perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai penerapan Medical Check Up (MCU) berkala di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : 1. PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU telah menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi tenaga kerja dan sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat 2 bahwa “Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur”. 2. Pemeriksaan secara berkala untuk tenaga kerja Non-Resti yang jauh dari paparan faktor bahaya fisik dan kimia yang berada didalam kantor sudah dilakukan medical check up sekali dalam setahun dan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER:02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja Pasal 3 ayat (2) bahwa “Semua perusahaan sebagaimana dimaksudkan pasal 2 ayat (2) tersebut diatas harus melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan Perlindungan Tenaga kerja”.
commit to user 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
3. Pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU untuk tenaga kerja Resti (Risiko Tinggi) yang bekerja terpapar dengan faktor bahaya fisik dan kimia sudah dilakukan medical check up dua kali setahun dan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertambangan
dan
Energi
No.555.K/26/M.PE/1995
tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Pasal 27 ayat (3) bahwa “Tenaga kerja tambang bawah tanah harus diperiksa kesehatannya sekurang-kurangnya dua kali setahun”. 4. Berdasarkan hasil Medical Check Up untuk tenaga kerja yang mengalami kelainan dirujuk ke dokter spesialis untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan hingga kondisi menjadi optimal sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER: 02/Men/1980 pasal 3 ayat (6) bahwa “Dalam hal ditemukan kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja pada pemeriksaan berkala, pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan tersebut dan sebabsebabnya
untuk
menjamin
terselenggaranya
keselamatan
dan
kesehatan kerja”. 5. Penggolongan untuk tenaga kerja Risiko Tinggi (Resti) dan tenaga kerja Non-Resti berdasarkan jenis tenaga kerja sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER: 02/Men/1980 pasal 3 ayat (4) bahwa “Pengusaha atau pengurus dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
dokter wajib menyusun pedoman pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut jenis-jenis tenaga kerja yang ada”. 6. Pelaporan kesehatan kerja tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU belum sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja pasal 6 ayat (2) bahwa “Pengurus wajib membuat laporan dan menyampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sesudah pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada Direktur Jenderal Bina-Lindung Tenaga Kerja melalui Kantor Wilayah Ditjen Bina Lindung Tenaga Kerja setempat”. 7. Berdasarkan gambar 2, gambar 3 dan gambar 4 pada bab hasil penelitian tentang derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sebagai berikut : a. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 38 orang mengalami Fit Optimal dan setelah 6 (bulan) kemudian dilakukan MCU untuk tahap 2 (dua) derajat kesehatan menurun menjadi 32 orang. b. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 237 orang mengalami Fit Moderate, kemudian dilakukan MCU tahap 2 (dua) setelah 6 bulan berikutnya meningkat menjadi 260 orang yang artinya derajat kesehatan tenaga kerja menurun. c. Tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) terdapat 47 orang mengalami Fit Restriktif, kemudian dilakukan MCU tahap 2 (dua)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
