KECEMASAN KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK USIA REMAJA KARENA KENAKALAN REMAJA Yustina Erma Partiningsih
STIKes William Booth,
[email protected] ABSTRAK Pendahuluan: Kenakalan remaja yang merupakan perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal dapat menimbulkan keresahan bagi masyarakat sekitarnya dan kecemasan bagi keluarganya. Perilaku kecemasan orang tua karena kenakalan remaja dapat ditunjukkan melalui sikap orang tua yang melarang anaknya bergaul bersama teman-temannya, melarang anak keluar rumah bersama teman-temannya. Jika kecemasan yang di rasakan oleh orang tua tidak segera diatasi akan masuk ke tahap yang lebih berat yaitu mudah frustasi, depresi. Dari uraian diatas maka peneliti mengadakan penelitian tentang gambaran tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja karena kenakalan remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja. Metode: Desain penelitian deskriptif. Dari 32 populasi yaitu keluarga yang memiliki anak usia remaja diambil 30 sampel dengan menggunakan purpossive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diisi oleh responden yang memenuhi kriteria inklusi kemudian diolah secara mandiri, memberikan kode, memasukan data kedalam tabel distribusi frekuensi dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Hasil: Dari penelitian ini didapatkan yang mengalami tingkat kecemasan ringan 11 responden (37%), yang mengalami tingkat kecemasan sedang 17 responden (56%), yang mengalami tingkat kecemasan 2 responden`(7%). Diskusi: Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja karena kenakalan remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya. Dengan demikian diaharapkan agar orang tua lebih banyak mencari tahu tentang kenakalan remaja sehingga dapat mengurangi tingkat kecemasan. Kata kunci: Kecemasan, Keluarga, Remaja, Kenakalan Remaja ABSTRACT Introduction: Teenage mischievous which teenager attitude that unacceptable socially further lead into criminal could cause anxiousness to society and family. Parental anxiety due to teenage mischievous can be showed through parent attitude that forbid their children to hang out with their friends, prohibit children to go out side the house with friends of the same age. If the anxiety that run through parents is not overcome immediately, further will lead to heavier stage which is easily frustrated, depression. From the above explanation researcher conduct research about the description of family anxiety with teenage because teenage mischievous on RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya. The research purpose is to find out the anxiety of family with teenage. Methods: The research se descriptive design. From 32 population 30 sample were taken by using purposive sampling. Data gathered through questionnaire that fill by respondent that appropriate with the inclusion criteria then processed independently, code given, input the data to frequency distribution table and showed in table form. Result: That 11 respondent have light anxiety level (37%), and 17 respondent earned medium anxiety level (56%) and 2 respondent possess heavy anxiety level (7%). Discussion: Based on the research result could be concluded that family anxiety level with teenage caused teenage mischievous on RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya. In addition, parent are expected willing to find out more about teenage mischievous so anxiety can be reduced. Keyword: Anxiety, Family, Teenage, Teenage mischievous
PENDAHULUAN Kenakalan remaja merupakan perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal (Asian Brain,2009). Kenakalan remaja yang sering terjadi didalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri. Kenakalan remaja tersebut timbul oleh beberapa faktor, yaitu: faktor internal yang merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri meliputi adanya krisis identitas dimana remaja gagal mencapai identitasnya, adanya kontrol diri yang lemah, dan ketidak mampuan untuk mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannnya (Asian Brain, 2009). Dari Faktor eksternal yang merupakan faktor yang berasal dari luar meliputi faktor dari keluarga dimana didalam keluarga terjadi konflik atau keluarga broken home, keadaan jumlah anak yang kurang menguntungkan dimana anak tunggal yang sangat dimanajakan oleh orang tuanya, anak yang terlalu banyak sehingga anak kurang mendapat perhatian dari orang tuanya, adanya pendidikan yang salah dalam keluarga yang memicu timbulnya prilaku negatif pada remaja, adanya pengaruh negatif dari lingkungan (Sudarsono, 2004). Kenakalan remaja tidak dapat digambarkan dalam satu karakteristik saja karena kenakalan remaja terbagi dalam 3 tingkatan, yaitu: yang pertama, kenakalan biasa seperti: suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, yang kedua, kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti: mengendarai kendaraan tanpa SIM, mengambil barang milik orang lain tanpa ijin atau yang biasa disebut mencuri. Yang ketiga, kenakalan khusus seperti: penyalahgunaan narkotika, seks bebas, pemerkosaan (Sunarwiyati, 1985). Perilaku negatif remaja yang dapat disebut sebagai kenakalan remaja dapat menimbulkan keresahan baik bagi orang tua maupun bagi orang yang berada disekitarnya. Karena perilaku negatif remaja atau yang disebut kenakalan remaja yang sering membuat keonaran, kegaduhan, keresahan dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua yang memiliki anak usia remaja. Dari hasil pengamatan penulis di RT 07/08 & RW VI Kelurahan Darmo Surabaya banyak anak remaja yang merokok, minum-minuman keras, keluyuran malam. Dari hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki anak remaja
tentang perasaan mereka karena kenakalan anak remaja sekarang mereka mengatakan cemas karena kenakalan anak remaja sekarang ditambah lagi dengan beredarnya berita yang mengatakan anak lari dari rumah demi orang yang dikenalnya lewat facebook. Bentuk perilaku orang tua yang mengatakan cemas ada yang tidak memperbolehkan anak keluar rumah bersama teman-temannya, tidak memperbolehkan anaknya berkumpul bersama teman-temannya, dengan harapan anaknya tidak melakukan tindakan kenakalan remaja. Berdasarkan data-data yang didapat dari media massa dimana ditemukan kenakalan remaja sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan. Salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Dari 15.000 kasus narkoba selama 2 tahun terakhir, 40% dilakukan oleh remaja, selain itu di Indonesia diperkirakan bahwa jumlah prostitusi anak cukup besar. Departemen sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60% dari 71.281 orang. Unicef menyebutkan angka 30% dari 150.000 orang (Sri Wahyuningsih, 2004). Dari hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki anak usia remaja 4 dari 7 orang mengatakan khawatir dengan perilaku remaja sekarang ini yang cenderung merokok, minum-minuman keras, keluar malam ditambah dengan adanya situs facebook seperti sekarang ini yang kadang menjerumuskan anak remaja ke pergaulan bebas atau yang lainnya. Perilaku kecemasan orang tua dapat menyebabkan dampak negative baik pada anak maupun pada orang tua itu sendiri. Dampak yang terjadi pada anak yaitu anak merasa tertekan, kurang bergaul dan selalu terkekang, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah menarik diri pada anak. Sedangkan pada orang tua itu sendiri dampak yang terjadi akibat kecemasan dapat menimbulkan perubahan secara fisik maupun fisiologis yang artinya mempengaruhi syaraf otonom dimana tekanan darah dapat meningkat, dll. Jika kecemasan yang di alami tidak ditangani dan berlangsung lama akan masuk ketahap yang lebih berat. Karena cemas yang dirasakan terlalu berlebih maka akan akan mengakibatkan depresi yang ditandai dengan mereka mudah frustasi, marah terhadap diri mereka dan mudah marah terhadap orang lain.
Individu yang depresi menjadi asosial, menarik diri dari interaksi social, keluarga dan teman (Videback, 2008). Dengan adanya efek dari kecemasa maka kecemasan perlu diatasi. Dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan berbagai macam upaya di antaranya dengan mengadakan penyuluhan terutama kepada orang tua yang memiliki anak usia remaja tentang perubahan perilaku remaja yang mengarah pada perubahan negatif dan apa yang harus dilakukan dalam menghadapi anak seperti itu, meganjurkan kepada orang tua untuk mengikuti seminar tentang remaja dan selalu mencari informasi melalui media elektronik ataupun media massa. METODE Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripstif yatu metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena dalam menemukan ide baru (Nursalam, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak usia remaja karena kenakalan remaja. Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh orang tua yang mempunyai anak usia remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya yang berjumlah 32 orang. Kriteria populasi pada penelitian ini yaitu orang tua yang bersedia untuk diteliti dan mempunyai anak usia remaja. Setelah disesuaikan dengan kriteria penelitian didapatkan sampel berjumlah 30 orang. Dalam penelitian ini penelitian menggunakan teknik Purpossive Sampling, dimana sampel yang diambil berdasarkan penilaian peneliti yang secara sengaja diambil sesuai dengan pertimbangan untuk dijadikan sampel. Pengambilan data tentang tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak usia remaja karena kenakalan remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya dilakukan dengan menyebarkan kuisioner TMAS modifikasi kepada responden setelah menandatangani lembar informed consent. Terdapat 20 pernyataan yang terdiri dari pernyataan negatif dan positif. Penilaian untuk pernyataan negatif jawaban “Ya” diberi nilai 0 dan jawaban “Tidak” diberi 1, jika pernyataan
positif jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan jawaban “Tidak” diberi nilai 1. Jawaban yang mendapat score <9 dikatakan kecemasan ringan, score 10 – 19 kecemasan sedang, score >20 dikatakan kecemasan berat, kemudian dimasukkan ke tabel distribusi frekuensi. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Orang Tua Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Orang Tua di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2
Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan Total
Jumlah (f) 11 19 30
Persentase (%) 37 63 100
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa responden perempuan merupakan responden terbanyak dengan jumlah 19 orang (63%). Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya
No 1 2
Jenis Kelamin Anak Laki – laki Perempuan Total
Jumlah (f)
Persentase (%)
19 11 30
63 37 100
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai anak berjenis kelamin laki – laki merupakan responden terbanyak dengan jumlah 19 orang (63%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Orang Tua
responden terbanyak dengan jumlah 23 orang (77%).
