BAB V MINERALISASI 5.1.
Mineralisasi di daerah Sontang Tengah Studi mineralisasi pada penelitian ini dibatasi hanya pada mineralisasi
Sulfida masif dengan komposisi mineral galena, sfalerit, pirit, Ag dan Au di daerah Sontang Tengah (Gambar 5.1 inset). Studi yang dilakukan pada subbab ini meliputi pemetaan geologi detail daerah mineralisasi meliputi deskripsi mineral ekonomis dan perhitungan persentasi kehadiran mineral sulfida. Berdasarkan Peta Pengamatan, daerah Sontang Tengah dibentuk oleh empat jenis litologi, yaitu batulanau, meta-batupasir batugamping dan sulfida masif (Gambar 5.1). Batulanau dan meta-batupasir pada daerah ini umumnya teralterasi secara intensif dengan kehadiran mineral alterasi serisit, mineral lempung, klorit dan kalsit. Sebagian besar batuan ini mengalami pelapukan, hal ini ditandai dengan kehadiran mineral limonit, geotit dan hematit. Batulanau mengalami pelapukan lebih intensif ditandai dengan kondisi batuan yang getas dan rapuh. Batugamping di daerah ini terubah menjadi marbel. Tidak ada kehadiran mineral alterasi pada batugamping.
85
Gambar 5.1 Peta Pengamatan pada mineralisasi Sontang Tengah. Kehadiran sulfida masif tersebar di tiga lokasi berbeda dengan arah mengikuti zona sesar. Inset merupakan peta dasar Daerah Penelitian. Titik berwarna biru merupakan lokasi mineralisasi Sontang tengah.
86
Daerah ini dilalui oleh dua buah sesar, yang pertama adalah Sesar Nalim. Sesar ini memiliki zona dengan lebar sekitar 5 meter dengan arah N280oE. Dan yang terakhir adalah bidang sesar dengan arah N315oE memotong Sesar Nalim. Mineralisasi sulfida masif tersebar mengikuti arah zona Sesar Nalim (Gambar 5.1). Berdasarkan Peta Pengamatan, mineralisasi di daerah ini dibagi menjadi beberapa zona, yaitu zona marbel, zona limonit-geotit-hematit, zona breksi hidrotermal dan zona masif sulfida. Zona terluar adalah zona marbel dan zona limonit-geotit-hematit. Zona marbel merupakan ubahan yang terjadi pada batugamping (Foto 5.1). Ketidakhadiran mineral alterasi pada zona ini memberikan penafsiran bahwa marbel terbentuk karena pengaruh sesar yang terjadi jauh sebelum aktifitas alterasi terjadi. Sebanding dengan zona marbel adalah zona limonit-geotit-hematit. Zona ini merupakan ubahan yang terjadi pada batulanau dan batupasir. Zona ini merupakan zona lapukan, limonit-geotit-hematit diperkirakan hasil lapukan dari pirit dan silfida lain yang hadir secara diseminasi. Silfida masif seperti galena dan sfalerit hadir mengisi rekahan. Persentasi sulfida masif pada zona ini kurang dari 10%.
87
Foto 5.1 Singkapan marbel yang diisi oleh rekahan-rekahan sulfida berwarna hitam kemerahan. Zona ini memiliki persentasi sulfida <10%.
Zona breksi hidrotermal terjadi pada batugamping. Silfida masif hadir menggantikan batugamping membentuk breksi. Sulfida masif yang hadir di zona ini adalah pirit, sfalerit dan sedikit galena. Pirit pada zona ini lebih banyak dibandingkan dengan galena. Persentasi silfida pada zona ini berkisar antara 40 – 60%.
88
Foto 5.2 Contoh singkapan zona breksi hidrotermal. Zona ini didominasi oleh pirit. Pirit ditunjukkan dengan warna perak kehitaman. Zona ini memiliki persentasi sulfida 40-60%.
Zona yang terakhir adalah zona sulfida masif. Sulfida masif pada zona ini terdiri dari galena,sfalerit dan pirit. Sulfida masif hadir mengisi rekahan pada batulanau, batupasir dan batugamping. Persentasi silfida masif pada zona ini berkisar antara 40 – 80%. Sebagian besar telah mengalami proses alterasi sekunder menjadi gossan.
89
Foto 5.3 Singkapansulfida masif terlapukan (gossan). Galena masif (warna abu-abu logam) hadir mengisi rekahan-rekahan. Sedangkan warna merah dan merah kekuningan diduga merupakan batulanau yang hampir terubah seluruhnya menjadi hematit, geotit dan limonit.
Foto 5.4 Sampel sulfida masif terlapukan. Galena masif (abu-abu kehitaman) hadir mengisi rekahan. Mineral berwarna merah hingga kekuningan diduga merupakan hematite, geotit dan limonit.
90
5.2.
Hubungan Alterasi dan Mineralisasi Penentuan hubungan alterasi dan mineralisasi di Sontang Tengah
ditentukan berdasarkan pengamatan petrografi pada sampel batupasir sangat halus di lokasi mineralisasi. Paragenesa mineral yang terlihat di sayatan tipis tersebut menunjukkan adanya tahapan yang diawali dengan kehadiran kalsit yang merupakan semen dari batupasir. Kemudian dilanjutkan dengan kehadiran serisit dan mineral lempung. Setelah itu, dilanjutkan dengan kehadiran mineral opak. Dan yang terakhir adalah kalsit (Foto 4.6).
91
Foto 5.5 Sayatan tipis pada meta-batupasir sedang (OC_03), memperlihatkan adanya butiranbutiran kalsit berupa semen (C5), serisit (G6) dan urat serisit (A4). Mineral opak hadir memotong serisit.
92
Dengan memperhatikan kondisi geologi di sekitar daerah mineralisasi, maka proses alterasi dan mineralisasi di Sontang Tengah diawali oleh pembentukan Sesar Nalim. Sesar ini menyebabkan terbentuknya marbel pada batugamping di sekitar sesar. Kamudian keberadaan sistem hidrotermal di daerah penelitian menyebabkan intrusi granodiorit mengalterasi daerah di sekitarnya. Larutan hidrotermal kemudian naik melalui Sesar Nalim, menerobos beberapa batuan seperti batulanau, batupasir dan batugamping menyebabkan terjadinya alterasi di daerah sekitar sesar. Setelah itu, larutan pembawa mineralisasi menerobos ke atas, mengisi rekahan-rekahan yang terbentuk sebelumnya oleh Sesar Nalim. 5.3.
Tipe Endapan Mineralisasi di daerah Sontang Tengah tersebar secara lokal mengikuti
tren dari Sesar Nalim. Hal ini juga konsisten dengan kehadiran sulfida masif yang mengisi rekahan-rekahan yang terbentuk akibat sesar. Alterasi yang berkembang di sekitar daerah mineralisasi adalah serisit dan mineral lempung, sedangkan mineralisasi yang muncul adalah pirit, galena dan sfalerit. Dengan melihat tatanan geologi di sekitar mineralisasi dan karakteristik di atas, maka mineralisasi di daerah digolongkan ke dalam tipe endapan PorphyryRelated Low Sulfidation dengan jenis Carbonate-base metal gold (Corbett dan Leach, 1997). Dengan melihat tatanan geologi di sekitar mineralisasi dan karakteristik di atas, maka mineralisasi di daerah Sontang Tengah dimodelkan sebagai berikut:
93
Gambar 5.2 Model Penampang mineralisasi Daerah Sontang Tengah.
94