BAB V PEMBAHASAN
A. Komitmen terhadap Manajemen Risiko Ditinjau dari Kebijakan Mutu dan K3L pada Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I dapat diketahui bahwa perusahaan memiliki komitmen dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya pencegahan cidera/sakit/penyakit akibat kerja di lingkungan kerja. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya tindaklanjut dari komitmen yaitu berupa Kebijakan Mutu dan K3L, HSE Commitment, HSE Ground Rule, dan Prosedur hazard identification risk assessment and risk control yang terdapat dalam Rencana K3L proyek. Kebijakan Mutu dan K3L yang disusun oleh induk perusahaan selanjutnya disebarluaskan ke seluruh anak perusahaan/divisi dan proyekproyek untuk dikomunikasikan, diterapkan dan dipelihara. Kebijakan tersebut telah menetapkan mengenai penerapan manajemen risiko khususnya dalam hal identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian
risiko yang
tertuang pada poin 2 yang menyatakan bahwa perusahaan “Melaksanakan norma-norma perlindungan kerja dan lingkungan (K3L) dengan menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas risiko kecelakaan, bebas risiko penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan”
79
80
Selain itu, tercantum dalam HSE Commitment poin 5 telah menyatakan bahwa perusahaan “Mengidentifikasi seluruh risiko yang akan timbul dari tahapan pelaksanaan tindakan pencegahan semaksimal mungkin” dan telah tercantum pula dalam HSE Ground Rule pada poin 8 yang menyatakan bahwa “Memastikan pekerjaan yang berisiko tinggi (kerja diketinggian, ruang terbatas/confined space, lifting & rigging, excavation, electrical) sudah dilakukan mitigasi risikonya”. Pemaparan diatas dapat menunjukkan bahwa perusahan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3 Bagian Kedua mengenai Penetapan Kebijakan K3 pasal 7 ayat 2 poin a (1) yang menyatakan bahwa “Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pengusaha paling sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko”. Selain itu, perusahaan telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.2 tentang Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menyatakan bahwa “Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan memastikan bahwa di dalam ruang lingkup dari sistem manajemen K3 yang didefinisikan : 1. Sesuai dengan sifat dan skala risiko-risiko K3 organisasi, 2. Mencakup suatu komitmen untuk pencegahan cidera dan sakit penyakit dan peningkatan berkelanjutan manajemen dan kinerja K3,
81
3. Mencakup suatu komitmen untuk paling tidak mematuhi peraturan K3 dan persyaratan lain yang relevan yang bisa dilakukan oleh organisasi yang terkait dengan risiko-risiko K3, 4. Memberikan kerangka kerja untuk menetapkan dan meninjau tujuantujuan K3, 5. Didokumentasikan, diterapkan, dan dipelihara, 6. Dikomunikasikan ke seluruh personel dalam kendali organisasi dengan tujuan bahwa personel menyadari kewajiban K3 masing-masing, 7. Tersedia untuk pihak-pihak terkait, dan 8. Dikaji secara periodik untuk memastikan kebijakan tetap relevan dan sesuai untuk organisasi. Perusahaan juga telah memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum Lampiran 2 poin A.1 yang berbunyi “Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan konstruksi yang dilaksanakan” dan poin A.2 yang berbunyi “Kepala Proyek/Project Manager harus mengesahkan Kebijakan K3” serta poin A.3 yang berbunyi Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3. 2. Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3.
82
3. Sebagai kerangka untuk menyusun sasaran K3. Selain itu, perusahaan telah menyusun prosedur hazard identification risk assessment and risk control yang tercantum dalam Rencana K3L. Dalam melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakaan kerja perusahaan menerapkan
analisis bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA). Analisis
bahaya beserta pengendalian bahaya dilakukan untuk seluruh jenis pekerjaan selain pekerjaan utama maupun pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Adanya prosedur hazard identification risk assessment and risk control tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 tentang SMK3 klausul 4.3.1 identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan penetapan pengendalian yang menyatakan bahwa “Organisasi harus
membuat,
menerapkan
dan
memelihara
prosedur
untuk
mengidentifikasi dan penetapan pengendalian yang diperlukan. Prosedur untuk mengidentifikasi bahaya dan menilai risiko harus memperhatikan : 1. Aktivitas rutin dan tidak rutin. 2. Aktivitas seluruh personel yang mempunyai akses ke tempat kerja (termasuk kontraktor dan tamu). 3. Perilaku manusia kemampuan dan faktor-faktor manusia lainnya. 4. Bahaya-bahaya yang timbul dari luar tempat kerja yang berdampak pada kecelakaan dan keselamatan personel di dalam kendali organisasi di lingkungan tempat kerja. 5. Bahaya-bahaya yang terjadi di sekitar tempat kerja hasil aktivitas kerja yang terkait di dalam kendali organisasi.
83
6. Prasarana, peralatan, dan material di tempat kerja, yang disediakan baik oleh organisasi ataupun pihak lain. 7. Perubahan-perubahan atau usulan perubahan di dalam organisasi, aktivitas-aktivitas atau material. 8. Modifikasi sistem manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya kepada operasional, proses-proses dan aktivitas-aktivitas. 9. Adanya kewajiban perundangan yang relevan terkait dengan penilaian risiko dan penerapan pengendalian yang dibutuhkan. 10. Rancangan
area-area
kerja,
proses-proses.
Instalasi-instalasi,
mesin/peralatan, prosedur operasional dan organisasi kerja, termasuk adaptasinya kepada kemampuan manusia.
B. Penerapan Manajemen Risiko dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) 1. Tim Identifikasi Bahaya Perusahaan telah menunjuk orang-orang berkompeten yaitu perwakilan personel K3L dari main contractor dan subcontractor yang terdiri dari Supervisor, HSE, Project Production Manager, dan Operator. Hal ini telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Lampiran 1 poin C.2.c.1 yang menyatakan bahwa prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisis pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personel yang berkompeten. Hal tersebut diperkuat dengan pemenuhan
84
terhadap Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2014 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum pasal 16 poin b dan c yang berbunyi “Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) meliputi: b. mengidentifikasi dan menetapkan potensi bahaya K3 Konstruksi, dan c. dalam mengidentifikasi bahaya dan menetapkan potensi bahaya K3 Konstruksi, PPK dapat mengacu hasil dokumen perencanaan atau berkonsultasi dengan Ahli K3 Konstruksi.” 2. Langkah Menyusun Job Safety Analysis (JSA) pada Pekerjaan Erection Segment Box Girder Penerapan manajemen risiko dengan metode Job Safety Analysis (JSA) di Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I telah dilakukan dengan mengidentifikasi potensi bahaya pada tiap-tiap pekerjaan beserta mitigasi risiko. Adapun langkah untuk menyusun Job Safety Analysis (JSA) yaitu sebagai berikut : a. Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisis Perusahaan telah menerapkan analisis potensi bahaya dalam melaksanakan pekerjaan yang ada di proyek, perusahaan telah mencantumkan dalam prosedur hazard identification risk assessment and risk control jenis pekerjaan yang perlu dilakukan analisis potensi bahaya sebelum pekerjaan dimulai. Tertera dalam prosedur tersebut Job Safety Analysis (JSA) diterapkan untuk pekerjaan utama dan
85
pekerjaan yang memiliki risiko bahaya tinggi namun perusahaan telah menerapkan Job Safety Analysis (JSA) pada seluruh jenis pekerjaan yang terdapat di proyek. Hal tersebut sesuai dengan Soehatman Ramli (2010b) yang menyatakan bahwa Job Safety Analysis diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan yaitu sebagai berikut : a. Pekerjaan yang sering mengalami kecelakaan atau memiliki angka kecelakaan tinggi. b. Pekerjaan berisiko tinggi dan dapat berakibat fatal. c. Pekerjaan yang jarang dilakukan sehingga belum diketahui secara persis bahaya yang ada. d. Pekerjaan yang rumit atau komplek dimana sedikit kelalaian dapat berakibat kecelakaan atau cidera. b. Menguraikan pekerjaan menjadi langkah kegiatan Perusahaan telah melakukan tahap uraian pekerjaan dalam menyusun analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA), hal tersebut dibuktikan dengan membagi menjadi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Selanjutnya diuraikan kembali menjadi langkah kegiatan sesuai dengan tahapan-tahapan kerja suatu jenis pekerjaan, sehingga hasil dari uraian pekerjaan akan lebih runtut, ringkas, dan jelas. c. Mengidentifikasi potensi bahaya pada setiap langkah kegiatan Perusahaan telah melaksanakan identifikasi bahaya terhadap suatu jenis pekerjaan. Proses identifikasi bahaya yang dilaksanakan
86
dengan menganalisis potensi bahaya melalui analisis sumber bahaya dan potensi bahaya yang ditimbulkannya. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya yang berbunyi metode organisasi untuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus : 1) Didefinisikan berdasarkan lingkupnya, sifat dan waktu untuk menjamin hal tersebut proaktif dan reaktif, dan 2) Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko-risiko, dan penerapan pengendalian, dimana sesuai. d. Menganalisis risiko pada tiap langkah kegiatan Perusahaan telah melakukan analisis risiko terhadap potensi bahaya pada suatu jenis pekerjaan. Namun perusahaan belum melakukan penilaian risiko yang mengacu pada nilai kekerapan dan keparahan untuk memperhitungkan tingkat risiko sebagai penentu skala prioritas pengendalian bahaya. Hal ini belum sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 mengenai identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya yang berbunyi metode organisasi untuk identifikasi bahaya dan penilaian risiko harus : 1) Didefinisikan berdasarkan lingkupnya, sifat dan waktu untuk menjamin hal tersebut proaktif dan reaktif, dan 2) Menyediakan identifikasi, prioritas dan dokumentasi risiko-risiko, dan penerapan pengendalian, dimana sesuai.
87
Selain itu, perusahaan belum memenuhi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2014 tantang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Bidang Pekerjaan Umum Lampiran 1 poin 2 yang menyatakan bahwa “Penilaian Tingkat Risiko K3
Konstruksi
dapat
kekerapan/frekuensi
dilakukan
terjadinya
dengan
peristiwa
memadukan
bahaya
K3
nilai dengan
keparahan/kerugian/dampak kerusakan yang ditimbulkannya.” e. Pengendalian bahaya Perusahaan telah melakukan pengendalian bahaya dengan mengontrol bahaya. Pengendalian bahaya yang dilakukan didasarkan pada hierarki pengendalian risiko meliputi : 1) Menghilangkan bahaya 2) Pengganti bahaya untuk risiko lebih rendah 3) Isolasi bahaya 4) Kontrol teknisi 5) Kontrol administrasi 6) Alat pelindung diri Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1 identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian bahaya yang menyatakan
bahwa
saat
menetapkan
pengendalian,
atau
mempertimbangkan perubahan atas pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan risiko berdasarkan
88
hierarki pengendalian risiko berikut : 1) Eliminasi 2) Substitusi 3) Pengendalian teknik 4) Rambu/peringatan dan/atau pengendalian administrasi 5) Alat pelindung diri 3. Dokumentasi dan Revisi Job Safety Analysis (JSA) Proyek Jalan Layang Khusus Busway Kapten Tendean – Blok.M – Cileduk Paket Kapten Tendean PT Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi I telah melakukan dokumentasi terhadap hasil analisis potensi bahaya dengan Job Safety Analysis (JSA) dalam bentuk softcopy dan hardcopy beserta dokumentasi dalam bentuk foto/gambar. Hasil dari Job Safety Analysis (JSA) suatu pekerjaan dibuat 4 salinan dan di arsipkan ke dalam box dokumen sesuai jenis dokumen. Perubahan/revisi juga dilakukan oleh perusahaan apabila terdapat hal-hal yang belum tercantum maupun diperbaharui meliputi pengurangan atau penambahan dalam hasil Job Safety Analysis (JSA). Perusahan telah mengupayakan untuk melakukan pembaharuan dokumen dengan merevisi secara manual. Hal ini telah sesuai dengan OHSAS 18001 : 2007 klausul 4.3.1. identifikasi bahaya penilaian risiko dan pengendalian bahaya yang menyatakan bahwa organisasi harus mendokumentasikan dan memelihara hasil identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian selalu terbaru dan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang
89
Penerapan SMK3 pasal 13 ayat 3 poin d yang berbunyi pendokumentasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) huruf f paling sedikit dilakukan terhadap hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko.