BAB V PEMBAHASAN
Perbedaan metode persalinan antara persalinan normal dan sectio cesarea diperkirakan akan memberikan kualitas pelayanan dari perspektif pasien yang berbeda pula. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 97 orang responden yang tediri dari 23 persalinan normal dan 74 sectio cesarea di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta didapatkan hasil bahwa antara metode persalinan normal dan sectio cesarea tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas pelayanan dari perspektif pasien (p=0,064). Baik pasien yang bersalin dengan persalinan normal maupun sectio cesarea menilai tidak adanya perbedaan kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit kepada mereka meskipun tindakan yang dilakukan terhadap mereka tidaklah sama. Berbeda dengan penelitian serupa yang dilakukan Tabrizi et al. pada tahun 2014 di Al – Zahra Teaching Hospital, Iran penelitian tersebut dilakukan pada 200 responden yang terdiri dari 90 persalinan normal dan 110 sectio cesarea. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas pelayanan dari perspektif pasien antara kedua metode persalinan. Perbedaan antara kedua penelitian ini dapat disebabkan oleh karena adanya perbedaan suku bangsa, status ekonomi, gaya hidup, budaya, dan jenis pelayanan yang diberikan dari masing – masing rumah sakit lokasi penelitian.
44
45
Faktor – faktor yang diteliti seperti metode persalinan, kelas perawatan, indikasi persalinan, dan metode pembayaran yang kemungkinan mempengaruhi kualitas pelayanan dari perspektif pasien juga turut dianalisis menggunakan uji regresi linier ganda. Persamaan regresi yang dihasilkan hanya mampu menjelaskan 8,7 % pengaruh faktor – faktor yang diteliti terhadap kualitas pelayanan dari perspektif pasien. Metode pembayaran menjadi satu – satunya faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dari perspektif pasien (p=0,012). Metode pembayaran yang diteliti pada penelitian ini meliputi asuransi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), asuransi swasta, dan user fee. Empat jenis asuransi swasta yang digunakan responden yang mengikuti penelitian ini, yaitu asuransi In Health, asuransi CAR, asuransi Admedika, dan asuransi PT. KAI. Dari ketiga jenis metode pembayaran tersebut, pasien yang membayar dengan user fee menilai paling baik kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dibandingkan dengan pasien yang membayar menggunakan BPJS maupun asuransi swasta. Asuransi swasta diketahui memiliki rerata peringkat terendah (tabel 4.7 dan 4.9) serta terdapat perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan user fee (p=0,002). Apabila membandingkan antara pasien yang membayar menggunakan BPJS dengan pasien yang membayar menggunakan user fee, seharusnya pasien yang menggunakan BPJS akan merasa lebih puas dibandingkan dengan pasien yang membayar menggunakan user fee, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiawan (2014) di Puskesmas Nguter, Sukoharjo. Berbeda
46
dengan hasil penelitian ini, dimana pasien yang membayar menggunakan user fee menilai lebih baik kualitas pelayanan dibandingkan pasien yang menggunakan BPJS. Perbedaan ini dapat disebabkan antara lain karena pasien yang membayar menggunakan user fee dapat memilih layanan yang sesuai dengan kemampuan membayarnya, sehingga mampu memenuhi ekspektasinya. Kemungkinan yang lain adalah, jenis fasilitas layanan kesehatan yang diteliti, pada penelitian Septiawan (2014) menggunakan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP), sedangkan penelitian ini menggunakan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Apabila membandingkan antara user fee dan asuransi swasta, seharusnya pasien yang menggunakan asuransi swasta akan menilai lebih baik pelayanan yang diberikan dibandingkan bila harus membayar setiap biaya perawatan, tindakan, dan obat. Namun, pada penelitian ini terjadi hal yang sebaliknya, pasien yang membayar secara user fee merasakan pelayanan yang diberikan lebih baik dibandingkan yang membayar menggunakan asuransi swasta. Hal ini dapat terjadi karena jumlah asuransi swasta yang diketahui dari data responden hanya empat dan peneliti tidak mengetahui lebih jauh mengenai besar premi pada masing – masing asuransi serta jenis layanan apa saya yang tercakup sesuai besaran premi yang dibayarkan, sehingga belum bisa digunakan secara luas untuk mencerminkan kualitas pelayanan dari perspektif pasien yang membayar menggunakan asuransi swasta. Jumlah responden yang menggunakan asuransi swasta juga diketahui hanya lima pasien, sehingga kurang presisi bila diperbandingkan dengan jumlah responden yang membayar menggunakan user fee.
47
Apabila membandingkan antara asuransi swasta dengan BPJS dengan melihat dari jumlah premi yang dibayarkan, seharusnya pasien pasien yang menggunakan asuransi swasta akan menilai kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit lebih baik dibandingkan asuransi BPJS karena jumlah premi yang dibayarkan lebih banyak dan layanan persalinan yang diberikan dapat sesuai dengan permintaan (Sulistyani, 2015). Namun, pada penelitian ini terjadi sebaliknya, pasien yang membayar dengan BPJS merasa pelayanan yang diberikan lebih baik daripada pasien yang menggunakan asuransi swasta. Hal ini dapat terjadi karena jumlah responden yang menggunakan asuransi swasta diketahui hanya lima pasien dan peneliti tidak mengetahui lebih jauh mengenai besar premi pada masing – masing asuransi serta jenis layanan apa saya yang tercakup sesuai besaran premi yang dibayarkan pada masing – masing asuransi swasta tersebut, sehingga menjadikan hasil yang diperoleh tersebut masih kurang presisi. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai metode pembayaran dengan jumlah responden asuransi swasta yang lebih banyak dan turut merinci mengenai besaran premi serta cakupan layanan yang diperoleh sesuai besaran premi yang dibayarkan pada masing – masing jenis asuransi swasta yang diteliti. Perlu menjadi perhatian juga untuk pengelola Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta karena mayoritas pasien menggunakan asuransi, baik BPJS maupun asuransi swasta sebagai metode pembayaran, hal ini bertujuan agar pelayanan untuk pasien dengan asuransi juga harus sama baik dengan pasien yang membayar dengan user fee.
48
Menurut tabel 4.24, pasien persalinan normal maupun sectio cesarea menilai bahwa Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta sudah memberikan informasi yang adekuat mengenai tindakan dan obat – obat yang diresepkan, dokter dan perawat memiliki kemampuan, empati, dan perhatian yang baik serta senantiasa memperhatikan otonomi dari pasien. Pasien juga menilai fasilitas rumah sakit, kemudahan menjangkau layanan, dan perawatan yang berkelanjutan sudah diberikan dengan baik oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Namun, menurut tabel 4.21 diketahui bahwa dari 7 dimensi kualitas pelayanan dari perspektif pasien, dimensi perawatan yang berkelanjutan terdapat perbedaan yang signifikan antara persalinan normal dan sectio cesarea (p=0,013). Penilaian importance dan performance dimensi perawatan yang berkelanjutan didasarkan pada item – item pertanyaan tertentu pada kuesioner (Lampiran 22). Perawatan yang berkelanjutan pada sectio cesarea memang lebih kompleks bila dibandingkan dengan persalinan normal karena lebih banyaknya risiko komplikasi yang mungkin terjadi seperti infeksi pascapersalinan, robeknya luka jahitan, histerektomi, serta emboli dan perdarahan (Denk dan Aveni, 2009). Oleh karena itu, dokter dan perawat akan memberikan perhatian yang lebih kepada pasien sectio cesarea dibanding persalinan normal. Meskipun nilai QI persalinan normal yang diperoleh >9,00 (tabel 4.24), yang menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit sudah baik, tetapi perlu bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas perawatan yang berkelanjutan pada pasien persalinan normal.
49
Terdapat perbedaan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Van der Eijk pada tahun 2001, dimana pada penelitian ini dimensi harga tidak turut diteliti karena menyesuaikan dengan setting penelitian. Dimensi harga yang terdapat pada penelitian Van der Eijk (2001) dilihat melalui sudah atau belumnya pihak layanan kesehatan meresepkan obat sesuai yang ditanggung oleh jasa asuransi yang digunakan pasien, sedangkan hal tersebut tidak sesuai dengan setting penelitian ini karena tidak semua pasien di Indonesia, khususnya di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta, menggunakan jasa asuransi untuk menanggung biaya pelayanan kesehatan termasuk obat yang diresepkan. Keterbatasan penelitian ini antara lain kurangnya faktor – faktor yang diteliti seperti jumlah pendapatan, gaya hidup, komplikasi kehamilan, lokasi tempat tinggal, dan tingkat pendidikan yang kemungkinan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan dari perspektif pasien. Penelitian ini hanya meneliti 4 faktor yang kemungkinan berpengaruh yaitu metode persalinan, kelas perawatan, metode pembayaran, dan indikasi persalinan. Jumlah responden sebanyak 97 pasien yang berpartisipasi pada penelitian ini dirasa masih kurang banyak, seharusnya jumlah responden dapat lebih diperbanyak agar data yang diperoleh lebih presisi dan dilakukan pada lebih dari satu penyedia layanan persalinan agar lebih dapat mewakili populasi.