BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan Keluarga merupakan penanggungjawab utama kehidupan moral anak remaja. Tidak ada pihak lain yang lebih bertanggungjawab daripada orangtua. Tugas ini bersifat primer danhanya orang tua yang lebih mengenal anaknya.Untuk itu, keluarga bertugas membimbing anak remaja dengan sabar dan tekun untuk mencapai keseimbangan dan kematangan dalam kehidupan moral.Keluarga dipanggil untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada anak remaja dengan caranya sendiri dalam keluarga. Orang tua hendaknya menanamkan nilai-nilai moraldalam
hati anak remaja melalui kegiatan-kegiatan rohani sebagai sarana yang
membantu. Dan yang paling yang penting adalah keteladanan hidup dari pihak keluarga sendiri. Segala usaha akan menjadi sia-sia bila orang tua hanya mampu mengajarkan sesuatu tanpa sikap hidup yang benar. Orang tua tidak hanya mengajarkan tetapi mempraktekkan hal itu sehingga ada kesesuaian antara yang diajarkan dan praktek hidup.Dengan itu, anak remaja dapat melihat dan merasa tertarik untuk melaksanakan yang diajarkan oleh orang tuanya.Orang tua tidak hanya mengajarkan anak remaja agar memiliki pengetahuan tentang moral saja tetapi yang paling
pentingdisini
adalah
pendidikan
yang
memampukan
anak
remaja
mewujudnyatakansikapnyadi dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perilaku hidup yang baik dan benar.Semakin mereka mencintai Tuhan, mereka juga hendaknya semakin mencintai sesama lewat sikap hidup yang terpuji, yang menyenangkan dan membahagiakan orang lain. Itulah orientasi utama dari pendidikan moral bagi anak remaja dalam keluarga.
Fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik. Lingkungan sosial sangat berpengaruh pada perkembangankepribadian yang demikian. Lingkungan sosial yang buruk bisa mempengaruhi kepribadian seorang remaja menjadi pribadi yang bermental buruk dan sebaliknya lingkungan sosial yang baik akan membantu pembentukan kepribadian yang positif. Orang tua harus menyadarinya dan hendaknya serius memberi pendampingan khusus bagi remaja, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh lingkungan sosial yang buruk. Anak remaja hendaknya didampingi dan diarahkan dengan cara yang tepat sesuai dengan usia perkembangannya sehinggamenjadi pribadi yang mantap baik iman maupun sikap hidup yang baik dan benar di tengah masyarakat. Dengan demikian kehadiran mereka adalah untuk membangun bukan merusak kehidupan masyarakat. Kurangnya pendampingan yang efektif terhadap anak remaja dalam hal kehidupan moral, berdampak pada krisis iman bagi remaja. Remaja tidak memiliki lagi kesadaran akan pentingnya kehidupan moral. Kehidupan moral bisa dilihat sebagai sesuatu yang membosankan dan tidak memberi keuntungan bagi dirinya.Hilangnya kesadaran ini bisa menimbulkan persoalan yang merugikan keluarga dan terlebih bagi anak remaja itu sendiri.Anak remaja bisa saja terjerumus dalam kesenangan semu karena kontrol diri yang lemah. Kontrol diri yang lemah ini merupakan akibat dari kurangnya internalisasi nilai-nilai moral dalam diri anak remaja. Nilai-nilai moral menjadi suatu pedoman hidup yang penting.Karena itu, nilai ini tidak boleh diabaikan oleh setiap keluarga. Pada prinsipnya orang tua sangat mencintai dan menginginkan agar anak-anaknya kelak menjadi pribadi yang berguna bagi Gereja dan bangsa. Oleh karena itu, hendaknya mereka menyadari peran pentingnya sebagai pendidik utama bagi anak remaja. Perhatian dan kasih sayang dalam proses pendidikan itu sangat menentukan kepribadian seorang remaja. Perhatian dan kasih sayang menjadi instrumen penting yang mendukung usaha pembentukan
kepribadian
moral pada anak remaja. Anak remaja sangat mendambakan suatu
pendampingan yang penuh perhatian dan kasih sayang. Maka, pihak orang tua hendaknya menyadari hal ini. Dan hendaknya diingat pula bahwa kasih sayang bukan berarti memanjakan seorang anak. Hanya dalam keluarga yang penuh dengan suasana kasih sayang, keharmonisan, saling pengertian, dapat membantu proses pendidikan nilai moral bagi anak remaja. 5.2 Catatan Kritis Orang tua merupakan pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga sebagai sekolah yang pertama dan utama. Melalui ikatan sakramen perkawinan, mereka diteguhkan untuk bersatu. Ikatan persatuan menjalankan tugas mulia yakni meneruskan keturunan dan menciptakan kebahagiaan dalam hidup berkeluarga. Anak-anak sebagai buah hati, sejak dilahirkan melekat erat dengan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam kehidupan berkeluarga. Keluarga terpanggil untuk mewujudkan misi kebahagiaan. Keluarga sebagai wadas penyalur rahmat Allah menjadi pendidik Kristiani yang tidak hanya bertanggung jawab melalui pola pikir yang baik tetapi juga melalui teladan dan penghayatan hidup yang baik dan benar menurut nilai-nilai moral dan nilai rohani. Tugas yang luhur ini patut dicontohi oleh anak-anak remaja dalam masa sekarang. Integralitas kepribadian anak-anak remaja sangat dipengaruhi oleh figur dan tempat di mana ia hidup dan dibesarkan. Latar belakang kehidupan orang tua dalam keluarga yang kacau, akan menimbulkan kesan atau merupakan teladan yang tidak baik bagi perkembangan kehidupan anak-anak remaja. Menginjak usia remaja, mereka berada dalam proses pencarian jati diri. Para remaja masih labil. Sering terjadi kesenjangan antara orang tua dan para remaja karena adanya prinsip hidup yang berbeda-beda dengan latar belakang konteks yang berbeda-beda pula.
