BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
V.1 Konsep Dasar Perancangan Pembahasan konsep dasar perancangan meliputi pembahasan mengenai data tapak beserta luas lantai hotel yang direncanakan untuk dibangun, serta penerapan topik dan tema arsitektur kontekstual pada proyek. V.1.1 Data Proyek 1. Nama Proyek
: City Hotel di Kali Besar Timur Kota Tua Jakarta
2. Lokasi Tapak
: Jalan Kali Besar Timur, Jakarta Barat
3. Luas lahan
: 22823.22 m2
4. KDB
: 75% x 22823.22 m2 = 17117.42 m2
5. KLB
: 3 x 22823.22 m2 = 68469.66 m2
6. Ketinggian maks.
: 4 lantai atau 24 meter
7. Luas lt bangunan
: 29000 m2
8. Tinggi Bangunan
: 1 lantai untuk lobby dan retail publik (shopping
arcade), 4 lantai untuk hotel 9. Kapasitas Parkir
: 120 mobil, 175 sepeda motor, 130 sepeda, 6
kendaraan service, dan 5 bus pariwisata V.1.2 Topik dan Tema City Hotel di Kali Besar Timur Kota Tua Jakarta dirancang dengan aplikasi teori arsitektur kontekstual. Topik ini dipilih karena kesejarahan kawasan dan lingkungan yang begitu bernilai di Kota Tua harus dilihat 150
sebagai elemen eksisting. Keberadaan rancangan usulan penyusun hanya sebuah infill yang harus menghormati elemen eksisting. Gaya dan elemennya akan menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Tidak berusaha menojolkan diri lewat gaya, tapi keberadaannya sendiri diupayakan menjadi sesuatu yang dibutuhkan untuk menghidupkan area Kali Besar yang seolah ‘mati’. Arsitektur kontekstual dianggap penyusun sebagai salah satu konsep yang fleksibel untuk diterapkan agar perancangan bangunan tidak menjadi monoton dan kuno, tapi juga tidak merusak keharmonisan yang sudah terbangun di kawasan tersebut. Aplikasi konsep arsitektur kontekstual ini diharapkan dapat menghasilkan bentuk yang baru dan sesuai dengan selera masyarakat zaman sekarang, sekaligus tetap harmonis dengan sekitarnya. V.2 Konsep Perancangan Makro V.2.1 Konsep Kontekstualitas dengan Kesejarahan Kawasan Hasil dari analisa heritage trail-CDTA diterapkan dalam rancangan tapak proyek. Bangunan juga dapat menjadi ‘akhir’ atau ‘ujung’, karena letaknya yang hampir mencapai batas zona inti yang berbatasan dengan zona I Sunda Kelapa, maka dapat dibuat bentuk yang misalnya memberi kejutan atau menandakan akhir. Gambar V.2.1.1 Beberapa sekuen vista dalam heritage trail Fatahillah-tapak
151
E Elemen-elem en, irama, dan d pola yaang dilalui pengunjungg selama menjelajahhi trail akann diadaptasi ke dalam tapak. Misaalnya arkade, gang, jembatan, belokan, b akan menemuui ujung atauu kelanjutannnya di dalaam tapak yang diranccang. Gamb bar V.2.1.2 Pem mbuatan elemeen ‘jembatan’ pada p bangunann
B Berkaitan deengan bahassan figure/grround dari tapak, perluu upaya untuk menggatasi perbeddaan bentukk hotel yang radial r dengaan konfiguraasi massa di sekitar yang y didominnasi pola griid siku. Linkkage strukturral tembusann berupa figure masssa retail shoopping arcaade yang grrid siku menngelilingi tepi tapak mempertahhankan linkaage dengan pola p yang suddah ada, sekkaligus dimannfaatkan sebagai buuffer bagi massa m radial.. Dengan buuffer massa siku ini, bangunan
152
tidak tampak berbeda secara ekstrim bila dipandang dari level mata manusia atau pengguna jalan. Gambar V.2.1.3 Arkade untuk mengatasi perbedaan figure/ground dengan sekitar
V.2.2 Konsep Penentuan dan Pengolahan Pintu Masuk Entrance pejalan kaki ke dalam bangunan melalui gerbang bangunan eksisting eks. Tata Sastra yang diapit dua patung di kiri kanan. Dari lobby bangunan eksisting masuk ke plaza dalam dan bangunan baru, akan dibuat transisi yang bersifat natural seperti kolam dan taman. Gambar V.2.2.1 Alternatif olahan entrance : transisi kolam dan taman
