BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab V membahas tentang simpulan dan saran. Mengacu pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan, implikasi dan rekomendasi sesuai dengan hasil penelitian. 1.1 Simpulan 5.1.1 SimpulanUmum
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang diuraikan pada bahasan sebelumnya maka secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya pelestarian nilainilai budaya sebagai civic culture pada perkawinan adat Banjar di Kalimantan Selatan, bahwa latar belakangnya berasal dari Bangsa-Bangsa luar yang datang ke Kalimantan selatan yang tujuan awal mereka pada mulanya untuk berdagang, setelah itu masyrakat Banjar dengan melihat cara-cara mereka berpakaian sehingga masyarakat Banjar meniru cara berpakaian mereka yang pada mulanya hanya memakai tapih dan sarung didada setelah melihat dari Bangsa-Bangsa Mongol, Arab, Melayu, Eropa mereka menirunya, serta pengaruh dari kerajaan hindu juga yang berubah menjadi kerajaan islam walaupun pada perkawinan adat Banjar itu masih ada pengaruh dari hindu yang sampai sekarang masih dilaksanakan. Prosesi pada perkawinan adat banjar itu dimulai dari sebelum pelaksanaanya ada acara basasuluh, batatakunan, badatang, maantar patalian, maantar jujuran, dan batamat qur’an. acara pada saat pelaksanaan perkawinan yaitu nikah, bapingit/ bakurung, mandi-mandi (badudus), batapung tawar, bahias, manurunakan pengantin pria, maarak pengantin pria, pengantin batatai, usung jinggong, dan sujud sahari. acara sesudah perkawinan adat banjar yaitu bejajagaan pengantin, basasarangan dan bakakadaan, dan bailangan atau basusujudan, dan pengantin bamalam. Namun pada zaman sekarang ini kadang tidak semua prosesi ini dijalankan oleh suku banjar, karena ada beberapa faktor yang melatarbelakangi seperti faktor para pendatang, ekonomi, dan masalah stratifikasi sosial. Tata cara adat pengantin daerah Banjar ini Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
165
tahapannya ada juga yang mirip dengan daerah lainnya di Indonesia. Untuk versi daerah Kalimantan sendiri ternyata tiap-tiap kabupaten juga ada perbedaan-perbedaan kecil. Namun pada hal-hal pokok atau yang dianggap mendasar selalu sama. Begitu pula kegiatan sampingan atau tambahannya dianggap tidak mutlak harus dilaksanakan oleh setiap orang, dan juga tidak ada sanksinya, tetapi sangat baik bila dapat dilaksanakan keseluruhannya demi kelestarian budaya daerah setempat serta juga melestarikan budaya Indonesia. Di Kalimantan selatan terdapat banyak kearifan lokal, ada yang dikenal dengan daur hidup yang dimulai dari kelahiran, masa kanak-kanak, perkawinan dan kematian. Tetapi yang paling menonjol disana adalah yang dikearifan lokal tentang perkawinan adat, baayun maulid, dan pasar terapung. Kearifan lokal pada perkawinan suku banjar mengandung nilai-nilai sebagai civic culture diantaranya nilai kekeluargaan, nilai kebersamaan, nilai gotong royong, nilai religi, nilai budaya, nilai tradisi, nilai tanggung jawab, nilai sosial, nilai kesadaran tinggi, musyawarah, sikap saling percaya, solidaritas, nilai bekerjasama, dan nilai kepercayaan dari sinilah akan terwujud sebagai warga Negara yang baik. Pelestarian budaya perkawinan adat Banjar dalam konteks pembangunan berkelanjutan (ESD) sangat diupayakan oleh pemerintah, lembaga-lembaga adat Banjar dan yang sangat berperan penting suku, tetap melaksanakan prosesinya, bahkan generasi-generasi muda juga ikut melestarikan dengan mengembangkan kreatifitas baru namun tidak menghilangkan ciri khas, nilai, makna yang mengakibatkan lunturnya budaya. Serta memperdalam pegetahuan tentang budaya, agar hasil kreasinya akan memperkaya khasanah budaya daerah Banjar.
5.1.2 SimpulanKhusus a. Filosofi dan latar belakang perkawinan adat Banjar mengadaptasi daribangsa Arab, Eropa, Melayu, dan Cina, kerajaan Daha dan Dipa yang berkembang menjadi kerajaan Islam.
Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
166
b. Prosesi perkawinan adat Banjar dilaksanakan dalam tiga tahap dimulai dari ritual acara sebelum perkawinan, pelaksanaan perkawinan, dana cara setelah perkawinan yang prosesinya diadaptasi dari agama hindu dan islam. c. Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung pada perkawinan suku Banjar dalam bagian civic culture meliputi: nilai gotong royong, nilai religi, nilai tanggung jawab, dan nilai budaya. d. Upaya pelestarian nilai-nilai kearifanlokal pada perkawinan adat Banjar untuk pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yaitu dengan mengadakan event-event nasional dan berskala Internasional untuk mempromosikan dan melestarikan kebudayan Banjar sebagai salah satu budaya khas Indonesia. 5.2. Implikasi Pendidikan Kewarganegaraan memberikan kontribusi untuk pembangunan berkelanjutan (ESD), penekanan pada aspek kebudayaan akan menggaris bawahi pentingnya
ESD
(Education
for
Sustainable
Development).
