuan mempunyai pengaruh positif pada pengalaman luar biasa. Penjelasannya bahwa individu memperoleh kepercayaan diri mengatasi tantangan dan kemampuan mempelajari istilah-istilah khusus. Faktor keempat, yaitu harapan mempunyai pengaruh positif pada pengalaman luar biasa disebabkan individu memperoleh kegembiraan psikis setelah melakukan wisata petualangan arung jeram, memberikan efek yang menyenangkan, dan membentuk hubungan emosional dengan alam. Individu yang belum pernah melakukan petualangan memutuskan untuk melakukan wisata petualangan arung jeram, tanpa memperdulikan apakah yang diperoleh nantinya sesuai atau tidak sesuai dengan harapan, pengorbanan waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan untuk melakukan wisata petualangan arung jeram.
131
Selanjutnya, 5 faktor yang mempunyai hubungan signifikan negatif yaitu, faktor pertama, komunitas mempunyai pengaruh negatif pada pengalaman biasa dikarenakan individu yang melakukan wisata petualangan kemah mempunyai keinginan merelaksasi pikiran dan merasakan kebersamaan di lingkungan alam, namun hanya beraktifitas mendirikan tenda, membuat api unggun, dan mendengarkan kicauan burung. Faktor kedua, yaitu pengembangan pembaharuan diri mempunyai pengaruh negatif pada pengalaman biasa disebabkan individu yang melakukan wisata petualangan kemah tidak berusaha melakukan pembelajaran dari alam, tidak dapat meninggalkan peralatan modern, menghindari aktivitas yang menantang, dan menuntut fasilitas yang mirip dengan tempat tinggalnya. Faktor ketiga, yaitu pengalaman baru mempunyai pengaruh negatif pada pengalaman biasa, disebabkan individu yang melakukan wisata petualangan kemah mempunyai kesibukan dan jarang melakukan wisata petualangan. Faktor keempat, yaitu kenikmatan hidup mempunyai pengaruh negatif pada pengalaman biasa disebabkan individu yang melakukan wisata petualangan kemah memperoleh kesenangan dan kegembiraan, namun tidak dapat melepaskan diri dari tekanan hidup dan rutinitas keseharian. Kenikmatan hidup bersumber dari sensasi yang ditimbulkan oleh pengalaman dan dipenuhi oleh kesenangan yang diberikan dari mengkonsumsi suatu produk yang terkait dengan pengalaman individu tersebut. Ketika memperoleh pengalaman wisata petualangan kemah, individu-individu hanya memperoleh kesenangan tanpa menfokuskan kemampuan diri yang harus dikeluarkan. Faktor kelima yaitu, motivasi mempunyai pengaruh 132
negatif pada pengalaman biasa, disebabkan individu mencari perkemahan yang tenang untuk bersantai agar lebih dekat dengan alam, menghindari keramaian kota, memperoleh kebersamaan dengan lainnya. Namun responden tidak dapat melarikan diri dari rutinitas keseharian dan tidak terdapat tantangan, sehingga motivasi diri menjadi rendah dikarenakan telah tersedia berbagai fasilitas. Hasil penelitian ini telah mendukung studi Swarbrooke et al., (2003) menyatakan bahwa individu mempunyai motivasi untuk mencari ketenangan, melarikan diri, keamanan, dan kenyamanan. Sedangkan 5 faktor pemengaruh yang tidak mempunyai hubungan signifikan, yaitu faktor pertama, keselarasan alam tidak signifikan pada pengalaman biasa. Penjelasannya bahwa individu ketika melakukan wisata petualangan kemah tidak berusaha meningkatkan pemahaman penghayatan keselarasan dengan alam sekitarnya, sehingga tidak menjadikan alam sebagai sarana berinteraksi dengan lingkungan alam. Hasil penelitian sesuai dengan studi Arnould dan Price (1993) menjelaskan bahwa individu untuk dapat bertindak selaras dengan alam tidak mudah dilakukan, hal ini disebabkan perasaan, pikiran, ucapan, dan tindakan tiap individu berbeda sehingga sulit diselaraskan ketika melakukan wisata petualangan kemah. Faktor kedua, yaitu faktor pengalaman baru tidak signifikan pada pengalaman luar biasa, disebabkan individu telah melakukan wisata petualangan arung jeram sebelumnya, mempunyai mental yang lebih untuk menaklukan arus sungai yang deras, mencari tantangan yang lebih besar, dan sungai yang menawarkan keunikan. Hasil penelitian ini mendukung 133
penelitian Hirschman (1984) dan Lee dan Crompton (1992) yang menyatakan bahwa individu memperoleh pengalaman kognitif, mencari sensasi petualangan, dan menghindari kebosanan. Tingkat pengalaman baru dirasakan terkait dengan benda-benda, lingkungan, atau orang lain. Proposisi pencarian pengalaman baru meliputi perbedaan untuk mendapatkan pengalaman baru, tujuan wisata yang berbeda, dan karakter pengalaman konsumen. Faktor ketiga, yaitu kenikmatan hidup tidak signifikan pada pengalaman luar biasa. Penjelasannya individu tidak memperoleh sensasi berbeda dan kenikmatan hidup yang jarang diperoleh sebelumnya. Berbeda bila melintasi jeram bersifat ekstrim yang dapat melepaskan adrenalin dengan kegembiraan. Hasil penelitian ini mendukung studi terdahulu (Hirschman dan Holbrook, 1982; Mano dan Oliver, 1993; Babin et al., 1994). Kenikmatan hidup merupakan cerminan dari konsumsi yang menekankan pada aspek kesenangan dan kegembiraan. Individu memperoleh kenikmatan hidup berdasarkan emosi dan kesenangan yang dapat melepaskan diri dari rutinitas keseharian. Faktor keempat, yaitu motivasi tidak signifikan pada pengalaman luar biasa, disebabkan individu melakukan wisata petualangan arung jeram bertindak cenderung lebih santai, memperoleh pengakuan, dan pasif mengikuti perintah pemandu, sehingga tidak memperoleh pengalaman luar biasa. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dilakukan
MacCannell, (2002) menyatakan bahwa individu
mempunyai motivasi melakukan wisata petualangan yaitu ingin melakukan interaksi sosial antar individu dan mendapatkan status atau pengakuan. Faktor 134
kelima yaitu, harapan tidak signifikan pada pengalaman biasa, disebabkan individu ketika melakukan wisata petualangan kemah mempunyai berbagai harapan yang tidak sesuai dengan yang terjadi. Mayoritas responden mempunyai harapan dapat melakukan aktivitas wisata petualangan kemah dengan dikelilingi lingkungan alam yang asli dan cuaca yang mendukung, serta aktivitas yang bersifat spontanitas dan menantang dapat dilakukan dengan baik. Hasil penelitian didukung oleh studi terdahulu yang dilakukan oleh Boulding et al., (1993) dan Yüksel dan Yüksel, (2001) yang mengungkapkan bahwa tinggi rendah harapan
individu melakukan wisata petualangan,
pembalikan terjadi bila individu mengalami cuaca buruk. Individu mempunyai keinginan intensitas emosi yang tinggi sehingga terjadi subyektifitas. Individu mempunyai subyektifitas sehingga terjadi ketidakpastian dan perbedaan harapan. Penyebab lainnya terjadi ketidakpastian dan perbedaan harapan adalah individu menginginkan perbedaan tantangan dan tingkatan kegembiraan. Individu yang melakukan wisata petualangan secara berkelompok dengan kesamaan lingkungan mempunyai perbedaan harapan. Perbedaan harapan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing individu sebelumnya dan promosi atau informasi pemasar maupun pesaing. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa, model penelitian yang diajukan untuk menjelaskan pengalaman biasa dan luar biasa wisata petualangan kemah dan arung jeram mempunyai hasil goodness of fit yang tinggi sebesar 0.965. Berdasarkan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa indikator kenangan mudah 135
dilupakan (KML) sebesar 0.780, kenyamanan (KYM) sebesar 0.792, kemudahan (KMD) sebesar 0.787, dan kedamaian (KDM) sebesar 0.777 menjadi indikator pada pengalaman biasa wisata petualangan kemah. Sedangkan kenangan sukar dilupakan (KSL) sebesar 0.702, kekaguman (KGM) sebesar 0,792, kebahagiaan batin (KBT) sebesar 0,787, dan kegairahan (KGH) sebesar 0,781 menjadi indikator-indikator pengalaman luar biasa wisata petualangan arung jeram. Hasil penelitian ini menjelaskan indikator-indikator pada pengalaman biasa dan luar biasa. Indikator-indikator pengalaman biasa yaitu kenangan mudah dilupakan (KML) sebesar 0.985, kenyamanan (KYM) sebesar 0.984, kemudahan (KMD) sebesar 0.984, dan kedamaian (KDM) sebesar 0.984. Sedangkan indikator-indikator pengalaman luar biasa adalah kenangan sukar dilupakan (KSL) sebesar -0.983, kekaguman (KGM) sebesar -0,980, kebahagiaan batin (KBT) sebesar -0,983, dan kegairahan (KGH) sebesar -0,979. Hasil penelitian ini mendukung studi White dan Dolan (2009) menjelaskan bahwa hasil akhir yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya akan mempengaruhi individu untuk melakukan evaluasi memperoleh pengalaman luar biasa. Pengalaman adalah eksistensial, artinya sekalipun individu melakukan pada situasi dan kondisi yang sama,
namun
terkadang
tidak
memperoleh
pengalaman
mengesankan.
Selanjutnya, Caprariello dan Reis (2012) mengungkapkan bahwa hanya sedikit penelitian yang memfokuskan pada indikator pengalaman biasa dan luar biasa karena sebagian besar penelitian sebelumnya hanya memfokuskan bagaimana individu memperoleh pengalaman. 136
5.2. Kontribusi Penelitian 5.2.1 Kontribusi Teori Penelitian ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman biasa dan luar biasa secara empiris yang belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, sehingga menghasilkan studi empiris yang lebih integratif dibandingkan model-model empiris studi-studi terdahulu karena mengintegrasi faktor-faktor yang mempengaruhi (keselarasan alam, komunitas, pengembangan pembaharuan diri, kenikmatan hidup, pengalaman baru, motivasi, dan harapan) sebagai antesedensi dan indikator-indikator (kenangan mudah dilupakan, kenyamanan, kemudahan, kedamaian, kenangan sukar dilupakan, kekaguman, kebahagiaan batin, dan kegairahan) sebagai konsekuensi pengalaman biasa dan luar biasa wisata petualangan kemah dan arung jeram yang dilakukan individu secara berkelompok. Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang memfokuskan hasil positif, seperti pengalaman luar biasa (Arnould dan Price, 1993), pengalaman aliran atau puncak (Martin dan Priest, 1986), dan pengalaman penemuan jati diri (Walle, 1997). Penelitian ini membangun indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa melalui studi eksplorasi, sehingga dapat diidentifikasi indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa yang belum dilakukan oleh studi empiris terdahulu, khususnya pengalaman biasa. Selanjutnya, penelitian ini menguji secara simultan faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator-indikator pengalaman biasa, dimana pada penelitian sebelumnya diuji hanya pada
137
pengalaman luar biasa, sedangkan pengalaman biasa belum diuji secara empiris dalam studi-studi empiris terdahulu. Penelitian ini dapat mengungkapkan bahwa pengalaman biasa dan luar biasa wisata petualangan mempunyai keterkaitan dengan perilaku eksplorasi. Perilaku eksplorasi adalah perilaku yang ditujukan untuk memodifikasi stimulasi dari lingkungan. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu dengan tingkat stimulasi optimum yang tinggi, akan menunjukkan kesadaran yang lebih tinggi, dan kecenderungan yang lebih besar untuk mengevaluasi, menerima secara simbolis, mencoba, dan mengadopsi produk wisata petualangan baru meskipun mengambil risiko yang lebih besar. Pengujian pengalaman biasa dan luar biasa wisata petualangan yang dilakukan oleh individu secara berkelompok dapat memperkaya khazanah referensi studi dalam konteks wisata petualangan. 5.2.2. Kontribusi Metode Penelitian Berdasarkan metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian survei kuesioner pada individu pelaku wisata petualangan secara berkelompok. Penelitian ini juga berkontribusi dalam mengidentifikasi pengukur-pengukur pengalaman
biasa
dan
dipertanggungjawabkan
luar secara
biasa
dengan
ilmiah.
keakuratan
Identifikasi
prediksi
dan
pengukur-pengukur
pengalaman biasa dan luar biasa dilakukan melalui studi eksplorasi dengan wawancara mendalam, diskusi fokus terkelompok, dan observasi sehingga dapat mengembangkan instrumen penelitian yang valid dan reliabel.
