BAB V PROFIL FONOLOGI BAHASA OIRATA, FATALUKU, DAN MAKASAI SEBAGAI KELOMPOK BAHASA NONAUSTRONESIA
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa bahasa-bahasa NAN di kawasan Indonesia Timur dibagi menjadi kelompok Alor (termasuk bahasa Ab) dan kelompok Timor (di antara anggotanya termasuk bahasa Mk, Ft, dan Or) yang selanjutnya disebut kelompok TA (Capell, 1975). Yang menarik dari ketiga bahasa tersebut adalah bahwa bahasa Mk dan Ft berada di wilayah Timor Leste dan bahasa Or berada di Pulau Kisar wilayah Republik Indonesia. Meskipun ketiga bahasa itu berada dalam sebuah kawasan, tetapi ketiganya berdampingan dengan bahasa-bahasa di sekitarnya yang relatif berbeda rumpun dan tipologinya. Bahasa Mk dan Ft di Timor Leste berdampingan dengan bahasa-bahasa yang relatif lebih dominan NAN, sedangkan bahasa Or di Pulau Kisar lebih dominan berdampingan dengan bahasa AN. Kondisi lingkungan yang relatif berbeda tersebut diyakini dapat membentuk identitas fonologis ketiga bahasa tersebut.
Untuk lebih jelasnya, pada bab ini
disajikan profil fonologi bahasa Or, Ft, dan Mk.
113
114
5.1 Fonologi Bahasa Oirata Dalam urain ini akan dibahas proses penemuan fonem, meliputi 1) vokal, 2) diftong, 3) konsonan, dan 4) pola suku kata bahasa Or. Berikut ini diuraikan secara rinci. 1) Fonem vokal (1) Vokal /i/ Posisi Awal ile ‘ikat’ ira ‘air’ iklewene ‘siwalan’ ihile ‘terbang’ iyatare ‘menetas’ (telur) ilhua ‘abu’ ilasnairi ‘adat’ itatawain(i) ‘anak kembar’ ihar(a) ‘anjing’ inai ‘apa’
Posisi Tengah titimu ‘dorong, tolak’ tila ‘kupas’ điđa ‘petik, menuai’ kikre ‘takut’ wirte ‘malu’ walhia ‘anting-anting’ amitapuni ‘puting susu’ ata tina ‘hidupkan api’ miri ‘baru’ i’ir(i) ‘batu asah’
Posisi Akhir miki ‘lumpur’ etai ‘lusa’ kaki ‘luka’ mani ‘leher’ riani ‘lebih, sisa’ ani ‘ada’ iri ‘air kencing’ hari ‘angin’ yani ‘baik’ arani ‘bawah’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Or ditemukan fonem vokal /i/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, tinggi atas, tak bulat, dan tertutup. Fonem /i/ dalam bahasa Or dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (2) Vokal /u/ Posisi Awal usa ‘rumput’ uhur(u) ‘lalat’ unut(u) ‘laba’ umu ‘mati’ ura ‘tikus’ ula kete ‘batang pelir’
Posisi Tengah tauria ‘terompet keong’ tutupa ‘terompet’ putu ‘rayap’ hua ‘pinang’ tahule ‘beli’ đure ‘bangun tidur’
Posisi Akhir atu ‘perut’, ‘tahi’ đau ‘piring’ međuku ‘langit-langit’ palu ‘rotan’ ululu ‘pisau’ irawau ‘banjir’
115
uparana ‘bermimpi’ uhunra ‘belakang’ uđe ‘bertelur’ uru ‘bulan’
ku’uale ‘batuk’ haule ‘bengkak’ luku ‘berbicara’ hurapai ‘berdagang’
lasunu ‘bawang’ hū ‘belanga’ winu ‘benih’ pupuru ‘bersama-sama’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem vokal /u/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi atas, bulat, dan tertutup.
Fonem /u/ dalam bahasa Or dapat
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (3) Vokal /e/ Posisi Awal e(ri) ‘orang II tunggal’ ete ‘pohon, bambu’ ereuđa ‘kecegukan’ eta ina’a ‘kemarin dulu’ erut(u) ‘ombak pecah ‘ ei ene ‘dua’ e pēni ‘itu dekatmu’ ese ‘memadamkan’ er(e) ‘rumput ilalang’ etekaure ‘lepas’
Posisi Tengah međe ‘makan’ đeru ‘panggil’ međuku ‘langit-langit’ wele ‘kulit’ reple ‘kering’ mene ‘berbuah’ le’ule ‘bernyanyi’ teke ‘biawak’ tehere ‘bukit’ pepel(e) ‘busur’
Posisi Akhir wata’e ‘lihat’ đore ‘lapar’ harare ‘memaki’ tahule ‘beli’ somone ‘pikul berdua’ nate ‘berdiri’ hire ‘berdusta’ na’aye ‘berenang’ mene ‘berbuah’ sohole ‘berlayar’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Or ditemukan fonem vokal /e/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, madya atas, tak bulat, dan semi tertutup. Fonem /e/ dalam bahasa Or dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final).
116
(4) Vokal /o/ Posisi Awal o’o ‘pintu’ okōn(o) ‘otak’ owana ‘pakan’ (bng tenun) o’one ‘mirip’ oto ‘hutan’ onhali ‘belum’ otoware ‘berburu’ o’o hira ‘bibir’ ođo ‘gelang’ oirte ‘malu’
Posisi Tengah losu ‘perahu’ nohe ‘pagi’ kote ‘muntah’ lowai ‘panjang’ toli ‘tunggu’ no’o nami ‘adik laki’ sopata ‘barangkali’ lolo ‘benar’ ahohoke ‘benci’ korore ‘kentut’
Posisi Akhir ođo ‘kena’ mođo-mođo ‘kecil’ soko ‘kumbang’ konōro ‘kuning’ māro ‘orang’ mođo ‘anak’ hoho ‘busuk’ pođo ‘bodoh’ tō ‘cangkir’ lolo ‘benar’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem vokal /o/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, madya atas, bulat, dan semi tertutup. Fonem /o/ dalam bahasa Or dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (5) Vokal /a/ Posisi Awal asa ‘ayam, burung’ atu ‘perut, tahi’ ahahu ‘kepiting’ aluwana ‘tempat seram’ ani ‘ada’ ata ‘api’ amarua ‘pelangi’ asakila ‘belalang’
Posisi Tengah naware ‘mengetahui’ wali ‘telinga’ tana ‘tangan’ tartara ‘cangkul ilas(a)nairi ‘adat’ hari ‘angin’ tawar(a) ‘atap’ ma’ate ‘asin’
Posisi Akhir hita ‘selendang karna ‘selatan’ elhia ‘sagu’ ilana ‘rugi’ ira ‘air’ inalia ‘alis’ asana ‘induk ayam’ papua ‘bahu’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem vokal /a/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal tengah, rendah bawah, tak bulat, dan terbuka.
Fonem /a/ dalam bahasa Or juga dapat
117
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem vokal di atas, bahasa Or memiliki lima buah fonem vokal (/i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/) yang dapat berdistribusi lengkap, yaitu dapat menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Kelima fonem vokal bahasa Or tersebut dapat dipetakan sebagai berikut. Bagan 5: Vokal Bahasa Oirata Posisi lidah atas tinggi bawah atas madya bawah atas rendah bawah
Bagian lidah yang bergerak depan tengah belakang i u e
o
Striktur tertutup semitertutup semiterbuka
a tak bulat
tak bulat Bentuk bibir
terbuka bulat
2) Fonem diftong Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem diftong yang ada, bahasa Or hanya memiliki sebuah fonem diftong /ai/. Fonem diftong tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan sebagai diftong naik-menutup-maju. Satusatunya diftong yang ditemukan tersebut hanya dapat menempati posisi tengah kata dan akhir kata. Berikut ini disajikan beberapa kata bahasa Or yang mengandung diftong dimaksud.
118
Diftong /ai/ Posisi Awal -
Posisi Tengah laitara ‘leluhur’ paikake ‘melukai’ -
Posisi Akhir etai ‘lusa’ hunai ‘dalam’ lapai ‘besar’ lowai ‘panjang’ mumlai ‘kates’ namrai ‘suami’ panarai ‘perawan’ ri’inai ‘dangkal’ sai-sai ‘paman’ sirwispai ‘sibuk bekerja’ tuhurai ‘istri’
Untuk lebih jelasnya, diftong /ai/ bahasa Or dapat dipetakan seperti di bawah ini. Bagan 6: Diftong Bahasa Oirata depan tinggi
tengah
belakang
[i]
madya
rendah
[a]
3) Fonem konsonan (1) Konsonan /p/ Posisi Awal paine ‘bersin’ palama’i ‘tiarap’ pāle ‘jinjing’ panu ‘muka, depan’ perewe ‘kubur’
Posisi Tengah apre ‘kita’ ilpua ‘talas’ ipi ‘ulat bulu’ papuru ‘dapur’ mampia ‘tipis’
Posisi Akhir -
119
polo ‘tumpul’ pulamiki ‘ktran kemaluan’ putute ‘sembunyi’ papua ‘bahu’ pupur(u) ‘bersama-sama’
o’opa’a ‘warisan’ opo ‘tulang’ tutupa ‘terompet’ ipatlimasu ‘bersila’ lapai ‘besar’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /p/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tak bersuara. Fonem /p/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (2) Konsonan /t/ Posisi Awal taanauni ‘sepuluh’ tana ‘tangan’ taiwe ‘pantai’ tene ‘padam’ tepu ‘patah’ timne ‘panas, pedas’ tuhur(u) ‘perempuan’ tu’urau ‘lempar’ teke ‘biawak’ tapu ‘biji’
Posisi Tengah ata (na) ‘budak’ āte ‘penuh’ atu ‘perut’, ‘tahi’ ete ‘pohon’ hitine ‘putih’ lata ‘pagar’ patu ‘paha’ wata ‘kelapa, rambut’ isatapu ‘dada’ ie tetena’e ‘gagap’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /t/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, apiko-alveolar, dan tak bersuara.