Orang tua sangat menekankan aturan hidup demi masa depan sementara di satu sisi anakanak remaja sangat menginginkan untuk mandiri tanpa campur tangan orang tua. Orang tua sangat menekankan pengalaman hidup sementara di satu sisi anak-anak remaja mengatakan bahwa itu sudah kuno. Dalam proses pencarian jati diri, anak-anak remaja berhadapan dengan tantangan dalam arus global yang hadir ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi turut membantu perkembangan kepribadian anak-anak remaja tetapi di sisi lain bisa menghancurkan masa depan anak-anak remaja. Dalam proses ini, perhatian dan teladan hidup orang tua dalam kehidupan berkeluarga sangatdiharapkan. Walaupun demikian idealnya, tetapi sering masih saja terjadi kelalaian para orang tua dalam keluarga yang lebih fokus dengan tugas dan tanggung jawab sosial terhadap profesi berbanding dengan konsentrasi untuk pengembangan moralitas kepribadian anak-anak remaja. Anak-anak remaja dalam proses perkembangan dapat menyadari hal-hal yang baik untuk dilakukan. Kebaikan yang disadari lebih banyak bercorak pragmatis menurut keinginan yang menyenangkan. Kehadiran para orang tua bersama anak-anak dalam kehidupan berkeluarga samasama berhadapan dengan tantangan-tantangan. Segala usaha dilakukan dan baru mencapai keberhasilannya dalam mitra kerja sama yang efektif antar banyak pihak. Keterlibatan banyak pihak dengan hati yang tulus turut memberi dukungan bermakna bagi perkembangan remaja. Penulis menyadari penting dan utamanya peran keluarga. Perkembangan remaja dalam masanya pun penting dilewati sebagai suatu proses menuju kematangan. Tak ada seorang pun dalam perkembangan diri melewati tahapan ini. Tahapan perkembangan ini tidak menjadi sesuatu yang sangat buruk jika terjadi kerja sama untuk saling membantu menurut porsi masing-masing.
Para orang tua dalam kehidupan berkeluarga tidak boleh hadir sebagai pemaksa bagi anak-anak. Anak-anak remaja pun tidak boleh hadir sebagai figur yang harus bebas dari perintah orang tua. Peran orang tua dalam kehidupan berkeluarga akan sungguh terasa oleh anak-anak remaja, jika terjadi komunikasi dua arah yang saling mendukung demi kebaikan hidup keluarga dan perkembangan integritas moralitas kepribadian anak-anak. 5.3 Usul-Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa hal penting yang dapat dijadikan usul saran yang harus diperhatikan sebagai berikut: 5.2.1
Bagi Remaja Remaja hendaknya menyadari akan pentingnya sikap dan tindakan moral bagi dirinya.
Remaja tidak sebatas menyadari akan hal itu, melainkan harus berproses dan dan ikut ambil bagiaan didalamnya. Moral yang baik akan membawa kehidupan yang baik bagi pribadi remaja sendiri. Bukan hanya untuk diri remaja sendiri, melainkan untuk hubungan remaja dengan orang lain. Remaja saat ini mempunyai moral yang cukup jelek. Hal ini diakibatkan oleh pengaruh globalisasi dimana remaja tidak dapat memfilter hal–hal negatif yang bukan informasi yang baik.Remaja merupakanaset sumber daya manusia di masa yang akan datang, pengembangan kualitasnya harus dimulai secara terpadu melalui pendekatan struktural, apakah ketika mereka berada dalam lingkungan keluarga atau dalam lembaga pendidikan, setiap tahap pendidikan memerlukan suatu usaha yang terpadu pula yang memiliki format yang jelas, melalui nilai-nilai keagamaan dan kurikulum sekolah beserta seluruh perangkatnya. Maka dari itu pendidikan moral diharapkan dapat memperbaiki moral remaja saat ini.
5.2.2
Bagi Keluarga Hendaknya keluarga dalam hal ini orang tua, senantiasa menyadari akan peran
pentingnya bagi pendidikan moral kehidupan anak remaja, keluarga yang baik adalah keluarga yang dengan sungguh-sungguh memperhatikan hidup moral remaja. Teladan yang baik dari keluarga, mampu memberikan hidup yang baik bagi remaja.Disini jelas bahwa, hanya sebatas perkataan tidak sempurna dapat membawa perubahan yang baik bagi remaja, melainkan perkataan dan tindakan harus berjalan seiring, maka tujuan yang dicita-citakan dapat tercapai dengan baik. 5.2.2 Bagi Masyarakat Masyarakat merupakan
satuan penting dalam kehidupan remaja. Tujuan dari
pendidikan moral remaja adalah untuk hidup dan berkembang dengan baik dan benar, tidak hanya dalam lingkup keluarga saja, melainkan lingkup yang lebih luas yakni masyarakat umum. Moral yang baik bagi remaja, dapat menciptakan suatu kesatuan yang harmonis dalam masyarakat luas.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMEN DAN KAMUS All Lukman dkk Kamus Besar Bahasa Indonesia,(edisi ke II) (Jakarta: Balai Pustaka, 1999) Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II, Jakarta: Balai Pustaka, 1999. Komisi Keluarga KWI, Membangun Keluarga Sejaterah Dan Bertanggung Jawab Berdasarkan Perspektif Agama Katolik, Jakarta: KWI, 2008 Konsili Vatikan II, Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (21 November 1964), dalam R. Hardawirjana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II (Jakarta: Obor, 1993), no. 11., bdk., Paus Yohanes Paulus II (Promulgator), Katekismus Gereja Katolik, dalam P. Herman Embuiru, SVD (penerj.), Ende: Propinsi Gerejani Ende, 1995, Konsili Vatikan II, Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, (7 Desember 1965), dalam R. Hardawirjana (penerj.), Dokumen Konsili Vatikan II(Jakarta: Obor, 1993). O’Collins, Gerald& Farrugia, Edward G.,Kamus Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1996. Paus Yohanes PaulusII, Amanat Apostolik Consortio, dalam Wirdyamartaya A., (Penerj.),Keluarga Kristiani Dalam Dunia Modern, No., II Yogyakarta: Kanisius,1994. Poerwandaminta, W.J. S., Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Indonesia, 1987.
Pesche, Karl-Heinz, Etika Kristiani Jilid IV, Maumere: Ledalero, 2003. BUKU-BUKU
Ali, Mohammad Dan Asori, Muhammad, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004. Apock Benyamin, Membina Watak Anak, Wunan Jaya K. Liohe MPE, Jakarta: Gunung Jati, 1982. Evendy Nasrul, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC, 1998. Gunarsa, Singgi D,Psikologi Anak Dan Remaja, Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 2003 Hadiwardoyo, AL. Purwa, Moral Dan Masalanya, Yogyakarta: Kanisius, 1990
Keban Ance, Demi Anak Ibu Harus Belajar, Jakarta: PT Gramedia Sarana Indonesia,2007 Purwanto, M. Ngalim, Ilmu Pendidikan Teorits dan Praktis, Bandung: Remadja Karya, 1988. Raho, Bernard, Keluarga Berziarah Linta Zaman, Ende: Nusa Indah, 2003. Satiadarma, Monty P, Persepsi Orang Tua Membentuk Prilaku Anak, Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2001. Salam, H. Burhanudin, Etika Sosial Moral Dalam Kehidupan Manusia, Jakarta: PT Renaka Cipta, 1997 Surwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001. Sumanto Wasty Psikologi Remaja, Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2001. Simandjuntak, I.L. Pasaribu, Pengantar Psikologi Perkembangan, (Bandung: rev. ed Tarsito, 1984), Suparno Paul, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Kanisius, 2000. SetiarjaGunawan, Dialektika Hukum Dan Moral Dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia Yogyakarta: Kanisius, 1990 Severe, Sal,Bagaimana Bersikap Pada Anak Agar Anak Bersikap Baik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005. Tim Pusat Pendampingan Keluarga “Brayat Minulyo”, Kursus persiapan Hidup Berkeluarga, Yogyakarta: Kanisius, 2007. TimPublikasi Pastoral Redemptorist, MenjadiKeluarga Katolik Sejati, Yogyakarta: Kanisius, 2000. MANUSKRIP Nahak, Yoseph, Psikologi Pendidikan, (Bahan Kuliah) Kupang FFA Unwira, 2004. Saku, Dominikus, Filsafat Ketuhanan, (Bahan Kuliah), Kupang: Fakultas Filsafat, 2009. INTERNET Ema Rakhmawati,Faktor Penurunan Moral Remaja, http://www.netsains.com,