Pembangunan
berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan untuk memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan untuk kelangsungan hidup hayati dan kebutuhan untuk kehidupan manusiawi. Serta Pembangunan berkelanjutan merupakan konsep dinamis yang mencakup sebuah visi baru pendidikan yang mengusahakan pemberdayaan orang segala usia untuk turut bertanggung jawab dalam menciptakan sebuah masa depan berkelanjutan. Bukan sekedar transfer pengetahuan, para pelaku utama pembangunan berkelanjutan haruslah menempatkan peran mereka dalam pendidikan anak-anak, pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal dan dalam kegiatan pembelajaran berbasis masyarakat. Ini berarti pendidikan harus berubah sehingga ia mampu menanggapi masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan hidup yang kita hadapi.
Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
167
Untuk menanggapi masalah-masalah budaya tersebut dalam hal ini, civic culture dapat dikembangkan dalam kehidupan masyarakat untuk meningkatkan rasa cinta tanahair. Dalam pengembangannya civic culture bisa dilakukan dalam segala konteks baik dalam pendidikan formal, non formal dan informal. Keseluruhan ini demi mencapai sebuah indentitas warganegara. Perlunya sebuah pendekatan pembelajaran atau pendidikan dalam ruang lingkup kebudayaan dan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam sebuah komunitas budaya. Dalam proses pendidikan atau pembelajaran kebudayaan ada tiga yang harus diperhatikan sebuahkomunitaskebudayaandiantarainternalisasi, sosialisasidanenkulturasi. Oleh karena dalam konteks pembangunan berkelanjutan diperlukan kesadaran warga Negara dalam proses pelaksanaan pelestarian kebudayaan. Karena dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) kita tidak hanya dituntu tuntuk mengetahui teori dan dalil, tetapi yang paling penting kita mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Disinilah Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai peran penting dalam penanaman nilai, karena koridornya value based, nilai tersebut harus diajarkan dalam pendidikan formal seperti PKn kemasyarakatan (community civics). Sedangkan objek studi civics dan Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) adalah warganegara dalam hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, social, ekonomi, agama, dan negara. 5.3 Rekomendasi Dengan memperhatikan hasil analisis dan simpulan penelitian sebagaimana dijelaskan terdahulu, maka penulis sampaikan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1.
Kepada generasi muda Penelitian ini berkaitan Dengan adat istiadat Banjar, Hendaknya kepada
generasi muda perlu memberi perhatian dan apresiasi lebih untuk menjaga, mematuhi, serta melestarikan budayanya terutama tentang perkawinan adat Banjar agar dari generasi ke generasi berikutnya tidak luntur oleh perkmbangan zaman. 2.
Kepada Suku Banjar
Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
168
Dari hasil penelitian ditemukan, pada masyarakat suku Banjar dan para perias pengantin sebagai orang Banjar, hendaknya sering mengadakan sosialisasi, lomba budaya daerah khususnya tentang perkawinan adat Banjar, serta memasukkannya disetiap acara daerah agar nilai budaya Banjar ini tetap lestari dan nilai-nilainya itu dapat mewujudkan sebagai warga Negara yang baik khususnya orang Banjar.
3.
Kepada Tokoh Adat Banjar Dari hasil penelitian yang ditemukan, diharapkan para tokoh besar Adat
Banjar selalu menampilkan tentang budaya Banjar, demi mempertahankan adat budaya Banjar ini. 4.
Kepada pemerintah Hendaknya kepada Pemerintah, untuk mengemas event-event Budaya agar
menjadi tempat pariwisata karena keunikannya, seperti usung jinggong, wayang gong, dan wayang orang tersebut, agar orang-orang selalu berbondong-bondong ingin menyaksikannya. 5.
Kepada akademisi Dengan adanya tradisi-tradisi buaya khas daerah Banjar ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk etnopedagogic. Serta diperkuliahan dapat dikenalkan tentang budaya Banjar ini, dan di sekolah diajarkan mata pelajaran muatan lokal tentang keanekaragaman budaya daerah yang akan menjadikan kita cinta terhadap budaya nasional. 6.
Kepada Museum, Taman budaya, dan Lembaga budaya Banjar Lembaga-lembaga ini yang sangat berperan penting dalam melestarikan adat-
istiadat Banjar, hendaknya menambah dan menjaga sebaik-baiknya benda-benda peninggalan yang berkaitan dengan adat istiadat Banjar, dan selalu berperan untuk mengadakan acara-acara berkenaan dengan kearifanlokal, serta berperan penting dalam mensosialisasikannya pada masyarakat Banjar. Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
169
7.
Kepada Peneliti Selanjutnya Layaknya sebuah penelitian selalu menghasilkan data penelitian yang masih
bisa dikembangkan kembali atau penelitian lanjutan. Hal ini merupakan karakteristik ilmu pengetahuan yang dinamis selalu dapat dikembangkan kembali. Demikian pula dengan hasil penelitian ini, tentu masih ada saja peluang bagi penelitian selanjutnya. Untuk itu, disarankan agar peneliti selanjutnya dapat melakukan kajian mendalam tentang nilai-nilai budaya Banjar yang dapat diakui sebagai budaya kewarganegaraan dan nilai-nilai budaya perkawinan yang diakui sebagai budaya lokal dan budaya nasional.
Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
170
Sriwati, 2015 UPAYA PELESTARIAN NILAI-NILAI BUDAYA SEBAGAI CIVIC CULTURE PADA PERKAWINAN SUKU BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu