BAB V PEMBAHASAN A. Karateristik Responden Penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif” telah dilakukan pada bulan Februari sampai bulan April 2016 di Surakarta. Pada penelitian ini, pembagian usia responden terbagi menjadi 3 periode yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun) merupakan tahap menunda kehamilan,kurun reproduksi sehat (20-35 tahun) merupakan tahap untukmenjarangkan kehamilan, dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun) merupakan tahap untuk mengakhiri kehamilan (Depkes RI, 2004). Pada penelitian ini sebagian besar responden memiliki karakteristik usia reproduksi sehat yaitu antara 20-35 tahun baik pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol. Usia merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi persepsi responden terhadap rasa nyeri, persepsi nyeri responden akan meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Semakin bertambah usia responden, maka semakin baik pula pemahaman responden terhadap persepsi nyeri. Menurut Hutahaean (2009) usia responden yang lebih muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masih labil, sehingga dapat memicu terjadinya kecemasan yang menyebabkan nyeri yang dirasakan responden menjadi lebih kuat. Usia responden yang masih terlalu muda akan merasakan nyeri 4 kali lebih berat dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua (Ciwik, 2015).
49
50
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Maghfuroh (2012) yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif” menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyeri persalinan antara ibu yang memiliki usia high risk (usia ˂20 dan usia >35) dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia low risk. Hal ini sesuai pula dengan teori Melzack dalam (Ciwik, 2015), yang menyatakan bahwa usia mempengaruhi derajat nyeri persalinan, semakin muda usia ibu (˂ 20 tahun) maka akan semakin nyeri apabila dibandingkan dengan usia ibu yang lebih tua. Bobak (2004) mengungkapkan bahwa paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup, bukan jumlah janin yang dilahirkan (Maghfuroh, 2015). Berdasarkan penelitian ini, sebagian besar responden merupakan ibu multipara dengan nyeri sedang. Pada primipara ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, sedangkan pada multipara ostium uteri internum sudah sedikit membuka, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama, sehingga nyeri pada multipara lebih ringan dibandingkan dengan primipara. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Adam dan Umboh (2015) dengan hasil sebagian besar ibu primipara mengalami nyeri berat ketika bersalin. Berdasarkan hasil penelitian ini responden pada kelompok perlakuan maupun pada kelompok kontrol berada pada kategori nyeri sedang dan hebat terkontrol, hal ini disebabkan karena persalinan telah berada pada kala I fase
51
aktif dimana pembukaan serviks lebih atau sama dengan 4 cm. Alit, et al (2006) Nyeri yang dirasakan ibu bertambah akibat bagian terendah janin menekan vesica urinaria dan rectum (Ciwik, 2015). Hutahaean (2009) mengatakan bahwa kala I fase aktif persalinan terbagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3-4 cm, fase dilatasi maksimal pada pembukaan 4-9 cm berlangsung sangat cepat dan fase deselerasi pembukaan menjadi lengkap yaitu pembukaan 10 cm (Maghfiroh, 2015). Pada penelitian ini sebagian besar responden berada pada kala I fase aktif pada akselerasi dan dilatasi maksimal, sehingga tingkat nyeri responden berada pada kategori sedang dan nyeri hebat terkontrol. Hal ini disebabkan karena semakin mendekati lengkap pada pembukaan serviks, maka semakin sering dan meningkat frekuensi kontraksi pada responden. Pendapat ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Maghfuroh (2015) dengan hasil semakin tinggi pembukaan maka terjadi peningkatan terhadap nyeri dan kontraksi pada ibu bersalin kala I fase aktif. B. Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an terhadap Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Nyeri persalinan merupakan rasa yang tidak nyaman akibat adanya rangsangan pada ujung-ujung saraf khusus yang disebabkan oleh kontraksi rahim dan dilatasi serviks. Intensitas nyeri yang dirasakan pada ibu bersalin bersifat subjektif artinya nyeri yang dirasakan ibu bersalin tiap orang berbeda antara ibu yang satu dengan lainnya. Judha (2012) mengungkapkan bahwa sebagian besar ibu bersalin merasakan nyeri pada kala I fase aktif, dalam fase
52