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Orang Tua di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya
Karakteristik Pendidikan
No 1 2 3
Usia 29 – 39 40 – 50 >50 Total
Jumlah (f) 16 11 3 30
Persentase (%) 53 37 10 100
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden dengan usia 29 – 39 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 16 orang (53%). Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Usia Anak di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2 3
Usia Anak 11 – 14 15 – 17 18 – 20 Total
Jumlah (f) 13 11 6 30
Persentase (%) 43 37 20 100
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai anak berusia 11 – 14 tahun merupakan responden terbanyak dengan jumlah 13 (43%). Karakteristik Responden Berdasarkan Agama Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2 3 4 5
Agama Katholik Kristen Islam Hindu Budha Total
Jumlah (f) 4 3 23 30
Persentase (%) 1 10 77 100
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa responden dengan agama Islam merupakan
Responden
Berdasarkan
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2 3 4 5
Pendidikan SD SMP SMA Diploma Sarjana Total
Jumlah (f) 1 6 8 9 6 30
Persentase (%) 3 20 27 30 20 100
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa responden dengan pendidikan Diploma merupakan responden terbanyak dengan jumlah 9 orang (30%). Karakteristik Pekerjaan
Responden
Berdasarkan
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2 3 4
Pekerjaan Tidak Bekerja Wiraswasta PNS Lain – lain Total
Jumlah (f)
Persentase (%)
6
20
10 7 7 30
24 23 23 100
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa responden dengan pekerjaan sebagai wiraswasta merupakan responden terbanyak dengan jumlah 10 orang (24%). Data Khusus Data khusus dalam bab ini mengidentifikasi tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya. Karakteristik dalam data khusus ini adalah tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya.
Karakteristik Tingkat Kecemasan Keluarga Yang Memiliki Anak Usia Remaja Tabel 8. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Yang Memiliki Anak Usia Remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya No 1 2 3
Tingkat Kecemasan Ringan Sedang Berat Total
Jumlah (f) 11 18 1 30
Persentase (%) 37 60 3 100
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa responden dengan tingkat kecemasan sedang merupakan responden terbanyak dengan jumlah 17 orang (56%). PEMBAHASAN Kecemasan orang tua yang memiliki anak usia remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya berdasarkan Tabel 8 yang ditemukan sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang sebanyak 17 responden dengan prosentase (56%). Menurut Keliat Budi Anna (2006) terjadinya kecemasan disebabkan karena 3 faktor, yaitu: genetik dan early learning yang merupakan gangguan kecemasan yang di turunkan dalam keluarga, biokimia otak yang merupakan kecemasan yang berkaitan dengan fungsi pembawa pesan diotak, mekanisme fight-flight yang merupakan seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan menyiapkan diri untuk mempertahankan diri atau melarikan diri dari situasi yang membahayakan. Tingkat kecemasan masing-masing individu berbedabeda tergantung karakteristik yang dimiliki seperti mampu menerima keadaan yang ada. Berdasarkan data pada Tabel 1 di dapatkan bahwa responden yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan berjumlah 19 orang (63%). Menurut Agustiani (2006) dalam bukunya Psikologi Perkembangan mengatakan bahwa yang membuat remaja lebih mampu mencapai autonomi dan menjalin komunikasi dengan lebih efektif yang memiliki self esteem tinggi adalah ibu. Apabila dilihat dari Jenis kelamin responden yang sebagian besar berjenis kelamin perempuan maka kecemasan lebih tinggi dialami oleh ibu karena ibu lebih tahu