Fonem /t/ dalam bahasa Or
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
120
(3) Konsonan /đ/ Posisi Awal đađila ‘gondong’ đahu ‘kendur’ đauru ‘jendela’ đarnauni ‘sorga’ đele ‘jagung’ đoro ‘tombak’ đuđu ‘bumbung air’ đūre ‘bangun’ đari ‘jala’ đila ‘katak’
Posisi Tengah ađa ‘kayu api’ mađa ‘kelelawar’ mođasi ‘lahir’ mođo ‘anak’ mođo-mođo ‘kecil’ pađo ‘bodoh’ uđa ‘pukul’ wađu ‘hari, matahari’ kođo ‘kandang’ kođore ‘kaya’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /đ/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, apiko-alveolar, aspirat, dan bersuara. Fonem /đ/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (4) Konsonan /k/ Posisi Awal kailasa ‘benang’ kaite ‘bengkok’ kaki ‘luka’ kaune ‘pecah’ korere ‘kentut’ kuale ‘batuk’ kuare ‘jongkok’ kurne ‘basah’ kođore ‘kaya’ koholasa ‘kotak’
Posisi Tengah hakua ‘burung gagak’ hoko-hoko ‘empedu’ ilaka ‘gasing’ ilkua ‘ketiak’ luku ‘bicara’ uku ‘duri’ upulaka ‘bundar’ urika ‘cabe’ siskete ‘pelit’ sika ‘kilat’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /k/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan
121
hambat letup, dorso-velar, dan tak bersuara.
Fonem /k/ dalam bahasa Or
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (5) Konsonan /’/ Posisi Awal -
Posisi Tengah a’ahai ‘siapkan makanan’ a’ate ‘pasang, penuh’ i’i ‘menutup’ mi’e ‘cium’ no’o ‘adik’ o’one ‘mirip’ ra’aye ‘goreng’ ri’inai ‘dangkal’ tu’urau ‘lempar’ u’ule ‘biru, hijau’ we’e ‘batas’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /’/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan glotal. Fonem /’/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi tengah kata (medial) atau antarvokal. (6) Konsonan /m/ Posisi Awal malni ‘luar’ malpe ‘lupa’ maluara ‘luas’ mampia ‘ceper, tipis’ mani ‘leher’ međe ‘makan’ mei ‘meja’ merana ‘mabuk’ mau-mau ‘kucing’ muite ‘lama’
Posisi Tengah đamal(a) ‘lambung’ kamita ‘jengkal’ nami ‘jantan’ kamat(a) ‘ikan hiu’ titimu ‘dorong’ umu ‘mati’ umūnu ‘mayat’ yamoi ‘naik’ amini ‘kutu’ imusa ‘mandi’
Posisi Akhir -
122
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /m/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara.
Fonem /m/ dalam bahasa Or
berdistribusi tidak
lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (7) Konsonan /n/ Posisi Awal naha ‘tetapi’ natara ‘rumah’ naware ‘mengetahui’ nekte ‘tersengal’ nenere ‘rata’ nohe ‘pagi’ no’o-no’o ‘tembuni’ nupuru ‘tubuh’ name ‘tangkap’ natiaka ‘menjaga’
Posisi Tengah ađane ‘setuju’ ani ‘mengisi’ kaune ‘pecah’ o’one ‘mirip’ panu ‘muka, depan’ tana ‘tangan’ tene ‘padam’ winu ‘bibit, benih’ anaye ‘mencari’ terne ‘menawar’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /n/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apiko-alveolar, dan bersuara. Fonem /n/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (8) Konsonan /l/ Posisi Awal la ‘telur lalat’ lakate ‘kurus’ la’a/lalare ‘berjalan’
Posisi Tengah hahula ‘mentimun’ hala ‘kebun’ ile ‘ikat, jerat’
Posisi Akhir -
123
lata ‘pagar’ lei ‘labu manis’ leul(e) ‘lagu/nyanyian’ luku ‘bicara’ lūn(u) ‘kuburan’ lesekahare ‘miskin’ lua ‘kera’
ili ‘batu besar’, ‘buritan’ ilpua ‘keladi’ kaisala ‘kapas’ pele ‘telapak’ yawale ‘kawin’ tila ‘mengupas’ mila ‘menipu’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /l/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan lateral, apiko-alveolar, dan bersuara. Fonem /l/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (9) Konsonan /r/ Posisi Awal rain(i) ‘baju/pakaian’ ra’aye ‘goreng’ rako ‘kocok’ ramke ‘remas/peras’ ratara ‘musang’ reple ‘kering’ resi ‘lebih’ rian(a) ‘sisa’ roso ‘goyang’ (pohon) rat(a) ‘nenek’
Posisi Tengah ađara ‘dukun jahat’ arāna ‘sinar’ ira ‘air’ irahu ‘tempayan’ laire ‘serong, menyala’ taru ‘tali’ urura ‘terakhir’ wāra ‘bersih’ kīre ‘meringkik’ seri ‘miring’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /r/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan getar, apiko-alveolar, dan bersuara. Fonem /r/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
124
(10) Konsonan /s/ Posisi Awal sai-sai ‘paman’ seke ‘menguliti’ sekseku ‘menjengget’ seri ‘miring’ sirsirku ‘lumpuh’ siskete ‘pelit’ somone ‘mengusung’ soru ‘hapus/bersihkan’ sasake ‘panggang’ sere ‘pantai’
Posisi Tengah asa ‘ayam’ asi ‘menemukan’ asir(i) ‘garam’ asise ‘sanggup/bisa’ asu ‘sempurna/lengkap’ asura ‘mengundang’ ese ‘sampul’ haise ‘menimba air’ haslana ‘pelabuhan’ lause ‘pelihara’(hewan)
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /s/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, lamino-alveolar, dan tak bersuara. Fonem /s/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (11) Konsonan /h/ Posisi Awal hai ‘babi’ hale ‘ayah/bapak’ hari ‘angin’ hire ‘dusta’ hoho ‘bau busuk’ hū ‘belanga, bubu’ huahi ‘tahi lalat’ huina ‘bubungan rumah’ haise ‘menimba air’ haslana ‘pelabuhan’
Posisi Tengah ahahu ‘kepiting’ anahu ‘ujung’ ihi ‘bunga’ ihile ‘terbang’ itihi ‘kura-kura’ lehu ‘pikul’ mahune ‘niat buruk’ naha ‘tetapi’ tuhuru ‘perempuan’ uhulalu ‘punggung’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /h/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan
125
frikatif, laringal, dan tak bersuara. Fonem /h/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (12) Konsonan /w/ Posisi Awal wađu ‘hari, matahari’ wāra ‘bersih’ waraha ‘batu’ ware ‘babat’ (rumput) wata ‘kelapa, rambut’ wawata ‘murah/ringan’ wele ‘kulit’ weriana ‘tanda di badan’ waini ‘gigi’ wari ‘sarang’
Posisi Tengah kūkewe ‘mencubit’ lawar(e) ‘hitam/gelap’ lawir(i) ‘burung nuri’ murwana ‘hidung’ otoware ‘berburu’ perewe ‘menimbun’ ulaware ‘pinggang’ lawan(a) ‘emas’ e‘elewe ‘sejuk’ naware ‘mengetahui’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /w/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan semi vokal, bilabial, dan bersuara. Fonem /w/ dalam bahasa Or berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata. (13) Konsonan /y/ Posisi Awal yaitapul(u) ‘kepala’ yaītini ‘tumit’ yamoi ‘naik' yamoil(i) ‘lutut’ yawali ‘kawin’ yo ‘ya’ yo’e ‘sudah’ yoni ‘jauh’ yonakele ‘tersenyum’ yayani ‘baik’
Posisi Tengah anaye ‘cinta, mencari’ haya ‘mangga’ iya ‘kaki’ iyarare ‘menetas’ (telur) iyare ‘bayar, tebus’ taya ‘tidur’ taye ‘melayang’ wāye ‘nyanyian adat’ hiyan(a) ‘cecak’ iyetete na’i ‘gagu’
Posisi Akhir -
126
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Or memiliki fonem konsonan /y/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan semi vokal, medio-palatal, dan bersuara.
Fonem /y/ dalam bahasa Or
berdistribusi tidak
lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). Berdasarkan penemuan dan pembuktian di atas, bahasa Or memiliki tiga belas fonem konsonan yang terdiri atas /p/, /t/, /đ/, /k/, /’/, /m/, /n/, /l/ /r/, /s/, /h/, /w/, dan /y/. Fonem konsonan tersebut berdistribusi tidak lengkap yang hanya dapat menempati posisi awal (inisial) dan posisi tengah kata (medial), bahkan fonem konsonan / ’ / hanya dapat menempati posisi tengah kata atau antarvokal. Semua fonem konsonan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Bagan 7: Konsonan Bahasa Oirata 4) Pola sukuT/ kataBilabial Labio- Apiko- Lamino- Medio- Dorso- Laringal Glotal B
Hambat
TB
dental alveolar alveolar palatal
p
t đ
m
n
B
Lateral
B
l
Getar
B
r
Semi-vokal
k
’
B
Nasal
Frikatif
velar
TB
s
h
B B
w
y
127
Suku kata dalam bahasa Or menganut beberapa pola, yakni suku kata dengan tiga puluh dua pola. Dengan pola suku kata tersebut dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Or terdapat kata yang hanya bersuku satu, ada yang bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat, dan bersuku lima. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan pola persukuan dalam setiap kata pada bahasa Or. (1) Pola V i u e
‘di’ (dekat), ‘di’ (jauh), ‘kurang’ ‘kamu’, ‘boleh’
(2) Pola KV ta he to na ha
‘kapak’ ‘musim’ ‘cangkir’ ‘ibu’ ‘bapak’
(3) Pola V-KV u-ru a-tu e-te a-ni o-đo
‘tanduk’ ‘tahi’, ‘perut’ ‘pohon’ ‘mengisi’ ‘kena’
(4) Pola V-KKV a-pre a-pra u-pre
‘kita’ ‘setengah’ ‘lengkap’
128
(5) Pola KV-V lu-a li-a te-i to-i ha-i
‘kera’ ‘bulu’ ‘keramat’ ‘tempat kaki pada pohon tuak’ ‘babi’
(6) Pola KV-KV đe-le yo-ni hi-hi ma-ni pa-ra
‘jagung’ ‘jauh’ ‘kambing’ ‘kalung’ ‘perahu kapal’
(7) Pola VK-KV ir-se us-te in-re/in-te an-ri/an-te
‘kencing’ ‘minta, tagih’ ‘kami’ ‘saya’
(8) Pola KV-KVV la-pai lo-wai te-nai me-rai (9) Pola KV-KKV
‘besar’ ‘panjang’ ‘berapa’ ‘jagung gambah’
129
ki-kre tu-tre re-ple ha-tle lu-tre
‘takut, gugup’ ‘sunggi’ ‘kering’ ‘mengumpulkan’ ‘batas desa’
(10) Pola KVK-KV kur-ne tar-ha mal-ni mal-pe mus-ke
‘basah’ ‘berapa’ ‘di luar’ ‘lupa’ ‘menghisap’
(11) Pola V-KKV-V u-tra-u i-kre-i I-kre-i
‘menghalangi jalan masuk’ ‘gereja’ ‘Inggris’
(12) Pola V-KKV-KV u-pla-ka u-tru-ri o-ple-se i-đwe-li
‘bundar’ ‘mengakui milik orang lain’ ‘botol besar’ ‘sepuluh’
(13) Pola V-KV-KV i-yo-ne a-ra-ni u-ri-ka i-la-ka a-si-ri (14) Pola VK-KV-V
‘begitu’ ‘bawah’ ‘cabe’ ‘gasing’ ‘garam’
130
il-hu-a il-ku-a am-ri-a
‘abu’ ‘ketiak’ ‘panu’
(15) Pola KV-KV-V ha-ku-a re-ru-a ya-mo-i tu-tu-a pu-ni-a
‘burung gagak’ ‘tiri’ (anak, ayah, ibu) ‘panjat, naik’ ‘batu tumbuk’ ‘berdampingan’
(16) Pola KV-V-KV ka-i-te ha-u-le ku-i-se ka-u-re wa-i-ni
‘bengkok’ ‘bengkak’ ‘buta’ ‘garuk’ ‘gigi’
(17) Pola KV-KV-KV la-ri-ni ya-ya-ni la-pa-ne wa-ra-ta nu-pu-ru
‘akar ranting’ ‘bagus’ ‘banyak’ ‘barat’ ‘badan’
(18) Pola VK-KV-KV em-pu-nu ir-he-ne
‘kumpul’ ‘rasa sepat’
(19) Pola KV-KKV-KV re-pla-na
‘yang kering’
131
re-kre-ku ha-tlu-ku ra-tre-ne
‘makanan kering dan keras’ ‘mendesak’ ‘menunjukkan diri’
(20) Pola V-KV-KVV i-pi-lai u-ra-hai
‘cacing’ ‘buka’
(21) Pola V-KV-KV-V i-li-ku-a i-na-pa-u a-wa-ri-a i-ra-wa-u u-la-pu-a
‘ketiak’ ‘pelupuk’ ‘kalajengking’ ‘banjir’ ‘ekor’
(22) KV-KV-KVV tu-hu-rai ha-la-pai pa-na-rai mu-mu-lai na-mi-rai
‘permpuan’ ‘bertani’ ‘perawan’ ‘pepaya’ ‘laki-laki, suami’
(23) KVV-KV-KV lai-ta-ra pai-ka-ke
‘leluhur’ ‘melukai’
(24) KVK-KV-KV kir-ki-ri mim-re-ke mur-wa-na tar-ta-ra
‘jamur’ ‘merah’ ‘hidung’ ‘tajak, cangkul’
132
(25) KVK-KV-V wal-hi-a ‘anting-anting’ tar-te-i ‘kapan’ tar-ha-a ‘berapa’ (26) Pola KV-KV-KV-V ho-ko-lo-u ta-ra-le-u ha-na-ti-a pu-la-ma-i
‘bakul besar’ ‘jantan’ ‘kutu busuk’ ‘tidur telungkup’
(27) Pola V-KV-KV-KV a-sa-ki-la i-hi-na-ka i-sa-ta-pu a-lu-wa-na i-ta-ha-ti
‘belalang’ ‘bintang’ ‘dada’ ‘tempat seram’ ‘berpisah’
(28) Pola KV-V-KV-V ta-u-ri-a ku-i-ku-i ma-u-ma-u lu-a-lu-a
‘terompet keong’ ‘burung pupit’ ‘kucing’ ‘lipas’
(29) Pola KV-V-KV-KV ka-i-sa-la la-u-sa-na wa-u-ra-na ma-u-se-ke
‘kapas’ ‘kehidupan setelah mati’ ‘impian’ ‘jelek’
(30) Pola KV-KV-KV-KV na-wa-ra-na
‘pandai’
133
ti-ti-ri-ri sa-hu-ra-ki pu-la-mi-ki ku-ku-ru-ke
‘gemetar’ ‘jeruk’ ‘kotoran kemaluan’ ‘berkotek’ (ayam jantan)
(31) Pola KVK-KV-KV-KV ker-ke-ri-ni mas-ke-te-ne wal-wa-lu-ru sir-ke-đe-ne har-ma-đa-ka
‘tulisan’ ‘basi untuk makanan’ ‘galak’ ‘terpeleset’ ‘hari Senin’
(32) Pola KV-V-KV-V-KV ku-i-ku-i-ri ku-a-ku-a-re ka-u-ka-u-re ka-u-sa-u-pa
‘kukur’ (kelapa) ‘membungkuk’ ‘mendengkur’ ‘berludah’
Berdasarkan sejumlah data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa Or memiliki sistem persukuan sebagai berikut. 1) Sistem persukuan bahasa Or didominasi dengan kata bersuku dua, bersuku tiga, dan bersuku empat dengan pola urutan KV-KV, KV-V, V-KV; KV-KV-KV, V-KV-KV, KV-V-KV, KV-KKV-KV, KVK-KV-KV; dan KV-KV-KV-KV. 2) Bahasa Or yang sekarang memiliki deret konsonan (kluster) akibat pemendekan suku kata melalui proses penghilangan vokal pada posisi tengah kata (sincope).
134
3) Akibat adanya pemendekan suku kata melalui proses apocope yang umum terjadi pada bahasa Or, maka pola persukuan yang terjadi pada bahasa itu adalah pemenggalan suku kata antarkonsonan. Hal ini jarang terjadi pada bahasa sekerabat lainnya. 3.2 Fonologi Bahasa Fataluku Dalam pembahasan fonologi bahasa Fataluku akan diuraikan penemuan fonem 1) vokal, 2) diftong, dan 3) konsonan, dan 4) pola suku kata sebagai berikut. 1) Fonem Vokal (1) Vokal /i/ Posisi Awal ira ‘air’ iri ‘air kencing’ ina vaya ‘air mata’ inaleu ‘alis’ ipar(i) ‘anjing’ imiri ‘baru’ ivane ‘benar’ icakatutu ‘benci’ icaparene ‘keluh kesah’ inal(i) ‘betina’
Posisi Tengah arakalina ‘anting-anting’ tapin(i) ‘asap’ cicika ‘bahu’ nimisi ‘setia’ nita ‘saling’ kaile ‘bengkok’ ci’ire ‘berat’ imiri ‘baru’ pire ‘berdusta’ palise ‘berenang’
Posisi Akhir ami ‘susu’ aluti ‘alu’ pari ‘angin’ moco nami ‘anak laki’ pai ‘babi’ refuti ‘badai’ foti ‘bedil’ silaki ‘belalang’ nita pati ‘bercerai’ imiri ‘baru’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Ft ditemukan fonem vokal /i/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, tinggi atas, tak bulat, dan tertutup. Fonem /i/ dalam bahasa Ft dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (2) Vokal /u/
135
Posisi Awal u’ureke ‘biru, hijau’ ulavari ‘buah pinggang’ uru ‘bulan’ ureke ‘mentah’ uvarana ‘impian’ uani ‘jantung’ umu ‘mati’ umuni ‘mayat’ upuri ‘lalat’ unu cece ‘memandikan’
Posisi Tengah kule ‘berteriak’ tarute ‘bilamana’ tupuka ‘bukit’ amukese ‘busuk’ tufuka ‘busung pasir’ rukusi ‘cincin’ leura ‘daging’ multa ‘denda’ cucu ‘bumbung’ karune ‘di dekat’
Posisi Akhir tamu ‘bibi’ kafu ‘biji’ lalu ‘pergelangan’ leu ‘bulu’ cucu ‘bumbung’ hairau ‘cukup’ uru ‘bulan’ mau ‘datang’ aku ‘duri’ eru ‘engkau’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem vokal /u/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi atas, bulat, dan tertutup.
Fonem /u/ dalam bahasa Ft dapat
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (3) Vokal /e/ Posisi Awal eme ‘dapat’, ‘pinjam’ e ‘di’ ece ‘dua’ eru ‘engkau’ elu ‘gelombang’ ete ulu ‘hati kayu’ eheni ‘milik I jamak’ eceremu ‘ingat’ ehefe ‘kenal’ etekaure ‘lepas’
Posisi Tengah leu ‘bulu’ amukese ‘busuk’ fel(e) ‘busur’ leura ‘daging’ vehe ‘darah’ pihete ‘erat’ fei ‘gagah’ ceverana ‘hutang’ cele ‘jagung’ peleku ‘sampan’
Posisi Akhir mucucane ‘terbenam’ kapare ‘buruk’ valale ‘cepat’ tahine ‘cantik’ tarece ‘dua kali’ imire ‘duduk’ fanare ‘gadis’ nete’e ‘gagap kaure ‘garuk’ koune ‘gelap’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Ft ditemukan fonem vokal /e/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, madya atas, tak bulat, dan semi tertutup. Fonem /e/ dalam bahasa Ft dapat
136
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final).
(4) Vokal /o/ Posisi Awal orite ‘malu’ ose ‘mencuri’ oco ‘mengenai’ orine ‘menipu’ ote ‘menjahit’ oromai ‘sembunyikan’ ocore ‘moncong’(bntg) o’o ‘mulut, pintu’ ori-orile ‘geli’ opapusa ‘iler’
Posisi Tengah hoki ‘lumpur’ koune ‘malam’ pohe ‘merebus’ porose ‘matang’ koipai ‘memadamkan’ somone ‘memikul’ totole ‘memotong’ horupe ‘mengiringi’ lore ‘menugal benih’ omire ‘miring’
Posisi Akhir romo-romo ‘lunak’ toto ‘melihat’ poko ‘mengeram’ nerecoto ‘mengintai’ toto ‘menjaga’ popo’o ‘merpati’ lo ‘musang’ muhoto ‘pisang liar’ oco ‘mengenai’ naio ‘suara’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem vokal /o/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, madya atas, bulat, dan semi tertutup. Fonem /o/ dalam bahasa Ft dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (5) Vokal /a/ Posisi Awal ane ‘ada’ aluti ‘alu’ aca ‘ayam’ ava ‘batang pelir’ ale ‘beras’ akuse ‘berak’ ate ‘berhenti’
Posisi Tengah amitapuni ‘puting susu’ vata paru ‘ampas kelapa’ pari ‘angin’ ipar(i) ‘anjing’ teane ‘apa’ ma’ate ‘asin’ pai ‘babi’
Posisi Akhir ira ‘air’ ete vaya ‘air buah’ ina ‘mata’ lepoina ‘atap bambu’ navarana ‘dukun’ lahuna ‘bawang’ ceherana ‘bekal’
137
atane ‘bertanya’ akani ‘budak’ amukese ‘busuk’
rau ‘baik’ upuna’e ‘belakang’ uilaki ‘belalang’
sala ‘beranda’ taya-taya ‘berbaring’ haimana ‘berbuah’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem vokal /a/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal tengah, rendah bawah, tak bulat, dan terbuka.
Fonem /a/ dalam bahasa Ft juga dapat
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem vokal di atas, bahasa Ft memiliki lima buah fonem vokal (/i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/) yang dapat berdistribusi lengkap, yaitu dapat menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Kelima fonem vokal bahasa Ft tersebut dapat dipetakan sebagai berikut. Bagan 8: Vokal Bahasa Fataluku Posisi lidah atas tinggi bawah atas madya bawah atas rendah bawah
Bagian lidah yang bergerak depan tengah belakang i u e
semitertutup semiterbuka
a tak bulat
2) Diftong
o
Striktur tertutup
tak bulat Bentuk bibir
terbuka bulat
138
Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem diftong yang ada, bahasa Ft hanya memiliki sebuah fonem diftong /ai/. Fonem diftong tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan sebagai diftong naik-menutup-maju. Satusatunya diftong yang ditemukan tersebut hanya dapat menempati posisi akhir kata. Berikut ini disajikan beberapa kata bahasa Ft yang mengandung diftong dimaksud. Diftong /ai/ Posisi Awal -
Posisi Tengah -
Posisi Akhir cicirai ‘bermain’ halufai ‘berperang’ purafai ‘berdagang’ nitafai ‘bersetubuh’ lafai ‘besar’ haisai ‘habis’ ikaparana fai ‘jahat’ lohai ‘panjang’ aca koifai ‘padamkan api’ em namai ‘membangun’ ina utufai ‘pejamkan mata’
Untuk lebih jelasnya, diftong /ai/ bahasa Or dapat dipetakan seperti di bawah ini. Bagan 9: Diftong Bahasa Fataluku depan tinggi
tengah
[i]
madya
rendah
3) Konsonan
[a]
belakang
139
(1) Konsonan /p/ Posisi Awal pari ‘angin’ poi ina ‘atap’ pal(i/u) ‘ayah pai ‘babi’ penu ‘bajak’ (luku) patu’e ‘batuk’ papake ‘bembam’ purapai ‘berdagang’ piri ‘berdusta’ palise ‘berenang’
Posisi Tengah ulupa ‘abu’ ipar(i) ‘anjing’ iparari ‘bekas luka’ upuna’e ‘di belakang’ tarupaha ‘berapa’ horupe ‘berdamai’ nope ‘besok’ tapi ‘betul’ opira ‘bibir’ ipinaka ‘bintang’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /p/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tak bersuara. Fonem /p/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (2) Konsonan /t/ Posisi Awal teane ‘apa’ tapin(i) ‘asap’ tifare ‘berlaki’ tapi ‘betul’ tamu ‘bibi’ tarute ‘bilamana’ tupuka ‘bukit’ taukava ‘bulat’ tupukur(u) ‘burung hantu’ tahine ‘cantik’
Posisi Tengah aluti ‘alu’ utu teve ‘padamkan api’ ma’ate ‘asin’ refuti ‘badai’ atu’e ‘batuk’ fute ‘kentut’ rata ‘cerita’ matarea ‘pohon damar’ nete’e ‘gagap’ lata ‘kampung’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /t/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, apiko-alveolar, dan tak bersuara.
Fonem /t/ dalam bahasa Ft
140
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
(3) Konsonan /c/ Posisi Awal cicika ‘bahu’ cucu ‘bambu’ cau tapuni ‘kepala’ cure ‘bangun’ ceherana ‘bekal’ ci’ire ‘berat’ cicirai ‘bermain’ calu ‘cucu’ cipi ‘dahi’ cuma ‘domba’
Posisi Tengah moco ‘anak’ aca ‘api’ ukuculu ‘basah’ ica katutu ‘benci’ eceremu ‘berpikir’ hai ucu’e ‘bertelur’ poicolor(i) ‘buaya’ mucucane ‘terbenam’ koco ‘dinding’ mucune ‘di dalam’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /c/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, medio-palatal, dan tak bersuara.
Fonem /c/ dalam bahasa Ft
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (4) Konsonan /j/ Posisi Awal jeu ‘istri’ jampata ‘jembatan’ jeuvale ‘kawin’ julkavu ‘buah pelir’ jen (e) ‘saya’
Posisi Tengah aja ‘hujan’ ajamani ‘musim hujan’
Posisi Akhir
141
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /j/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, medio-palatal, dan bersuara. Fonem /j/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (5) Konsonan /k/ Posisi Awal karina ‘benang’ kaile bengkok’ kule ‘berteriak’ kafu ‘biji’ kolo ‘bisu’ kapare ‘buruk’ koho ‘burung bangau’ koe ‘uta’ karisa ‘cabe’ kava ‘delapan’
Posisi Tengah noko ‘adik’ aca nonoki ‘arang’ cicika ‘bahu’ silaki ‘belalang’ papake ‘bembam’ akuse ‘berak’ luku ‘berbicara’ palake ‘bersembunyi’ ipinaka ‘bintang’ akani ‘budak’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /k/. Fonem trsebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambatletup, dorso-velar, dan tak bersuara. Fonem /k/ dalam bahasa Ft berdistibusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (6) Konsonan /’/ Posisi Awal -
Posisi Tengah ma’ate ‘asin’ he’eni ‘belikar’ la’a ‘berjalan’ ne’e ‘bernapas’
Posisi Akhir -
142
-
o’o ‘mulut’ u’ureke ‘biru, hijau’ po’o-po’o ‘merpati’ ma’a wari ‘jinak’ ru’ubi ‘jendela’ Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /’/.
Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan glotal. Fonem /’/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi tengah kata (medial) atau antarvokal. (7) Konsonan /m/ Posisi Awal moco ‘anak’ ma’ate ‘asin’ matar (a) ‘batu’ muatoto ‘berjaga’ mali ‘besan’ mani ‘bulir’ mai ‘burung rajawali’ matarea ‘pohon damar’ mau ‘datang’ malusuke ‘dilahirkan’
Posisi Tengah ami ‘susu’ nimisi ‘setia’ imiri ‘baru’ amu kese ‘bau busuk’ eceremu ‘berpikir’ yamu poko ‘betis’ tamu ‘bibi’ nitam(a) rau ‘damai’ eme ‘dapat’ cuma ‘domba’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /m/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, bilabial, dan bersuara. Fonem /m/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan tengah kata (medial). (8) Konsonan /n/ Posisi Awal nawarana ‘dukun’ nete’e ‘gagap’ nana-nana ‘gila’
Posisi Tengah tanu kani ece ‘dua belas’ tanece ‘dua puluh tahine ‘elok, bagus’
Posisi Akhir -
143
nalu ‘ibu’ naruni ‘kuburan’ namirara ‘laki-laki semua’ nel(e) ‘langit’ nucece ‘mandi’
kaune ‘gelap’ irini ‘hutan’ tana ‘tangan’ eni ‘ini’ teneni ‘kanan’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /n/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /n/ dalam bahasa Ft berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (9) Konsonan /l/ Posisi Awal lolu’e ‘persembahan’ leocava ‘menantu’ la’aloine ‘mengadili’ liare ‘menjawab’ lore ‘menugal benih’ loli ‘roboh’ lua ‘kera’ lo ‘musang’ lauhana ‘nyawa’ lahe ‘pemali, pantangan’
Posisi Tengah wale ‘melahirkan’ (bntg) nekule ‘marah’ valahana ‘mas kawin’ mucupela ’masuk’ emkale ‘melempar’ heluhana ‘berharap’ eluhe ‘menghendaki’ isile ‘mengikat’ eluhe ‘setuju’ apale ‘meraba’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /l/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan lateral, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /l/ dalam bahasa Ft berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (10) Konsonan /r/
144
Posisi Awal rakane ‘panggang’ rau ‘piring, baik, bagus’ rata ‘sejarah, cerita’ rahukane ‘seratus’ ramahe ‘pijat’ rekise ‘potong’ rokise ‘keriting’ rukusi ‘cincin’ redi ‘jala’ rusi ‘jendela’
Posisi Tengah iriki ‘pantat’ purafai ‘pedagang’ emere ‘pertama’ ulawari ‘pinggan’ waliara ‘pipi’ hikari ‘pisau, sabit’ aru ‘kemaluan wanita’ nerana ‘rata’ heru ‘biang keringat’ vari ‘sarang’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /r/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan getar, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /r/ dalam bahasa Ft berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (11) Konsonan /s/ Posisi Awal silaki ‘belalang’ sala ‘beranda’ sasale ‘bodoh’ sarani ‘cerana’ suku ‘desa’ sisivele ‘ikat pinggang’ sapurika ‘jeruk’ saka ‘kerang’ sapa ‘kudis’ sarika ‘kurang’
Posisi Tengah kusal(a) ‘belimbing’ akuse ‘berak’ amuseke ‘bau busuk’ karisa ‘cabe’ kalasa ‘celana’ rukusi ‘cincin’ asa ‘daun’ asir(i) ‘garam’ kisi ‘gusi’ kase ‘haus’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /s/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, lamino-alveolar, dan tak bersuara. Fonem /s/ dalam bahasa Ft berdistribusi
145
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
(12) Konsonan /f/ Posisi Awal fiarana ‘agama’ faru ‘baju’ foti ‘senapan’ fulehe ‘berbelok’ fute ‘kentut’ fel(e) ‘busur’ fanina ‘di sana’ fate ‘empat’ fanare ‘gadis’ fei ‘gagah’
Posisi Tengah hufur(u) ‘badan’ refuti ‘badai’ halufai ‘berperang’ tifare ‘berlaki’ nitafai ‘bersetubuh’ lafai ‘besar’ kafu ‘biji’ tufuka ‘busung pasir’ ifi ‘cacing’ ulafuka ‘ekor’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /f/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, labio-dental, dan tak bersuara. Fonem /f/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (13) Konsonan /v/ Posisi Awal vaya-vaya ‘air mayat’ vata paru ‘ampas kelapa’ vali-vali ‘anting-anting’ venu ‘benih’ vaya ‘getah’ voru-voru ‘berminyak’ varese ‘bersih’ vahil(i) ‘bisul’
Posisi Tengah hocava ‘tuhan’ utu teve ‘padamkan api’ navarana ‘dukun’ avatula ‘bambu’ lavane ‘banyak’ iravahu ‘banjir’ ava ‘batang pelir’ sirivesi ‘bekerja’
Posisi Akhir -
146
valale ‘cepat’
ivina’e ‘di situ’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /v/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, labio-dental, dan bersuara.
Fonem /v/ dalam bahasa Ft berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (14) Konsonan /h/ Posisi Awal hala ‘hanya’ hulusile ‘ikat kepala’ hau ‘kabut’ hekisa ‘keras’ heru ‘keringat’ hila-hila ‘licin’ hoki ‘lumpur’ helu lere ‘balas dendam’ hiyare ‘bayar’ hinarure menangisi
Posisi Tengah pihete ‘erat’ auhe ‘gemuk’ ihira ‘harga’ lauhe ‘hidup’ mihi ‘ingus’ vahilene ‘jantan’ rohonua ‘kemarin dulu’ ehefe ‘kenal’ mahune ‘kikir’ muhare ‘lapar’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /h/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, laringal, dan tak bersuara.
Fonem /h/ dalam bahasa Ft berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (15) Konsonan /w/ Posisi Awal waite ‘gendong dgn tali’ wirake ‘mengupas’
Posisi Tengah aliwana ‘pemukiman’ nawarana ‘pemali’
Posisi Akhir -
147
waliara ‘pipi’ walale ‘mata-mata’ waliku ‘siku’ wali kasa ‘daun telinga’ waka ‘kijang’ wari uvane ‘terikat’ wara toto ‘terjaga’ waline ‘mengelak’
ulawari ‘pinggan’ awau hala ‘saya sendiri’ fatukawa ‘tulang belikat’ cewerana ‘berhutang’ awa are ‘mengunjungi’ anawa ‘rasa’ lawani ‘uang’ arawane ‘bawah’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /w/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan semi vokal, bilabial, dan bersuara. Fonem /w/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (16) Konsonan /y/ Posisi Awal yamu poko ‘betis’ yara ‘rahang’ yani-yani ‘rapi’
Posisi Tengah taya-taya ‘berbaring’ hiyamoi ‘terbit’ tau-tau kaya ‘bundar’ iya patane ‘di jalan’ kayare ‘lelah’ paya ‘mangga’ vayani ‘ipar’ iyamari ‘jejak kaki’ iya ‘kaki’ taya ‘tidur’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Ft memiliki fonem konsonan /y/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan semi vokal, medio-palatal, dan bersuara. Fonem /y/ dalam bahasa Ft berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
148
Berdasarkan penemuan dan pembuktian di atas, bahasa Ft memiliki enam belas fonem konsonan, yaitu /p/, /t/, /c/, /j/, /k/, /’/, /m/, /n/, /l/ /r/, /f/, /v/, /s/, /h/, /w/, dan /y/. Semuanya hanya dapat menempati posisi awal (inisial) dan tengah kata (medial), kecuali fonem konsonan / ’ / hanya dapat menempati posisi tengah kata. Semua fonem konsonan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Bagan 10: Konsonan Bahasa Fataluku T/ Labio- Apiko- Lamino- Medio- DorsoBilabial Laringal Glotal B dental alveolar alveolar palatal velar
Hambat
TB
p
t
c
B B
Lateral
B
l
Getar
B
r
Semi-vokal
m
n
TB
f
B
v
B
’
j
Nasal
Frikatif
k
w
s
h
y
4) Pola suku kata Suku kata dalam bahasa Ft menganut beberapa pola, yakni suku kata dengan 18 pola. Dengan pola suku kata tersebut dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Ft terdapat kata yang hanya bersuku satu, ada yang bersuku dua, bersuku tiga, bersuku empat, dan bersuku lima. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan pola persukuan dalam setiap kata pada bahasa Ft.
149
(1) Pola V e o
‘di’ (dekat) ‘mulut’
(2) Pola KV le po ho pe
‘rumah’ ‘bedak’ ‘dan, dengan’ ‘musim’
(3) Pola V-KV o-te i-ra i-ri a-ca a-va
‘jarit’ ‘air ‘air kencing’ ‘ayam’ ‘batang pelir’
(4) Pola KV-V le-u ma-u je-u la-u lu-a
‘bulu’ ‘datang’ ‘istri’ ‘kain ‘kera’
(5) Pola KV-KV po-si ku-ca sa-pa ve-le pa-la (6) Pola KV-KVV
‘kucing’ ‘kuda’ ‘kudis’ ‘kulit’ ‘ladang’
150
lo-hai hu-lai ki-lai la-fai
‘panjang’ ‘sendok’ ‘kotoran’ ‘besar’
(7) Pola V-KV-KV u-lu-pa a-lu-ti i-ya-ne u-ka-ni a-ta-ne
‘abu’ ‘alu’ ‘begitu’ ‘satu’ ‘bertanya’
(8) Pola V-KV-V a-pu-e a-cu-e
‘intip’ ‘menunjuk’
(9) Pola KV-KV-V wa-cu-e pa-tu-e ki-ki-e
‘berjemur di sinar matahari’ ‘batuk’ ‘menggigit’
(10) Pola KV-V-KV te-a-ne ka-i-le le-u-ra la-u-he ma-i-se
‘apa, bagaimana’ ‘bengkok’ ‘daging’ ‘hidup’ ‘lurus’
(11) Pola KV-KV-KV te-pi-ke ho-me-te hi-la-te we-te-lu
‘gerak reflek’ ‘telanjang’ ‘terpeleset’ ‘tersandung’
151
ca-ta-ni
‘noda hitam di bagian tubuh’
(12) Pola V-KV-KV-KV u-pa-ra-na i-pa-ra-ri a-ra-wa-ne e-ce-re-mu i-pi-na-ka
‘impian’ ‘bekas luka’ ‘bawah’ ‘berpikir’ ‘bintang’
(13) Pola KV-V-KV-V ha-i-sa-i hi-a-mo-i lu-a-lu-a (ina) pe-i-pe-i
‘habis’ ‘mahal’ ‘lipas’ ‘mengantuk’
(14) Pola KV-V-KV-KV ta-u-ka-wa ko-e-ka-sa ka-i-sa-la je-u-va-le la-u-ha-na
‘bundar’ (untuk piring) ‘cawat’ ‘kapas’ ‘kawin’ ‘kehidupan setelah mati’
(15) Pola KV-KV-KV-KV ta-ru-pa-ha si-ri-ve-si ta-ya-ta-ya ci-pi-ci-pi na-na-na-na me-ci-ka-ra
‘berapa’ ‘bekerja’ ‘berbaring’ ‘bunga’ ‘gila’ ‘leher’
152
(16) Pola KV-V-KV-V-KV ka-u-ka-u-ne wo-u-wo-u-re
‘pecah-pecah’ ‘menggonggong’
(17) Pola V-KV-KV-KV-KV a-ra-ka-li-na u-ra-ka-pa-re e-ma-he-pe-re
‘anting-anting’ ‘kambuh, kumat’ ‘tuang’
(18) Pola KV-KV-KV-KV-KV ma-ka-ma-ka-se ho-ru-ho-ru-pe
‘berbisik-bisik’ ‘bersama-sama’
Simpulan yang dapat ditarik dari sejumlah data di atas adalah bahwa bahasa Ft memiliki sistem persukuan sebagai berikut. 1) Sistem persukuan bahasa Ft didominasi dengan kata bersuku tiga dan bersuku dua dengan pola urutan KV-KV-KV, V-KV-KV, KV-V-KVdan KV-KV, KV-V, V-KV. 2) Bahasa Ft tidak memiliki deret konsonan (kluster) dan umumnya tidak ada pemisahan suku kata antarkonsonan, kecuali penggabungan dua kata terjadi penghilangan vokal akhir pada kata pertama. Hal itu terjadi pada beberapa kasus seperti penggabungan kata maro ‘orang’ dan nami ‘laki-laki’ seharusnya maro name, tetapi menjadi marnami ‘orang laki-laki’, marumu ‘orang mati’, dan martupuru ‘orang perempuan’
153
3.3 Fonologi Bahasa Makasai Seperti halnya bahasa Ft, dalam pembahasan fonologi bahasa Mk juga diuraikan penemuan fonem 1) vokal, 2) diftong, 3) konsonan, dan 4) pola suku kata sebagai barikut. 1) Fonem Vokal (1) Vokal /i/ Posisi Awal ira ‘air’ isa hai ‘gembira’ iti ‘kaki’ ilubana ‘ketiak’ ifi ‘lidah’ isa nelu ‘lupa’ isi paili ‘mencicipi’ ini migu ‘musuh’ iu’u ‘panas’ iu ‘sinar’
Posisi Tengah laihona ‘bawang’ (gi)aili ‘bengkok’ ti’iri ‘berat’ koini ‘besar’ ifilai ‘cacing’ bibi ‘kambing’ (gi)imiri ‘emas’ haisai ‘habis’ gira-gira ‘gila’ dila ‘katak’
Posisi Akhir (gi)ari ‘akar’ iri ‘air kencing’ bai ‘babi’ talasi ‘baku bentak’ loleni ‘berbicara’ mali ‘besan’ wai ‘darah’ asi ‘garam’ wasi ‘gigi’ niki ‘nyamuk’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Mk ditemukan fonem vokal /i/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal depan, tinggi atas, tak bulat, dan tertutup.
Fonem /i/ dalam bahasa Mk dapat
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final).
154
(2) Vokal /u/ Posisi Awal uli ‘buih mulut’ usa gamu ‘bermalam’ ura lele ‘bersorak’ umu ‘mati’ uka ‘tanggal’ ula ‘ekor’ uparena ‘mimpi’ u’u ‘biru’ u ‘satu’
Posisi Tengah muiri ‘panco’ suri ‘bersisir’ susaka ‘bersiul’ baruku ‘bosan’ ruru ‘gemetar’ tuturu ‘menyunggi’ kuana ‘menguris’ tuku ‘pukul’ ruturu ‘keriting’
Posisi Akhir ira molu ‘berendam’ bidu ‘bergoyang’ leleu ‘berteriak’ eutu ‘kenyang’ kau ‘kotoran’ losu ‘memar’ atu ‘perut’ anu ‘orang’ apu ‘mengukus’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem vokal /u/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, tinggi atas, bulat, dan tertutup.
Fonem /u/ dalam bahasa Mk dapat
berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (3) Vokal /e/ Posisi Awal etena ‘berdiri’ epara ‘berhenti’ erau ‘jangan’ esere’e ‘kemarin’ eutu ‘kenyang’ ena ‘melihat, ranting’ eani ‘mulai’ eh(e) ‘suara sengau’ ehani ‘begitu’ elilai ‘kiri’
Posisi Tengah felunu ‘cantik’ seu ‘daging’ bebesi ‘cepat’ delakai ‘dagu’ kelu ‘gelang kaki’ tatema ‘berzinah’ leka ‘botak’ defa ‘anjing’ ata teu ‘asap’ loleni ‘berbicara’
Posisi Akhir boke ‘buta’ le e’e ‘di sini’ le we’e di situ’ sare ‘bersih’ dane ‘angin’ bere ‘besar’ we’e ‘ada’ debe ‘denda, hutang’ ahale ‘kapas ate ‘kayu’
Data di atas menunjukkan bahwa dalam bahasa Mk ditemukan fonem vokal /e/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan
155
vokal depan, madya atas, tak bulat, dan semi tertutup. Fonem /e/ dalam bahasa Mk dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final).
(4) Vokal /o/ Posisi Awal osa ‘belalang’ olo ‘burung gagak’ omene ‘malu’ oso ‘pinang’ oboko ‘susut’ oro ‘tombak’ opo ‘ular’ o’oro ‘batuk’ oeke menguak’ onekai ‘kunyit’
Posisi Tengah noko ‘adik’ gora ‘bangku perahu’ bokolo ‘sembunyi’ boke ‘buta’ noli ‘cincin’ lolai ‘dua’ loloha ‘empat’ mosa ‘dukun’ laloka ‘gelombang’ toi ‘berguling’
Posisi Akhir loho’o ‘bawah’ soro ‘berburu’ (gi)logo ‘berdusta’ lolo ‘berkata’ opo ‘delapan’ ko ‘kentut’ rikabo’o ‘kurus’ lo ‘langit’ roro ‘mengendus’ abo ‘nenek’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem vokal /o/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal belakang, madya atas, bulat, dan semi tertutup. Fonem /o/ dalam bahasa Mk dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). (5) Vokal /a/ Posisi Awal ate ‘pohon’ asi noko ‘adik’ ari ‘akar’ ata ‘api’ a’aha ‘berbisik’ amu’u ‘bau busuk ai ‘engkau’
Posisi Tengah bai ‘babi’ dane ‘angin’ rau ‘bagus’ wagu ‘batas’ ehani ‘begitu’ wasu ‘belut’ fatu ‘bengkak’
Posisi Akhir ira ‘air’ asa ‘ayam’ mata ‘anak’ wata ‘kelapa’ nana ‘mata’ lua ‘abu’ osa ‘belalang’
156
asi ‘garam’ ama ‘kebun’ alakai ‘alu’
sala ‘perang’ etena ‘berdiri’ fanarae ‘gadis’ dila ‘katak’ dane berana ‘angin ribut’ dawala ‘kawin’
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem vokal /a/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan vokal tengah, rendah bawah, tak bulat, dan terbuka. Fonem /a/ dalam bahasa Mk juga dapat berdistribusi lengkap, yaitu bisa menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem vokal di atas, bahasa Mk memiliki lima buah fonem vokal (/i/, /u/, /e/, /o/, dan /a/) yang dapat berdistribusi lengkap, yaitu dapat menempati posisi awal kata (inisial), posisi tengah kata (medial), dan posisi akhir kata (final). Kelima fonem vokal bahasa Mk tersebut dapat dipetakan sebagai berikut. Bagan 11: Vokal Bahasa Makasai
Posisi lidah atas tinggi bawah atas madya bawah atas rendah bawah
Bagian lidah yang bergerak depan tengah belakang i u e
semitertutup semiterbuka
a tak bulat
2) Diftong
o
Striktur tertutup
tak bulat Bentuk bibir
terbuka bulat
157
Berdasarkan penemuan dan pembuktian fonem diftong yang ada, bahasa Mk hanya memiliki sebuah fonem diftong /ai/. Fonem diftong tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan sebagai diftong naik-menutup-maju. Satusatunya diftong yang ditemukan tersebut hanya dapat menempati posisi akhir kata. Berikut ini disajikan beberapa kata bahasa Mk yang mengandung diftong dimaksud. Diftong /ai/ Posisi Awal -
Posisi Tengah -
Posisi Akhir asukai ‘laki-laki’ budikai ‘dahi’ delekai ‘dagu’ haisai ‘habis’ murikai ‘hidung’ tanabulu harai ‘jari manis’ iti ra’a wai ‘jejak kaki’
Untuk lebih jelasnya, diftong /ai/ bahasa Mk dapat dipetakan seperti di bawah ini. Bagan 12: Diftong Bahasa Makasai depan tinggi
tengah
belakang
[i]
madya
rendah
[a]
3) Konsonan (1) Konsonan /p/ Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
158
pubuti ‘besok’ (gi)puhu ‘bunga’ pairoba ‘harga’ para ‘kapal, perahu’ (gi)pu ‘pohon’ pi ‘kita’ pukala ‘licin’ panu ‘muka’ pobu ‘penduduk, rakyat’ pasini ‘bersin’
tupurai ‘perempuan’ asa sapa ‘ayam sabung’ epara ‘berhenti’ apu ‘gondong’ lapu’u ‘hidup’ uparena ‘impian’ sope ‘kenal’ api ‘ikan’ apa mata ‘kerikil’ upulai ‘lalat’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /p/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan tak bersuara. Fonem /p/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (2) Konsonan /b/ Posisi Awal (gi)baba ‘ayah’ bai ‘babi’ baunu ‘banyak’ busu ‘belanga’ (gi)bouru ‘lemak’ bokolo ‘sembunyi’ buloko ‘burung besar’ butukini ‘burung pipit’ boke ‘buta’ budikai ‘dahi’
Posisi Tengah kaba ‘bangau’ nairoba ‘berapa’ kabene ‘bersetubuh’ pubuti ‘besok’ itibui ‘betis’ bebesi ‘cepat’ gabara ‘cokelat’ pairoba ‘harga’ sobu ‘hukum adat’ saburaka ‘jeruk’
Posisi Akhir -
Data di atas menunjukkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /b/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, bilabial, dan bersuara.
Fonem /b/ dalam bahasa Mk berdistribusi
159
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (3) Konsonan /t/ Posisi Awal talasi ‘baku bentak’ tupurae ‘perempuan’ tagau tula ‘bercerai’ ti’iri ‘berat’ tarata’a ‘berjumpa dgn’ tafuni ‘bersama-sama’ turukai ‘bibir’ tutu guru ‘burung hantu’ tara ‘campak’ (penyakit)
Posisi Tengah netani ‘ada apa’ ate (gi)ira ‘buah pohon’ sitae ‘alat babat rumput’ wata ‘kelapa’ (gi)mata ‘anak’ ata ‘api’ ata latu ‘arang’ mutakai ‘belakang’ fatu ‘bengkak’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /t/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, apiko-alveolar, dan tak bersuara.
Fonem /t/ dalam bahasa Mk
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (4) Konsonan /d/ Posisi Awal data lolo ‘cerita’ delakai ‘dagu’ debe ‘denda, hutang’ deti ‘dosa’ (gi) diru ‘empedu’ dahu ‘enam’ dau ‘jarum dawala ‘kawin’ dila ‘katak’ dae ‘kepala’
Posisi Tengah budikai ‘dahi’ nama do’o ‘dari atas’ sidi ‘dinding’ matadu’u ‘hamil’ medai ‘kalung’ modo (gi)ira ‘langsat’ namade ele ‘melompat’ rada ‘menjaga’ tadede ‘mirip’ kuludai ‘nangka’
Posisi Akhir -
160
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /d/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /d/ dalam bahasa Mk
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
(5) Konsonan /k/ Posisi Awal kaloa ‘pelangi’ kaidila ‘pohon lontar’ kola ‘sarung’ keta ‘sawah’ kali u ‘sekali’ koatu u ‘sepuluh ribu’ kahu ‘tahi’ kereke ‘tulisan’ kiri ‘kencing’ kuana ‘menguris’
Posisi Tengah nukai ‘mulut’ bi’iki ‘pahit’ la’a deke ‘pergi ambil’ ahaku ‘sebentar’ sibiki’i ‘sedikit’ asukai ‘suami’ oboko ‘susut’ sikada ‘tangga’ teko ‘tempayan’ ririki ‘terbang’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /k/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, dorso-velar, dan tak bersuara.
Fonem /k/ dalam bahasa Mk
berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (6) Konsonan /g/ Posisi Awal (gi)noko ‘ari-ari’ gora-gora ‘bangku perahu’ gua mi ‘bangku duduk’
Posisi Tengah resegua ewari ‘bale-bale’ wagu ‘batas’ ne egu ‘belum’
Posisi Akhir -
161
geugini ‘bermain’ gugulai ‘bisu’ gabara ‘cokelat’ gamu ‘gelap’ gira-gira ‘gila’ gaga’a ‘jauh’ ga’awai ‘bilik’
tagau tula ‘bercerai’ (gi)logo ‘berdusta’ haigisi cukup’ talagaha ‘gagap’ togisi ‘kurang’ togaha ‘lembut’ aga ‘malu, takut’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /g/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan hambat letup, dorso-velar, dan bersuara. Fonem /g/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (7) Konsonan /’/ Posisi Awal -
Posisi Tengah haire’e ‘lusa’ sada mera’a ‘merah’ nimige’ere ‘merasai’ iu’u ‘panas’ hatu gu’u ‘pantat’ beu’u ‘pasti’ si’i ‘pedang’ bi’iki ‘pedas’ la’a pergi’ mu’u ‘pisang’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /’/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan glotal. Fonem /’/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi tengah kata (medial) atau antarvokal. (8) Konsonan /m/
162
Posisi Awal mata asukai ‘anak laki’ me’er(e) ‘asin’ mutakai ‘belakang’ munu ‘belukar’ muhiri ‘bermain’ mali ‘besan’ mutu ‘dalam’ (piring) mosa ‘dukun’ matadu’u ‘hamil’ murikai ‘hidung’
Posisi Tengah nana ginamu ‘alis’ asa ginami ‘ayam jantan’ amu bere ‘badan’ umadai ‘balai dusun’ sumasu ‘bantal’ amu’u ‘bau busuk’ gimina ‘berlemak’ tatema ‘berzinah’ toma ene ‘bodoh’ umu rafa ‘bukit’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /m/.
Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan
konsonan nasal, bilabial, dan bersuara. Fonem /m/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (9) Konsonan /n/ Posisi Awal nunamu ‘janggut’ nana ‘mata’ nuhu namu ‘kumis’ naku ‘lumpur’ napu ‘mabuk’ nawa ‘makan’ nanawa ‘makanan’ nunamu ‘belum matang’ nasara ‘pemerintah’ nama dane ‘menjinjing’
Posisi Tengah uparena ‘impian’ tana ‘tangan’ daana ‘jimat’ metanisi ‘kapan’ hai geni ‘kena’ kona ‘kera’ ilubana ‘ketiak’ wani ‘lebah’ manekai ‘leher’ sanuria ‘longgar’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /n/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan nasal, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /n/ dalam bahasa Mk berdistribusi
163
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (10) Konsonan /l/ Posisi Awal lua ‘abu’ liurai ‘bangsawan’ loho’o ‘bawah’ laihona ‘bawang’ loleni ‘berbicara’ (gi)logo ‘berdusta’ la’a ‘berjalan’ leki luru ‘bintang’ leka ‘botak’ liu ‘danau’
Posisi Tengah alakai ‘alu’ talasi ‘baku bentak’ anale ‘benang’ fatili ‘bedil’ sala ‘berperang’ bokolo ‘bersembunyi’ mali ‘besan’ ifilai ‘cacing’ felunu ‘cantik’ noli ‘cincin’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /l/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan lateral, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /l/ dalam bahasa Mk berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (11) Konsonan /r/ Posisi Awal rata’a ‘dapat’ riku ‘kaya’ rara’a ‘keringat’ rikabo’o ‘kurus’ resa leri ‘tabur benih’ ramia ‘mencintai’ rata ‘menemukan’ ruru ‘mengeluh’ roro ‘mengendus’ (anjing) rei ‘menghirup’
Posisi Tengah uru ‘puluhan, gasing’ waru ira ‘embun’ bouru ‘gemuk’ gira-gira ‘gila’ sare’e ‘gundul’(kepala) lumuru ‘hijau’ ira’a ‘haus’ erau ‘jangan’ were ‘itu’ (dekatmu) para ‘kapal, perahu’
Posisi Akhir -
164
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /r/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan getar, apiko-alveolar, dan bersuara.