ini sebagian besar ibu meraskan sakit yang hebat karena kegiatan rahim mulai lebih aktif, kontraksi semakin lama semakin kuat dan semakin sering. Keadaan stress atau rasa cemas secara fisiologis dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi semakin terasa nyeri. Keadaan tersebut membuat uterus semakin tegang, sehingga aliran darah dan oksigen kedalam otot-otot uterus berkurang karena mengecil dan menyempitnya otot-otot uterus yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri (Hofiah, 2015). Rasa nyeri saat proses persalinan dapat diminimalisir dengan pemberian terapi, salah satunya adalah pemberian terapi murottal Al-Qur’an. Menurut Djohan (2006) dan Rachmawati (2005) mekanisme sensorik pada terapi murottal Al-Qur’an berpengaruh terhadap proses fisiologi tubuh manusia, terutama pada organ otak bagian kiri, dimana terjadi proses analisis kognitif dan aktivitas. Pada otak kanan terjadi proses artistik dan aktivitas imajinasi. Pada murottal Al-Qur’an terdapat unsur-unsur musik seperti nada, irama dan intensitas yang kemudian masuk pada kanalis auditorus telinga luar kemudian masukke tulang-tulang pendengaran hingga ke bagian thalamus. Murottal AlQur’an mampu mengaktifkan memori yang berada pada sistim limbik yang mampu mempengaruhi hipotalamus kemudian ke hipofise. Murottal AlQur’an yang berada didalam hipofise mampu memberikan respon pada emosional dengan memberikan umpan balik pada koping negatif menuju ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran hormon-hormon stres, sehingga dengan menekannya pengeluaran hormon stres maka responden akan merasa
53
lebih
nyaman
dan
tenang
dalam
menghadapi
proses
persalinan
(Septiyaningsih, 2015). Pada penelitian ini responden diberikan perlakuan terapi murottal AlQur’an pada surat Yusuf atau surat Maryam selama 30 menit. Pembagian surat Al-Qur’an yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis kelamin calon bayi yang akan dilahirkan responden, hal ini dapat diketahui melalui hasil USG atau jika responden belum pernah melakukan pemeriksaan USG pembagian surat Al-Qur’an dapat disesuaikan dengan kebutuhan responden. Menurut Qomariah (2013) surat Yusuf dan surat Maryam memiliki keistimewaan bagi siapa saja yang membacanya, yang memiliki keyakinan dalam mengambil nilai keberkahan dari kedua surat tersebut. Nilai keberkahan pada surat Yusuf terkait dengan semangat Nabi Yusuf, ketampanannya, dan keshalihannya, sedangkan pada surat Maryam dapat mengambil keberkahan dengan melihat semangat Siti Maryam, kesuciannya, keteguhannya dalam memegang agama Allah SWT, sehingga dengan menggunakan kedua surat tersebut diharapkan kelak calon bayi yang lahir dapat memiliki sifat-sifat keluhuran seperti yang dimiliki baik pada Nabi Yusuf maupun pada Siti Maryam. Hasil penelitian ini menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui perbedaan nyeri persalinan dengan pemberian terapi murottal Al-Qur’an pada satu kelompok dan uji Mann whitney untuk mengetahui perbedaan nyeri persalinan pada dua kelompok. Pada kelompok perlakuan terlihat pada tabel 4.6 bahwa jumlah responden terbanyak yaitu mengalami penurunan nyeri
54
persalinan dengan jumlah responden 11 responden, dan terkecil adalah yang mengalami peningkatan nyeri sebanyak 0 responden. Hasil uji wilcoxon pada kelompok sebelum dan sesudah perlakuan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil nilai p-value sebesar 0,001 yang artinya nilai p lebih kecil dari nilai α (5%) atau 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian terapi murottal AlQur’an terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif menggunakan surat Yusuf atau surat Maryam. Selain itu, terlihat pada tabel 4.11 Pada hasil uji Mann whitney, yaitu dengan melakukan uji pada dua kelompok yaitu pada kelompok perlakuan dan kontrol sesudah diberikan perlakuan. Hasil uji menggunakan Mann whitney diperoleh nilai p-value 0,001 yang artinya nilai p lebih kecil dari nilai α (5%) atau 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan pemberian terapi murottal Al-Qur’an terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif pada kelompok perlakuan dan kontrol sesudah diberikan terapi. Berdasarkan tabel 4.10 terlihat nilai mean rank sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan dan kontrol mengalami perubahan. Pada kelompok perlakuan sebelum diberikan perlakuan nilai mean rank berada pada angka 15,03 dan sesudah diberi perlakuan berada pada angka 10,57 yang artinya terdapat penurunan tingkat nyeri pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah justru mengalami peningkatan tingkat nyeri yaitu dengan nilai sebelum pada kelompokkontroladalah 15,97 dan nilai
55