V.2.3 Konsep Pengolahan Plaza dan Ruang Luar Terdapat dua plaza pada tapak. Satu plaza publik yang berisi pohonpohon eksisting. Satu lagi plaza atau inner courtyard yang menjadi pusat penataan massa pada tapak. Sebagai elemen yang berfungsi katalis, pusat baru
153
ini diharapkan dapat menjadi sister-center atau pasangan bagi Plaza Fatahillah yang sudah terlebih dahulu menjadi magnet Kota Tua. Maka penting untuk mengolah plaza ini menjadi senyaman mungkin. Gambar V.2.3.1 Elemen desain yang diterapkan dalam olahan plaza
Sumber : Dokumentasi Savoy Homann untuk Aga Khan Award dan dok. pribadi
Dapat diterapkan variasi olahan lansekap seperti vegetasi dan air mancur atau kolam sebagai kontinuitas unsur air Kali Besar ke dalam tapak yang juga berfungsi estetis dan menciptakan iklim mikro yang lebih nyaman. Tempat-tempat duduk atau penanda kawasan seperti sculpture baik juga untuk disediakan agar lebih ideal sebagai tempat berkumpul dan beraktivitas bersama. Plaza ini juga direncanakan untuk menjadi ruang kreatif tempat mengadakan kegiatan apresiasi sejarah, seni dan budaya, sehingga perlu disediakan wadah untuk kegiatan seperti pertunjukan seni atau pemutaran film. Misalnya amfiteater atau panggung terbuka. Untuk mengakomodasi penyelenggaraan event besar yang mungkin melebihi kapasitas function room, acara dapat diadakan di plaza. Ruang imajiner seperti satu area yang terbentuk di bawah teduhan pohon yang rindang dapat menjadi alternatif ‘panggung pertunjukan’ yang
154
memungkinnkan pelakuu pertunjukaan lebih dekkat dan berrinteraksi lebbih baik dengan pennonton. Gambaar V.2.3.2 Mussisi Taman Fataahillah yang menarik m banyakk penonton
Sumber : Dokuumentasi pribaadi
Awalnya fungsi hotell diolah seterrbuka mungkin dalam mencapai m tujuannya menjadi kaatalis untukk menghiduupkan kawaasan sekitarr, selain seoptimal mungkin m meemberdayakaan lahan yanng berharga tinggi. Lanttai dasar direncanakkan seluruhnyya terbuka untuk u publik non-tamu hotel. Namun dengan d perttimbangan aspek keam manan dan budaya masyarakatt sekitar, lanntai dasar dibbuat tidak seeluruhnya terbuka, hanya arkade dan fasilittas publik seperti s plazza dan restoran saja yang y dapat diakses pengunjungg selain taamu dan peenyewa. Paada bagian tapak lain,, dibuat pemisahan sirkulasi unntuk menguurangi keleluuasaan publik masuk ke k dalam bangunan. Pemisahan atau a pembattasan ini jugaa bertujuan untuk u memppemudah kontrol keaamanan. Pembatasan visual dan d fisik yanng dilakukaan sedapat mungkin m tidak berkeesan tidak ramah r atau mengganggu m u tampilan bangunan, b m misalnya dengan kollam, parit, perbedaan levvel dan tembbok tanamann rambat, ataau pagar berupa veggetasi. 155
Gambar V.2.3.3 Pembatasan sirkulasi berupa kolam dan tembok tanaman
V.2.4
Konsep Zoning Horizontal Pada ground plan, seluruhnya difungsikan untuk fungsi-fungsi publik seperti lobby, restoran, galeri, kafe, serta semua fasilitas yang dapat diakses juga oleh publik non-tamu seperti ATM dan shopping arcade. Gambar V.2.4.1 Zoning horizontal
Restoran, Service Plaza
Function room
Plaza Unit kamar standar bintang empat
Memorial hall shopping arcade, fasilitas publik
V.2.5
Konsep Zoning Vertikal Lantai dasar untuk fasilitas publik seperti plaza dan faasilitas publik non-tamu, serta fasilitas penunjang hotel, lantai-lantai tipikal di atasnya untuk unit kamar hotel.
156
Gambar V.2.5.1 V Zoningg vertikal Lanttai 2‐5 unit kam mar tipikkal, service
Lantai 2 : Functio on room
Lantai 1 : retail, resttoran, galeri, fassilitas publik
V.3 Konseep Perancan ngan Mikro V.3.1 Konsep Ollahan Fisik Bangunan M Massa banguunan mengguunakan benttuk dasar kootak, mengikkuti pola Kota Tua yang y sejak awal a dibentuuknya diranccang berpolaa kotak-kotaak – grid yang semppurna dari Simon Stevinn. Sampai kini k pola terssebut tetap bertahan b tanpa
perrubahan
berarti.
Pennyusun
meemilih
benntuk
kotak
untuk
dikembanggkan, selain untuk mennghormati pola p kota ekksisting, jugga kotak merupakann bentuk sedeerhana yang dapat menjaadi menarik bila diolah. Fisik bangunan akan dioolah sesuai hasil h analisa menggunakkan teori proporsi golden sectioon. Proporsii ini diupayyakan dapatt muncul baaik pada denah mauupun tampakk. Tapak baangunan baaru dibuat berupa b susunnan segi empat denggan perbandiingan serupaa spiral Fiboonacci. Gambar V.3.1.1 V Kompoosisi bentuk kootak sesuai rasiio 1: Φ
157
Bentuk serupa cangkang hewan laut ini sekaligus sebagai simbolisasi letak tapak yang terletak dekat pantai. Pada abad ke-16, garis pantai terletak jauh lebih dekat dengan tapak terpilih, tepatnya pada jalan tol pelabuhan sekarang. Gambar V.3.1.2 Perubahan posisi garis pantai
Garis Pantai sekarang
Garis Pantai tahun 1600‐an
Garis Pantai tahun 1500‐an
Tapak
Organisasi radial memadukan unsur-unsur baik organisasi terpusat maupun linier. Apabila organisasi terpusat adalah bentuk introvert, organisasi radial adalah bentuk ekstrovert yang mengembang keluar lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu pada tapaknya. Susunan ini menghasilkan suatu
158
pola dinam mis yang secaara visual mengarah keppada gerak berputar menngelilingi ruang pusaatnya. (Chingg, 2000, p208) B Bentuk lingkkar ini dapatt dirasakan saat pengam mat berada di plaza dalam, ditaambah amfiteeater di plazza juga mengggunakan bentuk radial. Gambar V..3.1.3 Bentuk plaza p yang mem mperkuat kesann lingkar
A Alasan
lainn
penerapaan
konfiguurasi
lingkkar
adalah
untuk
mengoptim malkan view dari unit-unit kamar dann fasilitas laiin. Gamb bar V.3.1.4 Opptimalisasi view w ke sekitar tappak
Jaari-jari radialnya otom matis membaagi panjangg koridor. KoridorK koridor meemerlukan break setiap jarak j 25-30 meter agar tidak monooton. Hal ini juga diiupayakan dengan d mem mbuat lobby tiap unit kamar k maju-mundur.
159
Pembagiann massa yanng lebar mennjadi jari-jarri radial mennghasilkan bentangb bentang lebih kecil dan seraggam (9.20 meter) yaang memunngkinkan s precast. penggunaaan struktur yaang lebih sedderhana dan penerapan sistem Jaarak di antaara massa dapat d dimannfaatkan sebbagai view ke arah taman di laantai dasar dan d atap lanntai dasar baagi kamar yang y tidak mendapat m view ke sekkitar. Gam mbar V.3.1.5 Peemanfaatan jarrak antarmassaa sebagai view dalam bangunaan
D Dibutuhkan p pengaturan d pengolaahan ruang agar efektivvitas dan dan kenyamanaan dalam hootel tetap terrjaga, serta untuk menggatasi masallah yang mungkin terjadi sebaggai konsekuuensi pemilihhan bentuk dengan konnfigurasi b radial. horizontal berpola R Ruang-ruang service sepperti ruang linen l dan chambermaidd station ditempatkaan pada bagian ujung dallam yang jarraknya menyyempit dan dianggap d paling kuraang nyamann. Sedapat mungkin m diuupayakan tiddak ada kam mar yang berseberangan dalam jaarak terlalu dekat d hinggaa kurang darri 5-6 meter.
160
Gambar V.3.1.6 Pengolahan ruang untuk optimalisasi kenyamanan
Void lobby
Unit kamar
R. linen, tangga Unit kamar
Agar pandangan dari ruang service atau koridor tidak mengganggu privasi tamu dalam unit kamar di seberangnya, di sisi koridor dipasang penghalang visual berupa kerawang dan tanaman rambat. Gambar V.3.1.7 Penghalang visual untuk menjaga privasi tamu hotel
Beberapa elemen khas pada kawasan sekitar tapak akan diterapkan pada perancangan bila dirasa sesuai dengan fungsi dan konsep lain pada
161
bangunan baru. Misalnya penerapan GSB 0 dan penggunaan arkade yang dapat memperkuat kontinuitas fasad bangunan dengan bangunan sekitarnya. Gambar V.3.1.8 GSB = 0 dan arkade
Elemen lain yang juga dianggap cukup tepat untuk dijadan inspirasi pembentukan fisik bangunan antara lain pelembutan bangunan di bagian sudut tapak, penggunaan tipe jendela dua lapis, dan pemanfaatan material dengan warna dan tekstur yang serupa atau mendekati bangunan di kawasan. Gambar V.3.1.9 Pelembutan sudut bangunan dan tipe jendela krepyak
V.3.2 Konsep Olahan Tampak Bangunan Olahan dimulai dengan memilih bangunan mana yang dipertahankan dan dikonservasi, dan yang akan dibongkar karena dinilai tidak memiliki nilai sejarah dan arsitektur yang spesifik. Empat pohon besar di depan bangunan
162
sebelah kanan direncanakan untuk dipindahkan ke plaza karena mengganggu sirkulasi pedestrian dan menghalangi pembangunan arkade yang kontinu. Gambar V.3.2.1 Pemilihan elemen eksisting yang dipertahankan dan tidak
Dipertahankan
Dibongkar/ dipindahkan
Pada alternatif olahan tampak pertama, komposisi bangunan eksisting dibiarkan sesuai aslinya yang asimetris.Bangunan baru setinggi sekitar empat lantai ditambahkan di belakang bangunan eksisting. Tampak bangunan diolah mengikuti pola, irama, dan gaya dari bangunan asal. Gambar V.3.2.2 Alternatif pertama olahan tampak
Pendekatan lain dengan menutup bangunan di sebelah kanan yang letaknya agak mundur sekitar empat meter dengan arkade lengkung seperti bangunan Tata Sastra di sebelah kiri agar diperoleh tampak yang simetris. Bangunan baru menggunakan gabungan bentuk menara dan atap miring seperti yang banyak dijumpai di tepi Kali Besar, ditambah elemen baru yang dianggap menarik seperti pepohonan yang muncul di ruang antara bangunan lama dan baru atau tanaman rambat berjuntai dari pot di bawah jendela.
163
Gam mbar V.3.2.3 Alternatif A keduua olahan tamppak
Gam mbar V.3.2.4 Pot P tanaman paada jendela atauu balkon untukk memberi ‘warrna’
Gambar V.3.2.5 Pohonn ditanam di anntara bangunan eksisting dan baru terlihat daari depan
Selain pada tapak t dan beentuk dasar bangunan, rasio r goldenn section juga diteraapkan padaa olahan tam mpak yaituu 1:Φ, dimaana Φ atauu Phi = 1.6180339888749894844820458683443656381177720309179880576. Gambar V..3.2.6 Segi emppat emas
164
Pada tampakk, tidak sem mua sisi dioolah dengann rasio ini,, karena pertimbanggan modul material m 30 cm c dan ukurran massa yaang variatif.. Golden section diaaplikasikan pada p tampakk-tampak yaang paling banyak b terliihat dari arah jalan, pada sisi-sissi ujung yangg berisi kam mar unit denggan best view w. Gambar V.3..2.7 Sisi banguunan yang diolaah dengan goldden section
G Garis-garis peengatur bidaang dan bukaaan dibuat saaling tegak luurus dan sejajar sesuai teori gaaris pengatuur. Penerapaan golden section beruppa rasio dimensi elemen sepertti dinding, bukaan, b railling, dan lam mpu hias. Misalnya M tinggi : lebbar railing = 1:Φ, lebar jeendela : tingggi jendela = 1:Φ, tinggi railing : tinggi jenddela = 1:Φ, tiinggi lampu = 1:Φ tingggi dinding. Lebar L fasad = empat segiempat emas yang dijajar, sem mentara jarakk kolom = dua d segiemppat emas dijajar. Selain 1:Φ, dipakai juga rassio A/B = B//A+B pada jendela dan railing. r Gambaar V.3.2.8 Teraapan golden seection pada tam mpak
165
Selain pada tampak banngunan utaama, fasad arkade jugaa diolah dengan meenerapkan raasio golden section. Missalnya lebarr : tinggi moodul tiap retail = 1:Φ Φ, dimensi tiiap bukaan seperti s pintuu dan jendelaa juga menggunakan perbandinggan 1:Φ. Gambar V.3.2.9 V Terapann golden sectioon pada tampakk arkade
V.3.3 Pemanfaattan Elemen n Sejarah daalam Pengem mbangan Bangunan Sejarah dapatt diadaptasi dalam penggembangan fisik f masa kiini. Dari cerita atau sejarah suattu kawasan, dapat diketaahui karakteeristiknya paada masa
166
lampau, dan pengembangan kawasan di masa kini pun ada baiknya bila disesuaikan dengan asalnya. Misalnya dari fakta bahwa di sepanjang Kali Besar Timur sejak dulu sudah dimanfaatkan sebagai pusat dagang dan jasa, pengembangan di tapak pun diperkaya dengan area retail dan komersial sebagai pelengkap fungsi hunian. Elemen penting tertentu dalam sejarah yang telah hilang dapat dihadirkan kembali, bila dianggap berpotensi menarik pengunjung. Misalnya padrao. Peninggalan sejarah berupa prasasti ini didirikan atau dibuat pada 1522 sebagai peringatan perjanjian antara Raja Portugal dengan Raja Pajajaran. Prasasti ini ditemukan kembali pada 1918 di tapak yang diolah. Akan dibuat replika dari prasasti tersebut dan dijadikan salah satu node/center dalam tapak berupa memorial hall. Gambar V.3.3.1 Prasasti Padrao dan rancangan Padrao Hall
Sumber : Google Image Search
167
Gambar V.3.3.2 Peta lokasi penemuan Prasasti Padrao
\
Sumber : Historical Sites of Jakarta
V.3.4 Konsep Dimensi Ruang Dari program ruang yang telah disusun, dapat diperkirakan kebutuhan ruang sementara untuk setiap kelompok ruang. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Program Ruang pada lampiran.
168
Tabel V.33.4.1 Kebutuhaan ruang
Kelomp pok Ruang
Luassan
1
Unnit kamar hootel tipe comppact
2000 m2
2
Unitt kamar stanndar bintang empat
5200 m2
3
Fasilitas penunjang
10386.445 m2
4
R Ruang dan fasilitas f publlik
836.166 m2
5
Addministrasi dan d Pengelolaan
200 m2
6
Serrvice
1392.112 m2
7
Paarkir
54000 m2
8
Plazaa Sewa
25000 m2
9
Plazaa Publik
25000 m2
Total
30414.73 m2
V.3.5 Konsep Hu ubungan Ru uang M Melalui anallisa terhadapp fungsi dan d kegiatann, dapat dittentukan hubungan antarruang a sebagai berikkut : G Gambar V.3.5..1 Skema hubuungan ruang seccara horizontall di lantai dasarr
169
Gamb bar V.3.5.2 Skkema susunan ruang r secara horizontal h di lanntai-lantai tipikkal
V.3.6 Konsep Peembagian Unit U Kamar Tabel V.3.6.1 Jumlah dan d tipe kamarr berdasarkan luasan
Tipe
Luaasan
Jumlah
Econom mic Single
9.366 m2
60 unit
Econom mic Double
11.77 m2
69 unit
Standardd
21.66 m2
49 unit
Deluxe
28.008 m2
32 unit
Suite
34.556 m2-35.23 m2 (corner))
24 unit
Executivve Suite
43.22 m2-46.15 (view) (
25 unit
Apartem men (3bedroooms)
86.44 m2
10 unit
Total
269 unitt T Tipe single untuk diguunakan satuu orang, sementara tiipe lain
memungkinnkan untuk digunakan d saatu hingga dua d orang. Tiipe apartemeen untuk satu keluarrga, 4-5 oranng per kamarr.
170
V.3.7 Konsep Olahan Parkir dan Sirkulasi dalam Tapak Sirkulasi kendaraan bermotor diupayakan mengambil area seminim dan seefisien mungkin agar tapak dapat dioptimalkan untuk plaza dan sirkulasi manusia. Entrance ditempatkan di sudut barat laut yang menghadap Jembatan Kota Intan, dimundurkan sekitar 30 meter untuk memberi respons positif dan menghormati jembatan. Setelah drop off penumpang di main entrance, kendaraan dapat menuju basement yang ditempatkan di sisi utara tapak, di bawah bagian tapak yang tidak ditempati cagar budaya. Gambar V.3.7.1 Entrance kendaraan bermotor Entrance ke basement
Masuk parkir
Keluar
Drop‐off
V.3.8 Konsep Sirkulasi Horizontal di Lantai Dasar Sirkulasi manusia dalam tapak akan dibuat nyaman dan teduh, menimbulkan rasa ingin menjelajah bagi pengunjung. Material finishingnya berupa cobbled stone atau batu andesit yang digunakan juga pada Taman Fatahillah. Pola sirkulasi direncanakan seperti pada kota-kota abad pertengahan, membentuk lorong-lorong yang menarik untuk dimasuki, dengan sekuen vista dan suasana yang bervariasi. Misalnya jalan berbatu yang berkelok-kelok,
belokan
menuju
vista
yang
belum
terlihat
hingga 171
menimbulkkan rasa ingin tahu, atauu vista yangg terlihat seddikit dari kejjauhan – diharapkann dapat menaarik untuk lebih mendekaati vista tersebut. Gambar V.3.8.1 Variasi vissta yang dapat dinikmati dalam sirkulasi
Sum mber : Vogue Travel T dan dokkumentasi pribaadi
V.3.9 Konsep Sirkulasi Horrizontal di Lantai-lanta L ai Tipikal K Koridor padaa lantai-lantaai hunian tipikal akan dibuat single corridor untuk mem mudahkan masuknya m uddara dan caahaya alamii. Pemakaiann single corridor teerbatas pada unit kamar hotel standaar bintang em mpat saja, seementara area kamarr tipe compact akan mem makai doublee corridor. Gam mbar V.3.9.1 Koridor K single dan d doublé loaad
K Konfigurasi m massa cendeerung horizoontal ketimbbang vertikaal, untuk memenuhi kebutuhan ruang dan regulasi. Kaarena bentukknya yang melebar, m jarak dari satu titik ke k titik lain memang menjadi m relattif jauh. Aggar tetap
172
nyaman, faasilitas diupayakan terseebar merataa agar aksesnnya mudah. Ruangruang seperti ruang maakan, ruang linen, l dan rooomboy statiion perlu dissediakan s agar maasalah jarak teratasi. t lebih dari satu Sirkulasi servvice memanng diupayakkan tidak terlihat t penggunjung. Namun keegiatan servvice seperti pengantarann makanan atau pengaangkutan barang tidaak perlu meenjadi tidak baik secaraa visual, karrena sewakttu-waktu aktivitas ini terlihatt oleh tam mu. Standaar hotel yang y cukupp tinggi memungkinnkan roombboy atau chhambermaidd brpenampiilan rapi daan enak dilihat. Bila dikemas baik, b kegiataan service daan dapur jugga dapat mennjadi hal yang menaarik untuk dillihat pengunnjung sepertii pada gambaar-gambar berikut. Gambar V.3.9.22 Kegiatan servvice dikemas menarik m agar daapat diekspos
Sumber : Desiign and Architecture, Space
V.3.10 0 Konsep Sirkulasi Verrtikal Sebagai alat sirkulasi veertikal, penyyusun menem mpatkan 8 buah b lift yang terseebar merata dan tanggaa yang jugaa dimanfaatkkan sebagaii tangga darurat saaat kebakarann. Juga diseediakan 2 liift service. Percabangann massa memungkinnkan jarak yang relatiff rata dari kamar-kama k ar terjauh kee sarana
173
sirkulasi veertikal seperrti lift atau tangga – kurrang dari 30 meter, sepeerti jarak maksimum m untuk menccapai tanggaa darurat. R Ramp yang mempermuudah sirkulaasi pembaw wa troli yanng juga aksesibel untuk u difabeel ditempatkaan pada lanttai dasar, dii setiap pintuu masuk dengan kem miringan sekkitar 1 : 10 V.3.11 1 Konsep Sistem Pencaahayaan K Kombinasi sistem pencahhayaan alami dan buatann di seluruh ruangan. r Perancangaan mengikutti kaidah arssitektur tropiis karena beerada di iklim m tropis. Dan itu beerarti harus mampu meemanfaatkann potensi caahaya matahhari dan mengantisiipasi ketidakknyamanan yang y dihasilkkan oleh pannas matahari. Jaarak di antaara massa dapat d menguurangi kesann rapat/tertuutup saat berjalan di koridor. Kooridor dan kamar pada massa m dengaan konfiguraasi single load dapat cukup teranng pada siaang hari tanppa peneranggan buatan, minimal dapat mem mperoleh cahaaya pantul/ccahaya langitt. Gamb bar V.3.11.1 Jaarak antarmasssa berfungsi meemasukkan cahhaya ke bangunnan
174
V.3.12 Konsep Sistem Pengudaraan Kombinasi sistem pengudaraan alami dan buatan. Pengudaraan alami juga perlu diusahakan untuk menanggapi salah satu masalah daerah tropis yaitu kelembaban. Walaupun hasil serupa dapat diperoleh dari alat ventilasi mekanis, pemanfaatan pengudaraan alami perlu diperhatikan sebagai sistem penunjang bila terjadi kerusakan pada alat ventilasi mekanis. Jarak di antara massa-massa kotak dapat menjadi jalur lewat udara dan cahaya yang memungkinkan cross ventilation, terutama pada kamar dengan koridor single load sehingga tidak harus bergantung penuh pada AC. Gambar V.3.12.1 Massa ramping memungkinkan cross ventilation
Unit kamar standar bintang empat menggunakan AC split, sementara unit kamar yang menerapkan konsep compact hotel hanya akan memberikan akses untuk menggunakan alat ventilasi mekanis dengan pembayaran tambahan. Sementara dengan biaya standar, alat ventilasai mekanis tidak dapat dipergunakan yang berarti seluruh unit hotel ini harus dipasangi sistem pengudaraan alami.
175
V.3.13 3 Konsep Sistem Utilitaas 1. Plumbing Kebutuhaan air bersihh = 13700330 liter. Volume tangkii bawah tanah sekitar 12m x 12m x 4m.. Volume resservoir atas sekitar s 10m x 10m x 2m. Untuk U air spprinkler, daapat ditunjanng dengan air kolam renang. Volumeenya 1440000 liter. Prakkiraan volum me STP sekiitar 9m x 9m m x 9m. Dimenssi pipa pem mbuangan air a hujan diameter 5” dan volumee sumur resapann min. 32 m2. Plumbinng pada prooyek hotel dapat digam mbarkan secara skematik s sepperti gambarr di bawah. Gamb bar V.3.13.1 Skematik S pemippaan air bersihh, kotor, air pannas, dan air hujjan
Pada aksoonometri tergambar bahw wa shaft pem mipaan vertikal dari tiap kaamar hotel diupayakan menerus dalam d garis vertikal sam mpai ke
176
basemeent, dimana pipa p pembuaangan diarahhkan ke bak kontrol dan STP. Di lantai dasar, d shaft dicladding d daan difinish agar a tampil baik b secara visual. v G Gambar V.3.133.2 Aksonometri pemipaan
2. Instaalasi listrik Kebutuhhan listrik diambil d darii PLN, dialiirkan ke garrdu/trafo untukk disalurkan ke ruang panel induk, dan dibagi--bagi ke pannel-panel cabanng dan ruanngan yang membutuhkkan. Saat aliran a listrikk utama terputtus, mengguunakan alirann listrik dari genset. Ruang genset dann ruang-ruaang panel ditempatkaan pada basem ment agar bunyi dan getaran yaang mungkiin dihasilkaan tidak menggganggu kennyamanan ruang-ruang r utama, selaain itu penggantaran bahann bakar solar untuk geenset dapat dilakukan dengan muddah bila ditem mpatkan di baasement yanng sekaligus tempat parkkir. 177
3. Pengolahan dan pembuangan sampah Sampah dibuang melalui shaft ke ruang penampungan di basement untuk diangkut dengan mobil. 4. Shaft linen Untuk kebutuhan linen hotel seperti mengumpulkan, mencuci, dan menyetrika, disediakan satu ruang linen di lantai dasar dan tiga ruang linen kecil khusus untuk penyimpanan linen berih di setiap lantai yang terhubung dengan shaft linen atau lift service. 5. Antisipasi kebakaran Bangunan menggunakan sistem konstruksi tahan api yang dapat menahan api dan melindungi penghuni walaupun dalam keadaan terbakar dalam waktu minimal 2 jam. Setiap komponen bangunan menggunakan sistem ini, diutamakan untuk shaft lift dan tangga darurat. Tangga darurat ditempatkan tiap jarak maksimal 60 meter, radius jangkauan menuju tangga kebakaran < 30 meter. Sistem deteksi seperti smoke detector dan antisipasi aktif berupa sprinkler dipasang di unit kamar dan koridor. Pemadam api berupa hidran juga disediakan. Hidran dalam ditempatkan di dalam atau dekat tangga kebakaran. 6. Penangkal petir Pada bangunan dipasang empat penangkal petir sistem Thomas. Sistem ini mempunyai jangkauan perlindungan yang luas, daerah bangunan yang terlindungi dalam radius 60 m dan luas lahan yang terlindungi dalam kerucut perlindungannya dalam radius sekitar 125 m. 178
Sistem ini dianggaap cocok diterapkan padda tapak, karrena terdapaat ruangruang publik p yang ramai dan cuukup luas, dengan d pohonn-pohon bessar, yang juga meembutuhkann perlindungaan. Gambar V.33.13.3 Radius perlindungan penangkal p petirr di tapak
Pertimbanngan lain adalah sisttem ini cuukup efisienn, tidak membuutuhkan bannyak kepala penangkap petir. Cukkup satu tianng yang langsunng terhubungg dengan penngebumian dengan d jarakk yang terpenndek. 7. Sistem pengamanaan – kunci kamar k Kunci kaamar hotel dapat dipiilih mengguunakan anakk kunci konvennsional atauu tanpa anaak kunci, misalnya m m menggunakan n kartu. Pengguunaan sistem m kartu biasannya agar ruaang penyimppanan lebih efisien. e V.3.14 4
Konsep Sistem S Stru uktur Bangunan setinggi maaksimal 5 laantai, dengaan letaknya di Kota Tua, makka cukup diggunakan sisttem strukturr rangka yanng sederhanaa. Selain itu, konsstruksi koloom dan ballok dipilih karena dibanding penggunaan struktur seperti bearring wall, konstruksi k inni lebih ceppat dibanguun, lebih m dasi lebar unnit kamar mudah unntuk konverssi ruang, dann fleksibel mengakomod yang berrvariasi. Unttuk lantai-laantai moduleer digunakann plat betonn precast 179
yang penngerjaannya lebih cepatt dan efisienn. Pada benntang yang melebihi m 9 meter, dipakai balok beton prrestress untuuk menguranngi kebutuhaan ruang bagi tingggi balok dann sudah dikonndisikan agaar tidak terjaadi lendutan. Pada pertem muan massa persegi satu s dan yaang lain dippisahkan dengan dilatasi. d Dilaatasi kantilevver dipakai pada bentanng ≤2/3 l, seementara bentang ≥2/3 ≥ l mengggunakan sisttem dilatasi konsol. k Gambarr V.3.14.1 Posisi dan tipe dilaatasi yang diguunakan
Struktur attap mengguunakan kudda-kuda baaja ringan .dengan pertimbanngan biaya dan d kemudaahan perawattan. Daya taahan baja jugga relatif lebih kuaat bila dibanding kayu dengan d hargaa yang setaraa. Berupa baaja kanal C 140 mm m yang dirakkit dengan seekrup self drrilling screw w 0.48 mm. Gambar V.3.144.2 Struktur ataap dan dormer
180