tentang anaknya apakah anaknya mudah terpengaruh atau tidak dengan kenakalan remaja. Apalagi bila dilihat dari Tabel 2 ditemukan bahwa anak responden paling banyak berjenis kelamin laki - laki. Menurut Hurlock (1980) dalam bukunya Psikologi Perkembangan mengatakan bahwa anak laki – laki menuntut lebih banyak kebebasan dalam semua bidang kehidupan dibandingkan dengan anak perempuan. Dilihat dari teori diatas dan hasil penelitian pada Tabel 2, maka dapat dikatakan bahwa untuk mencapai kebebasannya anak laki – laki cenderung melakukan hal – hal yang menurutnya benar dan selalu mencari tahu terhadap hal - hal yang baru. Hal inilah yang menyebabkan responden berada di kecemasan tingkat sedang. Berdasarkan data pada Tabel 3 ditemukan bahwa responden yang paling banyak adalah berusia 29-39 tahun 16 responden (53%). Menurut Lusiana (1998) mengatakan bahwa salah satu kecemasan disebabkan oleh faktor usia dimana usia dapat mempengaruhi emosi seseorang khususnya wanita. Ibu yang berusia muda lebih rentan mengalami kecemasan sedang dikarenakan kurangnya pengalaman terhadap pengendalian emosi dalam menghadapi suatu masalah sehingga ketika mengetahui tentang kenakalan remaja timbul pemikiran anaknya akan terjerumus dalam kenakalan sehingga timbul kecemasan. Berdasarkan data pada Tabel 6 ditemukan bahwa responden lebih banyak berpendidikan Diploma sebanyak 9 responden (30%). Menurut Nursalam (2001) mengatakan bahwa faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mampu mengatasi masalah, menggunakan koping yang efektif dan konstruktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah. Pendidikan juga berpengaruh terpengaruh terhadap tingkat kecemasan orang tua dimana dari hasil penelitian responden lebih banyak berpendidikan diploma. Seseorang dengan pendidikan tingi lebih mudah mencari dan menerima informasi tentang kenakalan remaja, tetapi mereka kurang memahami informasi yang diterima sehingga orang tua cenderung mengalami kecemasan. Selain dari data diatas kecemasan juga dipengaruhi oleh pekerjaan. Berdasarkan data pada Tabel 7 didapatkan bahwa responden lebih banyak bekerja pada wiraswasta
sebanyak 10 responden (34%). Menurut Long (1996) mengatakan bahwa seseorang yang memiliki rutinitas pekerjaan dilluar maka tingkat kecemasan lebih tinggi akibat koping masalah yang dihadapi. Seseorang dengan pekerjaan tetap setiap harinya dan terikat dengan waktu yang sudah ditetapkan, maka seseseorang akan terpusat pada kesibukannnya sendiri. Seseorang yang berpusat pada kesibukan sendiri akan lebih sulit untuk berbagi waktu dengan orang lain terutama perhatian untuk anak-anak mereka sehingga orang tua tidak banyak tahu tentang kegiatan anak-anaknya diluar rumah sehingga ketika orang tua mendengar tentang kenakalan remaja, orang tua akan merasa cemas memikirkan anaknya. SIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tingkat kecemasan keluarga yang memiliki anak usia remaja karena kenakalan remaja di RT 07/08 RW VI Kelurahan Darmo Surabaya didapatkan hasil sebagian besar responden banyak mengalami kecemasan tingkat sedang. SARAN Diharapkan agar pihak RT dapat mengadakan program penyuluhan tentang kenakalan remaja dan upaya dalam pencegahan kenakalan remaja, sehingga dengan informasi yang didapat orang tua lebih banyak tahu tentang kenakalan remaja dan melibatkan remaja dalam kegiatan yang bersifat positif misalnya kerja bakti, lomba kebersihan antar RT sehingga waktu luang mereka dapat diisi dengan kegiatan yang berguna. Dengan demikian kecemasan orang tua akan berkurang. Diharapkan dapat mengembangkan pengabdian kepada masyarakat melalui penyuluhan tentang kenakalan remaja dan upaya pencegahannya. DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Refika Aditama Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta. Brain, Asian. 2009. Kenakalan Remaja
dan Cara Mengatasinya. Jakarta: http://www.AsianBrain. com Chandra Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC Davies, Craig. 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC Keliat Budi Anna, dkk. 2006. Modul IC CMHN. Jakarta: FKUI Kusuma Widjaja. 1997. Kedaruratan Psikiatrik Dalam Praktek. Jakarta: Profesional Books Nursalam. 2001. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: salemba Medika . 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Salemba M e d i k a Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi Dalam Praktek. Jakarta: EGC Stuart Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa: Edisi 5. Jakarta: EGC . 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Videback, Sheila L. 2004. Buku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC Willis, Sofyan S. 2008. Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabetha Zulfa. 2008. Kenakalan Remaja. http://Www.Artazzie.ngeblogs. com