sesudah adalah 20,43. Terlihat adanya peningkatan tingkat nyeri pada kelompok kontrol. Hal ini terjadi dikarenakan seiring dengan bertambahnya waktu maka dapat bertambah pula pembukaan serviks. Pembukaan serviks yang diiringi dengan meningkatnya kontraksi rahim, sehingga mengakibatkan ibu mengalami peningkatan rasa nyeri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2009) yang mengatakan bahwa adanya kontraksi uterus yang terjadi pada saat proses persalinan disebabkan karena adanya penipisan, dilatasi serviks dan dorongan janin untuk keluar melalui jalan lahir, sehingga dengan adanya hal-hal tersebut dapat meningkatkan nyeri persalinan pada ibu. Menurut Wahidah (2015) pada dasarnya kelompok perlakuan juga mengalami hal demikian seperti yang dialami pada kelompok kontrol, hanya saja pada kelompok perlakuan semakin bertambahnya waktu dapat pula bertambahnya pembukaan serviks dan meningkatnya kontraksi uterus. Namun, pada kelompok perlakuan pada saat impuls nyeri akan disampaikan ke otak, impuls tersebut telah diblokade oleh hormon ß endorphin yang keluar karena diberikannya terapi murottal Al-Qur’an pada ibu bersalin (Hofiah 2015). Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dilakukan oleh Wahida (2015) dengan judul “Terapi Murottal Al-Qur’an surat Arrahman meningkatkan kadar ß-Endorphin dan menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif” dengan hasil bahwa pemberian perlakuan terapi murottal Al-Qur’an selama 25 menit menggunakan speaker box musik dan
56
earphone mampu menurunkan intensitas nyeri pada ibu bersalin kala I fase aktif. Hasil juga menunjukkan rerata kadar ß-Endorphin pada pengamatan sebelum perlakuan (1053,6±606,32ng/L) dan sesudah perlakuan (1813, 5±546,78ng/L) mengalami peningkatan secara signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian terapi Murottal Al-Qur’an selama 25 menit
menggunakan speaker box musik dan earphone mampu
meningkatkan kadar ß-Endorphin pada ibu bersalin. Lantunan Al-Qur’an yang terdapat dalam terapi murottal dapat menurunkan hormon-hormon stress, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan,detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Yolanda dan Widyanti, 2015). Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Hofiah (2015) dengan hasil ada perbedaan skala nyeri sebelum dan setelah perlakuan lantunan surat Ar-rahman di BPM Munawaroh Amd, Keb di Desa Pandan kec. Pacet Kab.Mojokerto. Hasil uji mann whithny diperoleh nilai Zhitung sebesar -3,148 > Ztabel -1,736 dan tingkat signifikan mencapai nilai 0,002 < α 0,05 berarti H1 diterima dan Ho ditolak. Selain itu terdapat penelitian lain yang mendukung pada penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rochany (2015) dengan judul “Perbedaan Terapi Murottal dan Terapi Musik Klasik Terhadap Kecemasan Menghadapi Persalinan” dengan hasil bahwa pemberian terapi murottal Al-Qur’an lebih
57
efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan dibandingkan musik klasik mozart. Selain itu, hal tersebut juga diungkapkan oleh Asti (2009) yang sependapat bahwa murottal mampu memacu sistem saraf parasimpatis yang mempunyai efek berlawanan dengan sistem saraf simpatis, sehingga terjadi keseimbangan pada kedua sistem saraf autonom tersebut. Hal inilah yang menjadi dasar dari timbulnya respon relaksasi, yaitu terjadi keseimbangan antara sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Adanya terapi murottal maka munculah kualitas kesadaran seseorang terhadap Tuhan akan meningkat, baik orang tersebut mengetahui arti Al-Qur’an atau tidak (Septiyaningsih, 2015). Hal tersebut didukung oleh pendapat Mac Gregor (2001) yang mengatakan bahwa kualitas kesadaran seseorang pada saat mendengarkan AlQur’an akan menumbuhkan rasa percaya dan pasrah atas kehendak yang Allah berikan. Selain itu, Krishna (2001) juga mengatakan rasa pasrah yang dirasakan oleh responden dapat menimbulkan rasa tenang, sehingga responden mampu berfikir dengan jernih yang akan membentuk koping yang baik dan akan berdampak positif bagi ibu maupun janin (Septiyaningsih, 2015).
58
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini responden yang digunakan peneliti adalah ibu bersalin primipara dan multipara, sehingga dengan adanya perbedaan paritas dapat menimbulkan perbedaan tingkat nyeri responden sebelum diberikan perlakuan. Hal tersebut terjadi karena jumlah responden untuk primipara tidak begitu banyak, sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan ibu primipara dan multipara. 2. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi pada ibu inpartu dengan pembukaan seriviks yang berbeda-beda tidak secara homogen, sehingga dengan adanya variasi pembukaan serviks ini maka tingkat awal nyeri yang dirasakan responden bervariasi pula karena dipengaruhi oleh pembukaan serviks yang berbeda-beda.