setelah 6 (enam) bulan berikutnya menurun menjadi 15 orang yang artinya derajat kesehatan tenaga kerja meningkat karena tenaga kerja yang dapat melakukan tenaga kerja terbatas karena adanya kelainan menurun. d. Derajat kesehatan untuk Fit Optimal dan Fit Moderate tenaga kerja Resti menurun disebabkan karena beberapa faktor antara lain tenaga kerja Resti yang terpapar dengan faktor bahaya fisik dan kimia, mayoritas tenaga kerja mengkonsumsi kopi dan kebiasaan merokok yang tinggi, olahraga yang tidak teratur, sedangkan meningkatnya derajat kesehatan Fit Restriktif yang dilakukan oleh perusahaan karena dapat meminimalkan kelainan yang dialami oleh tenaga kerja yang hanya melakukan tenaga kerja tertentu karena kelainan dengan upaya kuratif seperti pemberian obat dan rotasi tenaga kerja untuk sementara waktu sampai kelainan yang diderita pulih. e. Tenaga kerja Non-Resti untuk Fit Optimal sebanyak 16 orang, Fit Moderate dengan 228 orang dan Fit Restriktif sebanyak 8 orang. Hal ini disebabkan karena gaya hidup yang salah dan olahraga yang tidak teratur. 8. Berdasarkan gambar 5, gambar 6 dan gambar 7 pada bab hasil penelitian, tenaga kerja Resti mayoritas berusia lebih dari 40 tahun yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU karena pengaruh usia yang mempengaruhi daya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
tahan tubuh dan bekerja di lingkungan kerja dengan risiko tinggi. Sedangkan, tenaga kerja Non-Resti mayoritas berusia lebih dari 30 tahun yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan karena pola gaya hidup, pola makan yang tidak teratur, kebiasaan merokok dan olahraga yang kurang teratur. 9. Berdasarkan tabel 2 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan fisik MCU, sebagai berikut : a. Pemeriksaan Mata Tenaga kerja Resti dan Non-Resti paling tinggi mengalami presbiopia karena tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU mayoritas berusia lebih dari 40 tahun. Namun, untuk tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) presbiopia terdapat 120 orang dan menurun pada tahap 2 (dua) setelah 6 (enam) bulan berikutnya menjadi 95 orang hal ini dikarenakan adanya rotasi kerja ataupun mutasi pada saat pelaksanaan MCU pada tahap 2 (dua) tahun 2013. Upaya yang dilakukan oleh PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU terhadap hasil pemeriksaan mata seperti buta warna partial, miopia dan presbiopia adalah fasilitas pengadaan kacamata untuk tenaga kerja yang mengalami kelainan tersebut. b. Pemeriksaan Gigi Gigi abnormal dari hasil pemeriksaan gigi untuk tenaga kerja Resti pada tahap 1 (satu) sebanyak 55 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 69 orang dan tenaga kerja Non-Resti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
sebanyak 44 orang, hal ini dikarenakan karena mayoritas tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi kopi. c. Pemeriksaan Kulit Pemeriksaan untuk tenaga kerja Resti tahap 2 (dua) sebanyak 28 orang yang mengalami lipoma, kelainan kulit sebanyak 17 orang dan tenaga kerja Non-Resti sebanyak 1 orang, hal ini dikarenakan untuk tenaga kerja Resti terpapar oleh bahan kimia dan kebersihan individu yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan kulit hasil MCU tersebut masih kurang spesifik karena lipoma memiliki beberapa jenis dan kelainan kulit seperti apa juga masih kurang spesifik. Penyakit kulit termasuk penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh tenaga kerja atau lingkungan kerja yang berupa faktor risiko mekanik, fisik, kimia, biologik dan psikologik, akan tetapi kelainan kulit dari hasil MCU yang diderita belum bisa ditentukan sebagai penyakit akibat kerja karena perlu monitoring langsung terhadap lingkungan kerja dan kontrol individu tiap tenaga kerja. d. Pemeriksaan Tekanan Darah Tenaga kerja Resti untuk pemeriksaan tekanan darah paling tinggi mengalami hipertensi stadium 1 (satu), pada tahap 1 (satu) sebanyak 33 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 40 orang yang dikarenakan tenaga kerja Resti mayoritas berusia lebih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
dari 40 tahun yang mempengaruhi tekanan darah tinggi dan aktivitas fisik yang berat. Tenaga kerja Non-Resti paling tinggi mengalami
pre-hipertensi
sebanyak
13
orang
dikarenakan
kebiasaan merokok dan kurang aktivitas fisik sehingga tekanan darah dalam tubuh meningkat yang dominan bekerja didalam kantor. e. Pemeriksaan Status Gizi (BMI) Tenaga kerja Resti dan Non-Resti untuk pemeriksaan status gizi paling tinggi mengalami overweight. Tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) sebanyak 131 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) menjadi 132 orang dan tenaga kerja Non-Resti sebanyak 71 orang, hal ini dikarenakan untuk pemenuhan energi (kalori) tiap tenaga kerja menjadi tanggung jawab tiap tenaga kerja walaupun di perusahaan sudah terdapat kantin dan tenaga kerja tambang membawa makanan atau bekal dari rumah yang pemenuhan energi (kalori) tidak diperhatikan dengan baik sehingga pemenuhan energi menjadi berlebihan. Begitu pula dengan status gizi seperti obesitas juga tinggi dikarenakan olahraga yang kurang, pola gaya hidup dan pemenuhan energi tidak seimbang dengan energi yang dikeluarkan. Sedangkan, untuk underweight dikarenakan tata cara diet yang kurang benar dan pemenuhan energi yang kurang. 10. Berdasarkan tabel 3 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan laboratorium MCU, sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
a. Pemeriksaan Darah Hematologi Hasil pemeriksaan darah hematologi paling banyak dialami oleh tenaga kerja di PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU adalah borderline yang berarti nilai normal hampir berada diatas atau dibawah nilai normal untuk setiap pemeriksaan. Hasil tertinggi yang dialami oleh tenaga kerja Resti adalah borderline high LED, pada tahap 1 (satu) sebanyak 48 orang dan turun pada tahap 2 (dua) menjadi 21 orang, dan pada tenaga kerja Non-Resti sebanyak 21 orang, hal ini dikarenakan kesehatan individu saat pemeriksaan dan pola makan yang banyak mengkonsumsi lemak. b. Pemeriksaan Darah Biokimia Hasil pemeriksaan darah biokimia paling tinggi yang dialami tenaga kerja Resti adalah hipertrigliseridemia, pada tahap 1 (satu) sebanyak 109 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 134 orang, hal ini dikarenakan pola gaya hidup yang salah dan ketidakseimbangan pola makan 4 sehat 5 sempurna, lebih banyak mengkonsumsi daging maupun makanan yang banyak mengandung lemak, begitu pula untuk tenaga kerja NonResti banyak mengalami hiperkolesterolemia yang disebabkan karna lifestyle, ketidakseimbangan antara pemenuhan kalori dan aktivitas fisik yang dilakukan, dan olahraga yang kurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
c. Pemeriksaan Urin Hasil pemeriksaan urin tertinggi dialami oleh tenaga kerja Resti dan tenaga kerja Non-Resti adalah hiperuricemia, pada tahap 1 (satu) untuk tenaga kerja Resti sebanyak 25 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 37 orang serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 12 orang, hal ini dipengaruhi pada pemeriksaan fisik mayoritas tenaga kerja mengalami overweight pada pemeriksaan status gizi, pada pemeriksaan tekanan darah mayoritas tenaga kerja mengalami hipertensi stadium 1, dan pola gaya hidup. 11. Berdasarkan tabel 4 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksan audiometri paling tinggi dialami oleh tenaga kerja Resti adalah penurunan abang dengar pada frekuensi nada tinggi pada tahap 1 (satu) sebanyak 106 orang dan turun pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 58 orang, dikarenakan lingkungan kerja Resti memiliki potensi bising yang cukup tinggi seperti didalam tambang yang berasal dari bising blower dan alat berat, sedangkan untuk process plant berasal dari generator dan chrushing. Sedangkan, tenaga kerja Non-Resti paling tinggi mengalami tuli konduktif sebanyak 3 orang, hal ini dikarenakan usia, tuli bawaan sebelum bekerja di PT. Antam dan gaya hidup yang terlalu sering memakai headset mendengarkan musik hingga berjamjam. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan termasuk penyakit akibat kerja yang diatur dalam Permenakertrans No.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
01/MEN/1981, namun pihak PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU belum memastikan bahwa penurunan ambang dengar pada frekuensi nada tinggi yang dialami tenaga kerjanya adalah penyakit akibat kerja, karena dalam memastikan apakah kelainan tersebut termasuk penyakit akibat kerja harus ditentukan oleh dokter kesehatan kerja dan perlunya kontrol
lingkungan
kerja
serta
kontrol
individu
yang
pada
pelaksanaannya PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU sedang dalam proses ke arah hal tersebut. 12. Berdasarkan tabel 5 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan spirometri paling tinggi dialami tenaga kerja Resti dan Non-Resti
adalah campuran (obstruksi dan restriksi), tenaga kerja
Resti tahap 1 (satu) sebanyak 38 orang dan meningkat pada tahap 2 (dua) sebanyak 57 orang, serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 49 orang, hal ini dikarenakan kebiasaan olahraga yang tidak teratur, mayoritas usia lebih dari 40 orang, kebiasaan merokok dan untuk tenaga kerja Resti yang bekerja didalam tambang dengan iklim kerja yang panas juga dapat mempengaruhi pemeriksaan spirometri. Pemeriksaan spirometri ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit akibat kerja dalam hal gangguan pernafasan. 13. Berdasarkan tabel 6 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan EKG paling tinggi dialami tenaga kerja Resti adalah Incomplete RBBB dan ischemia, serta tenaga kerja Non-Resti mengalami Situs Inversus DD Dextrocardia sebanyak 1 orang, hal ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
dikarenakan dari pemeriksaan laboratorium mayoritas tenaga kerja Resti
dan
Non-Resti
mengalami
hipertrigliseridemia
dan
hiperkolesterolemia yang dapat mempengaruhi kesehatan jantung, mempunyai riwayat penyakit jantung dan kebiasaan merokok. 14. Berdasarkan tabel 7 pada bab hasil penelitian tentang hasil pemeriksaan radiologi yang paling tinggi dialami oleh tenaga kerja Resti dan Non-Resti adalah KP (Koch Pulmonum) atau adanya infeksi TBC, pada tenaga kerja Resti tahap 1 (satu) sebanyak 7 orang dan meningkat pada pemeriksaan tahap 2 (dua) menjadi 8 orang serta tenaga kerja Non-Resti sebanyak 6 orang, hal ini dikarenakan oleh kuman atau bakteri yang bersumber dari tenaga kerja melalui udara maupun berasal dari penggunaan bahan kimia dalam proses produksi. 15. Berdasarkan tabel 8 pada bab hasil penelitian tentang pemeriksaan biomonitoring yang dilakukan oleh PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU terhadap tenaga kerja yang terpajan oleh faktor kimia seperti, debu, gas dan bahan kimia yang memiliki faktor risiko terhadap kesehatanya. Jika dalam biomonitoring terdapat hasil melebihi nilai normal yang sudah ditentukan, maka tenaga kerja diistirahatkan untuk beberapa waktu dan monitoring lingkungan kerja oleh pihak Occupational Health. Pemeriksaan biomonitoring ini dapat mendeteksi adanya penyakit akibat kerja karena memeriksa secara khusus adanya bahan kimia di dalam darah karena tenaga kerja yang terpajan langsung
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
dengan bahan kimia tersebut, seperti benzene, kadmium, timbal dan krom. 16. Gambar 8 pada bab hasil peneilitian tentang sepuluh besar kelainan yang dialami tenaga kerja Resti pada hasil MCU akumulasi dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tiga kelainan tertinggi yang dialami tenaga kerja Resti adalah Overweight, hipetrigliseridemia dan presbiopia. Pada umumnya dipengaruhi oleh faktor usia, pola gaya hidup dan olahraga yang tidak teratur. 17. Gambar 9 pada bab hasil penelitian tentang sepuluh besar kelainan yang dialami tenaga kerja Non-Resti pada hasil MCU akumulasi dari hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Tiga kelainan tertinggi yang dialami tenaga kerja Non-Resti adalah hiperkolesterolemia, overweight dan hipertrigliseridemia. Pada umumnya dipengaruhi pola makan yang sering mengkonsumsi makanan mengandung lemak, ketidakseimbangan antar pemenuhan energi dengan aktivitas fisik yang dilakukan dan lifestyle yang salah. 18. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit akibat kerja adalah dengan monitoring lingkungan kerja, sedangkan untuk penyakit akibat hubungan kerja adalah dengan monitoring lingkungan kerja dan monitoring dari higiene setiap tenaga kerja dan riwayat kesehatannya. Oleh karena itu, untuk mendiagnosis adanya PAK juga adanya campur tangan dokter kesehatan kerja dan rekam medis tenaga kerja sebelum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
bekerja dan setelah bekerja. Maka dari itu, hasil pemeriksaan MCU PT. Antam (Persero) Tbk. GMBU tahun 2013 masih belum bisa dikategorikan antara penyakit akibat kerja maupun penyakit akibat hubungan kerja dan masih di kategorikan dalam penyakit umum.
commit to user