138
Selanjutnya, proses konfirmasi model penelitian ini menggunakan model pengujian multiple indicator multiple causes (MIMIC) karena secara konseptual faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa teridentifikasi sebagai konstruk formatif dan reflektif. Berdasarkan metodologi, konstruk formatif, dan reflektif dapat diestimasi secara lebih baik dengan model pengujian MIMIC. 5.2.3. Kontribusi Manajerial Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar analisis kebijakan bisnis dengan memfokuskan pada produk wisata petualangan khususnya kemah dan arung jeram. Penelitian ini memberikan implikasi bagi praktisi untuk memahami fenomena yang nyata berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator-indikator pengalaman biasa dan pengalaman luar biasa produk wisata petualangan. Para praktisi juga dapat memahami bagaimana cara mengetahui tiaptiap interaksi antar individu ketika memperoleh pengalaman biasa dan luar biasa wisata petualangan, sehingga dapat mengatasi perbedaan antara harapan dan hasil yang diperoleh wisatawan. 5.3. Keterbatasan Penelitian Kemah dan arung jeram merupakan wisata petualangan yang telah dipilih paling banyak oleh responden sebagai produk wisata yang memberikan pengalaman biasa dan luar biasa. Namun, selain kemah dan arung jeram, terdapat produk wisata petualangan lain yang tidak dieksplorasi. Oleh karena itu, beberapa temuan yang spesifik dalam penelitian ini mungkin tidak ditemukan dalam 139
konteks pengalaman lainnya. Selanjutnya, temuan dalam penelitian ini terbatas pada faktor-faktor yang mempengaruhi dan indikator-indikator yang diuji, sedangkan faktor dan indikator lainnya yang mungkin tidak terwakili dalam penelitian ini belum diuji secara empiris. Dalam penelitian ini tidak memfokuskan isu pada variasi dan dinamika kelompok, disebabkan pengalaman biasa wisata petualangan kemah dan pengalaman luar biasa wisata petualangan arung jeram mempunyai perbedaan dengan produk wisata petualangan lainnya, dapat dimisalkan kelompok motor dan mobil besar atau kelompok sepeda. Ketika melakukan arung jeram, individu dengan individu lainnya bergabung dalam satu regu secara spontan, selanjutnya mengarungi jeram dengan satu perahu bersama-sama. Sehingga, memperoleh pengalaman luar biasa. Sementara, pengalaman wisata petualangan lainnya telah mempunyai rutinitas dan komunitas yang telah mengetahui proses aktivitas selanjutnya. Sedangkan, wisata petualangan arung jeram tidak dipengaruhi karakteristik personal dan kelompok, namun, terjadi secara spontan. 5.4. Saran Berdasarkan hasil penelitian empiris yang telah dilakukan, maka beberapa saran bagi penelitian selanjutnya dapat dinyatakan sebagai berikut. 5.4.1. Saran Teoritis Pengalaman biasa wisata petualangan kemah dan pengalaman luar biasa wisata petualangan arung jeram tidak melalui evaluasi subyektif berdasarkan kognitif, afektif, keprilakuan, dan sensorik. Serta tidak diukur dari pra konsumsi, 140
konsumsi, dan paska konsumsi. Penegasan konstruk pengalaman biasa dan luar biasa merupakan konstruk yang diperoleh individu tidak bersamaan atau menjadi suatu pilihan. Pemengaruh pengalaman biasa dan luar biasa bersifat positif disebabkan keterbatasan penelitian empiris pengalaman biasa dan hasil studi terdahulu. 5.4.2. Saran Metodologis Penelitian selanjutnya perlu mengenai pengalaman biasa dan luar biasa membutuhkan perhatian pada definisi operasional, karakteristik sampel, dan alat ukur. Definisi operasional diperjelas sehingga tidak membingungkan penelitian selanjutnya. Batasan usia diperluas agar penelitian selanjutnya lebih merata penyebarannya. Pengembangan item-item pengalaman biasa dan luar biasa dari berbagai studi terdahulu agar hasil penelitian lebih mempunyai kesesuaian dengan tujuan penelitian. 5.4.3. Saran Praktisi Secara praktis, temuan penelitian ini dapat menjadi informasi ilmiah bagi para pemangku kepentingan. pengembangan faktor-faktor dan indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa dapat diaplikasikan pada daerah wisata petualangan agar diminati oleh kelompok pelaku wisata petualangan, tidak hanya untuk waktu yang singkat tetapi dapat menjadi pilihan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Bagi perusahaan jasa wisata petualangan, penelitian ini menyajikan penjelasan tentang implikasi manajerial perilaku wisata petualangan yang 141
dilakukan oleh individu secara berkelompok. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar analisis kebijakan bisnis dengan memfokuskan pada pengalaman biasa dan luar biasa. Penyedia jasa wisata dapat berfokus pada pengembangan faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa pasar pengalaman biasa dan luar biasa. Seperti halnya menentukan faktor-faktor dan indikator-indikator pengalaman biasa dan luar biasa untuk dikembangkan pada daerah wisata petualangan agar diminati oleh individu tidak hanya untuk waktu yang singkat tetapi dapat menjadi pilihan individu sebagai wisatawan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Diharapkan pihak-pihak yang berkepentingan dapat memperhatikan penyediaan tempat dan produk wisata petualangan yang mempunyai kekhususan tantangan dan risiko, sehingga individu-individu yang melakukan wisata petualangan memperoleh sesuatu yang berbeda dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi dan menyesuaikan dengan pengalaman konsumen yang terlibat dalam aktivitas dan pengalaman. Bagi pemerintah daerah, diharapkan dapat bekerjasama dengan penyedia jasa wisata petualangan dan masyarakat sekitar melalui pembenahan fasilitas pendukung yang berfokus pada pengalaman biasa dan luar biasa. Sehingga, dapat meningkatkan nilai daerah yang mempunyai wisata berbasis alam dan mempunyai keunikan yang memungkinkan individu untuk mengembangkan pengalaman untuk mendapatkan kenangan, tantangan, penguasaan keterampilan, dan kemampuan.
142