BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Informasi akuntansi harus memiliki relevansi nilai yang bermanfaat bagi investor dalam mengambil keputusan investasi. Penggunaan informasi akuntansi yang akurat oleh pengguna laporan keuangan (investor, kreditor, dan calon kreditor) memiliki peran yang besar yaitu sebagai dasar pertimbangan apakah investasi yang akan dilakukan nantinya akan mendapatkan keuntungan dan kerugian dari kegiatan investasi. Sehingga pada proses penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standar-standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No.50 tentang penyajian instrumen keuangan, PSAK No.55 tentang pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan PSAK No. 60 tentang pengungkapan instrumen keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji peningkatan relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan setelah dan sebelum revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Dengan adanya perubahan standar akuntansi yang mengatur tentang instrumen keuangan maka terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60. Perbedaan tersebut diantara tentang reklasifikasi dari diukur pada nilai wajar melalui laba rugi ke pinjaman yang diberikan dan piutang dan reklasifikasi dari 100
101
tersedia untuk dijual ke pinjaman yang diberikan dan piutang. Selain itu juga terkait dengan pengungkapan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar (IAI, 2012). Penerapan pengukuran nilai wajar pada instrumen keuangan sangat kompleks. Didalam model pengukuran yang ditetapkan oleh IAS 39 yang diadospi PSAK 55 (revisi 2011) terdapat beberapa instrumen keuangan yang diukur melalui nilai wajar melalui laporan laba rugi sedangkan instrumen keuangan yang lainnya diukur menggunakan biaya historis, sehingga secara ekonomi pengukuran yang berbeda menyebabkan volatilitas laba buatan (Fietcher, 2011). Pengungkapan dan pengukuran nilai wajar merupakan informasi yang penting bagi investor, namun tingkat kebenaran informasi dapat dipengaruhi oleh kesalahan jumlah pengukuran karena menggunakan sumber perkiraan yaitu dari manajemen atau penilai eksternal. Dalam prakteknya, ketika pasar aktif untuk aset dan kewajiban keuangan tidak ada maka pengukuran nilai wajar mungkin tidak dapat didefinisikan dengan baik (Landsman, 2007). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Dorminey and Apostolou (2012) menemukan bahwa perubahan pengukuran nilai wajar yang disajikan di other comprehensive income dari nilai wajar lindung nilai instrumen derivatif berpengaruh positif terhadap kebingungan investor (volume perdagangan tidak normal). Penelitian ini menunjukkan bahwa informasi nilai wajar yang mempunyai karakteristik subyektif dan penerapan yang sangat kompleks meningkatkan ketidakpastian
102
terhadap investor. Hal ini sesuai dengan Yuan Lu and Mande (2014) yang mengatakan bahwa hierarki dari pengukuran nilai wajar terutama berkaitan dengan pengukuran level 2 dan 3 mempunyai potensi risiko manipulasi dan subyektivitas. Sehingga dengan permasalahan penerapan pengukuran nilai wajar yang kompleks dan adanya perubahan PSAK yang mengatur tentang instrumen keuangan seperti peraturan yang mengatur tentang reklasifikasi instrumen keuangan, pengungkapan aset atau liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar dapat meningkatkan relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan. Relevansi nilai adalah suatu informasi akuntansi dari laporan keuangan yang dapat membuat perbedaan dalam membuat keputusan yang dilakukan oleh investor. Angka akuntansi dari laporan keuangan dapat dikatakan mempunyai relevansi nilai jika dapat memberikan informasi yang sebenarnya kepada investor tentang risiko dan imbal hasil yang diperolehnya. Pengukuran relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan dalam penelitian ini berdasarkan explanatory power atau nilai Adjusted R Square dari regresi return saham terhadap other comprehensive income dan instrumen keuangan seperti aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL), Investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo (HTM), Pinjaman yang diberikan dan piutang (LNR), dan Aset keuangan tersedia untuk dijual (AFS).
