BAB V PENUTUP
Jawaban atas pertanyaan mengapa ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY sebagai invited space menggunakan formasi kuasa yang ada dalam dirinya untuk menentukan kontur dan corak dari ruang partisipasi baru tersebut? LOD DIY sebagai invited space merupakan arena kekuasaan
yang sengaja
diciptakan oleh Pemerintah DIY atas dorongan masyarakat sipil dan donor internasional. Arena ini merupakan arena terbuka bagi warganegra untuk terlibat dalam perbaikan pelayanan publik yang memiliki karakter sebagai arena baru yang lahir dari rahim pemerintah lokal. Dalam perjalannya, ruang partisipasi baru ini kemudian dibatasi ruang geraknya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penulis menyimpulkan bahwa formasi kuasa yang digunakan oleh ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY dan raung kuasa yang menjadi pengawasan LOD DIY dalam relasinya dengan LOD DIY sebagai invited space telah memilki implikasi terhadap corak kelembagaan ini.
V.1 Dinamika Invited Space dalam Formasi Kuasa yang Bergerak Simultan LOD DIY sebagai Invited Space diciptakan dengan formasi visible power yang lahir melalui mekanisme formal dengan menggunakan instrumen dan kebijakan dari pemerintah daerah.
Dinamika Ruang yang terjadi LOD DIY
mengenal dua ruang kuasa yang berbeda, pertama ruang kuasa yang telah
145
menciptakan LOD DIY dan kedua adalah ruang kuasa yang menjadi objek pengawasan LOD DIY. Relasi antara LOD DIY dan dua ruang kuasa tersebut melahirkan problem ketika LOD DIY melakukan dua pola relasi. Pertama, relasi dengan ruang kuasa tersebut mengusik kepentingan dari ruang yang telah menciptakannya yang sekaligus sebagai ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya (baca:terlapor di LOD DIY). sebagai pihak yang telah menginisiasi kelahiran lembaga ini, dijadikan sebagai terlapor dalam kasus yang dilaporkan kepada LOD DIY. Gubernur DIY yang sekaligus adalah raja memiliki formasi kuasa yang tidak hanya bersifat visible sebagai Gubernur DIY. Hidden power yang melekat pada dirinya sebagai raja akan digunakan apabila kepentingannya terancam dengan keberadaan ruang partisipasi yang telah dibuatnya. Birokrasi dalam lingkar dekat Gubernur DIY yang sekaligus sebagai raja memiliki invisible power yang mana dalam dirinya ada kuasa bawah sadar yang menggerakan dirinya untuk mengamankan posisi dan citra sebagai raja. Dalam relasi LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya yaitu Pemda DIY termasuk didalamnya bersifat formal dengan visible power. Namun disisi lain, relasi LOD DIY dengan Gubernur DIY sebagai aktor kuasa yang telah mendorong kelahiran LOD DIY dan menjadikan LOD DIY seabagai ombudsman eksekutif menggunakan formasi kuasa yang bersifat hidden power. Bekerjanya hidden power dalam relasi kuasa antara LOD DIY dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya berupa adanya semacam kesepakatan informal bahwa Gubernur DIY sebagai Raja di DIY
146
sekaligus adalah pencipta ruang partisipasi baru seharusnya tidak menjadi objek pengawasan LOD DIY.
Jajaran birokrasi dalam lingkar inti
menggunakan
invisible power untuk membatasi ruang gerak LOD DIY pasca penanganan kasus CDMA oleh LOD DIY yang mengancam citra dan posisi . Kedua, relasi LOD DIY dan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya seharusnya bersifat visible power. Namun, tidak selalu relasi yang terbangun antara LOD DIY dan ruang kuasa yang menjadi objek pengawasannya
direspon dengan bentuk
formal kekuasaan.
Terkadang,
mekanisme penanganan pengaduan dan hasil akhir dari tindak lanjut pengaduan pelayanan publik direspon oleh ruang kuasa yang lain dengan memanfaatkan proses, praktek, norma dan kebiasaan yang membentuk pemahaman masyarakat tentang kebutuhan mereka, peran budaya, kemungkinan dan tindakan dengan cara mencegah tindakan yang efektif untuk perbaikan dan pemenuhan hak pelayanan publik.
V.2 Karakter LOD DIY sebagai Ruang Partisipasi Baru Pola relasi LOD DIY dan ruang kuasa dengan formasi kekuasaan yang bersifat simultan (hidden , visible dan invisible) telah melahirkan dominasi dan kontrol dari ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY.
Dominasi dan
kontrol dari ruang kuasa ini melahirkan beberapa corak kelembagaan LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru. Pertama, Keberanian LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru mengusik hidden
power dari ruang kuasa yang telah
147
menciptakannya telah berimplikasi terhadap penciptaan kondisi supaya ruang partisipasi baru tersebut akhirnya diisi oleh mereka yang mampu dikendalikan oleh penguasa dan menciptakan sistem serta kebijakan yang tidak memungkinkan bagi LOD DIY untuk menggunakan kewenangannya mengawasi ruang kuasa lain yang dianggap ’tabu’ untuk diawasi. Kedua, LOD DIY sebagai Ruang partisipasi baru yang telah dibentuk oleh Gubernur DIY bukanlah arena yang kosong, tapi arena yang menunggu untuk diisi. Baik oleh kebijakan formal dalam bentuk kewenangan kelembagaan sampai dengan mekanisme administratif dan penganggaran untuk menjalankan lembaga ini. Pengisian ruang partisipasi baru ini bersifat dinamis dan didalamnya terdapat kontrol dan dominasi kekuasaan. Ketiga, Level kekuasaan yang tidak lagi tunggal menempatkan LOD DIY yang berada pada level kekuasan lokal sangat dipengaruhi eksistensi kelembagaannya oleh ranah kekuasaan di level nasional. Peraturan Gubernur DIY merupakan visible power bagi Gubernur DIY sendiri, namun dalam pendekatan akses ke arena pengambilan keputusan diluar Gubernur DIY dan jajaran dekatnya sangat tertutup. Dominasi dan kontrol dari ruang kuasa terhadap LOD DIY berujung pada ‘penutupan’ invited space. ‘Penutupan’ invited space ini melahirkan pola advokasi LOD DIY terhadap dirinya maupun bentuk advokasi masyarakat sipil terhadap keberadaan lembaga ini. Namun, perlahan dan pasti baik advokasi yang datang dari masyarakat sipil maupun LOD DIY sendiri tidak berpengaruh terhadap karakter ruang kuasa untuk ‘menentukan’ corak dari ruang partisipasi baru ini.
148
V.3 Refleksi Teoritis Pendekatan kubus kekuasaan dalam menganalisa LOD DIY sebagai ruang partisipari baru menununjukan bagaiama strategi dan analisa terhadap kekuasaan bekerja melintasi atau bersilang dalam setiap dimensi kekuasan. Perubahan dalam satu dimensi kubus kekuasaan akan menyebabkan dimensi kekuasaan yang lain juga berubah. Dalam tulisan ini, teori kubus kekuasaan yang terdiri dari unsur arena, level dan formasi digunakan untuk mengurai bentuk-bentuk relasi kuasa yang terbangun dalam upaya pemenuhan hak pelayanan publik, Titik awal analisa dalam tulisan ini adalah LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dan bagaimana kekuasaan mempengaruhi ruang partisipasi baru tersebut. LOD DIY merupakan ruang partisipasi baru karena arena bagi upaya warganegara untuk terlibat dalam perbaika pelayanan publik tidak ada sebelumnya. Arena ini membuka peluang untuk terlibat dalam advokasi pelayana publik. Pemaknaan ruang dalam tulisan ini merujuk pada Lefebvre yang berpendapat bahwa ruang partisipasi bukan arena yang netral, ia merupakan produk sosial, tidak hanya ada, ruang menunggu untuk diisi, tetapi ruang bersifat dinamis dimana didalamnya terdapat kontrol dan dominasi kekuasaan. Relasi antara partisipasi dan ruang kekuasaan tercermin dari relasi hubungan kekuasaan yang menembus dan menghasilkan sebuah ruang. LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dipelihara sebagai cara untuk memperkuat suara terpinggirkan yang justru berakhir dengan diisi oleh mereka yang dianggap bisa berkompromi dengan kekuasaan. Intervensi aktor berpengaruh dalam menciptakan jumlah ruang
149