Fonem /r/ dalam bahasa Mk berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
(12) Konsonan /s/ Posisi Awal sahala ‘menggoreng’ setimara ‘menyampaikan’ siaka ‘menyalak’ sari gapu ‘obat dr dukun’ sitae ‘parang’ sada ‘paru-paru’ sari uli ‘penyakit kulit’ si’i ‘pedang’ suti ‘pisau’ suma ‘roh’
Posisi Tengah resa ‘padi’ asa ‘ayam’ hasara ‘menyuruh’ asana ‘panjang’ litasena ‘pelit’ amiasa ‘pengecut’ ta rusu-rusu ‘persegi’ oso ‘pinang’ da asa ‘rambut’ sisiri ‘sakit’
Posisi Akhir -
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /s/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, lamino-alveolar, dan tak bersuara. Fonem /s/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (13) Konsonan /f/ Posisi Awal fibada ‘sahabat’ fi ura ‘syaraf’
Posisi Tengah tafuli ‘mengajak’ tefa ‘anjing’
Posisi Akhir -
165
fimai ‘berdua’ filiri ‘berkedip’ falini ‘mengunyah’ faili ‘menjilat’ faru ‘baju’ fatili ‘bedil’ fatu ‘bengkak’ fara seti ‘kentut’
afa ‘batu’ (gi)sufa ‘baru’ (gi)ifala ‘basah’ (gi)lafa’i ‘bekas luka’ tafuni ‘berkumpul’ defarika ‘jahe’ umu rafa ‘bukit’ ifilai ‘cacing’
-
Data di atas memperlihatkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /f/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, labio-dental, dan tak bersuara. Fonem /f/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial). (14) Konsonan /h/ Posisi Awal hasa ‘aliran’ hau du’ur(u) ‘bangun’ hai la’a ‘berangkat’ haisai ‘habis’ harai ‘kecil’ hiara ‘menangis’ hurulele ‘mengiringi’ himiri ‘merah’ hau tae ‘berbaring’ hasara ‘menyuruh pergi’
Posisi Tengah dane beraha ‘badai’ ira wahe ‘banjir’ a’aha ‘berbisik-bisik’ (gi)puhu ‘bunga’ talagaha ‘gagap’ hai uha ‘bertelur’ i’ihi ‘gigit’ nerahasa ‘gusi’ uhu ‘hangat’ ahale ‘kapas’
Posisi Akhir -
Data di atas menunjukkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /h/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan konsonan frikatif, laringal, dan tak bersuara.
Fonem /h/ dalam bahasa Mk berdistribusi
tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata (inisial) dan posisi tengah kata (medial).
166
(15) Konsonan /w/ Posisi Awal we’e ‘ada’ wata ‘kelapa’ wari ‘sarang’ wagu ‘batas’ wasu ‘belut’ (gi)wa ‘biji’ wehani ‘boleh’ wai muta ‘dari bawah’ wai ‘darah’ wala ‘lahir’ (binatang)
Posisi Tengah resegua ewari ‘bale-bale’ gawai ‘tempat seram’ awa giloo ‘batang pelir’ afa wame’e ‘batu asah’ lawa ‘uang’ ga’awai ‘kamar, bilik’ dawala ‘kawin’ nawa ‘makan’ niwaru ‘mandi’ wawali ‘anting-anting’
Posisi Akhir -
Data di atas menunjukkan bahwa bahasa Mk memiliki fonem konsonan /w/. Fonem tersebut direalisasikan sebagai bunyi distingtif yang bercirikan semi vokal, bilabial, dan bersuara. Fonem /w/ dalam bahasa Mk berdistribusi tidak lengkap, yaitu hanya bisa menempati posisi awal kata dan posisi tengah kata. Berdasarkan penemuan dan pembuktian di atas, bahasa Mk memiliki lima belas fonem konsonan, meliputi /p/, /t/, /b/, /d/, /k/, /g/, /’/, /m/, /n/, /l/ /r/, /f/, /s/, /h/, dan /w/. Fonem konsonan tersebut hanya dapat menempati posisi awal kata (inisial) dan tengah kata (medial), kecuali fonem konsonan / ’ / yang hanya dapat menempati posisi tengah kata. Semua fonem konsonan tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut. Bagan 13: Konsonan Bahasa Makasai
167
T/ Labio- Apiko- Lamino- Medio- DorsoBilabial Laringal Glotal B dental alveolar alveolar palatal velar
TB
p
B
b
d
Nasal
B
m
n
Lateral
B
l
Getar
B
r
Hambat
Frikatif Semi-vokal
TB
t
k
f
‘
g
s
h
B B
w
4) Pola suku kata Suku kata dalam bahasa Mk menganut beberapa pola, yakni suku kata dengan lima belas pola. Dengan pola suku kata tersebut dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Mk terdapat kata yang hanya bersuku satu, ada yang bersuku dua, bersuku tiga, dan bersuku empat. Untuk lebih jelasnya di bawah ini disajikan pola persukuan dalam setiap kata pada bahasa Mk. (1) Pola KV we na fi pi lo ge bu ta
‘di’ ‘ibu’ ‘kami’ ‘kita’ ‘langit’ ‘minum’ ‘semangka’ ‘saling’
(2) Pola V-KV a-fa i-ra
‘batu’ ‘air’
168
a-ta a-sa i-ru
‘api’ ‘ayam’ ‘busur’
(3) Pola KV-V re-i ba-i ko-u mu-a ra-u
‘tarik’ ‘babi’ ‘menggonggong’ ‘tanah’ ‘piring’
(4) Pola KV-KV pa-ra pa-ga te-pu ni-ki bu-ra
‘perahu’ ‘peti’ ‘patah’ ‘nyamuk’ ‘menjual’
(5) Pola KV-KVV pu-lai ra-wai me-dai
‘lalat’ ‘bekas telapak’ ‘kalung’
(6) Pola V-KV-KV e-ha-ni e-te-na i-mi-ri o-re-ke a-ga-na
‘begitu’ ‘berdiri’ ‘emas’ ‘malu’ ‘mual’
(7) Pola KV-KV-V lo-la-e la-lu-a si-pa-a le-lo-e mu-di-a (8) Pola KV-V-KV
‘dua’ ‘lipas’ ‘pegang’ ‘buka’ ‘petang hari’
169
ba-u-nu ko-i-ni ka-u-ra ka-i-re mu-i-ki
‘banyak’ ‘besar’ ‘garuk’ ‘lelah’ ‘lama’
(9) Pola KV-KV-KV be-ra-na wa-wa-li su-ma-su ta-fu-ni su-ka-ti
‘ribut’ ‘anting-anting’ ‘bantal’ ‘bersama-sama’ ‘mengukur’
(10) Pola V-KV-KVV i-lu-rai a-su-kai u-pu-kai e-li-lai o-ne-kai
‘raja’ ‘laki-laki’ ‘ulat bulu’ ‘kiri’ ‘kunir’
(11) KV-KV-KVV ku-lu-dai mu-ni-kai tu-pu-rai mu-ta-kai bu-ra-wai
‘nangka’ ‘leher’ ‘perempuan’ ‘belakang’ ‘berdagang’
(12) Pola KV-KV-KV-V ni-mi-re-i nu-nu-te-u
‘menyeret’ ‘awan’
(13) Pola V-KV-KV-KV u-pa-re-na a-te-ba-ta i-lu-ba-na (14) Pola KV-V-KV-KV
‘bermimpi’ ‘paha’ ‘ketiak’
170
ha-u-du-ri se-u-gi-ra gu-a-ma-ne ge-o-te-ri
‘lepas’ ‘lauk-pauk’ ‘tahu’ ‘gotong’
(15) Pola KV-KV-KV-KV te-la-ga-ha ‘gagap’ gi-ra-gi-ra ‘gila’ de-fa-ri-ka ‘jahe’ sa-bu-ra-ka ‘jeruk’ me-ta-ni-si ‘kapan’ Simpulan yang dapat ditarik dari sejumlah data di atas adalah bahwa bahasa Mk memiliki sistem persukuan sebagai berikut. 1) Sistem persukuan bahasa Mk didominasi dengan kata bersuku tiga dan bersuku dua dengan pola urutan V-KV-KV, KV-KV-V, KV-V-KV, KV-KV-KV, dan KV-KV, KV-V, V-KV. 2) Bahasa Mk tidak memiliki deret konsonan (kluster) dan umumnya tidak ada pemisahan suku kata antarkonsonan. Berdasarkan fakta fonologis ketiga bahasa di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Or, Ft, dan Mk memiliki ciri-ciri yang sama sebagai identitas satu kelompok bahasa, yaitu sama-sama tidak ditemukannya fonem konsonan yang dapat menempati pada posisi akhir kata (final). Artinya, bahwa bahasa Or, Ft, dan Mk sama-sama merupakan bahasa vokalis. Selain itu, ketiga bahasa tersebut sama-sama memiliki jumlah lima fonem vokal dan sebuah diftong. Letak perbedaan pada ketiga bahasa itu antar lain pada jumlah fonem konsonan, kepemilikan deret konsonan (kluster), dan pola persukuannya. Konsonan bahasa Or berjumlah 13 fonem, bahasa Ft berjumlah 16 fonem, dan bahasa Mk berjumlah 15 fonem. Bahasa Mk dan Ft pada
171
umumnya tidak memiliki deret konsonan (kluster), sedangkan bahasa Or memiliki sejumlah deret konsonan (kluster) sebagai akibat proses penghilangan fonem vokal pada posisi tengah kata (syncope). Sebagai konsekuensi logis dari proses syncope, bahasa Or menganut pola persukuan yang lebih bervariatif termasuk pemenggalan suku kata yang dapat terjadi pada posisi antarkonsonan. Hal tersebut tidak terjadi pada bahasa Mk dan Ft.