103
Hal ini dibuktikan dari hasil perhitungan koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square untuk sampel PSAK 50 (revisi 2006) dari tahun 2009 sampai 2010 sebesar sebesar 0,073 atau 7%. Sedangkan hasil perhitungan koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square untuk sampel PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 60 (2010) dari tahun 2011 sampai 2013 sebesar 0,122 atau 12%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan relevansi nilai dari penerapan PSAK 50 (revisi 2006) menjadi PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 60 (2010) yang ditandai dengan lebih tingginya nilai Adjusted R Square untuk kelompok sampel PSAK 50 (revisi 2010) dan PSAK 60 (2010) dengan peningkatan nilai Adjusted R Square sebesar 0,049 atau 5% . Sedangkan hasil perhitungan koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square untuk sampel PSAK 55 (revisi 2006) dari tahun 2009 sampai 2011 sebesar 0,116 atau 12%. Selanjutnya hasil perhitungan koefisien determinasi atau nilai Adjusted R Square untuk sampel PSAK 55 (revisi 2011) dari tahun 2012 sampai 2013 sebesar 0,194 atau sebesar 19%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan relevansi nilai dari penerapan PSAK 55 (revisi 2006) menjadi PSAK 55 (revisi 2011) yang ditandai dengan lebih tingginya nilai Adjusted R Square untuk kelompok sampel PSAK 55 (revisi 2011) dibandingkan dengan untuk kelompok sampel PSAK 55 (revisi 2006) dengan peningkatan nilai Adjusted R Square sebesar 0,078 atau 8%. Sehingga dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah penerapan revisi PSAK
104
50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. 5.2 Keterbatasan Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa kendala yang menjadi keterbatasan. Keterbatasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya menguji peningkatan relevansi nilai dari penerapan PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan penerapan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60. Tetapi tidak menguji peningkatan relevansi nilai dilakukan sejak penerapan PSAK No. 50 (Revisi 1998) tentang Akuntansi Efek tertentu dan PSAK No. 55 (Revisi 1999) tentang Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai sampai dengan penerapan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60 yang berlaku sekarang. 2. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kemampuan yang sangat terbatas dalam menjelaskan variabel dependen. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square pada persamaan model regresi di dalam penelitian ini sangat rendah. 3. Hal lainnya yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah periode dalam penelitian ini relatif pendek yaitu tahun 2009-2013, dan penelitian ini hanya menggunakan industri keuangan sebagai sampel sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada jenis perusahaan lain seperti, jasa transportasi, telekomunikasi, manufaktur, dan sebagainya.
105
5.3 Saran Sebagai implikasi dari penelitian ini dan mengacu pada hasil kesimpulan yang ada, maka ada beberapa saran yang dapat diberikan kepada manajer investasi, regulator dan investor, maupun bagi peneliti yang akan datang, yaitu : 1
Manajer Investasi Manajer investasi dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu mengelola
portofolio efek dan menghitung nilai wajar dari efek dalam portofolio sebaiknya berdasarkan informasi yang ada di laporan keuangan. Karena dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah penerapan revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20092013. Sehingga manajer investasi dalam mengelola portofolio efek dan menghitung nilai wajar dari efek dalam portofolio yang berdasarkan pasar aktif maupun nilai wajar dari efek dalam portofolio yang tidak mempunyai pasar aktif dapat mempertimbangkan menggunakan informasi laporan keuangan. Karena di dalam laporan keuangan terdapat pengungkapan pengukuran nilai wajar. 2
Regulator Dengan adanya perubahan standar akuntansi yang mengatur tentang instrumen
keuangan maka terdapat beberapa perbedaan antara PSAK No. 50 dan PSAK No. 55 (revisi 2006) dengan PSAK No. 50 (revisi 2010), PSAK No. 55 (revisi 2011) dan PSAK No. 60 yang dilakukan oleh Dewan standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Perubahan peraturan antara lain tentang pengungkapan aset atau liabilitas keuangan
106
yang diukur pada nilai wajar, pengungkapkan jumlah reklasifikasi ke dan dari setiap kategori dan alasan reklasifikasi serta pengungkapan pengukuran nilai wajar. Sehingga berdampak pada meningkatkannya relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah penerapan revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2013. Oleh karena itu sebaiknya regulator atau Dewan standar Akuntansi Keuangan (DSAK) menerapkan tentang pengungkapan pengukuran nilai wajar pada PSAK lain selain PSAK yang mengatur tentang instrumen keuangan. 3
Investor Investor dalam proses pengambilan keputusan investasi seperti menentukan
apakah akan memegang obligasi sampai jatuh tempo atau tidak, menentukan nilai wajar instrumen keuangan yang dimiliki ketika akan menjual instrumen keuangan dan menilai arus kas masa depan instrumen keuangan yang dimilikinya sebaiknya berdasarkan informasi yang ada di laporan keuangan. Karena hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relevansi nilai dari informasi nilai wajar instrumen keuangan meningkat setelah penerapan revisi PSAK 50, 55 dan 60 tentang instrumen keuangan pada perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20092013. Sehingga dengan adanya revisi PSAK tentang instrumen keuangan menyebabkan semakin akuratnya informasi laporan keuangan yang dapat digunakan oleh investor dalam proses pengambilan keputusan investasi.
107