yang semakin berkembang, dimana warganegara diundang untuk berpartisipasi, namun pada akhirnya ruang partisiapsi baru ini hanya dijadikan sekedar menetralkan kekuatan partisipasi yang mungkin terbentuk diluar ruang yang disediakan oleh orang yang memiliki pengaruh. Dengan bertitik tolak dari arena partisipasi baru, penulis kemudian merelasikan ruang tesebut dengan formasi kekuasaan yang merupakan sisi lain dari kubus kekuasaan Gaventa. Kubus kekuasana Gaventa menempatkan tiga formasi kekuasaan yaitu visible, invisible dan hidden power dalam formasi yang saling terpisah satu dengan lainnya. Sementara dari hasi penelitian ini, formasi kekuasaan berjalan simultan dan saling menguatkan satu dengan lainya untuk menjadikan kekuasaan semakin powerfull dalam ‘membentuk’ corak dari ruang partisipasi baru. Tiga formasi kekuasaan yang bersifat simultan antara hidden , invisible dan visible power terjadi pada ruang kuasa yang tidak hanya memiliki otoritas formal sebagai Gubernur, tapi juga Gubernur yang memiliki otoritas informal sebagai raja, dimana dalam otoritas tersebut melekat formasi kuasa yang bersifat hidden power. Koloborasi dua formasi kuasa (hidden dan visible power) dalam diri Gubernur melahirkan corak kuasa birokrasi yang tidak hanya memiliki visible power, tapi juga invisible power untuk menerjemahkan kuasa sultan yang bersifat hidden power. Hal lain yang menjadi titik lemah dari teori ini adalah arena kuasa yang dihadirkan oleh Gaventa (invited, closed dan created spaces) memiliki karakter tetap. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dalam invited spaces seperti LOD
150
DIY memiliki variasi karakter ruang kuasa. Terkadang invited space ini diundang untuk terlibat dalam pengambilan kebijakan, namun terkadang invited space berada pada ruang kuasa yang bersifat closed space. Sebagai contoh, dalam isuisu pelayanan publik yang tidak menyentuh ruang kuasa pencipta LOD DIY sebagai invited spaces dan dalam wilayah teknokrasi pelayanan publik, LOD DIY dilibatkan untuk melakukan perbaikan pelayanan. Akan tetapi, dalam isu pelayanan publik yang menyentuh ruang kuasa pencipta LOD DIY ditutup rapat. Bahkan penentuan corak kelembagaan LOD DIY, ruang kuasa menjadikan arena tersebut sebagai arena tertutup. Kekuatan dari teori ini, bahwa konteks kebijakan pada level nasional akan berimplikasi terhadap kebijakan pada level local. Hasil penelitian menunjukan bahwa kebijakan di level nasional semakin menjadikan formasi kuasa yang berjalan secara diam-diam (invisible power) untuk meniadakan ruang partisipasi baru berubah menjadi formasi visible power. Kebijakan pada level nasional turut serta memperkuat ruang kuasa di level lokal. Merelasikan antara formasi, level, dan arena kekuasaan dalam konteks ruang partisipasi baru seperti LOD DIY terlihat bahwa ruang kuasa dominan dengan tiga formasi kuasa yang dimilikinya akan digunakan untuk menentukan corak kelembagaan ruang partisipasi baru. Dukungan kebijakan di level nasional satu sisi mempercepat proses pembentukan ruang partisipasi baru di level lokal, sementara di sisi lain, kebijakan di level nasional mempercepat pula proses peniadaan ruang partisipasi baru di level lokal.
151
V.4 Agenda Riset Lanjutan Thesis ini menganalisa bagaiamana ruang kuasa membentuk LOD DIY sebagai ruang partisipasi baru dan bagaimana pula ruang kuasa yang telah menciptakan LOD DIY mengisi ruang partisipasi baru tersebut dengan menentukan corak kelembagaannya. Disamping itu, thesis ini juga menganalisa bagaimana ruang partisipasi baru melakukan perlawanan terhadap pembentukan corak kelembagaan oleh ruang kuasa yang telah membentuknya. Sayangnya, thesis ini tidak menganalisa secara lebih jauh bagaimana pengaruh proses pembentukan corak kelembagaan LOD DIY oleh ruang kuasa yang telah melahirkannya terhadap penangangan pengaduan pelayanan publik. Hal ini menjadi penting karena kegagalan dan keberhasilan advokasi perbaikan pelayanan publik pada kenyataannya sangat dipengaruhi oleh relasi kuasa yang terbangun antara LOD DIY sebagai ruang pengaduan pelayanan publik dengan ruang kuasa yang menjadi objek pengaduannya. Hal lain yang menarik untuk dianalisa lebih lanjut adalah seberapa jauh penerapa inovasi
dalam bentuk
penciptaan ruang partisipasi baru berkontribusi terhadap perbaikan pemenuhan hak warganegara.
152